Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa2 yang
diampu oleh : Imam Abidin S.Kep., Ners

Disusun Oleh:
M Bobby Renaldhi AK 1.18.095
Muhamad Ari Rafly AK 1.18.108
Nurul Nisa AK 1.18.130
Poppy Nur S AK 1.18.133
Siti Novita AK 1.18.176

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena


berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Jiwa II yang membahas tentang “Defisit Perawatan Diri” tepat
pada waktunya. Tak lupa shalawat serta salam penulis hadiahkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
masih banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Bandung, 12 Januari 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................3

B. Rumusan Masalah......................................................................................4

C. Tujuan........................................................................................................4

1. Tujuan Umum........................................................................................4

2. Tujuan Khusus.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi.......................................................................................................5

B. Etiologi.......................................................................................................5

C. Tanda dan Gejala.......................................................................................7

D. Rentang Respon........................................................................................8

F. Proses Terjadinya Masalah........................................................................8

G. Pohon Masalah.........................................................................................10

H. Mekanisme Koping..................................................................................11

I. Penatalaksanaan.......................................................................................11

J. Akibat.......................................................................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian................................................................................................13

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................17

C. Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................17

D. Tindakan Keperawatan............................................................................20

E. Evaluasi....................................................................................................22

3
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................26

B. Saran........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak membawa
perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia. Perubahan
situasi individu baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi
keseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa ini meliputi
menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu menghadapi problem
maupun situasi yang berat dan mampu berada dengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan
bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa. Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang
ditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College London,
mengatakan penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan di seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia, 2016).
Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta
terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah
236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan
0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan
jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9
dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah
skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa
yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas
2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan

5
aktifitas perawatan diri menurun. Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang
sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan
diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat
dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien Defisit Perawatan
Diri.
k. Untuk mengetahui Evaluasi dari Defisit Perawatan Diri.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien


dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya
mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012).

Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia


dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas


perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

2.2 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri


adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:

1) Factor predisposisi

a) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga


perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan

7
Realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2) Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor
yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang

8
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:

1) Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor.

b) Rambut dan kulit kotor.

c) Kuku panjang dan kotor.

d) Gigi kotor disertai mulut bau.

e) Penampilan tidak rapi.


2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

9
2.4 Rentang Respon
Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).

10
2.5 Proses Terjadinya Masalah

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya


gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode
psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham
atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari (stuart&laraia, 2005).

Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan


ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif
pasien (Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai
fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi
yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.

Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan


medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et
al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala
klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan,
Saddock & Grebb, 2002).

11
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan
sistem limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal
terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan
voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi
emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak
mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak
mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi
ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).

Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari


serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.
Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan
juga mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat
seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan
dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada
klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak
motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002;
Stuart & Laraia, 2005).

Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena


ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati,
2002). Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi
tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku
yang menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan
diri (Hawari, 2001).

12
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) (Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin
akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif.
Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri
seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting (Wilkinson,2007).

Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan


orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku
yang ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak
mau makan maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart,
1998; Suliswati, 2002).

2.6 Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis Causa

13
2.7 Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 menurut


Damaiyanti 2012 yaitu:

1) Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung


fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan.
Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri.

2) Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang


menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

2.8 Penatalaksanaan

1) Farmakologi

a) Obat anti psikosis : Penotizin.

b) Obat anti depresi : Amitripilin.

c) Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.

d) Obat anti insomia : phnebarbital.


2) Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian :
a) Jangan memancing emosi klien.
b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan
dengan keluarga.
c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk
mengemukakan masalah yang dialaminya.

14
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta
bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
maslah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah
laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
a) Manfaat perawatan diri.
b) Menjaga kebersihan diri.
c) Tata cara makan dan minum.
d) Tata cara eliminasi.
e) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien. Penatalaksanaan manurut
herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
a) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c) Ciptakan lingkungan yang mendukung.

15
2.9 Akibat

Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai


berikut.

1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


tidak terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan
12 fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga
dan gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah


gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

1.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri. Berikut petunjuk teknis
pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
1. Identitas
a) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan
perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan
topik yang akan dibicarakan. Kemudian usia dan No RM.
b) Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat
ini ?
b) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah?
c) Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a) Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b) Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
c) Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.

17
d) Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian,
trauma selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada
masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a) Ukur dan observasi TTV.
b) Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c) Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d) Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan
keluhan yang ada.
e) Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a) Genogram
b) Konsep diri
c) Hubungan sosial
d) Spiritual
6. Status mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
d) Alam perasaan
e) Afek
f) Interaksi selama wawancara
g) Persepsi
h) Proses pikir
i) si pikir
j) Tingkat kesadaran
k) Memori
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung
m) Kemampuan penilaian

18
n) Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a) Makan
b) BAB/BAK
c) Mandi
d) Berpakaian
e) Istirahat dan tidur
f) Penggunaan obat
g) Pemeliharaan kesehatan
h) Kegiatan didalam rumah
i) Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping : Data dapat melalui wawancara pada klien atau
keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan : Data dapat melalui wawancara pada
klien atau keluarganya. Pada tiap masalah yang dimilki klien, beri uraian
spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan : Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
Pada tiap item yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik : Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh
dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako, dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a) Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data
subjektif dan data objektif.
b) Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a) Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E
(etiologi) berdasarkan pohon masalah.
b) Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,

19
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

B. Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang
mengalami defisit perawatan diri.
1. Status Mental
a) Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
a. Jelaskan .............................................................
b. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a) Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
b) Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
c) BAB/BAK

20
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d) Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
a. Jelaskan.............................................................
b. Masalah keperawatan........................................

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit


perawatn diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

D. Rencana Tindakan Keperawatan (SAK)


Tujuan Kriteria Hasil
Pasien mampu: Setelah…..pertemuan SP.1
 Melakukan pasien dapat (Tgl…………………………)
kebersihan diri menjelaskan  Identifikasi
secara pentingnya: - Kebersihan diri
mandiri  Kebersihan diri - Berdandan
 Melakukan  Berdandan/berhias - Makan
berhias/berdandan  Makan - BAB/BAK
secara baik  BAB/BAK  Jelaskan pentingnya
 Melakukan  Dan mampu kebersihan diri
makan melakukan cara  Jelaskan alat dan cara
dengan baik merawat diri kebersihan diri
 Melakukan  Masukan dalam jadwal
BAB/BAK secara kegiatan pasien
mandiri
SP.2
(Tgl…………………………….)
 Evaluasi SP.1
 Jelaskan pentingnya
berdandan
 Latih cara berdandan
a. Untuk pasien laki-laki
- Berpakaian
23
- Menyisir rambut
- Bercukur
b. Untuk pasien perempuan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- berhias
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

21
SP.3
(Tgl…………………………)
 Evaluasi kegiatan SP.1 dan 2
 Jelaskan cara dan alat makan
yang benar
- Jelaskan cara mempersiapkan
makan
- Jelaskan cara merapihkan
peralatan
makan setelah makan
- Praktek makan sesuai
dengan tahapan
makan yang baik
 Latih kegiatan makan
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.4
(Tgl…………………………..)
 Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu
(SP.1, 2 dan 3)
 Latih cara BAB, BAK yang
baik
24
- Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang
sesuai
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/BAK
Keluarga mampu: Setelah……pertemuan SP.1
Merawat anggota keluarga mampu: (Tgl…………………………….)
keluarga yang Meneruskan melatih  Identifikasi maslah dalam
mengalami pasien dan mendukung merawat pasien
masalah kurang agar dengan masalah:
perawatan diri kemampuan pasien - Kebersihan diri
dalam perawatan - Berdandan
dirinya - Makan
meningkat - BAB/BAK
 Jelaskan defisit perawatan
diri
 Jelaskan cara merawat
- Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
 Bermain peran cara merawat
 RTL keluarga/jadwal untuk

22
merawat
SP.2
(Tgl…………………………….)
 Evaluasi SP.1
25
 Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
kebersihan diri dan berdandan
 RTL keluarga/jadwal untuk
merawa
SP.3
(Tgl……………………………
….)
 Evaluasi kemampuan SP.2
 Latih keluarga merawat
langsung ke pasien
cara makan
 RTL keluarga/jadwal untuk
merawat
SP.4
(Tgl……………………………
…..)
 Evaluasi kemampuan
keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL keluarga:
- Follow up
- Rujukan

23
E. Evaluasi

EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI dan


KELUARGANYA

Nama :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk :

Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di


bawah ini. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menyebutkan cara membersihkan
diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan
diri dan memasukkan dalam
jadwal.
4. Menyebutkan makan yang baik.
5. Mempraktikan cara makan yang
baik dan memasukkan dalam
jadwal.
6. Menyebutkan cara BAB/BAK
yang baik.
7. Mempraktikan cara BAB/BAK
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal.
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan
dan memasukkan dalam jadwal.
B. Keluarga

24
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT dalam MERAWAT PASIEN


DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama Pasien :
Ruangan :
Nama perawat :
Petunjuk :
a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.
b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan
menggunakan instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke
dalam baris nilai SP.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan

25
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat

26
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
Nilai SP Keluarga
SP 3 Keluarga
1.
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di
berikan perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatan
kebersihan klien dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang sering
menyendiri merupakan resiko menjadi isolasi sosial maka komunikasi
terapeutik yang di gunakan sebagai landasan untuk membina saling percaya
sehingga dapat mengggali semua permasalahan.
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus selalu
di libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut menjadi
focus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan jiwa
yaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya sehingga
dapat mempercepat proses penyembuhan klien.

B. Saran
Klien diharapkan dalam mengikuti program penyembuhan yang
direncanakan oleh dokter dan perawat mau dan mampu untuk mengikuti guna
kesembuhan klien. Keluarga nantinya mampu memberikan motivasi dan
semangat kepada klien untuk mengembalikan kepercayaan diri baik di rumah
maupun di rumah sakit.

28
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

Faisal, Deny. 2014. “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.J dengan Gangguan
Defisit Perawatan diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias di Ruangan
Abimanyu RSJ Daerah Surakarta”. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ellya. 2014. Keperawatan Jiwa: Landasan Teori Defisit Perawatan Diri.


https://ellya70.wordpress.com/2014/04/21/keperawatan-jiwa.Diakses pada tanggal
09 Oktober 2017.

29

Anda mungkin juga menyukai