FALKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA MENTENG
2
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini dapat saya susun meskipun mengalami keterlambatan karena adanya tugas dinas dari kantor yang tidak mungkin saya tinggalkan sehingga mengakibatkan terhambatnya pembuatan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu Laila Meiliyandrie Indah Wardani, M.psi, Dr karena telah memberikan dispensasi waktu untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum sempurna sehingga makalah ini masih memerlukan penyempurnaan dan koreksi . Harapan saya makalah ini bermanfaat dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Jakarta, Juni 2014
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ 2 Daftar Isi................................................................................................................... 3 Bab I Pendahuluan.................................................................................................. 4 A. Kedudukan Psikologi Sosial............................................................................ 4 B. Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial........................................................ 5 Bab II Definisi Psikologi Sosial............................................................................... 6 A. Definisi Psikologi Sosial.................................................................................. 6 B. Pendekatan-pendekatan Psikologi Sosial....................................................... 7 Bab III Metode Penelitian Psikologi Sosial............................................................ 9 A. Latar Belakang Penelitian Psikologi Sosial..................................................... 9 B. Memilih Partisipan Dalam Penelitian Psikologi Sosial....................................11 C. Metode Pengumpulan Data............................................................................12 D. Bias Dalam Riset............................................................................................20 E. Etika Dalam Psikologi Sosial..........................................................................21 Bab IV Penutup........................................................................................................22 Kesimpulan................................................................................................................22 Daftar Pustaka..........................................................................................................23
4
Bab I Pendahuluan Sebagaimana ilmu-ilmu sosial lainnya, Psikologi sosial mempelajari tingkah laku manusia di dalam suatu situasi sosial. Sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda maka latar belakang pertumbuhan Psikologi Sosial berasal dan terpengaruh oleh ilmu-ilmu sosial lain seperti Sosiologi, Anthropologi dan Psikologi yang mempunyai usia lebih tua. Psikologi Sosial memiliki 2 tujuan penting yaitu : 1. Secara teoritis, Psikologi Sosial bertujuan untuk : a. Memahami tingkah laku sosial b. Mengendalikan tingkah laku sosial c. Memprediksi tingkah laku sosial 2. Secara praktis, Psikologi sosial bertujuan untuk memecahkan masalah sosial seperti konflik, prasangka, ketegangan sosial, kesukuan, dan diskriminasi. (David Krech, et-al,1962) A. Kedudukan Psikologi Sosial
Kedudukan Psikologi Sosial tersebut menunjukan bahwa psikologi sosial mempunyai kedudukan yang sangat dekat dengan Sosiologi, Antropologi dan Psikologi. Hal ini dapat dimaklumi bahwa Psikologi Sosial mempunyai objek mikria yang sama dengan Sosiologi dan Antropologi yakni gejala-gejala sosial dari individu. Untuk perbedaan diantara keempatnya adalah memiliki objek forma yang berbeda satu sama lainnya dan objek forma ini juga sesuai dengan tinjauan masing- masing ilmu pengetahuan tersebut sehingga Sosiologi, Antropologi, Psikologi dan Psikologi Sosial mempunyai definisi sendiri-sendiri. Masyarakat dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat sehingga gejala-gejala sosial manusia paling tepat dipelajari dari penggabungan mempelajari individu, masyarakat dan kebudayaan. Ralph Liston, melukiskan dalam bukunya PSIKOLOGI PSIKOLOGI SOSIAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI 5
Culture and Personality Background bahwa individu dipelajari dalam Psikologi, masyarakat dipelajari dalam Sosiologi dan kebudayaan dipelajari dalam Antropologi. Oleh karena itu, mempelajari gejala sosial manusia haruslah menggabungkan ketiga ilmu tersebut dalam satu sudut tinjauan. Penggabungan ketiga ilmu pengetahuan tersebut adalah Psikologi Sosial. Karena Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala sosial manusia dalam hubungannya dengan situasi sosialnya. B. Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial Psikologi Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang tumbuh pada awal abad XIX, sehingga pertumbuhan Psikologi Sosial sangat dipengaruhi oleh ahli-ahli dari cabang ilmu sosial lainnya. Sejarah Psikologi Sosial mempunyai hubungan yang erat dengan aliran-aliran dalam Psikologi Sosial yang telah diterangkan pada bagian muka. Sejarah Psikologi Sosial akan mengungkap secara lebih rinci tentang sumbangan pemikiran ahli-ahli ilmu pengetahuan sosial di luar Psikologi Sosial sehingga pertumbuhan Psikologi Sosial menjadi ilmu pengetahuan tidak perlu diragukan. Sejarah perkembangan Psikologi Sosial dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yakni : 1. Ahli-ahli Perintis Psikologi Sosial a. Plato, Aristhoteles, Montesquieu Mereka adalah filsuf-filsuf sosial yang ajaran-ajarannya adalah bidang filsafat. Mereka membahas pula adanya kebiasaan, pembawaan, insting dan hubungan sosial yang ada dalam kehidupan manusia. Namun masih gagal mempelajari dengan lingkungan sosialnya. b. Steinbal dan Mozits Lazarus Mereka adalah ahli-ahli antropologi Jerman dan mereka memusatkan jiwa kelompok dan roh rakyat. Mereka percaya bahwa tiap-tiap individu mempunyai jiwa dan tiap-tiap kelompok juga memiliki jiwa tersendiri. c. Herbert Spencer Ajaran konsep kehidupan sosial dimana kehidupan sosial merupakan proses penyesuaian secara terus-menerus terhadap faktor-faktor eksternal.
6
d. Auguste Comte dan Emile Durkheim Masyarakat dan lembaga sosial di dalam kehidupan manusia menyadari bahwa jiwa individu dapat berkembang. Dan adanya wakil bersama dalam pemikiran individu dan tercermin dalam tingkah laku. 2. Ahli-ahli Pendiri Psikologi Sosial a. Gabriel Tarde Bahwa dasar proses sosial terletak pada kegiatan/aktivitas individu. Hal ini disebabkan karena elemen pokok peniruan adalah penemuan individu selama proses peniruan berlangsung. b. Gustave Le Bon Menyatakan bahwa ciri pokok dari proses histori pada massa adalah sugesti sehingga pada situasi massa kecakapan berfikir individu tenggelam dan individu dikuasai oleh ketidaksadarannya karena adanya proses sugesti. c. Edward A. Rooste Bahwa tingkah laku individu berhubungan dengan lingkungan dan masyarakatnya. Hal ini tampak pada adanya kesamaan tingkah laku individu-individu seperti cara berpakaian, kesamaan berfikir, ketidaksenangan yang bersifat umum dan tingkah laku panik yang dialami secara bersamaan. d. William Mac Dongall Bahwa sejumlah insting pada individu sebagai dasar kehidupan sosial dan interaksi sosial. Juga semua aktivitas sosial dan kekuatan dorongan individu berasal dari dalam diri individu dan berupa pembawaan.
Bab II Definisi Psikologi Sosial A. Definisi Psikologi Sosial Pertumbuhan dan perkembangan Psikologi Sosial yang berkaitan erat dengan sosiologi, antropologi dan psikologi, menyebabkan banyak definisi Psikologi Sosial yang diberikan oleh ahli-ahli ilmu pengetahuan. Akan tetapi, Psikologi Sosial yang merupakan ilmu pengetahuan sendiri juga memiliki definisi yang diberikan oleh Psikologi Sosial sendiri.
7
Definisi-definisi yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Mc. David dan Herani (1968) Psikologi Sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan individu lain, kelompok dan kebudayaan. 2. Oldentorff (1955) Psikologi Sosial adalah pengetahuan tentang tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. 3. Jones dan Gerard (1967) Psikologi Sosial adalah suatu bagian dari cabang Psikologi yang secara khusus memuat lapangan studi tentang tingkah laku individu sebagai sesuatu fungsi dari ransangan sosial. 4. Muzafer Sherif dan C.W Sherif (1956) Psikologi Sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku individu dalam hubungannya dengan rangsangan situsional. Dari definisi-definisi tersebut tentang Psikologi Sosial dapat dipahami pula bahwa tiap ruang lingkup Psikologi Sosial meliputi : 1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual Contoh : konsepsi, motivasi, belajar sosial, frustasi, mekanisme pertahanan 2. Studi tentang proses-proses individual bersama Contoh : sikap sosial, peranan sosial, situasi sosial, kelompok sosial, propaganda, kabar angin. 3. Studi tentang interaksi kelompok Contoh : komunikasi, interaksi sosial, kepemimpinan, tingkah laku massa, ketegangan internasional. B. Pendekatan pendekatan Psikologi Sosial Pendekatan-pendekatan dalam Psikologi Sosial bermaksud untuk menerapkan bagaimana tingkah laku sosial individu dapat dipelajari oleh individu yang bersangkutan. Dalam pendekatan ini dikemukakan pendapat sebagai berikut : 1. Pendekatan Menurut S. Stansfeld Sargend a. Pendekatan Sosiologis Adanya pengaruh kehidupan kelompok seperti kebiasaan, institusi dan tingkah laku sosial terhadap kepribadian Individu. Terbentuknya kepribadian individu menyebabkan individu yang bersangkutan memiliki 8
tingkah laku sosial sehingga menjadi makhluk sosial, artinya individu tersebut dapat berkomunikasi dengan individu lainnya. b. Pendekatan Psikologis Pendekatan ini dikemukakan oleh Floyd H. Allport yang mempunyai pendapat sebagai berikut : 1) Bahwa tingkah laku sosial individu hanya dapat dipelajari dari individu yang bersangkutan bukan dari lingkungan. 2) Tiap-tiap kelompok mempunyai jiwa kelompok yang berbeda dengan jiwa individu 3) Dasar tingkah laku sosial individu berasal dari prepostent reflexes yang artinya semacam insting yang telah diubah oleh pengaruh kondisi sosial. c. Pendekatan Intergratif 1) Dari Ahli Antropologi Kepribadian kebudayaan individu sangat dipengaruhi oleh pola kebudayaan di mana individu itu dibesarkan. Dalam kepribadian individu termasuk trait, emosi, dorongan, sikap dan kebiasaan, sedangkan tingkah laku sosial termasuk peran jenis kelamin, reaksi motorik sosial dan interaksi sosial. 2) Dari Ahli Psikoanalisa Adanya pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian yang menyimpang dari kebiasaan pada umumnya.Penyimpangan ini tampak pada tingkah laku individu yang berupa penyesuaian diri yang salah, sakit mental, selalu menentang dan neurosis. 3) Dari Ahli Teori Medan Setiap situasi sosial selalu mempengaruhi individu sehingga dalam situasi sosial tersebut yang penting bagaimana individu yang bersangkutan menanggapi dan menginterprestasikan situasi sosial serta berbuat sesuai dengan situasi sosialnya.
9
2. Pendekatan Menurut David O.Scars a. Pendekatan Psikologis 1) Naluri Konrad Lorenz berpendapat bahwa dorongan agresif didalam setiap diri individu ada sejak lahir dan tidak dapat dirubah. Dorongan ini sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individu. Sigmund freud berpendapat bahwa dorongan bawaan mengarahkan individu untuk melakukan aktivitas yang sifatnya merusak atau sebaliknya. 2) Perbedaan Genetik Setiap individu memiliki susunan genetik yang berbeda satu dengan yang lain. Dari perbedaan itu ternyata menimbulkan tingkah laku pada masing-masing individu. b. Pendekatan Belajar Pendekatan belajar ini menjadi dasar dari teori Bahaviorisme dalam upaya menerangkan dari mana tingkah laku individu itu berasal. c. Pendekatan Insentif Secara umum pendekatan insentif menerangkan bahwa individu berperilaku sebagai sesuatu hal yang ditentukan oleh insentif yang tersedia bagi bermacam-macam tindakannya. Pertimbangan adalah tingkah lakunya didasarkan pada keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari setiap perilakunya tersebut. Keuntungan dan kerugian inilah merupakan insentif (dorongan) seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan pada situasi yang sedang dihadapi. d. Pendekatan Kognitif Pendekatan kognitif menggambarkan bahwa seseorang individu bertingkah laku sangat bergantung pada cara individu tersebut mengenali situasi sosial. Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut untuk melaksanakan presepsi sosial yang baik, artinya bagaimana individu menanggapi, berfikiran dan berkeyakinan terhadap situasi sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang benar dan tepat.
10
Bab III Metode Penelitian Psikologi Sosial
A. Latar Belakang Penelitian Psikologi Sosial Salah satu ciri utama psikologi sosial adalah komitmennya pada metodologi ilmiah. Psikologi sosial adalah ilmu empiris. Ini berarti bahwa para psikolog sosial menggunakan metode sistematis untuk mengumpulkan informasi tentang kehidupan sosial dan untuk menguji kegunaan suatu teori. Terkadang riset mengonfirmasikan pandangan umum tentang kehidupan sosial, terkadang tidak. Mengapa observasi informal atas kehidupan sosial terkadang membawa kita pada kesimpulan yang salah? Terkadang kita keliru menafsirkan apa-apa yang terjadi atau kadang kita punya bias dan prasangka dan kita melihat sesuatu sebagaimana yang kita inginkan, bukan sebagaimana adanya. Para psikolog juga dikritik karena sering menggunakan mahasiswa kelas menengah sebagai subjek riset- kelompok yang tidak mewakili masyarakat secara keseluruhan. Namun, riset ilmiah ini memilih untuk terus berusaha untuk mengidentifikasi dan mengurangi bias itu. Riset psikologi sosial mempunyai empat tujuan umum: 1. Deskripsi Salah satu tujuan utama adalah memberi deskripsi yang cermat dan sistematis tentang perilaku sosial agar psikolog sosial bisa membuat generalisasi yang reliabel tentang bagaimana orang bertindak di berbagai setting sosial. 2. Analisis Kausal Banyak riset di bidang psikologi bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat. 3. Penyusunan Teori Tujuan ketiga adalah menyusun teori perilaku sosial yang membantu psikolog memahami alasan dari perilaku seseorang. 4. Aplikasi Pengetahuan psikologi sosial dapat diaplikasikan untuk memecahkan problem sosial sehari-hari.
