Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI ISLAM

“PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DALAM


ISLAM”

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Islam


Dosen Pengampu : Dr. Abdul Wahib, M.Ag

Disusun Oleh:

Nidzam Zahra Viandifa 2107016077


Maryam Farah Nur F 2107016078

Anita Nurmaida Putri 2107016079

PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penyusunan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Islam.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Wahib, M.Ag
selaku dosen mata kuliah Psikologi Islam yang telah membimbing penulis agar dapat
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian pula penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun penulis harapkan sebagai masukan dan perbaikan pada makalah
penulis selanjutnya. Maka dari itu, penulis ucapkan terima kasih.

Semarang, 9 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I ................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

C. Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3

A. Pengertian Kepribadian .............................................................................................. 3

B. Aspek Kepribadian ...................................................................................................... 5

C. Pengertian Kepribadian Muslim ................................................................................ 6

D. Unsur Kepribadian Muslim ..................................................................................... ...7

BAB III ................................................................................................................................ 9

KESIMPULAN .................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kepribadian adalah perwujudan dari pola pikir (yakni bagaimana seseorang


berpikir), pola sikap (bagaimana ia bersikap) dan pola tingkah laku (bagaimana ia
bertingkah laku). Kepribadian sebenarnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat
psikologis (kejiwaan) dan juga yang bersifat fisik. Ia mewakili karakteristik individu
yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan perilaku yang konsisten. Jika
dihubungkan dengan Islam, maka Kepribadian Muslim merupakan sinergi antara pola
pikir dan pola sikap seseorang yang dilandasi oleh akidah dan nilai-nilai Islam. Dengan
kata lain, Kepribadian Muslim adalah kepribadian yang pandangan, sikap, pilihan,
keputusan, dan perbuatannya sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Pembentukan Kepribadian Muslim saat ini sangatlah penting untuk dilakukan,


mengingat mayoritas masyarakat kita beragama Islam dan bangsa kita sedang
membangun manusia seutuhnya, sementara bangsa kita saat ini sedang mengalami krisis
kepribadian, hal ini ditandai dengan banyaknya kerusakan moral, diantara bentuknya
adalah masih banyaknya pornografi, pornoaksi, penggunaan obat terlarang, pemalsuan
obat-obatan, pembunuhan, perampokan, anarkisme, perkelahian, Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, penyalahgunaan jabatan, korupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Hampir setiap hari kita disuguhi berita-berita tentang hal-hal seperti itu. Padahal hal ini
sangat bertentangan dengan Kepribadian Muslim, yang sudah seharusnya dimiliki oleh
setiap orang yang beragama Islam. Pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana
pembentukan kepribadian dalam islam

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh rumusan masalah yang akan


dibahas, yaitu:

1. Apa pengertian kepribadian?


2. Apa saja aspek-aspek kepribadian?
3. Apa pengertian kepribadian muslim?
4. Apa saja unsur kepribadian muslim?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil tujuan
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pengertian kepribadian.


2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai aspek-aspek kepribadian.
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai pengertian kepribadian muslim.
4. Untuk mengetahui penjelasan mengenai unsur-unsur kepribadian muslim.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin persona yang berarti
topeng atau kedok. Yaitu tutup muka yang biasa dipakai oleh pemain-pemain
panggung, untuk menggambarkan prilaku, watak atau pribadi seseorang (Sujanto,
Lubis dan Hadi 2001). Ada pula yang mengatakan kepribadian berasal dari bahasa
latin persum yang berarti wajah yang sesungguhnya (Rab 2008). Dalam ilmu jiwa,
kajian kepribadian lebih banyak menyangkut wajah sebenarnya, yang berada di
balik topeng.

Beberapa ahli mendefinisikan kepribadian secara bervariasi, namun dengan


inti yang relatif sama. Menurut Fuad (2006) kepribadian adalah perwujudan dari
pola sikap/pola pikir (yakni bagaimana ia bersikap dan berpikir) dan pola tingkah
laku (bagaimana ia bertingkah laku). Ia menegaskan bahwa sesungguhnya
kepribadian bukanlah dinilai dari nilai-nilai fisik pada diri seseorang (cantik/tidak,
kaya/miskin, dan sebagainya) juga bukan pada asal daerah, kebiasaan atau
keturunannya.

Kepribadian seseorang dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan.


Galen (dalam Adin 2007) menyatakan bahwa kepribadian manusia bisa dibagi
menjadi empat kelompok besar, yaitu sanguin, koleris, melankolis, dan phlegmatis.
Meski teori ini tergolong sangat kuno, para psikolog masa sekarang mengakui
bahwa teori kepribadian ini banyak benarnya.

1. Tipe pertama sanguin, orang tipe ini mempunyai banyak kekuatan,


bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya
gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung bertindak sesuai
emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian ini mudah sekali
dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar
dirinya.

3
2. Tipe kedua adalah koleris, seorang koleris berorientasi pada pekerjaan, dan
pada tugas. Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat
tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan
bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang
dengan tipe ini adalah kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang
lain agak kurang, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak
minim, karena perasaannya kurang bermain.
3. Tipe ketiga adalah melankolis. Orang tipe ini adalah orang yang terobsesi
dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna, mengerti estetika
keindahan hidup ini dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahan
orang tipe ini adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering
perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung.
4. Tipe keempat adalah phlegmatis, orang tipe ini adalah orang yang cenderung
tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan
emosi, misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak
dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik
dan introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan
memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah
seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan juga seorang
pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil
mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang
kurang mau berkorban bagi yang lain.

Setiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah


satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Kepribadian seseorang
memang bisa diubah sedikit demi sedikit setelah tumbuh dewasa. Misalnya, jika ia
merasa terlalu emosional, ia bisa merubahnya sedikit demi sedikit sehingga bisa
lebih sabar. Namun kepribadian seseorang telah ada sejak ia lahir, dan akan
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam kehidupannya.

4
B. Aspek Kepribadian

Freud memperkenalkan tiga aspek kepribadian, yakni Id, Ego, dan Superego
(Fikri et all., 2023).

Pertama, Id merupakan aspek kepribadian yang paling primitif, menjadi landasan


bagi pembentukan ego dan superego. Id beroperasi dengan mengikuti prinsip
kesenangan, yang mengarah pada usaha untuk menghindari rasa sakit dan mencari
kesenangan tanpa mempertimbangkan faktor eksternal. Id mendesak pemenuhan impuls
dengan segera tanpa mempedulikan situasi luar. Sebagai contoh, bayi yang baru lahir
memiliki id yang terdiri dari dorongan biologis dasar, seperti makan, minum,
menghindari ketidaknyamanan, dan mencari kepuasan seksual. Id mencakup semua yang
bersifat impersonal, tidak disengaja, dan berada di lapisan bawah sadar, mengendalikan
kehidupan psikis manusia. Id adalah kepribadian yang paling primitif, dimana ego dan
superego terbentuk darinya kemudian.

Kedua, Ego atau yang sering disebut sebagai "aku," berkembang dari id melalui
interaksinya dengan dunia eksternal. Kegiatan ego dapat bersifat sadar, prasadar, atau
taksadar, walaupun sebagian besar kegiatan ego bersifat sadar. Ini melibatkan persepsi
eksternal (contohnya: melihat pohon), persepsi internal (contohnya: merasa sedih), dan
proses-proses intelektual. Ego beroperasi berdasarkan prinsip realitas, di mana
pemenuhan impuls dari id harus ditunda hingga situasi yang tepat ditemukan.

Ego berfungsi sebagai "badan eksekutif" dari kepribadian, yang menentukan


tindakan yang sesuai, impuls id mana yang dapat dipenuhi, dan cara pelaksanaannya.
Ego juga berperan sebagai mediator antara keinginan hewani dengan tuntutan rasional
dan realistik. Oleh karena itu, melalui ego, manusia mampu mengendalikan keinginan
hewani dan menjalani kehidupan sebagai individu yang normal, yaitu sebagai makhluk
rasional.

Ketiga, Superego merupakan kekuatan moral dan etika dalam kepribadian yang
beroperasi di wilayah sadar, mengikuti prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip
kesenangan id dan prinsip realistik ego. Superego memiliki dua komponen utama, yaitu:

5
1) suara hati atau nurani, yang merupakan hasil internalisasi dari hukuman dan
peringatan (reward and punishment), dan 2) ego-ideal yang berasal dari pujian dan
teladan positif yang diberikan kepada anak. Pada tahap penerimaan anak terhadap konsep
benar dan salah dari orang tua, disebut sebagai introyeksi (introjection), dan seiring
perkembangannya, kontrol pribadi akan menggantikan kontrol orang tua.

Oleh karena itu, tuntutan yang berasal dari id dan superego cenderung bersifat
kontradiktif. Jika kedua aspek ini tidak dapat disatukan atau seimbang oleh ego sebagai
badan eksekutif kepribadian, maka dapat terjadi konflik batin yang berkelanjutan,
menjadi akar dari munculnya gejala neurotik atau gangguan jiwa.

C. Pengertian Kepribadian Muslim

Kepribadian Muslim terdiri dari dua kata, yakni "kepribadian" dan "Muslim."
Istilah "kepribadian" dalam bahasa Arab dikenal sebagai "al-Syakhsiyah," yang berarti
kepribadian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "kepribadian" diartikan sebagai
sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa, membedakannya
dengan orang atau bangsa lain. Oleh karena itu, kepribadian merupakan sesuatu yang
sangat penting dimiliki oleh setiap manusia. Kepribadian adalah ekspresi dari sikap
pribadi atau ciri khas yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bangsa.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati mendefinisikan kepribadian Muslim sebagai


kepribadian yang mengadopsi nilai-nilai agama Islam, mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan ajaran
Islam. Definisi serupa juga disampaikan oleh M. Atiyah al-Abrasyi, yang menyatakan
bahwa kepribadian Muslim melibatkan semua aspek kehidupan, baik tingkah laku
eksternal, kegiatan-kegiatan batiniah, filsafat hidup, dan keyakinannya, yang semuanya
menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.

Menurut Jalaluddin, proses pembentukan kepribadian Muslim sebagai individu


pada dasarnya adalah melalui pembentukan pandangan hidup yang kokoh dan didasarkan
pada nilai-nilai Islam. Dengan demikian, seseorang yang telah mengadopsi pandangan
hidup yang sesuai dengan konsep Islam dianggap memiliki kepribadian Muslim yang

6
utuh. Ini berarti bahwa meskipun setiap individu memiliki faktor bawaan yang berbeda,
namun semua diarahkan menuju pembentukan pribadi dan pandangan hidup yang
seragam

Dengan demikian, kepribadian Muslim adalah identitas pribadi seseorang yang


selaras dengan pedoman ajaran Islam. Kepribadian tersebut tercermin dalam tingkah laku
dan perbuatan yang sesuai dengan petunjuk yang telah dijelaskan dalam Islam.
Kepribadian Muslim merupakan wujud kepribadian yang taat dan tunduk kepada
kehendak Allah SWT.dalam kerangka nilai-nilai Islam.

D. Unsur Kepribadian Muslim

Karakteristik kepribadian Muslim memiliki dimensi yang lebih luas daripada sekadar
aspek fisik. Dalam Islam, kepribadian tidak hanya terdiri dari jasad dan organ-organ tubuh yang
terlihat semata. Kepribadian juga mencakup ruh, qalb, dan aql yang memiliki nilai dan fungsinya
sendiri. Ruh, qalb, dan aql adalah konsep penting dalam pemahaman Islam tentang aspek
spiritual dan mental manusia. Mari kita jelajahi makna dan peran masing-masing:

1. Ruh (‫)روح‬:

Ruh adalah esensi spiritual yang dianugerahkan oleh Allah kepada setiap
manusia. Ini adalah bagian dari diri kita yang tidak terlihat secara fisik. Ruh sebagai
sumber kehidupan dan kesadaran kita. Ketika seseorang meninggal, ruhnya berpisah dari
tubuh fisik. Ruh berasal dari Allah dan kembali kepada-Nya setelah kematian. Ruh juga
memiliki hubungan langsung dengan keimanan dan ketakwaan.

2. Qalb (‫)قلب‬:

Qalb adalah hati atau pusat emosi dan spiritual dalam diri manusia. Ini bukan
hanya organ fisik, tetapi juga melibatkan aspek batiniah. Qalb memainkan peran sentral
dalam mengarahkan perilaku dan keputusan kita. Ini adalah tempat di mana iman, cinta,
takut, dan harapan bersemayam. Qalb yang suci dan bersih akan mendekatkan kita pada
Allah. Sebaliknya, hati yang keras dan tercemar akan menjauhkan kita dari-Nya.

