DI SUSUN OLEH :
YARISA MAULIDIA
NIM : 102STYC 17
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b. Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c. Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d. Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
e. Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
6. Stress dan koping keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
c. Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
d. Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi
masalah
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
1) Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan perawat dengan cepat.
Contoh : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ny. W
keluarga Tn.S yang b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang nyaman untuk istirahat tidur.
2) Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan atau di tangani.
Contoh : Resiko tinggi gangguan perkembangan balita khususnya pada
An.A yang b/d ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi pada
balita.
3) Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh : Potensial peningkatan kesejahteraan khususnya Ny.S yang
sedang hamil pada keluarga Tn.B.
Skoring dilakukan apabila rumusan diagnosis keperawatan lebih dari satu,
proses scoring mengguanakan skala dirumuskan oleh Bailon & Maglaya
( 1978 ).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah :
- Tidak Atau Kurang Sehat 3 1
- Ancaman Kesehatan 2
- Krisis Atau Keadaan 1
Sejahtera
2. Kemungkinan Masalah
Dapat Di Ubah
- Dengan Mudah 2 2
- Hanya Sebagian 1
- Tidak Dapat 0
3. Potensi Maslah Dpat Di
Cegah 3 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
4. Menonjolnya Masalah
- Masalah berat harus segera 2 1
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak 1
perlu segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Keterangan :
Proses skoring dilakukan untuk diagnose keperawatan dengan ketntuan :
- Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang telah dibuat
- Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor
Angka tertinggi x Bobot
- Jumlah skor untuk setiap kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan
jumlah keseluruhan dari bobot
- Kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas maslah :
a. Sifat Masalah
Sifat masalah dapat dikelompokkan kedalam tidak atau kurang
sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut
memerlukan tindakan yang segera dan biasa masalahnya dirasakan
atau disadari oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan
yang paling sedikit atau rendah karena factor-faktor kebudayaan
biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk
mengatasi masalahnya dengan baik.
C. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi
(Harmoko, hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko, hal 94; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat
(Harmoko, hal 97; 2012). Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal
di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012)
1. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan,
mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan
4. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga
cara menggunakan fasilitas tersebut.
E. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Konsep Dasar Penyakit Ispa (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
1. Definisi
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan
Akut dan mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam
lokakarya Nasional ISPA di Cipanas, Jawa Barat, Istilah ini merupakan
padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk adneksanya, seperti sinus, rongga, telinga tengah dan
pleura (Aminudin, 2010).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses infeksi akut
berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikro organisme dan
menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tenga dan pleura (Anonim,
2008).
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan
rikcetsia.Penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau
melaluiudara pernapasan. Gejala umumnya adalah batuk, kesulitan
bernafas, sakittenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam (Depkes RI,
2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi ISPA adalah defisiensi
Vitamin A.
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) yang beradaptasi dari
bahas inggris acute respiratory infection (ARI) mempunyai pengertian
sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimblkan gejala penyakit
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ secara anatomis mencakup pernfasan bagian atas.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini bisa berlangsung dari 14
hari, infeksi saluran nafas adalah penuruanan kemampuan pertahanan
alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.
2. Etilogi
Menurut Vietha ( 2009 ), etiologi ISPA adalah lebih dari 200 jenis
bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang
paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu
tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau
belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya senetasi
lingkungan.
a. ISPA atas : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, ( virus
utama ).
b. ISPA bawah : Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus ( Virus
Utama ).
c. Bakteri utama : Steptococus, pneumonia, hemapholus, influenza,
staphylococus aureus.
d. Pada neonotus dan bayi muda : Chalmedia tachomatis.
e. Pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
Infeksi saluran perafasan akut merupakan kelompok penyakit yang
komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi.
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus dan
mikroplasma, untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan
miksovirus ( termasuk di dalamnya virus para influenza ) merupakan
penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiokitis, dan penyakit
demam saluran nafas bagian atas, untuk virus influenza bukan penyebab
terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi –
epidemi saja. Pada bayi dan anak, virus – virus merupakan terjadinya lebih
banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas bagian
bawah. ( Fuad & Ahmad, 2008 ).
3. Klasifikasi
Menurut Depkes (2002), klasifikasi dari ISPA adalah :
a. Ringan (buka pneumonia)
Batuk tanpa pernafasan cepat / kurang dari 40 kali / menit,
hidung tersumbat / berair, tenggorokan merah, telingan berair.
b. Sedang (pneumonia)
Batuk dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah,
dari telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis
servikal).
c. Berat (pneumonia)
Batuk dengan nafas berat, cepat dan stridor, membran
keabuan di taring, kejang, apnea, dehidrasi berat / tidur terus, tidak
ada sianosis.
d. Sangat Berat
Batuk dengan nafas berat, cepat, stridor, dan sianosis serta
tidak minum.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Vietha ( 2009 ), tanda dan gejala dari ISPA adalah :
a. Pilek biasa.
b. Keluar sekret cair dan jernih dari hidung.
c. Kadang bersi – bersin.
d. Sakit tenggorokan.
e. Batuk.
f. Sakit kepala.
g. Sekret menjadi kental.
h. Demam.
i. Neusea.
j. Muntah.
k. Anoreksia.
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran pernafasan bagian atas
memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat
dan retratesi dada. Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat dikenali
yaitu flu, demam, dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 ○C dan
disetai sesak nafas.
Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu : ISPA ringan ( bukan pneumonia ), ISPA
sedang ( pneumonia ) dan ISPA berat ( pneumonia berat ). Kusus untuk
bayi di bawah 2 bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA ringan ( tidak
ada ISPA sedang ). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari 2 bulan
adalah bik frekuensi nafasnya sepat ( 60 kali / menit ) atau adanya tarikan
dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang
menjadi ISPA sedang / ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya
pasien kurang mendapat perawatan / daya tahan tubuh pasien sangat
kurang. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam
sedangkan ISPA sedang dan berat memerlukan beberapa pengamatan
sederhana ( Yasir, 2009 ).
Mk : Hipertermia
6. Patofisiologi
Masuknya kuman atau virus ke dalam tubuh melalui sistem
pernafasan mengakibatkan terjadinya reaksi antigen dan antibody pada
salah satu tempat tertentu di saluran nafas bagian atas. Reaksi tersebut
berupa reaksi radang, sehingga banyak sekali dihasilkannya mukus
seteret, dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 yang
berupa pengeluaran mediator kima berupa prostaglandin, hal tersebut akan
menggeser sel point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan
tubuh menggigil dan demam. Reaksi tersebut disebut dengan comoon
cold. Respon batuk akan muncul seiring dengan terangsangnya villi – villi
saluran pernafasan akibat adanya mucus.( Khaidirmuhaj, 2008 )
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
a. Tahap prepatogenisis : penyebab ada, tetapi belum menunjukan reaksi
apa- apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa
tubuh menjadi lemah apabila kedaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
c. Tahap dini penyakit : Mulai dari munculnya gejala penyakit dibagi
menjadi 4 yaitu dapat tumbuh sempurna, sembuh dengan atelektatis,
menjadi teronis dengan meninggal akibat pneumonia ( Vietha, 2009 ).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
8. Komplikasi
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 – 6 hari jika tidak terjadi invasi
kuman lain, tetapi penyakit ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang baik dapat menimbulkan penyakit seperti : semusitis
paranosal, penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan
brhonco pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang
meluas ( Whaley and Wong, 2000 ).
9. Penatalaksanaan
Menurut Semltzer ( 2001 ), penatalaksanaan dari ISPA adalah :
1. Medis.
a. Diet cair dan lunak selama tahap akut.
b. Untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukos yang
antiboitik, misal amoxilin, ampixilin.
c. Antistetik topikal sepertilidokain, orabase atau diklorin
memberikan tindakan peredaan nyeri oral.
2. Keperawatan.
a. Penyuluhan pada pasien tentang cara memutus infeksi.
b. Meningkatkan masukan cairan.
c. Menginstruksikan pada pasien untuk meningkatkan drainase
seperti antalasi uap.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman,M.M et al.2010.Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset,Teori, dan
Praktik.Ed 5.Jakarta: EGC.
