Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Keperawatan


1. Defenisi ispa
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran
pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus, jamur,
dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh
(immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan
pada anak di bawah lima tahun karena pada kelompok usia ini adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan
terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016
2. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.
Osganisme gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous,
dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab
utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histopiasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
(Reeves, 2001 dalam Sari, 2013)
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus
influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status
gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
3. Tanda dan gejala
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari
disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
menunjukkan adanya penyulit.

Tanda dan gejala yang mungkin bisa terjadi menurut (Suriadi &
Yuliani 2010) antara lain :
a. Serangan akut dan membahayakan
b. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
c. Batuk
d. Rales (ronki)
e. Wheezing
f. Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)
4. Patofiologis
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit
ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum


menunjukkan reaksi apa-apa

b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.


Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah

c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala


penyakit,timbul gejala demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh


sempurna,sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan
meninggal akibat pneumonia.

Menurut (Kyle, Terri. 2015) Perjalanan alamiah penyakit ISPA


dibagi 4 tahap yaitu :
a) Virus pernafasan, Streptococus pneumoniae, atau Mycoplasma
pneumoniae menginvasi saluran nafas bawah, baik melalui saluran
nafasatas atau aliran darah.
b) Pneumonia viral biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang
terbatas pada dinding alveolar.
c) Pada pneumonia bakterial, mukus yang statis terjadi sebagai akibat
dari pembengkakan vaskular. Debris sel berkumpul dalam ruang
alveolar. Ekspansi yang sedikit berlebihan dengan udara yang
terjebak mengikuti. Inflamasi alveoli menyebabkan atelektasis,
sehingga pertukaran gas menjadi terganggu.
d) Infeksi bakteri sekunder sering kali terjadi setelah pneumonia viral
atau aspirasi dan memerlukan penanganan antibiotic.
5. WOC
Faktor Resiko : Etiologi :
a. Anak balita a. Bakteri
b. Berada di penitipan anak b. Virus
c. Tinggal dilingkungan polusi dan c. Jamur
perokok d. Protozoa
d. Prematur
e. Tidak mendapat ASI memadai a. Penurunan
f. Imunisasi tidak lengkap imun
g. Kepadatan tempat tinggal Masuk paru-paru b. Peningkatan
h. Kurang gizi melalui suhu tubuh
i. Penderita penyakit kronis jalan nafas c. Peningkatan
Alveoli berisi kuman metabolisme
MK : pneumokokus Merusak epitel
Ketidak bersilia,
efektifan sel goblet
Konsolidasi paru
bersihan Kuman patogen
jalan nafas mencapai bronchioli
terminalis

Infeksi Kurang
berlanjut, informasi Infeksi
leukosit dan Ekspansi
fibrin lisis paru
memenuhi menurun
alveoli MK : Defisit MK : Mual,
pengetahuan Hipertermi muntah
Pernafasan
MK : meningkat,
Gangguan dyspnea MK :
pertukaran Anoreksia
Kekurangan
gas volume
MK : cairan
MK : Resiko
Ketidakefektifan
Suplai O2 kejaringan ketidakseim
pola nafas
berkurang, bangan
metabolisme aerob nutrisi
menurun kurang dari
kebutuhan
tubuh
Fatique

MK :
Intoleransi WOC Pneumonia
aktivitas
6. komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain
yang dapat timbul yaitu:
1. Otitis media

2. Croup

3. Gagal nafas

4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu

(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)


7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015) Pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan Darah Rutin

2. Analisa Gas darah (AGD)

3. Foto rontgen toraks

4. Kultur virus dilakukan untuk menemukan RSV

8. Tindakan medis

a. Keperawatan
Penatalaksanaan meliputi pencegahan, penatalaksanaan keperawatan
meliputi:
1. Istrirahat Total

2. Peningkatan intake cairan

3. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit

4. Memberikan kompres hangat bila demam

5. Pencegahan infeksi lebih lanjut

b. Medis
Penatalaksanaan medis meliputi :
1. Sistomatik

2. Obat kumur

3. Antihistamin

4. Vitamin C
5. Espektoran

6. Vaksinasi (Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)

B. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014):
a. Identitas Pasien
b. Umur
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita
ISPA daripada usia yang lebih lanjut.
c. Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada
laki-laki di negara Denmark.
d. Alamat
Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga,
dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui
bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan
lain
e. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan
lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.
f. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini
g. Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
h. Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya. (Nursing Student, 2015).
2. Perioritas diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan ISPA
menurut problem (NANDA, 2015-2017) adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
d. Hipertemi

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga yang


mengalami ISPA dengan pneumonia mengacu pada problem (NANDA,
2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.
b) Hipertermia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
c) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit.
d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam mengenal masalah.

