PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan
komunitas (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Ferry Efendi dan Makhfudli,
2009).
Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan
dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan
bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan
terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari penjelasan diatas maka
kelompok tertarik membahas mengenai konsep dasar keperawatan kounitas.
1
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar keperawatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengetahui definisi kepewatan komunitas
b. Mengetahui tujuan dan fungsi keperawatan komunitas
c. Mengetahui prinsip keperawatan komunitas
d. Mengetahui sasaran keperawatan komunitas
e. Mengetahui falsafah keperawatan komunitas
f. Mengetahui tingkat pencegahan keperawatan komunitas
g. Mengetahui strategi intervensi keperawatan komunitas.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas
sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan
pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri
menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
4
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan
suatu proses dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk
swasta mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan
diri keluarga dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk
menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau
perintis kesehatan dan peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat
dibidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari
hal tersebut masyarakat dapat berperan serta dengan menyumbangkan
tenaga, pikiran atau pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk
upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik
maupun mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju
kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care)
untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan
produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan
bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
5
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga
(Elisabeth, 2007).
6
4. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan
langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam
konteks komunitas serta perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat danmempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti
dan di masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal.
7
5. Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat, pendidikan kesehatan adalah
suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus,
perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat
menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu:
perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat
(Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/ masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
8
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-
masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan
kesehatan masyarakat (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan
partisipasi masyarakat (Elisabeth, 2007).
9
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Yang
termasuk kelompok khusus adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Lansia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
a) Wanita tunasusila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
10
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti werdha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi
d) Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan
sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan
khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktekkeperawatan.Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi,
2007).
1) Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan
utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurang kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
2) Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
11
mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat
pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri
(Riyadi, 2007).
3) Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu
indentitas bersama (Riyadi, 2007).
12
h) Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara
mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
13
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas
sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan
yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan pelayanan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang
sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
14
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus-menerus.Individu dalam suatu
masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut
dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
15
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah
didapat (Mubarak, 2005).
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat
ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan
termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien,
memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain
adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan
cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
16
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain
pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting
untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak,
2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan
masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,
menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
17
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase ini
(Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang
diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas.
18
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan
memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu,
puskesmas maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari
puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
19
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke:
fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS,
atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna
Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan
menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal
ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-
batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
20
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis
antara manusia dan lingkungannyauntuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (Efendi,
2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program
Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus
2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
21
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).
22
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai
2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan
penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan
A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam
dua kategori (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan
sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak
merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).
1. Pengkajian
23
Pengkajian komunitas (community assessment) adalah proses
pengumpulan data yang berhubungan dengan status kesehatan komunitas
dan merupakan sumber data untuk perumusan diagnosa keperawatan.
Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk dapat mengenal
masyarakat. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah
mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang
mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan (Herawati & Neny FS, 2012).
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat
diperoleh dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu data
yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu,
keluarga, kelompok dan komunitas yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan. Data obyektif yaitu data ayang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan, pengamatan, dan pengukuran. Sedangkan sumber data dapat
diperoleh dari data primer dan sekunder, dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh
pengkaji berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data sekunder diperoleh
dari sumber lain yang dapat dipercaya. Metode pengumpulan data yang
dapat dilakukan yaitu: wawancara informan (informan interview), analisis
sekunder, observasi atau pengamatan (windshield survey) (Herawati &
Neny FS, 2012).” Model Community as Partner (CAP) digunakan untuk
mengkaji berbagai jenis komunitas dengan luas wilayah, lokasi dan
sumber-sumber yang dimiliki ata karakteristik populasi tertentu. CAP
terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Inti komunitas ( The Community Core)
1) Sejarah (history)
2) Data Demografi (Demographic)
3) Suku dan budaya (Ethnicyty)
4) Nilai dan keyakinan (Value dan Beliefs)
5) Persepsi ( Perception), yang terdiri dari persepsi masyarakat
terhadap kondisi lingkungan (merasa aman, nyaman, fasilitas
24
lengkap atau kurang); penilaian mayarakat terhadap kekuatan dan
kelemahan wilayah tempat tinggal mereka; penilaian terhadap
kondisi kesehatan masyarakat secara umum; dan apa masalah yang
mungkin muncul.
b. Subsistem komunitas (The Community subsystems)
1) Lingkungan fisik
2) Pendidikan.