3. Aql (‫)عقل‬:

7
Aql adalah akal atau kemampuan berpikir rasional yang diberikan oleh Allah
kepada manusia. Aql memungkinkan kita untuk memahami, berpikir, dan membuat
keputusan. Ini membantu kita membedakan antara benar dan salah. Aql digunakan untuk
memahami ajaran agama dan mengambil tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam buku Pengantar Filsafat Pendidikan Agama Islam, Ahmad Marimba


mendefinisikan unsur-unsur kepribadian sebagai berikut: (a) Aspek kejasmanian, yang
mencakup tingkah laku luar yang dapat dilihat dan diamati dari luar, seperti tindakan dan
percakapan; (b) Aspek kejiawaan, yang mencakup aspek yang tidak dapat dilihat dan diamati
dari luar, seperti sikap, pikiran, dan minat. (c) Aspek keruhanian yang luhur mencakup aspek
kejiwaan yang lebih abstrak, seperti kepercayaan dan filsafat hidup. Aspek-aspek ini mencakup
sistem nilai yang telah meresap ke dalam kepribadian seseorang dan menjadi bagian dari
kepribadian tersebut. Nilai-nilai ini kemudian menjadi bagian dari kepribadian seseorang dan
berfungsi untuk mengarahkan dan menggariskan seluruh kehidupan mereka. Bagi orang-orang
yang beragama, ada elemen-elemen yang mendorong mereka untuk menjadi bahagia bukan
hanya di dunia ini tetapi juga di akhirat. Ini memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-
hal ghaib, yang merupakan bagian dari kepribadian secara keseluruhan.

8
BAB III

KESIMPULAN

Kepribadian berasal dari bahasa Latin "persona" yang artinya topeng atau kedok, yang
digunakan oleh pemain panggung untuk menggambarkan prilaku, watak, atau pribadi seseorang
(Sujanto, Lubis, dan Hadi 2001). Ada juga yang berpendapat bahwa kepribadian berasal dari
bahasa Latin "persum" yang artinya wajah yang sesungguhnya (Rab 2008). Dalam ilmu jiwa,
kepribadian menyangkut wajah sebenarnya di balik topeng, merupakan intisari kejiwaan
seseorang dan interaksi biologis dengan budayanya, yang mencorakkan tingkah laku, sikap, cara,
dan pikiran (Saifurrahman, 2016).

Kepribadian seseorang dapat digolongkan ke dalam beberapa empat kelompok


besar, yaitu sanguin, koleris, melankolis, dan phlegmatis. Freud memperkenalkan tiga aspek
kepribadian, yakni Id, Ego, dan Superego.

Kepribadian Muslim adalah identitas pribadi seseorang yang selaras dengan pedoman
ajaran Islam. Kepribadian tersebut tercermin dalam tingkah laku dan perbuatan yang sesuai
dengan petunjuk yang telah dijelaskan dalam Islam. Kepribadian Muslim merupakan wujud
kepribadian yang taat dan tunduk kepada kehendak Allah SWT.dalam kerangka nilai-nilai Islam.

Kepribadian mencakup ruh, qalb, dan aql yang memiliki nilai dan fungsinya sendiri. Ruh,
qalb, dan aql adalah konsep penting dalam pemahaman Islam tentang aspek spiritual dan mental
manusia. Ahmad Marimba mendefinisikan unsur-unsur kepribadian sebagai berikut: Aspek
kejasmanian, Aspek kejiawaan, Aspek keruhanian yang luhur.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 111.

Adin 2007. Mengenal Empat Tipe Kepribadian


http://www.fkmi.org/new/?q=artikel/2007/09/28/mengenal-empat-tipekepribadian

Fikri, I. F., Ismail, S. N., Zainiyati, H. S., & Kholis, N. (2023). STRUKTUR KEPRIBADIAN
MANUSIA DALAM PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD: PERSPEKTIF FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM. Edupedia: Jurnal Studi Pendidikan dan Pedagogi Islam, 8(1),
71-88.

Fuad, Ibnu 2006. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?.


http://hidayatullah.com/index.php?option=com_joomlaboard&Itemid=79&func=vi
ew&id=18135&catid=16.

Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cet I (Jakarta: Raja Grafindo Persada, tt), hlm. 171

M. Atiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1970),


hlm. 73.

Rab, Tabrani 2008. Kepribadian Melayu.


http://melayuonline.com/article/?a=TkpxL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D%3D&lan
g=Indonesia.

RBP 2008. Kepribadian. http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/kepribadian.html.

Saifurrahman, S. (2016). Pembentukan Kepribadian Muslim Dengan Tarbiyah Islamiyah.


Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 1(1), 65–76.
https://doi.org/10.48094/raudhah.v1i1.

Sujanto, Agus 1996. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta, Jakarta

Mansyuriadi, M. I. (2022). Implementasi Pendidikan Akhlak dalam Membentuk Kepribadian


Muslim Peserta Didik. Pandawa, 4(1), 14-22.

10
11

Anda mungkin juga menyukai