DISUSUN OLEH:
Ciri-ciri konsep diri pada anak dan remaja yang memiliki konsep diri negatif
adalah:
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat
dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat
mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang
salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha
untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang
memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang
terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan
berbagai logika yang keliru.
2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun dia mungkin berpura-pura
menghindari pujian, dia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya
pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam
embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian.
Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun
hiperkritis terhadap orang lain.
3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak
sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada
kelebihan orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak
diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh,
sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan
berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau
bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
5. Bersikap pesimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Dia akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.
. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi, tetapi masih
lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi pendorong dan masih
dapat dicapai (Keliat, 2005).
2.7.3 Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Keliat, 2005). Peran yang
ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan
peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang
tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok
dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap
peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta
posisi yang tidak mungkin dilaksanakan (Keliat, 2005). Stress peran terdiri
dari konflik peran yang tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran
yang terlalu banyak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan
peran yang harus di lakukan menurut Stuart and sundeen, 2006 adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang
dilakukan.
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
5. Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidak sesuain perilaku
peran.
Menurut Stuart and Sunden Penyesuaian individu terhadap
perannya di pengaruhi oleh beberapan faktor, yaitu:
1. Kejelasan prilaku yang sesuai dengan perannya serta pengetahuan
yang spesifik tentang peran yang diharapkan.
2. Konsistensi respon orang yang berarti atau dekat dengan
peranannya.
3. Kejelasan budaya dan harapannya terhadap prilaku perannya.
4. Pemisahan situasi yang dapat menciptakan ketidak selarasan.
2.7.4 Identitas
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang
memandang dirinya berbeda dengan orang lain. Kemandirian timbul dari
perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan penyesuaian diri.
Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Identitas
diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri.
Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin (Keliat, 2005).
Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan
dan perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri individu dapat
ditandai dengan:
Memandang dirinya secara unik.
Merasakan dirinya berbeda dengan orang lain.
Merasakan otonomi : menghargai diri, percaya diri, mampu diri,
menerima diri dan dapat mengontrol diri.
Mempunyai persepsi tentang gambaran diri, peran dan konsep diri
Karakteristik identitas diri dapat dimunculkan dari prilaku dan
perasaan seseorang, seperti:
Individu mengenal dirinya sebagai makhluk yang terpisah dan
berbeda dengan orang lain.
Individu mengakui atau menyadari jenis seksualnya.Individu mengakui
dan menghargai berbagai aspek tentang dirinya, peran, nilai dan
prilaku secara harmonis.
Individu mengaku dan menghargai diri sendiri sesuai dengan
penghargaan lingkungan sosialnya.
Individu sadar akan hubungan masa lalu, saat ini dan masa yang
akan dating.
Individu mempunyai tujuan yang dapat dicapai dan di realisasikan
(Meler dikutip Stuart and Sudeen, 1991)
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai
dengan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai seseorang yang penting
dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau
tidak langsung diekspresikan. (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang
berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal
menyesuaikan tingkah laku dancita – cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam
menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita.
