Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota

keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses

keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup

wewenang serta tanggung jawab keperawatan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008).

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan

keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan

sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan

pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga,

observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga

dan data sekunder.

Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :

2.1.1.1 Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga


4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi keluarga dan genogram

6) Tipe keluarga

7) Suku bangsa

8) Agama

9) Status sosial ekonomi keluarga

10) Aktifitas rekreasi keluarga

2.1.1.2 Riwayat-Riwayat Dan Perkembangan Keluarga

Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan

dengan anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu

menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang

belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa

tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai

riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi

riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-

masing anggota keluarga, perhatian terhadap

pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan

yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman

pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.


4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

2.1.1.3 Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

4) Sistem pendukung keluarga

2.1.1.4 Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai

cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota

keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-

masing anggota keluarga baik secara formal maupun

informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai

nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang

berhubungan dengaan kesehatan.


5) Fungsi keluarga :

a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri

anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki

dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan

tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana

berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,

budaya dan perilaku.

c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan

sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota

keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan

keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan

keluarga dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga,

yaitu mampu mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,


melakukan perawatan kesehatan pada anggota

keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang

dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di

lingkungan setempat.

d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji

adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam

mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan,

merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan

lingkungan yang mendukung kesehatan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

ada.

6) Stres dan koping keluarga

a) Stressor jaangka pendek dan panjang

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/

stressor

c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

d) Strategi adaptasi fungsional yang digunakan bila

menghadapi permasalah.
2.1.1.5 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa

keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik

tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan

keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian,

menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

yang ada.

2.1.2 Diagnosa

Diagnosa keperawatan adalah suatu proses analisis data untuk

merumuskan masalah keperawatan yang dialami oleh klien

(Marjory Gordon, dkk, 2011).

Diagnosa yang muncul:

2.1.2.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

yang terjadi pada anggota keluarga

2.1.2.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang

tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi

2.1.2.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan hipertensi

2.1.2.4 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau

memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi

penyakit hipertensi
2.1.2.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan

hipertensi

2.1.3 Intervensi

Intervensi keperawatan adalah suatu rencana tindakan keperawatan

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan

(Bulechek, et al, 2016).

Diagnosa:

2.1.3.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi

yang terjadi pada anggota keluarga.

Tujuan :

Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah

tiga kali kunjungan rumah. Dengan kriteria: keluarga

dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit

hipertensi.

Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit hipertensi

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit

hipertensi

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

2.1.3.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang

tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi


Tujuan :

Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali

kunjungan rumah. Dengan kriteria: keluarga dapat

menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan

yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

Intervensi :

1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk

merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi

2.1.3.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan hipertensi

Tujuan:

Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap

anggota keluarga yang menderita hipertensi setelah tiga

kali kunjungan rumah. Dengan kriteria: keluarga dapat

menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan

penyakit hipertensi.

Intervensi :

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit

hipertensi.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet

yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota

keluarga yang menderita hipertensi.

3) Lakukan penyuluhan kesehatan tentang resiko bahaya

merokok bagi anggota keluarga yang menderita

hipertensi.

2.1.3.4 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau

memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi

penyakit hipertensi.

Tujuan :

Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat

menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali

kunjungan rumah. Dengan kriteria: keluarga dapat

menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan

terhadap proses penyakit hipertensi

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk

mencegah dan mengatasi penyakit hipertensi

misalnya:

a. Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko

kecelakaan misalnya benda yang tajam.


b. Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya

sarung tangan.

c. Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk

mengurangi terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah

dijelaskan.

2.1.3.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan

hipertensi.

Tujuan :

Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensisetelah dua

kali kunjungan rumah. Dengan kriteria: keluarga dapat

menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit

hipertensi.

Intervensi :

Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta

pertolongan untuk perawatan dan pengobatan hipertensi

.
2.1.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai

setelah intervensi tersusun (Setiadi, 2012).

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria yang

dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat A. Aziz Alimul, 2014).

2.2 Konsep Teori Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri

dari individu–individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain,

saling bergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal (Padila,

2012).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Setiadi, 2012).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga

yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan

(darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu

berinteraksi serta saling ketergantungan.


2.2.2 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Padali (2012) antara lain :

2.2.2.1 Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi

afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen

yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan

fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,

kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar

anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling

menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap

anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim

positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak

pasangan sepakat memulai hidup baru.

2.2.2.2 Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga

merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,


misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu

dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini

keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak, dan menaruh nilai-nilai budaya

keluarga.

