Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU


ANGGOTA KELUARGA MENDERITA ISPA DI LINGKUNGAN
AIKMUAL KECAMATAN PRAYA

DI SUSUN OLEH :

YARISA MAULIDIA
NIM : 102STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020
BAB I
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri
atas nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur,
hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-
masing anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam
tiga generasi)
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik
kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga
lainnya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c. Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga
inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing, anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan
keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d. Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua
(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan
saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah,
pengaturan privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan
pengaturan atau penataan rumah mereka
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe
tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan
dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
c. Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada.
e. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari
anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki
keluarga.
4. Struktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku
c. Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik formal/informal
d. Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
e. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
c. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
d. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi
masalah
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
1) Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan perawat dengan cepat.
Contoh : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ny. W
keluarga Tn.S yang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang nyaman untuk istirahat tidur.
2) Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan atau di tangani.
Contoh : Resiko tinggi gangguan perkembangan balita khususnya pada
An.A yang b/d ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada
balita.
3) Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh : Potensial peningkatan kesejahteraan khususnya Ny.S yang
sedang hamil pada keluarga Tn.B.
Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu,
proses scoring mengguanakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya
( 1978 ).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah :
- Tidak Atau Kurang Sehat 3 1
- Ancaman Kesehatan 2
- Krisis Atau Keadaan 1
Sejahtera
2. Kemungkinan Masalah
Dapat Di Ubah
- Dengan Mudah 2 2
- Hanya Sebagian 1
- Tidak Dapat 0
3. Potensi Maslah Dpat Di
Cegah 3 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat harus segera 2 1
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan :
Proses skoring dilakukan untuk diagnose keperawatan dengan ketntuan :
- Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat
- Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot

Skor
Angka tertinggi x Bobot

- Jumlah skor untuk setiap kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan
jumlah keseluruhan dari bobot
- Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas maslah :
a. Sifat Masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang
sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut
memerlukan tindakan yang segera dan biasa masalahnya dirasakan
atau disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan
yang paling sedikit atau rendah karena factor-faktor kebudayaan
biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk
mengatasi masalahnya dengan baik.

b. Kemungkinan masalah dapat dicegah


Adalah kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegha
masalah jika ada tindkaan . factor- factor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat dicegah :
1) Pengetahuan dan teknologi serta tindkaan yang dapat dilakukan
untuk menangani masalah
2) Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk
fisik, keuangan atau tenaga
3) Sumber-sumber dari keperawatan : dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
4) Sumber-sumber di masyarakat misalnya : dalam bentuk fasilitas
kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan social masyarakat.
c. Potensi masalah dapat dicegah
Adalah sifat dan beratnya maslah yang akan timbul yang dapat
dikurangi atau dicegah. Factor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah :
1) Kepelikan dari masalah
2) Lamanya masalah
3) Adanya kelompok tinggi resiko atau kelompok yang peka atau
rawan
d. Menonjolnya maslah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang
beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini
adalah perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
tersebut melihat masalah. Dalam hal ini jika keluarga menyadari
masalah dan merasa perlu untuk menangani segera maka harus
diberikan skor tertinggi.

C. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi
(Harmoko, hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat
(Harmoko, hal 97; 2012). Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012)
1. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan,
mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan
4. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
cara menggunakan fasilitas tersebut.
E. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Konsep Dasar Penyakit Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
1. Definisi
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan
Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam
lokakarya Nasional ISPA di Cipanas, Jawa Barat, Istilah ini merupakan
padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk adneksanya, seperti sinus, rongga, telinga tengah dan
pleura (Aminudin, 2010).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut
berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikro organisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tenga dan pleura (Anonim,
2008).
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
rikcetsia.Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau
melaluiudara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan
bernafas, sakittenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI,
2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi
Vitamin A.
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang beradaptasi dari
bahas inggris acute respiratory infection (ARI) mempunyai pengertian
sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimblkan gejala penyakit
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ secara anatomis mencakup pernfasan bagian atas.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini bisa berlangsung dari 14
hari, infeksi saluran nafas adalah penuruanan kemampuan pertahanan
alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.
2. Etilogi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang
paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau
belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi
lingkungan.
a. ISPA atas  : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus
utama ).
b. ISPA bawah   : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus ( Virus
Utama ).
c. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
d. Pada neonotus dan bayi muda    : Chalmedia tachomatis.
e. Pada anak usia sekolah               : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan
mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan
penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit
demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab
terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi –
epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih
banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian
bawah. ( Fuad & Ahmad,  2008 ).
3. Klasifikasi
Menurut Depkes (2002), klasifikasi dari ISPA adalah :
a. Ringan (buka pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit,
hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
b. Sedang (pneumonia)
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,
dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis
servikal).
c. Berat (pneumonia)
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran
keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak
ada sianosis.
d. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta
tidak minum.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
a. Pilek biasa.
b. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
c. Kadang bersi – bersin.
d. Sakit tenggorokan.
e. Batuk.
f. Sakit kepala.
g. Sekret menjadi kental.
h. Demam.
i. Neusea.
j. Muntah.
k. Anoreksia.
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas
memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat
dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali
yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan
disetai sesak nafas.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu :  ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA
sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk
bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak
ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan
adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan
dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang
menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya
pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat
kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam
sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan
sederhana ( Yasir, 2009 ).

