Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit, sehingga
memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan
anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Menurut Yura dan Walsh
(1978), “proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan”. Proses adalah suatu
aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju
pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok
atau komunitas.
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanannya pada keluarga.
Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien
keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas
kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat
sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis dalam
bidang keperawatan.
Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus
sentral dari keperawatan keluarga, yaitu : Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja
(penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan
dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara
keseluruhan.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan, perwatan diri (self
care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat
mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Upaya
menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk memberikan perawatan
kesehatan keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Keperawatan Keluarga
2. Langkah-Langkah Keperawatan Keluarga
3. Pengkajian Keperawatan Keluarga
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
5. Intervensi Keperawatan Keluarga
6. Implementasi Keperawatan Keluarga
7. Evaluasi Keperawatan Keluarga

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang proses keperawatan keluarga.
2. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Keperawatan Keluarga
3. Untuk mengetahui Pengkajian Keperawatan Keluarga
4. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan Keluarga
5. Untuk mengetahui Intervensi Keperawatan Keluarga
6. Untuk mengetahui Implementasi Keperawatan Keluarga
7. Untuk mengetahui Evaluasi Keperawatan Keluarga
BAB II

ISI

A. Langkah-Langkah Dalam Keperawatan Kesehatan Keluarga


a. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga
b. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.
 Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural
 Data lingkungan
 Struktur dan fungsi keluarga
 Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
 Perkembangan keluarga
c. Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga
adalah:
 Fisik
 Mental
 Emosi
 Sosial
 Spirtual
d. Perumusan diagnosis keperawatan.
e. Penyusun perencanaan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan, identifikasi
sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.
f. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-
sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah
g. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.

B. Pengkajian Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
 Wawancara keluarga
 Observasi fasilitas rumah
 Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
 Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
2. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi Keluarga
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah2 yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi budaya suku
bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg dapat
mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
ditentkan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang2 yg dimiliki oleh keluarga , siapa yg mengatur keuangan.

j. Aktivitas rekreasi keluarga


Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi bersama2unuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton televisi dan
mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
3. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
Contoh:
Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan
anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada tahapan
perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan
istri.
4. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,
jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan
rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum
yang digunakan serta denah rumah.
b. Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat,
budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c. Mobilitas geografis keluarga


Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain
untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga didalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan
yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan pemenuhan tugas perawatan


keluarga adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang
perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta2 dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan kesehatan yg tepat, hal yang perlu dikaji adalah:
 Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah
 Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
 Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang di alami
 Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
 Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan
 Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada
 Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
 Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam
mengatasi masalah
3. Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya)
 Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan
yang di butuhkan
 Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang di perlukan
untuk perawatan
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada dalam keluarga
(anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber keuangan/Finansial,
fasilitas fisik, psikososial)
 Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
4. Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah:
 Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga yang dimiliki
 Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan
 Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene sanitasi
 Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga Peran Keluarga
5. Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat
dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota
masyarakat.
b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok
social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah
tambahan bagi keluarga
c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.
6. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan
masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.
Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh
anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan yang
baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
dalam keluarga

