Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN TENTANG TEORI KEPRIBADIAN”


(Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Landasan Pendidikan SD)

Dosen Pengampu: Dr. Tazkiyatunnafs Elhawwa, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1. Rahmania (19.23.021550)
2. Rahmanita (19.23.021551)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR TAHUN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karean atas limpahan rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Landasan Psikologi Pendidikan Tentang
Teori Kepribadian” dengan baik dan lancar.

         Shalawat salam juga kami hanturkan atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW; yang
merupakan rasul akhir zaman yang telah memberikan kita pelajaran dan pendoman yang baik.
Penyusunan makalah hak dan kewajiban warga negara ini,dimaksudkan untuk memenuhi tugas
yang diberikan oleh dosen. Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan untuk pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan  Makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Saya menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena


keterbatasan yang ada pada saya. Untuk itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun akan
senantiasa saya terima demi kesempurnaan dan kebaikan  ini.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

Latar Belakang...........................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................1

Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

Apa itu kepribadian....................................................................................................3

Apa saja teori kepribadian..........................................................................................5

Apa saja aspek-aspek kepribadian..............................................................................13

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian...........................................20

BAB III PENUTUP..................................................................................................22

Kesimpulan................................................................................................................22

Saran...........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang
mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur
ilmiah. Seseorang yang melakukan praktik klinis ilmu dalam psikologi disebut sebagai psikolog.
Para psikolog berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu
baik pada pada fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas proses
fisiologis dan neurobiologis.

Kemudian, perilaku dari individu dibentuk dari proses pengkondisian. Sedangkan


lingkungan individu membentuk perilaku dengan memberi hukuman dan hadiah. Individu
membentuk pola perilakunya secara langsung dan tidak langsung. Pembentukan perilaku secara
langsung melalui proses pemberian hadiah dan hukuman sedangkan pembentukan perilaku
secara tidak langsung menggunakan pengamatan. Individu mengamati perilaku orang lain
disekitarnya yang disebut dengan modelling.

Proses pemahaman individu dan penafsirannya mengenai situasi akan dipengaruhi


pengalaman individu di masa lalu dan perkembangan kognitif individu. Individu merupakan
subyek yang aktif berdasarkan teori belajar sosial. Hal ini menunjukkan bahwa individu tidak
menerima pengaruh lingkungan begitu saja. Individu juga mengubah lingkungan sehingga
pengaruh lingkungan yang diterima individu adalah pengalaman yang telah dipengaruhi oleh
dirinya sendiri. Teori belajar sosial menekankan kondisi situasional atau determinasi lingkungan
pada perilaku.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kepribadian?

1
2. Apa saja teori kepribadian?

3. Apa saja aspek-aspek kepribadian?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu kepribadian.

2. Untuk mengetahui apa saja itu teori kepribadian.

3. Untuk mengetahui aspek-aspek kepribadian.

4. Untuk mengetahui dan mempelajari faktor-faktor yang mempengarui kepribadian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Definisi kepribadian

Kepribadian sebenarnya adalah sebuah konsep yang sangat luas. Itulah mengapa definisi
kepribadian yang disampaikan oleh satu ahli dengan ahli yang lain kadang berbeda. Namun
perbedaan pendapat itulah yang nantinya akan melengkapi dan memperkaya pengetahuan kita
mengenai konsep kepribadian. Berikut adalah pengertian atau definisi kepribadian yang
disampaikan oleh beberapa ahli.

 Roucek dan Warren, dalam buku yang berjudul "Sociology an Introduction", Roucek dan
Warren mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor biologis itu meliputi
keadaan fisik, sistem saraf, watak, seksual, proses pendewasaan individuyang
bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun faktor psikologis meliputi
unsur tempramen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar, keinginan, dan
sebagainya. Faktor sosiologis yang mempengaruhi kepribadian seorang individu dapat
berupa proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.

 Koentjaraningrat, dalam bukunya yang berjudul "Pengantar Antropologia, menyatakan


bahwa kepribadian adalah susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
tingkah laku atau tindakan seseorang.

 Yinger, mengatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku seseorang dengan


sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa kepribadian adalah perpaduan yang utuh antara sifat, sikap, pola
pikir, emosi, dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu agar berbuat sesuatu yang benar
sesuai dengan lingkungannya.

 Theodore M. Newcomb, adalah seorang ahli sosiologi berkebangsaan Amerika Serikat. la


menyatakan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai

3
latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa kepribadian menunjukkan
organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan
merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia
menghadapi suatu masalah atau keadaan.

