Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Rahmania (19.23.021550)
2. Rahmanita (19.23.021551)
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karean atas limpahan rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Landasan Psikologi Pendidikan Tentang
Teori Kepribadian” dengan baik dan lancar.
Shalawat salam juga kami hanturkan atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW; yang
merupakan rasul akhir zaman yang telah memberikan kita pelajaran dan pendoman yang baik.
Penyusunan makalah hak dan kewajiban warga negara ini,dimaksudkan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan untuk pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan Makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................1
Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
Kesimpulan................................................................................................................22
Saran...........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur
ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik klinis ilmu dalam psikologi disebut sebagai psikolog.
Para psikolog berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu
baik pada pada fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas proses
fisiologis dan neurobiologis.
1
2. Apa saja teori kepribadian?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kepribadian sebenarnya adalah sebuah konsep yang sangat luas. Itulah mengapa definisi
kepribadian yang disampaikan oleh satu ahli dengan ahli yang lain kadang berbeda. Namun
perbedaan pendapat itulah yang nantinya akan melengkapi dan memperkaya pengetahuan kita
mengenai konsep kepribadian. Berikut adalah pengertian atau definisi kepribadian yang
disampaikan oleh beberapa ahli.
Roucek dan Warren, dalam buku yang berjudul "Sociology an Introduction", Roucek dan
Warren mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor biologis itu meliputi
keadaan fisik, sistem saraf, watak, seksual, proses pendewasaan individuyang
bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun faktor psikologis meliputi
unsur tempramen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan, dan
sebagainya. Faktor sosiologis yang mempengaruhi kepribadian seorang individu dapat
berupa proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.
3
latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa kepribadian menunjukkan
organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan
merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia
menghadapi suatu masalah atau keadaan.
Kepribadian seseorang senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan proses sosialisasi
yang dilakukan orang tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian pada
seseorang adalah sebagai berikut.
a. Faktor Biologis
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Setiap orang pasti memiliki warisan biologis
yang berbeda dengan orang yang lainnya. Warisan biologis dapat berupa bentuk fisik yang
berbeda antara satu orang dengan orang lain, bahkan pada anak kembar sekalipun. Karakteristik
fisik seseorang dapat menjadi salah satu faktor penentu perkembangan kepribadian sesuai
dengan bagaimana ia memahami keadaan dirinya dan bagaimana ia diperlakukan dalam
masyarakat.
Letak geografis yang berbeda akan menghasilkan jenis kebudayaan yang berbeda pula.
Misalnya saja masyarakat pesisir yang menghasilkan kebudayaan nelayan, masyarakat pedesaan
yang akan menghasilkan kebudayaan petani, dan kebudayaan masyarakat kota. Letak geografis
ini sebenarnya hanya merupakan karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat dan
tidak semua warga masyarakat termasuk di dalamnya. Oleh karena itu dapat kita simpulkan
bahwa kepribadian umum adalah kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota
kelompok masyarakat.
4
pertama yang akan dilalui oleh individu dan mungkin yang memiliki peranan paling penting bagi
pembentukan kepribadian seseorang. Kelompok lain yang menjadi referensi individu dalam
membentuk kepribadiannya adalah kelompok bermain. Peranan kelompok bermain ini akan
semakin berkurang pengaruhnya seiring dengan pertambahnya usia seseorang.
Selain keluarga dan kelompok bermain, kelompok mejemuk juga memiliki peranan yang
cukup besar bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompo mejemuk menunjuk pada
kenyataan masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok masyarakat ini
mempunyai pendangan-pandangan yang berbeda dalam memandang nilai dan norma. Dalam
keadaan perbedaan seperti ini, seorang individu hendaknya menentukan sendiri apa yang
dianggapnya baik bagi dirinya sehingga tidak terhanyut dalam arus perbedaan yang terjadi dalam
masyarakat majemuk tempatnya berada.
Dua orang yang hidup di lingkungan yang sama, belum tentu memiliki kepribadian yang
sama. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman yang pernah didapatkan oleh masing-masing
individu selalu bersifat unik dan tidak ada seorangpun yang menyamainya. Itulah mengapa dua
orang individu yang hidup pada lingkungkungan yang sama tidak akan menghasilkan
kepribadian yang sama, bahkan pada seseorang yang lahir kembar sekalipun.
Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif,
begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori
kepribadian.
