DOSEN PENGAMPU :
SITI ZUHROH
DISUSUN OLEH :
DELA MARIANA MARO 22020008
GISKA NURANISA 220200
Konsep keprilakuan dari psikologi dan psikologi social ini adalah bertujuan untuk memberikan
pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi untuk memandang secara lebih luas
terhadap bagian akuntansi yang lebih substansial.
Menurut Robbins (2003), Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi social
menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan. Ketiganya melakukan pencarian untuk menguraikan
dan menjelaskan perilaku manusia, walaupun secara keseluruhan mereka memiliki perspektif yang
berbeda mengenai kondisi manusia. Terutama merasa tertarik dengan bagaimana cara individu
bertindak. Fokusnya didasarkan pada tindakan orang-orang ketika mereka bereaksi terhadap stimuli
dalam lingkungan mereka, dan perilaku manusia dijelaskan dalam kaitannya dengan ciri, arah dan
motivasi individu. Keutamaan psikologi didasarkan pada seseorang sebagai suatu organisasi.
2.1.1. Psikologi
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang
mengubah perilaku manusia. Para psikolog memperhatikan studi dan upaya memahami perilaku
individual. Mereka yang telah menyumbangkan dan terus menambah pengetahuan tentang perilaku
organisasional teoritikus pembelajaran, teoritikus keperibadian, psikologi konseling dan psikologi
industri dan organisasi. Bila psikologi memfokuskan perhatian mereka pada individu, sosiologi
mempelajari sistem sosial di mana individu-individu mengisi peran-peran mereka, jadi sosiologi
mempelajari orang-orang dalam hubungan dengan manusia-manusia sesamanya. Secara spesifik,
sosiolog telah memberikan sumbangan mereka yang terbesar kepada perilaku organisasi melalui studi
mereka terhadap perilaku kelompok dalam organisasi, terutama organisasi yang formal dan rumit.
Beberapa bidang dalam perilaku organisasi yang menerima masukan yang berharga dari para sosiolog
adalah dinamika kelompok, desain tim kerja, budaya organisasi, teknologi organisasi, birokrasi,
komunikasi, kekuasaan dan konflik.
2.1.2. PsikologiSosial
Psikologi Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik
dari psikologi maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.
Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang-orang dan bukan pada rangsangan fisik.
Perilaku diterangkan dalam hubungannya dengan ilmu sosial, pengaruh sosial dan ilmu dinamika
kelompok. Disamping itu para psikologi social memberikan sumbangan yang berarti dalam bidang-
bidang pengukuran, pemahaman, dan perubahan sikap, pola komunikasi, cara-cara dalam kegiatan
dapat memuaskan kebutuhan individu dan proses pengambilan keputusan kelompok.
Kita sering berpikir bahwa yang namanya dunia psikologi adalah dunia yang berkaitan dengan
persoalan perasaan, motivasi, kepribadian, dan yang sejenisnya. Dan kalau berpikir tentang sosiologi,
secara umum cenderung memikirkan persoalan kemasyarakatan. Kajian utama psikologi adalah pada
persoalan kepribadian, mental, perilaku, dan dimensi-dimensi lain yang ada dalam diri manusia
sebagai individu. Sosiologi lebih mengabdikan kajiannya pada budaya dan struktur sosial yang
keduanya mempengaruhi interaksi, perilaku, dan kepribadian. Kedua bidang ilmu tersebut bertemu di
daerah yang dinamakan psikologi social
Dengan demikian para psikolog berwenang merambah bidang ini, demikian pula para sosiolog.
Namun karena perbedaan latar belakang maka para psikolog akan menekankan pengaruh situasi sosial
terhadap proses dasar psikologikal - persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya. Sedangkan para sosiolog
akan lebih menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku dan
interaksi para individu dalam konteks sosial, dan lalu bagaimana pola perilaku dan interaksi tadi
mengubah budaya dan struktur sosial. Jadi psikologi akan cenderung memusatkan pada atribut dinamis
dari seseorang; sedangkan sosiologi akan mengkonsentrasikan pada atribut dan dinamika seseorang,
perilaku, interaksi, struktur sosial, dan budaya, sebagai faktor-faktor yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya
2.1. Sikap
2.1.1 PengertianSikap
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi.
Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi
seseorang. Sikap tidak sama dengan nilai, tetapi keduanya saling berhubungan. Ketiga komponen
sikap: pengertian (cognition), pengaruh(affect), dan perilaku(behavior). Susunan sikap yang dipandang
berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan
potensial antara sikap dan perilaku. Orang-orang memperoleh sikap dari pengalaman pribadi, orang
tua, panutan, dan kelompok sosial. Ketika pertama sekali seseorang mempelajarinya, sikap menjadi
suatu bentuk bagian dari pribadi individu yang dapat membantu konsistensi perilaku. Para akuntan
perilaku harus memahami sikap dalam rangka memahami dan memprediksikan perilaku. Terdapat
banyak cara bagi para akuntan perilaku untuk menggunakan sikap guna melakukan riset-riset dalam
bidang ini.
Dalam organisasi,sikap adalah penting karena sikap perilaku kerja. Sikap disusun oleh komponen
teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan, persepsi, dan kepercayaan
seseorang mengenai penolakan sikap. Informasi yang dimiliki oleh seseorang mengenai penolakan
sikap terhadap stereotip atau generalisasi, baik yang akurat maupun yang tidak akurat, telah
menciptakan satu kekuatan. Misal, komponen-komponen dari teori sikap yang menolak komputerisasi
dapat mengatakan bahwa ”bisnis perusahaan tidaklah cukup besar untuk mengambil keuntungan atas
komputerisasi. Komponen emosional atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah
pada objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap
objek/sikap.
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Siakp mengizinkan seseorang untuk
menilai suatu situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang relevan
mengenai situasi tersebut. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang
memuaskan. Misal, manusia cenderung untuk membentuk sikap positif terhadap objek dalam
menemukan sikap negatif. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan melakukan pengembangan
atau pengubahan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran mengenai
dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi. Manusia
memperoleh kepuasan melalui pernyataan diri mereka dengan sikapnya.
Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya.
Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah
dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.
Jika terdapat inkonsistensi, kekuatan untuk mengemablikan individu itu ke keadaan seimbang terus
digunakan agar sikap dan perilakunya menjadi konsisten lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengubah sikap maupun perilaku atau dengan mengembangkan suatu rasionalisasi mengenai
penyimpangan tersebut.
2.2.10. TeoriMotivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teorimotivasi yang di bagi kedalam
beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang mempunyai
pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh
pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan
perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan
pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.
Herzberg juga menjelaskan bahwa hasil riset yang dilakukannya terhadap 200 responden yang terdiri
atas akuntan dan insinyur menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang terkait dengan kepuasan dan
motivasi. Kedua faktor tersebut meliputi :
Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik
Yang apabila tidak ada menyebabkan terjadinya ketidakpuasan di antara para karyawan. Kondisi ini
disebut dengan faktor penyebab ketidakpuasan atau faktor higiene, karena kondisi atau faktor-faktor
tersebut minimal dibutuhkan untuk menjaga agar ketidakpuasan tidak terjadi
Sejumlah kondisi kerja instrinsik
Yang apabila ada berfungsi sebagai motivator dan dapat menghasilkan prestasi ketja yang baik. Tetapi
jika kondisi atau faktor tersebut tidak ada, maka hal tersebut tidak akan menyebabkan terjadinya
ketidakpuasan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan isi pekerjaan, yang disebut dengan
istilah faktor pemuas.
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia memilki
tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan
keterikatan (relatedness needs) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ). Teori ERG
mengandung suatu dimensi frustasi-regresi.
Teori ERG berargumen, bahwa kebutuhan tingkat rendah yang terpuaskan menghantar ke hasrat untuk
memnuhi kebutuhandengan tingkatan yang lebih tinggi. Tetapi kebutuhan ganda dapat beroperasi
sebagai motivator dan halangan sekaligus, di mana dalam mencoba untuk memuaskan kebutuhan
tingkat lebih tinggi dihasilkan pengaruh terhadap pemuasan akan kebutuhan dengan tingkat yang lebih
rendah. Secara keseluruhan teori ERG menyatakan suatu versi yang lebih valid dibandingkan dengan
hierarki kebutuhan.