2.2.2.3 Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan

suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi

kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk

keluarga adalah meneruskan keturunan.

2.2.2.4 Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan

makan, pakaian, dan tempat tinggal.

2.2.2.5 Fungsi Perawatan Kesehata

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan

keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan

atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang

dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup

menyelesaikan masalah kesehatan.


2.2.3 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Harnilawati (2013), tahapan perkembangan

keluarga dibagi menjadi 8 :

2.2.3.1 Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu

membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan

tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,

mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan

menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian

kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).

2.2.3.2 Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan

menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan

anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan

tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan

dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6

minggu.
2.2.3.3 Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan

kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh

kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.

2.2.3.4 Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas

perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak

terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk

mencapai pengembangan daya intelektual, dan

menyediakan aktifitas anak.

2.2.3.5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah

pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi

terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan

peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang anggota keluarga.

2.2.3.6 Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk

hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata

kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.


2.2.3.7 Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu

mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam

mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan

hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa

tua.

2.2.3.8 Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti

penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara

hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan

kematian, serta melakukan life review masa lalu.

2.2.4 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Harnilawati (2013) tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yaitu:

2.2.4.1 Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

2.2.4.2 Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan

2.2.4.3 Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota

keluarga yang sakit

2.2.4.4 Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat

meningkatkan kesehatan
2.2.4.5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

terdapat di lingkungan setempat

2.3 Konsep Teori Hipertensi

2.3.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan

darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih

dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi

atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran

darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung

bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).

2.3.2 Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri

tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya

arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan

penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua

golongan yaitu :

2.3.2.1 Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak

diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar

menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita

hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini.


Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai

tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab

hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan

metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag

meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,

konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

2.3.2.2 Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah

diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes,

jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan

dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena

tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk

resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

2.3.3.1 Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol

Menurut Endang Triyanto (2014) faktor resiko yang tidak

dapat dikontrol antara lain:

1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan

wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah

lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30


tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita

ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita

hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan

dengan perubahan hormon pada wanita setelah

menopause.

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil

akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan

cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,

semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah

semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung

mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan

diusia muda.

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap

keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya.

Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium individu sehingga pada orang tua

cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi

dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang

tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.


4) Pendidikan

Tingkat pendidikan secara tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah.Tingginya resiko

hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan

kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi

oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada

perilaku atau pola hidup sehat.

2.3.3.2 Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

Menurut Endang Triyanto (2014) faktor resiko hipertensi

yang dapat dikonrol antara lain:

1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung

kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori

mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi

peningkatan berat badan atau obesitas dan akan

memperburuk kondisi.

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah

untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi

yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih

otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang

lebih berat karena adanya kondisi tertentu.


3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini

dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat

mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang

direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol

(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram).

5) Minum alcohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah yang

tergolong parah.

2.4 Konsep Teori Pendidikan Kesehatan

2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang konduktif untuk kesehatan.

Artinya, pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadari atau mengetahui bagaimana memelihara kesehatan

mereka, begaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang

merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orng lain,kemana


seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

2.4.2 Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan adalah mengembangakan atau meningkatkan 3

domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), efektif (affective

domain), dan psikomotor (psychomotor domain) (Notoatmodjo,

2003).

2.4.3 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai

dimensi ( Herawani dkk,2001) antara lain:

2.4.3.1 Sasaran pendidikan kesehatan

Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan

dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: pendidikan

kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan

kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok, pendidikan

kesehatan masyarakat.

2.4.3.2 Tempat pelaksana pendidikan kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan

dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga sendirinya

sasaran juga berbeda, misalnya:


1) Pendidikan kesehatan disekolah, dilakukan disekolah

dengan sasaran murid, yang pelaksanaannya

diintekgrasikan dalam upaya kesehatan sekolah (UKS)

2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan,

dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai

kesehatan, rumah sakit umum maupun khasus dengan

sasaran pasien dan keluarga pasien.

3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan

sasaran buru atau karyawan. Pemeriksaan dan

pengobatan penyakit secara tuntas. Pada tingkat ini

kegiatan meliputi perawatan untuk menghentikan

penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, serta

fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian.

2.4.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan

individual, kelompok, dan massa ( public ) (Notoatmodjo, 2003)

2.4.4.1 Metode Pendidikan Individual (perorangan)

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang

bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku

baru, atau seseorang yang mulai tertarik kepada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakanya

pendidikan individual ini disebabkan karena setiap orang


mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda

sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.

Bentuk dari pendekatan ini antara lain:

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

2) Wawancara (interview)

2.4.4.2 Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus

mengingat besarnya kelompok serta tingkat pendidikan

formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar

metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektifitas

suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasran

pendidikan.

1) Kelompok besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila

peserta penyeluhan itu lebih dari 155 orang. Metode

yang baik uantuk kelompok besar ini antara lain

ceramah dan seminar.

2) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan itu kuarang dari 15 orang

disebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok

untu kelompok kecil ini antara lain diskusi kelompok,

curah pendapat (brain storming), bola salju (snow


boling), kelompok kecil-kecil (bruzz group),

memainkan peran (role play), permainan simulasi (

simulation game ).

3) Metode pendidikan massa (public)

Metode pendidikan (pendekatan) massa uantuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya, massa atau

publik, maka cara yang tepat adalah pendekatan massa.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini

tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui

media massa. Contoh metode ini antara lain ceramah

umum (public speaking).

2.5 Konsep Teori Rokok

2.5.1 Definisi Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara

70 hingga 120 mili meter (bervariasi tergantung negara) dengan

diameter sekitar 10 mili meter yang berisi daun-daun tembakau

yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan

dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada

ujung lainnya. Rokok adalah suatu bahan yang mengandung zat-zat

kimia yang dapat membuat konsumennya ketagihan sehingga

rokok pun menjadi kebutuhan (Jia-Xiang, 2014).


Rokok dapat dibedakan menjadi rokok elekrik dan rokok

nonelektrik. Rokok berdasarkan bahan pembungkusnya dibedakan

menjadi klobot, kawung, sigaret, dan cerutu. Berdasarkan bahan

baku atau isinya terdapat rokok putih, rokok kretek, dan rokok

klembak. Rokok berdasarkan proses pembuatannya terdapat Sigaret

Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Dan rokok

berdasarkan penggunaan filternya disuguhkan dalam bentuk Rokok

Filter (RF) dan Rokok Non Filter (RNF) (Aji et al., 2015).

2.5.2 Bahan Kimia yang Terkandung dalam Rokok

Rokok berasal dari tanaman tembakau, tanaman ini dimanfaatkan

terutama untuk pembuatan rokok. Asap yang dihasilkan diharapkan

dapat memberikan kenikmatan bagi perokok. Tembakau yang

bermutu tinggi adalah aromanya harum, rasa isapnya enteng, dan

menyegarkan. Dari 2500 komponen kimia yang sudah

teridentifikasi beberapa komponen berpengaruh terhadap mutu asap

antara lain:

2.5.2.1 Persenyawaan nitrogen (nikotin, protein)

Nikotin merupakan senyawa organik spesifik yang

terkandung dalam daun tembakau. Apabila diisap akan

menimbulkan rangsangan psikologis bagi perokok dan

membuatnya menjadi ketagihan. Kandungan nikotin pada

asap rokok berpengaruh terhadap beratnya rasa isap,


semakin tinggi kadar nikotin rasa isapnya semakin berat,

sebaliknya tembakau yang berkadar nikotin rendah rasanya

enteng (hambar).

2.5.2.2 Senyawa karbohidrat (pati, pektin, selulose, gula)

Pati, pektin dan selulose merupakan senyawa bertenaga

tinggi yang merugikan aroma dan rasa isap, sehingga harus

diubah menjadi gula selama prosesing. Gula berperan dalam

meringankan rasa berat dalam pengisapan rokok, tetapi bila

terlalu tinggi dapat menyebabkan panas dan iritasi

kerongkongan, dan menyebabkan tembakau mudah

menyerap lengas (air) sehingga tembakau menjadi lembap.

Keseimbangan gula dan nikotin pada asap rokok akan

menentukan kenikmatan dalam merokok.

2.5.2.3 Resin dan minyak atsiri

Getah daun tembakau mengandung resin dan minyak atsiri,

yang akan menimbulkan bau harum pada asap rokok.

2.5.2.4 Asam organik

Asam-asam organik seperti asam oksalat, asam sitrat dan

asam malat membantu daya pijar dan memberikan

kesegaran dalam rasa isap.

2.5.2.5 Zat warna: klorofil (hijau), santofil (kuning), karoten

(merah)
Klorofil yang masih ada pada daun tembakau membuat

pijaran rokok akan menimbulkan bau tidak enak, sedangkan

santofil dan karoten tidak berpengaruh terhadap aroma dan

rasa isap.

2.5.3 Derajat Merokok

Menurut Amelia et al. (2016), derajat merokok seseorang dapat

diukur dengan Indeks Brinkman, yaitu hasil perkalian antara

jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan dengan

lama merokok dalam satu tahun, yang dikelompokkan sebagai

berikut:

1) Perokok ringan : <200 batang per tahun

2) Perokok sedang : 200-599 batang per tahun

3) Perokok berat : >600 batang per tahun

2.5.4 Bahaya dan Efek Samping Rokok Bagi Kesehatan

Menurut Jia-Xiang (2014) Bahaya merokok adalah:

2.5.4.1 Bagi perokok aktif

1) Penyakit Kardiovaskular terkait tembakau

Penyakit kardiovaskular dan aterosklerosis adalah

penyebab utama kematian pada masyarakat industri.

Merokok berhubungan erat dengan faktor risiko lain

seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia, yang

berkontribusi pada proses aterosklerosis. Penelitian


yang telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa

risiko penyakit arteri koroner meningkat dengan jumlah

rokok yang dihisap per hari, jumlah tahun merokok dan

usia memulai, sedangkan penghentian merokok

dilaporkan mengurangi mortalitas dan morbiditas dari

aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakit

akibat peradangan pada pembuluh darah yang bersifat

progresif. Aterosklerosis dimulai dengan fatty streak

yang merupakan akumulasi sel busa pada tunika intima.

Perubahan fatty streak menjadi aterosklerosis terdiri

atas tiga komponen yaitu inflamasi, sel otot polos dan

sel jaringan ikat. Aterosklerosis disebabkan oleh

banyak faktor, salah satunya yaitu kebiasaan merokok

dan kenaikan kadar LDL dalam darah. Asap rokok

yang terhirup akan menghasilkan radikal bebas yang

dapat mengoksidasi LDL menjadi Ox-LDL.

Pembentukan Ox-LDL akan memicu respon inflamasi

dan menghasilkan sitokin yang mengekspresikan

molekul adhesi pada permukaan endotel, yaitu inter

cellular adhesion molecule-I (ICAM-I), vascular cell

adhesion molecule-I (VCAM-I) yang menyebabkan

melekatnya monosit pada permukaan endotel,


kemudian monosit tersebut akan berpenetrasi ke tunika

intima menjadi makrofag dan mengekspresikan

macrophage colony stimulating factor (MCSP).

Molekul M-CSP berfungsi merangsang terjadinya

radang dan mengekspresikan reseptor skavenger yang

dapat mengenali LDL termodifikasi sehingga

membentuk sel busa yang menyebabkan penyempitan

lumen arteri. Tahap ini merupakan tahap pembentukan

fatty streak. Pada tahap selanjutnya, makrofag akan

mengeluarkan sitokin proinflamasi yang akan menarik

sel otot polos menuju tunika intima dan meningkatkan

matriks ekstraseluler. Hasil akhir dari lesi ini adalah

plak fibrous endotel yang terdiri dari sel lemak, sel otot

polos dan sel jaringan ikat.

2) Kanker terkait tembakau

Karsinogenesis tembakau tetap menjadi fokus

penelitian selama 10 tahun terakhir, dan berbagai studi

epidemiologi dan eksperimental tidak hanya

mengkonfirmasi peran utama paparan asap tembakau

pada kanker paru-paru dan kandung kemih, tetapi juga

hubungannya dengan kanker lain, seperti rongga mulut,

kerongkongan, usus besar, pankreas, payudara, laring


dan ginjal. Ini juga terkait dengan leukemia, terutama

leukemia myeloid akut.

2.5.4.2 Bagi perokok pasif

Asap rokok merupakan penyebab utama penyakit paru

obstruktif kronik dan kanker paru-paru, dan merupakan zat

karsinogen pada manusia. Perokok pasif juga terlibat dalam

peningkatan aterosklerosis pada individu berusia 15 hingga

65 tahun. Anak-anak yang terpapar ETS (Environmental

tobacco smoke) berisiko lebih tinggi mengalami gangguan

kardiovaskular.

2.5.5 Hubungan merokok dengan tekanan darah

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

tekanan darah. Kandungan rokok yang diketahui dapat

menyebabkan darah tinggi salah satunya adalah nikotin yang

bersifat simpatometik. Nikotin menstimulasi ganglia saraf simpatis

dan medulla adrenal yang merilis epinefrin yang menyebabkan

vasokontriksi. Vasokontriksi menyebabkan tahanan perifer

meningkat dan menurunkan perfusi oksigen ke jaringan. Jantung

mengkompensasi hal tersebut dengan meningkatkan denyut jantung

dan stroke volume seperti pada tekanan darah tinggi (Jia-Xiang,

2014).

Anda mungkin juga menyukai