Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

Perspektif Perilaku Manusia, Pengaruh Organisasi terhadap Perilaku


Manusia, Peran Teori, Struktural Sosial, dan Budaya

Oleh:
Kelompok 1
1. Ketut Bintang Maharani (2007531118)
2. Putri Maharani (2007531142)
3. Putu Cindra Permata Dewi (2007531157)
4. Putu Sarita Nareswari (2007531193)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMBAHASAN

Di masa lalu, akuntan semata-mata berfokus pada pengukuran pendapatan dan biaya
dan studi kinerja untuk memprediksi masa akan datang. Mereka mengabaikan fakta bahwa
kinerja masa lalu telah menghasilkan perilaku manusia masa lalu dan kinerja masa lalu itu
sendiri merupakan faktor yang akan mempengaruhi perilaku masa akan datang. Mereka kurang
melihat fakta bahwa ada beberapa yang harus dipahami dari kontrol organisasi yang harus
dimulai dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, dan aspirasi individu yang
berinteraksi di dalam organisasi/perusahaan.

Akuntan keperilakuan berfokus pada hubungan antara perilaku manusia dan sistem
akuntansi. Mereka menyadari bahwa, proses akuntansi melibatkan penyimpulan jumlah yang
besar dari kejadiam ekonomi yang merupakan hasil dari perilaku manusia dan bahwa
pengukuran akuntansi itu sendiri meupakan faktor yang mempengaruhi perilaku, dimana hal
itu yang menentukan kesuksesan kejadian ekonomi tersebut. Akuntan keperilakuan juga
menyadari bahwa mereka dapat mamaparkan desain sistem informasi untuk mempengaruhi
motivasi karyawan, ssemangat, dan produktivitas

Pengenalan ilmu keperilakuan terhadap akuntansi sangat penting bagi pengembangan


profesi, dimana hal itu dapat membuka pengetahuan baru yang akuntansi professional harus
dapat lebih familiar. Kesadaran akan hubungan antara perilaku manusia dan akuntansi telah
menghasilkan akuntan dengan alat lain untuk menyelesaikan problem organisasional.

Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan

Ilmu Keperilakuan Akuntansi Keperilakuan


Menekankan pada penjelasan dan prediksi Menekankan pada hubungan antara perilaku
atas perilaku manusia manusia dengan akuntansi
Subset dari ilmu sosial Subset akuntansi dan ilmu keperilakuan
Terikat pada penelitian aspek-aspek teori Mengaplikasikan unsur spesifik dari teori-
motivasi, stratifikasi sosial, atau bentuk- motivasi, stratifikasi sosial, atau bentuk-
bentuk sikap bentuk sikap atau hasil penelitian-penelitian,
yang relevan terhadap situasi akuntansi saat
ini
Banyak menyinggung ilmu-ilmu lain yang Banyak menjelaskan dan memberikan
lebih luas terhadap dinamisasi organisasi dan pemahaman mengenai struktur dan dan
pengembangan pola perilaku fungsi dari sistem akuntansi, serta hubungan
manusia terhdap hal tersebut

A. Perspektif Perilaku Manusia

Psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial merupakan kontributor utama dari ilmu
keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan dan menjelaskan
perilaku manusia walaupun secara keseluruhan ketiganya memiliki perspektif yang
berbeda mengenai kondisi manusia.

1) Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan,


dan terkadang untuk mengubah perilaku manusia. Para psikolog memerhatikan,
mempelajari, dan berupaya untuk memahami perilaku individual. Mereka yang
telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku
organisasi adalah teoretikus pembelajaran, teoretikus kepribadian, psikolog
konseling, dan yang paling penting adalah psikologi industri dan organisasi.
Psikologi industri atau organisasi awal memerhatikan masalah kelemahan,
kebosanan, dan faktor-faktor lain yang relevan dengan kondisi kerja yang dapat
menghalangi kinerja yang diharapkan.
2) Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari orang-orang dalam hubungannya
dengan sesama manusia. Secara spesifik, sosiolog telah memberikan kontribusi
yang besar pada perilaku organisasi melalui studi mereka terhadap perilaku
kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan relatif rumit.
3) Psikolog sosial adalah suatu bidang kajian dalam psikologi, tetapi memadukan
konsep-konsep baik dari psikologi maupun sosiologi. Psikologi social
memfokuskan pada pengaruh satu-satu terhadap orang lain. Salah satu bidang
utama adalah bagaimana melaksanakan pengaruh tersebut dan bagaimana
mengurangi hambatan terhadap penerimaannya. Di samping itu, dapat dilihat
bahwa para psikolog sosial memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang
pengukuran, pemahaman dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dengan
mana kegiatan kelompok dapat memuaskan kebutuhan individu, serta proses
pengambilan keputusan kelompok.
Dari penjelesan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa psikologi berfokus pada cara
seorang individu bertindak. Prioritas psikologi didasarkan pada individu sebagai suatu
organisasi. Di pihak lain, sosiologi dan psikologi sosial memusatkan perhatian pada
perilaku kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah interaksi antar manusia, bukan
pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial,
pengaruh sosial, dan ilmu dinamika kelompok.

Terdapat banyak faktor kompleks yang terkait dengan perilaku manusia. Faktor-faktor
tersebut mencakup: kebutuhan individu dan motivasi, tekanan kelompok, tuntutan
organisasi, sejarah pribadi dan latar belakang individu yang unik, konflik pesan dari
dalam dan luar organisasi, tuntutan waktu, sosial, serta tanggung jawab pribadi. Faktor-
faktor ini kemudian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama yaitu:

a) Struktur Karakter.
Struktur karakter yang mengacu pada ciri kepribadian, kebiasaan, dan perilaku
individu. Psikolog biasanya menghubungkan dengan studi struktur karakter.
b) Struktur Sosial.
Struktur sosial menunjukkan beberapa hubungan antara manusia yang mencakup
bidang ekonomi, politik, militer, dan kerangka kerja religius yang menggambarkan
perilaku yang bisa diterima.
c) Dinamika Kelompok.
Ilmu dinamika kelompok dapat dipandang sebagai suatu sintesa atau kombinasi
struktur karakter dan struktur sosial yang mengacu pada pengembangan interaksi
pola manusia, proses dari interaksi sosial, dan hasil yang berhubungan dengan
interaksi tersebut

B. Pengaruh Organisasi terhadap Perilaku Manusia

PERILAKU ORGANISASI DAN PERKEMBANGANNYA

Pengertian Perilaku Organisasi

Berbicara pengertian perilaku organisasi, banyak ahli memberikan definisi dari perilaku
organisasi itu sendiri, yaitu:
1. Menurut Toha (2001) bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah suatu studi
yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau
suatu kelompok tertentu.
2. Pendapat menurut John (1983) yang menyebutkan bahwa perilaku organisasi
merupakan suatu istilah yang agak umum yang menunjukkan kepada sikap dan
perilaku individu dan kelompok dalam organisasi, yang berkenaan dengan studi
sistematis tentang sikap dan perilaku, baik yang menyangkut pribadi maupun antar
pribadi di dalam konteks organisasi.
3. Pendapat menurut Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang
studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku
dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk
memperbaiki keefektifan organisasi.
Berdasarkan dari berbagai pendapat di atas, maka secara singkat dapat dikatakan
perilaku organisasi tersebut berkenaan studi tentang apa yang dilakukan orang-orang
dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku (individu/kelompok) mempengaruhi
kinerja dari organisasi.
Dalam kaitan ini maka ruang lingkup perilaku organisasi berkenaan dengan perilaku
individu/perorangan, perilaku kelompok dan struktur organisasi yaitu perilaku individu
dan perilaku kelompok memengaruhi organisasi dan organisasi memengaruhi perilaku
individu dan perilaku kelompok.
Sehingga bahan kajian dalam perilaku organisasi meliputi sikap dan persepsi manusia,
dalam hal ini sikap pegawai/karyawan terhadap pekerjaannya, terhadap rekan sekerja,
pimpinanya dan sebagainya, serta perilakunya dalam konflik, kerjasama, komunuikasi,
motivasi dan lain-lain.

Organisasi adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi dan berperilaku untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Perilaku dapat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya:
oleh gaya kepemimpinan manajemen, ukuran organisasi, dan struktur-struktur
organisasi. Manusia dalam organisasi bertukar informasi melalui saluran “informal”
dan “formal”. Hal yang menjadi masalah adalah manusia menggunakan otoritas mereka
secara beragam. Sebagai contoh setiap direktur mempunyai posisi atau jabatan dalam
organisasi. Posisi atau jabatan tersebut dalam hierarki sosial disebut status. Posisi atau
jabatan dalam organisasi dipengaruhi oleh struktur organisasi. Struktur organisasi
adalah penentuan peran, hubungan pelaporan, dan pembagian wewenang serta
tanggung jawab pembuatan keputusan dalam organisasi.

C. Peran Teori

Teori peran (role theory) mendefinisikan “peran” atau “role” sebagai “the boundaries
and sets of expectations applied to role incumbents of a particular position, which are
determined by the role incumbent and the role senders within and beyond the
organization’s boundaries” (Banton, 1965; Katz &Kahn, 1966, dalam Bauer, 2003:
54). Selain itu, Robbins (2001: 227) mendefinisikan peran sebagai “a set of expected
behavior patterns attributed to someone occupying a given position in a social unit”.