A. Fungsi Deskriptif
5
B. Fungsi Prediktif
Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana
tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana
tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki
fungsi prediktif
Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan sekitar apa,
mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang
lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995 : 56), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai
berikut :
Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil
dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.
Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku
beserta asal-usul atau proses perkembangannya.
Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah
laku bisa dimodifikasi atau diubah.
Berkembangya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor yang melatar
belakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor-
faktor historis dan faktor-faktor kontemporer. Koeswara (1991: 13) mengibaratkan kedua faktor
6
tersebut sebagai faktor pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang.
1. Faktor-faktor historis
Psikometrik
7
fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif, sangat sulit bahkan tidak
mungkin untuk bisa diukur.
Berbicara tentang psikometrik dari sisi historis, tidak terlepas dari pembahasan mengenai apa
yang dilakukan oleh Gustav Theodor Fecher (1801-1887). Fechner, yang beranggapan bahwa
jiwa itu identik dengan raga, banyak melakukan penelitian, khususnya tentang pengideraan
dengan metode eksperimen.
Apa yang telah dilakukan oleh Fecher menjadi pendorong bagi para ahli yang muncul kemudian
untuk mengembangkan dan menggunakan pendekatan psikometrik untuk kaitan antara aspek
fisik dengan aspek mental. Dengan berkembangnya psikometrik memungkinkan dilakukannya
penelitian di bidang kepribadian.
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang lahir di Amerika Serikat dipelopori oleh John
B. Watson (1878-1958). Pengaruh behaviorisme terhadap perkembangan teori kepribadian
terletak pada upaya-upaya dan anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku manusia
secara objektif. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para behavioris dengan metode
eksperimen mampu memberikan sumbangan besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang
kepribadian yang ketepatannya bisa diuji secara empiris.
Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang lahir di Jerman dan yang dipelopori oleh
Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887- 1967), dan Kurt Koffka (188861941).
Prinsip pertama dan utama dari psikologi Gesltalt adalah bahwa suatu fenomena hanya dan harus
dimengerti sebagai suatu totalitas atau keseluruhan. Demikian halnya dengan manusia berikut
kesadaran dan tingkah lakunya hanya dapat dipahami jika hal itu dilihat sebagai suatu totalitas.
Beberapa teoris kepribadian terkemuka yaitu Adler, Goldstein, Allport, Maslow, dan Rogers
mengembangkan teori kepribadian berdasarkan prinsip holistik atai totalitas dari psikologi
Gestalt. Prinsip kedua psikologi Gestalt, yang juga ikut mempengaruhi para teoris keprbadian
adalah prinsip bahwa fenomena merupakan data mendasar bagi psikologi. Untuk itu dalam
8
memahami perilaku manusia maka peneliti atau pengamat harus berusaha merasakan dan
menghayati apa yang dialami oleh subjek yang diamati.
2. Faktor-faktor Kontemporer
Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas berkehendak, mengambil
sikap, dan menentukan arah kehidupannya. Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan
9
itu, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian,
yaitu Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, sementara
itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan Skinner, menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia merupakan makhluk yang perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh
sejumlah determinan.
Rasionalitas - irasionalitas
Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan bahwa manusia
merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh faktor-faktor yang rasional. Sedangkan
Freud menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu
Skinner dan para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasionalirasional.
Holisme - elementalisme
Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila dilihat dan dipelajari
sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung memenadang menausia secara elemtalisme,
bahwa perilaku manusia dapat dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan
pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.
Konstitusionalisme - environmentalisme
Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan, termasuk teoris kepribadian
konstitusionalis, demikian halnya Maslow dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun
komitmen Maslow pada konstitusionalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para
behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar dari
lingkungannya.
10
Anggapan dasar berubah - tak berubah mempersoalkan berubah tidaknya kepribadian
individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai penganut determinisme, beranggapan bahwa
kepribadian individu ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan
berubah sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa
kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.
Subjektivitas - objektivitas
Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama dengan Rogers bahwa
perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan Skinner menolak pandangan tentang pengalaman
subjektif manusia. Dia lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
secara objektif.
Proaktif - reaktif
Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap bahwa perilaku
manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor internalnya. Menurut
Freud, perilaku manusia didorong oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam
yang tidak disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor
internal yang disadari.
Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia bersifat reaktif.
Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus-stimulus yang datang
dari lingkungan.
11
Homeostatis - heterostatis
Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang pada konsep homeostatis.
