VERCU BUANA
DISUSUN OLEH:
46112120004
FALXULTAS PS INOLOGI
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini dapat
saya susun meskipun mengalami keterlambatan karena adanya tugas dinas dari
kantor yang tidak mungkin saya tinggalkan sehingga mengakibatkan terhambatnya
pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ 2
Daftar lsi.......................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan....................................................................................................4
A. Kedudukan Psikologi Sosial.........................................................................4
B. Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial....................................................5
Bab II Definisi Psikologi Sosial..............................................................................6
A. Defnisi Psikologi Sosial............................................................................6
B. Pendekatan-pendekatan Psikologi Sosial.....................................................7
Bab III Metode Penelitian Peikologi Sosial..........................................................9
A. Latar Belakang Penelitian Psikologi Sosial.................................................9
B. Memilih Pañsipan Dalam Penelitian Psikologi Sosial................................11
C. Metode Pengumpulan Data......................................................................12
D. Bias Dalam Riset.......................................................................................20
E. Etika Dalam Psikologi Sosial....................................................................21
Bab IV Penutup.....................................................................................................PP
Kesimpulan................................................................................................... 22
Daflar Pustaka............................................................................................... 23
3
Bab I
Pendahuluan
ANTROPOLO
GI
PSI KOLOGI
SOSIAL
5
d. Auguste Comte dan Emile Durkheim
Masyarakat dan lembaga sosial di dalam kehidupan manusia menyadari
bahwa jiwa individu dapat berkembang. Dan adanya wakil bersama
dalam pemikiran individu dan tercermin dalam tingkah laku.
2. Ahf -ahli Perdiri Psikologi Sosial
a. Gabriel Tarde
Bahwa dasar proses sosial terletak pada kegiatan/aktivitas individu. Hal
ini disebabkan karena elemen pokok peniruan adalah penemuan individu
selama proses peniruan berlangsung.
b. Gustave Le Bon
Menyatakan bahwa ciri pokok dari proses histori pada massa adalah
sugesti sehingga pada situasi massa kecakapan bedkir individu
tenggelam dan individu dikuasai oleh ketidaksadarannya karena adanya
proses sugesti.
c. Edward A. Rooste
Bahwa tingkah laku individu berhubungan dengan lingkungan dan
masyarakatnya. Hal ini tampak pada adanya kesamaan tingkah laku
individu-individu seperti cara berpakaian, kesamaan beñkir,
ketidaksenangan yang bersifat umum dan tingkah laku panik yang dialami
secara bersamaan.
d. William Mac Dongall
Bahwa sejumlah inkling pada individu sebagai dasar kehidupan sosial
dan interaksi sosial. Juga semua aktivitas sosial dan kekuatan dorongan
individu berasal dari dalam diri individu dan berupa pembawaan.
Bab II
Defnisi Psikologi Sosial
A. Defnisi Psikologi Sosial
Pertumbuhan dan perkembangan Psikologi Sosial yang berkaitan erat dengan
sosiologi, antropologi dan psikologi, menyebabkan banyak def nisi Psikologi Sosial
yang diberikan oleh ahli -ahli ilmu pengetahuan. Akan tetapi, Psikologi Sosial yang
merupakan ilmu pengetahuan sendiri juga memiliki defnisi yang diberikan oleh
Psikobgi Sosial sendiri.
6
Detinisi -definisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Mc. David dan Herani (1968)
Psikologi Sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku
individu dalam hubungannya dengan individu Iain, kelompok dan
kebudayaan.
2. Oldentorff (1955)
Psikologi Sosial adalah pengetahuan tentang tingkah laku individu dalam
hubungannya dengan situasi sosial.
3. Jones dan Gerard (1967)
Psikologi Sosial adalah suatu bagian dari cabang Psikologi yang secara
khusus memuat lapangan studi tentang tingkah laku individu sebagai sesuatu
kngsi dari ransangan sosial.
