Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.1.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dan penting dalam


proses keperawatan. Dari tahap ini akan terkumpul data – data pasien
yang dikumpulkan secara sistematis untuk menentukan diagnosis,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah klien (Kholifah, dkk 2016). Pengkajian didapatkan
dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, melalui data
sekunder yang terdapat dipuskesmas, desa, bidan, hasil pemeriksaan
laboratorium dan sebagainya. Adapun data yang perlu dikaji dalam
keluarga yaitu :

1. Data Umum Keluarga

Pengkajian data umum keluarga meliputi nama kepala keluarga


(KK), tempat dan tangga lahir, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, alamat, jumlah anggota keluarga, susunan keluarga, tipe
keluarga, genogram, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi
(penghasilan keluarga, pemanfaatan dana keluarga, sosial keluarga)
serta aktivitas rekreasi.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap ini merupakan tahap perkembangan keluarga yang berkembang
seiring bertambahnya usia perkawinan atau bertambahnya anggota
keluarga baru Contoh: Keluarga Tn A bersama dengan istrinya baru saja
melangsungkan pernikahan beberapa waktu yang lalu dan belum memiliki
anak, maka tahap perkembangan keluarga Tn A berada ditahap pertama
keluarga baru (beginning family).

1112 rtf

1
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Pada data ditahap ini menginformasikan tentang tugas dalam
perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi. Contoh : keluarga
Tn. A berada pada tahap perkembangan keluarga baru dan tugas yang
belum terpenuhi pada tahp ini adalah membina hubungan dengan keluarga
lain serta menyesuaikan diri menuju persiapan kehamilan dan
mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
c. Riwayat Keluarga Inti
Pada tahap ini data yang diperoleh menjelaskan tentang penyakit
keturunan, riwayat kesehatan anggota keluarga masing – masing, status
imunisasi, serta pengalaman menggunakan pelayanan kesehatan.
d. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Pada tahap ini, data menggambarkan catatan kesehatan suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan dan Masyarakat
a. Karakteristik Rumah
Data ini menggambarkan denah rumah klien dan menjelaskan mengenai
luas rumah, tipe, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
penggunaan jenis wc kesumber air serta penempatan perabotan rumah
tangga.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Data ini menjelaskan tentang lingkungan fisik sekitar rumah, kebiasaan
dari tetangga sekitar rumah dan komunitas RW, serta budaya yang
berpengaruh dilingkungan tersebut yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Data ini mencerminkan kebiasaan keluarga saat mereka berpindah dari
satu tempat ke tempat lain.
d. Perkumpulan dengan Keluarga dan Interaksi dengan
Masyarakat Data ini memaparkan tentang kebiasaan keluarga
berkumpul, sejauh mana peran keluarga dalam pertemuan dengan
masyarakat sekitar rumah.

1112 rtf

2
e. Sistem Pendukung Keluarga atau Fasilitas Kesehatan
Data ini memaparkan mengenai jumlah anggota keluarga dalam keadaan
sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga serta masyarakat sekitar
terkait dengan kesehatan serta penggunaan fasilitas kesehatan
terdekat untuk anggota keluarga yang berada dalam kondisi sakit.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Pada data ini memaparkan mengenai cara komunikasi keluarga serta
intensitas komunikasi dalam menyelasaikan suatu masalah yang ada dalam
keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Data ini memaparkan mengenai peran keluarga dalam merubah prilaku
antara anggota keluarga.
c. Struktur Peran
Data ini memaparkan tentang peran anggota keluarga terhadap
keluarga serta masyarakat secara formal maupun informal.
d. Nilai/Norma Keluarga
Data ini menggambarkan nilai atau norma yang dianut oleh keluarga
dalam kaitannya dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Fungsi biologis keluarga tidak hanya ditujukan untuk melanjutkan
keturunan, tetapi juga mendata keaadaan kesehatan anggota keluarga,
kebersihan perseorangan, penyakit yang sering dialami oleh pasien,
adanya penyakit keturunan atau tidak, serta memiliki penyakit kronis,
kecacatan didalam anggota keluarga, pola makan dan minum, dan pola
aktivitas dan istirahat didalam keluarga.
b. Fungsi Psikologis
Didalam keluarga yang menggunakan fungsi psikologis bertujuan untuk
memberikan kasih sayang dan perhatian antara anggota keluarga, membina
hubungan yang baik dan pendewasaan antar anggota keluarga. Dalam