Dalam Bauer (2003:55) menurut Dougherty & Pritchard (1985) Teori peran
memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi.
Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai
lawan dari perilaku atau tindakan”. Lebih lanjut mereka mengemukakan bahwa
relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para
penilai dan pengamat terhadap produk atau outcome yang dihasilkan.

Ditinjau dari perilaku organisasi, peran ini merupakan salah satu komponen dari sistem
sosial organisasi, selain norma dan budaya organisasi. Di sini secara umum ‘peran’
dapat didefinisikan sebagai “expectations about appropriate behavior in a job position
(leader, subordinate)”. Ada dua jenis perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan,
yaitu:

1) Role Perception: Persepsi seseorang mengenai cara orang itu diharapkan


berperilaku; yang disebut juga dengan pemahaman atau kesadaran mengenai pola
perilaku atau fungsi yang diharapkan dari orang tersebut,
2) Role Expectation: Cara orang lain menerima perilaku seseorang dalam situasi
tertentu. Dalam hal ini, suatu organisasi harus memastikan bahwa peran-peran
tersebut telah didefinisikan dengan jelas.

Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) menyebutkan lima aspek penting dari
peran, yaitu:
1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan
harapannya, bukan individunya.
2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang
diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.
3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)
4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku utama.
5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan satu
pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai bagian dari orang-orang yang
berinteraksi satu sama lain. Peranan sosial menggambarkan hak atau kebenaran, tugas
maupun kewajiban, dan perilaku yang sesuai dengan orang tersebut dalam posisi dan
konteks sosial tertentu. Dalam kelompok formal suatu organisasi, pada umumnya peran
tersebut di atur berdasarkan hukum.

Dalam organisasi, peran berfungsi untuk membedakan perilaku individu sehingga


setiap individu dapat memahami spesialisasi dan fungsi masing-masing sehingga dapat
saling melengkapi dalam mewujudkan kesatuan dalam organisasi tersebut.

Peran merupakan komponen perilaku nyata yang disebut norma. Norma-norma adalah
harapan dan kebutuhan perilaku yang sesuatu untuk suatu peranan tertentu. Tiap-tiap
peran berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan individu dalam hal
bagaimana mereka perlu bertindak dalam situasi khusus.

D. Struktural Sosial
Masyarakat adalah jumlah total dari hubungan antar manusia yang
diimplikasikan secara berkesinambungan dan hubungan interpersonal serta hubungan
institusional yang kompleks antar manusia. Sistem sosial atau society bagi akuntan
keperilakuan adalah organisasi bisnis atau komunitas bisnis. Konsep dari “sistem” yang
digunakan dalam akuntansi keperilakuan sama dengan istilah yang digunakan dalam
cabang keilmuan lain. Oleh karena itu, istilah struktur sosial adalah hubungan yang
terpola antara bermacam-macam subsistem sosial dan individual yang membuat fungsi
dari masyarakat, organisasi sosial, atau grup mungkin menjadi.
Untuk mencakup sejumlah aturan dalam perilaku manusia, konsep masyarakat
dan budaya perlu dipertimbangkan. Masyarakat mungkin digambarkan sebagi
penjumlahan dari totalhubungan manusia. Konsep masyarakat menyiratkan suaru
kesinambungan dan kompleksitasatas hubungan kelembagaan dan hubungan antar
pribadi. Sistem masyarakat sosial merupakan perhatian utama para akuntan
keperilakuan dalam organisasi bisnis atau masyarakat bisnis. Didalam sistem sosial ini,
masih ada subsistem dan kelompok manusia yang saling berhubungan dan menarik
perhatian para akuntan keperilakuan.

E. Budaya

Budaya adalah cara hidup dari masyarakat. Aspek esensial dari budaya adalah
memastikan daya tahan manusia (human survival), baik secara fisik maupun sosial.
Dalam beberapa hal, budaya dalam organisasi biasanya dihubungkan dengan
“lingkungan kerja” atau “situasi kerja”. Ide dasarnya adalah bahwa elemen dari budaya
mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, budaya bisnis (business culture) adalah sistem
yang berlaku dari etika bisnis, praktik bisnis, pengetahuan teknis, dan perangkat keras
yang mempengaruhi perilaku.

Budaya adalah suatu sistem, karena budaya adalah suatu paket perilaku yang terjadi
terus menerus dan tidak memerlukan sistem lain untuk terus berfungsi (Redfield, 1956).
Budaya mencerminkan norma, nilai, dan perilaku masyarakat yang menganut budaya
tersebut. Selain itu, budaya juga didefinisikan sebagai “way of life of society” (Siegel
dan Marconi, 1989). Akuntansi sebagai ilmu dan perangkat yang bertujuan untuk
memudahkan manusia tentu saja harus tunduk terhadap “bagaimana masyarakat
menjalani hidupnya”, karena kalau tidak, maka akuntansi tidak akan berguna bagi
masyarakat penggunanya. Masalahnya adalah, tiap masyarakat di dunia mempunyai
cara pandang yang berbeda terhadap bagaimana mereka harus menjalani hidupnya.
Karena itulah budaya sebagai aspek sosial sangat mempengaruhi perkembangan
akuntansi, dimana akuntansi itu sendiri adalah bagian dari ilmu sosial.

Budaya merupakan satu titik pandang yang pada saat yang bersamaan dijadikan jalan
hidup oleh suatu masyarakat. Tidak terdapat masyarakat tanpa suatu budaya, dan
budaya tidak ada di luar suatu masyarakat. Jika demikian, maka budaya atau jalan hidup
meliputi sistem kepercayaan umum yang sesuai dengan harapan gaya perilaku atau
pemikirian dan pengetahuan teknis, serta menentukan cara melakukan sesuatu. Aspek
budaya yang terpenting adalah memastikan kehidupan manusia baik secara fisik
maupun secara sosial. Tidak seperti dengan kehidupan makhluk lain yang semata-mata
bergantung pada bakat, manusia hidup terutama hanya atas dasar apa yang mereka
pelajari. Manusia adalah makhluk yang memiliki budaya. Dengan demikian, seoarang
akuntan perilaku harus menyadari akan gagasan untuk budaya. Dalam beberapa
peristiwa, budaya organisasi dikenal sebagi suatu lingkungan pekerjaan yang
mewujudkan iklim organisasi.

Budaya telah didefinisikan dengan berbagi cara, namun sampai sekarang belum dapat
ditentukan definisinya secara pasti. Budaya merupakan norma-norma dan nilai-nilai
yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku
sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima di lingkungan tersebut. Budaya dapat
dipecah menjadi 3 faktor mendasar, yaitu struktural, politis dan emosional. Faktor
struktural ditentukan oleh ukuran-ukuran, seperti umur dan sejarah perusahaan, tempat
operasi serta lokasi geografis perusahaan dalam satu jenis industri. Faktor politis
ditentukan oleh distribusi kekuasaan dan cara pengambilan keputusan manajerial.
Sedangkan faktor emosional merupakan pemikiran kolektif, kebiasaan, sikap, perasaan,
dan pola-pola perilaku.

Menurut Hofstede (1980,1991) ada empat dimensi budaya nasional sebagai berikut:

1) Jarak Kekuasaan (power distance), yaitu sejauh mana orang percaya bahwa
kekuasaan dan status didistribusikan secara tidak merata dan bagaimana orang
menerima distribusi kekuasaan yang tidak merata tersebut sebagai cara yang tepat
untuk mengorganisasikan sistem sosial.
2) Penghindaran Ketidakpastian (uncertain avoidance), yaitu sejauh mana orang
merasa terancam dengan keadaan yang tidak tentu (tidak pasti) atau tidak diketahui.
3) Maskulinitas dan Feminisitas (masculinity ans femininity), Maskulinitas adalah
suatu situasi yang ditandai dengan adanya nilai-nilai yang dominan dalam
masyarakat, yang lebih menekankan dan mementingkan uang, harta benda, atau
materi. Feminisitas adalah suatu situasi yang menjelaskan nilai-nilai yang dominan
dalam masyarakat, yang lebih menekankan pada pentingnya hubungan antar-
manusia, kepedulian pada orang lain, dan ketentraman hidup.
4) Individualisme dan Kolektivitas (individualism and collectivism), Individualisme
adalah situasi yang menjelaskan orang-orang dalam suatu masyarakat, yang
cenderung untuk memperhatikan dirinya sendiri dan keluarga dekatnya saja.
Kolektivitas adalah situasi yang menjelaskan orang-orang dalam masyarakat, yang
cenderung untuk merasa memiliki ikatan yang kuat dengan satu kelompok yang
berbeda dengan kelompok yang lainnya. Orang dalam suatu kelompok cenderung
memedulikan dan melindungi anggotanya, dan mengharapkan kesetiaan terhadap
kelompok tersebut. Keempat dimensi budaya nasional tersebut mengandung nilai-
nilai tertentu. Artinya, budaya nasional suatu bangsa akan memengaruhi
pandangan, sikap, dan kemudian perilaku manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat

Jodenmot. 2012. Teori Peran, Pengertian, dan Definisi Peran. Diakses pada 15 September
2022, dari https://jodenmot.wordpress.com/2012/12/29/teori-peran-pengertian-definisi/

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat

Redfield, Robert. 1956. Peasent Society And Culture. Chicago: The University of Chicago
Press.
Siegel, Gary, dan Helene Ramanuskan-Marconi. 1989. Behavioral Accounting. Cincinnati,
Ohio: South-Western Publishing Co.

Anda mungkin juga menyukai