Harono, 2012, Ganggguan Pernafasan Pada Anak (ISPA). Jakarta : Nuha Medika
Haskas, Yusron. 2016, / Buku Ajar Sistem Respirasi, Jogjakarta: Indomedia
Pustaka
Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Jakarta : Salemba
Medika.
Setiadi.2008.Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahid, Abdul. D. Suprapto, Iman. 2013 Asuahan Keperawatan Pada sistem
Respirasi, Jakarta Timur: Cv. Trans Infomedia
Hub Kel. KK
Status Imunisasi
Pendidikan
Jenis Kel.
Umur
Hepatiti Ket.
Campak
No Nama BC Polio DPT
s
G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1. Mash La Su 36 S Sehat
urriad ki- a tah M
i La mi un A
ki
2. Elmiat Per ist 29 S Sehat
un em ri tah M
pu un A
an
3. M. La A 6 T Sakit
Jaela ki- na tah K
ni lak k un
Hida i
yaturr
asul
4. Azril La A 3 Be Sehat
Haika ki- na tah lu
l lak k un m
Alind i se
ra ko
la
h
Genogram :
6. Tipe Keluarga : Nuclear Family
7. Suku Bangsa : Sasak/Indonesia
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga :
a. Status ekonomi keluarga adalah termasuk golongan menengah
b. Jumlah pendapatan perbulan kurang lebih 1.000.000
1 2 7 8
4 3
Keterangan :
1) Ruang kamar tidur
2) Ruang kamar tidur
3) Ruang kamar tidur
4) Ruang tamu
5) Ruang keluarga
6) Teras depan
7) Kamar mandi
8) Dapur
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya
a. Tipe lingkungan adalah di desa yang berada ditengah kota.
b. Tipe tempat tinggal adalah hunian campuran karena terdiri dari berbagai
jenis golongan dan pekerjaan.
c. Kedaan tempat tinggal dan jalan raya terpelihara.
d. Sanitasi jalan dan lingkungan sekitar rumah cukup baik.
e. Tidak terdapat industry yang dapat menimbulkan kebisingan di sekitar
rumah.
f. Karakteristik demografi lingkungan berada di desa padat penduduk.
g. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan social yang ada di
lingkungan komunitas adalah, bidan praktik, perawat praktik dan jika ke
jalan besar terdapat puskesmas dan rumah sakit.
h. Terdapat sekolah-sekolah yang tidak terlalu jauh dengan mudah dapat
dijangkau dengan berjalan kaki.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
a. Pola kebutuhan keluarga-respon
1) Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain
2) Orang tua mampu menggambarkan kebutuhan keluarganya secara
rinci, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian ,pendidikan dan
kesehatan.
3) Di dalam keluarga anggota keluarga saling menghormati satu sama
lain.
b. Saling memperhatikan, keakraban dan identifikasi
1) Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain,
ketika anak sakit orang tua secepat mungkin memeriksakan anak ke
pelayanan kesehatan terdekat.
2) Anggota keluarga saling mendukung satu sama lain.
3) Semua anggota keluarga menunjukkan rasa kasih sayang satu sama
lain.
2. Fungsi sosialisasi
a. Didalam keluarga terdapat saling ketergantungan.
b. Peran membesarkan anak dan fungsi sosialisai dijalankan suami dan istri
secara bersama-sama.
5. Fungsi ekonomi
Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti sandang, pangan
dan papan dan biaya untuk berobat anak.
VI. Stres dan koping keluarga
1. Stresor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek ( < 6 bulan ) yang dirasakan keluarga yaitu ketika
An.H mengalami sakit batuk dan pilek, keluarga merasa cemas dan khawatir.
2. Stressor jangka panjang
Stressor jangka panjang ( > 6 bulan ) yang saat ini terjadi, yaitu ketika An.H
sering sekali menderita batuk pilek dan sering kambuh.
Objektif :
1. Ventilasi
rumah cukup
tapi tidak di
buka setiap
hari.
2. Ny.E sering
membuang
sampah di
kebun dekat
rumah
3. Tempat
pertukaran
udara dan
pencahayaan
kurang
Total 3,6
Total 2,6
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI