Anda di halaman 1dari 26

PENGERTIAN OBJEK DAN METODE-METODE PSIKOLOGI SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Sosial

Dosen Pengampu:

Dr. Usman Noer., S.Ag., M.Ag

Kluster 1

1. Haerul Akbar (50200121045)


2. Muh. Gufran (50200121046)
3. Nur Iffah Syafira (50200121044)
4. Nurfadilah Ali (50200121039)
5. Nur Annisa (50200121043)
6. Rahmi (50200121037)

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, serta Innayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan aktifitas seperti biasanya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sehigga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PENGERTIAN OBJEK DAN METODE-
METODE PSIKOLOGI SOSIAL“ ini sebagai tugas yang akan di kumpulkan dan
dipresentasikan.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Usman Noer , S. Ag.,
M.Ag., Yang telah memberikan arahan dan ajaran tentang mata kuliah Simulasi
bimbingan dan penyuluh islam. Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada
keluarga, teman-teman, serta semua pihak yang terlibat dan telah memberikan
dukungan dalam proses pembuatan makalah ini.

Adapun yang terakhir kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak
sekali kesalahan, untuk itu kami mengharapkan masukan dan saran dari pembaca
demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai
pembelajaran.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................................. 4

C. Tujuan......................................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................................5

A. Definisi Psikologi Sosial......................................................................................................................5

B. Objek Psikologi Sosial..........................................................................................................................8

C. Metode-Metode Psikologi Sosial..................................................................................................12

BAB III PENUTUP............................................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan............................................................................................................................................ 20

B. Saran......................................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Psikologi sosial adalah tentang bagaimana perilaku manusia


sebagai makhluksosial yang dalam usahanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya harus berinteraksi dan melakukan kontak sosial dengan
manusia lain beserta lingkungannya. Dalam interaksinya tersebut
seseorang melakukan hubungan sosial pada situasi psikologi sosial
tertentu yang akan melibatkan unsur-unsur kejiwaan manusia itu sendiri.
Hubungan manusia baik individu maupun antar masyarakat serta
antar kelompokakan berdampak pada kejiwaan bagi manusia.
Sebagaimana kejiwaan manusia seperti emosional,sikap ,kemauan,
perhatian, harga diri, serta motivasi ini termasuk dalam cakupan
psikologi sosial. Psikologi sosial termasuk kajian keilmuan barudalam
bagian dari psikologi itu sendiri yaitu ilmu mengenai proses
pekembangan mental manusia sebagai makhluk sosial.
Dengan demikian, psikologi sosial mempelajari hal hal yang
meliputi perilaku manusia dalam konteks sosial. Jadi Psikologi sosial ini
merupakan salah satu jenis psikologi khusus, yaitu yang khusus
membicarakan perilaku atau aktivitas individu dalam kaitannya dengan
situasi dan konteks sosial.1
Psikologi sosial sebagai salah satu cabang psikologi yang paling
penting memiliki beberapa tujuan keilmuan. Beberapa tujuan keilmuan
dari psikologi sosial itu adalah untuk memahami, menjelaskan,
meramalkan, memodifikasi, dan memecahkan masalah terkait dengan
cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang dipengaruhi
oleh kehadiran orang lain.
Secara lebih khusus, gejala-gejala psikologis sosial sebagai objek
yang dipelajari dalam psikologi sosial antara lain adalah persepsi sosial,
perilaku mencintai, perilaku individu dalam setiap organisasi, persuasi,
hubungan sikap dan perilaku, perilaku individu dalam kelompok, perilaku

1
Teori, Metode, dan Penerapan Psikologi Sosial – Nalarasa

1
2

agresi, perilaku komunikasi, hubungan interpersonal, dan perilaku


membantu orang lain (perilaku prososial).2
Apabila ditinjau dari sudut kajian dan pengembangan konsep-
konsepnya, psikologi sosial merupakan perpaduan dari disiplin psikologi
dan disiplin sosiologi. Dalam penjelasan yang bersifat komplementer,
seorang pakar psikologi sosial, Myers (2002) menjelaskan bahwa
sosiologi dan psikologi merupakan ilmu induk bagi lahirnya suatu cabang
ilmu yang kemudian kita kenal dengan istilah psikologi sosial. Perbedaan
substantif yang membedakan psikologi sosial dari sosiologi adalah bahwa
dalam melakukan tinjauan terhadap masalah-masalah sosial, psikologi
sosial lebih menekankan tingkat unit analisis perilaku individual dalam
menghadapi stimulus-stimulus sosial, sedangkan sosiologi lebih
menekankan pada hubungan timbal balik individu dan masyarakatnya
dengan titik berat pada interaksi sosial. 3Ini berarti psikologi sosial lebih
menekankan level analisis yang bersifat mikro, sedangkan sosiologi lebih
menekankan level analisis yang bersifat makro. Unit analisis psikologi
sosial adalah pemikiran dari perilaku individu, bukan masyarakat dan
kebudayaan.
Psikologi sosial mempelajari perilaku individu berdasarkan proses
psikologis, seperti persepsi, motivasi, atau sikap. Di lain pihak, para ahli
sosiologi lebih sering mempelajari pengaruh-pengaruh struktur sosial
terhadap individu, seperti strata sosial, kekuasaan, atau aturan-aturan
organisasi (Hollander, 1982). Selain itu, dalam perkembangannya,
psikologi sosial juga dipengaruhi oleh keilmuan psikologi dan sosiologi ini
berkembang dari dua aspek bidang keilmuan ini. Psikologi sosial yang
dikembangkan oleh sarjana psikologi cenderung memandang perilaku
sosial sebagai akibat dari faktor-faktor individual, sedangkan psikologis
sosial yang dikembangkan oleh sarjana sosiologi cenderung memandang
perilaku sosial sebagai akibat faktor-faktor sosial.4

2
Allport, G. W. (1937). Personality: A psychology Interpretation. New York: Holt.
3
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (1997). Social Psychology. New York: Longman.
4
Augoustinos, M. & Walker, I. (1995). Social Cognition: An Integrated Introduction. London: Sage
Publication. Ltd.
3

