Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DIRI

Tim dosen: pendidikan karakter Dan pendidikan katakter

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Rindi Dwi Jayanti : 2215401084


2. Nuhani : 2215401076
3. Irly Wahyuni : 2215401063
4. Nabila Sangaji : 2215401072
5. Nutri Luma : 2215401082

PRODI D-III KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES TERNATE

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat sertahidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Pengembangan
Kepribadian tentang Konsep Diri. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengembangan Kepribadian.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam penulisan makalahini.Tak ada gading
yang tak retak. Tak ada yang sempurna di dunia ini.

Demikian pula dengan penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan
dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.Semoga
makalah ini menjadi tambahan pengetahuan dan bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Ternate, 15 september 2022

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar belakang...........................................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan masalah.........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Konsep diri...............................................................................................................................2


2.2 Komponen dari konsep diri......................................................................................................3
2.3 Pemahaman diri sendiri............................................................................................................4
2.4 Kebiasaan dalam menjalankan agama.....................................................................................5
2.5 Menghormati diri sendiri.........................................................................................................6
2.6 Etika baik dan buruk................................................................................................................7
2.7 Pengendalian diri.....................................................................................................................8

BAB III PENUTUP........................................................................................................................3

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................3

3.2 Saraan........................................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah-masalah rumit yang dialamai manusia seringkali dan bahkan hampir semua
sebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata rantai
masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan
menilai,manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu
atau orang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Manusia sejak
dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan
diri.Penyesuaian diri yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian secara
fisiologis,yang dikenal dengan adaptasi. Tetapi manusia seiring dengan perkembangannya, tidak
hanya membutuhkan adaptasi, juga dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara psikologis
yang sering disebut dengan ‘adjustment’ (penyesuaian diri).

Makalah ini akan mengulas tentang apa dan bagaimana konsep diri dan penyesuaian
dirMasalah-masalah rumit yang dialamai manusia seringkali dan bahkan hampir
semuasebenarnya berasal dari dalam diri kita sendiri. Mereka tanpa sadar menciptakan mata
rantaimasalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan kemampuan berpikir dan
menilai,manusia malah suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun sesuatu
atauorang lain – dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Manusia sejak
dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan
diri.Penyesuaian diri yang dilakukan oleh manusia diawali dengan penyesuaian secara
fisiologis,yang dikenal dengan adaptasi.

Tetapi manusia seiring dengan perkembangannya, tidak hanya membutuhkan adaptasi, juga
dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara psikologis yang sering disebut dengan
‘adjustment’ (penyesuaian diri). Makalah ini akanmengulas tentang apa dan bagaimana konsep
diri dan penyesuaian diri berpengaruh terhadap munculnya problem yang dialami manusia dalam
kehidupan sehai-hari.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang di maksud dengan konsep diri?

2. Menjelaskan komponen dari konsep diri?

3. Menjelaskan pemahaman diri sendiri?

4. menjelaskan kebiasaan dalam menjalankan agama?

5. Pemahaman tentang menghormati diri sediri!

6. Menjelaskan tentang etika baik dan buruk?

7. Menjelaskan pengendalian diri?

1.3 Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui apa itu konsep diri
2. Untuk mengetahui dan memahami komponen dari konsep diri
3. Untuk memahami pemahaman diri sendiri
4. Untuk mengetahui kebiasaan dalam menjalankan agama
5. Untuk memahami pemahaman tentang menghormati diri sendiri
6. Untuk mengetahui etika baik dan buruk
7. Untuk mengetahu cara pengendalian diri

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Diri


Calhaoun dan Acocella (1995) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri
seseorang . Hurlock (1979) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang
mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, ,emosional
aspiratif , dan prestasi yang mereka capai. Burn (1993) mendefinisikan konsep social
dirisebagai kesan terhadap diri sendiri sendiri secara keseluruhan yang mencangkup
pendapatan nya terhadap diri sendiri , pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain ,
dan pendapatannyatentang hal – hal yang di capai . Definisi lain di kemukakan oleh Rahmat,
Konsep diri bukan hanya gambaran deskriptif , melainkan juga penilaian individu mengenai
dirinya sendiri.Konsep diri adalah apa yang di pikirkan dan di rasakan tentang dirinya
sendiri. Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen
afektif . Komponen kognitif di sebut self image dan komponen aktif di sebut self esteem.

Komponen kognitif adalah pengetahuan individu tentang dirinya mencangkup


pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya . Gambaran ini
disebut citra diri. Sementara itu ,komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap
dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri
individu.Jadi , dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan
bahwa konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai
dirinya sendiri.

2.2 Komponen Dari Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self
esteem), Peran (SelfRool)dan,dentitas(self edincity)

a. Citra Tubuh (Body Image) 

Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun
tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena
secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar
mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra
tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada
stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi
(Potter & Perry,2005).

b. Ideal Diri 

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di
masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai
pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental.

Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat
dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya
waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal
diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua,
guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.

b. Harga Diri 
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya
positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu
akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak
dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat
pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang
harus dibuat demi dirinya sendiri

c. Peran 

Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang
disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang
daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

d. Identitas Diri 

Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-
kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu
mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan
menerima diri.

2.3 Pemahaman Diri Sendiri

Menurut Santrock Pemahaman diri adalah gambaran kognitif remaja mengenai diriya,
dasar, dan isi dari konsep diri remaja. Pemahaman diri menjadi lebih instropektif tetapi tidak
bersifat menyeluruh dalam remaja, namun lebih merupakan konstruksi kognisi sosialnya.

Pemahaman diri menjadi lebih instropektif tetapi tidak bersifat menyeluruh dalam remaja,
namun lebih merupakan konstruksi kognisi sosialnya. menurut Pada masa remaja
persinggungan antara pengalaman sosial, budaya dan norma yang berlaku mempengaruhi
pada kognisi sosial remaja.
Pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenali diri, merencanakan dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa dan anggota masyarakat, sehingga
pemahaman yang diperoleh melalui informasi karir digunakan sebagai bahan acuan dalam
meningkatkan kegiatan dan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita dalam penyelengaraan
kehidupan seharihari dalam pengambilan keputusan.

Menurut Lindenfield menjelaskan salah satu ciri khusus orang yang mempunyai
kepercayaan diri adalah pemahaman diri, dimana orang yang percaya diri secara batin juga
sangat sadar akan dirinya, tidak terus menerus merenungi diri tapi secara teratur memiliki
perasaan pikiran dan perilaku mereka dan ingin tahu bagaimana pendapat orang lain tentang
dirinya. Pemahaman dirisecara objektif akan memungkinkan individu bisa melihat kelebihan
yang dapat membuat percaya diri untuk berbuat segala sesuatu, tentunya dibutuhkan sikap
positif dalam menanggapi hal yang ada pada dirinya.

Menurut Hakim pemahaman negatif seseorang terhadap dirinya sendiri yang cenderung
sealu memikirkan tanpa pernah meyakinkan dirinya sendiri memiliki kelebihan akan
membentuk rasa tidak percaya diri. Hal in berarti dengan melihat dan menyadari kekurangan
yang dimiliki dengan sikap positif serta bisa memanfaatkan kelebihan yang dimiliki akan
meahirkan keyakinan untuk bisa membuat orang mempunyai kepercayaan diri. (sebagai mana
dikutip dalam romanfajrin) mengatakan bahwa meaninmg mengandung beberapa bagian
kepercayaan yang saling berhubungan antara benda, kejadian dan hubungan.

Baumester menekankan bahwa meaning pada akhirnya memberikan arahan, imtensi pada
setiap individu, dimata perilaku menjadi memiliki tujuan dari pada hanya berperilaku
berdasarkan insting atau impuls.Menurut Hartono pemahaman diri siswa adalah pengenalan
secara secara mendalam atas potensi-potensi dirinya yang mencakup ranah minat, abilitas,
keperibadian, nilai, dan sikap yang mana pengenalan siswa atas pribadinya sendiri mencakup
dua sisi yaitu pengenalan siswa atas keunggulannya dan siswa atas kekurangannya sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman diri adalah individu
mengenal potensinya baik potensi fisik aupun potensi psikisnya sehingga individu memahami
arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita. Potensi fisik yaitu sejumlah kemampuan yang ada
pada anggota badan dan panca indra individu sedangkan potensi psikis individu mencakup
minat, abilitas, keperibadian, nilai dan sikap. Pemahaman yang dimaksud disini tidak hanya
terbatas pada pengenalan siswa atas keunggulannya saja tetapi mencakup pengenalan siswa
atas kekurangan yang ada dalam diri.

2.4 Kebiasaan Dalam Menjalankan Agama

Agama berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari suku kata a
berarti tidak dan Agama berarti kacau. Secara lengkapnya, agama adalah peraturan yang
mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut maknanya, kata agama dapat disamakan dengan
kata religion (Inggris), religie (Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio yaitu dari akar
kata religare yang berarti mengikat.

Mengatakan bahwa agama adalah perasaan tentang wajibnya melaksanakan perintah-


perintah Tuhan. Harun Nasution berpandangan agama adalah kepercayaan terhadap Tuhan
sebagai suatu kekuatan gaib yang memengaruhi kehidupan manusia sehingga melahirkan cara
hidup tertentu. Sejalan dengan itu, Endang Saifuddin Ansari mengatakan agama adalah sistem
kredo (tata ritus, tata peribadatan), sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan alam sekitarnya berdasarkan sistem keimanan dan sistem peribadatan.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa agama adalah kebiasaan atau
tingkah laku manusia yang didasarkan pada jalan peraturan atau hukum Tuhan yang telah
ditetapkan oleh Allah. Dengan demikian, relasi antara etika dengan agama sangat erat
kaitannya yakni adanya saling isi mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang
lainnya. Keduanya terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan
ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Etika mengajarkan nilai
baik dan buruk kepada manusia berdasarkan akal pikiran dan hati nurani. Sedangkan agama
mengajarkan nilai baik dan buruk kepada manusia berdasarkan wahyu (kitab suci) yang
kebenarannya absolut (mutlak) dan dapat diuji dengan akal pikiran.

2.5 Menghormati Diri Sendiri

Pengendalian diri adalah sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengontrol
emosi yang ada pada dirinya. Oleh sebab itu, sangatlah penting dalam membangun
pengendalian diri dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk pengendalian tingkah laku
yang tidak kita inginkan dan membuat tujuan yang ingin kita capai menjadi lebih terarah.
Berikut ini penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan pengendalian diri beserta aspek,
faktor, serta cara mengendalikannya.

a. Aspek Pengendalian Diri

Berdasarkan konsep Averill (dalam Sarafino, 1994), pengendalian diri terbagi menjadi lima
aspek. Averill sendiri menyebut pengendalian diri sebagai kontrol personal. Berikut tiga aspek
pengendalian diri yang terdiri dari kontrol perilaku atau behavioral control, kontrol kognitif
atau cognitive control, mengontrol kepuasan atau decisional control, Informasi kontrol diri
atau informational control, serta kontrol retrospektif atau retrospective control.

1. Kontrol perilaku atau behavioral control

Aspek yang pertama yaitu, kontrol perilaku merupakan sebuah kesiapan atau ketersediaan
sebuah respon yang secara langsung dapat mempengaruhi serta memodifikasi suatu keadaan
yang seringkali tidak menyenangkan. Kemampuan dalam mengontrol perilaku ini sendiri
menurut Averill dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu regulated administration serta
stimulus modifiability.Regulated Administration atau kemampuan untuk mengatur
pelaksanaan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki individu untuk menentukan siapa
yang dapat mengendalikan sebuah keadaan, baik dirinya sendiri ataupun segala aspek yang
ada di luar dirinya.

Stimulus Modifiability atau kemampuan untuk mengatur stimulus merupakan kemampuan


yang dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana dan juga kapan stimulus yang tidak
dikehendaki harus dilawan.

2. Kontrol kognitif atau cognitive control

Aspek yang kedua yaitu, kontrol kognitif sendiri merupakan sebuah kemampuan yang
dimiliki seorang individu yang digunakan untuk mengelola informasi tidak diinginkan melalui
berbagai cara seperti, menginterpretasikan suatu hal, menilai serta menggabungkan suatu
keadaan yang terjadi ke dalam sebuah kerangka kognitif yang merupakan sebuah bentuk
adaptasi psikologis dengan tujuan guna mengurangi tekanan. Kemampuan kognitif ini dapat
dibagi menjadi dua komponen menurut Averill, yaitu memperoleh sebuah informasi serta
melakukan penilaian.
3. Mengontrol kepuasan atau behavioral control

Aspek yang ketiga yaitu, kontrol keputusan merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki
individu dalam memilih suatu tindakan melalui berbagai hal yang dirinya yakini dan setujui.

4. Kontrol informational atau informational control

Aspek yang keempat yaitu, kontrol informational merupakan sebuah kemampuan yang
dimiliki individu untuk mengurangi tekanan melalui meningkatkan kemampuan seseorang
untuk memprediksi serta mempersiapkan apa yang akan terjadi melalui mengurangi rasa takut
yang sering dimiliki oleh individu tentang hal yang tidak dapat di duga.

5. Kontrol retrospektif atau retrospective control

Aspek yang kelima yaitu, kontrol retrospektif merupakan sebuah kemampuan yang
dimiliki individu untuk meyakinkan tentang apa serta siapa yang menjadi penyebab tekanan
yang ada tersebut terjadi.

2.6 Etika Baik Dan Buruk

Etik merupakan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak dan juga nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.Etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

ETIKA adalah konsep penilaian sifat kebenaran atau kebaikan dari tindakan sosial
berdasarkan kepada tradisi yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Pembentukan etika
melalui proses filsafat sehingga etika merupakan bagian dari filsafat. Unsur utama yang
membentuk etika Ialah moral.Berikut merupakan etika menurut para ahli. Menurut
Aristoteles, pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu terminius technikus dan manner and
custom. Terminius technikus adalah etika yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan dengan
mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia. Sedangkan manner and custom
adalah pembahasan etika yang berhubungan atau berkaitan dengan tata cara serta adat
kebiasaan yang melekat pada kodrat manusia yang sangat terkait dengan arti baik dan buruk
suatu perilaku, tingkah laku, atau perbuatan manusia. K Bertens menjelaskan pengertian etika
adalah nilai-nila dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok untuk mengatur perilaku. WJS Poerwadarminto berpendapat pengertian etika yakni
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral.Menurut Hamzah Yakub, pengertian
etika adalah menyelidiki suatu perbuatan yang baik dan buruk. Soegarda Poerbakawatja
mengatakan pengertian etika adalah filsafat berkaitan dengan nilai-nilai tentang baik dan
buruknya tindakan dan kesusilaan. Drs. O. P. Simorangkir menerangkan pengertian etika
adalah pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku manusia. Prof. DR. Franz
Magnis Suseno memaparkan pengertian etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu
yang memberikan arah dan pijakan dalam tindakan manusia.Menurut Drs. Sidi Gajabla,
pengertian etika adalah teori tentang perilaku atau perbuatan manusia yang dipandang dari
segi baik dan buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia. Drs. H. Burhanudin
Salam menguraikan pengertian etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang
nilai-nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.

2.7 Pengendalian Diri


Pengendalian diri adalah kemampuan mengenali emosi dirinya dan orang lain. baik itu
perasaan bahagia, sedih, marah, senang, takut, dan sebagainya, mengelolaemosi, baik itu
menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas,kemampuan untuk menghibur
diri sendiri, melepaskan keemasan, kemurungan,atau ketersinggungan, mengendalikan
dorongan hati memotivasi diri sendiri, danmemahami orang lain bijaksana dalam hubungan
antar manusia.

Paling tidak ada tiga alasan pengendalian diri :

 Pertama, mempunyai kecenderungan negatif dan positif dalam dirinya. Dan setan (iblis)
selalu melakukan berbagai upaya agar seseorang lebih didominasi oleh kecenderungan
negatif dalam dirinya.
 Kedua, Penetapan seseorang untuk menempati sesuatu didahului dengan studikelayakan
dan pertimbangan.
 Ketiga, Kegagalan besarmanusia dalam menjalankan tugas disebabkan oleh ketidakmauan
dalam mengendalikan diri. Perilaku manusia didasarkan pada karakteristik dorongan dalam
dirinya.
Salah satu meningkatkan kemampuan mengendalikan diri ialah dengan mengenal ciri ciri
orang yang berhasil dan sukses menjalankan tugasnya, Seseorang yang tidak berhasil
mengendalikan diri biasanya :

1) Cenderung menunda permasalahan dan mengakhiri sesuatu yang semestinya didahulukan


2) Saling ragu - ragu & goyah ketika hendak melakukan penyelesaian masalah, karena
khawatir gagal melakukannya.
3) Sering tidak konsentrasi pada penyelesaian masalah, karena ragu menyelesaikan atau
mencapai keberhasilan.
4) Membebani diri dengan sesuatu yang tidak disanggupi. Karena dia tidak
5) Dapat mengkonsentrasikan tenaga & kehilangan keseimbangan.
6) Sering jenuh dan dialihkan perhatianya dari pekerjaan utamanya, sehinggan kedisplinan &
produktifitasnya menurun.
7) Sering tergesah – gesah, seringkali mengeluh & putus asa .
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep diri (selv concept) merupakan seperangkat prespektif yang dipercaya orang
mengenai dirinya sendiri. Peranan, talenta, keadaan emosi, nilai, keterampilan dan
keterbatasan sosial, intelektualitas, dan seterusnya yang membentuk konsep diri (West dan
Turner, 2008). Hughes, Galbraith dan White (2011) yang juga mengatakan bahwa konsep diri
merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga mengandung evaluasi terhadap diri. Hal
tersebut berkaitan pula dengan self esteem (harga diri) dari individu. Baron, Byrne dan
Branscombe (Sarwono dan Meinarno, 2009)

3.2 Saran

Sehinggahnya setiap mahasiswa haruslah menanamkan konsep diri yang positif pada
mereka. Dikarenakan dapat membentuk karakter-karakter mahasiswa yang baik dalam hal ini
mereka akan lebih bertanggung jawab pada tugas mereka sebagai pelajar dan mempermudah
dalam menjalani proses pembelajaran di dunia perkuliahan.
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, W.D dan Emmert, P. (1976). Interpersonal Community. Iowa. Brow Company
Publisher. Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karta. Ridwan. (2013). Belajar Mudah Peneliti untuk Guru. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito W & Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba. Sudjana.
(2002). Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Syam, N. W. (2012). Psikolagi Sosial Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya. Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Panduan Karya
Tu;is Ilmiah. Gorontalo: UNG. West, Richard & Lynn H, Turner. (2007). Pengantar Teori
Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai