KOMUNIKASI KEPERAWATAN
1. Mengidentifikasi tujuan komunikasi terapeutik
2.Menjelaskan kegunaan komunikasi terapeutik
DISUSUN OLEH
KELOMPOK III
1. Algifarih Ismail
2. Ferlin Bahutala
3. Jihan Rahmawaty Yusuf
4. Sintia Gani
5. Siti Putri Amelia Hasan
6. Wahyudin Ladjiku
A. Latar Belakang
B.TUJUAN
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111)
karena :
Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proses
komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan intervensi
keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah
perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses komunikasi
dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya. Elemen yang
harus ada pada proses komunikasi adalah pesan, penerima pesan, media dan umpan balik. Semua
perilaku individu pengirim dan penerima adalah komunikasi yang akan member efek pada
perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara
berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Tanpa disadari, mungkin Anda sudah sering melihat dokter, perawat, atau tenaga kesehatan
(nakes) lainnya memberikan perhatian lebih dan menunjukkan simpatinya atas kondisi yang
dialami pasien. Nah, sebenarnya ini adalah salah satu teknik komunikasi terapeutik.
Tenaga kesehatan memang memiliki pekerjaan yang cukup kompleks dalam memberikan
perawatan kesehatan sembari berkomunikasi secara efektif dengan pasien.
Karena komunikasi merupakan bagian terpenting, mengetahui teknik dan prinsip komunikasi
terapeutik seyogianya menjadi fokus utama tenaga kesehatan. Komunikasi terapeutik adalah
teknik komunikasi langsung yang meningkatkan kesehatan fisik dan emosional pasien.
Komunikasi ini juga memungkinkan perawat untuk bisa mengatasi masalah pasien dan
memberikannya dukungan emosional serta informasi kesehatan yang bermakna.
Tenaga kesehatan bisa menggunakan berbagai pendekatan untuk bisa berkomunikasi dengan
pasien.
Untuk Anda yang berprofesi sebagai perawat, berikut ini berbagai teknik komunikasi terapeutik
yang dapat diterapkan saat berpraktik.
1. Diam
Kadang Anda perlu untuk tidak berbicara sama sekali. Ini bisa memberikan kesempatan kepada
pasien maupun perawat untuk memberikan respons, seperti membuka percakapan.
2. Menawarkan diri
Pada teknik satu ini, Anda mungkin bisa memberikan berbagai tawaran sederhana, seperti makan
siang, duduk, atau menonton TV bersama pasien. Percayalah, cara ini dapat meningkatkan mood-
nya.
3. Memberikan pengakuan
Orang yang sehat pun tanpa disadari butuh pengakuan agar kondisinya membaik kembali, apalagi
pasien yang sedang menjalani perawatan intensif.
Anda perlu mengakui perilaku baik pasien, lalu menghargainya tanpa harus memuji, misalnya
dengan mengatakan, “Bapak/Ibu rajin minum obat, ya.”
Kebebasan berekspresi merupakan prinsip penting dari terbentuknya komunikasi terapeutik yang
efektif.
6. Meminta klarifikasi
Saat pasien menyampaikan sesuatu yang ambigu atau kurang jelas, ada baiknya untuk
memintanya mengulang kembali. Dengan begitu, Anda akan lebih mudah memahami apa pun yang
disampaikannya.
7. Membatasi diri
Ada kalanya Anda tidak boleh membeberkan kondisi pasien yang mungkin dapat memperburuk
kesehatannya. Sebagai contoh, ketika pasien mengulik lebih lanjut akan penyakit yang ia alami.
Sebisa mungkin, Anda perlu mengalihkan topik ini untuk menjaga perasaan dan semangatnya.
9. Konfrontasi
Pada teknik konfrontasi, perawat bertanya langsung kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi
kendalanya atau kebiasaan buruk yang masih dilakukannya.
Teknik komunikasi ini hanya boleh diterapkan setelah kepercayaan berhasil dibangun. Ini
nantinya juga bisa membantu pasien untuk menghentikan rutinitas yang sekiranya tidak baik
untuk pasien.
Ini sekaligus membangun rasa percaya diri saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien.
11. Bertanya secara bertahap
Saat tiba di rumah sakit atau mulai menjalani perawatan, pasien mungkin kesulitan mengingat apa
saja yang terjadi sebelum ia sakit.
Untuk memudahkan pasien dalam mengingat, Anda bisa mengajukan pertanyaan secara bertahap.
Sebagai contoh, Anda bisa memulai dengan sejak kapan gejala muncul, apa saja obat yang
diminum pasien, dan sebagainya.
12. Melakukan pengamatan
Anda dapat mengamati perilaku pasien untuk memahami kondisinya. Ambil contoh, jika pasien
lelah, ini mungkin menandakan kalau pasien kurang tidur akhir-akhir ini atau tidak mendapatkan
asupan gizi seimbang.
Contohnya, ada pasien lansia yang sering melewatkan dosis obat karena tidak tahan dengan efek
samping mual. Dengarkan keluhan pasien, lalu Anda bisa berkata, “Berarti, Bapak/Ibu sering lupa
minum obat karena mualnya mengganggu, ya.”
Teknik komunikasi terapeutik yang satu ini bisa menunjukkan pasien kalau Anda benar-benar
mendengarkan keluhannya. Pasien tentu akan merasa lebih dihargai.
14. Menyatakan keraguan
Menyatakan keraguan bisa menarik perhatian pasien untuk mendiskusikan kendala yang
dialaminya lebih lanjut. Bahkan, pasien mungkin tidak akan ragu lagi untuk menceritakannya
secara gamblang.
15. Memberikan harapan
perawatan di rumah, home care
Karena rumah sakit bisa jadi salah satu sumber stres pasien, penting untuk memberikan pasien
harapan bahwa ia masih bisa bertahan dengan kondisinya saat ini.
Pasien tentu saja akan lebih bersemangat untuk sembuh dan berjuang mengusir penyakitnya.