PALIATIF DI INDONESIA
OLEH:
PRODI KEPERAWATAN
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Paliatif Di Indonesia”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi…………….…………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Kesimpulan.................................................................................................10
B. Saran…………………………………………………………………...…10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasien yang sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau
mendapat intervensi untuk memperpanjang masa hidup akan diberikan
perawatan total oleh tim secara interdisiplin yang disebut perawatan paliatif.
Perawatan paliatif secara filosofis memiliki makna yang sama dengan
perawatan hopsis. Hanya saja di beberapa negara perawatan hospis merujuk
pada perawatan paliatif yang berbasis komunitas. Semua perawatan hospis
merupakan perawatan paliatif, tetapi tidak semua perawatan paliatif
merupakan perawatan hospis.
1
masa hidup yang didapatkan pasien di rumah sendiri maupun di fasilitas
kesehatan. Perawatan hospis dan paliatif memiliki kesamaan yaitu diberikan
oleh tenaga-tenaga profesional dalam tim yang disebut sebagai tim
interprofesional atau tim interdisiplin. Namun, kedua perawatan ini dapat
dikolaborasikan, contohnya pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat.
Perawatan paliatif juga sering disebut dengan supportive care yang digunakan
untuk menjelaskan kondisi penanganan pasien dengan efek samping yang
berat akibat proses terapi. Istilah supportive care memiliki makna yang serupa
dengan perawatan paliatif dalam arti yang lebih luas dan umum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dimulai sejak tahun 1992 dan telah menjadi agenda pemerintah Indonesia
pada tahun 2007 dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.
4
dengan gejala penyakit yang mestinya tidak perlu terjadi jika kebutuhan
mereka akan pelayanan paliatif terpenuhi dengan baik. Perawatan paliatif
yang efektif membutuhkan pengkajian yang akurat terkait kebutuhan fisik dan
emosional, dan perencanaan yang tepat untuk mengatasi kebutuhan personal
pasien. Mengingat bahwa pelayanan paliatif hendaknya berpusat pada pasien
dan diberikan oleh tim multi profesional yang bekerja sama dengan pasien
dan keluarganya, maka pendekatan “Patient-Centered Care (PCC)” atau
“perawatan berpusat pada pasien” sangat cocok untuk diterapkan dalam
pelayanan paliatif (Josephsen, J., & Martz, K. 2014).
Di Indonesia, lebih dari 60% pasien kanker datang berobat ke rumah
sakit pada kondisi stadium lanjut. Sejalan dengan pengertian paliatif menurut
WHO, maka pada kenyataannya, pasien tersebut adalah pasien paliatif dan
membutuhkan pelayanan paliatif. Selain itu, pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Diseases (COPD), hemodialisis, HIV/ AIDS dan
dimensia juga memerlukan pelayanan paliatif. Pasien paliatif seperti pasien
dengan kanker stadium lanjut, menderita fisik, psikososial, spiritual, atau
masalah lainnya. Masalah pasien bisa berbeda terkait dengan perebedaan latar
belakang budaya, nilai-nilai personal, dan ekonomi. Guna menghadapi
masalah yang sama, setiap pasien bisa mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkaji masalah dan kebutuhan
pasien sehingga pelayanan paliatif dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
personal pasien dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien
5
pada paradigma care yang fokus perawatannya (Josephsen, J., & Martz, K.
(2014).