 M. A. W. Brower, berpendapat bahwa kepribadian adalah corak tingkah laku sosial


seorang individu yang meliputi kekuatan, dorongan, keinginan, opini.

Kepribadian seseorang senantiasa berubah dan berkembang seiring dengan proses sosialisasi
yang dilakukan orang tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian pada
seseorang adalah sebagai berikut.

a. Faktor Biologis

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Setiap orang pasti memiliki warisan biologis
yang berbeda dengan orang yang lainnya. Warisan biologis dapat berupa bentuk fisik yang
berbeda antara satu orang dengan orang lain, bahkan pada anak kembar sekalipun. Karakteristik
fisik seseorang dapat menjadi salah satu faktor penentu perkembangan kepribadian sesuai
dengan bagaimana ia memahami keadaan dirinya dan bagaimana ia diperlakukan dalam
masyarakat.

b. Faktor Geografis dan Kebudayaan Khusus

Letak geografis yang berbeda akan menghasilkan jenis kebudayaan yang berbeda pula.
Misalnya saja masyarakat pesisir yang menghasilkan kebudayaan nelayan, masyarakat pedesaan
yang akan menghasilkan kebudayaan petani, dan kebudayaan masyarakat kota. Letak geografis
ini sebenarnya hanya merupakan karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat dan
tidak semua warga masyarakat termasuk di dalamnya. Oleh karena itu dapat kita simpulkan
bahwa kepribadian umum adalah kepribadian yang dimiliki oleh sebagian besar anggota
kelompok masyarakat.

c. Faktor Pengalaman Kelompok

Sepanjang kehidupan seseorang, pasti ada kelompok-kelompok tertentu yang diserap


gagasan-gagasan dan norma-normanya oleh seseorang. Kelompok keluarga adalah kelompok

4
pertama yang akan dilalui oleh individu dan mungkin yang memiliki peranan paling penting bagi
pembentukan kepribadian seseorang. Kelompok lain yang menjadi referensi individu dalam
membentuk kepribadiannya adalah kelompok bermain. Peranan kelompok bermain ini akan
semakin berkurang pengaruhnya seiring dengan pertambahnya usia seseorang.

Selain keluarga dan kelompok bermain, kelompok mejemuk juga memiliki peranan yang
cukup besar bagi pembentukan kepribadian seseorang. Kelompo mejemuk menunjuk pada
kenyataan masyarakat yang sangat beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok masyarakat ini
mempunyai pendangan-pandangan yang berbeda dalam memandang nilai dan norma. Dalam
keadaan perbedaan seperti ini, seorang individu hendaknya menentukan sendiri apa yang
dianggapnya baik bagi dirinya sehingga tidak terhanyut dalam arus perbedaan yang terjadi dalam
masyarakat majemuk tempatnya berada.

d. Faktor Pengalaman Unik

Dua orang yang hidup di lingkungan yang sama, belum tentu memiliki kepribadian yang
sama. Hal tersebut disebabkan karena pengalaman yang pernah didapatkan oleh masing-masing
individu selalu bersifat unik dan tidak ada seorangpun yang menyamainya. Itulah mengapa dua
orang individu yang hidup pada lingkungkungan yang sama tidak akan menghasilkan
kepribadian yang sama, bahkan pada seseorang yang lahir kembar sekalipun.

2.2 Arti Teori Kepribadian

Fungsi Teori Kepribadian

Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif,
begitu juga teori kepribdian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori
kepribadian.

A. Fungsi Deskriptif

Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori


kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia secara
rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar
perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.

5
B. Fungsi Prediktif

Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana
tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana
tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki
fungsi prediktif

C. Dimensi-dimensi Teori Kepribadian

Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan sekitar apa,
mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang
lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995 : 56), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai
berikut :

 Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil
dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.

 Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan


dinamika tingkah laku atau kepribadian.

 Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan pada


struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan pada proses
yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.

 Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku
beserta asal-usul atau proses perkembangannya.

 Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah
laku bisa dimodifikasi atau diubah.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian

Berkembangya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor yang melatar
belakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor-
faktor historis dan faktor-faktor kontemporer. Koeswara (1991: 13) mengibaratkan kedua faktor

6
tersebut sebagai faktor pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang.

1. Faktor-faktor historis

Secara historis banyak faktor yang mempengaruhi berkembangnya teoriteori kepribadian


dan empat diantaranya merupakan faktor yang pengaruhnya sangat kuat. Keempat faktor yang
dimaksud adalah : a. pengobatan klinis Eropa, b. psikometrik, c. behaviorisme, dan d. psikologi
Gestalt (Koeswara, 1991: 13).