5. Patway ISPA ( Infeksi


Saluran Nafas Akut )

Paparan udara (debu)


mengandung
virus/bakteri/patogen
Fungsi hidung dalam
fungsi filterisasi

Ukuran besar akan tersaring,


ukuran kecil akan masuk

Silia mendorong debu Menyebar ke tonsil


ke faring (tonsiltis)

Spasmus laring gagal


Selulitis peritonsilar
melakukan tangkapan refleks

Virus/bakteri/patogen dalam debu Abses peritonsilar


merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernfasan

Mk: Resiko infeksi


(Penyebaran) penyakit
Reaksi peradangan

Hipotalamus berespon Reasksi mukus meningkat


dengan menaikkan set point
Mk: bersihan jalan
napas tidak efektif Batuk Sesak
Tubuh demam
napas

Mk : Hipertermia

6. Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem
pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada
salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut
berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus 
seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang
berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan
menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan
tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon
cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi
saluran pernafasan akibat adanya mucus.( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi
apa- apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
c. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,
menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia ( Vietha, 2009 ).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
8. Komplikasi
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi
kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis
paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan
brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang
meluas ( Whaley and Wong, 2000 ).
9. Penatalaksanaan
Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah :
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang
antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin
memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase
seperti antalasi uap.

DAFTAR PUSTAKA
Friedman,M.M et al.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,Teori, dan
Praktik.Ed 5.Jakarta: EGC.
Harono, 2012, Ganggguan Pernafasan Pada Anak (ISPA). Jakarta : Nuha Medika
Haskas, Yusron. 2016, / Buku Ajar Sistem Respirasi, Jogjakarta: Indomedia
Pustaka
Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Jakarta : Salemba
Medika.
Setiadi.2008.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahid, Abdul. D. Suprapto, Iman. 2013 Asuahan Keperawatan Pada sistem
Respirasi, Jakarta Timur: Cv. Trans Infomedia

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA


KELUARGA
MENDERITA ISPA DI LINGKUNGAN AIKMUAL KECAMATAN PRAYA

A. PENGKAJIAN (tanggal : ( 17 Mei 2020)


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : MASYHURRIADI
2. Alamat dan Telepon : AIKMUAL
3. Pekerjaan KK : WIRASWASTA
4. Pendidikan KK : SMA
5. Komposisi Keluarga :

Hub Kel. KK
Status Imunisasi

Pendidikan
Jenis Kel.

Umur
Hepatiti Ket.

Campak
No Nama BC Polio DPT
s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Mash La Su 36 S Sehat
urriad ki- a tah M
i La mi un A
ki
2. Elmiat Per ist 29 S Sehat
un em ri tah M
pu un A
an
3. M. La A 6 T Sakit
Jaela ki- na tah K
ni lak k un
Hida i
yaturr
asul
4. Azril La A 3 Be Sehat
Haika ki- na tah lu
l lak k un m
Alind i se
ra ko
la
h

Genogram :
6. Tipe Keluarga : Nuclear Family
7. Suku Bangsa : Sasak/Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Status ekonomi keluarga adalah termasuk golongan menengah
b. Jumlah pendapatan perbulan kurang lebih 1.000.000

10. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga jarang melakukan kegiatan rekreasi bersama, hanya kadang
menonton tv secara bersama-sama. Bapak “M” jarang berkumpul bersama
karena pekerjaanya. Tidak ada jadwal khusus untuk pergi ke tempat rekreasi
apalagi dengan keadaan adanya pandemic covid-19 saat ini.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga berada pada tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families
with prescholl). Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan berbeda
( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, hal 111: 2010 ).
Tugas perkembangan keluarga antara lain :
a. Memnuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi
b. Mensosialisasikan anak
c. Mempertahankan hubungan yang sehat dengan keluarga
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, keluarga
Tn.M mengatakan semaksimal mungkin menciptakan keluarga yang
membahagiakan, terutama untuk membahagiakan anak-anaknya.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Selama berkeluarga tidak terjadi hal-hal yang serius terkait dengan kesehatan,
penyakit yang sering dialami adalah panas, flu sakit yang sembuh dengan
rawat jalan. Pada saat dilakukan pengkajian pada Tn.M dalam keadaan sehat
dan Ny.A dalam keadaan sehat , namun An.H sedang menderita batuk pilek
yaitu kurang lebih sudah dua hari yang lalu.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn.M mengatakan keluarga dari istri memiliki riwayat penyakit yang bersifat
kronis seperti DM dan keluarga dari Tn.M mengalami riwayat penyakit Ht.
III. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
a. Keluarga memiliki rumah sendiri.
b. Kondisi rumah secara cukup baik, rumah terdiri dari 3 kamar tidur,
terdapat ruang tamu dan ruang tengah untuk berkumpul keluarga. Setiap
ruangan terdapat lampu, ventilasi rumah jarang dibuka setiap pagi.
Adapun lantai rumah menggunakan keramik.
c. Dapur : Supalai air minum berasal dari air keran yang kemudian
dimasak, alat-alat masak yang digunakan dalam kondisi bersih dan
setelah digunakan dibersihkan lagi.
d. Kamar mandi hanya satu, sanitasi cukup baik, air jernih dan tidak berbau,
dan dikamar mandi telah tersedia alat mandi, berupa sabun dan lain
sebagainya.
e. Kebersihan rumah cukup, sanitasi rumah cukup baik. Dilingkungan
rumah binatang yang paling sering hanya ayam, semut dan kucing liar.
Keluarga tidak memiliki binatang peliharaan. Namun ada kandang ayam
di depan rumahnya milik tetangganya yang tidak terawat.
f. Keluarga mengatakan merasa nayaman tinggal dirumah mereka.
g. Sampah dibuang di bak sampah dan dibuang di kebun dekat rumah.
h. Denah rumah

1 2 7 8

4 3

Keterangan :
1) Ruang kamar tidur
2) Ruang kamar tidur
3) Ruang kamar tidur
4) Ruang tamu
5) Ruang keluarga
6) Teras depan
7) Kamar mandi
8) Dapur
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
a. Tipe lingkungan adalah di desa yang berada ditengah kota.
b. Tipe tempat tinggal adalah hunian campuran karena terdiri dari berbagai
jenis golongan dan pekerjaan.
c. Kedaan tempat tinggal dan jalan raya terpelihara.
d. Sanitasi jalan dan lingkungan sekitar rumah cukup baik.
e. Tidak terdapat industry yang dapat menimbulkan kebisingan di sekitar
rumah.
f. Karakteristik demografi lingkungan berada di desa padat penduduk.
g. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan social yang ada di
lingkungan komunitas adalah, bidan praktik, perawat praktik dan jika ke
jalan besar terdapat puskesmas dan rumah sakit.
h. Terdapat sekolah-sekolah yang tidak terlalu jauh dengan mudah dapat
dijangkau dengan berjalan kaki.

3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau pindahan)


a. Keluarga tinggal dirumah ini sejak kecil karena merupakan warga asli
daerah aikmual.
b. Keluarga tidak pernag berpuindah-pindah tempat tinggal.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Hubungan keluarga dengan masyarakat ( tetangga ) cukup baik, keluarga
sering mengikuti pengajian yang diadakan di masjid. Tn.M sering
melakukan ronda malam yang di adakan oleh keamanan desa.
5. Sistem pendukung keluarga
a. Fasilitas kesehatan yang dimiliki keluarga yaitu memiliki BPJS.
b. Keluarga memiliki motor untuk pergi ke pelayanan kesehatan terdekat.

IV. Struktur keluarga


1. Struktur peran
Tn.M berperan sebagai kepala keluarga, ayah serta sebagai suami dan
pemberi nafkah di dalam keluarga. Ny.E berperan sebagai istri dan ibu bagi
anak-anaknya. Ia mengatur kehidupan rumah tangga. An.M dan An.A
berperan sebagai anak.
2. Nilai dan norma kleuarga
a. adalah menganut agama yang sama yaitu islam, dan berasal dari suku
yang sama, yaitu sasak sehingga kebiasaanpun hampir sama.
b. Nilai-nilai yang telah dianut keluarga sangat penting sehingga harus tetap
di jaga yaitu seperti kewajiban menjalankan perintah agama, anak harus
berbakti kepada kedua orang tua dan sebagainya
c. Tidak terdapat konflik nilai di dalam keluarga.

3. Pola komunikasi keluarga


a. Komunikasi dalam keluarga berjalan lancar dilakukan sepanjang waktu
antara Ny. E dengan An.H dan An.A , sementara Tn.M hanya dapat
leluasa diluar jam kerja.
b. Keluarga berkomunikasi secara lansung ( terbuka ).
c. Bahasa yang digunakan adalah bahasa sasak.
d. Pesan-pesan emosional disampaiakan keluarga secara lansung, terutama
jika anak sulit diberitahu.

4. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)


a. Didalam keluarga keputusan berada di tangan suami ( Tn.M ) melalui
musyawarah dengan anggota keluarga lainnya.
b. Keputusan di dalam keluarga diputuskan dengan musywarah keluarga.
c. Selama ini keluarga tidak memiliki konflik terkait keputusan-keputusan
yang telah ditetapkan oleh keluarga.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
a. Pola kebutuhan keluarga-respon
1) Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain
2) Orang tua mampu menggambarkan kebutuhan keluarganya secara
rinci, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian ,pendidikan dan
kesehatan.
3) Di dalam keluarga anggota keluarga saling menghormati satu sama
lain.
b. Saling memperhatikan, keakraban dan identifikasi
1) Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
ketika anak sakit orang tua secepat mungkin memeriksakan anak ke
pelayanan kesehatan terdekat.
2) Anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
3) Semua anggota keluarga menunjukkan rasa kasih sayang satu sama
lain.

2. Fungsi sosialisasi
a. Didalam keluarga terdapat saling ketergantungan.
b. Peran membesarkan anak dan fungsi sosialisai dijalankan suami dan istri
secara bersama-sama.

3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga belum cukup mengenal masalah kesehatan mengenai tanda dan
gejala, penyebab maupun pencegahan dan perawatan dari penyakit ISPA.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit
lansung membawanya ke pelayanan kesehatan terdekat seperti
puskesmas.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit lansung
membawanya ke puskesmas. Tetapi untuk perawatan dirumah keluarga
belum memahami sepenuhnya.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang
kuat
Keluarga kurang mamapu memelihara lingkungan yang sehat ditandai
dengan sering membuang sampah ke kebun dekat rumah sehingga dapat
menimbulkan penyebaran penyakit. Dan jarang membuka ventilasi
rumah.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehat
Tn.M dan Ny.E mengatakan sudah mengetahui fasilitas pelayanan
kesehatan. Selama ini keluarga mendapatkan pelayanan yang baik oleh
puskesmas. Keluarga juga percaya dengan informasi yang diberikan oleh
puskesmas.
4. Fungsi reproduksi
a. Keluarga memiliki 2 anak berjenis kelamin laki-laki.
b. Ny.E menggunakan KB suntik
c. Ny.E masih mengalami menstruasi satu bulan sekali kadang merasakan
nyeri saat menstruasi.

5. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti sandang, pangan
dan papan dan biaya untuk berobat anak.
VI. Stres dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek ( < 6 bulan ) yang dirasakan keluarga yaitu ketika
An.H mengalami sakit batuk dan pilek, keluarga merasa cemas dan khawatir.
2. Stressor jangka panjang
Stressor jangka panjang ( > 6 bulan ) yang saat ini terjadi, yaitu ketika An.H
sering sekali menderita batuk pilek dan sering kambuh.

