Kelas B
Disusun oleh kelompok 3:
1. Alexander nduru 7. Chennia loi
2. Albinkasih laia 8. Nesli yulimawati gaho
3. Ohezisokhi hulu 9. Operina buulolo
4. Desi putra damai 10. Bima lestari hutabarat
5. Lilis liriyanti zamili 11. Andini
6. Mitra kasih zamili 12. Dentri permata indah halawa
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………….i
Daftar isi………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..iii
1.1 Latar belakang……………………………………………….....iv
1.2 Tujuan makalah……………………………………………...….v
1.3 Manfaat……………………………………………………..….vi
1.4 Rumusan masalah………………………………………….….vii
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………....viii
2.1 Komunikasi terpeutik pada klien……………………………..….ix
2.2 Komunikasi terpeutik pada keluarga…………………………......x
2.3 Komunikasi terapeutik pada kelompok……………………….....xi
2.4 Komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan……………….…xii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….….xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berikut adalah beberapa poin yang dapat dijadikan latar belakang untuk mak
alah tersebut:
1.3 Manfaat
Perawat dapat mengapresiasi pentingnya komunikasi terapeutik dalam konteks p
elayanan kesehatan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut dalam praktik kep
erawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi terapeutik pada klien
3. Klarifikasi:
Mengklarifikasi pesan untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan
oleh klien dipahami dengan benar. Ini membantu menghindari kesalahpahaman dan
meningkatkan kejelasan komunikasi.
4. Refleksi:
Merefleksikan perasaan atau pikiran klien untuk memvalidasi pemahaman A
nda terhadap apa yang mereka sampaikan. Ini dapat membantu klien merasa didenga
r dan dipahami.
9. Pemberian Dukungan:
Menyampaikan dukungan emosional dan psikososial melalui kata-kata dan ti
ndakan dapat meningkatkan kepercayaan dan rasa aman klien.
Teknik Refleksi:
Gunakan teknik refleksi untuk mengonfirmasi pemahaman Anda terhadap apa ya
ng telah dikatakan oleh keluarga. Dengan merespons dengan kalimat yang mencerminka
n pemikiran atau perasaan mereka, Anda dapat memastikan pemahaman yang benar.
Tujuan Pelatihan: Mengembangkan keterampilan komunikasi terapeutik yang efektif.
Metode Pelatihan:
Simulasi kasus:
Praktisi dapat berpartisipasi dalam situasi simulasi yang mensimulasikan i
nteraksi dengan pasien atau kelompok.
Role-playing:
Latihan peran untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi berbagai
situasi komunikasi.
Pelatihan berbasis skenario:
Penerapan keterampilan komunikasi dalam situasi klinis nyata.
2. Supervisi dan Umpan Balik:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materi aplikasi komunikasi terapeutik pada klien, keluarga, kelompok, dan tenaga keseha
tan menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif dalam konteks pelayanan kesehatan. Kom
unikasi terapeutik tidak hanya menjadi keterampilan dasar, tetapi juga landasan untuk memba
ngun hubungan yang baik, meningkatkan kualitas perawatan, dan mendukung pemulihan pasi
en. Dalam hal ini, dapat disimpulkan:
Kunci Hubungan Empatis:
Komunikasi terapeutik menciptakan hubungan yang empatik antara tenaga kesehat
an dan klien, keluarga, atau kelompok. Empati menjadi dasar untuk pemahaman yang
mendalam terhadap kebutuhan dan pengalaman unik masing-masing individu.
Peran Penting dalam Proses Penyembuhan:
Komunikasi terapeutik tidak hanya bersifat mendukung secara emosional, tetapi ju
ga berkontribusi pada pemahaman kondisi kesehatan, peningkatan kepatuhan, dan pen
cegahan komplikasi. Hal ini memberikan dampak positif terhadap proses penyembuha
n.
Pentingnya Komunikasi dalam Konteks Keluarga dan Kelompok:
Komunikasi terapeutik memiliki implikasi yang signifikan dalam konteks keluarga
dan kelompok. Dengan melibatkan keluarga dan kelompok, tenaga kesehatan dapat m
enciptakan dukungan sosial yang kuat dan mempromosikan kolaborasi dalam upaya p
erawatan.
Pengembangan Keterampilan Komunikasi Profesional:
Bagi tenaga kesehatan, pengembangan keterampilan komunikasi terapeutik tidak h
anya dilihat sebagai tanggung jawab individual, tetapi juga sebagai komitmen terhada
p pengembangan profesional. Pelatihan, supervisi, dan pembelajaran berkelanjutan me
njadi sarana utama untuk mencapai hal ini.
Meningkatkan Hubungan Interprofesional:
Penerapan komunikasi terapeutik tidak hanya relevan dalam interaksi dengan pasi
en tetapi juga kritis dalam membentuk hubungan interprofesional yang efektif. Hal ini
memberikan kontribusi positif pada koordinasi tim dan kualitas layanan kesehatan sec
ara keseluruhan.
B. Saran
Penting untuk melibatkan supervisi dan umpan balik berkelanjutan sebagai bagia
n integral dari praktek klinis. Ini membantu dalam peningkatan kualitas komunikasi d
an penanganan situasi yang kompleks.
Promosi Kolaborasi Interprofesional:
Membangun sumber daya pendidikan dan pelatihan yang dapat diakses oleh tenag
a kesehatan untuk mendukung pembelajaran berkelanjutan. Ini termasuk panduan, mo
dul pelatihan, dan materi edukasi yang dapat diakses secara fleksibel.
Dengan memperhatikan kesimpulan dan saran-saran ini, diharapkan dapat terjadi perba
ikan berkelanjutan dalam penerapan komunikasi terapeutik, mendukung peningkatan kualitas
layanan kesehatan, dan memperkuat kolaborasi antarprofesional.
DAFTAR PUSTAKA
Forchuk, C., Westwell, J., Martin, M. L., et al. (2015). Therapeutic communication in mental
health nursing: Aesthetic and dialogic approaches. Perspectives in Psychiatric Care, 51(1), 7
3-80.
Hargie, O. (2011). Skilled Interpersonal Interaction: Research, Theory, and Practice (5th ed.).
Routledge.
McCabe, C., Timmins, F., & Camilleri, M. (2018). Communication Skills for Nursing Practic
e. Palgrave Macmillan.
Munday, J., & Cooper, M. (2018). Solution-focused therapy: Theory, research & practice. SA
GE Publications.
Purtilo, R. B., Doherty, R. F., & Crawford, S. L. (2013). Ethical Dimensions in the Health Pro
fessions (5th ed.). Elsevier Health Sciences.
Stewart, J., & DeNisco, S. (2017). Role Development for the Nurse Practitioner. Jones & Bart
lett Learning.