 Pengobatan klinis di Eropa

Upaya pengobatan, sepanjang sejarah selalu dihubungkan dengan konsepsi tentang


kepribadian. Demikian halnya dengan apa yang dilekukan di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19,
terutama di Perancis. Atas dasar konsepsi-konsepsi fisiologis dan aktivitasaktivitas mental
manusia, Philipe Pinel (1745-1926), seorang dokter dari Perancis, menggambarkan gangguan
kepribadian psikosis sebagai akibat dari kerusakan fungsi otak.

Seorang dokter dari Jerman, Emil Kraeplin (1856-1926), membuat klasifikationgguan


kepribadian berdasarkan konsepsi tentang psikosis yang fisikalistis. Ditinjau dari perkembangan
teori kepribadian, apa yang dilakukan Kraeplin merupakan langkah besar karena gangguan
kepribadian sudah dirumuskan dan diklasifikation secara ilmiah.

Pengaruh terbesar dari sejarah pengobatan klinis di Eropa terhadap perkembangan


kepribadian adalah yang terjadi pada abad ke-20, yaitu ketika Sigmund Freud menuliskan
konsepsi-konsepsinya yang dia susun berdasarkan temuannya dalam menyembuhkan penderita
neurosis, khususnya histeria. Pengaruh Freud dengan Psikoanalisisnya terhadap teori kepribadian
dapat dilihat dari fakta bahwa hampir seluruh teori kepribadian modern mengambil sebagian atau
setidak-tidaknya mempersoalkan konsepsi-konsepsi Freud dala penyusunan teori kepribadian
(Koeswara, 1991: 15).

 Psikometrik

Psikometrik atau pengukuran psikologi memberikan pengaruh yangharus diperhitungkan


dalam perkembangan teori kepribadian. Sebelum ada psikometrik, ada anggapan bahwa fungsi-

7
fungsi psikologis manusia seperti kecerdasan, bakat, minat, motif, sangat sulit bahkan tidak
mungkin untuk bisa diukur.

Berbicara tentang psikometrik dari sisi historis, tidak terlepas dari pembahasan mengenai apa
yang dilakukan oleh Gustav Theodor Fecher (1801-1887). Fechner, yang beranggapan bahwa
jiwa itu identik dengan raga, banyak melakukan penelitian, khususnya tentang pengideraan
dengan metode eksperimen.

Apa yang telah dilakukan oleh Fecher menjadi pendorong bagi para ahli yang muncul kemudian
untuk mengembangkan dan menggunakan pendekatan psikometrik untuk kaitan antara aspek
fisik dengan aspek mental. Dengan berkembangnya psikometrik memungkinkan dilakukannya
penelitian di bidang kepribadian.

 Behaviorisme

Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang lahir di Amerika Serikat dipelopori oleh John
B. Watson (1878-1958). Pengaruh behaviorisme terhadap perkembangan teori kepribadian
terletak pada upaya-upaya dan anjurannya untuk memandang dan meneliti tingkah laku manusia
secara objektif. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh para behavioris dengan metode
eksperimen mampu memberikan sumbangan besar bagi terciptanya konsep-konsep tentang
kepribadian yang ketepatannya bisa diuji secara empiris.

 Psikologi Gestalt

Psikologi Gestalt merupakan aliran psikologi yang lahir di Jerman dan yang dipelopori oleh
Max Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887- 1967), dan Kurt Koffka (188861941).
Prinsip pertama dan utama dari psikologi Gesltalt adalah bahwa suatu fenomena hanya dan harus
dimengerti sebagai suatu totalitas atau keseluruhan. Demikian halnya dengan manusia berikut
kesadaran dan tingkah lakunya hanya dapat dipahami jika hal itu dilihat sebagai suatu totalitas.
Beberapa teoris kepribadian terkemuka yaitu Adler, Goldstein, Allport, Maslow, dan Rogers
mengembangkan teori kepribadian berdasarkan prinsip holistik atai totalitas dari psikologi
Gestalt. Prinsip kedua psikologi Gestalt, yang juga ikut mempengaruhi para teoris keprbadian
adalah prinsip bahwa fenomena merupakan data mendasar bagi psikologi. Untuk itu dalam

8
memahami perilaku manusia maka peneliti atau pengamat harus berusaha merasakan dan
menghayati apa yang dialami oleh subjek yang diamati.

2. Faktor-faktor Kontemporer

Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi perkembanga teori kepribadian


mencakup faktor dari dalam dan dari luar psikologi. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam
bidang psikologi yaitu: a. munculnya perluasan bidang psikologi, seperti psikologi lintas budaya
(cross-cultural psychology), dan b. Studi tentang proses-proses kognitif dan motivasi.

Faktor-faktor kontemporer dari luar bidang psikologi yang mempengaruhi perkembangan


teori kepribadian antara lain berkembangnya aliran filsafat eksistensialisme, perubahan sosial
budaya yang pesat, dan berkembangnya teknologi komputer.

Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menekankan kebebasan, penentuan diri,


dan keberubahan manusia, mempengaruhi para teoris kepribadian eksistensial dan humanistik.
Perubahan sosial budaya telah memberikan arah baru kepada penelitian dan penyusunan teori
kepribadian. Sedangkan berkembangnya teknologi komputer membuka peluang yang luas bagi
penelitian secara besar-besaran dan cermat.

3. Anggapan-anggapan Dasar tentang Manusia

Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar (basic


assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut asumsi-asumsi filosofis
(Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau
pengalaman-pengalaman sosial ini secara nyata akan mempengaruhi persepsi dan tindakan
manusia terhadap sesamanya. Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar
ini mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya. Anggapan-anggapan
dasar tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai
berikut.

 Kebebasan - ketidak bebebasan

Ada anggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas berkehendak, mengambil
sikap, dan menentukan arah kehidupannya. Sebaliknya ada anggapan yang berlawanan dengan

9
itu, bahwa manusia merupakan makhluk yang tidak bebas. Salah seorang teoris kepribadian,
yaitu Abraham Maslow menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang bebas, sementara
itu teoris kepribadiannya lainnya diantaranya Freud dan Skinner, menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia merupakan makhluk yang perilakunya tidak bebas karena ditentukan oleh
sejumlah determinan.

 Rasionalitas - irasionalitas

Maslow dan para teoris kepribaian humanistik lainnya beranggapan bahwa manusia
merupakan makhluk yang perilakunya digerakkan oleh faktor-faktor yang rasional. Sedangkan
Freud menganggap bahwa manusia merupakan makhluk yang cenderung irasional. Sementara itu
Skinner dan para behavioris lainnya tidak begitu terikat pada anggapan dasar rasionalirasional.

 Holisme - elementalisme

Menurut Freud dan Maslow manusia hanya dapat dimengerti bila dilihat dan dipelajari
sebagai totalitas. Sedangkan Skinner cenderung memenadang menausia secara elemtalisme,
bahwa perilaku manusia dapat dipelajari sebagian-sebagian. Hal demikian juga diperkuat dengan
pendapatnya bahwa kepribadian adalah sekumpulan tingkah laku yang dipelajari.

 Konstitusionalisme - environmentalisme

Konstitusionalisme merupakan pandangan yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang


ditentukan oleh faktor-faktor yang sudah dimiliki sejak lahir atau faktor bawaan. Sedangkan
environmentalisme menganggap bahwa kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor-faktor
yang berasal dari lingkungannya.

Freud dengan teori mengenai naluri yang bersifat bawaan, termasuk teoris kepribadian
konstitusionalis, demikian halnya Maslow dengan teori kebutuhan bertingkatnya. Namun
komitmen Maslow pada konstitusionalisme ini tidak sekuat Freud. Sedangkan Skinner dan para
behavioris lainnya beranggapan bahwa perilaku manusia merupakan hasil belajar dari
lingkungannya.

 Berubah - tidak berubah

10
Anggapan dasar berubah - tak berubah mempersoalkan berubah tidaknya kepribadian
individu sepanjang hidupnya. Freud sebagai penganut determinisme, beranggapan bahwa
kepribadian individu ditentukan oleh pengalaman masa kanak-kanak awal dan tidak akan
berubah sepanjang hidup individu. Sedangkan Maslow dan Skinner beranggapan bahwa
kepribadian individu mengalami perubahan sepanjang hidupnya.

 Subjektivitas - objektivitas

Anggapan dasar tentang subjektivitas dan objektivitas manusia berkenaan dengan


persoalan apakah perilaku manusia ditentukan oleh pengalaman personalnya yang subjektif atau
faktor-faktor eksternal yang objektif. Rogers, tokoh psikologi fenomenologi dan salah satu tokoh
psikologi humanistik, menyatakan bahwa dunia batin atau dunia subjektif individu merupakan
penyebab terbesar bagi terjadinya perilaku individu.

Freud dan Maslow berpegang pada anggapan dasar yang sama dengan Rogers bahwa
perilaku manusia bersifat subjektif. Sedangkan Skinner menolak pandangan tentang pengalaman
subjektif manusia. Dia lebih menitik beratkan pada tingkah laku yang dapat diamati dan diukur
secara objektif.

 Proaktif - reaktif

Pandangan proaktif-reaktif menjelaskan sumber penyebab perilaku manusia. Apakah


perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor eksternal.

Freud dan Maslow merupakah teoris kepribadian yang menganggap bahwa perilaku
manusia bersifat proaktif, yaitu lebih banyak digerakkan oleh faktor-faktor internalnya. Menurut
Freud, perilaku manusia didorong oleh faktor internal yang sebagian besar berasal dari alam
yang tidak disadari. Sedangkan menurut Maslow, perilaku manusia didorong oleh faktor-faktor
internal yang disadari.

Skinner dan para behavioris memandang bahwa perilaku manusia bersifat reaktif.
Menurut mereka perilaku manusia merupakan respon terhadap stimulus-stimulus yang datang
dari lingkungan.

11
 Homeostatis - heterostatis

Konsep homeostatis menjelaskan bahwa perilaku manusia terutama dimotivasi oleh


upaya mengurangi atau menghilangkan ketegangan yang terjadi akibat ketidak seimbangan,
misalnya lelah, lapar, ingin tahu, dst. Sedangkan konsep heterostatis menjelaskan bahwa perilaku
manusia terutama dimotivasi oleh upaya menuju perkembangan dan aktualisasi diri.

Freud merupakan salah satu teoris kepribadian yang berpegang pada konsep homeostatis.
Sedangkan Maslow berpegang pada konsep heterostatis. Sementara Skinner menolak kedua
konsep motivasi tersebut. Bagi Skinner, perilaku manusia disebabkan oleh stimulus-stimulus
yang datang dari luar dirinya dan bukan kerena motivasi.

 Dapat diketahui - tidak dapat diketahui

Freud berpandangan bahwa manusia dapat diketahui sepenuhnya melalui metode ilmiah
karena perilaku manusia berlangsung berdasarkan hukum-hukum alam. Sejalan dengan
pandangan Freud, Skinner menyatakan bahwa melalui observasi-observasi yang sistematis dapat
diperoleh pengetahuan yang memadai tentang manusia. Maslow berpandangan lain dengan
Freud dan Skinner. Menurut Maslow manusia tidak bisa diketahui sepenuhnya meskipun dengan
uapaya-upaya ilmiah.

 Klasifikasi Teori-teori Kepribadian

Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli
telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan
acuan tertentu yaitu paradigma yang dipakai untuk mengembangkannya. Berdasarkan paradigma
yang dipergunakan dalam mengembankannya, teori kepribadian dibedakan menjadi 4 paradigma
(Alwisol, 2005: 2-7). Kempat paradigma tersebut adalah:

 Paradigma psikoanalisis: tradisi klinis psikiatri.

 Paradigma traits: tradisi psikologi fungsionalisme dan psikologi pengukuran.

 Paradigma kognitif: tradisi Gestalt.

 Paradigma behaviorisme: tradisi kondisioning.

12
Adapula klasifikationi kepribadian yang didasarkan pada sejarah perkembangannya yang
kemudian menjadi kekutan besar yang dijadikan orientasi dalam pengembangan teori-teori
kepribadian. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam
teori kepribadian, yaitu :

 Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkanatasparadigma yang sama atau


hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.

 Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.

 Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga.

2.3 Tentang aspek-aspek kepribadian

a) Aspek-Aspek Kepribadian

Dilihat dari aspeknya, kepribadian dapat terbentuk karena beberapa faktor berikut;

1. Perasaan

Pengertian perasaan adalah tingkah individu yang didasari pada faktor kejiwaan dalam
hatinya. Kondisi ini akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatanyang sesuai dengan
kata hati. Oleh karenannya banyak pihak mengetakan bahwa perasaan sama arti dengan emosi.

2. Pengetahuan.

Wawasan dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang satu dengan lainnya, tentu saja
tidak bisa disamakan. Akan ada perbedaan yang mendalam, dengan kadaan ini pengatahuan
menjadi aspek terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang.

3. Naluri

Terakhir, yang menjadi pendorong dalam kepribadian adalah naluri. Naluri membentuk
manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan kata hati. Naluri memiliki karakteristik yang
berbeda daripada aspek lainnya, lantaran naluri di bawa sejak ia lahir.

13
Dari serangkaian penjelasan mengenai pengertian, ciri, aspek kepribadian di atas, Penting bagi
artikel ini untuk mengulas lebih dalam tentang contoh kepribadian. Tujuannya agat materi ini
dapat lebih mudah untuk dipahami dan ditelaah lebih lanjut.

b) Aspek-aspek Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

M. Ngalim Purwanto (1990:156-159) menguraikan beberapa aspek kepribadian yang


penting dan berhubungan dengan pendidikan dalam rangka pembentukan pribadi anak, yaitu
sebagai berikut:

Sifat-sifat kepribadian (personality traits), yaitu sifat-sifat yang ada pada individu, seperti
penakut, pemarah, suka bergaul, peramah, serta menyendiri. Intelegensi kecerdasan temasuk di
dalamnya kewaspadaan, kemampuan belajar, kecakapan berfikir.

 Pernyataan diri dan cara menerima pesan-pesan (appearance and inpressien).

 Kesehatan jasmani.

 Bentuk tubuh.

 Sikapnya terhadap orang lain.

 Pengetahuan, kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki seseorang.

 Keterampilan (skill).

 Nilai-nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan
yang dianutnya.

 Penguasaan dan kuat lemahnya perasaan

 Peranan (roles) adalah kedudukan atau posisi seseorang di dalam masyarakat di mana ia
hidup.

I. The self, yaitu anggapan dan perasaan tertentu tentang siapa, apa, dan di mana sebenarnya
ia berada. Menurut Ahmad, aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal, yaitu:

14
 Aspek-aspek kejasmanian, meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat, berbicara, dan sebagainya.

 Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dan diketahui dari
luar, misalnya cara berfikir, sikap, dan minat.

 Aspek- aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak,
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.

Yoesoef Noesyirawan, sebagaimana dikutip Ahmad Fauzi (1989:67) mengelompokkan


aspek-aspek kepribadian dalam empat bagian, yaitu:

 Vitalitas sebagai konstata dari semangat hidup pribadi.

 Tempramen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta cara
bereaksi dan bergerak.

 Watak sebagai konstanta dari hasrat, perasaan, dan kehendak pribadi mengenai nilai-
nilai.

 Kecerdasan, bakat, daya nalar, sebagai konstanta kemampuan pribadi.

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, tetapi di dalam


perkembangan makin terbentuklah pola-pola yang tetap, sehingga merupakan ciri-ciri yang khas
dan unik bagi setiap individu. Menurut Singgih D. Gunarsa, (2000:108) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang, adalah:

1. Faktor biologis, yaitu yang berhubungan dengan keadaan jasmani yang meliputi keadaan
pencernaan, pernapasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar urat syaraf, dan lain-lain.

2. Faktor sosial, yaitu masyarakat yakni manusia-manusia lain di sekitar individu, adat
istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dalam masyarakat itu.

3. Faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
dan tentunya kebudayaan dari tiap-tiap tempat yang berbeda akan berbeda pula

15
kebudayaannya. Perkembangan dan pembentukan kepribadian dari masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana anak itu dibesarkan.

Sedangkan menurut Husain Mazhahiri (dalam Singgih D. Gunarsa, (2000:112), factor-faktor


yang membentuk kepribadian anak atau kepribadian siswa ada empat, yaitu:

1. Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian.

2. Tidak menghina dan mengurangi hak anak.

3. Perhatian pada perkembangan kepribadian.

4. Menghindari penggunaan kata kotor.

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling peka bagi proses pembentukan kepribadian
seseorang yang akan mewarnai sikap, perilaku. dan pandangan hidupnya kelak di kemudian hari.
Sedangkan perkembangan kepribadian anak itu sendiri, dipengaruhi oleh lingkungan tempat
anak itu hidup dan berkembang. Di antara faktor lingkungan yang paling berpengaruh bagi
perkembangan kepribadian anak, adalah orang tua yang mengasuh dan membimbingnya beserta
suasana kehidupan yang dibina. Dalam konteks lingkungan keluarga inilah, maka kehadiran
orang tua akan turut mempengaruhi dan mewarnai proses pembentukan kepribadian anak
selanjutnya.

Menurut Ngalim Purwanto (1990:162) ada beberapa alasan pentingnya orang tua, terutama
ibu dan ayah bagi pembentukan kepribadian anak dan kepribadian siswa, yakni:

1. Pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama-tama.

2. Pengaruh yang diterima anak itu batas dan jumlahnya.

3. Intensitas pengaruh itu tinggi karena berlangsung terus menerus siang dan malam.
Umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana aman serta bersifat intim dan bernada
emosional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kepribadian anak atau kepribadian siswa
dipengaruhi oleh banyak factor, dan salah satunya ialah peranan orang tua dalam rangka
membimbing, mengarahkan, dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang sedang

16
dihadapi oleh anak, karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak
sehingga akan mudah untuk memahami kepribadiannya.

d) Upaya-upaya Pembentukan Kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

Secara umum, kepribadian itu pada dasarnya dibentuk oleh pendidikan, karena
pendidikan menanamkan tingkah laku yang kontinyu dan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan, ketika ia dijadikan norma, kebiasaan itu berubah menjadi adat, membentuk sifat, sifat-
sifat seseorang merupakan tabi'at atau watak, tabi'at rohaniah dan sifat lahir membentuk
kepribadian. Hal ini, sesuai dengan definisi pendidikan, yaitu usaha sadar, teratur, dan sistematik
yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar
mempunyai sifat dan tabi'at sesuai dengan cita-cita pendidikan. Amir Daien Indrakusuma
(1973:108), menegaskkan bahwa kepribadian itu dapat dibentuk oleh pendidikan, dan pendidikan
itu sendiri bersumber pada tiga pusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

Terbentuknya kepribadian pada diri seseorang, itu berlangsung melalui perkembangan


yang terus menerus. Seluruh perkembangan itu, tampak bahwa tiap perkembangan maju muncul
dalam cara-cara yang kompleks dan tiap perkembangan didahului oleh perkembangan
sebelumnya. Ini berarti, bahwa perkembangan itu tidak hanya kontiyu, tapi juga perkembangan
fase yang satu diikuti dan menghasilkan perkembangan pada fase berikutnya. Menurut Ahmad
D. Marimba (1989: 88) pembentukan kepribadian merupakan suatu proses yang terdiri atas tiga
taraf, yaitu:

e) Pembiasaan

Pembiasaan ialah latihan-latihan tentang sesuatu supaya menjadi biasa. Pembiasaan


hendaknya ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, sebab pada masa itu merupakan masa yang
paling peka bagi pembentukan kebiasaan. Pembiasaan yang ditanamkan kepada anak-anak, itu
harus disesuaikan dengan perkembangan jiwanya.

Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak kecil, merupakan upaya dalam rangka
pembentukan kepribadian yang baik. Hal ini, sebagaimana dikemukakan oleh M. Athiyah al-
Abrasy (1990:105-107) bahwa para filosof Islam merasakan betapa pentingnya periode kanak-

17
kanak dalam pendidikan budi pekerti, dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang
baik sejak kecilnya. Mereka ini semua berpendapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari
kecilnya harus mendapat perhatian penuh.

 Kebiasaan Baik dapat membentuk kepribadian Anak atau Kepribadian Siswa

Ibnu Qoyyim Al-Jauzi, sebagaimana dikutip oleh M. Athiyah al-Abrasy (1990:107)


mengemukakan, bahwa pembentukan yang utama ialah waktu kecil, maka apabila seorang anak
dibiarkan melakukan sesuatu (yang kurang baik) dan kemudian telah menjadi kebiasaannya,
maka akan sukarlah meluruskannya. Tujuan utama dari kebiasaan ini, adalah penanaman
kecakapan-kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara yang tepat dapat dikuasai
oleh siterdidik yang terimplikasi mendalam bagi pembentukan selanjutnya.

 Pembentukan minat dan sikap

Dalam taraf kedua ini, pembentukan lebih dititikberatkan pada perkembangan akal (pikiran,
minat, dan sikap atau pendirian.). Menurut Ahmad D. Marimba (1989:88) bahwa pembentukan
pada taraf ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu:

a. Formil

Pembentukan secara formil, dilaksanakan dengan latihan secara berpikir, penanaman


minat yang kuat, dan sikap (pendirian) yang tepat. Tujuan dari pembentukan formil ini adalah:

 Terbentuknya cara-cara berpikir yang baik, dapat menggunakan metode berpikir yang
tepat, serta mengambil kesimpulan yang logis.

 Terbentuknya minat yang kuat, yang sejajar dengan terbentuknya pengertian. Minat
merupakan kecenderungan jiwa ke arah sesuatu karena sesuatu itu mempunyai arti bukan
karena terpaksa.

 Terbentuknya sikap (pendirian) yang tepat. Sikap terbentuk bersama-sama dengan minat.
Sikap yang tepat, ialah bagaimana seharusnya seseorang itu bersikap terhadap agamanya,
nilai-nilai yang ada di dalamnya, terhadap nilai-nilai kesulitan, dan terhadap orang lain
yang berpendapat lain.

18
b. Materil

Pembentukan materil sebenarnya telah dimulai sejak masa kanak-kanak, jadi sejak
pembentukan taraf pertama, namun barulah pada taraf kedua ini (masa intelek dan masa sosial).
Anak-anak yang telah cukup besar dan mampu menepis mana yang berguna dan mana yang
tidak, harusnya dilatih berpikir kritis.

c. Intensil

Pembentukan intensil yaitu pengarahan, pemberian arah, dan tujuan yang jelas bagi
pendidikan Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim. Untuk membentuk ke arah mana
kepribadian itu akan dibawa, maka di samping pemberian pengetahuan juga tentang nilai-nilai.
Jadi, bukan hanya merupakan pemberian perlengkapan, tetapi juga pemberian tujuan ke arah
mana perlengkapan itu akan dibawa. Pada segi lain, pembentukan intensil ini lebih progresif lagi,
yaitu nilai-nilai yang mengarahkan sudah harus dilaksanakan dalam kehidupan. Mungkin masih
dengan pengawasan orang tua, tetapi lebih baik lagi jika atas keinsyafan sendiri.

 Pembentukan kerohanian yang luhur

Pada taraf ini, pembentukan dititikberatkan pada aspek kerohanian untuk mencapai
kedewasaan rohaniah, yaitu dapat memilih, memutuskan, dan berbuat atas dasar kesadaran
sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab, kecenderungan ke arah berdiri sendiriyang
diusahakan pada taraf yang lalu, misalnya peralihan dari disiplin luar ke arah disiplin sendiri,
dari menerima teladan ke arah mencari teladan, pada taraf ini diintensifkan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang diberikan oleh orang tua
dalam keluarga, baik dalam bentuk bimbingan, pendidikan, maupun perhatian merupakan salah
satu upaya yang dapat membentuk kepribadian anak atau kepribadian siswa. Selain itu, terdapat
pula cara lain yang dapat dipergunakan dalam membentuk kepribadian, yaitu pembiasaan, yang
bertujuan untuk menanamkan kecakapan-kecakapan berbuat, mengucapkan sesuatu dengan tepat,
dan dapat dikuasai oleh si anak serta mempunyai implikasi yang mendalam bagi pembentukan
kepribadian pada tahap selanjutnya.

19
2.4 faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian

Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang di pengaruhi


oleh banyak faktor. Kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Perubahan dalam
kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman,
tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu:

 Pengalaman Awal: Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal


(masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari
ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.

 Pengaruh Budaya: dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk


mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan
budayanya.

 Kondisi Fisik: kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
kepribadian seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa
yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan
tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya.
Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi,
gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin pada kelenjar tiroid
(membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).

 Inteligensi: Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan
anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.

 Emosi: Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang tidak
matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar,
tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.

 Keberhasilan dan Kegagalan: Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruh

 Nama: walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep
diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu

20
mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai
memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap
dirinya.

 konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan
menunjang konsep diri itu.

 Penerimaan Sosial: anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat


mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak
diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah
tersinggung.

 Pengaruh Keluarga: pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab


waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi
sendi dasar kepribadian.

 Perubahan Fisik: perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan


kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan
fisik yang mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai
suatu kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan berdasarkan pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa ,landasan


psikologi pendidikkan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikkan yang membahasas
berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumya serta gejala-gejala yang
berbaikatan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan terntentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangan nya yang
bertujuan untuk memudahkan bentuk landasan psikologi pendidikkan mencakup psikologi
perkembangan belajar,sosial dalam perkembangannya landasan psikologi pendidikkan memiliki
peranan sebagai perkembangan kurikulum dalam sistem pembelajaran dan penilai.

3.2 SARAN

Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut.

Pendidik di wajibkan menerapkan nilai-nilai landasan psikologi pendidikkan dalam


proses belajar mengajar. Pendidikk lebih memperhatikan landasan psikologi pendidikkan yang
sesuai dengan peserta didik.dengan begitu maka perkembangan peserta didik di harapkan
berkembang secara optimal dan mengarah ke arah yang di tunjukan

22
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Hj. Binti Maunnah, M.Pd.I.2014.Psikologi Pendidikan.IAIN Tulungangung Press

Dr. Mardianto, M.Pd.2012.Psikologi Pendidikan.Perdana Publishing

Https://www.academia.edu/41527549/
landasan_psikologi_pendidikan_tentang_teori_kepribadian?auto=download (diakses pada
tanggal 26-09-2021)

23

Anda mungkin juga menyukai