3) Keamanan dan transportasi
4) Politik dan pemerintahan
5) Pelayanan social dan pelayanan kesehatan
6) Komunikasi
7) Ekonomi
8) Rekreasi
25
e) Penyelesaian masalah apakah antar etnis atau golongan
khusus
4) Nilai dan keyakinan (values and beliefs)
a) Melakukan wawancara dan observasi bagaimana bentuk
interaksi di masyarakat
b) Adakah perilaku yang mempengaruhi kesehatan individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat (misal narkoba)
b. Subsistem komunitas (The Community Subsystems)
a) Lingkungan fisik
Observasi ada fasilitas umum yang dipergunakan (lapangan
olahraga,warnet/wartl,bioskop,fasilitas ibadah)
b) Pendidikan
(1) Kumpulan data tentang tingkat pendidikan masyarakat
(2) Keberadaan fasilitas pendidikan lengkap
c) Keamanan dan transportasi
(1) Lakukan pengamatan dan observasi tentang alat
transfortasi
(2) Keamanan pemakai alat transportasi
(3) Kecepatan kendaraan yang digunakan
(4) Keberadaan rambu- rambu lalu lintas
(5) Kondisi jalan dan fasilitas
(6) Apakah ada pos polisi atau satpam atau sistem keamanan
linkungan
(7) Adakah gangguan keamanan
d) Politik dan pemerintahan
(1) Bagaimana kegegiatan politik di wilayah tersebut?
(2) Adakah anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan
politik?
(3) Bagaimana menyikapi perbedaan pendapat ataun
golongan politik?
e) Pelayanan sosial
26
(1) Lakukan wawancara dan observasi pelayan sosial yang
ada misalnya dengan LSM
(2) Ketersediaan fasilitas kesehatan
f) Komunikasi
(1) Amati cara komunikasi di wilayah tersebut terhadap
keluarga,lingkungan/masyarakat sekitar,aparaat
pemerintah.
(2) Adakah masalah antar kelompok?
(3) Bagaimana cara menyampaikan aspirasi
g) Ekonomi
1. Pendapatan rata – rata penduduk
2. Apakah keluarga memiliki tabungan
3. Mempunyai usaha tambahan
4. Apakah keluarga mempunyai kemampuan membeli alat
transportasi misal : motor/mobil
5. Adakah lokasi transaksi jual beli misal pasar dll
h) Rekreasi
(1) Apakah ada tempat rekreasi
(2) Apakah tempat rekreasi dimanfaatkan oleh masyarakat
i) Persepsi
(1) Bagaimana persepsi masyarakat terhadap komunikasi
lingkungan
(2) Penilaian masyarakat terhadap penilaiannya
27
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak,
2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang
berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau
keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan
masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan
ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil
wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses
keperawatan (Mubarak, 2005).
b) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam
format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
c) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan
keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya
membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara
Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
2) Pengolahan data
28
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
3) Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau
masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
29
Prioritas Masalah (Stanhope dan Lancaster 2004)
No Kriteria Bobot kriteria Masalah Bobot 1-5 Rasional Makna
(1-5) Masalah
(CxM)
1 Kesadaran
masyarakat
terhadap
masalah
2 Motivasi
komunity
untuk
mengatasi
masalah
3 Kemampuan
perawat
untuk
mengatasi
masalah
4 Fasilitas
yang
tersedia
untuk
mengatasi
masalah
5 Derajat
keparahan
masalah
6 Cepat
masalah
teratasi
30
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang
status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan
keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan
berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan
memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang
nyata (aktual), dan yang mungkin terjadi (Mubarak, 2009). Diagnosa
keperawatan ditegakkan berdasarkan tingkat reaksi terhadap stressor yang
ada. Selanjutnya dirumuskan dalam 3 komponen: Problem, Etiologi,
Simptom (Herawati & Neny FS, 2012).
Contoh :Risiko terjadinya peningkatan ISPA pada warga di desa X
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap peningkatan status kesehatan ditandai dengan tingginya angka
kejadian ISPA pada 6 bulan terakhir yaitu 25% berdasarkan data
Puskesmas.
Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dapat
disampaikan dalam pelaksanaan lokakarya mini atau istilah lainnya
Musyawarah Masyarakat Desa/RW(MMRW).
NANDA International,Inc. menyediakan terminalogi standar
diagnosis keperwatan, dan menyajikan semua diagnosis dalam skema
klasifikasi, lebih khusus disebut sebagai sebuah taksonomi. Suatu
terminalogi adalah suatu sistem istilah yang dikhususkan, ketika
taksonomi adalah sains atau teknik yang digunakan untuk menciptakan
suatu sistem untuk mengklasifikasikan istilahistilah tersebut. Dalam
kaitanya dengan keperawatan, terminalogi diagnosis keperawatan
NANDA-I mencakup istilah-istilah (label) yang terdefinisi dan digunakan
untuk menggambarkan penilaian klinis yang dibuat oleh perawat
31
profesional. Taksonosmi adalah sebuah cara mengelompokan atau
menyusun hal-hal dalam kategori. Di sisi lain, terminalogi adalah bahasa
yang digunakan untuk menggambarkan hal tertentu.
- Diagnosis berfokus masalah - sebuah penelitian klinis tentang
respons manusia yang tidak diinginkan terhadap gangguan
kesehatan/yang ada dalam proses kehidupan individu, keluarga,
kelompok, ata komunitas
- Diagnosis risiko- sebuah penilaian klinis mengenai kerentanan
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat untuk mengembangkan
respons manusia yang tidak diinginkan terhaap gangguan
kesehatan/proses kehidupan
- Diagnosis promosi kesehatan- suatu penilaian klinis tentang
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia. Respons ini
diungkapkan dengan kesiapan meingkatkan perilaku kesehatan
tertentu, dan dapat digunakan dalam kondisi sehat. Respons promosi
kesehatan mungkin ada dalam individu, keluarga,kelompok, atau
komunitas.
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Mubarak, 2009). Tahap berikutnya dari
proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang
telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis keperawatan. Dalam menentukan
32
tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor
yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana
tersebut yaitu sifat masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana,
sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari
dan bekerjasama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan
di wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan
4) Melatih kader
5) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi kepemimpinan
e. Tahap koordinasi intersektoral
f. Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.
33
Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperoleh dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
2) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
3) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
4) Bekerjasama dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau komunitas bila stressor dari lingkungan
5) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
A nursing-sensitive patient outcome adalah kondisi individu,
keluarga, atau masyarakat, perilaku, atau persepsi yang diukur sepanjang
rentang dalam berespon terhadap intervensi keperawatan. Outcomes
adalah konsep variable yang dapat diukur sepanjang kontinum
menggunakan skala pengukuran. Outcomes dinyatakan sebagai konsep
yang mencerminkan seorang pasien, pengasuh/caregiver, keluarga, atau
kondisi masyarakat, perilaku, atau persepsi daripada hanya sekedar
sebagai tujuan yang diharapkan.
Level 1 (7) DomainVII-Kesehatan Komunitas
Domain Outcomes yang menggambarkan kesehatan,
kesejahteraan, dan fungsi dari komunitas atau
populasi.
34
2702-Tingkat Kekerasan di Komunitas
2804-Kesiapan Komunitas terhadap bencana
2806-Respon Komunitas terhadap bencana
2807-Keefektifan Skrining Kesehatan Komunitas
2808-Keefektifan program komunitas
2801-Kontrol risiko komunitas : penyakit kronik
2802-Kontrol Risiko komunitas : penyakit menular
2803-kontrol risiko komunitas: terpapar timbal
2809- kontrol risiko komunitas: obesitas
2810-kontrol risiko komunitas : tradisi budaya yang
tidak sehat
2805-kontrol risiko komunitas : kekerasan
35
Prioritas Masalah Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Standar atau Kriteria
36
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan
masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini
melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak,
2009).Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah:
1. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK)
dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2009)
2. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2009).
3. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang
telah disusun (Mubarak, 2009).
4. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak,
2009).
5. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya
dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah :
program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan
partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2009).
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang sifatnya:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi.
37
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi,
simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan kesehatan
seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada
tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, Contoh:
Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan kurang gizi
untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.
Evaluasi SWOT
1. Strength (kekuatan)
Terjadinya sarana dan prasarana yang memadai untuk dijadikan pendukung
diadakannya implementasi keperawatan komunitas.
2. Weakness (kelemahan)
Rendahnya kemampuan warga dalam menyerap materi, kondisi kelemahan
yang terdapat di dalam masyarakat.
3. Opportunity (kesempatan)
Merupakan kondisi peluang atau kesempatan masyarakat kelurahan yang akan
berkembang di masa yang akan datang.
4. Treath (Ancaman)
Merupakan kondisi yang dapat mengancam masyarakat kelurahan dari
lingkungan luar.
38
5. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2009). Kegiatan
yang dilakukan dalam penilaian:
1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan
pelaksanaan.
3. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya
apabila masalah belum teratasi.
4. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi
dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap implementasi yang telah
dilakukan.
Sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas
adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses: kesesuaian dengan perencanaan, peran staf
atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.
3) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan penggunaannya serta
keuntungan program.
4) Efektifitas kerja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5) Dampak. Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan, apa
perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
40
BAB III
PENGKAJIAN KOMUNITAS
MODEL COMMUNITY AS PARTNER
A. PENGKAJIAN
1. Inti Komunitas
a. Sejarah (history)
Perkampungan yang dibagi menjadi dua wilayah yaitu wilayah utara dan
wilayah selatan. Wilayah utara yang di beri nama Cicenang, nama Cicenang
diambil dari air yang bening. Sebelah selatan di sebut Tonjong, adapun nama
Tonjong berasal dari bentuk wilayah daerah tersebut yaitu lonjong, selain itu
wilayah tersebut banyak pohon Tanjung. Wilayah Tonjong dibagi menjadi dua
yaitu : lingkungan Mekarguna yang diambil dari nama Martaguna dan lingkungan
Mekarjaya yang diambil dari nama Buyut atau Demang Simajaya. Tonjong
Sebelah Selatan disebut Dukuh Gembol, karena di tempat tersebut terjadi musibah
datangnya angin yang sangat kencang.
Masyarakat Tonjong termasuk rajin melaksanakan ajaran Agama Islam. Setiap
sore masyarakat pergi ke langgar, terutama anak remaja, setelah shalat maghrib
mereka belajar mengaji sampai dengan selesai shalat isya. Para remaja belajar
pencak silat yang di bimbing oleh kyai Haji Sastra, sehingga banyak masyarakat
Tonjong yang pandai bermain pencak silat.
Para Pemimpin atau Kuwu yang memimpin Desa Tonjong sampai saat ini ada
12 orang, dari tahun 1912 sampai dengan sekarang, sebagai berikut :
1 Kuwu Rawiyah 1912-1914
41
2 Kuwu Emah 1914-1916
3 Kuwu Anten 1916-1926
4 Kuwu Mukra 1926-1938
5 Kuwu Karya 1938-1965
6 Kuwu Madsuri 1965-1980
7 Kuwu Sukarna 1980-1992
Terjadi perubahan status menjadi kelurahan
8 Lurah Abdul Mukti 1992-1994
9 Lurah Sumarna 1994-1999
10 Lurah Samsu 1999-2000
11 Lurah Aam Syamsudin 2000-2005
12 Lurah Jaman 2005-2007
43
D3 17 2,4%
S1 10 1,4%
Tidak Tamat SD 352 49,4%
Total 713 100%
(Profil Kelurahan Tonjong,2017 )
Dari tabel distribusi diatas tingkat pendidikan di kelurahan Tonjong sebagian
besar masyarakat tidak tamat SD sebanyak 352 orang (49%) dan hanya sedikit
yang lulusan sarjana sebanyak 10 orang (1,4%).
c. Keamanan dan transportasi
Masyarakat Di Kelurahan Tonjong memiliki jadwal ronda rutin untuk
keamanan lingkungan dan sebagian besar warga memiliki kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Perangkat Desa Kelurahan Tonjong di pilih langsung oleh Kepala Desa
sementara untuk pengurus RT/RW di pilih melalui aspirasi masyarakat, dan
untuk perangkat di Kelurahan Tonjong di pilih langsung oleh Bupati.
Masyarakat di Kelurahan Tonjong Khususnya Pemuda Pemudi aktif dalam
Kegiatan Karang Taruna.
e. Pelayanan Sosial
Di kelurahan tonjong memiliki fasilitas 4 Posyandu yang aktif setiap 1 bulan
sekali.
f. Komunikasi
Ada komunikasi antar warga dengan kelurahan namun aspirasi warga di
tampung di RT dan RW untuk di sampaikan ke kelurahan.
g. Ekonomi
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Ekonomi
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Karyawan 118 16,3%
TNI/Polri 50 6,9%
Wiraswasta 156 21,5%
Tani 61 8,4%
Buruh 290 40,1%
Pensiunan 49 6,8%
Total 724 100%
(Profil Kelurahan Tonjong, 2017 )
44
Dari tabel distribusi diatas jumlah penduduksebagian besar warga bermata
pencaharian sebagai buruh (40,1%) dan wiraswasta/berdagang (21,5%).
3. Status Kesehatan Komunitas
Dari hasil data sekunder yang di dapat dari Puskesmas Majalengka tentang
status kesehatan di Kelurahan Tonjong kecamatan Majalengka RW 04, RW 05 dan
RW 06 didapatkan daftar status kesehatan sebagai berikut:
Tabel 3.5 Masalah Kesehatan di Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06
RW04+05+06 T
INDIKATOR F %
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 163 24,7
Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 1 0,2
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 1 0,2
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 11 1,7
Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan 2 0,3
Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai 11 1,7
standar
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur 87 13,2
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak 31 4,7
ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang merokok 399 60,4
Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional 308 46,6
(JKN)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 27 4,1
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat 62 9,9
45
1. Anggota keluarga masih ada yang merokok sebanyak 399 KK (60,4%)
2. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)sebanyak 308 KK (46,6%)
3. Keluarga belum mengikutiprogram Keluarga Berencana (KB) sebanyak
163 KK (24,7 %)
4. Penderita hipertensi belum melakukan pengobatan secara teratursebanyak
87 KK (13,2%)
46
B. ANALISA DATA
No Data Data Objektif Diagnosis Keperawatan
Subjektif Komunitas
47
2. - Hasil data sekunder yang di Potensial terjadinya penurunan
didapat dari Puskesmas pemeliharaan dan perlindungan
Majalengka di kelurahan kesehatan keluarga tidak
tonjong RW 04,05 dan 06 menjadi anggota Jaminan
menunjukan bahwa masalah Kesehatan Nasional (JKN)
kesehatan dilihat dari
indikator keluarga sehat
yang belum tercapai yaitu
Keluarga sudah menjadi
anggota Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) sebanyak
308 KK (46,6%)
48
yang belum tercapai yaitu
Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB)
sebanyak 163 KK (24,7 %)
49
di kelurahan Tonjong RW04,05 dan 06 tidak
memeriksakan kesehatannya secara rutin
50
D. RENCANA KEPERAWATAN
51
Prioritas Masalah Tujuan Rencana Kegiatan
Potensial terjadinya penyakit Tujuan Jangka Panjang : 1. Kaji pengetahuan masyarakat tentang merokok
gangguan pernafasan akibat banyaknya Setelah di lakukan tindakannya tindakan 2. Berikan Pendidikan Kesehatan pada masyarakat
masyarakat yang merokok di diharapkan kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok, penyakit akibat merokok,
Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06 meningkat sehingga tidak ada anggota upaya pencegahan penyakit akibat merokok
keluarga yang merokok di kelurahan
Tonjong RW 04,05 dan 06
3. Potensial Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Melakukan pendidikan 3. Penyuluhan dilakukan di
ketidakefektifan proses Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong kesehatan mengenai KB, jenis Kelurahan Tonjongpada
kehamilan-melahirkan RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah KB, cara penggunaan dampak hari jum’at 07 Agustus
akibat keluarga belum kesehatan pdilihat dari indikator keluarga sehat dari KB dan manfaat 2020, pukul 09.30 WIB.
