Anda di halaman 1dari 39

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan Pada Keluarga

2.1.1 Pengkajian

Menurut Gusti (2013) mengatakan bahwa pengkajian asuhan

keperawatan keluarga sebagai berikut:

2.1.1.1 Identitas Kepala Keluarga

Nama atau insial kepala keluarga, umur, alamat, nomor

telepon jika ada, pekerjaan, pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis

kelamin, agama, pendidikan, komposisi anggota keluarga.

2.1.1.2 Genogram

Membantu untuk mengetahui adanya faktor genetik atau

faktor keturunan yang menimbulkan penyakit pada pasien

2.1.1.3 Tipe Keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional

atau tipe keluarga non tradisional).

2.1.1.4 Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya/kebiasaan-kebiasaan terkait dengan kesehatan.

2.1.1.5 Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh

keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan pasien

yang sementara menjalani perawatan.

7
8

2.1.1.6 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh

pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

2.1.1.7 Aktivitas Rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi

juga penggunaan waktu luang dan senggang keluarga

secara bersama-sama

2.1.1.8 Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Widyanto dalam Gusti (2013) mengatakan bahwa

riwayat dan tahap perkembangan keluarga antara lain:

a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Pada tahap ini data ditentukan oleh anak tertua dari

keluarga saat ini.

b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi

dan mengapa belum terpenuhi.

c. Riwayat Keluarga Inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

staus imunisasi, sumber kesehatan biasa digunakan

serta pengalamnnya menggunakan pelayanan

kesehatan.
9

d. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak

suami dan istri.

2.1.1.9 Data Lingkungan

Menurut Gusti (2013) bahwa pengkajian data lingkungan

meliputi:

a. Karakteristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah luas bangunan,

pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi kondisi

rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi

lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih dan sistem

pembuangan limbah.

b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal,

nilai dan norma/aturan penduduk setempat, budaya

setempat yang mempengaruhi kesehatan keluarga.

c. Mobilitas keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap

dalam satu tempat atau mempunyai kebiasaan

berpindah-pindah tempat tinggal.

d. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan

masyarakat menjelaskan waktu yang digunakan

keluarga unutk berkumoul atau berinteraksi dengan

masyarakat lingkungan tempat tinggal.


10

e. Sistem Pendukung Keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan masyarakat setempat serta

jaminan pemeliharaam kesehatan yang dimiliki.

2.1.1.10 Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota

keluarga menggunakan sistem tertutup atau terbuka,

kualitas dan frekuensi komunikasi yang berlangsung

serta isi pesan yang disampaikan.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang

digunakan keluarga membuat keputusan.

c. Struktur dan Peran Keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

d. Nilai dan Norma Keluarga

Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunikasi serta bagaimana nilai dan

norma tersebut mempengaruhi status kesehatan

keluarga.

2.1.1.11 Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota


11

keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

b. Fungsi Sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga,

sejauh mana, anggota keluarga belajar disiplin, nilai,

norma dan budaya serta prilaku yang berlaku di

keluarga dan masyarakat.

c. Fungsi Perawatan atau Pemeliharaan Kesehatan.

Mengkaji sejauh mana mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktifitas tinggi.

d. Fungsi Reproduksi

Mengkaji berupa jumlah anak, merencanakan jumlah

anggota, metode apa yang digunakan keluarga dalam

mengendalikan jumlah anggota keluarga.

e. Fungsi Ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan

serta pemanfaatan lingkungan untuk meningkatkan

penghasilan keluarga.

2.1.1.12 Stress dan Koping Keluarga

a. Stresor Jangka Pendek dan Panjang

Stesor jangka pendek yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu


12

kurang dari 6 bulan, sedangkan stresor jangka panjang

yaitu stresor yang saat ini dialami ang memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan.

b. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi

Stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap

situasi stresor yang ada.

c. Strategi Koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

d. Strategi Adaptasi Disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga

yang idak adaptif) ketika keluarga menghadapi masalah.

2.1.1.13 Pemeriksaan Fisik

Pengkajian fisik antara lain:

a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing

sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut

tidaknya kulit dan pembengkakan.

b. Catat bila ada atrofi, tonus yang berkurang

c. Ukur kekuatan otot

d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

1) Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,

memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan


13

pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan

simetris.

2) Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya

hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

3) Tanda: Malaise

4) Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit,

kontraktor/kelaianan pada sendi.

f. Kardiovaskuler

Gejala: fenomena raynaud jari tangan/kaki (mis: pucat

intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari

sebelum warna kembali normal).

g. Integritas ego

1) Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis;

finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor

hubungan.

2) Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi

ketidakmampuan)

3) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas

pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).

h. Makanan/cairan

Gejala; Ketidakmampuan untuk mengkonsumsi

makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia

1) Kesulitan untuk mengunyah

2) Tanda: Penurunan berat badan

3) Kekeringan pada membran mukosa.


14

i. Hygiene

Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas

perawatan pribadi. Ketergantungan

j. Neurosensori

1) Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki,

hilangnya sensasi pada jari tangan.

2) Gejala: Pembengkakan sendi simetris

3) Nyeri/kenyamanan

4) Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai

oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).

k. Keamanan

Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi

kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam

menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga. Demam

ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran

mukosa.

l. Interaksi sosial

Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/

orang lain; perubahan peran; isolasi.

2.1.1.14 Harapan Keluarga

Keluarga berharap perawat dapat membantu penyelesaian

masalah kesehatan yang ada didalam keluarganya dan

membantu memberikan jalan keluar untuk penyelesaian

masalah tersebut.
15

2.1.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinik mengenai

respon individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah

kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial (Andarmoyo,

2012).

Menurut Kholifah & Widagdo (2016), bahwa perumusan

diagnosis keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran

individu atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan meliputi

masalah (problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign),

sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga yaitu:

2.1.2.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

a. Persepsi terhadap keparahan penyakit.

b. Pengertian.

c. Tanda dan gejala.

d. Faktor penyebab.

e. Persepsi keluarga terhadap masalah.

2.1.2.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

a. Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

b. Masalah dirasakan keluarga/Keluarga menyerah

terhadap masalah yang dialami.

c. Sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

d. Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan karena

informasi yang salah.


16

2.1.2.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit

a. Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit.

b. Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

c. Sumber–sumber yang ada dalam keluarga.

d. Sikap keluarga terhadap yang sakit.

2.1.2.4 Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan

a. Keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan.

b. Pentingnya higyene sanitasi.

c. Upaya pencegahan penyakit.

2.1.2.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan

a. Keberadaan fasilitas kesehatan.

b. Keuntungan yang didapat.

c. Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.

d. Pengalaman keluarga yang kurang baik.

e. Pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh keluarga.

Berdasarkan konsep diatas, maka diagnosis keperawatan

keluarga pada kasus covid-19 yang dimodifikasi dengan fungsi

perawatan kesehatan keluarga antara lain:

2.1.2.1 Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

2.1.2.2 Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan.
17

Prioritas masalah asuhan keperawatan keluarga sebagai berikut:

Tabel 2.1 Prioritas masalah

No. Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat
Masalah: 3
a. Aktual 2 1
b. Risiko Tinggi 1
c. Potensial
2. Kemungkinan Masalah dapat
diubah: 2
a. Mudah 1 2
b. Sebagian 0
c. Tidak Dapat
3. Potensi masalah untuk
dicegah : a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya
Masalah : a. 2
Segera Diatasi 1 1
b. Tidak segera diatasi 0
c. Tidak dirasakan ada masalah
Sumber: Kholifah & Widagdo (2016)

Penentuan Nilai (Skoring) :


Skor
X Nilai Bobot
Angka Tertinggi

Cara melakukan penilaian :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

bobot

c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

diagnosis.
18

2.1.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi (perencanaan) ialah kegiatan dalam keperawatan

yang meliputi pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil apa yang

ingin dicapai serta memilih intervensi keperawatan agar dengan

mudah mencapai tujuan. Tahapan perencanaan ini memberi

kesempatan kepada perawat, pasien atau klien serta orang terdekat

klien dalam merumuskan rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah yang dialami oleh klien tersebut. Perencanaan

tersebut merupakan suatu petunjuk yang tertulis dengan

menggambarkan sasaran yang tepat dan sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai

berdasarkan diagnosa keperawatan (Sebastian, 2021).

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang

dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan

tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan. Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas

observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018).

Intervensi keperawatan keluarga dengan masalah covid-19

menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

PPNI dan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) PPNI

sebagai berikut:
19

Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan dengan menggunakan SIKI dan SLKI

No Diagnosis Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Keperawatan


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
1. Pemeliharaan Keluarga a. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu mengenal a. Identifikasi kesiapan dan
kesehatan dapat kali kunjungan rumah Verbal masalah kesehatan covid-19 kemampuan menerima informasi
tidak efektif mengerti dan selama 45 menit, antara lain: b. Identifikasi faktor-faktor yang
berhubungan memahami diharapkan keluarga a. COVID-19 adalah penyakit dapat meningkatan dan
dengan informasi mengenal dan menular yang disebabkan oleh menurunkan motivasi perilaku
ketidakmampu yang sudah mengetahui penyakit jenis coronavirus (SARS-CoV- hidup bersih dan sehat
an keluarga diberikan covid-19 dan dapat 2) c. Sediakan materi dan media
mengenal tentang menyebutka: b. Tanda dan gejala covid-19 pendidikan kesehatan
masalah Covid-19 1. Definisi Covid-19 adalah: demam tinggi disertai d. Jadwalkan pendidikan
pada anggota 2. Penyebab Covid- menggigil, batuk kering, flu dan kesehatan sesuai kesepakatan
keluarga 19 pilek, hidung berair dan bersin- e. Berikan kesempatan untuk
3. Manifestasi Klinis bersin, nyeri tenggorokan, bertanya
Covid-19 sesak napas f. Jelaskan faktor risiko yang dapat
4. Penatalaksanaan c. Pencegahan covid-19 melalui mempengaruhi kesehatan
Umum Covid-19 Vaksin, Deteksi dini dan
5. Pencegahan isolasi, Hygiene, cuci tangan,
Covid-19 dan desinfektan, Alat
pelindung diri
20

d. Penatalaksaan pasien covid-19


adalah Isolasi pada semua
kasus, Implementasi
pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI), Suplementasi
oksigen, Terapi cairan,
Pemberian antibiotik empiris,
Pemberian kortikosteroid,
Observasi ketat, Memahami
komorbid pada pasien
b. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu mengambil a. Kaji keputusan keluarga yang
kali kunjungan Verbal keputusan yang tepat untuk tepat untuk merawat anggota
rumah selama 45 merawat anggota keluarga keluarga yang sakit
menit, diharapkan dengan covid-19 antara lain: b. Kaji cara pengambilan
keluarga mampu a. Menjelaskan dampak covid-19 keputusan
mengambil bagi anggota keluarga.
keputusan dalam b. Menjelaskan perawatan dan
memfasilitasi menyebutkan pencegahan
pencegahan covid- covid-19 pada anggota
19 keluarga sesuai dengan SOP
Covid-19
c. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu untuk a. Kaji pengetahuan keluarga
kali kunjungan rumah a. Menyebutkan cara tentang
21

selama 45 menit, Verbal pencegahan sesuai protokol cara merawat pasien covid-19
diharapkan keluarga kesehatan dan cara pencegahannya
mampu merawat b. Menyebutkan perawatan b. Diskusikan dengan keluarga
anggota keluarga pasien covid-19 tentang cara merawat pasien
yang sakit covid-19 covid-19
c. Evaluasi Kembali tentang cara
merawat dan melakukan
pencegahan covid-19
d. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu melakukan a. Ajarkan perilaku hidup bersih

kali kunjungan rumah Verbal pengambilan keputusan secara dan sehat

selama 45 menit, bersama (mufakat), untuk b. Ajarkan strategi yang dapat

diharapkan keluarga penyelesaian masalah: digunakan untuk meningkatkan

mampu memelihara a. Menyiapkan bahan-bahan perilaku hidup bersih dan sehat

lingkungan yang desinfektan

menunjang b. Menyiapkan tempat cuci

pencegahan covid-19 tangan

c. Membersihkan rumah dan

halaman
22

e. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu untuk a. Kaji pengetahuan keluarga


kali kunjungan rumah Verbal menyebutkan: manfaat pelayanan Kesehatan
selama 45 menit, a. Fasilitas kesehatan yang dapat bagi keluarga
diharapkan keluarga digunakan keluarga untuk b. Diskusikan dengan keluarga
mampu memfasilitasi perawatan covid- tentang manfaat pelayanan
memanfaatkan 19 seperti RS dan Puskesmas Kesehatan bagi keluarga
fasilitas pelayanan b. Manfaat fasilitas kesehatan c. Evaluasi Kembali keluarga
kesehatan yang untuk pencegahan dan tentang manfaat pelayanan
menunjang perawatan covid-19 Kesehatan.
pencegahan dan
perawatan anggota
keluarga yang
menderita covid-19
23

2. Risiko infeksi Keluarga a. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu menyebutkan: a. Monitor tanda gejala infeksi lokal
dibuktikan dapat kali kunjungan rumah verbal a. Risiko infeksi covid-19 adalah dan sistemik
dengan mengerti dan selama 45 menit, invasi atau masuknya b. Batasi jumlah pengunjung
ketidakmampu memahami diharapkan keluarga coronavirus (SARS-CoV-2) ke c. Cuci tangan sebelum dan
an keluarga tentang risiko mengenal dan dalam tubuh yang mampu sesudah kontak dengan pasien
mengambil infeksi mengetahui risiko menyebabkan sakit dan lingkungan pasien
keputusan Covid-19 infeksi covid-19 b. Penyebab penyakit infeksi d. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
pada anggota covid-19 adalah (SARS-CoV-
keluarga 2)
c. Tanda dan gejala infeksi covid-
19 adalah demam tinggi
disertai menggigil, batuk
kering, flu dan pilek, hidung
berair dan bersin-bersin, nyeri
tenggorokan, sesak napas
b. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga mampu menyebutkan a. Kaji pengetahuan anggota

kali kunjungan rumah verbal pengambilan keputusan dalam keluarga tentang 5M

selama 45 menit, mencegah risiko penularan covid- b. Kaji pengetahuan tentang

diharapkan keluarga 19 menggunakan bahan-bahan

mampu mengambil a. Menjelaskan 5M dengan benar desinfektan

keputusan dalam c. Pertahankan teknik aseptik pada


24

memfasilitasi protokol b. Menjelaskan penyemprotan pasien berisiko tinggi

kesehatan lingkungan rumah

pencegahan covid-19

c. Setelah dilakukan 1 Respon Pencegahan dan perawatan a. Anjurkan meningkatkan asupan

kali kunjungan rumah Verbal adalah suatu upaya yang cairan

selama 45 menit, dilakukan untuk melndungi b. Diskusikan dengan keluarga

diharapkan keluarga anggota keluarga agar terbebas tentang cara merawat pasien

mampu merawat dari covid-19 covid-19

anggota keluarga

yang sakit covid-19

d. Setelah dilakukan 1 Respon Menyebutkan peranan anggota a. Kaji pengetahuan keluarga

kali kunjungan rumah Verbal keluarga dalam menghadapi tentang cara memodifikasi

selama 45 menit, covid-19 dengan cara memelihara lingkungan rumah

diharapkan keluarga dan menjaga agar lingkungan b. Diskusikan dengan keluarga

mampu memelihara tetap bersih dan sehat tentang cara memodifikasikan

lingkungan yang lingkungan rumah.

menunjang
25

pencegahan covid-

19

e. Setelah dilakukan 1 Respon Keluarga dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan keluarga

kali kunjungan rumah Verbal manfaat kunjungan keluarga ke manfaat pelayanan Kesehatan

selama 45 menit, fasilitas kesehatan adalah untuk bagi keluarga

diharapkan keluarga melakukan pengobatan dan b. Diskusikan dengan keluarga

mampu perawatan tentang manfaat pelayanan

menggunakan Kesehatan bagi keluarga

fasilitas pelayanan c. Evaluasi Kembali keluarga

kesehatan yang tentang manfaat pelayanan

menunjang Kesehatan.

pencegahan dan

perawatan anggota

keluarga yang

menderita covid-19

Sumber: SDKI (2017), SLKI & SIKI (2018)


26

2.1.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses

keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan

untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan

kearah prilaku hidup sehat (Gusti, 2013).

Pada kegiatan implmentasi ini, terdahulu perawat perlu

melakukan kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik

maupun psikologis dalam menerima asuhan keperawatan. Kontrak

meliputi waktu pelaksanaan, materi, siapa yang melaksanakan, siapa

anggota keluarga yang perlu mendapat pelayanan, serta peralatan

yang dibutuhkan ika ada. Kegiatan selanjutnya adalah implementasi

sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun berdasarkan

diagnosa yang diangkat (Widyanto, 2014).

2.1.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evakuasi tidak berhasil sebgaian

perlu disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).

2.2 Konsep Teori Tentang Keluarga

2.2.1 Pengertian

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

(Friedman, 1998 dalam Suprajitno, 2016).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di


27

suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling

ketergantungan (Depkes RI, 1998 dalam Suprajitno, 2016).

2.2.2 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman, 1998 dalam Suprajitno (2016) mengemukakan

ada 5 fungsi keluarga yaitu:

2.2.2.1 Fungsi Afektif

Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,

pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya.

2.2.2.2 Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga

belajar disiplin, norma budaya prilaku melalui interaksi

dalam keluarga.

2.2.2.3 Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan

menambah sumber daya manusia.

2.2.2.4 Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makan,

pakaian, perumahan dan lain-lain.

2.2.2.5 Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan

keluarga melakukan asuhan keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga dan individu.


28

2.2.3 Tipe Keluarga

Adapun tipe-tipe keluarga menurut Suprajitno (2016) antara lain:

2.2.3.1 Keluarga inti (konjungal)

Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau

pemberian nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan

anak mereka anak kandung, anak adopsi atau keduanya.

2.2.3.2 Keluarga orentasi (keluarga asal)

Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang

dilahirkan.

2.2.3.3 Keluarga besar

Yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan

(oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga

orientasi. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek,

nenek, tante, paman dan sepupu.

2.2.4 Bentuk Keluarga

Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy, 1998 dalam

Suprajitno (2016) sebagai berikut:

2.2.4.1 Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

2.2.4.2 Keluarga besar (Exstende Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara

misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,

paman, bibi dan sebagainya.

2.2.4.3 Keluarga berantai (Serial family)

Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah

lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.


29

2.2.4.4 Keluarga duda/janda (single family)

Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

2.2.4.5 Keluarga berkomposisi (composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan

hidup secara bersama.

2.2.4.6 Keluarga kabitas (cababitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi

membentuk suatu keluarga.

2.2.5 Tingkat Perkembangan Keluarga

Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman,

1998 dalam Suprajitno (2016) antara lain:

2.1.5.1 Tahap I: keluarga pemula (juga menunjuk pasangan

menikah atau tahap pernikahan)

Tugasnya adalah:

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara

harmonis

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan

sebagai orang tua)

2.1.5.2 Tahap II: keluarga yang sedang mengasuh anak (anak

tertua adalah bayi sampai umur 30 tahun)

Tugasnya adalah:

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang

mantap

b. Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang

bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga


30

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan

d. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar

dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek

dan nenek.

2.1.5.3 Tahap III: keluarga dengan anak usia prasekolah (anak

tertua berumur 2 hingga 6 bulan)

Tugasnya adalah:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah,

ruang bermain, privasi, keamanan.

b. Mensosialisasikan anak.

c. Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam

(hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan

anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan

komunitas).

2.1.5.4 Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua

berumur hingga 13 tahun)

Tugasnya adalah:

a. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

b. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan

dengan teman sebaya yang sehat.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan.
31

2.1.5.5 Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua

berumur 13 hingga 20 tahun)

Tugasnya:

a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab

ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

b. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan

anak-anak.

2.1.5.6 Tahap VI: Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa

muda (mencakup anak pertama sampai terakhir yang

meninggalkan rumah)

Tugasnya:

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan

anggota keluarga baru yang didapatkan melalui

perkawinan anak-anak.

b. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan

kembali hubungan perkawinan.

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan

suami maupun istri.

2.1.5.7 Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,

pensiunan)

Tugasnya:

a. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

keluarga
32

b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang

memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua,

lansia dan anak-anak.

2.1.5.8 Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiunan dan lansia

Tugasnya:

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

c. Mempertahankan hubungan perkawinan

d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

e. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

2.2.6 Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Friedman

(1988) dalam Kholifah dan Widagdo (2016) yang perlu dipahami dan

dilakukan meliputi:

2.1.6.1 Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.

Data yang dikaji adalah apakah keluarga mengetahui

masalah kesehatan yang sedang diderita anggota keluarga,

apakah keluarga mengerti tentang arti dari tanda dan gejala

penyakit yang diderita anggota keluarga. Bagaimana

persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan anggota

keluarga, bagaimana persepsi keluarga terhadap upaya

yang dilakukan untuk menjaga kesehatan.

2.1.6.2 Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.

Data yang dikaji adalah bagaimana kemampuan keluarga

mengambil keputusan apabila ada anggota keluarga yang


33

sakit, apakah diberikan tindakan sendiri di rumah atau

dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Siapa yang

mengambil keputusan untuk melakukan suatu tindakan

apabila anggota keluarga sakit, bagaimana proses

pengambilan keputusan dalam keluarga apabila ada

anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

2.1.6.3 Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mampu

melakukan perawatan untuk anggota keluarganya yang

mengalami masalah kesehatan. Apakah keluarga

mengetahui sumber-sumber makanan bergizi, apakah diet

keluarga yang mengalami masalah kesehatan sudah

memadai, siapa yang bertanggung jawab terhadap

perencanaan belanja dan pengolahan makanan untuk

anggota keluarga yang sakit, berapa jumlah dan komposisi

makanan yang dikonsumsi oleh keluarga yang sakit sehari,

bagaimana sikap keluarga terhadap makanan dan jadual

makan. Apakah jumlah jam tidur anggota keluarga sesuai

dengan perkembangan, apakah ada jadual tidur tertentu

yang harus diikuti oleh anggota keluarga, fasilitas tidur

anggota keluarga. Bagaimana kebiasaan olah raga anggota

keluarga, persepsi keluarga terhadap kebiasaan olah raga,

bagaimana latihan anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan. Apakah ada kebiasaan keluarga

mengkonsumsi kopi dan alkohol, bagaimana kebiasaan


34

minum obat pada anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan, apakah keluarga secara teratur

menggunakan obat-obatan tanpa resep, apakah obat-

obatan ditempatkan pada tempat yang aman dan jauh dari

jangkauan anak-anak. Apakah yang dilakukan keluarga

untuk memperbaiki status kesehatannya, apa yang

dilakukan keluarga untuk mencegah terjadinya suatu

penyakit, apa yang dilakukan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit, apakah ada keyakinan, sikap

dan nilai-nilai dari keluarga dalam hubungannya dengan

perawatan di rumah.

2.1.6.4 Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang

sehat.

Data yang dikaji adalah bagaimana keluarga mengatur dan

memelihara lingkungan fisik dan psikologis bagi anggota

keluarganya. Lingkungan fisik, bagaimana keluarga

mengatur perabot rumah tangga, menjaga kebersihannya,

mengatur ventilasi dan pencahayaan rumah. Lingkungan

psikologis, bagaimana keluarga menjaga keharmonisan

hubungan antaranggota keluarga, bagaimana keluarga

memenuhi privasi masing-masing anggota keluarga.

2.1.6.5 Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Data yang dikaji adalah apakah keluarga sudah

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang mudah

dijangkau dari tempat tinggalnya, misalnya Posyandu,


35

Puskesmas Pembantu, Puskesmas, dan Rumah Sakit

terdekat dengan rumahnya. Sumber pembiayaan yang

digunakan oleh keluarga, bagaimana keluarga membayar

pelayanan yang diterima, apakah keluarga masuk asuransi

kesehatan, apakah keluarga mendapat pelayanan

kesehatan gratis. Alat transportasi apa yang digunakan

untuk mencapai pelayanan kesehatan.

2.3 Konsep Teori Tentang Covid-19

2.3.1 Definisi

Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah suatu kelompok

virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau

manusia. Beberapa jenis coronavirus diketahui menyebabkan

infeksi saluran nafas pada manusia seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome

(SARS) (Adelberg’s et al, 2019).

2.3.2 Penyebab

Menurut (WHO) COVID-19 adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.

Coronavirus ini merupakan virus baru dan penyakit yang

sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan,

Tiongkok, bulan Desember 2019 (World Health Organization,

2020).

2.3.3 Manifestasi Klinis

Coronavirus dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, mulai dari

flu biasa hingga gangguan pernapasan berat menyerupai


36

pneumonia. Gejala yang umum dialami mereka yang mengalami

infeksi coronavirus adalah:

2.3.3.1 Demam tinggi disertai menggigil

2.3.3.2 Batuk kering

2.3.3.3 Pilek

2.3.3.4 Hidung berair dan bersin-bersin

2.3.3.5 Nyeri tenggorokan

2.3.3.6 Sesak napas

Gejala tersebut dapat bertambah parah secara cepat dan

menyebabkan gagal napas hingga kematian. Centers for Disease

Control and Prevention (CDC) gejala infeksi virus 2019-nCoV

dapat muncul mulai dua hari hingga 14 hari setelah terpapar virus

tersebut (PDPI, 2020).

2.3.4 Pemeriksaan Penunjang

2.3.4.1 Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG

toraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan : opasitas

bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar, atau kolaps

paru atau nodul, tampilan groundglass.

2.3.4.2 Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

a. Saluran napas atas dengan swab tenggorokan

(nasofaring dan orofaring)

b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL,

bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa

aspirat endotrakeal)

2.3.4.3 Bronkoskopi

2.3.4.4 Pungsi pluera sesuai kondisi


37

2.3.4.5 Pemeriksaan kimia darah

2.3.4.6 Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan

saluran napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura)

dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya

sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terpi

antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah.

2.3.4.7 Pemeriksaan feses dan urin (untuk investigasi

kemungkinan penularan) (Kemenkes, 2020).

2.3.5 Penatalaksanaan Umum

Menurut PDPI (2020) penatalaksanaan untuk covid-19 adalah

sebagai berikut:

2.3.5.1 Isolasi pada semua kasus

2.3.5.2 Sesuai dengan gejala klinis yang muncuk, baik ringan

maupun sedang

2.3.5.3 Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

2.3.5.4 Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit

2.3.5.5 Suplementasi oksigen

Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan

distress napas, hipoksemiaatau syok. Terapi oksigen

pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥ 90% pada

pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien hamil

2.3.5.6 Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

2.3.5.7 Terapi cairan

Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti

syok pasien harus diperhatikan dalam terapi cairannya,

karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat


38

memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi.

Monitoring keseimbangan cairan dan elektrolit

2.3.5.8 Pemberian antibiotik empiris

2.3.5.9 Terapi simtomatik

Terapi simtomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk

dan lainnya jika memang diperlukan

2.3.5.10Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan

pada tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada

indikasi lain

2.3.5.11Observasi ketat

2.3.5.12Memahami komorbid pada pasien

Menurut PDPI (2020) menyatakan bahwa belum ada

tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang

terbukti efektif. Pada studi terhadap SARS-CoV,

kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan

memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan

ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan

pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang etik atau

melalui Monitired Emergency Use of Unregistered

Interventions Framework (MEURI), dengan pemantauan

ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk

mencegah pneumonia COVID-19 ini.

2.3.6 Pencegahan

Kunci pencegahan meliputi pemutusan rantai penularan dengan

isolasi, deteksi dini dan melakukan priteksi dasar (World Health

Organization, 2020).
39

2.3.6.1 Vaksin

Salah satu upaya yang sedang dikembangkan adalah

pembuatan vaksin guna membuat imunitas dan mencegah

transimi (Rao X et al, 2020). Saat ini, sedang berlangsung

2 uji klinis fase I vaksin COVID-19. Studi pertama dari

National Istitute of Health (NIH) menggunaka mRNA-1273

dengan dosis 25, 100, dan 250 µg. Studi kedua berasal

dari China menggunakan adenovirus type 5 vector dengan

dosis ringan, sedang dan tinggi (World Health

Organization, 2020).

2.3.6.2 Deteksi dini dan isolasi

Seluruh individu yang memenuhi kriteria suspek atau

pernah berkontak dengan pasien yang positif COVID-19

harus segra berobat ke fasilitas kesehatan. Bagi kelompok

risiko tinggi, direkomendasikan pemberhentian seluruh

aktivitas yang berhubungan dengan pasien selama 14

hari, pemeriksaan infeksi SARS-CoV-2 dan isolasi. Pada

kelompok risiko rendah, dihimbau melaksanakan

pemantauan mandiri setiap harinya terhadap suhu dan

gejala pernapasan selama 14 hari dan mencari bantuan

jika keluhan memberat (World Health Organization, 2020).

2.3.6.3 Hygiene, cuci tangan, dan desinfektan

Rekmenadi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19

adalah melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci

tangan secara rutin dengan alkohol atau sabun dean air,

menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala


40

batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan

berobat ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori

suspek (World Health Organization, 2020).

2.3.6.4 Alat pelindung diri

Covid-19 menular terutama melalui droplet. Alat pelindung

diri (APD) merupakan salah satu metode efektif

pencegahan penularan selama penggunaanya rasional.

Komponen APD terdiri atas sarung tangan, masker

nonsteril lengan panjang. Alat pelindung diri akan efektif

jika didukung dengan kontrol administratif dan kontrol

lingkungan dan teknik (World Health Organization, 2020).

2.4 Konsep Teori Tentang Pendidikan Kesehatan

2.4.1 Pengertian

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan adalah segala upaya

yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,

kelompok atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Hasil

yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan

adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi

kesehatan (Notoadmojo, 2012).

2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012) bahwa promosi kesehatan

mempengaruhi Ada 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku yaitu:

2.4.2.1 Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah


41

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan

kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi

kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,

kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang

merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.

Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan

kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan

kesehatan, billboard, dan sebagainya.

2.4.2.2 Promosi kesehatan dalam faktor-fakto renabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat

dapat memberdayakan masyarakat agar mampu

mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan

cara memberikan kemampuan bantuan teknik.

2.4.2.3 Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk

mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh

masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan

agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan.

2.4.3 Faktor–faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Saragih (2010) bahwa beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar

pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran yaitu:

2.4.3.1 Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya, maka dapat


42

dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya,

semakin mudah seseorang menerima informasi yang

didapatnya.

2.4.3.2 Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat social ekonomi seseorang, semakin

mudah pula dalam menerima informasi baru.

2.4.3.3 Adat Istiadat

Masyarakat masih sangat menghargai dan menganggap

adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

2.4.3.4 Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang

disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal,

karena sudah ada kepercayaan masyarakat.

2.4.3.5 Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan

tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat

kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

2.4.4 Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang

ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 yaitu:

2.4.4.1 Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang

mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena

setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang


43

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau

perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu:

a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)

b. Wawancara

2.4.4.2 Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok.

Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode

ini kita perlu mempertimbangkan besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal yang dimiliki dari

sasaran.

Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu:

a. Kelompok besar

b. Kelompok kecil

2.4.4.3 Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social

ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

2.4.4.4 Media Pendidikan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan

kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi

sebagai berikut (Notoadmojo, 2012):


44

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan

pesan–pesan yang diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi

kesehatan

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/

masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui,

kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan

pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh dari

media pembelajaran

Menurut Notoadmojo (2012) bahwa ada beberapa bentuk

media penyuluhan antara lain:

a. Berdasarkan stimulasi indra

1) Alat bantu lihat (visualaid) yang berguna dalam

membantu menstimulasi indra penglihatan

2) Alat bantu dengar (audioaids) yaitu alat yang dapat

membantu untuk menstimulasi indra pendengar

pada waktu penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran

3) Alat bantu lihat dan dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya


45

1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film,

filmstrip, slide, dan sebagainya yang memerlukan

listrik dan proyektor

2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri

dengan bahan–bahan setempat

c. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media

kesehatan

1) Media Cetak

a) Leaflet

b) Booklet

c) Flyer (selembaran)

d) Flip chart (lembar balik)

e) Rubrik (tulisan–tulisan surat kabar), poster,

dan foto

2) Media Elektronik

a) Video dan film strip

b) Slide

c) Media Papan

Anda mungkin juga menyukai