C. Diagnosa Keperawatan Keluarga

a. Konsep Diagnosa
1. Definisi Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil
pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010, p. 170)
Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi
perencanaan, dan evaluasi hasil yang dicapai. (Friedman, 2010, p. 170)
Penetapan diagnosis keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor
resiko, faktor potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatannya. (Ali, 2009, p. 62)
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen,
yaitu problem atau masalah, etiologi atau penyebab, manifestasi atau data
penunjang. (ekasari, 2008, p. 37)
2. Cara-Cara menentukan diagnosa keperawatan keluarga
a. Diagnosis keperawatan dengan klasifikasi NANDA.
Diagnosis keperawatan menunjukkan upaya yang signifikan atas nama
pemimpin perawat untuk mengelola praktek keperawatan dan
meningkatkan penggunaan daftar diagnosis dalam praktek yang
terstandar.
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) yang
dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171) mendefinisikan diagnosis
keperawatan sebagai keputusan klinik tentang respons individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosis keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas
perawat. (Friedman, 2010, p. 171)
Format NANDA yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171)
berfungsi untuk menyatakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
pernyataan diagnosis, tanda dan gejala (karakteristik) dan faktor etiologi
dan penyerta. Format ini memberikan sumber yang kaya dan luas untuk
menetapkan tujuan dan perumusan rencana intervensi. (Friedman, 2010, p.
171)
b. Menetapkan masalah keluarga
Peran serta aktif keluarga melalui proses keperawatan harus menjadi
perhatian utama. Dalam hal mengidentifikasi masalah dan kekuatan,
perawat keluarga dan keluarga, bersama-sama bertanggung jawab
mengambil bagian dari proses ini. Proses identifikasi masalah dan
kekuatan secara bersama ini akan meningkatkan hubungan perawat-
keluarga. Perawat perlu menunjukkan tingkat sistem apa masalah keluarga
ini berada-di tingkat unit keluarga atau di tingkat salah satu subsistem
seperti hubungan pernikahan suami-istri, subsistem orang tua-anak..
(Friedman, 2010, p. 172)
Diagnosis melibatkan proses menyusun informasi keluarga untuk
merumuskan masalah dan menggali tindakan yang dapat dilakukan.
Maknanya: tidaklah cukup bagi perawat bekerja dengan keluarga untuk
mengamati bahwa keluarga mengalami stres dan tidak memasukkan
keluarga atau teman dalam rencana perawatannya agar membantu.
Bersama keluarga, perawat perlu menghasilkan diagnosis tentang apa
yang sebenarnya terjadi dan mengapa keluarga tidak mampu melakukan
sesuatu. Jika perawat telah mengumpulkan informasi yang memadai dan
memverifikasi informasi tersebut dengan keluarga maka diagnosis yang
ditegakkan dapat dinyatakan akurat. Diagnosis yang dibuat tersebut
selanjutnya mengarahkan pada sasaran dan intervensi yang ditujukan
untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan lebih efektif.
(Friedman, 2010, p. 172)
c. Keterkaitan antara data dan masalah
Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah
kesehatan keluarga adalah bahwa semua informasi yang terkumpul saling
berhubungan, dan terdapat kesulitan yang tidak teratasi yang terlibat
dalam pemilahan hubungan sebab-akibat. Hal ini karena, menurut teori
sistem, terdapat kausalitas sirkular. Lingkungan umpan balik ada ketika
perilaku seseorang (A) menimbulkan perilaku orang lain (B) yang
menyebabkan A bereaksi dalam menanggapi perilakunya (A) sebelumnya
dan respons (B). juga, tumpang tindih masalah keluarga seperti; konflik
peran dan kekuasaan, dan masalah tertentu yang tidak sama dalam jenis
maupun tingkat generalisasi atau spesifikasinya seperti yang lain.
(Friedman, 2010, p. 172)
d. Masalah potensial
Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga berfokus pada
kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan atau
lingkungan. Pada banyak situasi, tidak ditemui penyakit medis atau
kecacatan. Pada keadaan ini, diagnosis yang sering adalah pencegahan
(preventif), seperti pengurangan resiko (modifikasi nutrisi-mengurangi
garam, kalori, gula, dan lemak; dan mengurangi tingkat stres);
memperbaiki gaya hidup (olahraga teratur , lebih banyak istirahat dan
relaksasi, komunikasi yang lebih baik). Dari pengertian, diagnosis
keperawatan dapat melibatkan masalah kesehatan potensial yang berasal
dari kondisi yang ada atau yang diantisipasi. Karena periode antisipasi
ketika tuntutan berhadap keluarga dan anggota di luar kebiasaan,
bimbingan antisipatif, konseling kesehatan, dan inisiatif rujukan ke
sumber komunitas sedring kali diperlukan. Contoh stresor yang dapat
diantisipasi yaitu kehamilan, pindah ke komunitas baru, pensiun, masa
remaja, isteri mulai bekerja penuh waktu, dan kemunduran progresif orang
tua berusia lanjut. (Friedman, 2010, p. 172)

e. Diagnosis kesejahteraan
Keluarga mungkin juga sampai pada satu titik, berkeinginan untuk
mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu
(Friedman, 2010, p. 172).

