PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses yang rumit, sehingga
memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja dengan keluarga dan
anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan. Menurut Yura dan Walsh
(1978), “proses keperawatan merupakan inti dan sari dari keperawatan”. Proses adalah suatu
aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain menuju
pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu proses pemecahan
masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan individu, keluarga, kelompok
atau komunitas.
Salah satu aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanannya pada keluarga.
Keluarga bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien
keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas
kesehatan keluarga mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat
sedikit yang diberikan perhatian pada keluarga sebagai objek dari studi yang sistematis dalam
bidang keperawatan.
Beberapa alasan penting meyakinkan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus
sentral dari keperawatan keluarga, yaitu : Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja
(penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga, dan
dalam hal tertentu, sering akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan unit ini secara
keseluruhan.
Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya.
Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan, perwatan diri (self
care), pendidikan kesehatan, dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti dapat
mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Upaya
menemukan kasus merupakan suatu alasan bagus lainnya untuk memberikan perawatan
kesehatan keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Keperawatan Keluarga
2. Langkah-Langkah Keperawatan Keluarga
3. Pengkajian Keperawatan Keluarga
4. Diagnosa Keperawatan Keluarga
5. Intervensi Keperawatan Keluarga
6. Implementasi Keperawatan Keluarga
7. Evaluasi Keperawatan Keluarga
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang proses keperawatan keluarga.
2. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Keperawatan Keluarga
3. Untuk mengetahui Pengkajian Keperawatan Keluarga
4. Untuk mengetahui Diagnosa Keperawatan Keluarga
5. Untuk mengetahui Intervensi Keperawatan Keluarga
6. Untuk mengetahui Implementasi Keperawatan Keluarga
7. Untuk mengetahui Evaluasi Keperawatan Keluarga
BAB II
ISI
a. Konsep Diagnosa
1. Definisi Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diri
diagnosis ke sistem keluarga dan subsistemnya serta merupakan hasil
pengkajian keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman. (Friedman, 2010, p. 170)
Diagnosis tersebut digunakan sebagai dasar proyeksi hasil, intervensi
perencanaan, dan evaluasi hasil yang dicapai. (Friedman, 2010, p. 170)
Penetapan diagnosis keperawatan keluarga selalu mempertimbangkan faktor
resiko, faktor potensial terjadinya penyakit dan kemampuan keluarga dalam
menghadapi masalah kesehatannya. (Ali, 2009, p. 62)
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi komunitas
terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen,
yaitu problem atau masalah, etiologi atau penyebab, manifestasi atau data
penunjang. (ekasari, 2008, p. 37)
2. Cara-Cara menentukan diagnosa keperawatan keluarga
a. Diagnosis keperawatan dengan klasifikasi NANDA.
Diagnosis keperawatan menunjukkan upaya yang signifikan atas nama
pemimpin perawat untuk mengelola praktek keperawatan dan
meningkatkan penggunaan daftar diagnosis dalam praktek yang
terstandar.
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) yang
dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171) mendefinisikan diagnosis
keperawatan sebagai keputusan klinik tentang respons individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosis keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas
perawat. (Friedman, 2010, p. 171)
Format NANDA yang dikutip dalam (Friedman, 2010, p. 171)
berfungsi untuk menyatakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari
pernyataan diagnosis, tanda dan gejala (karakteristik) dan faktor etiologi
dan penyerta. Format ini memberikan sumber yang kaya dan luas untuk
menetapkan tujuan dan perumusan rencana intervensi. (Friedman, 2010, p.
171)
b. Menetapkan masalah keluarga
Peran serta aktif keluarga melalui proses keperawatan harus menjadi
perhatian utama. Dalam hal mengidentifikasi masalah dan kekuatan,
perawat keluarga dan keluarga, bersama-sama bertanggung jawab
mengambil bagian dari proses ini. Proses identifikasi masalah dan
kekuatan secara bersama ini akan meningkatkan hubungan perawat-
keluarga. Perawat perlu menunjukkan tingkat sistem apa masalah keluarga
ini berada-di tingkat unit keluarga atau di tingkat salah satu subsistem
seperti hubungan pernikahan suami-istri, subsistem orang tua-anak..