6
menganggap bahwa perawatan paliatif baru diberikan apabila pengobatan
aktif sudah tidak diberikan. Mereka juga menganggap bahwa masalah
psikologis, kesulitan sosial dan aspek spiritual bukan merupakan perawatan
yang harus diberikan pada pasien paliatif. Sifat mereka yang ingin berusaha
sampai akhir, tabu membahas tentang kematian, menghindari penggunaan
opioid, takut kehilangan kontrol dan penghasilan menyebabkan penolakan
untuk merujuk pasien pada perawatan paliatif (Witjaksono et al., 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indarwati didapati bahwa
adanya hambatan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
memberikan pelayanan perawatan paliatif, salah satunya yaitu kurangnya
pengetahuan perawat terkait cara pemberian pelayanan perawatan paliatif
yang optimal dan berkualitas. Menurut Donsu (2017) pengetahuan yang baik
tentang perawatan paliatif bisa mempengaruhi sikap, tingkat laku,
komunikasi, empati, serta teknik mengatasi nyeri menjadi lebih baik. Oleh
sebab itu, pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif sangat diperlukan
bagi perawat dalam memahami dan menjadi dasar praktik dalam pemberian
asuhan keperawatan paliatif baik kepada pasien maupun keluarganya.
E. Perkembangan Perawatan Paliatif
1) Masa Lalu
Perawatan hospis modern digagas oleh Dame Cicely Saunders
pada tahun 1960an. Konsep yang dikenalkan Dame adalah konsep
caring pada pasien stadium akhir. Konsep tersebut memberikan
pandangan untuk melihat fenomena secara holistic. Pasien dipandang
sebagai makhluk kompleks, bukan sebagai individu dengan masalah
fisik saja. Menurut Dame, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual
pasien saling berpengaruh dengan gejala fisik pasien. Pada tahun 1967,
Dame mendirikan rumah hospis di London. Ia mengintegrasikan
pendidikan dan penelitian dalam pelayanan di rumah hospis.
Perkembangan gerakan rumah hospis beriringan dengan pelayanan
perawatan paliatif yang mulai menekankan aspek care, ditandai dengan
dikenalkannya dokter spesialis paliatif secara formal pada tahun 1982.
7
Perawatan paliatif mampu memberikan perubahan yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup pasien, mempersiapkan
pasien meninggal secara damai, dan memberikan dukungan kepada
keluarga pasien.
2) Masa Sekarang dan Masa Depan
Departemen Kesehatan Inggris memperkenalkan program End of
Life Care Strategy dan The Gold Standards Framework yang
memberikan standar pada pelayanan paliatif. Pasien bebas memilih
tempat selama menjalani perawatan dan petugas perawatan paliatif
bertugas memaksimalkan umur pasien selama perawatan. Peran anggota
tim interprofesional, komunikasi efektif pada pasien, keluarga, dan
sesama tim saat ini telah memiliki panduan secara umum maupun
mengkhususkan pada penyakit tertentu. Saat ini, petugas kesehatan area
paliatif harus dapat memahami dengan baik pelayanan bagi pasien
kelompok usia lanjut, hal ini disebabkan oleh perkiraan WHO dimana
69% dari 19 juta orang yang membutuhkan perawatan paliatif adalah
pasien di atas 65 tahun (Arif Munandar 2022).
8
c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, rus, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien.
d) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri.
e) Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya
harus ikut serta dalam diskusi ini.
f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan
keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal
serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.
10
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah yang sederhana ini perawat diharapkan untuk
belajar secara mandiri agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang perawatan paliatif serta kebijakan-kebijakan nasional
mengenai perawatan paliatif yang ada dan terjadi di Indonesia, sehingga
pelayanan perawatan paliatif yang diberikan pada pasien dan keluarga akan
menjadi lebih baik hingga kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dobrina, R., Tenze, M., & Palese, A. (2018). Transforming End-of-Life Care
by Implementing a Patient-Centered Care Model. Journal of Hospice &
Palliative Nursing, 20(6), 531–541.
https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000468
Josephsen, J., & Martz, K. (2014). Faculty and student perceptions: An end-of-
life nursing curriculum survey. Journal of Hospice and Palliative Nursing,
16(8), 474 481. https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000098
Munandar Arif (2022).Paliatif Care Dan Home Care. Media Sains Indonesia.
Bandung Jawa Barat
www. penerbit.medsan.co.id
11
12