1112 rtf

3
tahap ini data yang diambil meliputi keadaan emosi, kebiasaan yang
merugikan kesehatan, pengambilan keputusan didalam keluarga, ada
tidaknya ketergantungan obat, mencari pelayanan kesehatan.
c. Fungsi Sosial
Fungsi sosial digunakan untuk membina hubungan sosial antar anggota
keluarga dan masyarakat, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, dan menjelaskan bagaimana peran aktif anggota keluarga
didalam organisasi dan sosial yang ada dilingkungan masyarakat.
d. Fungsi Spiritual
Fungsi spiritual digunakan untuk membina norma/ajaran agama sebagai
dasar serta tujuan hidup setiap anggota keluarga, serta membina rasa,
sikap, dan praktik kehidupan dalam beragama.
e. Fungsi Kultural
Fungsi kulturan digunakan membina peran keluarga untuk digunakan
sebagai penerus norma budaya yang berlaku dimasyarakat serta bangsa
yang ingin dipertahankan, Juga menyaring budaya asing yang tidak
sesuai dengan budaya umum masyarakat.
f. Fungsi Reproduksi
Data ini dikaji untuk melanjutkan keberlangsungan keturunan,
membina anggota keluarga sebagai media edukasi pendidikan tentang
reproduksi yang harus dijaga oleh anggota keluarga, serta dapat
mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal menuju
keluarga kecil sehat, bahagia, dan sejahtera.
g. Fungsi Perawatan Kesehatan
Menyediakan fasilitas kebutuhan kesehatan fisik- makanan, pakaian,
tempat tinggal, mengenali masalah kesehatan yang dialami, mengambil
keputusan yang tepat untuk tindakan kesehatan, dengan menciptakan
lingkungan rumah yang bersih dan sehat, serta memanfaatkan dengan
baik fasilitas kesehatan terdekat apabila ada anggota keluarga yang
sedang sakit.

1112 rtf

4
6. Stressor dan Koping
Data ini didapatkan untuk mengkaji keluarga dalam stressor dan koping
yang digunakan ketika berada didalam suatu permasalahan, kemampuan
berespon terhadap stress.
a. Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Stresor jangka pendek merupakan stressor yang dirasakan oleh pihak
keluarga dan memerlukan penyelesaian dalam kurun waktu tidak lebih
dari 6 bulan. Di sisi lain, stresor jangka panjang adalah stres yang
dihadapi keluarga yang membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan untuk
menyelesaikannya.
b. Kemampuan Keluarga Merespon Stresor
Pada tahap ini yang dikaji merupakan respon keluarga menghadapi
situasi atau stressor yang terjadi pada saat ini.
c. Strategi Koping yang Digunakan
Pada tahap ini dilakukan pengkajian penggunaan strategi koping atau
jenis penyelesaian masalah yang digunakan oleh keluarga untuk
menghadapi stressor yang terjadi pada saat ini.
d. Strategi Koping Disfungsional
Data ini memaparkan tentang koping disfungsional yang digunakan
oleh keluarga ketika menghadapi masalah. Sebagian besar kasus yang
terjadi strategi ini dilakukan secara tidak sadar, hal ini dipilih oleh
keluarga dengan tujuan mengurangi stress dan ketegangan keluarga.
Contoh : marah – marah, merusak peralatan rumah tangga, melakukan
aktivitas yang negatif atau tidak baik, kekerasan dalam keluarga dan
lain sebagainya.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap ini seluruh anggota keluarga diperiksa dengan lengkap seperti
prosedur pemeriksaan fisik yang berlaku di tempat pelayanan kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik ini bisa dimulai dari mengukur tekanan darah,
suhu, respirasi, nadi serta dapat dilakukan inspeksi palpasi, perkusi,
hingga auskultasi dari ujung kepala hingga ujung kaki (head to toe).

1112 rtf

5
8. Analisa Data
Tabel 2.1 Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Klien mengatakan Ketidakmampuan keluarga Defisit Pengetahuan
tidak mengetahui dalam mengenal masalah
mengenai penyakit kesehatan mengenai
kolesterol penyakit kolesterol
DO : Menunjukkan
prilaku tidak sesuai
anjuran dan persepsi
yang tidak baik
terhadap masalah
DS : Klien mengatakan Ketidakmampuan keluarga Nyeri Akut
nyeri pada kepala dan dalam merawat anggota
area punggung, tangan, keluarga yang sakit
dan kaki.
DO: Tampak meringis
dan menahan nyeri
DS : klien mengeluh Ketidakmampuan keluarga Gangguan Rasa Nyaman
tidak nyaman dalam merawat anggota
DO : Tampak gelisah keluarga yang sakit
DS :Klien mengatakan Ketidakmampuan keluarga Intoleransi Aktivitas
badannya merasa lemas dalam melatih mobilisasi
dan lelah fisik
DO: Hasil TTV dan
tampak lemah dan lemas

2.1.2 Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik
secara actual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengetahui respon individu, keluarga, dan masyarakat terhadap situasi
yang erat kaitannya dengan kesehatan. Penelitian ini menggunakan
Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia (SDKI). Ada dua jenis
diagnosis keperawatan: positif dan negatif, Diagnosis positif adalah
diagnosis yang menunjukkan bahwa klien dalam keadaan baik dan dapat
mencapai kondisi yang lebih optimal, sedangkan diagnosis negatif adalah
klien sakit dan berisiko menjadi sakit serta memerlukan petunjuk
diagnosis. Pemberian intervensi keperawatan yang tepat untuk tujuan
penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan (SDKI DPP PPNI, 2017).

1112 rtf

6
Adapun diagnosis keperawatan pada klien pengidap kolesterol atau
hiperkolesterolemia berdasarkan SDKI PPNI (2017) meliputi :
1) Defisit Pengetahuan
2) Nyeri akut
3) Gangguan rasa nyaman
4) Intoleransi aktivitas
Tabel 2.2 Penilaian Skoring Diagnosis Keperawatan
Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
a Tidak / Kurang sehat 3 1
b Ancaman Kesehatan 2
c Krisis 1
2. Kemungkinan Modifikasi Kondisi atau masalah
a. Dengan Mudah
b. Hanya Sebagian 2 1
c. Tidak dapat 1
0
3. Potensi Pencegahan
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah
a. Masalah Berat Harus Ditangani 2
b. Ada Masalah Tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
c. Masalah tidak dirasakan
0

2.1.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan tahap setelah dilakukan diagnosa


keperawatan, pada tahap ini memaparkan tentang langkah – langkah
kegiatan yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
beserta prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan serta penilaian
asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis data dan diagnosa
keperawatan . Pada tahap ini rencana tindakan pada keperawatan keluarga
memiliki tujuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga, mengubah
sikap, dan tindakan. Hingga pada akhirnya, keluarga mampu untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan setiap anggota keluarga dengan minimal
bantuan oleh seorang perawat.

