Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP KEPERILAKUAN PSIKOLOGI DAN


PSIKOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu: Surianto Ilham,SE.,M.Acc.,AK.,CA..

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

1. GITA DWI ANUGERAH (NIM )

2. NUR FAJRIANI NASRUDDIN (NIM)

3. FEBRIANTI TANGKIN (201820746)

PROGAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan makalah
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan untuk memberikan
pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk memandang secara lebih luas terhadap
bagian akuntansi yang lebih substansial.Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi,
sosiologi dan psikologisosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan
pencarianuntuk menguraikan dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan
merekamemiliki perspektif yang berbeda mengenai kondisi manusia. terutama merasa tertarik dengan
bagaimana cara individu bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka
bereaksi terhadap stimuli dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia di jelaskan dalam kaitannya
dengan ciri, arah dan motivasi individu. Keutamaan psikologididasarkan pada seseorang sebagai suatu
organisasi.

1.2. Rumusan Masalah

1.Sebutkan Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial

2.Apa yang dimaksud Sikap

3.Hal-hal apa saja yang terkait dengan Sikap, Psikologi dan Psikologi Sosial

1.3. Tujuan Makalah

1.Untuk mengetahui Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial

2.Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan Sikap

3.Unruk Mengetahui Apa saja yang terkait dengan Sikap, Psikologi, Psikologi Sosial
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Psikologi dan Psikologi Sosial

2.1.1. Psikologi

Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dankadang


mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku
individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku
organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi industri
dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi mempelajari
sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi mempelajari orang-
orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik, sosiolog telah memberikan
sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku
kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan rumit. Beberapa bidang dalam perilaku
organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiologadalah dinamika kelompok, desain
tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi, komunikasi, kekuasaan dan konflik.

2.1.2. Psikologi Sosial

Psikologi Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari
psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial. Penekanan
keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan
dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika kelompok. Disamping itu
para psikologi sosialmemberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-bidang pengukuran, pemahaman,
dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan dapat memuaskan kebutuhanindividu
dan proses pengambilan keputusan kelompok.

Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan
persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi,
secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan.Kajian utama psikologi adalah pada
persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia sebagai
individu. Sosiologi lebih mengabdikankajiannya pada budaya dan struktur sosial yang keduanya
mempengaruhi interaksi, perilaku,dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di daerah yang
dinamakan psikologisocial.

Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula parasosiolog.
Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial
terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dansejenisnya. Sedangkan para sosiolog
akan lebih menekankan pada bagaimana budaya danstruktur sosial mempengaruhi perilaku dan interaksi
para individu dalam konteks sosial, danlalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi mengubah budaya
dan struktur sosial. Jadi
psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis dari seseorang; sedangkansosiologi akan
mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang, perilaku, interaksi,struktur sosial, dan budaya,
sebagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu samalainnya

2.1. Sikap

2.1.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik
yangmenguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atausituasi.
Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi
seseorang. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Ketiga komponen
sikap:pengertian(cognition),pengaruh (affect),dan perilaku (behavior).Susunan sikap yang dipandang
berdasarkan ketiga komponentersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan
potensial antara sikapdan perilaku. Orang-orang memperoleh sikap dari pengalaman pribadi, orang tua,
panutan,dan kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang mempelajarinya, sikap menjadi suatu
bentuk bagian dari pribadi individu yang dapat membantu konsistensi perilaku. Para akuntan perilaku
harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksikan perilaku.Terdapat banyak cara
bagi para akuntan perilaku untuk menggunakan sikap guna melakukanriset-riset dalam bidang ini.

2.1.2. Komponen Sikap

Dalam organisasi, sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap disusun olehkomponen
teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dankepercayaan seseorang
mengenai penolakan sikap. Informasi yang dimiliki oleh seseorangmengenai penolakan sikap terhadap
stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupunyang tidak akurat, telah menciptakan satu kekuatan.
Misal, komponen-komponen dari teorisikap yang menolak komputerisasi dapat mengatakan bahwa
”bisnis perusahaan tidaklahcukup besar untuk mengambil keuntungan atas komputerisasi. Komponen
emosional atauafektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.

2.1.3. Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Siakp mengizinkan seseorang untuk
menilai suatu situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semuainformasi yang relevan
mengenai situasi tersebut. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang
memuaskan. Misal, manusia cenderung untuk membentuk sikap positif terhadap objek dalam menemukan
sikap negatif. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan atau
pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar
manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia memperoleh
kepuasan melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya
2.1.4. Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya.
Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikapmereka yang terpisah dan
menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga merekakelihatan rasional dan konsisten. Jika
terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk mengemablikanindividu itu ke keadaan seimbang terus digunakan
agar sikap dan perilakunya menjadikonsisten lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah sikap
maupun perilaku atau denganmengembangkan suatu rasionalisasi mengenai penyimpangan tersebut.

2.1.5. Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang
tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah
ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal
pokok yang paling fundamental mengenai cara sikapdibentuk sepenuhnya berhubungan langsung dengan
pengalaman pribadi terhadap suatuobjek, yaitu pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis,
frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.

2.2. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

2.2.1. Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif.
Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

2.2.2. Teori Pertimbangan Sosial

Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang
merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini
menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikapindividu jika mau memahami
struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah
ancaman. Asumsi yang mendasari teori iniadalah bahwa usaha untuk menyebabkan suatu perubahan
utama di dalam sikap kemungkinanakan gagal, sebab perubahan tersebut akan menghasilkan
ketidaknyamanan bagi si subjek.Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan adalah membujuk dan
menengahi dua posisi bertentangan yang masing-masing didiukung oleh komunikator. Jika komunikator
memposisikan terlalu jauh dari jangka internal , hasil yang dicapai mungkin bertentangan dan sikap
tidak akan berubah. Jika komunikasi semakin dekat dengan jangka internal, maka asimilasi dapat
dihasilkan karena subjek tidak mempersepsikan komunikasi persuasif tersebut sebagai ancaman yang
ekstrem, sehingga orang tersebut akan mengevaluasi pesan itu secara positif dan kemungkinan akan
mengubah sikapnya.
2.2.3. Konsistensi dan Teori Perselisihan

Konsistensi dan teori perselisihan memandang perubahan sikap sebagai hal yangmasuk akal dan
merupakan proses yang mencerminkan orang-orang yang dibuat untuk menyadari inkonsistensi antara
sikap dan perilaku mereka, sehingga mereka termotivasiuntuk mengoreksi inkonsistensi tersebut dengan
mengubah sikap maupun perilakunya ke arah yang lebih baik. Teori konsistensi menjaga hubungan antara
sikap dan perilaku dalamketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori
perselisihan adalahsuatu variasi dari teori konsistensi. Teori ini menganggap bahwa perselisihan
memotivasiorang-orang untuk mengurangi atau menghapuskan perselisihan, karena perselisihan secara
psikologis merupakan hal yang tidak menyenangkan sehingga orang-orang akan mencari carauntuk
menghindari itu.

2.2.4. Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teoriini menjelaskan
hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Disonansi
kognitif mengacu pada setiap inkonsistensi yang dipersepsikan oleh seseorang terhadap dua atau lebih
sikapnya, atau terhadap perilaku dengan sikapnya.Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi
disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh
yang diyakinidimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat
dalamdisonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan
sikap dan perilaku.

2.2.5. Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana
mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri.Teori ini mengusulkan fakta bahwa
sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan sikap
yang konsisten dengan perilaku. Sikap hanyaakan berubah setelah perilaku berubah. Teori fungsional
terhadap perubahan sikap mempercayai bahwa sikap melayani kebutuhan masyarakat. Dalam rangka
mengubah sikap manusia harus menemukan rangsangan terhadap apa yang akan dikembangkan
berdasarkan pada kebutuhannya.

2.2.6. Teori Motivasi dan Aplikasinya

Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi.Dengan demikian,
ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.

2.2.7. Teori Motivasi Awal

Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori iniadalah teori hierarki
kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini
mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer
mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara
teratur.
2.2.8. Teori Kebutuhan dan Kepuasan

Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing
individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilakumereka. Teori
kebutuhan ini pada praktiknya merupakan bagian-bagian dari teori kebutuhan psikologis yang akan
didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan lain jika tidak dijumpai. Secara psikologis, kebutuhan merupakan
syarat dasar untuk memenuhi kebutuhan sisik, seperti makan, minum, perlindungan, dan sebagainya, yang
disebut sebagai kebutuhan dasar utama.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow

 Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasahaus,
kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
 Kebutuhan akan keamanan ( safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan
dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
 Kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalammenjalin
hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memilikiserta diterima
dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
 Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yaitu kebutuhan akan status ataukedudukan,
kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
 Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu kebutuhan pemenuhandiri untuk
mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuaidengan dirinya.

2.2.9. Teori Prestasi

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. TeoriMcClelland
mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini,terdapat tiga faktor yaitu
prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan olehMcClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga
karakreristik dari orang yang memilikikebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.Akibatnya,
mereka lebih suka bekerja sendiri daripada dengan orang lain. Apabila suatu pekerjaan
membutuhkan orang lain, mereka lebih suka memilih orang yang kompetendisbanding
sahabatnya.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkatkesulitan
tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk
memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.

2.2.10. Teori Motivasi

Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagikedalam
beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yangmempunyai pengaruh
positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yangmenyenangkan dari seluruh pengaruh negatif.
Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan
kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan
tanggung jawab.Herzberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200
respondenyang terdiri atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang terkaitdengan
kepuasan dan motivasi. Kedua faktor tersebut meliputi :

 Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik

Yang apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara para karyawan.Kondisi ini
disebut dengan faktor penyebab ketidakpuasan atau faktor higiene, karena kondisi atau faktor-faktor
tersebut minimal dibutuhkan untuk menjaga agar ketidakpuasantidak terjadi Sejumlah kondisi kerja
instrinsik Yang apabila ada berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan prestasi ketja yang baik.
Tetapi jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada, maka hal tersebut tidak akanmenyebabkan terjadinya
ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan istilah faktor
pemuas

2.2.11. Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teorikeadilan, kunci
ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individuadalah jika orang tersebut
membandingkannya dengan lingkungan lainnya. Teori keadilansecara umum merupakan bentuk dasar
dari konsep hubungan pertukaran sosial. Para individumempertimbangkan input dan output menjadi suatu
nilai yang tidak sebanding.Ketidakadilan dibagi menjadi dua bentuk dan keduanya diakibatkan dari peran
motivasi yangmerugikan satu sama lain. Teori ini menggambarkan kenyataan bahwa pembayaran-
pembayaran relatif tidak mutlak menjadi perhitungan yang mempunyai pengaruh kuat.

2.2.12. Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusiamemilki
tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs),kebutuhan akan keterikatan
(relatedness needs) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growthneeds ). Teori ERG mengandung suatu
dimensi frustasi-regresi.Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan
menghantar kehasrat untuk memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih tinggi. Tetapi kebutuhan
gandadapat beroperasi sebagai motivator dan halangan sekaligus, di mana dalam mencoba untuk
memuaskan kebutuhan tingkat lebih tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akankebutuhan
dengan tingkat yang lebih rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakansuatu versi yang lebih valid
dibandingkan dengan hierarki kebutuhan.

2.2.13. Teori Harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teoriharapan
disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwamotivasi ditentukan
oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat daritindakannya. Variabel-variabel
kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil(income),harapan (expectancy), instrumen-
instrumen yang berkaitan dengan hubungan antarahasil tingkat pertama dengan hasil tingkat
kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan
kader kekuatan dan keinginanseseorang terhadap hasil tertentu.

2.2.14. Teori penguatan

Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

 Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapatdiproduksi,
kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
 Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-urutan antara
stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan. Suatu kondisi kerja tertentu
dibentuk oleh organisasi (stimulus), kemudian karyawan bertindak sebagaimana diinginkan olehs
organisasi (tanggapan), selanjutnya organisasi memberikanimbalan yang sesuai dengan tindakan
atau perilaku karyawan tersebut (konsekuensi dari perilaku).
 Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja)
dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhyaterhadap perilaku.

2.2.14. Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan
yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akanterpengaruh perilaku kerjanya.
Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggidibandingkan dengan tujuan yang mudah.
Demikian pula halnya tujuan yang spesifik danmenantang akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tujuan yang bersifat abstrak.

2.2.15. Teori Atribusi

Teori Atribusi mempelajari proses bagaimana seorang menginterprestasikan suatu peristiwa, alasan,
atau sebab perilakunya. Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuataninternal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang, sepertikemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal
forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.
Teori ini diterapkandengan menggunakan variable tempat pengendalian:

 tempat pengendalian internalPerasaan yang dialami oleh seseorang bahwa dia mampu secara
personal mempengaruhikinerja serta perilakunya melalui kemampuan, keahlian, dan usahanya.
 tempat pengendalian eksternalPerasaan yang dialami oleh seseorang bahwa perilakunya
dipengaruhi oleh factor-faktor diluar kendalinya.

2.2.16. Teori Agensi

Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukanoleh usaha
dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa principal bersikap
netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
2.2.17. Pendekatan Dyadic

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan inidikembangkan oleh Danserau
et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan
antara atasan dan bawahan karenamencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.

2.3. PersepsiPersepsi

adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa,objek, serta manusia.


Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana seseorangmemilih, berusaha, dan
menginterprestasikan rangsangan ke dalan suatu gambaran yangterpadu dan penuh arti. Menurut kamus
Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi
merupakan suatu proses yangmelibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterprestasikan stimulusyang ditunjukkan oleh panca indra. Persepsi memberikan makna pada
stimuli. Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-hubungan yang diperoleh
denganmenyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dikatakan rumit dan aktif
karenawalaupun persepsi merupakan pertemuan antara kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak
melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran,ingatan, pikiran, dan
bahasa.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi:

 Faktor Dalam SituasiYang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.
 Faktor Pada PemersepsianYang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
pengharapan.
 Faktor Pada TargetYang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.

2.3.1. Rangsangan Fisik VS Kecenderungan IndividuRangsangan Fisik

adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan sentuhan. Sedang
Kecenderungan Individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan harapan.
Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkankarena perasaan individu yang menerimanya berbeda
fungsi dan hal ini terutamadisebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang
berhubungan dengankecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.

2.3.2. Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas organisasi.
Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi oleh ketelitian
persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba
untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasatidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu
para penyelia perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat
mempengaruh evaluasimereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini.
Kesalahan persepsidapat juga mendorong kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika
sesuatu
dilihat sebagai sesuatu yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebabterjadinya
peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

2.3.3. Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain,hal ini akan
dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai orang
secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkanke suatu prilaku tertentu. Pada dasarnya
teori ini menyarankan bahwa jika seseorangmengamati prilaku seorang individu, orang tersebut berusaha
menentukan apakah prilaku itudisebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi penentan tersebut
sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:

 Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-


prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
 Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksidengan cara
yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhicriteria ini jika semua
karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja jugaterlambat.
 Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebutmemberikan
reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawandatang terlambat
beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama olehkaryawan yang baginya
keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernahterlambat).

2.4. Nilai

Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi
yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengansuatu modus perilaku atau
keadaan akhir yang berlawanaan. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam pengertian bahwa
nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individumengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan.

2.4.1. Arti Penting Nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan
dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikapmanusia. Seseorang
memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan
apa yang tidak seharusnya. Gagasan-gagasan itu sendiri tidaklah bebas dari nilai. Sebaliknya, gagasan ini
mengandung penafsiran benar dan salah.Gagasan itu menyiratkan bahwa perilaku-perilaku atau hasil
tertentu lebih disukai ketimbangyang lain. Akibatnya, nilai memperkeruh tujuan dan rasionalitas.

2.4.2. Nilai dan Dilema Etika

Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalahkemerosotan standar etika
dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk
lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan
yang lebih baik dengan para klien ataumasyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur
Anderson, serta skndalWorldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar. Ihksan
menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan
mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa
yang menjadi kekawatiran di dalamnya. Kesempatan dapat dilhat sebagai suatu standar etika yang
diharapkan, di mana dapat dilihat setiap perubahan perilaku di dalam organisasi profesi itu sendiri serta
setiap perubahan perilaku yang diharapkan dari yang lainnya. Adalah jauh lebih baik jika organisasi
profesi dapat menempatkannya secara berdampingan dan simbang guna mendeteksi standar perilaku yang
melanggar kepercayaan. Organisasi profesi sendiri perlu sedikit kesabaran dalam membuat standar
profesi yang berkualitas dalam semua aspek danmemberikan tindakan tegas terhadap anggota profesi
yang membawa keburukan bagi profesi itu atau mereka yang tidak melakukan kewajiban sebagai
anggota.

2.5. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadisebagai hasil dari
motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi.Kombinasi dari motivasi, pengalaman
dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadidalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik,
pengaruh keadaan operant, dan pembelajaransosial.

2.5.1. Pengondisian Keadaan Klasik

Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran
suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Denganmenggunakan rangsangan yang
berpasangan, yang satu memaksa yang lain netral,rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan
terkondisi yang kemudian meneruskansifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi. Pengondisian klasik
bersifat pasif. Sesuatu terjadidan orang harus bereaksi dengan cara yang khusus. Hal itu dihasilkan
sebagai respons terhadap peristiwa khusus yang dapat dikenali. Tetapi, kebanyakan perilaku, terutama
perilaku rumit dari individu-invdividu dalam organisasi dipancarkan bukan secara refleks.Missal saja,
para karyawan memilih untuk sampai di tempat kerja pada waktunya, meminta atasan membantu ketika
ada masalah, atau membuang waktu bila tidak ada orang yangmengamati.

2.5.2. Pengondisian Operant

Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi darikonsekuensi-


konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari
sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhioleh ada atau tidak adanya pungutan
yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

2.5.3. Pembelajaran Sosial

Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada oranglain, dengan
diberitahu maupun dengan mengalami secara langsung. Jadi, banyak dari apayang telah dipelajari
manusia berasal dari observasi atas karakteristik-karakteristik orang tua,guru, teman sekerja, atasan, dan
seterusnya. Pandangan bahwa manusia dapat belajar baik lewat pengamatan maupun pengalaman
langsung ini disebut sebagai teori pembelajaransocial.
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian operant , di
mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsidari konsekuensi-konsekuensi, teori itu
juga mengakui eksistensi pembelajaranobservasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam
belajar.

2.6. Kepribadian

Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang menentukan
dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya.Kepribadian adalah inti sari dari
perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifatkonsisten dan kronsi. Konsep kepribadian dan
pengetahuan tentang komponennya adalah penting karena memungkinkan untuk memprediksikan
perilaku. Para akuntan perilaku dapatmenghadapi efektivitas orang-orang jika mereka memahami
bagaimana kepribadiandikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat diubah.Aplikasi utama
dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku. Pengujian terhadap perilaku
ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan menanggapi kritikan
dengan baik, siapa yng pertama harus dipujidahulu sebelum berbicara mengenai perilaku tidak
diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk
pemahamaan atau kepribadian.

2.6.1.Penentu Kepribadian

Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorangmerupakan hasil
keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil darikedua pengaruh tersebut. Selain
itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktorsituasi.Kepribadian seorang dewasa umumnya dinggap
terbentuk dari faktor keturunan,dan lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi situasi

2.6.2 Keturunan

Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadianseseorang


individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.

2.6.3. Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya dimana
seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga,temam-teman, dan kelompok-
kelompok social, serta pengaruh lain yang dialami. Lingkunganyang dipaparkan pada seseorang
memainkan suatu peranan besar dalam membentuk kepribadian orang tersebut. Pertimbangan yang
saksama terhadap argumen-argumen yangmendukung keturunan maupun lingkungan sebagai penentu
utama dari kepribadian mengarah pada kesimpulan bahwa keduanya adalah penting. Keturunan
menentukan parameter- parameter atau batas-batas luar, tetapi potensi penuh seseorang akan ditentukan
oleh seberapa baik orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan dan persyaratan lingkungan.

2.6.4 Situasi

Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian.Kepribadian


seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah padakondisi yang berbeda.
Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkanaspek-aspek yang berlainan dari
kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya polakepribadian tidak dilihat secaara terpisah.
Kelihatannya adalah logis untuk mengandalkan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
Bagaimanapun juga, memangdiketahui bahwa situasi tertentu pada kenyataannya lebih relevan
dibandingkan dengansituasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.

BAB III

KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui, Psikologi dan Psikologi Sosial merupakan hal yang bersangkutan, karna
sama-sama menyangkut kepribadian masing-masing orang. Psikologimerupakan ilmu pengetahuan yang
berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia. Psikologi Sosial adalah suatu
bidang dalam psikologi, tetapi memadukankonsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi yang
memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.

Dalam hal ini, Psikologi dan psikologi Sosial dapat dilihat dari Sikap, Penilaian kita kepadasuatu
kelompok atau individu lain, Kepribadian seseorang yang muncul karna lingkunganatau keturunan,
menggunakan presepsi untuk menilai dan memberi pendapat, dan bagaimana pembelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai