Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Kepribadian yang sehat dan sakit


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Psikologi Kepribadian
Dosen Pembimbing : Anas Rohman, M.pd.

Disusun oleh:

Galih Fariq Abdulloh (21106011306)

M.Mustaufa

Fikri Haykal

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN ini dengan judul
“Kepribadian yang sehat dan sakit”. Sholawat serta salam tetaplah tercurahkan
pada nabi agung kita nabi Muhammad SAW. Semoga kita dapat syafaat-Nya di
yaumul qiyamah nanti. Selanjutnya dalam pembuatan makalah ini kami sadar
pasti banyaklah kesalahan dan ketidak sempurnaan dalam penulisan makalah.
Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran kepada teman-teman khususnya
pada dosen pengampu yaitu Anas Rohman, M.pd. untuk membantu proses
kesempurnaan makalah ini. Sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya untuk kami penulis. Umumnya untuk semua rekan-rekan yang
membaca. Amin.

Brabo, 25 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1. Rumusan Masalah.........................................................................................3

2. Tujuan Masalah.............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Psikoanalisis Sigmund Freud.........................................................................4

2.2 Hakikat Peserta Didik....................................................................................5

A. Struktur Kepribadian...............................................................................5

B. Dinamika Kepribadian.............................................................................5

C. Mekanisme Pertahanan Ego....................................................................5

2.3 Tujuan layanan diagnostik.........................................................................6

2.4 Tujuan Identifikasi kasus...............................................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................iii

1.1 KESIMPULAN........................................................................................iii

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................vi

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan demikian, akan
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat
dalam kehidupan masyarakat. Agar sasaran dari perubahan itu dapat tercapai dengan baik
yang dan sesuai yang diingkinkan perlu adanya peranan dari guru didalamnya. Peranan guru
artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai guru. Mempunyai peranan amat luas, baik disekolah, keluarga, dan di dalam
masyarakat dan hal yang paling utama adalah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik,
yakni sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh
siswanya).
Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru dan juga akan
dapat merusak murid-murid yang dididik olehnya. Salah satu faktor terpenting bagi seorang
guru adalah kepribadiannya, kepribadian itulah akan menentukkan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina bagi semua siswanya. Kepribadian guru yang baik itu diantaranya
kepribadian yang sehat dan menghilangkan kepribadian yang tidak sehat. Dan pada
pembahasan ini kami akan membahas mengenai hal tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan  kepribadian?
2.      Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat?
3.      Bagaimanakah mengenai kepribadian tidak sehat?
4.      Bagaimanakah mengenai kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh
kepribadian?
5.      Bagaimanakah Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan
Kepribadian Guru?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan  kepribadian.
2.      Untuk mengetahui kepribadian sehat.
3.      Untuk mengetahui kepribadian tidak sehat.
4.      Untuk mengetahui kepribadian sehat dan tidak sehat menurut beberapa tokoh kepribadian.
5.      Untuk mengetahui Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap
Pengembangan Kepribadian Guru.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepribadian
Kepribadian menurut istilah adalah personality (bahasa
Inggris); persoonlijkheid  (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa
Jerman); personalita (bahasa Italia); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah
tersebut berasal dari bahasa Latin persona (topeng), yaitu topeng yang dipakai oleh actor
drama atau sandiwara (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 51).
Allport menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yaitu bahwa kualitas perilaku itu khas,
sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisik, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang,
hormon, segi kognitif dan afektif yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga
menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Allport menegaskan bahwa kepribadian adalah “sebuah organisasi
dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan
pikirannya.” Hal senada diungkapkan oleh Pervin dan John yang menyatakan bahwa
“kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan,
dan perilaku yang konsisten”. Eko (2008).
Sementara itu kepribadian menurut para ahli, adalah:
§  Kartini Kartono dan Dali Gulo (2000: 349 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52),
kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan seseorang dengan orang
lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu mengenai diri seseorang
sebagaimana diketahui oleh orang lain.
 Scheneider (1964 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian adalah
penyesuaian diri sebagai suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§  Kata kunci pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun
mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional,
frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§  Kepribadian adalah sifat dan tingkah laku khas yang membedakan dengan orang lain, integrasi
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan
potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang sebagaimana
diketahui oleh orang lain.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan  tentang aspek-aspek 
kepribadian, yang di dalamnya mencakup:

1.      Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat. 

4
2.      Temperamen yaitu diposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan. 

3.      Sikap, sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen. 

4.      Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari


lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.

5.      Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi. 

6.      Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :


sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. 

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang


menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth
(Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat,
sebagai berikut:

B.     Kepribadian yang Sehat

Guru sebagai pendidik dan pengajar harus memiliki kepribadian yang sehat, karena
kondisi sehat pembelajaran bisa disajikan dengan baik. Guru yang sehat saja tanpa ada
persiapan mengajar dapat menyulitkan terciptanya pembelajaran dengan baik. Ada dua hal
yang perlu diperhatikan guru dalam kaitannya dengan pembelajaran, yang pertama yaitu
stabilitas pembelajaran dan yang kedua kualitas pembelajaran. Pertama yaitu Stabilitas
Pembelajaran, Pembelajaran akan stabil bila guru berada dalam pembelajaran baik di dalam
kelas maupun di luar kelas. Adapun mengenai kondisi pembelajaran tidak stabil disebabkan
oleh:

1.      Kelas kosong karena gurunya tidak masuk kelas karena sakit, tidak ada kabar, atau izin.

5
2. Guru tidak masuk dan memberikan tugas, namun pelaksanaan tugas
tersebut ternyata dapat diselesaikan di bawah waktu yang semestinya
diselesaikan jika guru tersebut mengajar di kelas.
3.      Guru lupa mengajar dan kelas tidak mengingatkan.                        

Dampak kemudian yang muncul adalah kelas tidak kondusif, tidak ada pembelajaran,
tidak ada penambahan pengetahuan atau pendalaman materi, dan  peserta didik melakukan
apa saja di luar iklim akademik yang biasa terjadi jika pembelajaran berlangsung. Yang
kedua, kualitas pembelajaran dikatakan baik bila guru dengan optimal menjalankan tugas-
tugasnya, komunikasi antarguru dan antarsiswa mendukung pencapaian optimalisasi
pengalaman belajar siswa, pengalaman belajar siswa tercipta, dan tercapainya kompetensi
yang diinginkan. Banyak guru yang mengajar dan mendidik, namun tidak banyak guru yang
mempunyai kepribadian matang. Akibat guru tidak matang secara kepribadian, siswa menjadi
objek tumpahan ketidakmatangan itu sehingga siswa tidak akan pernah meraih suksesnya.
Kepribadian yang matang merupakan label positif bagi guru yang dianggap telah
mencapainya.

Pribadi sehat adalah yang menyenangkan. Sikap tidak mudah menyalahkan orang lain,
kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih
mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan. Setiap
individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukan kepribadian
yang sehat atau justru yang tidak sehat.

Dalam hal ini (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat,
sebagai berikut:

1.    Mampu menilai diri sendiri secara realistik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.

2.    Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

3.    Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan

6
hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap
optimistik.

4.    Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk


mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

5.    Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.

6.    Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif tidak destruktif (merusak).

7.    Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan


kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.

8.    Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam
berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka
terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain
dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.

9.    Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

10.     Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari
keyakinan agama yang dianutnya.

11.     Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagian yang didukung oleh faktor-


faktor achievement  (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection  (kasih sayang).

12.     Sikap positif; seorang psikolog bernama Kobassa menemukan tiga sikap positif yang sangat
mendukung kesehatan pribadi, yaitu:

a.       Control, yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat menjadi penentu
nasibnya sendiri. Cara pandang ini menyehatkan karena orang tidak mudah menyalahkan
orang lain, situasi atau tuhan untuk kegagalan atau masalah-masalah yang dialami. Untuk
setiap peristiwa baik itu yang menyenangkan atapun yang menyusahkan orang dengan

7
keyakinan control yang tinggi ini cenderung akan melakukan refleksi atau introsfeksi diri.
Dengan refleksi, orang dapat belajar dari pengalaman-pengalaman hidupnya sehingga
pengertiannya akan terus bertambah untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan.

b.      Komitmen, yaitu perasaan bertujuan dan keterlibatan dengan kegiatan-kegiatan, maupun


hubungan-hubungan dengan orang lain. Dengan komitmen ini, orang-orang tidak cepat
menyerah dengan banyaknya tekanan hidup, karena ia dapat meminta bantuan kepada orang
lain disaat mengalami banyak tekanan. Orang dengan komitmen yang rendah seringkali
memandang keterlibatan dalam kegiatan dan hubungan dengan orang lain hanya akan
manjeratnya pada kewajiban-kewajiban yang melelahkan. Akibatnya, ia tidak memiliki
sumber bantuan social yang dapat membuatnya bertahan ketika menghadapi tekanan hidup.

c.       Tantangan, yaitu cara memandang kesulitan sebagai sesuatu yang dapat mengembangkan
diri bukan mengancam rasa aman diri. Orang yang demikian adalah orang yang mau
mengarahkan segenap sumber dayanya untuk menghadapi persoalan bukan menghindarinya,
karena ia tahu manfaatnya untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan diri.