mengikuti program yang belum tercapai yaitu Keluarga mengikuti penggunaan KB. Perwakilan warga yang
Keluarga Berencana program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 2. Memberikan motivasi keluarga hadir ada6 orang
(KB) di Kelurahan 163 KK (24,7 %) agar menggunakan alat perwakilan dari RW 06
Tonjong RW04,05 dan kontrasepsi dan 04 dapat mengetahui
06 dan memahami tentang
program KB yang di
sampaikan.
4. Resiko terjadinya Hasil data sekunder yang di didapat dari 1. Memberikan Pendidikan 4. Penyuluhan dilakukan di
komplikasi akibat Puskesmas Majalengka di kelurahan tonjong Kesehatan pada klien mengenai Kelurahan Tonjongpada
penderita hipertensi di RW 04,05 dan 06 menunjukan bahwa masalah penyebab, cara pencegahan dan hari jum’at 07 Agustus
kelurahan Tonjong kesehatan dilihat dari indikator keluarga sehat pengobatan serta diit tentang 2020, pukul 09.30 WIB.
RW04,05 dan 06 tidak yang belum tercapai yaitu penderita hipertensi hipertensi Perwakilan warga yang
memeriksakan melakukan pengobatan secara teratur sebanyak hadir ada6 orang
kesehatannya secara 87 KK (13,2%) perwakilan dari RW 06
rutin dan 04 dapat mengetahui
54
dan memahami tentang
penyakit hipertensi yang
disampaikan.
55
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Majalengka tentang
masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Tonjong RW 04, 05 dan 06 dilihat dari
Indikator Keluarga Sehat (IKS) di temukan 4 masalah tertnggi, yaitu:
1. Anggota keluarga masih ada yang merokok sebanyak 399 KK (60,4%)
2. Keluarga belum menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak
308 KK (46,6%)
3. Keluarga belum mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebanyak 163 KK
(24,7 %)
4. Penderita hipertensi belum melakukan pengobatan secara teratursebanyak 87
KK (13,2%)
Dalam pelaksanaan rencana keperawatan hanya beberapa point edukasi dan
motivasi tentang 4 masalah tersebut yang dapat di laksanakan karena di sesuaikan
dengan kondisi di lapangan dan setelah dilakukan penyuluhan pada hari jum’at 07
agustus, pukul 09.30 WIB, perwakilan RW 04, 06berpartisipasi hadir dan memahami
materi penyuluhan yang diberikan.
B. Saran
Setelah adanya PBL keperawatan komunitas di Kelurahan Tonjong
Khususnya RW 04, 05, dan 06 kami berharap setelah dilakukannya penyuluhan
masyarakat dapat memahami dan mengikuti apa yang disarankan untuk mengubah
perilaku atau kebiasaan menuju hidup bersih dan sehat.
56
DAFTAR PUSTAKA
Clark M.J. 1999. Nursing in the community: Dimensions of community health nursing.
Standford Connecticut: Appleton & Lange.
Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan.
Salemba Medika: Jakarta
Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I. PSIK FK
UNLAM: Banjarbaru.
Herdman, T. Heather dan Kamitsuru,Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hidayat AH. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba Medika: Jakarta.
MubarakIW. 2009.Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. CV Sagung
Seto: Jakarta.
Swanson, Elizabeth, dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NOC). Yogyakarta:
Mocomedia.
Wawan A, Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Nuha Medika: Yogyakarta.
57