2. Tanda-tanda klien dengan harga diri rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
(Stuart dan Sudden ; 1998, hal 230)
3. Faktor-faktor
a. Faktor predisposisi
1. Penolakan orang tua
2. Harapan orang tua yang tidak realistis
3. Kegagalan yang berulang kali
4. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5. Ketergantungan kepada orang lain
6. Ideal diri tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1. Citra tubuh yang tidak sesuai
2. Keluhan fisik
3. Ketegangan peran yang dirasakan
4. Perasaan tidak mampu
5. Penolakan terhadap kemampuan personal
6. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
C. POHON MASALAH
Isolasi Sosial = Menarik diri
D. MASALAH KEPERAWATAN
1. Isolasi Sosial : Menarik diri
Data :
a. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
b. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-
cakap dengan klien lain atau perawat
c. Mengisolasi diri (menyendiri)
d. Tidak atau c dengan orang lain
e. Aktifitas menurun
f. Harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Data :
a. Malu terhadap diri sendirfffdi akibat penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial : menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan
koping individu tidak efektif
F. RENCANA KEPERAWATAN
o Isolasi sosial : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum
Klien tidak menarik diri dan mampu berhubungan dengan orang lain
secara optimal
Tujuan khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
o Kriteria hasil
Ekspresi wajah bersahabat, tidak acuh, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau bercakap-cakap
dan mengutarakan masalah yang dihadapi
o Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
hubungan therapeutik
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggialan yang
disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Selalu kontak mata selama interaksi
7. Tunjukan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
o Kriteria hasil
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
o Intervensi
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2. Bantu klien mengekspresikan dan menggambarkan
perasaan serta pikirannya
3. Tekankan bahwa kekuatan untuk berubah tergantung pada
klien sendiri
4. Identifikasi stresor yang relevan dan penilaian klien terhadap
stresor tersebut
5. Dukung kekuatan, ketrampilan dan respon koping yang
efektif
6. Utamakan memberi pujian therapeutik
7. Tingkatkan keterlibatan keluarga dan kelompok untuk
memberikan dukungan untuk mempertahankan kemajuan
dan perkembangan klien
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
1) Nama : Tn. I
2) Umur : 31 Tahun
3) Alamat : Ngabang
4) Status Perkawinan : Menikah
5) Agama : Islam
6) Suku/Bangsa : kei / Indonesia
7) Pendidikan : SD
8) Pekerjaan : Petani
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan disuruh ibu dan istri nya untuk melanjutkan berobat,
sering menyendiri dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.
III. ALASAN MASUK
2 bulan sebelum masuk RS klien sering menyendiri, membanting barang,
bicara sedikit, sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah
rawat jalan di RSUD. KS
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan
yaitu ia jatuh dari sepeda.
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
Ukuran :
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 62 Kg
2. Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket :
: Laki - laki
: Perempuan
: Meninggal
2. Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
adalah mata karena bisa melihat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah
sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa
bosan dan ingin bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan
orang lain selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, kurang interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri dan ke dua anak ny.
Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering
mengikuti gotong royong didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat
jalan / berobat jalan temannya berkurang karena klien malu
berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri
4. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis
sholat klien berdoa agar cepat sembuh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Menarik Diri berhubungan dengan Harga Diri Rendah
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan Koping Individu Tidak
Efektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl. Dx.Keperaw Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
atan
14- Menarik Diri TUM
11- berhubungan -Klien dapat Klien ekspresi 1. Beri salam / panggil
20 dengan berhubungan wajah bersahabat. nama
harga Diri dengan orang Klien menunjukan 2. yang disukai
Rendah lain secara rasa senang. 3. Jelaskan BHSP
optimal. Klien mau kontak dengan komunikasi
-Klien dapat mata. terapeutik
membina Klien mau 4. Memperkenalkan diri
hubungan saling berjabat tangan. dengan sopan
percaya Klien mau 5. Tanyakan nama
S:
16 3. Mengidentifikasi Klien mengatakan cara penilaian positif
november kemampuan dan aspek tidak boleh berfikir jelek terhadap orang
2020 positif yang dimiliki lain,sopan santun dan ramah yang
Jam dengan : diutamakan.
17.00 Membantu O:
mengidentifikasi dengan Klien dapat mengungkapkan perasaannya
aspek yang positif A : SP 3 teratasi sebagian
Mendorong agar P:
berpenilaian positif -lanjutkan SP 1 keluarga
Membantu
mengungkapkan -Anjurkan klien untuk mempertahankan
perasaannya hubungan saling percaya berinteraksi
secara terarah.
DAFTAR PUSATAKA
Keliat, Budi.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C. 2005. Proses keperawatan
kesehatan jiwa,Edisi 2. Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Stuart & Sundeen. (2006). Keperwatan psikiatrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5 Jakarta EGC
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta:
ANDI
Stuart, G.W. dan Sudeen, S.J. (1995). “Principles And Practice Of Psychiatric
Nursing”. (6th ed). St. Louis : Mosby year book