1112 rtf

7
Tabel 2.3 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Keperawatan
Defisit telah dilakukan tindakan Verbal a. Klien a. Kaji tingkat
pengetahuan keperawatan diharapkan : dapat pengetahuan
berhubungan  Mengetahui (pengetah menjelask klien tentang
dengan tentang penyakit uan) an kolesterol.
ketidakmamp kolesterol. pengertian
uan pasien kolesterol. b. Diskusikan
mengenal  Mengetahui dengan klien
penyakit tanda dan gejala b. Klien tentang tanda
kolesterol. dari penyakit dapat dan gejala
kolesterol. menyebut dari penyakit
kan tanda kolesterol.
 Mengetahui dan gejala
penyebab dari penyakit c. Jelaskan
penyakit kolesterol. dengan klien
kolesterol. penyebab dari
c. Klien penyakit
 Mengetahui dapat kolesterol.
pencegahan menyebut
penyakit kan d. Jelaskan
kolesterol. penyebab dengan klien
dari mengenai
 Mengetahui penyakit pola makan
tentang diit yang kolesterol. yang tepat
tepat untuk penyakit
penderita d. Klien kolesterol.
penyakit dapat
kolesterol. menyebut e. Jelaskan
kan dengan klien
 Mengetahui pencegaha pencegahanba
pengobatan n penyakit gi penderita
nonfarmakologis kolesterol. kolesterol.
penyakit
kolesterol tinggi. e. Klien
dapat
mengetahu
i pola
makan
yang tepat
bagi
penderita
kolesterol.

Sumber : SDKI (2017), SLKI(2018), SIKI (2018)

1112 rtf

8
2.1.4 Pelaksanaan (Implementasi)

Implementasi atau tindakan merupakan pengelolaan atau perbuatan nyata


dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
sesuai dengan kebutuhan klien. Berikut ini merupakan prinsip yang
mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain :
a. Implementasi mengacu pada rencana keperawatan yang telah dibuat.
b. Implementasi dilaksanakan tetap dengan memperhatikan prioritas masalah.
c. Dukungan keluarga dalam bentuk finansial, motivasi dan sumber
dukungan lainnya tidak diabaikan.
d. Jangan melewatkan untuk melakukan pendokumentasian implementasi
pada keluarga yang disertakan dengan tanda tangan petugas sebagai
bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.

2.1.5 Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan tahap kegiatan untuk menilai
tindakan keperawatan yang telah dilakukan, dengan tujuan mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal serta mengukur hasil dari
proses tindakan keperawatan tersebut tercapai sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Metode evaluasi keperawatan, diantaranya :
a. Evaluasi Formatif
Merupakan evaluasi yang dapat dilaksanakan selama proses asuhan
keperawatan dengan tujuan untuk menilai hasil dari implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sistem
penulisan pada evaluasi formatif ini biasanya menggunakan sistem
SOAP atau penulisannya dicatat dalam catatan kemajuan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini merupakan evaluasi akhir yang memiliki tujuan sebagai
penilaian secara keseluruhan, sistem penulisan pada evaluasi sumatif
ini dalam bentuk catatan naratif atau sering disebut dengan laporan
ringkasan. Evaluasi terdiri dari :

1112 rtf

9
Tabel 2.4
Evaluasi SOAP

Perkembangan (SOAP)
S (subjek) : Keluhan yang dirasakan pasien setelah dilakukan implementasi
O(objek) : Data dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik
A(assessment) : Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensia
apakah sudah teratasi atau belum
P (planning) : Intervensi dilanjutkan apabila masalah belum teratasi dan
intervensi dihentikan apabila masalah keperawatan sudah teratasi
sepenuhnya atau dilakukan modifikasi able se bila mana ada
keluhan baru ataupun gejala-gejala lain yang ditemui pada pasien
tersebut

2.2 Konsep Hiperkolesterolemia

2.2.1 Pengertian

Hiperkolesterolemia (hiper: tinggi, emia: darah), merupakan kelainan


kadar lemak dalam darah (dislipidemia) berupa kadar kolesterol total
didalam darah mengalami peningkatan lebih dari rentang normal.
Hiperkolesterolemia bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan
faktor pencetus bagi penyakit lain, seperti penyakit jantung koroner dan
pembuluh darah atau penyakit kardiovaskuler (Ruslianti, 2014).
Sedangkan menurut Diva Tanisa (2017), hiperkolesterolemia adalah
peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh, terutama low-density
lipoprotein (LDL) dengan hasil di atas kisaran normal.
Kolesterol dapat di artikan sebagai zat lilin berwarna kuning yang
ditemukan pada lemak (lipid) didalam darah, yang diproduksi oleh tubuh
didalam organ hati sebesar 80% dan 20% sisanya berasal dari luar tubuh
yaitu zat makanan yang dikonsumsi seseorang (Indasah, 2021). Kolesterol
sendiri adalah senyawa yang tidak dapat larut didalam darah, sehingga
diangkut dalam bentuk lain yaitu lipoprotein. Terdapat dua jenis
lipoprotein yang mengangkut kolesterol diantaranya HDL yaitu (High
Density Lipoprotein) berfungsi agar tidak terjadi aterosklerosis yang
sering disebut dengan kolesterol “baik” dan LDL (Low Density