3. Perencanaan Keperawatan

No DIAGNOSA NOC NIC


1 Pola nafas tidak efektif Noc: Nic:
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan a. Posisikan pasien untuk
proses inflamasi saluran keperawatan selama 3x8 jam di memaksimalkan ventilasi
pernafasan harapakan pasien menunjukkan b. Keluarkan secret dengan
keefektifan pola nafas, batuk atau suction
dibuktikan dengan kriteria c. Auskultasi suara
hasil: nafas,catat adanya suara
a. Mendemonstrasikan tambahan
batuk efektif dan suara d. Berikan pelembab udara
nafasyang bersih, tidak kassa basah nacl lembab
ada sianosis dan e. Atur intake untuk cairan
dyspneu (mampu mengoptimalkan
mengeluarkan sputum, keseimbangan
mampu bernafas dengan f. Monitor respirasi dan
mudah, tidak ada pursed status o2
lips) g. Bersihkan mulut, hidung
b. Menunjukkan jalan dan secret trakea
h. Pertahankan jalan nafas
No Diagnose Nic Noc
2 Bersihan jalan nafas setelah dilakukan tindakan Nic :
tidak efektif keperawatan selama 3x8 jam a. Pastikan kebutuhan oral /
berhubungan dengan pasien menunjukkan keefektifan tracheal suctioning
obstruksi mekanis, jalan nafas dibuktikan dengan b. Anjurkan pasien untuk
inflamasi, peningkatan kriteria hasila. istirahat dan napas dalam
sekresi,nyeri a. Mendemonstrasikan batuk c. Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
bersih, tidak ada sianosis dan d. Lakukan fisioterapi dada
dyspneu (mampu jika perlu
mengeluarkan sputum, e. Keluarkan sekret dengan
bernafas dengan mudah, batuk atau suction
tidak ada pursed lips) f. Auskultasi suara nafas,
b. Menunjukkan jalan nafas catat adanya suara
yang paten (klien tidak tambahan
merasa tercekik, g. Berikan pelembab udara
kassa basah nacl lembab
h. Kalaborasi pemberian
antibiotik

3 Hipertermi berhubungan Noc: thermoregulasi a. Monitor suhu sesering


dengan proses infeksi setelah dilakukan tindakan mungkin
keperawatan selama 3x8 jam b. Monitor warna dan suhu
pasien menunjukkan : suhu tubuh kulit
dalam batas normal dengan c. Monitor tekanan darah, nadi
kreiteria hasil: dan rr
a. Suhu 36 – 37c d. Selimuti pasien
b. Nadi dan rr dalam rentang e. Kompres pasien pada lipat
normal paha dan aksil
c. Tidak ada perubahan warna f. Tingkatkan sirkulasi udara
kulit dan tidak ada pusing,
merasa nyaman

4.Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah suatu proses pelaksanaan terapi keperawatan yang berbentuk

intervensi mandiri atau kolaborasi melalui pemanfaatan sumber-sumber yang

dimiliki klien. Implementasi di prioritaskan sesuai dengan kemampuan klien dan

sumber yang dimiliki klien. (Friedman, 2010).


5.Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan sekumpulan metode dan keterampilan untuk menentukan apakah

program sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan keluarga. (Ayu, 2010)

Penyusunan evaluasi dengan menggunakan SOAP yang

operasional, dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan

yang dirasakan saat implemantasi. O adaah objektif dengan pengamatan

objektif perawat setelah implementasi. A merupakan analisa perawat setelah

mengetahui respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan

dengan kriteria dan standar mengacu pada intervensi keperawatan keuarga.

P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat meakukan analisa.

(Kucoro Fadli,2013).
Daftar Pustaka

Yulia ningksih. 2014. Konsep implementasi keperawatan. Ikmnursing.blogspot.id.


Di kutip 22 Mei 2019
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction

Anda mungkin juga menyukai