Myers (2002) menjelaskan bahwa secara metodologis terdapat


perbedaan yang cukup penting dalam praktikpraktik penelitian antara
psikologi sosial dan sosiologi. Praktik-praktik penelitian dalam psikologi
sosial lebih banyak dilakukan melalui pendekatan positivistik ketimbang
dalam praktik penelitian sosiologi yang cenderung banyak dilakukan
melalui pendekatan interpretatif.
Selain ilmu psikologi dan ilmu sosiologi, psikologi sosial juga
banyak menerima masukan konsep, teori, dan hasil penelitian dari ilmu
sosial yang lain. Masukan tersebut berasal dari ilmu antropologi.
Antropologi banyak membantu memahami, menjelaskan, meramalkan,
dan merekayasa keberadaan faktor-faktor budaya yang memengaruhi
fenomena perilaku dan kejiwaan individu dalam konteks saling pengaruh
dengan individu yang lain.5
Sebagaimana ilmu-ilmu lain, Psikologi Sosial menawarkan
rangkaian nilai dan metode dalam rangka memahami formula di atas.
Psikologi Sosial mendasarkan pada empat nilai dasar: (1) Akurasi; (2)
Obyektivitas; (3) Skeptisisme; dan (4) Keterbukaan pikiran (Branscombe
& Byron, 2017). Akurasi dipahami sebagai komitmen untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai dunia dalam
kehati-hatian, ketepatan, dan meminimalisir kekeliruan. Dalam akurasi
ini, perbedaan perspektif akan memengaruhi cara pandang terhadap
suatu masalah. Misalnya, alasan-alasan orang yang mengalami depresi
akan berbeda satu sama lain. Ada yang depresi karena putus cinta, tetapi
ada pula yang depresi karena kondisi sosial ekonominya tidak memadai.
Sementara itu, obyektivitas merupakan komitmen untuk memperoleh
dan mengevaluasi informasi dengan sebisa mungkin menghindarkan bias
dalam membangun gagasan.6
Selanjutnya adalah skeptisisme yang merupakan komitmen untuk
terus-menerus mempertanyakan temuan lewat verifikasi. Verifikasi ini
mengandaikan bahwa temuan merupakan gagasan yang senantiasa

5
Axelrod, L. J., & & Lehman, D. R. (1993). Responding to Environmental Concerns: What Factors
Guide Individual Action? Journal of Enviromental Psychology, 13: 149-159.
6
Teori, Metode, dan Penerapan Psikologi Sosial – Nalarasa
4

berubah. Terakhir adalah keterbukaan pikiran, yang mana mensyaratkan


keterbukaan dalam perubahan cara pandang apabila bukti-bukti terbaru
menunjukkan bahwa temuan lama sudah tidak lagi relevan. Bentuk
keterbukaan ini bukan sekadar terhadap gagasan orang lain, tetapi juga
gagasan yang muncul dari kritik-diri (self-critique) (Jovanović, 2011).7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Definisi Psikologi Sosial?


2. Bagaimana Objek Kajian dalam Psikologi Sosial?
3. Bagaimana Metode-Metode Psikologi Sosial?

C. Tujuan

1. Untuk memahami definisi psikologi sosial


2. Untuk mengetahui objek kajian psikologi sosial
3. Untuk memahami metode-metode psikologi sosial

7
Allport, G. W. (1937). Personality: A psychology Interpretation. New York: Holt.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Psikologi Sosial

Sebagai bagian dari usaha memahami psikologi sosial secara


menyeluruh, maka perlu dikembangkan beberapa pengertian psikologi
sosial. Baron dan Byrne (2004) mengemukakan bahwa psikologi sosial
adalah cabang psikologi yang berupaya untuk memahami dan
menjelaskan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku individu yang
dipengaruhi oleh kehadiran orang lain. Kehadiran orang lain itu dapat
dirasakan secara langsung, diimajinasikan, ataupun diimplikasikan.
Psikologi sosial merupakan kajian ilmiah yang berusaha
memahami keadaan dan sebab-sebab terjadinya perilaku individu dalam
situasi sosial. Sebagai bagian dari kajian ilmiah, maka psikologi sosial
haruslah memiliki ciri-ciri objektif, nalar, dan empiris. Objektif
merupakan apa yang dipelajari adalah fenomena yang dapat diukur
dengan caracara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
misalnya persepsi kekerasan terhadap anak, haruslah dapat diukur
melalui metode ilmiah yang disepakati para ahli. 8
Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari
bagaimana individu dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, serta
bagaimana individu tersebut mempengaruhi dan berinteraksi dengan
orang lain dalam konteks sosial. Fokus utama psikologi sosial adalah
memahami bagaimana faktor-faktor sosial, seperti norma, nilai, persepsi,
sikap, dan interaksi sosial, memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku
individu.9
Dalam psikologi sosial, penelitian sering kali mengeksplorasi
topik-topik seperti persepsi sosial (bagaimana individu mempersepsikan
diri mereka sendiri dan orang lain), sikap (bagaimana sikap individu
terbentuk dan berubah), konformitas (bagaimana individu menyesuaikan
diri dengan norma-norma sosial), persuasi (bagaimana individu

8
Branscombe, N.R. & Baron, R.A. (2017). Social psychology (14th ed., global ed.). Pearson.
9
Lewin, K. (1936). Principles of topological psychology. McGraw-Hill.

5
6

dipengaruhi oleh pesan-pesan persuasif), dan hubungan antar-grup


(bagaimana individu dari kelompok yang berbeda berinteraksi dan
berkomunikasi).
Tujuan dari psikologi sosial adalah untuk memahami dinamika
kompleks dalam interaksi sosial, dan bagaimana faktor-faktor sosial
tersebut mempengaruhi perilaku individu dalam berbagai situasi.
Psikologi sosial juga berkontribusi pada pemahaman kita tentang
masalah-masalah sosial, seperti stereotip, prasangka, konflik antar-grup,
serta cara-cara untuk mempromosikan kerjasama dan pemahaman
antarindividu dan kelompok.10
Nalar adalah penjelasan tentang proses sebabakibat dari fenomena
nalar itu dapat dipahami oleh akal manusia. Fenomena persepsi
kekerasan terhadap anak oleh orang tua yang menyebutkan karena
adanya proses modeling harus dicek secara emiris melalui suatu metode
ilmiah. Empiris adalah kajian yang disajikan psikologi sosial didukung
oleh realitas yang berkembang dalam kehidupan manusia.11
Ciri pokok yang membedakan kehidupan manusia dengan yang
lain adalah ciri sosialnya. Kegiatan manusia berada di tengah- tengah
kehidupan bersama atau lingkungan sosial. Di tengah- tengah lingkungan
sosial itu pula mereka saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam saling
berinteraksi mereka memahami tingkah laku orang lain, hidup bersama,
memberikan respon dan perangsang. Tingkah laku individu merupakan
respon atau perangsang bagi orang lain. Oleh karena seseorang itu
merespon atau mereaksi tingkah laku orang lain, maka tingkah laku itu
akan dipengaruhi baik oleh kehadiran, kenyakinan, tindakan dan ciri-ciri
lain. Tingkah laku berikutnya banyak ditentukan oleh keberhasilan atau
kegagalan dalam menimbulkan tingkah laku yang lain.
Dalam kenyataan ini tidak sesederhana seperti yang digambarkan
yang merupakan pola urutan rangsang dan respon atau aksi dan reaksi
saja, tetapi dapat menjadi lebih kompleks. Interaksi ini baik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

10
Lewin, K. (1951). Field theory in social science: Selected theoretical papers. Harper & Row.
11
Allport, G. W. (1937). Personality: A psychology Interpretation. New York: Holt.
7

dengan kelompok dapat berjalan lancar bila masing-masing pihak


memiliki penafsiran yang sama atas pola perilakunya, dalam suatu
struktur kelompok sosial. Masing-masing pihak telah mempelajari
rangsang serta respon mana yang harus dipilih dan dihindarkan.12
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita misalnya, umum
sudah memahami bahwa dua individu yang saling berkenalan atau dua
sahabat lama yang saling bertemu akan berjabat tangan. Pola interaksi ini
berjalan lancar karena memiliki persamaan dalam penafsiran. Dan antara
mereka itu berasal dari lingkungan masyarakat yang tidak mengenal jabat
tangan sebagaimana simbol perkenalaan atau keakraban.13
Pola tingkah laku yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang
terbatas kemungkinan berbeda dengan pola tingkah laku masyarakat
yang lebih luas. Tingkah laku individu yang timbul dalam kontek sosial
atau lingkungan sosial inilah yang akan dipelajari oleh psikologi sosial.
Berdasarkan gambaran tersebut dikemukakan beberapa definisi psikologi
sosial sebagai berikut:
1) Sherif dan Sherif (1956)
Psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang
pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya
dengan situasi perangsang sosial.
2) Kimball Young (1956)
Psikologi sosial adalah studi tentang proses interaksi
individumanusia.
3) Krech, Crutefield dan Ballachey (1962)
Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
individu di dalam masyarkat.
4) Joseph E. Me Grath (1965)
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
tingkah laku manusia sebagaimana dipengaruhi oleh

12
Jovanović, G. (2011). Knowledge and interest in psychology: From ideology to ideology critique.
ARCP 9, 10-29.
13
McFadden, M. (2017) Sexual identities and practices. Dalam B. Gough (ed.), The Palgrave
handbook of critical social psychology. Palgrave
8

kehadiran, kenyakinan, tindakan dan lambang-lambang


dari orang lain.
5) Gerungan (1966)
Psikologi sosial adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mempelajari dan menyelidiki pengalaman dan tingkah laku
individu manusia seperti yang dipengaruhi atau
ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial.
6) Gordon W Allport (1968)
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha
mengerti dan menerangkan bagaimana pikiran, perasaan
dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh kenyataan,
imajinasi atau kehadiran orang lain.
7) Secord dan Backman (1974)
Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari individu
dalam kontek sosial.14

Dari definisi tersebut nampak bahwa disamping adanya perbedaan


terdapat pula persamaan, dan bahkan saling melengkapi satu sama lain.
Masalah pokok dalam Psikologi Sosial adalah "Pengaruh Sosial" (Social
Influence). Pengaruh sosial inilah yang akan mempengaruhi tingkah laku
individu. Berdasarkan inilah maka Psikologi Sosial didefinisikan sebagai
Ilmu yang mempelajari dan mneyelidiki tingkah laku individu dalam
hubungannya dengan situasi perangsang sosial.15

B. Objek Psikologi Sosial

Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana pikiran,


perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh kehadiran orang lain,
baik secara nyata maupun imajiner. Psikologi sosial berbeda dengan
disiplin ilmu lain seperti psikologi dan sosiologi karena fokusnya pada
interaksi antara individu dan lingkungan sosialnya. Memahami psikologi
sosial sangatlah penting untuk memahami berbagai aspek kehidupan
manusia, mulai dari interaksi antar individu hingga perilaku massa.16
14
Teori, Metode, dan Penerapan Psikologi Sosial – Nalarasa
15
Milgram, S. (1974). Obedience to authority: An experimental view. Harper & Row.
16
Milgram, S. (1974). Obedience to authority: An experimental view. Harper & Row.
9

Secara umum, psikologi sosial dimulai dengan studi tentang


persepsi dan sikap, untuk menjelaskan bagaimana orang memahami satu
sama lain, bagaimana mereka menginterpretasikan perilaku orang lain,
dan bagaimana sikap mereka terbentuk dan berubah.
Psikologi sosial mencakup semua bentuk interaksi antarindividu:
mengingatkan diri, afiliasi, relationship, agresi, konformitas, dan
pengaruh. Disiplin psikologi sosial mencoba menjawab pertanyaan
tentang bagaimana orang memengaruhi satu sama lain dan bagaimana
mereka menunjukkan reaksi atau berkelakuan dalam situasi sosial (Sears,
dkk., 1985). 17

Objek kajian psikologi sosial sebenarnya sama dengan bidang-


bidang ilmu lainnya; sosiologi, antropologi, sosial politik, dan bidang-
bidang kajian psikologi lainnya sama-sama tertarik dengan perilaku
sosial. Namun, menurut Sears, secara sederhana, yang membedakan
psikologi sosial dengan kajian ilmu lainnya adalah pada tingkatan
analisisnya.

Ilmuwan dari bidang ilmu-ilmu sosial menggunakan tingkatan


masyarakat (societal) untuk melakukan analisis −mereka menggunakan
faktor-faktor societal secara luas untuk menjelaskan perilaku sosial. Ahli
psikologi klinis atau personality psychology menggunakan individu
sebagai level analisisnya −mereka menggunakan karakteristik individual
yang unik untuk menjelaskan perilaku. Sedangkan ahli psikologi sosial
menggunakan analisisis pada level interpersonal −mereka terutama
menjelaskan perilaku dalam hubungan dengan situasi sosial atau
interpersonal (hubungan antarmanusia). Tingkatan ini merupakan
tingkatan analisis tengah-tengah antara dua level sebelumnya (Sears,
1985).18

Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari


bagaimana individu dipengaruhi oleh situasi sosial dan bagaimana
individu tersebut mempengaruhi situasi sosial. Objek kajian dalam
17
Allport, G. W. (1937). Personality: A psychology Interpretation. New York: Holt.
18
Ratner, C. (2006). Cultural psychology: A perspective on psychological functioning and social
reform. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
10

psikologi sosial meliputi berbagai aspek interaksi sosial, persepsi sosial,


sikap dan perubahan sikap, kepribadian dalam konteks sosial,
konformitas, kepatuhan, agresi, prasangka, stereotip, persepsi diri, dan
interaksi antar kelompok.19
1) Pengaruh Sosial : Pengaruh sosial adalah proses dimana
individu mengubah pikiran, perasaan, dan perilakunya
karena pengaruh orang lain. Pengaruh sosial dapat terjadi
dalam berbagai bentuk, seperti kepatuhan, konformitas,
dan peniruan.
Contoh:

 Kepatuhan: Ketika seseorang mengikuti perintah


orang lain meskipun mereka tidak setuju dengan
perintah tersebut.

 Konformitas: Ketika seseorang mengubah


perilakunya agar sesuai dengan norma kelompok.

 Peniruan: Ketika seseorang meniru perilaku orang


lain.

2) Proses Kelompok: Proses kelompok mengacu pada


bagaimana individu berinteraksi dan berperilaku dalam
kelompok. Dinamika kelompok dapat memiliki pengaruh
yang besar pada individu, termasuk cara mereka berpikir,
merasa, dan berperilaku.
Contoh:

 Pengambilan keputusan kelompok: Bagaimana


kelompok membuat keputusan dan bagaimana
keputusan tersebut berbeda dari keputusan
individu.

19
Leon Mann, 1969, Social Psychology, Sydney, John Willy and Sons Australasia Ltd.
11

 Kepemimpinan: Bagaimana pemimpin


mempengaruhi kelompok dan bagaimana kelompok
mempengaruhi pemimpin.

3) Kognisi Sosial: Kognisi sosial adalah cara individu berpikir


dan memahami diri sendiri dan orang lain. Hal ini termasuk
bagaimana individu membentuk kesan tentang orang lain,
bagaimana mereka membuat atribusi tentang perilaku
orang lain, dan bagaimana mereka memproses informasi
sosial.
Contoh:

 Atribusi: Bagaimana individu menjelaskan penyebab


perilaku orang lain.

 Prasangka: Sikap negatif terhadap kelompok


tertentu.

 Stereotipe: Keyakinan umum tentang kelompok


tertentu.

4) Sikap dan Perilaku: Sikap adalah keyakinan dan perasaan


individu tentang suatu objek, orang, atau peristiwa.
Perilaku adalah cara individu bertindak. Sikap dan perilaku
saling terkait, dan keduanya dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor.
Contoh:

 Agresi: Perilaku yang bertujuan untuk menyakiti


orang lain.

 Altruisme: Perilaku yang bertujuan untuk membantu


orang lain.

Psikologi sosial adalah ilmu yang menarik dan penting yang


dapat membantu kita memahami berbagai aspek kehidupan
manusia. Dengan memahami psikologi sosial, kita dapat
12

meningkatkan hubungan interpersonal, membuat keputusan yang


lebih baik, dan mengatasi berbagai masalah sosial.20

C. Metode-Metode Psikologi Sosial

Branscombe & Byron (2017) menuliskan bahwa ada tiga metode


yang seringkali digunakan dalam Psikologi Sosial, yakni: observasi
sistematik, statistik korelasi, dan eksperimen. Dalam observasi sistematik,
dikenal dua model; pertama adalah observasi alamiah (naturalistic
observation) dan kedua adalah survei. Dalam observasi sistematik,
peneliti melakukan pengamatan dengan hati-hati dan pengukuran yang
akurat terhadap perilaku yang spesifik dari manusia. Dengan melakukan
observasi alamiah, peneliti berarti melakukan pengamatan perilaku
dalam latar hidup alami manusia. 21
Tugas peneliti adalah mencatat
perilaku apa saja yang terjadi dalam konteks hidup manusia dan tanpa
ada intervensi terhadap perilaku.
Pada metode kedua, yakni survei, peneliti memberikan pertanyaan
yang kemudian akan direspon oleh para responden terkait dengan sikap
atau perilaku mereka. Pada praktiknya, para psikolog sosial seringkali
menggunakan metode ini untuk mengetahui gambaran sikap terhadap
sebuah isu sosial tertentu, misalnya sikap terhadap aborsi, legalisasi
mariyuana, atau pilihan politiknya. Dalam praktik di bidang lain, para
peneliti menggunakan survei untuk mengetahui respon terhadap suatu
produk. Melalui survei, responden penelitian dapat diperoleh dengan
lebih mudah – apalagi ditambah dengan hadirnya internet. Dalam
melakukan survei, seorang peneliti perlu memperhatikan beberapa hal.
Pertama adalah terkait sampling, yang mana orang yang berpartisipasi
dalam survei harus secara representatif mewakili populasi tertentu.
Berikut adalah cara penghitungan ukuran sampel berdasarkan model
Slovin (Blair & Blair, 2015).22
Meskipun demikian, pengambilan data mengenai survei juga
seringkali dipertanyakan apakah benar-benar bisa menggambarkan

20
Sarlito Wirawan Sarwono, 1995, Teori-teori psikologi sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
21
Gerungan, 1998, Psikologi Sosial, Bandung, PT Eresco.
22
Abu Hamadi, 1990, Psikologi Sosial, jakarta, Rineka Cipta
13

kondisi individu. Sebagai contoh, apabila dalam survei terkait


kebahagiaan yang mengisi hanya orang yang merasa bahagia, maka yang
terjadi adalah survei ini tidak bisa mengukur perbedaan antara yang
bahagia dengan yang tidak bahagia. Demikian juga, tidak menutup
kemungkinan apabila yang mengisi survei tersebut adalah mereka yang
tengah merasa tidak bahagia dan dengan mengisi survei tersebut justru
berharap menjadi bahagia. Belum lagi, konsep soal kebahagiaan bisa
beragam. Ada yang merasa bahagia karena memiliki uang atau merasa
bahagia karena memiliki intimitas dengan orang lain.
Selain isu soal sampling, cara penyampaian kata dalam pertanyaan
juga seringkali menjadi problematis. Misalnya, dalam survei kebahagiaan
kita menanyakan “Seberapa bahagia dirimu dalam hidupmu yang
sekarang?” akan dijawab berbeda apabila pertanyaannya demikian:
“Bandingkan dengan hari paling bahagia yang pernah kamu alami,
seberapa bahagia kondisi hidupmu saat ini?” Kedua pertanyaan tersebut
memungkinkan dua jawaban berbeda. Dalam pertanyaan pertama
maupun kedua; orang diwajibkan menjawab dengan ukuran kuantitatif,
tetapi jawaban tersebut mereduksi kualitas kebahagiaan ke dalam bentuk
angka-angka. Pertanyaannya kemudian, apakah persoalan kebahagiaan
bisa diwakili dengan angka-angka?23
Metode lain yang memiliki kemiripan dengan survei adalah
korelasi. Korelasi berusaha untuk mencari hubungan antarvariabel
(inferensial). Istilah korelasi merujuk pada kecenderungan sebuah hal
diasosiasikan dengan perubahan-perubahan dalam hal lain. Hal atau
aspek yang dapat berubah ini kemudian disebut sebagai variabel, yang
memiliki nilai berbeda. Ketika ada sebuah korelasi, maka adalah mungkin
untuk memprediksi sebuah variabel dari informasi terkait variabel lain.
Prediksi tersebut kita kenal dengan istilah hipotesis yang
kemudian diuji secara statistik dan memberikan kesimpulan umum
terkait korelasi antar-variabel. Pertanyaan dalam penelitian korelasi
misalnya: “Apakah ada korelasi antara jumlah uang yang disumbangkan

23
Teori, Metode, dan Penerapan Psikologi Sosial – Nalarasa
14

(variabel bebas) seseorang dengan tingkat kebahagiaannya (variabel


tergantung)?” Nilai korelasi berkisar antara 0 sampai -1,00 atau +1,00.
Semakin mendekati +1,00 atau -1,00, maka nilainya semakin besar
dan dengan demikian akan (dianggap) memiliki prediksi yang lebih
akurat dari korelasi antarvariabel. Dalam mengukur korelasi, kita
memerlukan sebuah hipotesis yang diturunkan dari konsep-konsep yang
telah dikaji sebelumnya. Misalnya, ada pertanyaan mengenai “Apakah ada
hubungan antara kepribadian seseorang dengan status di Facebook-nya?”
Pertama kita perlu melihat (mengukur atau mengidentifikasi)
kepribadian para responden, baru kemudian melihat status Facebooknya.
24

Meskipun demikian, kita tidak bisa menentukan mengapa sebuah


korelasi bisa kuat atau lemah, kita hanya bisa mengatakan: ada korelasi.
Masih terkait dengan survei, persoalan kemudian muncul dengan gagasan
bahwa sebuah ilmu pengetahuan mestinya bisa menjawab pertanyaan
“mengapa” dan “bagaimana” (Ratner, 2006).
Metode ketiga adalah eksperimen. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam eksperimen, pertama adalah kekuatan sebuah
variabel yang memengaruhi aspek perilaku sosial yang berubah dan
kedua adalah efek perubahan yang bisa diukur. Misalnya pengukuran soal
“Apakah dengan menonton tayangan yang penuh kekerasan akan
meningkatkan kemungkinan untuk melakukan agresi terhadap orang
lain?” Pertanyaan ini bisa dijawab lewat eksperimen dengan
menayangkan video yang mengandung unsur kekerasan atau bermain
aplikasi yang mengandung unsur kekerasan. 25
Setelah melihat video
tersebut, para peserta, misalnya, diminta untuk memberikan sambal ke
dalam sebuah gelas dan mengatakan bahwa gelas tersebut akan diminum
orang lain dalam rangka percobaan sensitivitas terhadap rasa.
Apabila ditemukan bahwa mereka yang melihat tayangan
kekerasan memberikan sambal yang lebih banyak dibanding mereka yang
tidak melakukan kekerasan, maka dapat disimpulkan bahwa tayangan

24
Teo, T. (2018). Outline of theoretical psychology. Palgrave Macmillan.
25
Abu Hamadi, 1990, Psikologi Sosial, jakarta, Rineka Cipta
15

kekerasan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perilaku


agresi. Meskipun demikian, dalam eksperimen tersebut, bisa jadi ada
variabel lain yang menyebabkan kekerasan tidak berlanjut pada agresi
atau bahkan menambah partisipan menjadi lebih agresif.26
pengacau/perancu/penganggu(confounding variable). Misalnya,
dalam eksperimen tersebut ada bantuan dari asisten di mana ada asisten
yang menyampaikan tata cara eksperimen secara kasar dan ada pula
asisten yang ramah. Apabila diterapkan pada partisipan, persepsi bahwa
para asisten berlaku kasar ini mungkin saja akan mengacaukan atau
menambah perilaku lebih agresif. Contoh lain adalah apabila partisipan
memiliki tingkat empati yang tinggi, bukankah ini juga akan berpengaruh
terhadap pemberian sambal? Pengukuran empati ini bisa dijadikan
bentuk adanya variabel mediasi (mediating variable) yang apabila tidak
dipertimbangkan justru menjadi confounding variable. Dalam hal ini,
pengabaian terhadap variabel-variabel lain yang mungkin menyumbang
terjadinya suatau perilaku memungkinkan interpretasi menjadi tidak
tepat.
Selain itu, ada juga pertimbangan validitas eksternal yang
seringkali dibahas dalam variabel eksperimen. Pertimbangan tersebut
misalnya: Bagaimana temuan dalam eksperimen ini ketika diterapkan
dalam kehidupan nyata dengan kondisi lingkungan dan orang-orangnya
yang berbeda? Apakah kehidupan sosial kita bisa digambarkan secara
tepat lewat sebuah eksperimen?
intensi psikologi sosial adalah memahami perilaku manusia dalam
konteks hidupnya. Dengan menafikan kualitas pengalaman manusia,
bukankah berarti justru mengkhianati tujuan awal Psikologi Sosial, yakni
memahami perilaku sebagai fungsi dari individu dalam merespon
lingkungan? Guna menjawab hal tersebut, kita akan melanjutkan pada
perspektif teori, baru kemudian kita akan menyentuh pertanyaan
tersebut.27

26
Taylor, S.E., Peplau, L.A. & Sears, D. O. 2009. Psikologi Sosial. Edisi keduabelas. Penerbit:
Kencana, Penerbit Kencana, Jakarta.
27
Sarlito Wirawan Sarwono, 2001. Psikologi Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
16

Psikologi sosial adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari


bagaimana individu dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, termasuk
norma sosial, persepsi sosial, interaksi sosial, dan proses sosial lainnya.
Berbagai metode digunakan dalam psikologi sosial untuk memahami
perilaku individu dalam konteks sosial. Berikut adalah beberapa metode
yang umum digunakan dalam penelitian psikologi sosial:
1. Eksperimen: Eksperimen adalah salah satu metode utama
dalam psikologi sosial. Peneliti mengontrol variabel-
variabel tertentu untuk memahami efeknya terhadap
perilaku sosial. Misalnya, eksperimen laboratorium dapat
digunakan untuk memahami bagaimana individu bereaksi
terhadap tekanan sosial atau bagaimana persepsi mereka
tentang orang lain dipengaruhi oleh konteks tertentu.
2. Survei: Survei adalah metode yang sering digunakan dalam
psikologi sosial untuk mengumpulkan data dari sejumlah
besar responden. Survei dapat digunakan untuk
mengeksplorasi opini, sikap, dan perilaku sosial individu
dalam masyarakat. Contoh survei meliputi survei online,
kuesioner, atau wawancara terstruktur.
3. Observasi: Observasi melibatkan pengamatan langsung
terhadap individu atau kelompok dalam situasi nyata.
Metode ini membantu peneliti memahami perilaku manusia
tanpa campur tangan dari peneliti itu sendiri. Observasi
dapat dilakukan secara terbuka (subyek tahu bahwa
mereka diamati) atau tersembunyi (subyek tidak
menyadari bahwa mereka diamati).
4. Studi Kasus: Studi kasus melibatkan analisis mendalam
tentang satu kasus atau beberapa kasus yang terbatas.
Metode ini memungkinkan peneliti untuk memahami
kompleksitas dan konteks perilaku sosial dalam situasi
tertentu. Studi kasus sering digunakan untuk menggali
masalah-masalah sosial yang kompleks dan untuk
17

menghasilkan pemahaman mendalam tentang individu atau


kelompok tertentu.
5. Analisis Konten: Analisis konten melibatkan analisis teks
atau materi yang ada, seperti dokumen, media massa, atau
rekaman interaksi sosial. Metode ini digunakan untuk
memahami representasi sosial, stereotip, atau tema
tertentu dalam budaya populer atau media massa.
6. Penelitian Laboratorium dan Lapangan: Penelitian
dalam lingkungan laboratorium memungkinkan peneliti
untuk mengontrol variabel-variabel tertentu untuk
memahami efeknya terhadap perilaku sosial. Sementara itu,
penelitian lapangan dilakukan dalam konteks kehidupan
nyata dan memungkinkan peneliti untuk memahami
interaksi sosial dalam lingkungan yang lebih alami.
7. Analisis Statistik: Analisis statistik digunakan untuk
menganalisis data yang dikumpulkan melalui berbagai
metode penelitian psikologi sosial. Ini termasuk analisis
regresi, analisis varians, dan teknik statistik lainnya untuk
menguji hipotesis dan mengidentifikasi pola dalam data.
8. Studi lintas budaya: Penelitian ini membandingkan
perilaku sosial di antara budaya-budaya yang berbeda
untuk memahami perbedaan dan kesamaan dalam pola-
pola perilaku sosial. Metode ini membantu memperluas
pemahaman kita tentang bagaimana faktor-faktor budaya
memengaruhi perilaku sosial.
9. Pengamatan lapangan: Metode ini melibatkan
pengamatan langsung terhadap perilaku individu dalam
situasi sosial yang alami. Peneliti dapat mengamati perilaku
manusia tanpa campur tangan atau pengaruh
eksperimental, sehingga memberikan wawasan yang lebih
mendalam tentang interaksi sosial yang sebenarnya.28

28
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2018). "Psikologi Sosial" (Edisi ke-9). Pearson Education,
Inc.
18

Adapun Metode Psikologi Sosial Dalam era digital, psikologi


sosial telah berevolusi untuk memahami interaksi manusia di
dunia maya. Beberapa metode yang digunakan dalam psikologi
sosial di era digital meliputi:

a. Analisis Data Media Sosial: Media sosial menyediakan


sumber data besar-besaran tentang perilaku dan interaksi
manusia. Penelitian psikologi sosial menggunakan analisis data
media sosial untuk memahami pola-pola perilaku, sikap, dan
interaksi sosial, seperti pola penggunaan kata kunci, pola
pertemanan, atau pola berbagi informasi.
b. Eksperimen Online: Eksperimen psikologi sosial dapat
dilakukan secara online melalui platform digital. Peserta dapat
diberikan tugas atau situasi tertentu untuk diamati perilaku
mereka dalam lingkungan online. Eksperimen ini dapat
melibatkan interaksi langsung antara peserta atau melibatkan
observasi perilaku mereka secara pasif.
c. Survei Online: Survei online telah menjadi metode yang
populer dalam penelitian psikologi sosial. Melalui platform
survei online, peneliti dapat mengumpulkan data dari
responden yang tersebar di berbagai lokasi geografis dengan
biaya yang relatif rendah. Survei online juga memungkinkan
peneliti untuk menyelidiki isu-isu tertentu secara anonim.
d. Analisis Big Data: Dengan munculnya big data, psikologi sosial
dapat menggunakan analisis data yang kompleks untuk
memahami tren dan pola perilaku sosial dalam skala yang lebih
besar. Dengan menggunakan algoritma analisis data yang
canggih, peneliti dapat mengidentifikasi hubungan dan korelasi
antara variabel-variabel yang kompleks.
e. Studi Online tentang Identitas Digital: Identitas digital
seseorang—bagaimana mereka mengelola dan
mengekspresikan diri mereka secara online—telah menjadi
fokus penelitian psikologi sosial. Studi ini mempelajari
19

bagaimana individu membangun dan mempertahankan


identitas digital mereka, serta bagaimana identitas digital ini
memengaruhi interaksi sosial mereka.
f. Pemodelan dan Simulasi Komputer: Pemodelan komputer
dan simulasi digunakan untuk memahami dinamika kelompok
dan interaksi sosial dalam lingkungan digital. Peneliti
menggunakan model matematika dan simulasi komputer untuk
menguji hipotesis tentang perilaku sosial, termasuk fenomena
seperti penyebaran informasi, polarisasi opini, dan
pembentukan kelompok.29

Dengan terus berkembangnya teknologi digital, metode-


metode ini terus berubah dan berkembang untuk mencerminkan
kompleksitas interaksi sosial dalam dunia maya.

Kombinasi dari berbagai metode ini membantu peneliti


memahami perilaku sosial manusia dengan lebih baik, dan juga
membantu dalam pengembangan teori-teori baru dalam psikologi
sosial.30

29
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2018). "Psikologi Sosial" (Edisi ke-8). Pearson Education Limited.
30
Jovanović, G. (2011). Knowledge and interest in psychology: From ideology to ideology critique.
ARCP 9, 10-29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Psikologi sosial merupakan cabang ilmu psikologi yang berusaha untuk


memahami dan menjelaskan cara individu berpikir, berperasaan, dan
berperilaku dalam konteks kehadiran orang lain, yang bisa dirasakan secara
langsung, diimajinasikan, atau diimplikasikan. Penelitian dalam psikologi sosial
dilakukan dengan ciri-ciri objektif, nalar, dan empiris, di mana fenomena yang
dipelajari dapat diukur secara ilmiah. Tujuan utama psikologi sosial adalah
memahami bagaimana faktor-faktor sosial memengaruhi pikiran, perasaan, dan
perilaku individu dalam interaksi sosial. Beberapa topik yang sering dipelajari
dalam psikologi sosial meliputi persepsi sosial, sikap, konformitas, persuasi, dan
hubungan antar-grup. Pola perilaku individu dalam lingkungan sosial
dipengaruhi oleh struktur kelompok sosial dan penafsiran bersama atas pola
interaksi tersebut. Psikologi sosial mencoba memahami dinamika kompleks
dalam interaksi sosial dan memberikan wawasan tentang masalah-masalah
sosial seperti stereotip, prasangka, dan konflik antar-grup. Definisi-definisi
psikologi sosial yang diberikan oleh beberapa tokoh, meskipun memiliki variasi,
secara umum menekankan pada pemahaman tentang pengaruh sosial terhadap
tingkah laku individu. Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi sosial terus berusaha
untuk mengembangkan pemahaman tentang kompleksitas interaksi sosial
manusia.
Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari bagaimana pikiran,
perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh kehadiran orang lain, baik
secara nyata maupun imajiner. Berbeda dengan disiplin ilmu lain seperti
psikologi dan sosiologi, psikologi sosial memiliki fokus khusus pada interaksi
antara individu dan lingkungan sosialnya. Objek kajian psikologi sosial meliputi
berbagai aspek interaksi sosial, persepsi sosial, sikap dan perubahan sikap,
kepribadian dalam konteks sosial, konformitas, kepatuhan, agresi, prasangka,
stereotip, persepsi diri, dan interaksi antar kelompok. Penelitian dalam psikologi
sosial sering kali berfokus pada persepsi, sikap, pengaruh sosial, dan proses
kelompok. Tingkatan analisis dalam psikologi sosial mencakup level

20
21

interpersonal, di mana perilaku individu dieksplorasi dalam hubungannya


dengan situasi sosial atau interaksi antarmanusia. Ini membedakannya dari
tingkatan analisis pada level masyarakat atau individu yang digunakan dalam
disiplin ilmu lain seperti sosiologi dan psikologi klinis. Pengaruh sosial, proses
kelompok, kognisi sosial, serta sikap dan perilaku adalah beberapa konsep kunci
dalam psikologi sosial. Melalui pemahaman tentang konsep-konsep ini, kita
dapat memahami dinamika interaksi sosial, pengaruh lingkungan terhadap
individu, dan cara individu merespons situasi sosial. Dengan memahami
psikologi sosial, kita dapat meningkatkan hubungan interpersonal, membuat
keputusan yang lebih baik, dan mengatasi berbagai masalah sosial. Ini
menunjukkan pentingnya psikologi sosial dalam memahami dan menjelaskan
perilaku manusia dalam konteks sosialnya.
Metode-metode dalam psikologi sosial adalah serangkaian pendekatan
dan teknik yang digunakan untuk memahami perilaku, pikiran, dan emosi
individu dalam konteks situasi sosial. Beberapa metode yang umum digunakan
meliputi eksperimen, survei, pengamatan lapangan, studi kasus, analisis konten,
dan studi lintas budaya. Eksperimen memungkinkan peneliti untuk
memanipulasi variabel independen dan mengamati efeknya terhadap variabel
dependen dalam situasi terkendali. Survei digunakan untuk mengumpulkan data
tentang sikap, perilaku, dan keyakinan individu melalui kuesioner atau
wawancara. Pengamatan lapangan memungkinkan peneliti untuk mengamati
perilaku individu dalam situasi sosial alami. Studi kasus memungkinkan peneliti
untuk menganalisis kasus tertentu secara mendalam, sementara analisis konten
digunakan untuk mempelajari pola-pola dalam dokumen atau materi tertulis.
Studi lintas budaya membandingkan perilaku sosial di berbagai budaya untuk
memahami perbedaan dan kesamaan dalam pola perilaku sosial. Melalui
penggunaan berbagai metode ini, psikologi sosial dapat memberikan wawasan
yang mendalam tentang dinamika interaksi sosial manusia dan faktor-faktor
yang memengaruhinya dalam berbagai konteks sosial. Metode-metode ini
membantu peneliti untuk menguji hipotesis, mengidentifikasi pola-pola perilaku,
dan memahami kompleksitas perilaku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungan sosialnya.
22

B. Saran

1. Menjelajahi Berbagai Metode: Sebagai peneliti atau mahasiswa yang tertarik


dalam psikologi sosial, penting untuk menjelajahi berbagai metode penelitian
yang digunakan dalam bidang ini. Memahami kelebihan dan kelemahan setiap
metode, serta kapan dan bagaimana mereka dapat digunakan, akan membantu
dalam memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang perilaku manusia
dalam konteks sosialnya.
2. Kolaborasi Antarbidang: Mengingat psikologi sosial memiliki keterkaitan dengan
psikologi, sosiologi, dan bidang ilmu sosial lainnya, kolaborasi antarbidang dapat
menjadi langkah yang bermanfaat. Hal ini dapat memperkaya perspektif dan
pemahaman tentang fenomena sosial, serta memungkinkan penggunaan
pendekatan interdisipliner dalam memecahkan masalah sosial yang kompleks.
3. Menerapkan Pengetahuan dalam Kehidupan Sehari-hari: Meskipun pengetahuan
tentang psikologi sosial seringkali digunakan dalam konteks penelitian ilmiah,
konsep-konsep dalam psikologi sosial juga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Memahami pengaruh sosial, proses kelompok, dan mekanisme sikap
dan perilaku dapat membantu dalam meningkatkan hubungan interpersonal,
membuat keputusan yang lebih baik, dan mengatasi berbagai masalah sosial
dalam masyarakat.
4. Menyelidiki Konteks Budaya: Mengingat studi lintas budaya adalah bagian
penting dari psikologi sosial, penting untuk menyelidiki konteks budaya dalam
memahami perilaku manusia. Menggali lebih dalam tentang perbedaan dan
kesamaan dalam pola perilaku sosial di berbagai budaya akan membantu dalam
memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamadi, Psikologi Sosial, jakarta, Rineka Cipta, (1990).
Allport, G. W. Personality: A psychology Interpretation. New York: Holt. (1937).
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (1997). Social Psychology. New York: Longman.
---------------------------------------------------- (2018). "Psikologi Sosial" (Edisi ke-9). Pearson
Education, Inc.
Augoustinos, M. & Walker, I. Social Cognition: An Integrated Introduction. London: Sage
Publication. Ltd. (1995).
Axelrod, L. J., & & Lehman, D. R. (1993). Responding to Environmental Concerns: What
Factors Guide Individual Action? Journal of Enviromental Psychology.
Branscombe, N.R. & Baron, R.A. Social psychology (14th ed., global ed.). Pearson. (2017).
Gerungan, 1998, Psikologi Sosial, Bandung, PT Eresco.
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. "Psikologi Sosial" (Edisi ke-8). Pearson Education Limited.
(2018).
Jovanović, G. Knowledge and interest in psychology: From ideology to ideology critique.
ARCP 9, (2011).
Leon Mann, Social Psychology, Sydney, John Willy and Sons Australasia Ltd. (1969).

Lewin, K. Principles of topological psychology. McGraw-Hill. 1936.


----------- (1951). Field theory in social science: Selected theoretical papers. Harper &
Row.
McFadden, M. (2017) Sexual identities and practices. Dalam B. Gough (ed.), The
Palgrave handbook of critical social psychology. Palgrave
Milgram, S. (1974). Obedience to authority: An experimental view. Harper & Row.
Ratner, C. (2006). Cultural psychology: A perspective on psychological functioning and
social reform. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada. (1995)
--------------------------------------, Psikologi Sosial. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
(2001).
Taylor, S.E., Peplau, L.A. & Sears, D. O. 2009. Psikologi Sosial. Edisi keduabelas. Penerbit:
Kencana, Penerbit Kencana, Jakarta.
Teo, T. (2018). Outline of theoretical psychology. Palgrave Macmillan.

23

Anda mungkin juga menyukai