Sebaliknya orang yang memandang persoalan hidup sebagai sesuatu yang


mengancam rasa amannya, cenderung akan menghindarinya sehingga ia kehilangan
kesempatan untuk lebih meningkatkan dirinya. Psikolog lain Fiktor Frank menemukan
bahwa ternyata sikap penerimaan dan syukur membuat orang lebih mampu menghadapi
penderitaan.

Jadi, pribadi sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah, pribadi sehat bukan
juga yang senang terus menerus, pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu menghadapi
setiap persoalan hidup dengan tersenyum karena ia memiliki sikap positif terhadap setiap
persoalan untuk pengembangan pribadi, membuatnya lebih mau terbuka pada setiap
pengalaman manis maupun getir, menerima dan mensyukurinya.

Adapun kepribadian sehat memiliki ciri-ciri utama, yaitu:

a)         Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia selalu dengan sengaja
mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi. Kepribadian seseorang tidak sehat
sampai pada tingkat dimana ia dengan sengaja mencari keburukan pada diri setiap orang atau
pada situasi apapun.

b)        Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa
memaafkan orang lain. Kebanyakan penyakit psikosomatik yang bahkan bisa menjelma

8
menjadi kanker adalah ketidakmampuan memaafkan orang lain dengan satu atau lain cara.
Mereka memendam ganjalan lama bahkan setelah insidennya telah lama berlalu. Tindakan
memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul
kemana-mana.

c)         Seseorang memiliki kepribadian sehat sampai pada tingkat dimana ia bisa dengan mudah
rukun dengan banyak orang yang jenisnya berbeda-beda. Siapa saja bisa rukun dengan
beberapa orang. Namun orang dengan kepribadian yang benar-benar sehat memiliki
kemampuan mudah rukun dengan banyak jenis orang yang perangainya, kepribadiannya,
sikapnya, dan norma-normanya berbeda-beda. Itulah ukuran dan ujian yang sesungguhnya
bagi kepribadian yang sehat.

Kepribadian yang sehat menurut Maslow. Maslow mencirikan kepribadian yang


sehat, meliputi:

(1) menerima realitas secara tepat             

(2) menerima diri dan orang lain apa adanya.

(3) bertindak secara spontan dan alamiah.

(4) tidak dibuat-buat

(5) memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan

(6) memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Freud, kepribadian yang normal (sehat) yaitu:

 (a) kepribadian yang sehat menurut Freud adalah jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.

 (b) hasil dari belajar dalam mengatasi tekanan dan kecemasan

 (c) kesehatan mental yang baik adalah hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap
id dan ego.

Menurut Gordon W. Allport (1897-1967), terdapat tujuh kriteria tentang sifat-sifat


khusus kepribadian yang sehat, yaitu:

9
1.      Perluasan Perasaan Diri

Ketika orang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri.


Tidak cukup sekedar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia
harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut “partisipasi
otentik”.

Dalam pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau
sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan
pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi
partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi diri
kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia
lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga
hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, keanggotaan dalam politik, dan agama.

2.      Relasi Sosial yang Hangat

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain,
yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang
sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orang tua, anak,
pasangan, dan sahabat. Hal ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik.

Ada perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang
berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak
daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat,
tidak melumpuhkan atau mengikat. Jenis kehangatan lain adalah perasaan terharu yang
merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan,
penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.

Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku orang lain dan
tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat menerima kelemahan
manusia dan mengetahui bahwa dirinya juga memiliki kelemahan. Sebaliknya,
orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman
dasar manusia.

10
3.      Keamanan Emosional

Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi
keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif
terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-
emosi mereka dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat
mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antar pribadi. Pengendaliannya
tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.

Kualitas lain dari kepribadian sehat adalah “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini
menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai
keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai
tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan gundah dan ketakutan.
Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut
secara lebih baik daripada kaum neurotis.

4.      Persepsi Realistis

Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sedangkan orang-


orang neurotis kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan
ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang
dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas
sebagaimana adanya.

5.      Keterampilan dan Tugas

Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di


dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan
kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh
antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup
menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan
rasa tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin
mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan
melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.

6.      Pemahaman Diri

11
Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha
memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman
diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika
gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, maka individu
tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila
semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia
semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang laindalam merumuskan
gambaran diri yang objektif.

Orang yang memiliki objektivitas terhadap diri tidak mungkin memproyeksikan


kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain
dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu
menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.

7.      Filsafat Hidup

Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang.
Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai
batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan
(directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu
atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan
yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah
kepribadian.

Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat
penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat
merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau
memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk
mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati berperan dalam menentuka filsafat hidup.
Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak
matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak,
penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan “harus”.

Orang yang tidak matang berkata, “Saya harus bertingkah laku bagini”. Sebaliknya,
orang yang matang berkata, “Saya sebaiknya bertingkah laku begini”. Suara hati yang matang
adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan
mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.

12
C.    Kepribadian Tidak Sehat

Pribadi yang tidak sehat yaitu yang menyimpang dari kebiasaan pada umumnya atau
bertentangan dengan norma, aturan, dan kaidah kepribadian yang seharusnya ditampilkan.
Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat yaitu:

a)    Mudah marah (tersinggung).

b)   Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.

c)    Sering merasa tertekan (stress atau depresi).

d)   Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap
binatang.

e)    Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati


atau dihukum.

f)    Kebiasaan berbohong.

g)   Hiperaktif.

h)   Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas.

i)     Senang mengkritik atau mencemooh orang lain.

j)     Sulit tidur.

k)   Kurang memiliki rasa tanggung jawab.

l)     Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis).

m) Kurang memiliki kesadaran untuk menaati ajaran agama.

n)   Pesimis dalam menghadapi kehidupan.

o)   Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.

Penghargaan diri merupakan ciri kepribadian yang sehat. Kita bisa memperbaiki
kesehatan kepribadian dengan memanfaatkan setiap kesempatan untuk memperbaiki
kesehatan kepribadian orang lain. Apa yang kita tabur dalam kehidupan orang lain akan kita
tuai dalam kehidupan kita sendiri. Adapun kepribadian dalam kesehatan mental, pengertian

13
terminologis tentang kesehatan mental selalu mengalami perkembangan. Pada awalnya
pengertian orang tentang kesehatan mental bersifat terbatas dan sempit, seperti hanya terbatas
pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dalam pengertian ini,
kesehatan mental berarti hanya diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan
penyakit jiwa saja. Padahal kesehatan mental diperlukan bagi setiap orang yang merindukan
ketentraman dan kebahagian hidup.

Ada pula beberapa pengertian yang berkaitan dengan kesehatan mental/ kesehatan


jiwa, yaitu:

·         Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa adalah kondisi yang
memungkinkan pengembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang,
dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.

·         Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa (Zakiah Darajat, 1983:11)

·         Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan
dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,
sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan-
gangguan dan penyakit jiwa ( Zakiah Darajat, 1983 : 12)

·         Kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang
baik. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan dia akan mengalami
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kesehatan mental adalah kunci untuk
penyesuaian diri yang sehat. Kesehatan mental berarti bebas dari simtom-simtom yang
melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi, atau
ketenangan pikiran.

·         Menurut Marie Johanda, pengertian kesehatan jiwa tidak hanya terbatas pada terhindarnya
seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, akan tetapi disamping itu, orang yang sehat
mentalnya juga memiliki karakter utama sebagai berikut:

1.      Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalma arti ia dapat mengenal dirinya
dengan baik.

2.      Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri dengan baik.

14
3.      Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap
tekanan-tekanan yang terjadi.

4.      Otonomi diri yang menyangkut unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan
bebas.

5.      Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan
kepekaan sosial.

6.      Kemampuan untuk menguasai lingkungan, bersosialisasi, dan berintegrasi dengannya secara


baik.

·      Menurut Kartini Kartono, kesehatan jiwa sebagai ilmu tentang jiwa yang mempermasalahkan


kehidupan kerohanian yang sehat, yang memandang pribadi manusia sebagai satu totalitas
psikofisis yang kompleks. Menurutnya, orang yang berpenyakit mental, ditandai dengan
fenomena ketakutan, pahit hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, eksplosif, ketegangan batin,
dan sebagainya. Sementara orang yang sehat jiwanya, adalah mempunyai kemampuan untuk
bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, ada koordinasi antara segenap
potensi, memiliki integritas kepribadian, dan selalu tenang batinnya.

Ada konsep, maka ada pula dimensi atau aspeknya. Apabila pada batasan terdahulu,
kesehatan hanya mencakup 3 dimensi atau aspek, yaitu fisik, mental dan
sosial. Dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 dimensi atau aspek, yaitu fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak hanya
diukur dari aspek fisik, mental dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang
belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun)
atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial ekonomi bagi
siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik. Sedangkan produktif
secara sosial ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial
atau keagamaan yang bermanfaat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain dan
masyarakat.

Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat


kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan
bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek. Wujud atau indikator
dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut :

15
a.       Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan
memang secara klinis tidak ada penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada
gangguan fungsi tubuh.

b.      Kesehatan mental (jiwa) mencakup tiga komponen, yaitu pikiran, emosional dan spiritual.

1)      Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan pikiran
yang sehat apabila seseorang mampu berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut.

2)      Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspesikan


emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

3)      Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian atau penyembahan, keagungan, dan sebagainya terhadap sesuatu dibalik alam ini,
yakni Sang Pencipta alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa). Secara mudah, spiritual
yang sehat dapat dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan, sesuai dengan
agama yang dianut. Dengan perkataan lain, spiritual yang sehat adalah apabila yang
melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya.

c.       Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan atau berkomunikasi


dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain,
tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan
sebagainya, serta saling menghargai dan toleransi.

d.      Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong secara finansial
terhadap hidupnya atau keluarganya. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjur (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yaitu
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi
siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan social, pelayanan agama, atau pelayanan
masyarakat yang lain bagi usia lanjut.

Orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam
hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan
perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi. Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang
sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpora sano), tetapi juga suatu keadaan

16
yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Jadi, sehat itu sangat perlu untuk
menjalankan hidup yang lebih baik.

Kepribadian Sehat dan tidak Sehat menurut Beberapa Tokoh Kepribadian


1.      Gordon Allport
Kriteria kematangan, kesehatan emosi, & kepribadian dewasa adalah :
        Berorientasi jangka panjang.
        Mampu berhubungan secara hangat dengan orang lain.
        Mampu memandang orang lain secara objektif, secara apa adanya.
        Mampu menunjukkan penerimaan diri dan mencapai rasa aman.
        Mampu mengembangkan persepsi nyata, perkembangan kemampuan dan membuat suatu
komitmen pada bentuk kerja
        Mempunyai filosofi hidup yang berorientasi pada tujuan hidup, religi sebagai pegangan
Kriteria ketidak-matangan, kesehatan emosi, kepribadian tidak dewasa adalah :
        Tidak mampu merasakan dunia, mengingat pengalaman dan bagaimana pikiran yang kita
tunjukkan (berhubungan dengan propriate functional autonomy )
        Tidak mampu untuk mempertahankan konsistensi dan integrasi kepribadian
        Tidak berfungsi secara matang, motivasinya dependent
        Dependent terhadap orang tua/orang sekitar
        Perkembangan psikologis yang terhambat mengakibatkan dewasa neurotik yang berasal dari
pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa kanak-kanak
2.      Raymond Bernard Cattle
Kriteria kepribadian dewasa yang matang adalah :
        Mampu memperkirakan tentang apa yang harus dilakukan individu pada situasi  yang telah
ada.
        Mampu menentukan cara dalam mencapai suatu tujuan.
        Dalam diri individu beberapa elemen saling berhubngan (hubungan antara erg, sentiment dan
attitude).
        Mampu memaksimalkan total kepuasan jangka panjang.
        Mampu memecahkan masalah.
        Memiliki pengetahuan yang luas dan mampu mengontrol lingkungan.
Kriteria ketidak-matangan kepribadian dewasa adalah :
        Tidak mampu menentukan cara dalam mencapai tujuan.
        Tidak mampu memecahkan masalah.
        Tidak mampu memperkirakan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu.
        Tidak mampu memaksimalkan kepuasan jangka panjang.
        Tidak seimbangnya hubungan antara erg, sentiment dan attitude.
3.      Hans Jurgen Eysenck
Orang yang akan tidak merasakan neurotik (Introvert dan Ekstrovert) adalah :
         Orang yang introvert akan normal jika level eksitasi cortical-nya tinggi dan tingkat
reaktivitas sistem saraf otonomnya rendah.
        Orang yang ekstrovert akan normal jika level eksitasi cortical-nya rendah dan tingkat
reaktivitas sistem saraf otonomnya tinggi.
Orang yang introvert dan ekstrovert akan mengalami neurotik jika :
        Jika level eksitasi cortical-nya tinggi dan tingkat reaktivitas sistem saraf otonom-nya tinggi.
        Jika level eksitasi cortical-nya rendah dan tingkat eksitasi sistem saraf otonom-nya  rendah.
4.      Carl Rogers

17
Orang yang dapat mencapai fully functioning person adalah orang yang memiliki ciri-
ciri :
        Kehidupan yang kaya dan sepenuhnya setiap saat.
        Menunjukkan kesadaran dari seluruh pengalaman.
        Orang yang sehat secara emosional percaya pada diri mereka sendiri.
        Merasakan perasaan bebas untuk membuat pilihan tanpa paksaan atau hambatan.
        Kreatif dan hidup secara konstruktif dan adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan.
        Ada kesulitan-kesulitan dalam proses menjadi orang sepenuhnya.
        Adanya keselarasan antara aktual dan ideal self.
        Mengembangkan kebutuhan unconditional positive regard
        Organisme berreaksi secara keseluruhan terhadap medan phenomenal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Orang yang tidak bisa mencapai fully functioning person adalah :


         Aktualisasi terhenti karena adanya konflik dalam diri atau dalam masyarakat.
        Diatur oleh kekuatan instinktif biologis ataupun dikontrol oleh kejadian yang terjadi pada 5
tahun pertama.
        Tidak bertingkah laku yang selaras dengan self.
        Adanya perbedaan yang jauh antara aktual dan ideal self.
        Mengembamgkan kebutuhan conditional positive regard.
5.      Abraham  Maslow
  Orang yang dapat mengaktualisasikan diri adalah :
        Persepsi yang efisien dari realita.
        Penerimaan diri, orang lain, dan alam .
        Spontanitas, kesederhanaan, dan alami.
        Fokus pada masalah diluar diri mereka.
        Pemisahan antara kebutuhan pribadi.
        Bergantung pada diri sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
        Pembaharuan apresiasi.
        Mengalami peak  experience.
        Memiliki ketertarikan sosial.
        Hubungan interpersonal yang menyeluruh.
        Struktur dan karakter yang demokratis.
        Kreatif dan tahan terhadap perubahan budaya.
        Kebutuhan yang rendah sudah terpenuhi dengan sempurna dan tidak dipengaruhi oleh
kebuhan yang lebih rendah.
Orang yang tidak dapat mengaktualisasikan diri adalah :
        Kebutuhan-kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, diterima dan dihargai dan harga diri)
belum terpenuhi.
        Kasih sayang yang tidak cukup pada masa kanak-kanak.
        Adanya Jonah Complex yaitu ketakutan dan keraguan terhadap kemampuan diri yang dapat
menimbulkan keadaan yang sulit untuk diseimbangkan.

6.      George  Kelly
Orang yang dapat memiliki cognitive construct yang baik adalah :
18
         Individu yang bisa mengatur cognitive construct seperti 11 dalil dari Rogers:
·           The construction Corollary :Similiarities among repeated event
·           The individual corollary :Individual differences in interpret events
·           The organization corollary :Relationship among construct
·           The dichotomy corollary :Two mutually exclusive alternatives
·           The choice corollary :Freedom of choice
·           The range corollary :The range of conveniences
·           The experience corollary :Exposure to new experience
·           The modulation corollary :Adapting to new experience
·           The fragmentation corollary :Competition among construct
·           The commonality corollary :Similarities among people in interpreting    events.
·           The sociality corollary :Interpersonal relationship  
        Individu yang berpikir secara kompleks (cognitive complexity)
Individu yang tidak memiliki cognitive construct yang baik adalah :
        Berpkir secara simple (sederhana).
        Tidak bisa mengatur dengan baik 11 dalil yang dikemukakan oleh Rogers.
Orang yang tidak dapat mencapai eksistensi adalah :
        Orang yang menolak eksistensinya didunia atau menutup diri (diseksistensi) yang disebut
eksistensi tidak autentik
        Rancangan dunianya dikuasai oleh sejumlah kecil kategori
        Memiliki satu cara eksistensi di dunia
        Tidak tahu menahu dengan orang lain tentang dan hidup dalam dunia pribadinya sendiri
        Menolak untuk menjadi sama dengan mengunci diri dalam ruang sempit dan gelap yang
mengakibatkan fobia, delusi, dan berbagai simptom-simptom neurotik dan psikotik lainnya
Kepribadian yang tidak sehat menurut Rotter adalah sebagai berikut :
        Memiliki tingkah laku psychopathologic yang dirancang untuk menghindari konflik di
antara tujuan-tujuan penting dan kebebasan untuk bergerak (freedom of movement) yang
rendah.
        Memiliki minimal goal level yang terlalu tinggi dan tidak realistik.
        Memiliki locus of control external - kurang percaya pada kemampuan sendiri dalam
mengkontrol hidupnya, baik sekarang maupun besok.
        Memiliki inter personal trust yang rendah, sehingga tidak bisa dipercaya.
        Biasanya hidupnya tidak bahagia, maladaptif, dipersulit oleh konflik-konflik yang ia buat
sendiri.

E.     Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan Tidak Sehat Terhadap Pengembangan


Kepribadian Guru
1.      Mengikhlaskan Ilmu kepada Allah
Perkara besar yang banyak di luapakan oleh sebagian besar para guru dan pengajar
adalah menanamkan prinsip keikhlasan ilmu dan amal kepada Allah. Ini adalah perkara yang
tidak banyak diketahui, karena jauhnya sebagian besar manusia dari manhaj rabbani. Banyak
ilmu yang berguna dan pekerjaan yang besar bagi umat, namun yang mengerjakannya tidak
bisa mengambil manfaat apa-apa, hilang bersama angin dan seperti debu yang beterbangan. 
Seorang guru harus menanamkan sifat ikhlas ke dalam jiwa murid-muridnya, dan seorang
guru juga harus membawa serta  sifat itu dalam setiap memulai pekerjaan.
2.      Kejujuran Seorang Guru
Sesungguhnya jujur bagi seorang guru adalah mahkota yang menghiasi kepalanya.
Jika ia kehilangan sifat jujur, maka ia kehilangan kepercayaan manusia terhadap ilmu dan
pengetahuan-pengetahuan yang ia sampaikan terhadap mereka. Karena pada umumnya, orang
yang belajar akan menerima semua perkataan gurunya. Jika dia mengetahui kebohongan
19
gurunya dalam beberapa hal, maka hal itu akan langsung berimbas kepadanya dan
menyebabkan jatuh martabatnya di depan murid-muridnya. Jujur adalah penyelamat bagi
guru baik di dunia maupun di akhirat, bohong kepada murid akan menghalangi penerimaan
dan menghilangkan kepercayaan, dan bohong juga pengaruhnya sampai kepada masyarakat
dan tidak terbatas kepada orang yang melakukannya.
3.      Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan
Allah berfirman dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 sebagaimana artinya:
“ Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? . Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan.”(Ash-Shaff : 2-3)
Kaitannya dengan adalah seorang guru harus mengatakan juga mengerjakannya,
dalam arti kesesuaian antara perkataan dengan tindakan lebih cepat diterima daripada hanya
perkataannya saja.  Adanya perbedaan antara ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh
seorang guru hanya akan membuat murid berada dalam kebingungan,. Selain itu, sikap
tesebut juga akan membuat murid bersikap labil.
4.      Adil dan Egaliter
Para guru akan menghadapi kondisi yang beragam berkenaan dengan murid-murid
mereka, baik itu berupa pembagian tugas dan kewajiban. Jika memang ada tugas-tugas
tertentu yang memerlukan kerjasama kelompok, atau berupa sikap mengistimewakan
sebagian dari sebagian yang lain, hendaknya guru bersikap adil dalam memberikan nilai.
Tidak ada ruang bagi seorang guru untuk mencintai salah seorang dari mereka. Tidak
diperkenankan pula bersikap mengistimewakan satu dari yang lainnya, baik karena kedkatan,
lebih mengenal, ataupun sebab lainnya. Sikap tidak adilnya seorang guru akan menimbulkan
perpecahan, ketidak harmonisan, permusuhan, dan kebencian diantara murid-murid yang ada.
Selain itu mengakibatkan terciptanya jurang pemisah yang sangat dalam antara seorang guru
dengan murid-muridnya. Seorang guru harus bersihat adil agar timbul rasa persaudaraan dan
kecintaan di antara mereka.

5.      Menghiasi Diri dengan Akhlak yang Terpuji


Tidak ada yang meragukan bahwa ucapan yang baik dan ungkapan yang terpuji akan
membekas pada jiwa setiapa orang. Oleh karena itu seorang guru diperintahkan untuk
mengikuti jejak Rasululloh dalam berakhlak, yaitu dengan akhlak yang mulia dan jkkesatuan
yang tinggi. Kareaan sikap seperti itulah sarana yang paling baik dalam mengajar.
6.       Ketawadhuan Seorang Guru
Tawadhu merupakan sifat terpuji. Sifat ini menjadikan pelakunya lebih terlihat agung
dan berwibawa. Dampak sifat tawadhu tidak hanya kan dirasakan oleh seorang guru, tetapi
juga kan dirasakan oleh para murid. Sifat ini akan menjadi dampak positif bagi mereka.
Murid akan lebih menyegani gurunya, bukan takut kepada gurunya.
7.      Keberanian seorang guru
Keberanian dalam arti berani menjalankan amanatnya sebagai seorang guru. Seorang
guru harus berani menegur murid-muridnya yang melanggar aturan yang berlaku, tanpa ada
keterkaitan apapun. Seorang guru juga harus berani mengakui kesalah yang ia lakukan,
mengakui kesalahan dalam maknanya adalah memperbaiki kesalahn.
8.      Canda Seorang Guru kepada Murid-Muridnya
Telah kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan lebih cenderung bersifat membosankan,.
Oleh karena itu, dalam menyerapnya diharuskan ada kepekaan akal dan hati. Meskippun
seorang guru memiliki kemampuan yang baik di dalam menjalankan tugasnya dan
menyampaikan ilmunya, akan tetapi harus di ingat bahwa kemampuan akal seorang murid
memiliki keterbatasan menyerap informasi yang di dapatkannya. Oleh karena itu, hendaklah

20
seorang guru memasukan sedikit anekdot dalam menyampaikan pelajarannya. Hal itu
dimaksudkan agara rasa bosan dan jenuh yang seringkali muncul dalam suasana kelas
menjadi hilang, dan jauh dari pembelajaran yang monoton.
9.       Sabar dan Menahan Amarah
Kesabaran adalah alat paling penting untuk kesuksesan seorang guru. Kekuatan
seorang guru tersembunyi pada bagaimana ia mampu mengendalikan marahnya ketika terjadi
sesuatu yang membuat marah, dan bagaimana ia mampu menguasai akal sehatnya. Dengan
cara perlahan dan latihan yang panjang maka seorang guru akan mampu menguasai dan
mengontrol diri.

10.   Menghindari Ucapan Kotor dan Keji


Ucapan keji, menghina,dan mengupat orang lain adalah sifat tercela, khususnya bagi
seorang guru. Seorang guru merupakan tauladan yang akan di ikuti jejak langkahnya. Jika
seorang guru memiliki salah satu sifat di atas, maka ia di anggap memiliki kelemahan.
Bagaimanapun seorang murid akan mencontoh gurunya, baik hal yang positif maupun hal
yang negatif.
11.  Guru Meminta Bantuan Orang Lain
Seorang guru seringkali harus menghadapi masalah yang pelik dan rumit. Hal ini
seringkali membuat dirinya resah. Sedangkan ia sendiri tidak menemukan solusi dan jalan
keluar yang baik. Atau terkadang ia mendapatkan pernyataan dari seorang murid yang ia
sendiri tidak mengetahui jawabannya. Hal ini tentunya membutuhkan kecerdasan dalam
memisahkan persoalan yang ada, sekaligus memikirkan solusi yang harus ia berikan terhadap
persoalannya. Solusinya yaitu pertama dengan berijtihad sendiri dalam menemukan solusi,
kedua berusaha mencari jawaban dengan membaca buku-buku yang bersangkutan dengan
persoalan tersebut, ketiga dengan menanyakan kepada orang yang dianggap bisa
menyelesaikan persoalan tersebut. Bermusyawarah dapat membantu seorang guru dalam
menghadapi suatau permasalahan dan perkara sulit yang menjadi tangguang jawabnya,
meminta pendapat orang lain tidak menujnjukan rendahnya tingkat martabat dan ke ilmuan
seseorang. Bermusyawarah dapat mendekatkan seseorang kepada kebenaran.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah
masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik.
Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru.
Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai
gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan
perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka
motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini
tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.

Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa, sebagai berikut:
a.    Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b.    Hadiah

21
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi
untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c.    Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.   Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e.    Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
f.     Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
·      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
·      Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
·      Menggunakan metode yang bervariasi, dan
·      Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan
oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang sehat dan bersahaja, karena  seorang
guru adalah sosok yang harus menjadi contoh bagi anak didiknya.  Guru yang berperilaku
tidak baik akan merusak citranya sebagai guru pada gilirannya akan dapat merusak murid-
murid yang dipercayakan kepadanya. Tugas seorang guru bukan hanya menyampaikan materi
saja, tetapi seorang guru juga dituntut harus bisa menjadi seorang multitallent yang baik.
Pribadi sehat seorang guru adalah sosok yang menyenangkan dan memiliki intelektual
tinggi. Seorang guru juga harus memiliki sikap tidak mudah menyalahkan orang lain,
kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih
mampu menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang menyenangkan.
Guru adalah pembawa obor peradaban.  Posisinya sebagai penyampai ilmu, pencerdas
bangsa, memang ibarat cahaya dalam kegelapan. Guru juga adalah teladan. Sosok dan
prlilakunya bahkan mengajarkan lebih banyak daripada pelajaran yang disampaikannya.
Rasalulloh adalah seorang sosok yang harus di contoh oleh seorang guru dalam meraih
kesuksesan. Bahkan beliau guru peradaban, yang terbukti risalahnya mampu menjadi cahaya
bagi pengikutnya dari degradasi kegelapan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ruswandi, Uus, dkk,. Pengembangan Kepribadian Guru. 2010. Bandung: CV. _________INSAN


MANDIRI
Ruswandi. Uus, dkk,. Model Teori Kepribadian dan Etika Guru. 2009. Fakultas _________Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati _________Bandung
http//:www.fitria95.wordpress.com/.../ciri-ciri-kepribadian-yang-sehat-dan-tidak-...
http//:www.maizarpsikologi09.blogspot.com/.../kepribadian-sehat-menurut-psiko
http//:www.khaqucha.blogspot.com/.../kesehatan-mental-kepribadian-sehat.html
http://11060adolf.blogspot.com/2012/06/kepribadian-yang-sehat-dan-yang-tidak.html
http://www.infodiknas.com/guru-sehat-dan-tidak-sehat/

23

Anda mungkin juga menyukai