(Friedman, 2010, p. 172)
Diagnosis melibatkan proses menyusun informasi keluarga untuk
merumuskan masalah dan menggali tindakan yang dapat dilakukan.
Maknanya: tidaklah cukup bagi perawat bekerja dengan keluarga untuk
mengamati bahwa keluarga mengalami stres dan tidak memasukkan
keluarga atau teman dalam rencana perawatannya agar membantu.
Bersama keluarga, perawat perlu menghasilkan diagnosis tentang apa
yang sebenarnya terjadi dan mengapa keluarga tidak mampu melakukan
sesuatu. Jika perawat telah mengumpulkan informasi yang memadai dan
memverifikasi informasi tersebut dengan keluarga maka diagnosis yang
ditegakkan dapat dinyatakan akurat. Diagnosis yang dibuat tersebut
selanjutnya mengarahkan pada sasaran dan intervensi yang ditujukan
untuk membantu keluarga mengatasi masalah dengan lebih efektif.
(Friedman, 2010, p. 172)
c. Keterkaitan antara data dan masalah
Salah satu masalah dalam menetapkan kebutuhan dan masalah
kesehatan keluarga adalah bahwa semua informasi yang terkumpul saling
berhubungan, dan terdapat kesulitan yang tidak teratasi yang terlibat
dalam pemilahan hubungan sebab-akibat. Hal ini karena, menurut teori
sistem, terdapat kausalitas sirkular. Lingkungan umpan balik ada ketika
perilaku seseorang (A) menimbulkan perilaku orang lain (B) yang
menyebabkan A bereaksi dalam menanggapi perilakunya (A) sebelumnya
dan respons (B). juga, tumpang tindih masalah keluarga seperti; konflik
peran dan kekuasaan, dan masalah tertentu yang tidak sama dalam jenis
maupun tingkat generalisasi atau spesifikasinya seperti yang lain.
(Friedman, 2010, p. 172)
d. Masalah potensial
Masalah yang teridentifikasi dalam keperawatan keluarga berfokus pada
kemampuan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan atau
lingkungan. Pada banyak situasi, tidak ditemui penyakit medis atau
kecacatan. Pada keadaan ini, diagnosis yang sering adalah pencegahan
(preventif), seperti pengurangan resiko (modifikasi nutrisi-mengurangi
garam, kalori, gula, dan lemak; dan mengurangi tingkat stres);
memperbaiki gaya hidup (olahraga teratur , lebih banyak istirahat dan
relaksasi, komunikasi yang lebih baik). Dari pengertian, diagnosis
keperawatan dapat melibatkan masalah kesehatan potensial yang berasal
dari kondisi yang ada atau yang diantisipasi. Karena periode antisipasi
ketika tuntutan berhadap keluarga dan anggota di luar kebiasaan,
bimbingan antisipatif, konseling kesehatan, dan inisiatif rujukan ke
sumber komunitas sedring kali diperlukan. Contoh stresor yang dapat
diantisipasi yaitu kehamilan, pindah ke komunitas baru, pensiun, masa
remaja, isteri mulai bekerja penuh waktu, dan kemunduran progresif orang
tua berusia lanjut. (Friedman, 2010, p. 172)
e. Diagnosis kesejahteraan
Keluarga mungkin juga sampai pada satu titik, berkeinginan untuk
mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dalam bidang tertentu
(Friedman, 2010, p. 172).
Pada kasus ini, akan dipilih diagnosis (promosi) kesehatan atau kesejahteraan.
Ini menunjukkan keluarga siap pada keadaan sehat, namun tetap ingin
memfokuskan rencana perawatan mereka untuk meningkatkan kekuatan dan
modal mereka. (Friedman, 2010, p. 172)
3. Macam-macam diagnosis keperawatan
a. Diagnosis aktual ( terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga
memerlukan bantuan untuk segera di tangani dengan cepat. Pada
diagnosis keperawatan aktual faktor yang berhubungan merupakan
etiologi, atau faktor penunjang lain, yang telah mempengaruhi perubahan
status kesehatan. (Chayatin, 2012, p. 102) Sedangkan menurut (Chayatin,
2012, p. 102) faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam 4 kategori yaitu
1. Patofisiologi
2. Tindakan yang berhubunga
3. Situasional
4. Maturasional
Menurut (Chayatin, 2012, p. 102) secara umum faktor-faktor yang berhubungan
atau etiologi dari diagnostik keperawatan keluarga adalah
1. Ketidak tauan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesalahan persepsi)
2. Ketidak mauan ( sikap dan motivasi)
3. Ketidak mampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu prosedur,
kurangnya sumber daya keluarga, baik finansial, fasilitas, sistem
pendukung,lingkungan fisik, psikologis)
b. Diagnosis resiko tinggi/ ancaman kesehatan Sudah ada data yang
menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan
pemecahan dari tim kesehatan/ keperawatan. Faktor-faktor risiko untuk
diagnosis resiko dan resiko tinggi memperlihatkan keadaan dimana
kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok. Faktor ini
membedakan klien atau kelompok resiko tinggi dari yang lainnya pada
populasi yang sama yang mempunyai resiko. (Chayatin, 2012, p. 103)
c. Diagnosis potensial
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga
dapat ditingkatkan. Diagnosis keperawatan sejahtera tidak mencangkup
faktor-faktor yang berhubungan. Perawat dapat memperkirakan
kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan kearah yang lebih
baik. (Chayatin, 2012, p. 104)
Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan buku NANDA yang dikutip
dalam buku (Chayatin, 2012, p. 104) adalah:
1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah/ hygien lingkungan
Resiko terhadap cidera
Resiko terjadi infeksi atau penularan penyakit
(Chayatin, 2012, p. 104)
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunitas.
(Chayatin, 2012, p. 104)
3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran
Berduka dan antisipasi
Berduka disfungsional
Isolasi sosial
Perubahan dalam proses keluarga
Potensial peningkatan menjadi orang tua
(Chayatin, 2012, p. 104)
4. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif
Perubahan proses keluarga
Perubahan menjadi orang tua
Potensial peningkatan menjdai orang tua
Berduka yang diantisipasi (Chayatin, 2012, p. 105)
1. Definisi
Menurut (Susanto, 2012, p. 63) Perencanaan keperawatan keluarga merupakan
kumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu
keluarga untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan.
Kualitas rencana keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang
jelas, harus realita, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis dan dibuat
bersama keluarga. (Susanto, 2012, p. 63)
2. Cara-cara menentukan rencana keperawatan
a. Menetapkan Prioritas Masalah Kesehatan
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosa keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan Skala menyusun prioritas dari Bailon dan Maglaya
(Susanto, 2012, p. 63)
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
keperawatan yang terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek. (Susanto, 2012,
p. 64)
a. Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan
(penyelesaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanyaberorientasi pada
perilaku seperti pengetahuan ,sikap dan pengetahuan. Misalnya : keluarga
mampu merawat anggotanya (Tn.X) yang mengalami TB Paru. (Susanto,
2012, p. 64)
b. Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang di harapkan dari setiap akhir
kegiatan yang di lakukan pada waktu tertentu di sesuaikan dengan penjabaran
jangka panjang. Misalnya setelah dilakukan satu kali kunjungan, keluarga
mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga perlu ditentukan rencana
evaluasi yang merupakan kriteria (tanda/ indikator yang mengukur pencapaian
tujuan dan tolak ukur dari kegiatan tertentu) dan standar tingkat penampilan
sesuai tolak ukur yang ada. (Susanto, 2012, p. 64). Misalnya :
1. Berat badan akan naik minimal 1 kg setiap bulan.
2. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas munimal 4 kali
selama kehamilannya.
3. Keluarga dapat menjelaskan secara verbal: arti TB paru, minimal 3 tanda TB
paru, minimal 2 penyebab TB paru. (Susanto, 2012, p. 64)
1. Langkah-langkah menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segalaupaya.
Prinsip yang paling penting adalah bahwa sasaran harus ditentukan bersama
keluarga. Jika keluarga mengerti dan menerima sasaran yang telah
ditentukan, mereka diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam
mencapai sasaran tersebut. Misalnya setelah dilakukan tindakan keperawatan
, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi. (Chayatin, 2012, p. 107)
c. Menentukan tujuan atau objektif
d. Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci,
berisi tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang akan
dilakukan. Ciri tujuan atau objektif yang baik adalah spesifik, dapat diukur,
dapat dicapai, realistis, dan ada batasan waktu. Misalnya setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan anggota keluarga yang sakit hipertensi
mengerti tentang cara pencegahan, pengobatan hipertensi, dan tekanan darah
120/80 mmHg. (Chayatin, 2012, p. 107) c. Menentukan pendekatan dan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan Tindakan keperawatan yang
dipilih sangat bergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang
tersedia untuk memecahkan masalah. Dalam perawatan kesehatan keluarga
tindakan keperawatan yang dilakukan ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan sebab-sebab yang mengakibatkan timbulnya
ketidaksanggupan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan
(Chayatin, 2012, p. 107) Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) perawat dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan menstimulasi kesadaran dan
penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan kesehatan keluarga dengan
jalan :
1. Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
2. Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang
ada.
3. Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah
ditentukan.
4. Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 107) tindakan perawat untuk menolong keluarga
agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam menyelesaikan masalahnya
dapat dilakukan dengan :
Mendiskusikan konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan
tindakan.
Memperkenalkan kepada keluarga alternatif kemungkinan yang dapat
diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan
alternatif tersebut.
Mendiskusikan dengan keluarga manfaat dari masing-masing alternatif atau
tindakan.
Menentukan kriteria dan standar kriteria
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) kriteria merupakan tanda atau indikator yang
digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang
menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.
Menurut (Chayatin, 2012, p. 108) pernyataan tujuan yang tepat akan menentukan
kejelasan kriteria dan standar evaluasi.
1. Tujuan, sesudah perawat kesehatan masyarakat melakukan kunjungan rumah,
keluarga akan memanfaatkan puskesmas atau poliklinik sebagai tempat
mencari pengobatan.
2. Kriteria, kunjungan ke puskesmas atau poliklinik.
3. Standar, ibu memeriksakan kehamilannya ke puskesmas atau poliklinik,
keluarga membawa berobat anaknya yang sakit ke puskesmas.
Implementasi adalah pengoloan dan terwujudnya dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. (Harnilawati, 2013, p. 77). Implementasi atau
pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada rencana strategi untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
factor – factor yang mempengaruhi masalah kesehatan komunitas. (Ferri, 2013, hal.
157)
Tujuan dari implementasi adalah membantu komunitas dalam tujuan yang ditetapkan,
yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan pemyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan dengan baik, jika komunitas mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dalam impementasi tindakan keperawatan. Selama tahap pelaksanaan perawat harus
melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan komunitas. (Ferri, 2013, hal. 157)
d. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga
dan perawat mempunyai persiapan secara fisik dan psikis dapa saat
implementasi
(Harnilawati, 2013, pp. 77-78)
a. Independen
b. Konseling
Merupakan proses saling belajar yang menyangkut individu dalam suatu edukatif
c. Terapi game
Adalah suatu cara untuk menarik suatu perhatian tterhadap suatu obyek.
d. Modifikasi prilaku
e.Token Ekonomi
Adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelompok anak –
anak atau klien yang mengalami yang mengalami masalah psikiatrik. Hal ini
dilakukan secara konsisten pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk
atau melakukan hal yang baik.