4. Muzafer Sherif dan C.W Sherif (1956)
Psikologi Sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah laku
individu dalam hubungannya dengan rangsangan situsional.
Dari defnisi -delnisi tersebut tewang Psikologi Sosial dapat dipahami pula
bahwa tiap ruang lingkup Psikologi Sosial meliputi :
1. Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual
Contoh : korisepsi, motivasi, belajar sosial, frustasi, mekanisme pertahanan
2. Studi tentang proses-proses individual bersama
Contoh : sikap sosial, peranan sosial, situasi sosial, kelompok sosial,
propaganda, kabar angin.
3. Studi tentang interaksi kelompok
Contoh : komunikasi, interaksi sosial, kepemimpinan, tingkah laku massa,
ketegangan iwemasional.
B. Pendekatan pendekatan Psikologi Sosial
Pendekatan-pendekatan dalam Psikologi Sosial bermaksud untuk menerapkan
bagaimana tingkah laku sosial individu dapat dipelajari oleh individu yang
bersangkutan. Dalam pendekatan ini dikemukakan pendapat sebagai berikut :
1. Pendekatan Menurut S. Stansleld Sargent
a. Pendekatan Sosiologis
Adanya pengaruh kehidupan kelompok seperti kebiasaan, institusi dan
tingkah laku sosial terhadap kepribadian Individu. Terbentuknya
kepribadian individu menyebabkan individu yang bersangkutan memiliki
7
tingkah laku sosial sehingga menjadi makhluk sosial, artinya individu
tersebut dapat berkomunikasi dengan individu lainnya.
b. Pendekatan Psikologis
Perdekatan ini dikemukakan oleh Floyd H. Allport yang mempunyai
pendapat sebagai berikut :
1) Bahwa tingkah laku sosial individu hanya dapat dipelajari dari individu
yang bersangkulan bukan dari lingkungan.
2) Tiap-tiap kelompok mempunyai jiwa kelompok yang berbeda dengan
jiwa individu
3) Dasar tingkah laku sosial individu berasal dari prepostent reflexes
yang artinya semacam insting yang telah diubah oleh pengaruh
kondisi sosial.
C. Pendekatan lntergratif
1) Dari Ahli Antropologi
Kepribadian kebudayaan individu sangat dipengaruhi oleh pola
kebudayaan di mana individu itu dibesarkan. Dalam kepribadian
individu termasuk trait, emosi, dorongan, sikap dan kebiasaan,
sedangkan tingkah laku sosial termasuk peran jenis kelamin, reaksi
motorik sosial dan interaksi sosial.
2) Dari Ahli Psikoanalisa
Adanya pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian yang
menyimpang dari kebiasaan pada umumnya.Penyimpangan ini
lampak pada tingkah laku individu yang berupa penyesuaian diri yang
salah, sakit mental, selalu menentang dan neurosis.
3) Dari Ahli Teori Medan
Setiap situasi sosial selalu mempengaruhi individu sehingga dalam
situasi sosial tersebut yang peeing bagaimana individu yang
bersangkutan menanggapi dan menginterprestasikan situasi sosial
serta berbuat sesuai dengan situasi sosialnya.
8
2. Pendekatan Menurut David O.Scars
a. Pendekatan Psikolog is
1) Naluri
Konrad Lorenz berpendapat bahwa dorongan agresif didalam setiap
diri individu ada sejak lahir dan tidak dapat dirubah. Dorongan ini
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku individu.
Sigmund Freud berpendapat bahwa dorongan bawaan mengarahkan
individu untuk melakukan aktivitas yang sifatnya merusak atau
sebaliknya.
2) Perbedaan Genetik
Setiap individu memiliki susunan genetik yang berbeda satu dengan
yang Iain. Dari perbedaan itu ternyata menimbulkan tingkah laku pada
masing-masing individu.
b. Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar ini menjadi dasar dari teori Bahaviorisme dalam
upaya menerangkan dari mana tingkah laku individu itu berasal.
C. Pendekatan Insenti]
Secara umum pendekatan insentif menerangkan bahwa individu
berperilaku sebagai sesuatu hal yang ditentukan oleh irisentif yang
tersedia bagi bermacam-macam tirdakannya. Pertimbangan adalah
tingkah lakunya didasarkan pada keuntungan dan kerugian yang
diperoleh dari setiap perilakunya tersebut. Keuntungan dan kerugian
inilah merupakan insell (dorongan) seseorang untuk melakukan
sesuatu kegiatan pada situasi yang sedang dihadapi.
d. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif menggambarkan bahwa seseorang individu
bertingkah laku sangat bergantung pada cara individu tersebut mengenali
situasi sosial. Dalam pengamatan terhadap situasi sosial, individu dituntut
untuk melaksanakan presepsi sosial yang baik, añnya bagaimana
individu menanggapi, bed kiran dan berkeyakinan terhadap situasi
sosialnya sehingga individu tersebut dapat mengambil tingkah laku yang
benar dan tepat.
Bab III
Metode Penelitian Psikologi Sosial
1
B. Memilih Parlisipan Dalam Penelitian Psikologi Sosial
Setiap individu mempunyai tingkah-tingkah laku individual, seperti
tanggapan, berpikir, perasaan dan mempunyai tingkah laku sosial seperti kerja
sama, korñik, kebiasaan sosial, aktivitas-ak vitas sosial. Psikologi sosial
memusatkan pada tingkah laku sosial dari individu yang tampak dalam
situasi sosial yang dialami bersama individu lain.
Para ahli psikologi sosial berupaya menggunakan beberapa metode untuk
memahami tingkah laku sosial dari individu dan pada akhimya dapat dipahami
bahwa individu yang bersangkutan dapat digolongkan menjadi makhluk sosial,
añnya individu yang dapat hidup dan berkegiatan bersama dengan individu
yang lain.
Dalam penelitian psikologi sosial, berawal dari bagaimana peri set
menentukan siapa yang akan diteliti? Salah satu titik awalnya adalah
mempelajari tentang orang yang mengambil kesimpulan. Ini dinamakan sampel
respresentatif.
Cara terbaik untuk memastikan keterwakilan adalah mempelajari sampel
acak dari populasi. Dalam istilah formal, random sample {sample acak mewakili
populasi yang akan diteliti) berañ setiap orang dalam satu populasi memiliki
peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam studi. Hukum probabilitas
memastikan bahwa sampel acak dalam jumlah besar akan hampir selalu bisa
mewakili populasi dalam batas kesalahan (margin of error).
Kebanyakan psikolog sosial ingin agar hasil risetnya berlaku untuk orang
secara umum. Namun, sulit dan amat mahal jika harus mempelajari sampel dari
populasi umum seperti itu. Jadi, psikolog sosial harus mempeñmbangkan aspek
praktis dan tujuan pengumpulan data yang dapat digeneralisasikan untuk orang -
orang di luar subjek yang ditelili.
Kebutuhan sampel yang representatif akan tergantung pada pertanyaan
yang diajukan. Dalam beberapa riset pengujian teori dasar, keterwakilan sampel
mungkin tidak begitu panjang.
C. Metode Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya adalah menentukan teknik pengumpulan data, ada
beberapa metode yang digunakan oleh para ahli psikologi sosial adalah :
1
1. Metode lntropeksi
E. B. Fitchener menyebutkan bahwa interospeksi adalah seseorang
individu melihat kedalam dirinya dan melaporkan apa yang dialami sekarang
dan pengalaman masa lampaunya seperti melihat perasaan, sikap, reaksi
yang ada, harapan, keinginan dan kesenangannya. Apa yang dialami dan
pengalaman masa lampau dari individu sangat bersifat pribadi sehingga
seseorang ahli Psikologi Sosial sering mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan hal-hal tersebut secara akurat karena data yang diperoleh
sangat tergantung dari apa yang ditanyakan.
Dalam pratik metode interospeksi suit dilaksanakan guna memperoleh
data yang akurat. Oleh karena itu, Charles H. Coaley menggunakan istilah
lain untuk introspeksi tersebut dengan symathetic penetration yang artinya
metode digunakan uwuk mengumpulkan data melalui proses belajar dari
penyelidik terhadap dirinya sendiri melalui empat dan kemudian penyelidik
menerapkan pada individu lain sebagai objek penyelidikannya untuk
memperoleh data yang diperlukan.
Kelemahan dalam penggunaan metode ini adalah :
a Keterbatasan pengalaman penyefdikan dan kekurang sempurnaan penyelidik
untuk mengungkapkan apa yang dialami dan pengalaman masa lampau dari
individu Iain sebagai objek
b. Kemungkinan banyak pengalaman masa lampau yang dilupakan sehingg a
data tidak lengkap
C. Ada pengalaman-pengalaman yang tidak diungkapkan oleh sasaran karena
hal tersebut merupakan pengalaman yang bersifat traumatis seperti
pengalaman patah hati
d. Keengganan sasaran menyebutkan pengalamannya karena ada rasa malu,
seperti dimarahi oleh gurunya
e Per›gur›gkapan pengalaman yar›g tidak sistematis atau seper›ggal-sepenggal
dari sasaran sehingga data sukar disusun secara runtut dan lengkap
Keuntur›gan dalam penggunaan metode ini adalah
a. Pengalaman yar›g diungkapkan oleh sasaran tidak banyak diper›garuhi oleh
pihak luar
b. Penyelidik dianggap sebagai orang untuk menampakan perasaan oleh
seseorang sehingga data dapat diur›gkap secara terperinci
1
c. Penyelidik setiap saat dapat mengungkapkan data yang diperlukan sehingga
data dapat lengkap dan terperinci
d. Penyelidik dapat menggunakan kesempatan dalam pengumpulan data untuk
memberikan terapi/ jalan keluat dari masalah yang mungkin dialami sasaran.
2. Metode Obsewasi
Metode obsevasi adalah cara pengumpulan data dalam rangka
penyelidikan terhadap tingkah laku sosial dalam situasi sosial yang wajar.
(Suprijono T.P., 1969). Metode obsewasi ini dapat dilakukan oleh penyelidik
terhadap tingkah laku sosialnya dari seseorang individu dan dapat juga
tingkah laku sosialnya disuatu kelompok.
Macam-macam metode obsewasi awara lain :
a. Uncontrolled Observation (Obsewasi tidak terkontrol)
Yang dimaksud adalah observasi yang tidak sistematis, tidak mewakili,
kurang waktu dalam beraneka ragam situasi sehingga simpulan yang
diambil berdasarkan kebiasaan tanpa data yang akurat. (S.S.
Sagent,1968).
Bagaimanapun juga metode observasi ini lebih baik dari pada metode
sebelumnya karena metode ini dapat dikontrol oleh metode lainnya sehingga
simpulan yang dihasilkan tidak selalu salah.
b. Systematic Observation (Obsewasi sistematis)
Obsewasi sistematis memiliki cara dalam pengumpulan data dengan
menggunakan tahap-tahap yang bersifat ilmiah yaitu pengambilan sampel
yang mewakili, penyelidik memperoleh latihan mengobsewasi dan informasi
atau data yang diperoleh bersifat lebih objektif.
Salah satu bentuk observasi sistematis ini adalah tehnik
pengembangan dan kasus sejarah. Teknik ini digunakan di California
GroMh Study di mana siswa diharuskan menuliskan riwayat hidup mereka
sejak lahir sampai usia 20 tahun. Teknik tersebut dapat digunakan psikiater
untuk memberi pengobatan terhadap masalah siswa, atau ketidaksenangan
siswa atau mengetahui pengalaman dan kemampuan siswa sehingga para
siswa memperoleh bimbingan terarah.
3. Metode Interview / Wawaricara
Gordon W.Allport berjasa dalam mengungkapkan metode ini seperti
dikatakan : "If individu want ti know how people feel, what they experience and
1
what they remember, what they emotion and motive are like and the reasons
for acting as they do why not ask them?
Metode ini adalah cara untuk mengumpulkan data yang meliputi perasaan,
pengalaman, apa yang diingat, dorongan dan alasan bertingkah laku dari
individu.
Macam-macam metode wawancara adalah :
a. Ditinjau dari segi sasaran
1) Wawancara perorangan, at nya wawancara yang dilaksanakan
terhadap sasaran seorang individu
2) Wawancara kelompok, añnya wawancara yar›g dikenakan terhadap
sejumlah individu secara bersama-sama.
b. Ditinjau dari bidang/bahan wawancara
1) Wawancara kejahatan
2) Wawancara pendidikan
3) Wawancara politik
4) Wawancara keagamaan
5) Wawancara kebudayaan
c. Ditinjau dari intensitas wawancara
1) Wawancara sesaat, artinya wawancara yang dilakukan hanya
menggunakan waktu yang sedikit. Misal wawancara dengan pejabat.
2) Wawancara mendalam/debat interview, artinya wawancara yang
dilakukan berulang kali dan secara terperirici. Misal,wawaricara
dengan anggota provost
d. Ditinjau dari segi wawancara
1) Wawancara bebas, artinya si pewawaricara bebas melakukan
wawancara pada sasaran tanpa ada acuan yang digunakan.
2) Wawancara bebas terpimpin, artinya pewawaricara dapat bebas
dalam benanya, tetapi materi telah digariskan terlebih dahulu.
Adapun keuntungan penggunaan metode wawancara adalah sebagai
berikut :
a. Pewawaricara dapat berhadapan langsung dengan sasaran sehinga ia
tahu apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh sasaran.
b. Pewawancara memperoleh data yang objekti] , akurat dan lengkap.
1
c. Wawancara dapat berlangsung dengan baik dan lancar karena
pewawaricara dapat merundingkan pelaksanaan wawancara dan
sasaran.
d. Pewawancara dapat menjalin hubungan yang baik dengan sasaran
sehingga kondisi ini dapat membantu dalam pengumpulan data.
e. Pewawaricara dapat mengecek kekurangan atau ketidakberesan data
yang diperoleh dari metode Iain.
1
{b) Angket bentuk pilihan, añnya responden dapat menjawab
pertanyaan tenulis berdasarkan salah satu altematif jawaban
yang disediakan.
Dalam metode ini juga memiliki keuntungan penggunaan metode angket :
a. Jawaban respoden lebih objektif karena korespoden kurang
memperoleh pengaruh pihak luar.
b. Data dapat diperoleh secara sistematis karena pertanyaan dapat
disusun lebih dahulu.
c. Responden memperoleh kesempatan berlikir secara leluasa sehingga
jawaban responden lebih masak dan mendalam.
d. Responden mempunyai keberanian menjawab pertanyaan karena
angket biasanya bersifal anonim.
1
b. Riset korelasional adalah efsiensinya. Metode ini memungkinkan
periset mengumpulkan lebih banyak idormasi dan menguji lebih banyak
hubungan ketimbang studi eksperiman.
Sedangkan kelemahan ulama dari metode ini adalah riset ini tidak dapat
memberikan bukti yang jelas tentang hubungan sebab-akibat. Dalam studi
korelasional, hubungan sebab-akibat bisa bersilat ambigu. Reserve-causality
problem (Dalam riset arah kausalitas tidak pasti) tejadi ketika dua variabel
saling berkorelasi, namun kedua variabel bisa sama-sama menjadi penyebab
dan menjadi akibat. Ambigu lain adalah kemungkinan bahwa variabel A atau B
tidak saling mempengaruhi secara langsung. Barangkali ada laktor lain yang
mempengaruhi kedua faktor itu. Masalah ini dinamakan third -variable problem
(problem varibel ketiga).
Dua ambigu ini sering tetapi tidak selalu menjadi problem dalam studi
korelasional. Terkadang psikolog dapat bebas dari problem kausalitas terbalik.
Problem variabel ketiga tidak selalu menyulitkan, sebab periset terkadang
bisa mencari tahu apakah ada variabel ketiga yang berperan. Tentu saja,
prosedur tidak sepenuhnya bisa mengeliminasi problem variabel ketiga.
Beberapa variabel ketiga lainnya (yang sesungguhnya keempat) dapat eksis
dan belum dimasukkan periset.
Proses ini sepertinya akan terus berlanjut. Tetapi pada titik tertentu ia akan
berakhir, sebab periset tidak lagi bisa menemukan variabel ketiga lain yang
masuk akal bukan karena tidak ada lagi variabel ketiga, tetapi karena untuk
sementara waktu, periset menerima korelasi itu sebagai sesuatu yang
mencerminkan hubungan sebab akibat. Pada akhimya, akan ada orang lain
yang memikirkan variabel lain yang akan diteliti.
6. Metode Eksperimen
S.Stansfeld Sargent memberikan definisi metode eksperimen adalah to
have set stage so whatever happen can be interpretated meaningfully
(menyusun menerangkan langkah-langkah sedemikian rupa sehingga apa pun
yang te§adi dapat dilaporkan secara bermakna).
David O.Scars menyebutkan eksperimen adalah pengumpulan data
melalui data melalui pengukuran dua atau lebih kondisi yang berbeda
dalam kasus khusus, kemudian menugaskan individu untuk merasakan
kondisi yang
1
berlainan tersebut dan mengukur perilaku setiap individu yar›g ada dalam
kondisi tersebut.
Eksperimen adalah intervensi. Periset meletakkan orar›g dalam situasi
yar›g terkontrol dan menilai bagaimana mereka bereaksi.(Aronson,Wilson,&
Brewer, 1998).
Dalam sebuah eksperimen, periset menciptakan dua (atau lebih kondisi)
yang berbeda secara jelas. Individu secara acak dimasukan ke dalam salah
satu dari kondisi yang berbeda-beda itu dan kemudian reaksi mereka
diukur.
Keunggulan metode eksperimen ini adalah bisa bebas dari ambiguitas
kausalitas seperti yar›g te§adi dalam studi korelasional. Eksperimen secara
acak menempatkan orang dalam kondisi yar›g berbeda untuk melihat apakah
ada perbedaan respon mereka. Jika eksperimen dilakukan dengan benar,
setiap perbedaan respons diantara dua kondisi pasti disebabkan oleh kondisi
itu, dalam istilah yang lebih formal, faktor yar›g dikor trol oleh periset
(penyebab) dinamakan independent variable (variabel bebas yar›g
dimanipulasi), sebab ditentukan oleh periset. Sedangkan variabel terikat
adalah jumlah setrum yar›g diberikan subjek kepada orang lain. Eksperimen
memberikan bukti yar›g jelas bahwa perbedaan pada variabel terikat
disebabkan oleh perbedaan variabel bebas.
Dalam riset eksperimental, perhatian banyak diberikan pada periciptaan
variabel bebas dan terikat. Psikolog biasanya memulai dengan definisi abstrak
atau konsep variabel tertentu. Periset kemudian berangkat dari defnisi
konseptual umum ke operational defininition,yarq per›gertiannya adalah
prosedur atau operasi spesilik yang digunakan untuk memanipulasi atau
mengukur variabel dalam eksperimen.
Random assigment (penetapan acak) suatu subjek ke kondisi tertentu
adalah penting sebab hal ini berarti bahwa perbedaan antara subjek dalam
semua kondisi adalah karena kebetulan. Jika subjek dalam setiap kelompok
berbeda dalam beberapa hal secara sistematis sebelum percobaan, periset
tidak bisa menginterprestasikan perbedaan yang muncul kemudian sebagai
perbedaan karena kondisi eksperimental.
Adapun Keuntungan pada metode eksperimen ini adalah:
a. Metode ini dapat mericegah munculnya kesalahan secara
1
berkepanjangan
1
b. Dalam eksperimen, seorang periset dapat mempelajari praktik suatu
gejala yang diselidiki pada saat tenentu.
c. Dalam eksperimen, seseorang tidak hanya dapat memperhitungkan
tujuan, tetapi juga dapat menghitung bagian-bagian pelaksanaan
secara cermat.
2
kondisi secara acak untuk memastikan agar mereka semua mengalami hal
yang sama dan untuk mendapatkan ukuran yang tepat atas variabel terikat.
Secara khusus, sulit untuk mendesain manipulasi variabel bebas dan
mendapatkan ukuran yang pasti atas variabel terikat. Periset harus mericari
atau menata situasi yang menghasilkan perbedaan spesifik di antara kondisi -
kondisi tersebut.
Kelebihan paling jelas dari setting lapangan adalah seâng itu lebih realitis
dan karena hasilnya mungkin bisa digenerasikan ke situasi kehidupan riil. Ini
dinamakan external validity (sejauh mana hasil dari studi bisa digeneralisasikan
ke populasi dan settng berbeda) sehingga merelleksikan fakta bahwa
hasilnya kemungkinan lebih valid dalam situasi di luar situasi riset itu
(Campbell & StanIey,1963). V
aliditas eksternal akan lebih tinggi apabila hasil studi dapat digeneralisasikan
untuk setting dan populasi Iain.
Kelebihan Iain dari studi lapangan adalah periset terkadang bertemu
dengan variabel dan situasi yang sangat kuat yang tidak bisa dipelajari di
laboratorium. Periset dalam mengamati orang dalam situasi ekstrem. Karena
lapangan berkaitan dengan kehidupan riil, ia cerderung lebih dipercaya oleh
subjeknya. Respons mereka akan lebih spontan dan tidak terlalu mengandung
bias.
D. Bias dalam Riset
Semua ilmuan mengkhawatirkan bias dalam riset mereka. Ada 2 macam
bias yang mengganggu dalam psikologi sosial, yaitu :
1. Bias Eksperimewer
Pañsipan riset sangat rentan dipengaruhi oleh periset. Jika
eksperimenter mengisyaratkan atau secara sadarñdak bahwa dia ingin
agar subjek merespon dengan cara tertentu maka ada tendensi
pad sipan akan merespons dengan cara tersebut. Ada 2 solusi masalah
eksperimenter.
Pertama, membuat orang yang melakukan riset tidak mengetahi
hipotesis atau tentang kondisi eksperimental bagi subjek tenentu.
Sedangkan solusi kedua adalah menstandarisasi situasi jika
dimungkinkan. Jika segala sesuatu distandarisasi dan tidak ada
perbedaan awara kondisi selain kondisi yang sengaja itu, maka tidak
2
akan ada bisa. Dalam kasus ekstrem, subjek mungkin datang ke tempat
eksperime dan memberi perintah.
2. Bias Subjek
Sumber bias lainnya berasal dari motif dan tujuan subjek saat ikut
menjadi partisipan riset. Demand characteristic adalah ciri yang muncul
dalam sebuah riset karena fakta bahwa kegiatan ini adalah studi riset
dan subjek tahu bahwa mereka menjadi bagian dari riset. (Aronson,
Brewer, & Carlsmith,1985,h.454).
Ide dasamya adalah bahwa orang yang mengetahui bahwa dirinya
sedang diteliti sangat mungkin untuk mengubah perilakunya. Subjek
eksperimen mungkin berusaha mencari tahu apa tujuan dari eksperimen
dan akan mengubah responnya berdasarkan dugaan mereka mengenai
studi tersebut.
Sebagus apapun desain studi yang sempuma namun memiliki keterbatasan
sendiri. Dan periset tidak pemah bisa menguji seluruh populasi, jadi selalu ada
margin kesalahan dalam generalisasi hasilnya. Karena setiap studi mer›gardung
kekurar›gan, maka riset yang baik harus dapat direplikasi. Replikasi (mer›guIang
studi lebih dari sekali) dalam bentuknya yang paling sederhana, berarti bahwa
periset bisa memproduksi temuan orang lainjika mereka meniru metode risetnya.
Irdnya adalah periset harus hati-hati dalam menerima hasil dari sebuah studi
tentang suatu topik.
E. Etika dalam Psikologi Sosial
Di dalam bidang psikologi, perhatian etika sering difokuskan pada
penggunaan tipuan periset. Karena besar kemungkinan eksperimen itu
menyebabkan paâsipan merasa bersalah ketika menyakiti seseorang. Studi -
studi yang menggunakan penipuan menimbulkan sejumlah masalah etis.
American Psychological (APA) pertama kali mengembangkan kode etik riset
psikologi pada 1972 dan merevisi pedoman etik itu jika isu baru muncul
(APA,1992). Pemerintah mewajibkan setiap universitas dan institusi riset yang
menerima dana pemerintah federal untuk membuat komite periset yang
bertugas me-review semua proposal riset yang menggunakan subjek manusia.
Subjek harus setuju tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam riset dan
harus memahami panisipasi apa yar›g akan dijalaninya. Ini dinamakan idormed
consent (persetujuan dengan sepengetahuan). Periset berkewajiban memberi
2
tahu calon subjek semua hal tentang studi sebelum meminta mereka
berpartisipasi.
Setelah studi berakhir, subjek harus diberi penjelasan. Debriefng
(menjelaskan tujuan dan prosedur riset kepada partisipan) berarti menjelaskan
secara mendetail tujuan dan prosedur riset.
Pedoman etika ketiga adalah meminimalkan resiko potential. Minimal risk
setiap kemungkinan resiko dalam berpartisipasi dalam riset tidak boleh lebih
besar ketimbang yang dihadapi dalam kehidupan sehari -hari.
berarti Salah satu resiko terpenting adalah privasi. Hak privasi individu harus
dihormati dan dihargai.
Bab IV
Penutup
Kesimpulan
Psikologi sosial merupakan studi ilmiah terhadap bagaimana orang berlikir,
mempengaruhi dan berhubungan dengan orang Iain. Perilaku manusia dari
observasi dan pengalaman sehari -hari diperlukan riset sistematis untuk menguji
intuisi mana yang benar dan mana yang salah. Untuk itu dalam mengukur validitas
suatu penelitan tentang psikologi sosial diperlukan beberapa metode pengumpulan
data.
Selain itu, dalam proses pengambilan data pentingnya etika riset untuk
melindungi kesejahteraan subjek dan menghormati privasinya. Pedoman
terbaru lebih menekan kan pada informed consent dan minimal risk.
2
Daftar Pustaka
Santo so, Dr.SIamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT.Re1ika
Aditama.
Robert M. Xaplan, Dennis P. Saccuzzo. 2012. Pengukuran Psikologi : Prinsip,
Penerapan, dan Isu. Jakarta : Salemba Humanika.
http://www.elsevier.co iournals iournal a f experimental-child psychoIoqy/0022
0965? enerate df-true
http:///urnal .psikoIoqi.uq m.ac.id/i ndex.php/fpsi/article/view/25/15