3. Kemampuan keluarga berespons terhadap masalah


Keluarga mengatakan apabila ada masalah yang dirasa sangat berat maka
mereka akan memecahkannya secara bersama, dibicarakan secara bersama
dan dicari jalan keluarnya.
4. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi stressor
tersebut, yaitu dengan berusaha mengontrol emosi dan jika ada anggota
keluarga sakit yang tidak dapat dirawat dirumah sesegera mungkin
memeriksakan kondisinya.

5. Strategi adaptasi disfungsional (pengambinghitaman,penggunaan


ancaman,dll)
Keluarga mengatakan jika anak melakukan kesalahan lansung dinasehati
dengan baik.

VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga (menggunakan


table)
No Aspek Tn.M Tn.E An.H An.A
. yang
dikaji
1. Penampila Baik Baik Baik Baik
n umum
2. Kesadaran Composment Composment composment composment
is is is is
3. Tanda-
Tanda
Vital 90 mmHg 110 mmHg - -
-TD 20x/menit 20x/menit 32 x/menit 25x/menit
- RR 36,0◦C 36,5◦C 36,7◦C 36,0◦C
-S 80x/menit 80 x/menit 120x/menit 114x/menit
-N
4. Kepala
-Rambut Ikal, warna Lurus , Lurus, Lurus,
rambut warna warna warna
hitam,tidak rambut rambut rambut
ada kotoran, hitam,tidak hitam,tidak hitam,tidak
tidak ada ada kotoran, ada kotoran, ada kotoran,
lesi, dan tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada lesi, dan lesi, dan lesi, dan
-Mata benjolan. tidak ada tidak ada tidak ada
Konjungtiva benjolan. benjolan. benjolan.
anemis, Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
skrela anemis, anemis, anemis,
aniketerik, skrela skrela skrela
tidak aniketerik, aniketerik, aniketerik,
menggunaka tidak tidak tidak
-Telinga n alat bantu menggunaka menggunaka menggunaka
pengelihatan n alat bantu n alat bantu n alat bantu
Bentuk pengelihatan pengelihatan pengelihatan
simetris, Bentuk Bentuk Bentuk
tidak ada simetris, simetris, simetris,
serumen, tidak ada tidak ada tidak ada
-Hidung tidak ada serumen, serumen, serumen,
Dan lesi, tidak tidak ada tidak ada tidak ada
Mulut ada benjolan. lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak
- Mulut sedikit ada benjolan. ada ada benjolan.
kotor, gigi Mulut sedikit benjolan. Mulut
masih utuh, kotor, gigi Mulut sedikit kotor,
mukosa masih utuh, sedikit kotor, gigi masih
mulut mukosa gigi masih utuh,
lembab, tidak mulut utuh, mukosa
ada lesi, lembab, tidak mukosa mulut
tidak ada ada lesi, mulut lembab,
benjolan, tidak ada lembab, tidak ada
tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak
polip di tidak ada lesi, tidak ada benjolan,
hidung. polip di ada tidak ada
hidung. benjolan, polip di
tidak ada hidung.
polip di
hidung.
5. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan tidak tekan, tidak tekan, tidak tekan, tidak
ada ada ada ada
pembesaran pemebesaran pembesaran pembesaran
di JVP di JVP di JVP di JVP
6. Dada atau I : bentuk I : bentuk I : bentuk I : bentuk
thoraks simestris, simestris, simestris, simestris,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak
ada benjolan, ada benjolan, ada ada benjolan,
inspirasi inspirasi benjolan, inspirasi
seimbang seimbang inspirasi seimbang
dengan dengan seimbang dengan
ekspirasi. ekspirasi. dengan ekspirasi.
P : tidak P : tidak ekspirasi. P : tidak
terdapat terdapat P : tidak terdapat
retraksi retraksi terdapat retraksi
dinding dada, dinding dada, retraksi dinding
tidak ada tidak ada dinding dada, tidak
nyeri tekan, nyeri tekan, dada, tidak ada nyeri
taktil taktil ada nyeri tekan, taktil
fremitus fremitus tekan, taktil fremitus
sama anatara sama anatara fremitus sama anatara
kiri dan kiri dan sama anatara kiri dan
kanan. kanan. kiri dan kanan.
P : sonor P : sonor kanan. P : sonor
A : tidak A : tidak P : sonor A : tidak
terdapat terdapat A : terdapat terdapat
suara suara suara suara
tambahan, tambahan, tambahan tambahan,
vesikuler vesikuler ( ronkhi vesikuler.
basah
7. Abdomen I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada I : tidak ada
lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak lesi, tidak
ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan
A : bising A : bising A : bising A : bising
usus 8 usus 8 usus 8 usus 8
x/menit x/menit x/menit x/menit
P : timpani P : timpani P : timpani P : timpani
P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada P : tidak ada
nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
asites. asites. asites. asites.
8. Jantung Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan
9. Ekstremit
as Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
-Atas nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan, nyeri tekan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
lesi, masih lesi, masih lesi, masih lesi, masih
aktif aktif aktif aktif
bergerak, bergerak, bergerak, bergerak,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
edema, CRT edema, CRT edema, CRT edema, CRT
<3 detik. <3 detik. <3 detik. <3 detik.
Tidak ada Tidak ada
-Bawah nyeri tekan, nyeri tekan,
Tidak ada Tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan, nyeri tekan, lesi, masih lesi, masih
tidak ada tidak ada aktif aktif
lesi, masih lesi, masih bergerak, bergerak,
aktif aktif tidak ada tidak ada
bergerak, bergerak, edema, CRT edema, CRT
tidak ada tidak ada <3 detik <3 detik
edema, CRT edema, CRT
<3 detik <3 detik
10. Genetalia BAK/BAB BAK/BAB BAK/BAB BAK/BAB
normal normal normal normal

VIII. Harapan keluarga


Tn.M dan Ny.I berharap semua anggota keluarganya sehat dan adanya
pelayanan kesehatan yang rutin menuju setiap rumah warga dan memberikan
informasi-informasi kesehatan, baik itu untuk kesehatan tentang ISPA
sehingga dapat meningkatkan kesehatan setiap keluarga.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA

I. Analisis dan sintesis data

No Data Masalah Penyebab


1 Subjektif : Bersihan jalan Ketidakmampuan
keluarga mengatakan nafas tidak efektif keluarga dalam merawat
bahwa anaknya batuk anggota keluarga yang
pilek selama 2 hari sakit
sudah dibawa ke dokter
dan belum sembuh
serta sering kambuh
Objektif :
1. An.H tampak batuk
2. Tampak secret kleuar
dari hidung
3. RR = 32 x/menit
2 Subjektif : Resiko infeksi Ketidakmampuan
1. Ny. E pada penyebaran keluarga dalam
mengatakan penyakit ISPA memelihara/memodifikasi
selama An.H lingkungan rumah yang
batuk pilek sehat.
diberi obat dari
dokter dan
tidak
mengetahui
cara perawatan
di rumah.
2. Ny. E tidak
mengetahui
bagamana cara
memodifikasi
lingkungan
yang sehat agar
tidak terjadi
penularan
ISPA.

Objektif :
1. Ventilasi
rumah cukup
tapi tidak di
buka setiap
hari.
2. Ny.E sering
membuang
sampah di
kebun dekat
rumah
3. Tempat
pertukaran
udara dan
pencahayaan
kurang

II. Perumusan diagnosis keperawatan


No Diagnosa Keperawatan (PES)
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
2 Resiko infeksi penyebaran penyakit ISPA b/d ketidakmampuan keluarga
dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah

Cara Pembuatan Diagnosa Keperawatan


1. Diagnosa Aktual
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit.
2. Diagnosa Resiko
Resiko infeksi pada penyebaran penyakit ISPA b/d ketidakmampuan keluarga
dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah

III. Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Skor Bobot Hitungan Skor
hasil

1 Sifat masalah 2/3 × 1 2/3


Skala 1
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahtra 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 × 2 1


Skala 2
a. Mudah
b. Sebagian 2
c. Rendah 1
0
3 Potensial masalah untk dicegah
Skala 3/3 × 1 1
a. Tinggi 1
b. Cukup 3
c. Rendah 2
1
Menonjolnya masalah
4 Skala 1 2/2 × 1 1
a. Masalah berat harus segera
ditangani 2
b. Ada masalah, tapi tidak perlu 1
harus
Segera ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan

Total 3,6

2. Resiko infeksi pada penyebaran penyakit ISPA b/d ketidakmampuan


keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah
No Kriteria Skor Bobot Hitungan Skor
hasil

1 Sifat masalah 2/3 × 1 2/3


Skala 1
d. Skala: Tidak/kurang sehat 3
e. Ancaman kesehatan 2
f. Keadaan sejahtra 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 1/2 × 2 1


Skala 2
d. Mudah
e. Sebagian 2
f. Rendah 1
0
Potensial masalah untk dicegah
3 Skala 3/3 × 1 1
d. Tinggi 1
e. Cukup 3
f. Rendah 2
1
Menonjolnya masalah
4 Skala 1 0/2 × 1 0
d. Masalah berat harus segera
ditangani 2
e. Ada masalah, tapi tidak perlu 1
harus
Segera ditangani 0
f. Masalah tidak dirasakan

Total 2,6

1. Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d 3,6
ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi


Kriteria / Standar
Umum/Khusus
Tujuan umum: 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga
Setelah dilakukan menyebutkan tentang penyakit ISPA
kunjungan keluarga tanda dan gejala 2. Jelaskan keluarga tentang
diharapkan bersihan penyakit ISPA pengertian, tanda dan gejala,
jalan nafas dapat 2. Keluarga mampu penyebab dan pencegahan dari
teratasi menyebutkan ISPA
Tujuan khusus : penyebab dan 3. Jelaskan keluarga tentang cara
Keluarga dapat pencegahan dari perawatan ISPA
mengenal masalah ISPA 4. Ajarkan kepada keluarga untuk
ISPA dengan 3. Keluarga mampu latihan nafas dalam dan batuk
menyebutkan tanda menyebutkan cara efektif secara mandiri.
dan gejala, perawatan ISPA 5. Berikan kesempatan keluarga
penyebab, untuk bertanya
pencegahan dan 6. Respon kemampuan keluarga
perawatan dalam memahami penyakit ISPA

Diagnosa Keperawatan : Resiko infeksi pada penyebaran penyakit ISPA b/d


ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan rumah.
Tujuan Kriteria Evaluasi Kriteria / Rencana Intervensi
Umum/Khusus Standar
Tujuan 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan keluarga
Umum : setelah menyebutkan cara tentang cara penyebaran dan
dilakukan penyebaran penyakit pencegahan ISPA
kunjungan ISPA 2. Beri penjelasan keluarga
keluarga 2. Keluarga dapat tentang penularan ISPA
diharapkan menyebutkan cara
keluarga mampu pencegahan penyakit
mengenal cara ISPA
penularan
penyakit ISPA.
Tujuan Khusus
:
Keluarga dapat
menyebutkan
cara penularan
penyakit ISPA

D. IMPLEMENTASI

No. Tanggal & waktu No Diagnosa Keperawatan Implementasi


1 1. Mengkaji pengetahuan
17 Mei 2020, jam 16.00 keluarga tentang penyakit
ISPA
2. Menjelaskan keluarga
tentang pengertian, tanda
dan gejala, penyebab dan
pencegahan ISPA
3. Menjelaskan keluarga
tentang cara perawatan
ISPA
4. Mengajarkan kepada
keluarga untuk latihan
nafas dalam dan batuk
efektif secara mandiri
5. Memberikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya
6. Merespon kemampuan
keluarga dalam
memahami penyakit
ISPA
17 Mei 2020, jam 17.00 2 1. Mengkaji pengetahuan
keluarga tentang cara
penyebaran dan
pencegahan ISPA
2. Memberikan penjelasan
keluarga tentang penularan
ISPA

E. EVALUASI

No. Tanggal Diagnosa


Implementasi
& waktu Keperawatan
1 S : keluarga mengatakan telah mengerti mengenai penyakit ISPA
17 Mei 2020, dan cara perawatannya
jam 16.00 O : keluarga dapat mempraktekkan cara nafas dalam dan batuk
secara efektif.
A : tujuan khusus tercapai semuanya
P : pantau bersihan jalan nafas anak dan lakukan pemeriksaan di
puskesmas terdekat.

2 S : keluarga mengatakan mengerti tentang infeksi penyebaran


17 Mei 2020, dan pencegahan ISPA
jam 17.00 O : keluarga mampu menyebutkan cara penyebaran dan
pencegahan ISPA
A : tujuan khusus tercapai sebagian
P : Pantau lingkungan rumah keluarga

Anda mungkin juga menyukai