A. Latar Belakang Keluarga sebagai Sasaran Pelayanan
Keluarga merupakan fokus sentral dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai focus sentral asuhan keperawatan keluarga dan dijadikan sebagai sasaran pelayanan keperawatan (Effendi & Muflikhudi, 2009) dalam Susanto (2013): 1. Keluarga dipandang sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan kesehatan Misal : keluarga beperan dalam penyampaian pesan pada kasus demam berdarah program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). 2. Keluarga sebagai satu kesatuan Keluarga dengan sejumlah anggota keluarga berada satu ikatan dan saling mempengaruhi. Misal : homesick syndrome 3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya Peran keluarga penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan. Misal : memperhatikan kesehatan dalam pemberian makanan dan gizi seimbang serta imunisasi yang baik. 4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini Adanya maslah pada salah satu anggota keluarga akan memunculkan faktor risiko pada anggota keluarga yang lain. Misal : jika ayah mengalami TBC maka anggota keluarga lain berisiko mengalami penyakit yang sama. 5. Individu dipandang dalam konteks keluarga Misal : anak perempuan menikah maka akan berubah peran menjadi istri dan calon ibu bagi keluarganya. 6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya B. Prinsip-prinsip Keperawatan Keluarga Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalammemberkan asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut: 1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan 2. Dalam memberikan asuhankeprawatan kesehatan keluarga, sehat merupakan tujuan utama 3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga 4. Dalam memebrikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh anggota keluarga dalam mengtasi maslah kesehatannya 5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dengan tidka mengabaikan upaya promotifdan rehabilitative 6. Dalam memebrikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat me-manfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga 7. Sasaran asuhan keperawatan keluarga dalah keluarga secara keseluruhan. C. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam keluarga yang menganut budaya ketimuran, pengamblan keputusan dalam hal keperawatan tetap berada di tangan kepala keluarga sebagai orang yang dituakan. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran sebagai berikut: 1. Hak dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga 2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota kelarga 3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga 4. Anggota keluarga yang bermasalah. D. Hambatan Perawatan Kesehatan Keluarga 1. Hambatan dari keluarga - Pendidikan keluarga rendah - Keterbatasan sumber daya (keuangan, sarana dan prasarana) - Kebiasaan-kebiasaan yang salah - Sosial budaya yang berlawanan dengan nilai-nilai keperawatan 2. Hambatan dari perawat - Sarana dan prasarana yang tidak menunjang. - Kondisi alam (geografi yang jelek, jalan yang jelak, sulit dijangkau kendaraan, dll). - Kesulitan komunikasi (bahasa dan peralatan). - Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga E. Halangan Perkembangan Perawatan Kesehatan Keluarga Beberapa faktor yang dpat menghambat pelaksanaan asuhan keperawatan dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Dana, kurangnya persediaan dana dari kelurga dan kurangnya peranan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan tentu sangat menghambat pelaksanaan proses perawatan dirumah 2. Perawat hanya mampu beretorika dikalangan masyarakat tanpa menunjukan contoh yang baik yang seharusnya dilaksankan oleh masyarakat. 3. Bayar jasa, setiap perawat yang mau melaksanakan asuhan keperawatan keluarga menilai bahwa pemberian asuhan kepada keluarga yang tidak mampu tentu tidak memberikan keuntungan sama sekali. F. Tahapan Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Keperawatan Keluarga Variabel data pengkajian keperawatan keluarga mencakup: a. Data umum : identitas keluarga mencakup nama KK, komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan sarana trasnportasi b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga; nama, hubungan anggota keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status gizi, TTV, status imunisasi dasar, penggunaan alat bantu prostesa serta status kesehatan anggota keluarga, keadaan umum, riwayat penyakit/alergi c. Data pemeriksaan indivdu yang mengalami masalah kesehatan/ yang sedang sakit meliputi nama, diagnosis medis, rujukan dokter/RS, keluhan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan. d. Data kesehatan lingkungan: sanitasi, pemukiman, ventilasi, penerangan, lantai, pembuangan sampah, dll. e. Struktur keluarga: Struktur peran, nilai, kom, kekuatan. Komponen struktur akan menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara anggota keluarga. f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan menjawab tahap perkembangan klg dan tugas perkembangan keluarga. g. Fungsi keluarga: terdiri dair aspek instrumental dan ekspresif. Instrumental fungsi keluarga; aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. 2. Diagnosa keperawatan a. Diagnosis aktual Didukung manifestasi yang saling berhubungan; dari hasil pengkajian didapatkan data menganai tanda gejala gangguan kesehatan. Contoh: Perubahan peran dalam 138 Buku Ajar Keperawatan Keluarga keluarga; Ketidakefektifan management regimen terapeutik keluarga. b. Diagnosis resiko Label diagnosis risiko diawali dengan frase ‘risiko’. Contoh: Risiko konflik dalam keluarga; risiko penyimpangan perilaku kesehatan c. Diagnosis Promosi kesehatan Setiap label ini diawali dengan frase ‘Kesiapan Meningkatkan’. Contoh : Kesiapan meningkatkan komunikasi, kesiapan meningkatkan religiusitas, kesiapan meningkatkan koping keluarga. Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama sebagai berikut: a. Masalah (Problem), merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas descriptor atau penjelas dan fokus diagnostic. b. Indikator diagnostic diagnostic terdiri atas peneyebab dan tanda gejala, sedangkan pada diagnosis risiko, tidak memiliki etiologi dan tanda gejala tetapi hanya memiliki faktor risiko. Cara penulisan diagnosis : a. Diagnosis actual : Masalah b.d (berhubungan dengan) penyebab d.d (dibuktikan dengan) tanda/gejala b. Diagnosis risiko : Masalah d.d (dibuktikan dengan) Faktor Risiko c. Diagnosis promosi kesehatan : Masalah d.d (dibuktikan dengan) tanda/gejala. Diagnosis yang sering muncul dalam kep keluarga : a. Kategori : Psikologis Sub katergori : Integritas Ego Diagnosis : Kesiapan peningkatan koping keluarga , Ketidakmampuan koping keluarga, Penurunan koping keluarga b. Kategori : Perilaku Sub kategori : Penyuluhan dan Pembelajaran Diagnosis :Defisit Kesehatan Komunitas, Defisit pengetahuan, Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan c. Kategori : Relasional Sub kategori : Interaksi Sosial Diagnosis :Gangguan proses keluarga, Kesiapan peningkatan menjadi orang tua, Kesiapan peningkatan proses keluarga. 3. Perencanaan keperawatan a. Penetapan kriteria dan standar Perhatikan 3 komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan/ perilaku). b. Pembuatan rencana dan tindakan 1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara : a) Memberi informasi yang tepat b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan c) Mendorong keluarga agar memiliki sikap yang baik dalam d) menyelesaikan persoalan. 2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara: a) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan b) Mengidentifikasi sumber yang dimiliki keluarga c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan 3) Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara: a) Mendemostrasikan cara perawatan b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah c) Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan anggota keluarga yang sakit d) Membantu keluarga dalam menemukan cara modifik 4. Implementasi Keperawatan Kriteria implementasi terdiri dari: a. Bekerja sarna dengan klien dan keluarga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. b. Kolaborasi dengan prof esi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien. c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien. d. Melakukan supervisi tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya. e. Menjadi koordiiiator pelayanan terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan, menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. 5. Evaluasi Keperawatan Keluarga Kriteria evaluasi meliputi: a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus; b. Menggunakan data dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian tujuan; c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat, klien, dan keluarga; d. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan; e. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Evaluasi keperawatan ini dibuat sesuai dengan klasifikasi dari SLKI.
Evaluasiini terdiri dari dua kegiatan yaitu
a. Evaluasi proses (evalusi formatif).
Fokus pada evaluasi iniadalahaktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi tersebut. Metode pengumpulan data evaluasi ini menggunakan analisis rencana asuhan keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok, wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisaanya dapat menggunakan sistem SOAP. b. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Fokus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisien. Metode pelaksanaannya terdiri dari close chart audit, wawancara pada pertemuan terakhir asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.