11
B. Memilih Partisipan Dalam Penelitian Psikologi Sosial Setiap individu mempunyai tingkah-tingkah laku individual, seperti tanggapan, berpikir, perasaan dan mempunyai tingkah laku sosial seperti kerja sama, konflik, kebiasaan sosial, aktivitas-aktivitas sosial. Psikologi sosial memusatkan pada tingkah laku sosial dari individu yang tampak dalam situasi sosial yang dialami bersama individu lain. Para ahli psikologi sosial berupaya menggunakan beberapa metode untuk memahami tingkah laku sosial dari individu dan pada akhirnya dapat dipahami bahwa individu yang bersangkutan dapat digolongkan menjadi makhluk sosial, artinya individu yang dapat hidup dan berkegiatan bersama dengan individu yang lain. Dalam penelitian psikologi sosial, berawal dari bagaimana periset menentukan siapa yang akan diteliti? Salah satu titik awalnya adalah mempelajari tentang orang yang mengambil kesimpulan. Ini dinamakan sampel respresentatif. Cara terbaik untuk memastikan keterwakilan adalah mempelajari sampel acak dari populasi. Dalam istilah formal, random sample (sample acak mewakili populasi yang akan diteliti) berarti setiap orang dalam satu populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam studi. Hukum probabilitas memastikan bahwa sampel acak dalam jumlah besar akan hampir selalu bisa mewakili populasi dalam batas kesalahan (margin of error). Kebanyakan psikolog sosial ingin agar hasil risetnya berlaku untuk orang secara umum. Namun, sulit dan amat mahal jika harus mempelajari sampel dari populasi umum seperti itu. Jadi, psikolog sosial harus mempertimbangkan aspek praktis dan tujuan pengumpulan data yang dapat digeneralisasikan untuk orang- orang di luar subjek yang diteliti. Kebutuhan sampel yang representatif akan tergantung pada pertanyaan yang diajukan. Dalam beberapa riset pengujian teori dasar, keterwakilan sampel mungkin tidak begitu panjang. C. Metode Pengumpulan Data Langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengumpulan data, ada beberapa metode yang digunakan oleh para ahli psikologi sosial adalah :
12
1. Metode Intropeksi E. B. Fitchener menyebutkan bahwa interospeksi adalah seseorang individu melihat kedalam dirinya dan melaporkan apa yang dialami sekarang dan pengalaman masa lampaunya seperti melihat perasaan, sikap, reaksi yang ada, harapan, keinginan dan kesenangannya. Apa yang dialami dan pengalaman masa lampau dari individu sangat bersifat pribadi sehingga seseorang ahli Psikologi Sosial sering mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hal-hal tersebut secara akurat karena data yang diperoleh sangat tergantung dari apa yang ditanyakan. Dalam pratik metode interospeksi suit dilaksanakan guna memperoleh data yang akurat. Oleh karena itu, Charles H. Coaley menggunakan istilah lain untuk introspeksi tersebut dengan symathetic penetration yang artinya metode digunakan untuk mengumpulkan data melalui proses belajar dari penyelidik terhadap dirinya sendiri melalui empat dan kemudian penyelidik menerapkan pada individu lain sebagai objek penyelidikannya untuk memperoleh data yang diperlukan. Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah : a. Keterbatasan pengalaman penyelidikan dan kekurang sempurnaan penyelidik untuk mengungkapkan apa yang dialami dan pengalaman masa lampau dari individu lain sebagai objek b. Kemungkinan banyak pengalaman masa lampau yang dilupakan sehingga data tidak lengkap c. Ada pengalaman-pengalaman yang tidak diungkapkan oleh sasaran karena hal tersebut merupakan pengalaman yang bersifat traumatis seperti pengalaman patah hati d. Keengganan sasaran menyebutkan pengalamannya karena ada rasa malu, seperti dimarahi oleh gurunya e. Pengungkapan pengalaman yang tidak sistematis atau sepenggal-sepenggal dari sasaran sehingga data sukar disusun secara runtut dan lengkap Keuntungan dalam penggunaan metode ini adalah : a. Pengalaman yang diungkapkan oleh sasaran tidak banyak dipengaruhi oleh pihak luar b. Penyelidik dianggap sebagai orang untuk menampakan perasaan oleh seseorang sehingga data dapat diungkap secara terperinci 13
c. Penyelidik setiap saat dapat mengungkapkan data yang diperlukan sehingga data dapat lengkap dan terperinci d. Penyelidik dapat menggunakan kesempatan dalam pengumpulan data untuk memberikan terapi/ jalan keluat dari masalah yang mungkin dialami sasaran. 2. Metode Observasi Metode obsevasi adalah cara pengumpulan data dalam rangka penyelidikan terhadap tingkah laku sosial dalam situasi sosial yang wajar. (Suprijono T.P., 1969). Metode observasi ini dapat dilakukan oleh penyelidik terhadap tingkah laku sosialnya dari seseorang individu dan dapat juga tingkah laku sosialnya disuatu kelompok. Macam-macam metode observasi antara lain : a. Uncontrolled Observation (Observasi tidak terkontrol) Yang dimaksud adalah observasi yang tidak sistematis, tidak mewakili, kurang waktu dalam beraneka ragam situasi sehingga simpulan yang diambil berdasarkan kebiasaan tanpa data yang akurat. (S.S. Sagent,1968). Bagaimanapun juga metode observasi ini lebih baik dari pada metode sebelumnya karena metode ini dapat dikontrol oleh metode lainnya sehingga simpulan yang dihasilkan tidak selalu salah. b. Systematyc Observation (Observasi sistematis) Observasi sistematis memiliki cara dalam pengumpulan data dengan menggunakan tahap-tahap yang bersifat ilmiah yaitu pengambilan sampel yang mewakili, penyelidik memperoleh latihan mengobservasi dan informasi atau data yang diperoleh bersifat lebih objektif. Salah satu bentuk observasi sistematis ini adalah tehnik pengembangan dan kasus sejarah. Teknik ini digunakan di California Growth Study di mana siswa diharuskan menuliskan riwayat hidup mereka sejak lahir sampai usia 20 tahun. Teknik tersebut dapat digunakan psikiater untuk memberi pengobatan terhadap masalah siswa, atau ketidaksenangan siswa atau mengetahui pengalaman dan kemampuan siswa sehingga para siswa memperoleh bimbingan terarah. 3. Metode Interview / Wawancara Gordon W.Allport berjasa dalam mengungkapkan metode ini seperti dikatakan : If individu want ti know how people feel, what they experience and 14
what they remember, what they emotion and motive are like and the reasons for acting as they do why not ask them? Metode ini adalah cara untuk mengumpulkan data yang meliputi perasaan, pengalaman, apa yang diingat, dorongan dan alasan bertingkah laku dari individu. Macam-macam metode wawancara adalah : a. Ditinjau dari segi sasaran 1) Wawancara perorangan, artinya wawancara yang dilaksanakan terhadap sasaran seorang individu 2) Wawancara kelompok, artinya wawancara yang dikenakan terhadap sejumlah individu secara bersama-sama. b. Ditinjau dari bidang/bahan wawancara 1) Wawancara kejahatan 2) Wawancara pendidikan 3) Wawancara politik 4) Wawancara keagamaan 5) Wawancara kebudayaan c. Ditinjau dari intensitas wawancara 1) Wawancara sesaat, artinya wawancara yang dilakukan hanya menggunakan waktu yang sedikit. Misal wawancara dengan pejabat. 2) Wawancara mendalam/debat interview, artinya wawancara yang dilakukan berulang kali dan secara terperinci. Misal,wawancara dengan anggota provost d. Ditinjau dari segi wawancara 1) Wawancara bebas, artinya si pewawancara bebas melakukan wawancara pada sasaran tanpa ada acuan yang digunakan. 2) Wawancara bebas terpimpin, artinya pewawancara dapat bebas dalam bertanya, tetapi materi telah digariskan terlebih dahulu. Adapun keuntungan penggunaan metode wawancara adalah sebagai berikut : a. Pewawancara dapat berhadapan langsung dengan sasaran sehinga ia tahu apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh sasaran. b. Pewawancara memperoleh data yang objektif , akurat dan lengkap. 15
c. Wawancara dapat berlangsung dengan baik dan lancar karena pewawancara dapat merundingkan pelaksanaan wawancara dan sasaran. d. Pewawancara dapat menjalin hubungan yang baik dengan sasaran sehingga kondisi ini dapat membantu dalam pengumpulan data. e. Pewawancara dapat mengecek kekurangan atau ketidakberesan data yang diperoleh dari metode lain. Selain itu metode ini juga memiliki kelemahan yaitu : a. Mungkin ada data yang dikumpulkan dari sasaran sehingga wawancara membutuhkan waktu yang lama b. Sikap pewawancara sangat menentukan terhadap jalannya wawancara sehingga pewawancara perlu laihan atau bantuan seorang ahli c. Sulit mengetahui data yang objektif dari metode wawancara sehingga metode ini perlu dibantu oleh metode lain. 4. Metode Angket Metode angket adalah cara pengumpulan data tentang pendapat atau sikap seseorang terhadap situasi, benda atau individu lain dalam bentuk tertulis. Macam-macam metode angket antara lain : a. Ditinjau dari bidangnya 1) Metode angket umum, artinya metode angket untuk memperoleh data yang bersifat umum/luas. 2) Metode angket leluasa, artinya metode angket untuk memperoleh data yang bersifat leluasa. b. Ditinjau dari cara menjawab 1) Angket terbuka, artinya responden dapat memberikan jawaban yang seluas-luasnya terhadap pertanyaan tertulis yang diajukan kepadanya. 2) Angket tertutup, artinya responden dapat menjawab pertanyaan tertulis yang diajukan kepadanya berdasarkan rambu-rambut atau alternatif jawaban yang disediakan. Angket tertutup dibagi menjadi: (a) Angket bentuk terbatas, artinya responden dapat menjawab pertanyaan berdasarkan kolom jawaban yang disediakan. 16
(b) Angket bentuk pilihan, artinya responden dapat menjawab pertanyaan tertulis berdasarkan salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Dalam metode ini juga memiliki keuntungan penggunaan metode angket : a. Jawaban respoden lebih objektif karena korespoden kurang memperoleh pengaruh pihak luar. b. Data dapat diperoleh secara sistematis karena pertanyaan dapat disusun lebih dahulu. c. Responden memperoleh kesempatan berfikir secara leluasa sehingga jawaban responden lebih masak dan mendalam. d. Responden mempunyai keberanian menjawab pertanyaan karena angket biasanya bersifat anonim. Selain itu metode angket juga memiliki beberapa kelemahan yaitu : a. Ada kemungkinan respoden tidak mengirim angket tersebut sehingga keadaan ini dapat mengurangi representif sampel yang diambil b. Bila ada pertanyaan yang kurang jelas bagi koresponden maka koresponden tidak bisa memberi jawaban karena responden tidak dapat menanyakan ketidakjelasan pertanyaan tersebut. c. Pengisian angket tidak bisa dikontrol sehingga ada kemungkinan pengisian angket dilakukan oleh orang lain. d. Apabila jawaban angket tidak jelas maka penyelidik membutuhkan waktu lama untuk memperbaiki jawaban tersebut. 5. Metode Korelasional Dalam studi korelasional, periset secara cermat mengamati dan mencatat hubungan antara dua atau lebih faktor, yang istilah teknisnya disebut variabel. Riset korelasional mencari tahu apakah ada asosiasi atau hubungan antarvariabel itu. Secara spesifik, saat nilai variabel A tinggi, apakah variabel B juga tinggi (korelasi negatif), atau apakah nilai variabel B tidak ada kaitannya dengan variabel A (tidak ada korelasi). Ada beberapa kelebihan desain korelasional adalah : a. Desain ini memampukan periset untuk meneliti problem dimana intervensi tidak dimungkinkan. 17
b. Riset korelasional adalah efisiensinya. Metode ini memungkinkan periset mengumpulkan lebih banyak informasi dan menguji lebih banyak hubungan ketimbang studi eksperiman. Sedangkan kelemahan utama dari metode ini adalah riset ini tidak dapat memberikan bukti yang jelas tentang hubungan sebab-akibat. Dalam studi korelasional, hubungan sebab-akibat bisa bersifat ambigu. Reserve-causality problem (Dalam riset arah kausalitas tidak pasti) terjadi ketika dua variabel saling berkorelasi, namun kedua variabel bisa sama-sama menjadi penyebab dan menjadi akibat. Ambigu lain adalah kemungkinan bahwa variabel A atau B tidak saling mempengaruhi secara langsung. Barangkali ada faktor lain yang mempengaruhi kedua faktor itu. Masalah ini dinamakan third-variable problem (problem varibel ketiga). Dua ambigu ini sering tetapi tidak selalu menjadi problem dalam studi korelasional. Terkadang psikolog dapat bebas dari problem kausalitas terbalik. Problem variabel ketiga tidak selalu menyulitkan, sebab periset terkadang bisa mencari tahu apakah ada variabel ketiga yang berperan. Tentu saja, prosedur tidak sepenuhnya bisa mengeliminasi problem variabel ketiga. Beberapa variabel ketiga lainnya (yang sesungguhnya keempat) dapat eksis dan belum dimasukkan periset. Proses ini sepertinya akan terus berlanjut. Tetapi pada titik tertentu ia akan berakhir, sebab periset tidak lagi bisa menemukan variabel ketiga lain yang masuk akal bukan karena tidak ada lagi variabel ketiga, tetapi karena untuk sementara waktu, periset menerima korelasi itu sebagai sesuatu yang mencerminkan hubungan sebab akibat. Pada akhirnya, akan ada orang lain yang memikirkan variabel lain yang akan diteliti. 6. Metode Eksperimen S.Stansfeld Sargent memberikan definisi metode eksperimen adalah to have set stage so whatever happen can be interpretated meaningfully (menyusun menerangkan langkah-langkah sedemikian rupa sehingga apa pun yang terjadi dapat dilaporkan secara bermakna). David O.Scars menyebutkan eksperimen adalah pengumpulan data melalui data melalui pengukuran dua atau lebih kondisi yang berbeda dalam kasus khusus, kemudian menugaskan individu untuk merasakan kondisi yang 18
berlainan tersebut dan mengukur perilaku setiap individu yang ada dalam kondisi tersebut. Eksperimen adalah intervensi. Periset meletakkan orang dalam situasi yang terkontrol dan menilai bagaimana mereka bereaksi.