Sedangkan Maslow berpegang pada konsep heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua
konsep motivasi tersebut. Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus
yang datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.
Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya melalui metode ilmiah
karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan hukum-hukum alam. Sejalan dengan
pandangan Freud, Skinner menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat
diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia. Maslow berpandangan lain dengan
Freud dan Skinner. Menurut Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan
uapaya-upaya ilmiah.
Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli
telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan
acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Berdasarkan paradigma
yang dipergunakan dalam mengembankannya, teori kepribadian dibedakan menjadi 4 paradigma
(Alwisol, 2005: 2-7). Kempat paradigma tersebut adalah:
12
Adapula klasifikationi kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang
kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan teori-teori
kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam
teori kepribadian, yaitu :
a) Aspek-Aspek Kepribadian
Dilihat dari aspeknya, kepribadian dapat terbentuk karena beberapa faktor berikut;
1. Perasaan
Pengertian perasaan adalah tingkah individu yang didasari pada faktor kejiwaan dalam
hatinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatanyang sesuai dengan
kata hati. Oleh karenannya banyak pihak mengetakan bahwa perasaan sama arti dengan emosi.
2. Pengetahuan.
Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan lainnya, tentu saja
tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang mendalam, dengan kadaan ini pengatahuan
menjadi aspek terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang.
3. Naluri
Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri membentuk
manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri memiliki karakteristik yang
berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri di bawa sejak ia lahir.
13
Dari serangkaian penjelasan mengenai pengertian, ciri, aspek kepribadian di atas, Penting bagi
artikel ini untuk mengulas lebih dalam tentang contoh kepribadian. Tujuannya agat materi ini
dapat lebih mudah untuk dipahami dan ditelaah lebih lanjut.
Sifat-sifat kepribadian (personality traits), yaitu sifat-sifat yang ada pada individu, seperti
penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, serta menyendiri. Intelegensi kecerdasan temasuk di
dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecakapan berfikir.
Kesehatan jasmani.
Bentuk tubuh.
Keterampilan (skill).
Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan
yang dianutnya.
Peranan (roles) adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana ia
hidup.
I. The self, yaitu anggapan dan perasaan tertentu tentang siapa, apa, dan di mana sebenarnya
ia berada. Menurut Ahmad, aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal, yaitu:
14
Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.
Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dan diketahui dari
luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat.
Aspek- aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak,
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.
Tempramen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara
bereaksi dan bergerak.
Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-
nilai.
1. Faktor biologis, yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani yang meliputi keadaan
pencernaan, pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar urat syaraf, dan lain-lain.
2. Faktor sosial, yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar individu, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.
3. Faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
dan tentunya kebudayaan dari tiap-tiap tempat yang berbeda akan berbeda pula
15
kebudayaannya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian dari masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka bagi proses pembentukan kepribadian
seseorang yang akan mewarnai sikap, perilaku. dan pandangan hidupnya kelak di kemudian hari.
Sedangkan perkembangan kepribadian anak itu sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan tempat
anak itu hidup dan berkembang. Di antara faktor lingkungan yang paling berpengaruh bagi
perkembangan kepribadian anak, adalah orang tua yang mengasuh dan membimbingnya beserta
suasana kehidupan yang dibina. Dalam konteks lingkungan keluarga inilah, maka kehadiran
orang tua akan turut mempengaruhi dan mewarnai proses pembentukan kepribadian anak
selanjutnya.
Menurut Ngalim Purwanto (1990:162) ada beberapa alasan pentingnya orang tua, terutama
ibu dan ayah bagi pembentukan kepribadian anak dan kepribadian siswa, yakni:
3. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan malam.
Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada
emosional.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian anak atau kepribadian siswa
dipengaruhi oleh banyak factor, dan salah satunya ialah peranan orang tua dalam rangka
membimbing, mengarahkan, dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang
16
dihadapi oleh anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak
sehingga akan mudah untuk memahami kepribadiannya.