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori harapan
disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi
ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya.
Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan
(expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama
dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta
valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa
karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) Akan terpengaruh
perilaku kerjanya. Tujuan yang sulit menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tujuan yang mudah. Demikian pula halnya tujuan yang spesifik dan menantang akan menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tujuan yang bersifat abstrak.
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperandalam proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk
menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya.
2.3. Persepsi
Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta
manusia. Definisi persepsi yang formal adalah proses dengan mana seseorang memilih, berusaha, dan
menginterprestasikan rangsangan kedalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti. Menurut
kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas
Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan
menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra. Persepsi memberikan makna pada
stimuli. Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi dikatakan rumit dan aktif karena
walaupun persepsi merupakan pertemuan antara kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak
melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan
bahasa.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi:
Faktor Dalam Situasi
Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadaan social.
Faktor Pada Pemersepsian
Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
Faktor Pada Target
Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.
Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan
sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alasan, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu
dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang
menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat
factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti
penting dan emosi.
Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini
akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia
menilai orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang
individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau
eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:
Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-prilaku
yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara
yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua
karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut memberikan
reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan datang terlambat
beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya
keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).
2.4. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu modus
perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam
pengertian bahwa nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik,
atau diinginkan.
2.5. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai
hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi. Kombinasi dari motivasi,
pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan
klasik, pengaruhkeadaan operant, dan pembelajaransosial.
Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya. Kepribadian
adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat konsisten dan sinkron.
Konsep kepribadian dan pengetahuan tentang komponennya adalah penting Karena memungkinkan
untuk memprediksikan perilaku. Para akuntan perilaku dapat menghadapi efektivitas orang-orang jika
mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana kepribadian tersebut dapat
diubah.
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku. Pengujian
terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan
menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai
perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan
bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.
2.6.1.Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh
tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi. Kepribadian seorang dewasa
umumnya dinggap terbentuk dari faktor keturunan, dan lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi
situasi.
2.6.2Keturunan
Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seseorang
individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.
2.6.3. Lingkungan
Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya dimana
seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga, temam-teman, dan
kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialami. Lingkungan yang dipaparkan pada
seseorang memainkan suatu peranan besar dalam membentuk kepribadian orang tersebut.
Pertimbangan yang saksama terhadap argumen-argumen yang mendukung keturunan maupun
lingkungan sebagai penentu utama dari kepribadian mengarah pada kesimpulan bahwa keduanya
adalah penting. Keturunan menentukan parameter-parameter atau batas-batas luar, tetapi potensi
penuh seseorang akan ditentukan oleh seberapa baik orang tersebut menyesuaikan diri dengan tuntutan
dan persyaratan lingkungan.
2.6.4 Situasi
Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian
seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda.
Tuntutan yang berbeda dari situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari
kepribadian seseorang. Oleh karena itu, hendaknya pola kepribadian tidak dilihat secaara terpisah.
Kelihatannya adalah logis untuk mengandalkan bahwa situasi akan mempengaruhi kepribadian
seseorang. Bagaimanapun juga, memang diketahui bahwa situasi tertentu pada kenyataannya lebih
relevan dibandingkan dengan situasi lain dalam mempengaruhi kepribadian.
BAB III
KESIMPULAN
Seperti yang kita ketahui, Psikologi dan Psikologi Sosial merupakan hal yang bersangkutan,
karna sama-sama menyangkut kepribadian masing-masing orang. Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang berusaha mengukur, menjelaskan dan kadang mengubah perilaku manusia.Psikologi
Sosial adalah suatu bidang dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari psikologi
maupun sosiologi yang memusatkan perhatian pada perilaku kelompok sosial.
Dalam ha lini, Psikologi dan psikologi Sosial dapat dilihat dari Sikap, Penilaian kita kepada suatu
kelompok atau individu lain, Kepribadian seseorang yang muncul karena lingkungan atau keturunan,
menggunakan presepsi untuk menilai dan member pendapat, dan bagaimana pembelajarannya.
DAFTAR PUSTAKA