Psikologi Kepribadian
Dosen Pembimbing : Anas Rohman, M.pd.
Disusun oleh:
M.Mustaufa
Fikri Haykal
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. Rumusan Masalah.........................................................................................3
2. Tujuan Masalah.............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Struktur Kepribadian...............................................................................5
B. Dinamika Kepribadian.............................................................................5
1.1 KESIMPULAN........................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................vi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan demikian, akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat
dalam kehidupan masyarakat. Agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai dengan baik
yang dan sesuai yang diingkinkan perlu adanya peranan dari guru didalamnya. Peranan guru
artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai guru. Mempunyai peranan amat luas, baik disekolah, keluarga, dan di dalam
masyarakat dan hal yang paling utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik,
yakni sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh
siswanya).
Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru dan juga akan
dapat merusak murid-murid yang dididik olehnya. Salah satu faktor terpenting bagi seorang
guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah akan menentukkan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina bagi semua siswanya. Kepribadian guru yang baik itu diantaranya
kepribadian yang sehat dan menghilangkan kepribadian yang tidak sehat. Dan pada
pembahasan ini kami akan membahas mengenai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?
2. Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat?
3. Bagaimanakah mengenai kepribadian tidak sehat?
4. Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh
kepribadian?
5. Bagaimanakah Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan
Kepribadian Guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepribadian.
2. Untuk mengetahui kepribadian sehat.
3. Untuk mengetahui kepribadian tidak sehat.
4. Untuk mengetahui kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh kepribadian.
5. Untuk mengetahui Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap
Pengembangan Kepribadian Guru.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian menurut istilah adalah personality (bahasa
Inggris); persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa
Jerman); personalita (bahasa Italia); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah
tersebut berasal dari bahasa Latin persona (topeng), yaitu topeng yang dipakai oleh actor
drama atau sandiwara (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 51).
Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yaitu bahwa kualitas perilaku itu khas,
sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisik, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang,
hormon, segi kognitif dan afektif yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Allport menegaskan bahwa kepribadian adalah “sebuah organisasi
dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan
pikirannya.” Hal senada diungkapkan oleh Pervin dan John yang menyatakan bahwa
“kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan,
dan perilaku yang konsisten”. Eko (2008).
Sementara itu kepribadian menurut para ahli, adalah:
§ Kartini Kartono dan Dali Gulo (2000: 349 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52),
kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan seseorang dengan orang
lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang
sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Scheneider (1964 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian adalah
penyesuaian diri sebagai suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§ Kata kunci pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§ Kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan dengan orang lain, integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan
potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek
kepribadian, yang di dalamnya mencakup:
1. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
4
2. Temperamen yaitu diposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki kepribadian yang sehat, karena
kondisi sehat pembelajaran bisa disajikan dengan baik. Guru yang sehat saja tanpa ada
persiapan mengajar dapat menyulitkan terciptanya pembelajaran dengan baik. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan guru dalam kaitannya dengan pembelajaran, yang pertama yaitu
stabilitas pembelajaran dan yang kedua kualitas pembelajaran. Pertama yaitu Stabilitas
Pembelajaran, Pembelajaran akan stabil bila guru berada dalam pembelajaran baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Adapun mengenai kondisi pembelajaran tidak stabil disebabkan
oleh:
1. Kelas kosong karena gurunya tidak masuk kelas karena sakit, tidak ada kabar, atau izin.
5
2. Guru tidak masuk dan memberikan tugas, namun pelaksanaan tugas
tersebut ternyata dapat diselesaikan di bawah waktu yang semestinya
diselesaikan jika guru tersebut mengajar di kelas.
3. Guru lupa mengajar dan kelas tidak mengingatkan.
Dampak kemudian yang muncul adalah kelas tidak kondusif, tidak ada pembelajaran,
tidak ada penambahan pengetahuan atau pendalaman materi, dan peserta didik melakukan
apa saja di luar iklim akademik yang biasa terjadi jika pembelajaran berlangsung. Yang
kedua, kualitas pembelajaran dikatakan baik bila guru dengan optimal menjalankan tugas-
tugasnya, komunikasi antarguru dan antarsiswa mendukung pencapaian optimalisasi
pengalaman belajar siswa, pengalaman belajar siswa tercipta, dan tercapainya kompetensi
yang diinginkan. Banyak guru yang mengajar dan mendidik, namun tidak banyak guru yang
mempunyai kepribadian matang. Akibat guru tidak matang secara kepribadian, siswa menjadi
objek tumpahan ketidakmatangan itu sehingga siswa tidak akan pernah meraih suksesnya.
Kepribadian yang matang merupakan label positif bagi guru yang dianggap telah
mencapainya.
Pribadi sehat adalah yang menyenangkan. Sikap tidak mudah menyalahkan orang lain,
kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih
mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan. Setiap
individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukan kepribadian
yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Dalam hal ini (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat,
sebagai berikut:
1. Mampu menilai diri sendiri secara realistik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan
6
hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap
optimistik.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif tidak destruktif (merusak).
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka
terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain
dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.
12. Sikap positif; seorang psikolog bernama Kobassa menemukan tiga sikap positif yang sangat
mendukung kesehatan pribadi, yaitu:
a. Control, yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat menjadi penentu
nasibnya sendiri. Cara pandang ini menyehatkan karena orang tidak mudah menyalahkan
orang lain, situasi atau tuhan untuk kegagalan atau masalah-masalah yang dialami. Untuk
setiap peristiwa baik itu yang menyenangkan atapun yang menyusahkan orang dengan
7
keyakinan control yang tinggi ini cenderung akan melakukan refleksi atau introsfeksi diri.
Dengan refleksi, orang dapat belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya sehingga
pengertiannya akan terus bertambah untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan.
c. Tantangan, yaitu cara memandang kesulitan sebagai sesuatu yang dapat mengembangkan
diri bukan mengancam rasa aman diri. Orang yang demikian adalah orang yang mau
mengarahkan segenap sumber dayanya untuk menghadapi persoalan bukan menghindarinya,
karena ia tahu manfaatnya untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan diri.
Jadi, pribadi sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah, pribadi sehat bukan
juga yang senang terus menerus, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu menghadapi
setiap persoalan hidup dengan tersenyum karena ia memiliki sikap positif terhadap setiap
persoalan untuk pengembangan pribadi, membuatnya lebih mau terbuka pada setiap
pengalaman manis maupun getir, menerima dan mensyukurinya.
a) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia selalu dengan sengaja
mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi. Kepribadian seseorang tidak sehat
sampai pada tingkat dimana ia dengan sengaja mencari keburukan pada diri setiap orang atau
pada situasi apapun.
b) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa
memaafkan orang lain. Kebanyakan penyakit psikosomatik yang bahkan bisa menjelma
8
menjadi kanker adalah ketidakmampuan memaafkan orang lain dengan satu atau lain cara.
Mereka memendam ganjalan lama bahkan setelah insidennya telah lama berlalu. Tindakan
memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul
kemana-mana.
c) Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan mudah
rukun dengan banyak orang yang jenisnya berbeda-beda. Siapa saja bisa rukun dengan
beberapa orang. Namun orang dengan kepribadian yang benar-benar sehat memiliki
kemampuan mudah rukun dengan banyak jenis orang yang perangainya, kepribadiannya,
sikapnya, dan norma-normanya berbeda-beda. Itulah ukuran dan ujian yang sesungguhnya
bagi kepribadian yang sehat.
(4) tidak dibuat-buat
(a) kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.
(c) kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap
id dan ego.
9
1. Perluasan Perasaan Diri
Dalam pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau
sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan
pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi diri
kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia
lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga
hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, keanggotaan dalam politik, dan agama.
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain,
yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang
sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orang tua, anak,
pasangan, dan sahabat. Hal ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang
berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak
daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat,
tidak melumpuhkan atau mengikat. Jenis kehangatan lain adalah perasaan terharu yang
merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan,
penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.
Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku orang lain dan
tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat menerima kelemahan
manusia dan mengetahui bahwa dirinya juga memiliki kelemahan. Sebaliknya,
orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman
dasar manusia.
10
3. Keamanan Emosional
Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi
keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif
terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-
emosi mereka dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat
mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antar pribadi. Pengendaliannya
tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari kepribadian sehat adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini
menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai
keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai
tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan gundah dan ketakutan.
Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut
secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4. Persepsi Realistis
6. Pemahaman Diri
11
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha
memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman
diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika
gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, maka individu
tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila
semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia
semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang laindalam merumuskan
gambaran diri yang objektif.
7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang.
Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai
batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan
(directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu
atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan
yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah
kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat
penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat
merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau
memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk
mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati berperan dalam menentuka filsafat hidup.
Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak
matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak,
penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan “harus”.
Orang yang tidak matang berkata, “Saya harus bertingkah laku bagini”. Sebaliknya,
orang yang matang berkata, “Saya sebaiknya bertingkah laku begini”. Suara hati yang matang
adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan
mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.
12
C. Kepribadian Tidak Sehat
Pribadi yang tidak sehat yaitu yang menyimpang dari kebiasaan pada umumnya atau
bertentangan dengan norma, aturan, dan kaidah kepribadian yang seharusnya ditampilkan.
Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat yaitu:
d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang.
f) Kebiasaan berbohong.
g) Hiperaktif.
j) Sulit tidur.
l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis).
Penghargaan diri merupakan ciri kepribadian yang sehat. Kita bisa memperbaiki
kesehatan kepribadian dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperbaiki
kesehatan kepribadian orang lain. Apa yang kita tabur dalam kehidupan orang lain akan kita
tuai dalam kehidupan kita sendiri. Adapun kepribadian dalam kesehatan mental, pengertian
13
terminologis tentang kesehatan mental selalu mengalami perkembangan. Pada awalnya
pengertian orang tentang kesehatan mental bersifat terbatas dan sempit, seperti hanya terbatas
pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dalam pengertian ini,
kesehatan mental berarti hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan
penyakit jiwa saja. Padahal kesehatan mental diperlukan bagi setiap orang yang merindukan
ketentraman dan kebahagian hidup.
· Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa adalah kondisi yang
memungkinkan pengembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang,
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
· Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa (Zakiah Darajat, 1983:11)
· Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan-
gangguan dan penyakit jiwa ( Zakiah Darajat, 1983 : 12)
· Kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang
baik. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan dia akan mengalami
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kesehatan mental adalah kunci untuk
penyesuaian diri yang sehat. Kesehatan mental berarti bebas dari simtom-simtom yang
melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi, atau
ketenangan pikiran.
· Menurut Marie Johanda, pengertian kesehatan jiwa tidak hanya terbatas pada terhindarnya
seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, akan tetapi disamping itu, orang yang sehat
mentalnya juga memiliki karakter utama sebagai berikut:
1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalma arti ia dapat mengenal dirinya
dengan baik.
14
3. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap
tekanan-tekanan yang terjadi.
4. Otonomi diri yang menyangkut unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan
bebas.
5. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan
kepekaan sosial.
Ada konsep, maka ada pula dimensi atau aspeknya. Apabila pada batasan terdahulu,
kesehatan hanya mencakup 3 dimensi atau aspek, yaitu fisik, mental dan
sosial. Dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 dimensi atau aspek, yaitu fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya
diukur dari aspek fisik, mental dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang
belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun)
atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial ekonomi bagi
siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik. Sedangkan produktif
secara sosial ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial
atau keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain dan
masyarakat.
15
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan
memang secara klinis tidak ada penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada
gangguan fungsi tubuh.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup tiga komponen, yaitu pikiran, emosional dan spiritual.
1) Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan pikiran
yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut.
3) Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan, keagungan, dan sebagainya terhadap sesuatu dibalik alam ini,
yakni Sang Pencipta alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa). Secara mudah, spiritual
yang sehat dapat dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan, sesuai dengan
agama yang dianut. Dengan perkataan lain, spiritual yang sehat adalah apabila yang
melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong secara finansial
terhadap hidupnya atau keluarganya. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjur (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yaitu
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi
siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan social, pelayanan agama, atau pelayanan
masyarakat yang lain bagi usia lanjut.
Orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam
hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan
perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi. Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang
sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpora sano), tetapi juga suatu keadaan
16
yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Jadi, sehat itu sangat perlu untuk
menjalankan hidup yang lebih baik.
17
Orang yang dapat mencapai fully functioning person adalah orang yang memiliki ciri-
ciri :
Kehidupan yang kaya dan sepenuhnya setiap saat.
Menunjukkan kesadaran dari seluruh pengalaman.
Orang yang sehat secara emosional percaya pada diri mereka sendiri.
Merasakan perasaan bebas untuk membuat pilihan tanpa paksaan atau hambatan.
Kreatif dan hidup secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Ada kesulitan-kesulitan dalam proses menjadi orang sepenuhnya.
Adanya keselarasan antara aktual dan ideal self.
Mengembangkan kebutuhan unconditional positive regard
Organisme berreaksi secara keseluruhan terhadap medan phenomenal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
6. George Kelly
Orang yang dapat memiliki cognitive construct yang baik adalah :
18
Individu yang bisa mengatur cognitive construct seperti 11 dalil dari Rogers:
· The construction Corollary :Similiarities among repeated event
· The individual corollary :Individual differences in interpret events
· The organization corollary :Relationship among construct
· The dichotomy corollary :Two mutually exclusive alternatives
· The choice corollary :Freedom of choice
· The range corollary :The range of conveniences
· The experience corollary :Exposure to new experience
· The modulation corollary :Adapting to new experience
· The fragmentation corollary :Competition among construct
· The commonality corollary :Similarities among people in interpreting events.
· The sociality corollary :Interpersonal relationship
Individu yang berpikir secara kompleks (cognitive complexity)
Individu yang tidak memiliki cognitive construct yang baik adalah :
Berpkir secara simple (sederhana).
Tidak bisa mengatur dengan baik 11 dalil yang dikemukakan oleh Rogers.
Orang yang tidak dapat mencapai eksistensi adalah :
Orang yang menolak eksistensinya didunia atau menutup diri (diseksistensi) yang disebut
eksistensi tidak autentik
Rancangan dunianya dikuasai oleh sejumlah kecil kategori
Memiliki satu cara eksistensi di dunia
Tidak tahu menahu dengan orang lain tentang dan hidup dalam dunia pribadinya sendiri
Menolak untuk menjadi sama dengan mengunci diri dalam ruang sempit dan gelap yang
mengakibatkan fobia, delusi, dan berbagai simptom-simptom neurotik dan psikotik lainnya
Kepribadian yang tidak sehat menurut Rotter adalah sebagai berikut :
Memiliki tingkah laku psychopathologic yang dirancang untuk menghindari konflik di
antara tujuan-tujuan penting dan kebebasan untuk bergerak (freedom of movement) yang
rendah.
Memiliki minimal goal level yang terlalu tinggi dan tidak realistik.
Memiliki locus of control external - kurang percaya pada kemampuan sendiri dalam
mengkontrol hidupnya, baik sekarang maupun besok.
Memiliki inter personal trust yang rendah, sehingga tidak bisa dipercaya.
Biasanya hidupnya tidak bahagia, maladaptif, dipersulit oleh konflik-konflik yang ia buat
sendiri.
20
seorang guru memasukan sedikit anekdot dalam menyampaikan pelajarannya. Hal itu
dimaksudkan agara rasa bosan dan jenuh yang seringkali muncul dalam suasana kelas
menjadi hilang, dan jauh dari pembelajaran yang monoton.
9. Sabar dan Menahan Amarah
Kesabaran adalah alat paling penting untuk kesuksesan seorang guru. Kekuatan
seorang guru tersembunyi pada bagaimana ia mampu mengendalikan marahnya ketika terjadi
sesuatu yang membuat marah, dan bagaimana ia mampu menguasai akal sehatnya. Dengan
cara perlahan dan latihan yang panjang maka seorang guru akan mampu menguasai dan
mengontrol diri.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah
21
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi
untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
· Membentuk kebiasaan belajar yang baik
· Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
· Menggunakan metode yang bervariasi, dan
· Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang sehat dan bersahaja, karena seorang
guru adalah sosok yang harus menjadi contoh bagi anak didiknya. Guru yang berperilaku
tidak baik akan merusak citranya sebagai guru pada gilirannya akan dapat merusak murid-
murid yang dipercayakan kepadanya. Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi
saja, tetapi seorang guru juga dituntut harus bisa menjadi seorang multitallent yang baik.
Pribadi sehat seorang guru adalah sosok yang menyenangkan dan memiliki intelektual
tinggi. Seorang guru juga harus memiliki sikap tidak mudah menyalahkan orang lain,
kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih
mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan.
Guru adalah pembawa obor peradaban. Posisinya sebagai penyampai ilmu, pencerdas
bangsa, memang ibarat cahaya dalam kegelapan. Guru juga adalah teladan. Sosok dan
prlilakunya bahkan mengajarkan lebih banyak daripada pelajaran yang disampaikannya.
Rasalulloh adalah seorang sosok yang harus di contoh oleh seorang guru dalam meraih
kesuksesan. Bahkan beliau guru peradaban, yang terbukti risalahnya mampu menjadi cahaya
bagi pengikutnya dari degradasi kegelapan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23