f.Relaksi Progresif
g.Latihan Asertif
h. Komunikasi Efektif
Dalam sistem pelayanan kesehatan saat ini, sebagian besar sumber – sumber
kesehatan diarahkan di seputar perawatan akut yang sifatnya kuratif. Sistem kesehatan
kita yang ada saat ini mencurahkan sebagian besar dari sumber – sumbernya pada
rientasi krisis dan layanan kesehatan kuratif berteknologi tinggi, yang pada
kebanyakan kasus, terapi yang diberikan terlalu sedikit dan sangat terlambat. Dalam
kasus penyakit kronik penyebab utama kesakitan dan kematian kita tidak mengobati
dab menghilangkan penyakit tersebut, memperbaiki kerusakan sedapat mungkin,
Peran keluarga dan peran perawat keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem.ada dua perspektif dasar dalam menyangkut peran orientasi strukturalis yang
menekankan perilaku normative (kultural), yaitu pengaruh yang berkaitan dengan
status-status.
Peran– peran formal keluarga adalah peran– peran yang terkait, yaitu sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogeny. Keluarga membagi peran secara
merata.
Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak
memenuhi suatu peran, maka anggota lain akan mengambil alih kekosongan ini
dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi. Peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai suami – ayah dan istri–ibu antara lain sebagai berikut:
1) Peran sebagai provider atau penyedia.
2) Sebagai pengatur rumah tangga.
3) Perawat anak,baik yang sehat maupun sakit.
4) Sosialisasi anak.
5) Rekreasi.
6) Persaudaraan (kinship), memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal.
7) Peranterapeutik(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan).
8) Peran seksual.
9) Perawatan keluarga. Perawatan keluarga yaitu peran yang dijalankan terkait
merawat anggotakeluargajikaadayangsakit.(Friedman,2013,pp.7175)
Beberapa faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat
keluarga untuk bekerja sama melakukan tindakan kesehatan adalah:
a. Keluarga memperoleh informasi yang kurang jelas
b. Keluarga mendapatkan informasi yang tidak lengkap sehingga mereka hanya
melihat sebagian masalah
c. Keluarga tidak dapat mengaitkan informasi yang diterima dengan situasi yang
dihadapi
d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial
f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
g. Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran
h. Kurang percaya dengan tindakan yang dianjurkan oleh perawat
(Zaidin, 2010, hal. 80)
1. Pengetian
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien
dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan
atau hasil keefektifan rencana asuhan keperawatan dengan tindakan intelektual dalam
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan untuk diagnosa
keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya. Tahap evalausi memungkinkan
perawat dalam memonitor apa yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan
dan implementasi intervensi (Nursalam, 2008).
1. Struktur
Terdiri dari fasilitas fisik, perlengkapan, layanan dan kualitifikasi pegawai.
2. Proses
Tindakan keperawatan dalam setiap komponen proses keperawatan yang
mencakup:
a. Adekuasi: jumlah dan kualitas.
b. Kesesuaian: relevan dengan setiap komponen dan situasi klien.
c. Efektifitas: kemampuan untuk memfasilitasi criteria hasil klien.
d. Efesiensi: konservasi waktu, energi dan sumber daya klien, tim kesehatan
dan lembaga.
3. Hasil
Perubahan perilaku klien yang mencakup:
a) Respon fisiologis, suhu, penyembuhan luka, respon neurologis
b) Respon psikologis, afek yang sesuai, perilaku verbal dan non verbal
c) Keterampilan psikomotor, perawatan bayi, penggantian balutan, irigasi
kolostomi, berjalan dengan kruk.
d) Pengetahuan mengenai penyakit termasuk obat-obatan, terapi, diet,
pencegahan.
e) Kemampuan untuk mengatasi berduka, melaksanakn aktivitas sehari-hari,
olahraga.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil pelu disusun rencana baru yang
sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan
sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
S : Adalah hal – hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan missal : keluarga menyatakan nyerinya berkurang.
O : Adalah hal – hal yang ditemui perawat secara obyektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, missal ; BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
A : Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosa.
P : Adalah perencanaan yang kan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.