Pada kasus ini, akan dipilih diagnosis (promosi) kesehatan atau kesejahteraan.
Ini menunjukkan keluarga siap pada keadaan sehat, namun tetap ingin
memfokuskan rencana perawatan mereka untuk meningkatkan kekuatan dan
modal mereka. (Friedman, 2010, p. 172)
3. Macam-macam diagnosis keperawatan
a. Diagnosis aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada
diagnosis keperawatan aktual faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain, yang telah mempengaruhi perubahan
status kesehatan. (Chayatin, 2012, p. 102) Sedangkan menurut (Chayatin,
2012, p. 102) faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu
1. Patofisiologi
2. Tindakan yang berhubunga
3. Situasional
4. Maturasional
Menurut (Chayatin, 2012, p. 102) secara umum faktor-faktor yang berhubungan
atau etiologi dari diagnostik keperawatan keluarga adalah
1. Ketidak tauan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi)
2. Ketidak mauan ( sikap dan motivasi)
3. Ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur,
kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial, fasilitas, sistem
pendukung,lingkungan fisik, psikologis)
b. Diagnosis resiko tinggi/ ancaman kesehatan Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan/ keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk
diagnosis resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini
membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada
populasi yang sama yang mempunyai resiko. (Chayatin, 2012, p. 103)
c. Diagnosis potensial
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencangkup
faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat memperkirakan
kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan kearah yang lebih
baik. (Chayatin, 2012, p. 104)
Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan buku NANDA yang dikutip
dalam buku (Chayatin, 2012, p. 104) adalah:
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah/ hygien lingkungan
 Resiko terhadap cidera
 Resiko terjadi infeksi atau penularan penyakit
(Chayatin, 2012, p. 104)
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunitas.
(Chayatin, 2012, p. 104)
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
 Berduka dan antisipasi
 Berduka disfungsional
  Isolasi sosial
 Perubahan dalam proses keluarga
 Potensial peningkatan menjadi orang tua
(Chayatin, 2012, p. 104)
4. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
 Perubahan proses keluarga
 Perubahan menjadi orang tua
 Potensial peningkatan menjdai orang tua
 Berduka yang diantisipasi (Chayatin, 2012, p. 105)

5. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial


 Perilaku mencari bantuan kesehatan
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
  Perubahan pemeliharaan kesehatan
(Chayatin, 2012, p. 106)
6. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan
kesehatan
 Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
 Perilaku mencari pertolongan kesehatan
 Ketidak efektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau
pengobatan keluarga (Chayatin, 2012, p. 106)
7. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping
 Koping keluarga tidak efektif, menurun.
 Resiko terhadap tindakan kekerasan
 Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan
(Chayatin, 2012, p. 106)

D. Interfensi Keperawatan Keluarga

1. Definisi
Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga merupakan
kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu
keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan.
Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang
jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis dan dibuat
bersama keluarga. (Susanto, 2012, p. 63)
2. Cara-cara menentukan rencana keperawatan
a.  Menetapkan Prioritas Masalah Kesehatan
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya
(Susanto, 2012, p. 63)

b. Menetapkan tujuan Keperawatan


Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat
dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan
(mandiri). Sasaran merupakan tujuan umum ( yang merupakan akhir yang
dituju dengan semua usaha). (Susanto, 2012, p. 64)

Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. (Susanto, 2012,
p. 64)
a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan
(penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanyaberorientasi pada
perilaku seperti pengetahuan ,sikap dan pengetahuan. Misalnya : keluarga
mampu merawat anggotanya (Tn.X) yang mengalami TB Paru. (Susanto,
2012, p. 64)
b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari setiap akhir
kegiatan yang di lakukan pada waktu tertentu di sesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Misalnya setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga
mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/ indikator yang mengukur pencapaian
tujuan dan tolak ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat penampilan
sesuai tolak ukur yang ada. (Susanto, 2012, p. 64). Misalnya :
1. Berat badan akan naik minimal 1 kg setiap bulan.
2. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas munimal 4 kali
selama kehamilannya.
3. Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB paru, minimal 3 tanda TB
paru, minimal 2 penyebab TB paru. (Susanto, 2012, p. 64)
1. Langkah-langkah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
a.  Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segalaupaya.
Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama
keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah
ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam
mencapai sasaran tersebut. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan
, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi. (Chayatin, 2012, p. 107)
c. Menentukan tujuan atau objektif
d. Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci,
berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan
dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, realistis, dan ada batasan waktu. Misalnya setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga yang sakit hipertensi
mengerti tentang cara pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah
120/80 mmHg. (Chayatin, 2012, p. 107) c. Menentukan pendekatan dan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan Tindakan keperawatan yang
dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang
tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga
tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan
(Chayatin, 2012, p. 107) Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan
penerimaan terhadap masalah atau  kebutuhan kesehatan keluarga dengan
jalan :
1. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
2. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang
ada.
3. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah
ditentukan.
4. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) tindakan perawat untuk menolong keluarga
agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya
dapat dilakukan dengan :
 Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan
tindakan.
 Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan yang dapat
diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
alternatif tersebut.
 Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing alternatif atau
tindakan.
 Menentukan kriteria dan standar kriteria
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) kriteria merupakan tanda atau indikator yang
digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang
menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan
kejelasan kriteria dan standar evaluasi.
1. Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah,
keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat
mencari pengobatan.
2. Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3. Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik,
keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas.

E. Implementasi Keperawatan Keluarga

1. Proses Tindakan Implementasi Keperwatan Keluarga

Implementasi adalah pengoloan dan terwujudnya dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. (Harnilawati, 2013, p. 77). Implementasi atau
pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada rencana strategi untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
factor – factor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas. (Ferri, 2013, hal.
157)
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam tujuan yang ditetapkan,
yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan pemyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam impementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat harus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan komunitas. (Ferri, 2013, hal. 157)

Ada 2 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga yaitu:

1). Tahap persiapan

a. Kontrak dengan keluarga

b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan

c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif

d. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga
dan perawat mempunyai persiapan secara fisik dan psikis dapa saat
implementasi
(Harnilawati, 2013, pp. 77-78)

2.) Tahap intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan wewenang dan tanggung jawab


perawat secara professional adalah

a. Independen

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai kopetensi


keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya, yaitu:

1. Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan


pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan pasien.
2. Merumuskan diagnose keperawatan

3. Mengidentifikasi tindakan keperawatan

4. Melaksanakan rencana pengukuran

5. Merujuk kepada tenaga kesehatan lainnya

6. Mengevaluasi respon pasien

7. Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya dalam


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Harnilawati, 2013, hal. 76)

2. Terapi modalitas pada keluarga

a. Coaching dan guidance

Coaching atau bimbingan merupaka proses belajar intensif melalui bimbingan


perorangan, demonstrasi, tujuan dari coking pada kelurga dengan anak remaja
adalah untuk meningkatkan, mengembangkan, menerapkan meteri bembelajaran

b. Konseling

Merupakan proses saling belajar yang menyangkut individu dalam suatu edukatif

c. Terapi game

Adalah suatu cara untuk menarik suatu perhatian tterhadap suatu obyek.
d.  Modifikasi prilaku

Modifikasi prilaku pada keluarga dilakukan melalui prinsip dengan perjanjian


kontrak dan prinsip ekonomi. Modifikasi prilaku dengan perjanjian kiontrak
dilakukan untuk mendisiplinkan remaja untuk manajemen aktivitas kesehariannya
dari bangun tidur sampai dengan menjelang tidur lagi Contigencycontracting
berfokus pada perjanjian yang dibuat terapis dalam hal ini perawat jiwa dengan
klie. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward. Konsekuensi yang berat
telah disepakati antaraklien dengan perawat terutama bila klien melanggar
kebiasaan buruk yang telah disepakati untuk ditinggalkan.

e.Token Ekonomi

Adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelompok anak –
anak atau klien yang mengalami yang mengalami masalah psikiatrik. Hal ini
dilakukan secara konsisten pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk
atau melakukan hal yang baik.

f.Relaksi Progresif

Relaksi progresif diberikan pada remaja dan keluarga untuk meningkatkan


manajemen stress terkait dengan dengan pola koping keluarga.

g.Latihan Asertif

Perilaku asertif adalah kemampuan individu untuk mengkomunikasikan apa yang


diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga hak –
hak serta perasaan orang lain.

h. Komunikasi Efektif

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran, perasaan melalui bahasa,


pembicaraan, mendengar, gerak tubuh atau ungkapan emosi. Komunikasi efektif
adalah proses komunikasi yang mencapai tujuan dari komunikasi tersebut. Tujuan
intervensi komunikasi efektif ini adalah untuk membangun hubungan yang
harmonis dengan remaja dan membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
diantara orang tua dan remaja sehingga menghindarkan konflik antara orang tua
dan remaja (Susanto, 2012, pp. 82-84)

3. Pendidikan Kesehatan Bagi Keluarga


Bomar dkk dalam buku Friedman (2013, hal 47) menjelaskan tujuan utama
keperawatan keluarga adalah promosi kesehatan keluarga sebagai satu kesatuan
Crooks dkk dalam buku Friedman (2013, hal 47) menjelaskan Perilaku kesehatan,
nilai – nilai, dan sikap dipelajari dalam keluarga. Salah satu fungsi keluarga adalah
memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga. Karena biasanya mengajarkan
perilaku sehat dalam  konteks keluarga lebih efektif daripada mengajarkan individu,
hal ini dapat merupakan sebuah strategi promosi kesehatan yang paling penting.
Promosi kesehatan adalah satu dari dua komponen pencegahan primer. Perlu dibuat
sebuh perbedaan yang jelas antara promosi kesehatan dan pencegahaan penyakit.
Promosi kesehatan tidak mengkususkan pada masalah kesehatan atau penyakit.
Promosi kesehatan dirancang untuk memberikan kontribusi terhadap perubahan ,
perkembangan, dan kesehatan yang prima. Promosi ini merupakan proses yang positif
dan dinamis yang berfokus pada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan, tidak
hanya menghindari penyakit. Promosi kesehatan melibatkan pendekatan.
Sebaiknya pencegahan penyakit mengkususkan pada masalah kesehatan atau
penyakitserta pencegahan seperti imunisasi. Promosi kesehatan melibatkan promosi
kesehatan anggota keluarga maupun sistem keluarga. Pada poin awal , penekannya
adalah pada individu anggota dalam kontek keluarga,.
Promosi kesehatan dan pencegahan primer masalah kesehatan akut dan kronis
menimbulkan tantangan  kesehatan terbesar dalam masyarakat kita. Mungkin tujuan
utama kita harus membantu masyarakat menjadi sehat dengan cara alami dan
menyenangkan, bukan hanya berfokus pada membantu klien mengenai cara agar tidak
jatuh sakit, atau belum bertambah parah atau membantu klien saat sakit saja atau
kesembuhannya sendiri.(Friedman, 2013, hal. 47)

4. Merawat Anggota Yang Sakit

Dalam sistem pelayanan kesehatan saat ini, sebagian besar sumber – sumber
kesehatan diarahkan di seputar perawatan akut yang sifatnya kuratif. Sistem kesehatan
kita yang ada saat ini mencurahkan sebagian besar dari sumber – sumbernya pada
rientasi krisis dan layanan kesehatan kuratif berteknologi tinggi, yang pada
kebanyakan kasus, terapi yang diberikan terlalu sedikit dan sangat terlambat. Dalam
kasus penyakit kronik penyebab utama kesakitan dan kematian kita tidak mengobati
dab menghilangkan penyakit tersebut, memperbaiki kerusakan sedapat mungkin,
Peran keluarga dan peran perawat keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem.ada dua perspektif dasar dalam menyangkut peran orientasi strukturalis yang
menekankan perilaku normative (kultural), yaitu pengaruh yang berkaitan dengan
status-status.
Peran– peran formal keluarga adalah peran– peran yang terkait, yaitu sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny. Keluarga membagi peran secara
merata.
Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak
memenuhi suatu peran, maka anggota lain akan mengambil alih kekosongan ini
dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi. Peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai suami – ayah dan istri–ibu antara lain sebagai berikut:
1)   Peran sebagai provider atau penyedia.
2)   Sebagai pengatur rumah tangga.
3)   Perawat anak,baik yang sehat maupun sakit.
4)   Sosialisasi anak.
5)   Rekreasi.
6)   Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal.
7)   Peranterapeutik(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
8)   Peran seksual.
9)  Perawatan keluarga. Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait
merawat anggotakeluargajikaadayangsakit.(Friedman,2013,pp.7175)
Beberapa faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat
keluarga untuk bekerja sama melakukan tindakan kesehatan adalah:
a.   Keluarga memperoleh informasi yang kurang jelas
b.  Keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap sehingga mereka hanya
melihat sebagian masalah
c.    Keluarga tidak dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan situasi yang
dihadapi
d.   Keluarga tidak mau menghadapi situasi
e.  Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial
f.   Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
g.   Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran
h.   Kurang percaya dengan tindakan yang dianjurkan oleh perawat
(Zaidin, 2010, hal. 80)

F. Evaluasi Keperawatan Keluarga

1. Pengetian
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan
atau hasil keefektifan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan intelektual dalam
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan untuk diagnosa
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap evalausi memungkinkan
perawat dalam memonitor apa yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan
dan implementasi intervensi (Nursalam, 2008).

2. Tujuan Evaluasi Keperawatan Keluarga

Tujuan evaluasi terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.


1) Tujuan Umum
a.  Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
b.   Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
c.    Meneruskan rencana asuhan keperawatan
2) Tujuan khusus
a.    Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
b.    Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
c.    Meneruskan rencana tindakan keperawatan
d.    Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
e.    Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

3. Proses Evaluasi Keperawatan Keluarga

     Proses evaluasi keperawatan keluarga memiliki lima komponen yaitu:

a. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan (indicator


NOC). Dengan menggunakan hasil yang diharapkan dan dinayatakan dengan
jelas, tepat dan dapat diukur sebagai panduan perawat mengumpulkan data
sehingga dapat ditarik kesimpulan apakah tujuan bisa tercapai.
b. Membandingkan data dengan hasil apabila dua bagian pertama proses evaluasi
telah dilaksanakan secara efektif, relative mudah dalam menentukan apakah hasil
yang diharapkan telah tercapai. Perawat atau klien berperan aktif dalam
membandingkan respon aktual klien dengan hasil yang diharapkan. Dalam
menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik salah satu dari
tiga kemungkinan kesimpulan.
1)      Tujuan tercapai yaitu respon klien sama seperti apa yang diharapkan
2)      Tujuan tercapai sebagian yaitu tujuan jangka pendek tercapai, dalam tujuan
jangka panjang tidak tercapai dan hasil yang diharapkan hanya tercapai
sebagian
3)      Tujuan tidak tercapai yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang tidak tercapai
c.    Menghubungkan tindakan keperawatan dengan hasil aspek ke empat evaluasi
adalah menentukan apakah tindakan keperawatan memiliki kaitan dengan
hasil.Jangan mengasumsikan tindakan keperawatan sebagai penyebab atau satu-
satunya faktor dalam mencapai, sebagian mencapai atau tidak mencapai tujuan.

d.   Menarik kesimpulan tentang status


Ketika tujuan tercapai perawat dapat menarik salah satu kesimpulan berikut
tentang status masalah klien.
1)    Masalah actual yang dinyatakan dalam diagnosa keperawatan sudah
diselesaikan: masalah potensial dicegah dan faktor resiko tidak ada lagi. Perawat
mendokumentasikan bahwa tujuan telah tercapai dan mengehentikan asuhan
untuk masalah tersebut.
2)    Masalah potensial yang dinyatakan dalam diagnosis keperawatan dapat dicegah
akan tetapi faktor resiko masih ada. Kasus ini perawat mempertahankan masalah
renacana asuhan.
3)    Masalah aktual tetap ada walaupun beberapa tujuan tercapai.

e.  Melanjutkan, memodifikasi dan mengakhiri rencana asuhan keperawatan.


Setelah menarik kesimpulan tentang masalah klien, perawat memodifikasi rencana
asuhan sesuai indikasi. Pemeriksaan perawat lebih lanjut adalah:
1)      Pengkajian
Data dasar yang tidak lengkap atau tidak benar mempengaruhi semua langkah
proses keperawatan berikutnya dan rencana asuhan. Data yang tidak lengkap,
perawat harus mengkaji kembali klien dan mencatat data baru. Pada beberapa
kasus, data yang baru dapat mengindikasikan pentingnya menegakkan diagnosa
keperawatan baru, tujuan baru, dan program keperawatan baru.
2)      Diagnosis
Jika data dasar tidak lengkap, pernyataan diagnosis yang baru mungkin
diperlukan. Jika data lengkap, perawat harus menganlisis apakah masalah
diidentifikasi dengan benar dan apakah diagnosis keperawatan relevan dengan
data dasar tersebut. Perawat merevisi dan menambah diagnosis baru sesuai
kebutuhan
3)      Perencanaan: hasil yang diharapkan
Apabila diagnosis keperawatan tidak akurat, tampak jelas pernyataan tujuan
perlu direvisi. Tujuan yang tidak realistis memerlukan koreksi. Perawat harus
menentukan apakah prioritas berubah atau apakah klien tetap setuju denagn
prioritas tersebut.

4)      Perencanaan: program keperawatan


Perawat menginvestigasi apakah intervensi keperawatan berhubungan dengan
tercapainya tujuan dan apakah telah dipilih intervensi keperawatan yang baik.
Apabila diagnosa dan tujuan tepat intervensi keperawatan yang dipilih mungkin
bukan merupakan intervensi yang terbaik dalam mencapai tujuan.
5)      Implementasi
Setelah membuat modifikasi yang diperlukan pada rencana asuhan, perawat
mengimplemenatsikan rencana yang telah dimodifikasi dan memulai siklus
proses keperawatan kembali

4.  Tipe Evaluasi Keperawatan Keluarga

Terdapat tiga tipe evaluasi yaitu:

1.      Struktur
Terdiri dari fasilitas fisik, perlengkapan, layanan dan kualitifikasi pegawai.
2.      Proses
Tindakan keperawatan dalam setiap komponen proses keperawatan yang
mencakup:
a.       Adekuasi: jumlah dan kualitas.
b.      Kesesuaian: relevan dengan setiap komponen dan situasi klien.
c.       Efektifitas: kemampuan untuk memfasilitasi criteria hasil klien.
d.      Efesiensi: konservasi waktu, energi dan sumber daya klien, tim kesehatan
dan lembaga.
3.      Hasil
Perubahan perilaku klien yang mencakup:                 
a) Respon fisiologis, suhu, penyembuhan luka, respon neurologis
b) Respon psikologis, afek yang sesuai, perilaku verbal dan non verbal
c) Keterampilan psikomotor, perawatan bayi, penggantian balutan, irigasi
kolostomi, berjalan dengan kruk.
d) Pengetahuan mengenai penyakit termasuk obat-obatan, terapi, diet,
pencegahan.
e) Kemampuan untuk mengatasi berduka, melaksanakn aktivitas sehari-hari,
olahraga.

5.  Penilaian Evaluasi Keperawatan Keluarga

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil pelu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
S : Adalah hal – hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan missal : keluarga menyatakan nyerinya berkurang.
O : Adalah hal – hal yang ditemui  perawat secara obyektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, missal ; BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A :  Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosa.
P : Adalah perencanaan yang kan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai