Anda di halaman 1dari 15

KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN

PALIATIF DI INDONESIA

OLEH:

1. Happy Krisiantoro P223001


2. Wulan Novembriani. S P223010
3. Sri Sunarni Ahpa P223026
4. Yuyun Khairun Nisa P003017
5. Firda Ayu Arisyanti Ditamaya P223037

YAYASAN KARYA KESEHATAN KENDARI

PRODI KEPERAWATAN

T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas “Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Paliatif Di Indonesia”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran.

Semoga makalh sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang kami susun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapatkesalahan kata-kata yang kurang berkenaan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi…………….…………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. 1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. 1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

C. 1.3 Tujuan penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Definisi keperawatan paliatif……………………………………………...3


B. Tujuan Keperawatan Paliatif........................................................................4
C. Penyelenggaraan pelayanan paliatif di indonesia........................................4
D. Hambatan perkembangan perawatan paliatif……………………………...6
E. Perkembangan perawatan paliatif…………………………………………7
F. Kajian etik tentang perawatan paliatif……………………………………..8

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran…………………………………………………………………...…10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah bagian penting dari layanan kesehatan


terintegrasi yang berpusat pada orang di semua level perawatan dan memiliki
kompleksitas perawatan berbeda dibandingkan dengan asuhan keperawatan
yang lain. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual sehingga pasien dapat menghadapi kematian secara berkualitas
(quality of death) dan bermartabat (die with dignity). Perawatan paliatif
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri
dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai
saat diagnosa ditegakkan sampai akhir kehidupan (end of life) dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka (Carrillo et al., 2019).

Pasien yang sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau
mendapat intervensi untuk memperpanjang masa hidup akan diberikan
perawatan total oleh tim secara interdisiplin yang disebut perawatan paliatif.
Perawatan paliatif secara filosofis memiliki makna yang sama dengan
perawatan hopsis. Hanya saja di beberapa negara perawatan hospis merujuk
pada perawatan paliatif yang berbasis komunitas. Semua perawatan hospis
merupakan perawatan paliatif, tetapi tidak semua perawatan paliatif
merupakan perawatan hospis.

Perawatan hospis dan paliatif diberikan kepada jenis pasien yang


berbeda. Perawatan hospis diberikan kepada pasien yang memiliki masa
harapan hidup kurang dari enam bulan. Sedangkan perawatan paliatif
diberikan kepada semua pasien penderita penyakit kronis yang membatasi

1
masa hidup yang didapatkan pasien di rumah sendiri maupun di fasilitas
kesehatan. Perawatan hospis dan paliatif memiliki kesamaan yaitu diberikan
oleh tenaga-tenaga profesional dalam tim yang disebut sebagai tim
interprofesional atau tim interdisiplin. Namun, kedua perawatan ini dapat
dikolaborasikan, contohnya pada beberapa rumah sakit di Amerika Serikat.
Perawatan paliatif juga sering disebut dengan supportive care yang digunakan
untuk menjelaskan kondisi penanganan pasien dengan efek samping yang
berat akibat proses terapi. Istilah supportive care memiliki makna yang serupa
dengan perawatan paliatif dalam arti yang lebih luas dan umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi perawatan paliatif.
2. Tujuan perawatan paliatif.
3. Penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indonesia.
4. Hambatan perkembangan perawatan paliatif.
5. Perkembagan perawatan paliatif.
6. Kajian etik tentang perawatan paliatif.

1.3 Tujuan penulisan


1. Mengetahui definisi perawatan paliatif.
2. Mengetahui tujuan perawatan paliatif.
3. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indonesia.
4. Mengetahui hambatan perkembangan perawatan paliatif.
5. Mengetahui perkembagan perawatan paliatif.
6. Mengetahui kajian etik tentang perawatan paliatif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif (palliative care) adalah suatu pendekatan yang
diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak)
serta keluarga mereka dalam menghadapi masalah terkait dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan upaya mencegah dan mengurangi penderitaan
melalui identifikasi dini, penilaian tentang penyakitnya, dan penanganan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikososial atau spiritual (WHO,
2020). Setiap tahun diperkirakan ada 40 juta orang di seluruh dunia yang
membutuhkan pelayanan perawatan paliatif, akan tetapi 86% diantaranya
belum menerimanya. Sebuah laporan pada tahun 2015 oleh The Economist
Intelligence Unit (EIU) tentang Indeks Kualitas Kematian (Quality of Death
Index) menempatkan Indonesia di peringkat ke-53 di dunia untuk pelayanan
perawatan paliatif (Neiman, T. 2020).

