Disusun Oleh:
M Bobby Renaldhi AK 1.18.095
Muhamad Ari Rafly AK 1.18.108
Nurul Nisa AK 1.18.130
Poppy Nur S AK 1.18.133
Siti Novita AK 1.18.176
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................4
2. Tujuan Khusus.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.......................................................................................................5
B. Etiologi.......................................................................................................5
D. Rentang Respon........................................................................................8
G. Pohon Masalah.........................................................................................10
H. Mekanisme Koping..................................................................................11
I. Penatalaksanaan.......................................................................................11
J. Akibat.......................................................................................................12
A. Pengkajian................................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................17
D. Tindakan Keperawatan............................................................................20
E. Evaluasi....................................................................................................22
3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan
situasi individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi
menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem
maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan
bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang
ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College London,
mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah
236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan
jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9
dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah
skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa
yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas
2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan
5
aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang
sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan
diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat
dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan
Diri.
k. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
1) Factor predisposisi
a) Perkembangan
7
Realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
8
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
1) Fisik
9
2.4 Rentang Respon
Adaptif maladaptif
Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres
10
2.5 Proses Terjadinya Masalah
11
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan
sistem limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal
terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan
voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi
emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak
mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak
mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi
ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
12
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin
akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif.
Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri
seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).
13
2.7 Mekanisme Koping
2.8 Penatalaksanaan
1) Farmakologi
14
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta
bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
a) Manfaat perawatan diri.
b) Menjaga kebersihan diri.
c) Tata cara makan dan minum.
d) Tata cara eliminasi.
e) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaan manurut
herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c) Ciptakan lingkungan yang mendukung.
15
2.9 Akibat
1) Dampak fisik
2) Dampak psikososial
1.
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri. Berikut petunjuk teknis
pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
1. Identitas
a) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan
topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia dan No RM.
b) Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat
ini ?
b) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah?
c) Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a) Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b) Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
c) Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
17
d) Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian,
trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada
masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a) Ukur dan observasi TTV.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d) Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a) Genogram
b) Konsep diri
c) Hubungan sosial
d) Spiritual
6. Status mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
d) Alam perasaan
e) Afek
f) Interaksi selama wawancara
g) Persepsi
h) Proses pikir
i) si pikir
j) Tingkat kesadaran
k) Memori
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
m) Kemampuan penilaian
18
n) Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
b) BAB/BAK
c) Mandi
d) Berpakaian
e) Istirahat dan tidur
f) Penggunaan obat
g) Pemeliharaan kesehatan
h) Kegiatan didalam rumah
i) Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping : Data dapat melalui wawancara pada klien atau
keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan : Data dapat melalui wawancara pada
klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian
spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan : Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik : Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh
dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako, dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a) Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data
subjektif dan data objektif.
b) Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a) Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E
(etiologi) berdasarkan pohon masalah.
b) Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,
19
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.
Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.
20
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d) Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
a. Jelaskan.............................................................
b. Masalah keperawatan........................................
C. Diagnosa Keperawatan
21
SP.3
(Tgl…………………………)
Evaluasi kegiatan SP.1 dan 2
Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
- Jelaskan cara mempersiapkan
makan
- Jelaskan cara merapihkan
peralatan
makan setelah makan
- Praktek makan sesuai
dengan tahapan
makan yang baik
Latih kegiatan makan
Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.4
(Tgl…………………………..)
Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu
(SP.1, 2 dan 3)
Latih cara BAB, BAK yang
baik
24
- Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang
sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan SP.1
Merawat anggota keluarga mampu: (Tgl…………………………….)
keluarga yang Meneruskan melatih Identifikasi maslah dalam
mengalami pasien dan mendukung merawat pasien
masalah kurang agar dengan masalah:
perawatan diri kemampuan pasien - Kebersihan diri
dalam perawatan - Berdandan
dirinya - Makan
meningkat - BAB/BAK
Jelaskan defisit perawatan
diri
Jelaskan cara merawat
- Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
Bermain peran cara merawat
RTL keluarga/jadwal untuk
22
merawat
SP.2
(Tgl…………………………….)
Evaluasi SP.1
25
Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
kebersihan diri dan berdandan
RTL keluarga/jadwal untuk
merawa
SP.3
(Tgl……………………………
….)
Evaluasi kemampuan SP.2
Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
cara makan
RTL keluarga/jadwal untuk
merawat
SP.4
(Tgl……………………………
…..)
Evaluasi kemampuan
keluarga
Evaluasi kemampuan pasien
RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan
23
E. Evaluasi
Nama :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
24
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).
25
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
26
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
Nilai SP Keluarga
SP 3 Keluarga
1.
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan
kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi
terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya
sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu
di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa
yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan klien.
B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan
Defisit Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan
Abimanyu RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
29