1112 rtf

10
Lipoprotein) disebut dengan kolesterol “jahat” karena dapat berakibat
terjadinya penumpukan kolesterol didalam pembuluh darah sehingga
dapat berakibat tinggi terjadinya aterosklerosis (Khoirun Nisa, 2019).
Adapun jenis – jenis hiperkolesterolemia berdasarkan tingkat rentang nilai
normalnya menurut Ahmad Bebi Waluyo (2019) yaitu:
 Hiperkolesterolemia ringan, ditandai dengan nilai kolesterol
LDL (low-density lipoprotein) antara 140-159 mg/dl
 Hiperkolesterolemia sedang, bila kadar kolesterol total
berkisar 240-300 mg/dl atau lebih rincinya jika kadar
kolesterol LDL (low-density lipoprotein) berkisar antara
160-189 mg/dl.
 Hiperkolesterolemia berat, jika kadar kolesterol LDL (low-
density lipoprotein)>190 mg/dl.
Menurut Kemenkes RI tahun 2017, kadar kolesterol total dalam darah
meningkat melebihi rentang normal yaitu diatas rentang 190mg/dl atau
lebih. Sedangkan menurut National Cholesterol Education Program dalam
Adult Treatment Panel III (ATP III) didalam buku Ruslianti tahun 2014,
klasifikasi kadar kolesterol total dalam darah yaitu :
Tabel 2.5 Klasifikasi Kadar Kolesterol
Kolesterol Total
<200 Optimal
200-239 Batas Tinggi (Borderline)
>240 Tinggi
Kolesterol LDL
<100 Optimal
100 – 129 Mendekati Optimal
130 – 159 Batas Tinggi (Borderline)
160 – 189 Tinggi
>190 Sangat Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 Rendah
> 60 Tinggi
Sumber : Ruslianti (2014).

1112 rtf

11
2.2.2 Patofisiologis
Lemak dalam darah terdiri dari kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam
lemak bebas. Kolesterol yang terdapat dalam darah 20% bersumber dari
makanan yang dikonsumsi, dan 80% sisanya diproduksi oleh organ hati.
Hiperkolesterolemia yaitu keadaan lemak dalam darah mengalami
peningkatan, terdiri dari peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan
kadar LDL kolesterol dan penurunan kadar HDL kolesterol. Kolesterol
dimetabolisme dihati, jika kadar kolesterol diproduksi mengalami
kelebihan sehingga dapat mengganggu proses metabolisme dan kolesterol
tersebut mengalami penumpukkan dihati. Kolesterol yang masuk kedalam
hati tidak dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari
aliran darah diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan dalam kurun
waktu yang cukup lama, maka kolesterol berlebih tersebut akan
menempel di dinding pembuluh darah dan menimbulkan plak kolesterol.
Akibatnya, dinding pembuluh darah yang semula elastis (mudah berkerut
dan mudah melebar) menjadi tidak elastis kembali (Puspitasari Emy,
2018).

1112 rtf

12
Pathway

Makanan tinggi lemak jenuh Kurangnya aktivitas, kebiasaan merokok

Menurunkan kadar lemak tak jenuh (HDL)


Produksi lemak jenuh berlebihan (LDL) menyebabkan gangguan metabolisme

Hiperkolesterolemia

Kolesterol tidak dapat diangkut seutuhnya oleh lipoprotein menuju kehati dari aliran darah keseluruh tubuh
Kurangnya terpapar informasi mengenai penya

Plak kolesterol didinding pembuluh darah


Defisit pengetahuan

Atherosklerosis

Gangguan sirkulasi

Intoleransi aktivitas
Pegal - pegal
Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman

2.1 Pathway Hiperkolesterolemia


Sumber : Puspitasari Emy (2018).

1112 rtf

13
2.2.3 Etiologi

Menurut Ruslianti (2014) menjelaskan bahwa banyak faktor yang


menyebabkan hiperkolesterolemia dapat terjadi, diantaranya faktor
genetik yang tidak dapat diubah hingga kebiasaan makan yaitu faktor yang
dapat diubah, kegemukan atau obesitas dan aktivitas fisik. Namun,
hiperkolesterolemia dapat terjadi oleh faktor sekunder dari penyakit lain.
Berikut ini penjelasan mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
kadar kolesterol dalam darah :
a) Faktor Genetik
kelainan ini dapat diturunkan dari kedua orang tuanya. Umumnya,
seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan kadar kolesterol yang
tinggi, cenderung memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk mengidap hal
yang sama dan memiliki gangguan kesehatan lebih besar dari pada kedua
orang tuanya. Kelainan ini dikenal dengan hiperlipidemia familial yang
terdiri dari hiperkolesterolemia familial dan hipertrigliserida familial.
Untuk hiperkolesterolemia terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
 Hiperkolesterolemia poligenik
Hiperkolesterolemia poligenik merupak tipe yang paling sering
ditemui. Jenis ini muncul dari interaksi beberapa kelainan genetik,
nutrisi, dan faktor lingkungan lainnya dan memiliki lebih dari satu
dasar metabolisme. Jenis hiperkolesterolemia ini biasanya tidak
menyertai xantoma.
 Hiperkolesterolemia familial
Hiperkolesterolemia familial terjadi akibat mutasi pada gen reseptor
LDL pada permukaan membran sel tubuh, dan tanpa reseptor ini
menyebabkan hati tidak dapat menyerap LDL karena dianggap tidak
ada LDL, maka hati akan memproduksi VLD (Very Low Densiti
Lipoprotein) yang banyak kedalam plasma. Kadar kolesterol total
penderita hiperkolesterolemia familial adalah 600 – 1000 mg/Dl, 4 – 6
kali lebih tinggi dari orang normal. Hiperkolesterolemia yang
disebabkan oleh faktor genetik tidak bisa disembuhkan namun, dapat

1112 rtf

14
dikendalikan dengan pengaturan pola makan sehari-hari.
b) Makanan
Asupan tinggi lemak jenuh dan kolesterol dalam diet harian dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah. Namun, kondisi ini dapat
diminimalkan apabila diimbangi dengan konsumsi makanan yang dapat
membantu menurunkan kolesterol. Contohnya makanan mengandung
Serat dapat menghambat penyerapan kolesterol dan membantu
pengeluaran kolesterol dari tubuh. Adapula makanan yang mengandung
lemak jenuh yang menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah
diantaranya, minyak kelapa sawit serta mentega (Yovina, 2012).
c) Berat Badan
Kelebihan berat badan seperti obesitas dapat menaikan kadar kolesterol
dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Oleh sebab itu, menjaga berat
badan merupakan cara terbaik untuk menghindari berbagai penyakit
penyerta akibat dari kelebihan berat badan.
d) Aktfitas Fisik atau Olahraga
Pada umumnya gaya hidup era zaman kemajuan teknologi dan
pengetahuan sekarang sudah mengarah pada kurangnya aktivitas fisik,
seperti naik kendaraan bermotor, naik turun lift dikantor, malas bejalan
kaki dan malas melakukan olah raga. Kurangnya aktivitas fisik dapat
meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL, Kurangnya
aktivitas fisik juga merupakan faktor risiko penyakit jantung.
e) Minum – Minuman Beralkohol yang Berlebihan
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol
total dan trigliserida. Dalam agama pun kita dilarang mengonsumsi
alkohol karena mendatangkan efek buruk bagi kesehatan. Alkohol dapat
memperberat kerja hati dalam melakukan metabolisme.
f) Kebiasaan Minum Kopi Berlebihan
Selain dapat meningkatkan tekanan darah dalam tubuh, mengonsumsi kopi
secara berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL
darah.

1112 rtf

15
g) Merokok
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok dapat meningkatkan
kolesterol LDL dan menekan kolesterol HDL. Kadara nikotin yang tinggi
dalam darah juga dapat mengakibatkan terjadinya kelainan dipembuluh
darah yang berdanpak pada gangguan kesehatan.
h) Stress
Kondisi stress akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Karena itu,
diperlukan kemampuan untuk mengandalikan stress. Pengendalian stress
dapat dilakukan dengan mengerjakan ibadah, banyak bersyukur dan ikhlas
dalam menerima ujian hidup seperti saat menghadapi kegagalan. Selalu
berpikiran positif dan menyikapi setiap kegagalan sebagai kesuksesan
yang tertunda, hal tersebut akan membuat kehidupan kita lebih sehat dan
bahagia.
i) Usia dan Jenis Kelamin
Setelah mencapai usia 20 tahun, kadar kolesterol cenderung dapat naik.
Semakin bertambahnya usia seseorang memiliki tingkat resiko kadar
kolesterol tinggi akan meningkat. Kolesterol yang ada dipembuluh darah
semakin lama semakin menebal, karena semakin bertambahnya usia maka
penebalan yang akan terjadi akan semakin banyak. Menurut penelitian
pada umumnya kadar kolesterol pada pria akan meningkat setelah berusia
lebih dari 45 tahun.
j) Kurang Pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi terhadap kadar
kolesterol karena dari tingkat pengetahuan tersebut dapat menjadi salah
satu standar atau faktor yang dapat dilakukan sebagaimana seseorang itu
mengetahui tindakan bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan kadar kolesterol dalam darah (Kristi, 2019).
2.2.4 Manifestasi Klinis
Tingginya kadar kolesterol dalam darah seringkali dapat menyebabkan
gejala, pada sebagian pengidap hiperkolesterolemia, terjadinya
penumpukan kadar lemak total yang disebut “xanthoma” berada didalam

1112 rtf

16
tendo (urat daging) dan didalam kulit (Indasah, 2021). Kadar kolesterol
yang tinggi dapat terjadi penyumbatan pada jantung serta otak, hingga
menciptakan nyeri dada, dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah ke
otak. Akibat dari kadar kolesterol yang tinggi dapat menyebabkan
kekakuan pada pembuluh darah yang beresiko tinggi terjadi gejala
hipertensi, seperti pusing, tengkuk terasa berat. Tingginya kadar
trigliserida karena adanya kelainan profil lemak lain dapat pula
menimbulkan pembesaran organ liver (hati) dan lien (limfa), serta terjadi
radang pancreas (pankreatitis) (Sunita Almmatsier, 2011).
2.2.5 Penatalaksanaan Keperawatan
Peran perawatan kesehatan penting dalam membangun suatu keluarga
yang sehat, peran perawat sangat penting dalam merealisasikan
masyarakat yang sehat (Erwina & Yeni, 2018). Penatalaksanaan
keperawatan pada pengidap hiperklesterol terbagi menjadi 2 macam yaitu
secara farmakologi dan nonfarmakologi, hal ini dilakukan agar Kadar
kolesterol total dalam darah dalam batas normal yaitu <200 mg/dl.
1. Farmakologis
a) Resin Penukar Anion
Kolestiramin dan kolestipol merupakan resin penukar anion yang
digunakan untuk mengontrol kolesterol tinggi. Obat ini bekerja dengan
mengikat asam empedu di lumen usus dan mencegah reabsorpsi.
b) Kelompok Klofibrat
Klofibrat (turunan dari asam ariloksibutirat) dan beberapa analognya
(bezafibral, siprofibral, finofibrat, genfibrozil) dianggap sebagai
hipolipidemik berspektrum luas. Klofibrat dan beberapa analognya
digunakan sebagai pengobatan hyperlipidemia tipe II dan IV yang
memiliki efek dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.
c) Statin
Statin secara kompetitif menghambat enzim HMG CoAreductase,
enzim yang terlibat dalam sintesis kolesterol, terutama di hati. Obat ini
lebih efektif daripada resin penukar anion dalam mengurangi lemak

1112 rtf

17
jahat (LDL). Namun, itu kurang efektif dibandingkan kelompok
clofibrate dalam mengurangi trigliserida dan meningkatkan lemak
sehat (HDL). Contoh jenis obat : Atorvastatin, Fluvastatin, Pravastatin,
Simvastatin, Lovastatin.
d) Kelompok Asam Nikotinat
Asam nikotinat (niacin) adalah vitamin yang larut dalam air yang dapat
menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol plasma. Cara kerjanya
adalah dengan menghambat mobilisasi lemak dan menghambat sintesis
very low-density lipoprotein (VLDL) di hati dan ekstra kolesterol
(LDL). Selain itu, asam nikotinat juga dapat meningkatkan lemak baik
(HDL).
e) Omega 3
Minyak ikan yang kaya akan trigliserida laut omega-3, dapat
membantu mengobati hipertrigliseridemia berat.
2. Nonfarmakologis
Tidak hanya dengan teknik farmakologi untuk mengatur kadar
kolesterol dalam darah, adapula dengan cara nonfarmakologi untuk
mendukung agar kolesterol dalam darah pada rentang normal
(Bhario, 2019). Diantaranya sebagai berikut :
a) Mengontrol Berat Badan
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah. Untuk mengontrolnya, bisa dengan membatasi asupan
kalori, terutama dengan membatasi asupan makanan yang tinggi lemak
jenuh.
b) Pemberian Edukasi dan konseling
Pemberian edukasi kesehatan pada pengidap kolesterol sangat
berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan, sehingga hal ini dapat
dijadikan sebagai salah satu cara untuk pengidap kolesterol agar dapat
memilih makanan dengan tujuan agar kadar kolesterol dalam darah
tidak melebihi batas rentang normal. Serta konseling sendiri memiliki
dampak yang positif dalam pegendalian kadar kolesterol karena dapat

1112 rtf

18
membuat perubahan terhadap pola makan yang lebih baik lagi.
c) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dengan dengan intensitas yang baik sangat
direkomendasikan untuk dilakukan oleh pengidap hiperkolesterolemia
atau kolesterol tinggi. Hal ini karena aktivitas fisik memiliki manfaat
untuk meningkatkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL dan
trigliserida. Contoh aktivitas fisik yang dapat dilakukan adalah jalan
cepat selama 30-40 menit (Erwinanto et al, 2017).
d) Mengatur asupan makanan
Diet yang dianjurkan untuk menjaga kadar kolesterol dan lemak
disebut diet dislipidemia. Secara umum, diet dislipidemia dibagi
menjadi dua fase sesuai dengan prinsip pembatasan asupan lemak,
yaitu lemak jenuh dan kolesterol. Karena, tujuan utama pada diet ini
adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dengan
mengurangi asupan konsumsi lemak jenuh serta mengatur kalori yang
masuk dan Juga, saat mengatur makanan Anda, perhatikan 3J: jenis,
jumlah, dan jadwal.
Menurut artikel kesehatan RSUP Dr.Kariadi, menjelaskan bahwa
contoh jenis makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita
hiperkolesterolemia yaitu minyak zaitun, mengkonsumsi buah dan
sayur lebih banyak setiap makan, mengganti teknik memasak yang
terdapat banyak lemak seperti menggoreng atau kuah santan dengan
memanggang, mengukus, dan menumis dengan sedikit minyak.
Mengganti cemilan yang tidak sehat dengan buah-buahan, mengurangi
konsumsi daging merah dapat diganti dengan ikan dan daging ayam
tanpa kulit, susu rendah lemak, roti gandum dan sebagainya.
e) Berhenti Merokok
Merokok dapat menurunkan kolesterol baik (HDL) dan meningkatkan
kolesterol darah jahat (LDL). Merokok meningkatkan risiko penyakit
arteri perifer, penyakit arteri koroner, stroke, dan arteriosklerosis
karena membentuk gumpalan darah. Efek samping dari berhenti

1112 rtf

19
merokok adalah dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
hingga 5 sampai 10%.