Perawatan paliatif selalu berbicara tentang penyakit kronis yang tidak


dapat disembuhkan, pasien yang sekarat (dying), ketidakpastian, perubahan
tanpa henti, kehilangan, kesedihan, kematian dan berduka. Kondisi tersebut
membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi dan kompetensi perawatan yang
lebih manusiawi, penuh kasih, empati, adaptif dan reflektif, kepekaan sosial
budaya yang tinggi, kerjasama tim dan interaksi harmonis antar perawat,
dokter, pasien dan keluarga. Hal ini akan berkaitan dengan tantangan etik
perawatan paliatif diberbagai aspek perawatan klinis.

Di Indonesia, paliatif telah diperkenalkan ke dalam sistem pelayanan


kesehatan di Indonesia sejak tahun 1989, melalui Peraturan Menteri
Kesehatan No. 604/MENKES/SK/IX/1989 tentang program pengendalian
Kanker Nasional. Dengan peraturan ini, pemerintah menciptakan empat
kelompok kerja, salah satunya difokuskan pada pengembangan perawatan
paliatif dan manajemen nyeri untuk pasien kanker. Perawatan paliatif telah

3
dimulai sejak tahun 1992 dan telah menjadi agenda pemerintah Indonesia
pada tahun 2007 dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif.

B. Tujuan Perawatan Paliatif


Berdasarkan pengertian secara etimologi, Palium (bahasa latin), yaitu
menyelimuti atau menyingkapi dengan kain untuk memberikan kehangatan
atau perasaan nyaman, memberikan tujuan utama perawatan paliatif yaitu
memberikan perasaan nyaman pada pasien dan keluarga. Selain itu, menurut
WHO (1990), tujuan utama perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup
sebaik mungkin pada pasien dan keluarganya. Selain mengatasi masalah fisik
pasien, perawatan paliatif juga mengatasi masalah pada aspek sosial,
psikologis, serta spiritual. Tenaga profesional kesehatan, para pembuat
kebijakan, dan masyarakat luas memahami bahwa perawatan paliatif sama
dengan perawatan di akhir kehidupan Pelayanan paliatif mencakup (Arif
Munandar 2022) :
1. Berfokus pada kebutuhan pasien bukan pada penyakit.
2. Menerima kematian, tetapi tetap berupaya meningkatkan kualitas hidup
dimana kematian berlangsung secara alamiah.
3. Membangun kerja sama antara pasien, keluarga pasien dengan petugas
kesehatan,
4. Berfokus pada proses penyembuhan, bukan pengobatan.
C. Penyelenggaraan pelayanan paliatif di indonesia
Penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indonesia masih dalam masa
pertumbuhan dan masih sangat terbatas pada rumah sakit tertentu. Jumlah
tenaga kesehatan yang paham akan konsep pelayanan paliatif pun masih
sangat terbatas. Alhasil, lebih banyak pasien dengan kanker meninggal di
rumah sakit tanpa menerima perawatan paliatif tertentu atau mereka
meninggal di rumah tanpa dukungan yang memadai dari para profesional
perawatan paliatif. Pasien juga mengalami berbagai penderitaan terkait

4
dengan gejala penyakit yang mestinya tidak perlu terjadi jika kebutuhan
mereka akan pelayanan paliatif terpenuhi dengan baik. Perawatan paliatif
yang efektif membutuhkan pengkajian yang akurat terkait kebutuhan fisik dan
emosional, dan perencanaan yang tepat untuk mengatasi kebutuhan personal
pasien. Mengingat bahwa pelayanan paliatif hendaknya berpusat pada pasien
dan diberikan oleh tim multi profesional yang bekerja sama dengan pasien
dan keluarganya, maka pendekatan “Patient-Centered Care (PCC)” atau
“perawatan berpusat pada pasien” sangat cocok untuk diterapkan dalam
pelayanan paliatif (Josephsen, J., & Martz, K. 2014).
Di Indonesia, lebih dari 60% pasien kanker datang berobat ke rumah
sakit pada kondisi stadium lanjut. Sejalan dengan pengertian paliatif menurut
WHO, maka pada kenyataannya, pasien tersebut adalah pasien paliatif dan
membutuhkan pelayanan paliatif. Selain itu, pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Diseases (COPD), hemodialisis, HIV/ AIDS dan
dimensia juga memerlukan pelayanan paliatif. Pasien paliatif seperti pasien
dengan kanker stadium lanjut, menderita fisik, psikososial, spiritual, atau
masalah lainnya. Masalah pasien bisa berbeda terkait dengan perebedaan latar
belakang budaya, nilai-nilai personal, dan ekonomi. Guna menghadapi
masalah yang sama, setiap pasien bisa mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkaji masalah dan kebutuhan
pasien sehingga pelayanan paliatif dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
personal pasien dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien

Perawatan paliatif diberikan kepada pasien yang menderita penyakit


progresif dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien,
baik fisik, psikologi, sosial dan spiritual sehingga pasien dapat menghadapi
kematian secara berkualitas dan bermartabat. Perawatan paliatif bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir kehidupan dan dukungan terhadap keluarga
yang kehilangan/berduka. Filosofi dari perawatan paliatif adalah penguatan

5
pada paradigma care yang fokus perawatannya (Josephsen, J., & Martz, K.
(2014).

Perkembangan layanan perawatan paliatif di Indonesia berjalan


lambat. Masih terdapat ketidakseimbangan yang besar antara permintaan dan
ketersediaannya, terutama di daerah pedesaan. Saat ini, perawatan paliatif
hanya tersedia di tujuh kota dari 98 kota besar dan 17.000 pulau, padahal
lebih dari 50% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Penyediaan
perawatan paliatif di Indonesia telah diklasifikasikan sebagai level a, yang
artinya tidak sepenuhnya terintegrasi ke dalam layanan kesehatan umum.
Namun, seiring dengan meningkatnya kejadian penyakit tidak menular di
Indonesia termasuk kanker, diabetes, dan penyakit kardiovaskular,
permintaan perawatan paliatif semakin meningkat (WHO, 2010). Sayangnya,
deteksi dan diagnosis dini jarang terdengar di negara berkembang termasuk
Indonesia (Syarifah Lubbna 2020).
Rochmawati, Wiechula & Cameron menunjukkan bahwa pemahaman
yang terbatas tentang perawatan paliatif di kalangan profesional kesehatan,
tantangan geografis, dan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
merupakan hambatan dalam penyediaan perawatan paliatif di Indonesia.
Selain itu, tidak adanya kebijakan pemerintah tentang pengobatan opioid serta
adanya opiophobia di kalangan masyarakat Indonesia dan pembuat kebijakan
membuat penyediaan perawatan paliatif menjadi lebih menantang.
Ketersediaan layanan perawatan paliatif yang tidak merata karena hambatan-
hambatan ini kemungkinan besar akan mengakibatkan penderitaan yang tidak
perlu pada orang-orang dengan penyakit yang membatasi hidup, terutama
mereka yang tinggal di daerah pedesaan (Syarifah Lubbna 2020).
D. Hambatan Perkembangan Perawatan Paliatif di Indonesia
Hambatan dalam perkembangan perawatan paliatif juga datang dari
pemberi perawatan kesehatan profesional. Persepsi yang kurang tepat dari
pemberi perawatan kesehatan profesional tentang perawatan paliatif menjadi
hambatan yang paling besar. Pemberi perawatan kesehatan profesional

6
menganggap bahwa perawatan paliatif baru diberikan apabila pengobatan
aktif sudah tidak diberikan. Mereka juga menganggap bahwa masalah
psikologis, kesulitan sosial dan aspek spiritual bukan merupakan perawatan
yang harus diberikan pada pasien paliatif. Sifat mereka yang ingin berusaha
sampai akhir, tabu membahas tentang kematian, menghindari penggunaan
opioid, takut kehilangan kontrol dan penghasilan menyebabkan penolakan
untuk merujuk pasien pada perawatan paliatif (Witjaksono et al., 2014)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indarwati didapati bahwa
adanya hambatan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
memberikan pelayanan perawatan paliatif, salah satunya yaitu kurangnya
pengetahuan perawat terkait cara pemberian pelayanan perawatan paliatif
yang optimal dan berkualitas. Menurut Donsu (2017) pengetahuan yang baik
tentang perawatan paliatif bisa mempengaruhi sikap, tingkat laku,
komunikasi, empati, serta teknik mengatasi nyeri menjadi lebih baik. Oleh
sebab itu, pengetahuan perawat tentang perawatan paliatif sangat diperlukan
bagi perawat dalam memahami dan menjadi dasar praktik dalam pemberian
asuhan keperawatan paliatif baik kepada pasien maupun keluarganya.
E. Perkembangan Perawatan Paliatif
1) Masa Lalu
Perawatan hospis modern digagas oleh Dame Cicely Saunders
pada tahun 1960an. Konsep yang dikenalkan Dame adalah konsep
caring pada pasien stadium akhir. Konsep tersebut memberikan
pandangan untuk melihat fenomena secara holistic. Pasien dipandang
sebagai makhluk kompleks, bukan sebagai individu dengan masalah
fisik saja. Menurut Dame, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual
pasien saling berpengaruh dengan gejala fisik pasien. Pada tahun 1967,
Dame mendirikan rumah hospis di London. Ia mengintegrasikan
pendidikan dan penelitian dalam pelayanan di rumah hospis.
Perkembangan gerakan rumah hospis beriringan dengan pelayanan
perawatan paliatif yang mulai menekankan aspek care, ditandai dengan
dikenalkannya dokter spesialis paliatif secara formal pada tahun 1982.

7
Perawatan paliatif mampu memberikan perubahan yang sangat
signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup pasien, mempersiapkan
pasien meninggal secara damai, dan memberikan dukungan kepada
keluarga pasien.
2) Masa Sekarang dan Masa Depan
Departemen Kesehatan Inggris memperkenalkan program End of
Life Care Strategy dan The Gold Standards Framework yang
memberikan standar pada pelayanan paliatif. Pasien bebas memilih
tempat selama menjalani perawatan dan petugas perawatan paliatif
bertugas memaksimalkan umur pasien selama perawatan. Peran anggota
tim interprofesional, komunikasi efektif pada pasien, keluarga, dan
sesama tim saat ini telah memiliki panduan secara umum maupun
mengkhususkan pada penyakit tertentu. Saat ini, petugas kesehatan area
paliatif harus dapat memahami dengan baik pelayanan bagi pasien
kelompok usia lanjut, hal ini disebabkan oleh perkiraan WHO dimana
69% dari 19 juta orang yang membutuhkan perawatan paliatif adalah
pasien di atas 65 tahun (Arif Munandar 2022).

F. Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif

Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari


medis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip
pada praktek medis yang baik. Prinsip dasar perawatan paliatif yaitu:

a) Sikap peduli terhadap pasien.


Termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan segala
aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan.
b) Menganggap pasien sebagai seorang individu.
Setiap pasien adalah unik meskipun memiliki penyakit ataupun
gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun yang sama
persis dengan pasien lainnya. perawatan paliatif untuk tiap individu.

8
c) Pertimbangan kebudayaan
Faktor etnis, rus, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien.
d) Persetujuan
Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum
perawatan dimulai atau diakhiri.
e) Memilih tempat dilakukannya perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien dan keluarganya
harus ikut serta dalam diskusi ini.
f) Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan
keluarga adalah hal yang sangat penting dan mendasr dalam
pelaksanaan perawatan paliatif.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal
serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Penyelenggaraan pelayanan paliatif di Indonesia masih dalam masa


pertumbuhan dan masih sangat terbatas pada rumah sakit tertentu. Jumlah
tenaga kesehatan yang paham akan konsep pelayanan paliatif pun masih
sangat terbatas. Alhasil, lebih banyak pasien dengan kanker meninggal di
rumah sakit tanpa menerima perawatan paliatif tertentu atau mereka
meninggal di rumah tanpa dukungan yang memadai dari para profesional
perawatan paliatif.

Di Indonesia, lebih dari 60% pasien kanker datang berobat ke rumah


sakit pada kondisi stadium lanjut. Sejalan dengan pengertian paliatif menurut
WHO, maka pada kenyataannya, pasien tersebut adalah pasien paliatif dan
membutuhkan pelayanan paliatif. Selain itu, pasien dengan Chronic
Obstructive Pulmonary Diseases (COPD), hemodialisis, HIV/ AIDS dan
dimentia juga memerlukan pelayanan paliatif. Pasien paliatif seperti pasien
dengan kanker stadium lanjut, menderita fisik, psikososial, spiritual, atau
masalah lainnya. Masalah pasien bisa berbeda terkait dengan perebedaan latar
belakang budaya, nilai-nilai personal, dan ekonomi. Guna menghadapi
masalah yang sama, setiap pasien bisa mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkaji masalah dan kebutuhan
pasien sehingga pelayanan paliatif dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
personal pasien dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien.

10
B. Saran
Dengan ditulisnya makalah yang sederhana ini perawat diharapkan untuk
belajar secara mandiri agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tentang perawatan paliatif serta kebijakan-kebijakan nasional
mengenai perawatan paliatif yang ada dan terjadi di Indonesia, sehingga
pelayanan perawatan paliatif yang diberikan pada pasien dan keluarga akan
menjadi lebih baik hingga kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Neiman, T. (2020). Acute Care Nurses’ Experiences of Basic Palliative Care.


Journal of Hospice and Palliative Nursing, 22(2), 101–107.
https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000622

Dobrina, R., Tenze, M., & Palese, A. (2018). Transforming End-of-Life Care
by Implementing a Patient-Centered Care Model. Journal of Hospice &
Palliative Nursing, 20(6), 531–541.
https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000468

Lubbna Syarifah (2020). Mengembangkan Perawatan Paliatif Berbasis


Masyarakat Di Indonesia: Belajar Dari Implementasi Sukses Di India Dan
Uganda .Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(Cirebon)

Josephsen, J., & Martz, K. (2014). Faculty and student perceptions: An end-of-
life nursing curriculum survey. Journal of Hospice and Palliative Nursing,
16(8), 474 481. https://doi.org/10.1097/NJH.0000000000000098

Munandar Arif (2022).Paliatif Care Dan Home Care. Media Sains Indonesia.
Bandung Jawa Barat
www. penerbit.medsan.co.id

11
12

Anda mungkin juga menyukai