(Aronson,Wilson,& Brewer, 1998). Dalam sebuah eksperimen, periset menciptakan dua (atau lebih kondisi) yang berbeda secara jelas. Individu secara acak dimasukan ke dalam salah satu dari kondisi yang berbeda-beda itu dan kemudian reaksi mereka diukur. Keunggulan metode eksperimen ini adalah bisa bebas dari ambiguitas kausalitas seperti yang terjadi dalam studi korelasional. Eksperimen secara acak menempatkan orang dalam kondisi yang berbeda untuk melihat apakah ada perbedaan respon mereka. Jika eksperimen dilakukan dengan benar, setiap perbedaan respons diantara dua kondisi pasti disebabkan oleh kondisi itu, dalam istilah yang lebih formal, faktor yang dikontrol oleh periset (penyebab) dinamakan independent variable (variabel bebas yang dimanipulasi), sebab ditentukan oleh periset. Sedangkan variabel terikat adalah jumlah setrum yang diberikan subjek kepada orang lain. Eksperimen memberikan bukti yang jelas bahwa perbedaan pada variabel terikat disebabkan oleh perbedaan variabel bebas. Dalam riset eksperimental, perhatian banyak diberikan pada penciptaan variabel bebas dan terikat. Psikolog biasanya memulai dengan definisi abstrak atau konsep variabel tertentu. Periset kemudian berangkat dari definisi konseptual umum ke operational defininition,yang pengertiannya adalah prosedur atau operasi spesifik yang digunakan untuk memanipulasi atau mengukur variabel dalam eksperimen. Random assigment (penetapan acak) suatu subjek ke kondisi tertentu adalah penting sebab hal ini berarti bahwa perbedaan antara subjek dalam semua kondisi adalah karena kebetulan. Jika subjek dalam setiap kelompok berbeda dalam beberapa hal secara sistematis sebelum percobaan, periset tidak bisa menginterprestasikan perbedaan yang muncul kemudian sebagai perbedaan karena kondisi eksperimental. Adapun Keuntungan pada metode eksperimen ini adalah: a. Metode ini dapat mencegah munculnya kesalahan secara berkepanjangan 19
b. Dalam eksperimen, seorang periset dapat mempelajari praktik suatu gejala yang diselidiki pada saat tertentu. c. Dalam eksperimen, seseorang tidak hanya dapat memperhitungkan tujuan, tetapi juga dapat menghitung bagian-bagian pelaksanaan secara cermat. Sedangkan kelemahan dari metode ini antara lain adalah : a. Penggunaan skala atau tes dalam eksperimen menimbulkan kebimbangan sehingga tes tersebut belum tentu akurat. b. Pengaruh yang ditimbulkan oleh gejala yang disebabkan pada individu dapat bermacam-macam. c. Pengambilan sikap respodensi dapat dipengaruhi tingkat berpikir yang bersangkutan. d. Harapan respoden sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang bersangkutan dalam suatu eksperimen. 7. Metode Laboratorium Metode laboratorium dilakukan dalam situasi yang tidak biasanya dialami oleh partisipan riset. Kelebihan utama riset ini adalah dimungkinkannya kontrol atas situasi. Periset dapat merasakan yakin tentang apa yang terjadi pada setiap subjek. Periset kontrol juga punya kontrol lebih besar atas variabel terikat dan dapat mengukur hasil secara lebih tepat ketimbang periset lapangan. Karenanya Laborataorium adalah tempat yang paling ideal untuk mempelajari efek dari satu variabel terhadap variabel yang lainnya. Semua kelebihan ini dapat dinamakan validitas internal. Internal validity akan tinggi jika periset dapat yakin bahwa efek yang mereka amati dalam variabel terikat benar-benar disebabkan oleh variabel bebas yang mereka manipulasi dalam eksperimen bukan dari variabel yang tidak terkontrol. Kelebihan lain dari riset labotarium adalah kenyamanan dan biayanya. Biasanya lebih mudah dna murah bagi periset untuk melakukan studi di suatu ruangan daripada harus pergi ke tempat dimana orang bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. 8. Metode Lapangan Metode lapangan adalah meneliti perilaku dalam habitatnya alamiahnya. Dalam setting lapangan, biasanya sulit untuk menempatkan subjek dalam 20
kondisi secara acak untuk memastikan agar mereka semua mengalami hal yang sama dan untuk mendapatkan ukuran yang tepat atas variabel terikat. Secara khusus, sulit untuk mendesain manipulasi variabel bebas dan mendapatkan ukuran yang pasti atas variabel terikat. Periset harus mencari atau menata situasi yang menghasilkan perbedaan spesifik di antara kondisi- kondisi tersebut. Kelebihan paling jelas dari setting lapangan adalah setting itu lebih realitis dan karena hasilnya mungkin bisa digenerasikan ke situasi kehidupan riil. Ini dinamakan external validity (sejauh mana hasil dari studi bisa digeneralisasikan ke populasi dan setting berbeda) sehingga merefleksikan fakta bahwa hasilnya kemungkinan lebih valid dalam situasi di luar situasi riset itu (Campbell & Stanley,1963). Validitas eksternal akan lebih tinggi apabila hasil studi dapat digeneralisasikan untuk setting dan populasi lain. Kelebihan lain dari studi lapangan adalah periset terkadang bertemu dengan variabel dan situasi yang sangat kuat yang tidak bisa dipelajari di laboratorium. Periset dalam mengamati orang dalam situasi ekstrem. Karena lapangan berkaitan dengan kehidupan riil, ia cenderung lebih dipercaya oleh subjeknya. Respons mereka akan lebih spontan dan tidak terlalu mengandung bias. D. Bias dalam Riset Semua ilmuan mengkhawatirkan bias dalam riset mereka. Ada 2 macam bias yang mengganggu dalam psikologi sosial, yaitu : 1. Bias Eksperimenter Partisipan riset sangat rentan dipengaruhi oleh periset. Jika eksperimenter mengisyaratkan atau secara sadar/tidak bahwa dia ingin agar subjek merespon dengan cara tertentu maka ada tendensi partisipan akan merespons dengan cara tersebut. Ada 2 solusi masalah eksperimenter. Pertama, membuat orang yang melakukan riset tidak mengetahi hipotesis atau tentang kondisi eksperimental bagi subjek tertentu. Sedangkan solusi kedua adalah menstandarisasi situasi jika dimungkinkan. Jika segala sesuatu distandarisasi dan tidak ada perbedaan antara kondisi selain kondisi yang sengaja itu, maka tidak 21
akan ada bisa. Dalam kasus ekstrem, subjek mungkin datang ke tempat eksperime dan memberi perintah. 2. Bias Subjek Sumber bias lainnya berasal dari motif dan tujuan subjek saat ikut menjadi partisipan riset. Demand characteristic adalah ciri yang muncul dalam sebuah riset karena fakta bahwa kegiatan ini adalah studi riset dan subjek tahu bahwa mereka menjadi bagian dari riset. (Aronson, Brewer, & Carlsmith,1985,h.454). Ide dasarnya adalah bahwa orang yang mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sangat mungkin untuk mengubah perilakunya. Subjek eksperimen mungkin berusaha mencari tahu apa tujuan dari eksperimen dan akan mengubah responnya berdasarkan dugaan mereka mengenai studi tersebut. Sebagus apapun desain studi yang sempurna namun memiliki keterbatasan sendiri. Dan periset tidak pernah bisa menguji seluruh populasi, jadi selalu ada margin kesalahan dalam generalisasi hasilnya. Karena setiap studi mengandung kekurangan, maka riset yang baik harus dapat direplikasi. Replikasi (mengulang studi lebih dari sekali) dalam bentuknya yang paling sederhana, berarti bahwa periset bisa memproduksi temuan orang lainjika mereka meniru metode risetnya. Intinya adalah periset harus hati-hati dalam menerima hasil dari sebuah studi tentang suatu topik. E. Etika dalam Psikologi Sosial Di dalam bidang psikologi, perhatian etika sering difokuskan pada penggunaan tipuan periset. Karena besar kemungkinan eksperimen itu menyebabkan partisipan merasa bersalah ketika menyakiti seseorang. Studi- studi yang menggunakan penipuan menimbulkan sejumlah masalah etis. American Psychological (APA) pertama kali mengembangkan kode etik riset psikologi pada 1972 dan merevisi pedoman etik itu jika isu baru muncul (APA,1992). Pemerintah mewajibkan setiap universitas dan institusi riset yang menerima dana pemerintah federal untuk membuat komite periset yang bertugas me-review semua proposal riset yang menggunakan subjek manusia. Subjek harus setuju tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam riset dan harus memahami partisipasi apa yang akan dijalaninya. Ini dinamakan informed consent (persetujuan dengan sepengetahuan). Periset berkewajiban memberi 22
tahu calon subjek semua hal tentang studi sebelum meminta mereka berpartisipasi. Setelah studi berakhir, subjek harus diberi penjelasan. Debriefing (menjelaskan tujuan dan prosedur riset kepada partisipan) berarti menjelaskan secara mendetail tujuan dan prosedur riset. Pedoman etika ketiga adalah meminimalkan resiko potensial. Minimal risk setiap kemungkinan resiko dalam berpartisipasi dalam riset tidak boleh lebih besar ketimbang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. berarti Salah satu resiko terpenting adalah privasi. Hak privasi individu harus dihormati dan dihargai.
Bab IV Penutup Kesimpulan Psikologi sosial merupakan studi ilmiah terhadap bagaimana orang berfikir, mempengaruhi dan berhubungan dengan orang lain. Perilaku manusia dari observasi dan pengalaman sehari-hari diperlukan riset sistematis untuk menguji intuisi mana yang benar dan mana yang salah. Untuk itu dalam mengukur validitas suatu penelitan tentang psikologi sosial diperlukan beberapa metode pengumpulan data. Selain itu, dalam proses pengambilan data pentingnya etika riset untuk melindungi kesejahteraan subjek dan menghormati privasinya. Pedoman terbaru lebih menekan kan pada informed consent dan minimal risk.
23
Daftar Pustaka Santoso, Dr.Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT.Refika Aditama. Robert M. Kaplan, Dennis P. Saccuzzo. 2012. Pengukuran Psikologi : Prinsip, Penerapan, dan Isu. Jakarta : Salemba Humanika. http://www.elsevier.com/journals/journal-of-experimental-child-psychology/0022- 0965?generatepdf=true http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/25/15
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita
Albert Bandura dan faktor efikasi diri: Sebuah perjalanan ke dalam psikologi potensi manusia melalui pemahaman dan pengembangan efikasi diri dan harga diri