2.2.6 Pemeriksaan Kolesterol


Pemeriksaan kolesterol dapat dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol
dalam darah, agar mendapatkan hasil yang akurat, dianjurkan untuk tidak
melakukan olahraga yang berat selama 24 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan, tidak mengkonsumsi makanan atau minuman kecuali air
mineral salama 12 jam, serta ketika tes yang dihasilkan menunjukkan
angka yang tidak normal, tes selanjutnya dapat dilakukan antara 1 minggu
atau 2 bulan setelah tes pertama dilaksanakan.
a) Pemeriksaan Lengkap di Laboratorium
Sampel darah diperoleh dengan cara menusukkan jarum ke pembuluh
darah di lengan. Analisis lipid darah termasuk kolesterol total, trigliserida,
kolesterol HDL dan kolesterol LDL. Jika serum yang diperoleh dari
analisis kimia darah sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserida,
harus diulang setelah puasa setidaknya 14 jam untuk mengurangi
kekeruhan yang sudah ada sebelumnya. Untuk memeriksa kolesterol total,
kolesterol HDL, dan kolesterol LDL juga dikenal sebagai studi
lipoprotein, dimana peningkatan dapat menyebabkan faktor risiko penyakit
jantung koroner (Mulyanto, 2012). Untuk pengidap kolesterol tinggi atau
resiko penyakit kardiovaskuler disarankan untuk rutin memeriksakan
kadar kolesterolnya agar tetap terkontrol dengan baik.
b) Pemeriksaan Menggunakan Alat Portable
Tes kolesterol ini dapat dilakukan dirumah, alat ini bertujuan untuk
mengukur kadar lemak total dalam darah, tetapi ada juga beberapa alat tes
yang dilengkapi dengan sistem untuk mengukur kadar kolesterol HDL dan
LDL. Untuk penggunaan alat ini sendiri hanya perlu menusukkan jarum
khusus ke jari, setelah itu darah yang telah keluar dapat diletakkan atau
diteteskan diatas selembar kertas menggunakan bahan kimia diatasnya,
setelah itu menunggu sebentar untuk mendapatkan hasilnya.

1112 rtf

20
Hasil dari alat ini memiliki nilai akurasi hingga 95% atau mendekati hasil
yang didapatkan di laboratorium. Hasil ini didapatkan untuk mengetahui
kadar kolesterol total, apabila hasilnya >200 mg/dl dapat dijadikan
himbauan peningkatan resiko penyakit jantung dan sebaiknya segera
dibawa kefasilitas kesehatab terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut
(Mulyanto, 2012).

2.3 Konsep Edukasi


2.3.1 Pengertian Edukasi
Edukasi secara global merupakan usaha yang dirancang, bertujuan agar
berpengaruh terhadap orang lain, baik secara individu, kelompok
maupun masyarakat secara umum sehingga mereka mampu
melaksanakan apa yang telah diinginkan oleh peserta pendidik. Batasan
ini meliputi unsur input (proses yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain) dan output (Sebuah hasil yang diharapkan). Hasil yang
diharapkan dari sebuah promosi adalah perilaku untuk meningkatkan
pengetahuan (Notoadmojo, 2012).
2.3.2 Sasaran Edukasi
Sasaran dari edukasi kesehatan meliputi individu, keluarga, kelompok
serta masyarakat. Edukasi kesehatan pada individu dapat dilakukan
dirumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, dapat pula dilakukan di
keluarga binaan, serta masyarakat binaan. Edukasi kesehatan pada
keluarga yang mengidap penyakit menular, keluarga dengan tingkat
ekonomi yang rendah, keluarga dengan pengidap gizi buruk, dan
sebagainya.
2.3.3 Metode Edukasi
Menurut Notoadmojo (2012) metode pendidikan/ edukasi digolongkan
menjadi 3 bagian yaitu:
1. Metode berdasarkan pada pendekatan perseorangan.
Metode ini bertujuan untuk memimpin tingkah laku yang baru agar
individu tersebut berkeinginan pada suatu perubahan atau inovasi baru.
Dasar menggunakan metode ini adalah bahwa seseorang pasti memiliki

1112 rtf

21
masalah yang beragam sehubungan dengan perubahan perilaku tersebut.
Metode pendekatan yang dapat digunakan dalam hal ini adalah pengarahan
dan konseling (guidance and counceling) serta dengan wawancara
(interview).
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok.
Metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah secara berkelompok.
Dalam hal ini promotor tidak perlu melihat jumlah anggota yang hadir dan
tingkat pendidikannya.
a. Kelompok Besar
Kelompok yang di maksud bahwa peserta konseling harus > 15 orang.
Pada kelompok besar, metode yang tepat adalah ceramah serta
seminar.
b. Kelompok Kecil
Kelompok ini biasanya kurang dari 15 orang. Metode yang tepat untuk
kelompok ini adalah diskusi kelompok yang terdiri dari curah pendapat
(bring storming), bola salju (snow balling), Kelompok-kelompok kecil
(Buzz group), Memainkan peran (Role play), Permainan simulasi
(Simulation games).
c. Metode berdasarkan pada pendekatan massa (Public)
Karena tujuan metode ini bersifat umum tanpa memandang usia, jenis
kelamin, pekerjaan, status sosial dan tingkat pengetahuan, pesan yang
disampaikan harus terstruktur dengan cara yang dapat diterima oleh
publik. Berikut adalah contoh kegiatan dengan menggunakan metode
ini: Ceramah umum (Public speaking), Pidato atau diskusi, Simulasi,
Tulisan atau majalah, Billboard.
2.3.4 Media Edukasi
Media edukasi kesehatan merupakan salah satu sarana penyebaran pesan
dan informasi yang perlu disampaikan komunikator melalui media cetak
dan elektronik (televisi, radio, komputer, dan sebagainya). Adapun tujuan
dari media penyuluhan, yaitu :

1112 rtf

22
a) Media dapat mempermudah dalam penyampaian informasi
b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c) Untuk memperjelas informasi
d) Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap oleh mata dan
diungkapkan secara verbal
e) Memperlancar komunikasi antara peserta dan pemberi edukasi
2.3.5 Langkah – Langkah Edukasi Kesehatan atau Penyuluhan
a) Menentukan kebutuhan penyuluhan atau edukasi kesehatan
 Diagnosis masalah
 Menetapkan prioritas masalah
b) Mengembangkan komponen penyuluhan atau edukasi kesehatan
 Menentukan tujuan penyuluhan
 Menentukan sasaran penyuluhan
 Menentukan isi penyuluhan
 Menentukan metode yang digunakan
 Menentukan rencana evaluasi

c) Menentukan jadwal pelaksana

2.4 Konsep Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

ketika seseorang merasakan sesuatu. Indra muncul melalui indera


manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan sentuhan.
Banyak pengetahuan manusia ditransmisikan melalui mata dan telinga
kita.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk
perilaku (bukan perilaku) (Notoadmojo, 2012). Pengetahuan berasal dari
panca indera dan pengalaman, dan itu muncul secara spontan melalui
pemrosesan pikiran. Juga pengetahuan itu benar karena sesuai dengan
kenyataan yang ada (Suryana, 2015). Dapat disimpulkan pengetahuan
merupakan landasan berfikir seseorang yang dikaji atau dicari jawaban
untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi.

1112 rtf

23
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
(Menurut Notoadmojo, 2012), pengetahuan dalam ranah kognitif memiliki
6 tingkatan, yaitu:
a) Tahu (Know)
tahu didefinisikan sebagai mengingat materi yang dipelajari
sebelumnya, termasuk pengetahuan pada tingkat ini mengingat sesuatu
yang spesifik dari semua materi yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Oleh karena itu, “tahu” adalah tingkat pengetahuan yang
paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tersebut
mengetahui apa yang sedang dipelajari, antara lain dengan
menyebutkan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, menspesifikasikan,
dan sebagainya.
b) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan
dengan benar objek yang diketahui, dan kemampuan untuk
menginterpretasikan dokumen harus mampu menginterpretasikan,
menyimpulkan, dan memprediksi subjek studi.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang dipelajari dalam situasi kehidupan nyata. Aplikasi di sini dapat
dipahami sebagai penerapan atau penggunaan hukum, rumus, metode,
prinsip, dan lain sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menggambarkan suatu materi atau
objek dalam bagian-bagian, tetapi selalu dalam suatu struktur
organisasi dan selalu berkaitan satu sama lain.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan
bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun rumus-rumus yang ada.

1112 rtf

24
f) Evaluasi (evaluation)
Penilaian ini melibatkan kemampuan untuk membenarkan atau
mengevaluasi suatu materi atau objek. Evaluasi didasarkan pada
kriteria yang ditentukan sendiri, atau pada kriteria yang ada.
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau kuesioner yang
menentukan isi dokumen yang diukur oleh subjek penelitian atau orang
yang diwawancarai.
2.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai
berikut (Notoadmojo, 2012):
1. Faktor Internal
a) Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan bawaan yang memungkinkan
seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu.
b) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi yang
masuk, semakin banyak pula pengetahuan yang dapat diserapnya.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan tinggi,
pengetahuan akan lebih luas.
c) Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari.
d) Pekerjaan Lingkungan
Pekerjaan dapat memungkinkan seseorang untuk mengumpulkan
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
e) Tingkat ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi, semakin besar kemampuan untuk
memasok atau membeli sumber daya informasi.

1112 rtf

25
2. Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang melingkupi individu, baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan
mempengaruhi proses memperoleh pengetahuan ke dalam
individu-individu dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik atau non timbal balik yang ditanggapi
oleh setiap individu sebagai pengetahuan. Seseorang di daerahnya
yang berpendidikan kesehatan secara teratur tentunya akan
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang tidak pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan.
b) Kepercayaan/tradisi
Kepercayaan atau tradisi yang dianut orang tanpa
mempertimbangkan apakah yang dilakukan itu baik atau buruk.
c) Informasi
Informasi yang diperoleh baik dalam pendidikan formal maupun
informal dapat mempengaruhi mereka untuk membawa perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Sebagai media, media massa seperti
televisi, surat kabar dan majalah, termasuk pendidikan kesehatan,
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan pengetahuan
seseorang (Notoadmojo, 2012)..

1112 rtf

26

Anda mungkin juga menyukai