Secara umum, kepribadian itu pada dasarnya dibentuk oleh pendidikan, karena
pendidikan menanamkan tingkah laku yang kontinyu dan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan, ketika ia dijadikan norma, kebiasaan itu berubah menjadi adat, membentuk sifat, sifat-
sifat seseorang merupakan tabi'at atau watak, tabi'at rohaniah dan sifat lahir membentuk
kepribadian. Hal ini, sesuai dengan definisi pendidikan, yaitu usaha sadar, teratur, dan sistematik
yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar
mempunyai sifat dan tabi'at sesuai dengan cita-cita pendidikan. Amir Daien Indrakusuma
(1973:108), menegaskkan bahwa kepribadian itu dapat dibentuk oleh pendidikan, dan pendidikan
itu sendiri bersumber pada tiga pusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
e) Pembiasaan
Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak kecil, merupakan upaya dalam rangka
pembentukan kepribadian yang baik. Hal ini, sebagaimana dikemukakan oleh M. Athiyah al-
Abrasy (1990:105-107) bahwa para filosof Islam merasakan betapa pentingnya periode kanak-
17
kanak dalam pendidikan budi pekerti, dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang
baik sejak kecilnya. Mereka ini semua berpendapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari
kecilnya harus mendapat perhatian penuh.
Dalam taraf kedua ini, pembentukan lebih dititikberatkan pada perkembangan akal (pikiran,
minat, dan sikap atau pendirian.). Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) bahwa pembentukan
pada taraf ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
a. Formil
Terbentuknya cara-cara berpikir yang baik, dapat menggunakan metode berpikir yang
tepat, serta mengambil kesimpulan yang logis.
Terbentuknya minat yang kuat, yang sejajar dengan terbentuknya pengertian. Minat
merupakan kecenderungan jiwa ke arah sesuatu karena sesuatu itu mempunyai arti bukan
karena terpaksa.
Terbentuknya sikap (pendirian) yang tepat. Sikap terbentuk bersama-sama dengan minat.
Sikap yang tepat, ialah bagaimana seharusnya seseorang itu bersikap terhadap agamanya,
nilai-nilai yang ada di dalamnya, terhadap nilai-nilai kesulitan, dan terhadap orang lain
yang berpendapat lain.
18
b. Materil
Pembentukan materil sebenarnya telah dimulai sejak masa kanak-kanak, jadi sejak
pembentukan taraf pertama, namun barulah pada taraf kedua ini (masa intelek dan masa sosial).
Anak-anak yang telah cukup besar dan mampu menepis mana yang berguna dan mana yang
tidak, harusnya dilatih berpikir kritis.
c. Intensil
Pembentukan intensil yaitu pengarahan, pemberian arah, dan tujuan yang jelas bagi
pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Untuk membentuk ke arah mana
kepribadian itu akan dibawa, maka di samping pemberian pengetahuan juga tentang nilai-nilai.
Jadi, bukan hanya merupakan pemberian perlengkapan, tetapi juga pemberian tujuan ke arah
mana perlengkapan itu akan dibawa. Pada segi lain, pembentukan intensil ini lebih progresif lagi,
yaitu nilai-nilai yang mengarahkan sudah harus dilaksanakan dalam kehidupan. Mungkin masih
dengan pengawasan orang tua, tetapi lebih baik lagi jika atas keinsyafan sendiri.
Pada taraf ini, pembentukan dititikberatkan pada aspek kerohanian untuk mencapai
kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan berbuat atas dasar kesadaran
sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab, kecenderungan ke arah berdiri sendiriyang
diusahakan pada taraf yang lalu, misalnya peralihan dari disiplin luar ke arah disiplin sendiri,
dari menerima teladan ke arah mencari teladan, pada taraf ini diintensifkan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang diberikan oleh orang tua
dalam keluarga, baik dalam bentuk bimbingan, pendidikan, maupun perhatian merupakan salah
satu upaya yang dapat membentuk kepribadian anak atau kepribadian siswa. Selain itu, terdapat
pula cara lain yang dapat dipergunakan dalam membentuk kepribadian, yaitu pembiasaan, yang
bertujuan untuk menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat, mengucapkan sesuatu dengan tepat,
dan dapat dikuasai oleh si anak serta mempunyai implikasi yang mendalam bagi pembentukan
kepribadian pada tahap selanjutnya.
19
2.4 faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Kondisi Fisik: kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan
tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya.
Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi,
gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin pada kelenjar tiroid
(membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).
Inteligensi: Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan
anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
Emosi: Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang tidak
matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar,
tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
Nama: walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep
diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu
20
mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai
memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap
dirinya.
konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan
menunjang konsep diri itu.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Https://www.academia.edu/41527549/
landasan_psikologi_pendidikan_tentang_teori_kepribadian?auto=download (diakses pada
tanggal 26-09-2021)
23