Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Teori Perilaku Terencana”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial
Dosen Pengampu: Elisa Kurniadewi, S. Ag,. M. Psi

Disusun oleh:
Kelompok 7/3A
Dwi Melati Putri (11200541000008)
Siti Nurhaliza (11200541000023)
Ayu Alya Zahra (11200541000037)
Charles Dasiva (11200541000040)
Najib Abdul Mugni Jayakarta (11200541000058)

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt tuhan semesta alam yang mengatur
kehidupan dengan bijaksana, atas karunia dan hikmatnya penulis dapat menuyusun makalah dalam
mata kuliah Psikologi Sosial dengan judul “Teori Perilaku Terencana” hingga selesai. Tak lupa
sholawat serta salam kami sampaikan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah
menerangi dunia dengan ilmu dan keteladanannya.

Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan pembuatan makalah ini, terkhusus kepada ibu Elisa
Kurniadewi, S. Ag, M. Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial dan pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini dapat memenuhi tugas Psikologi Sosial
mengenai penjelasan materi “Teori Perilaku Terencana” dan kami berharap makalah ini dapat
membawa manfaat bagi kita semua.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
2.1 Sikap dan Perilaku .................................................................................................... 3
2.2 Definisi Theory of Planned Behavior ....................................................................... 4
2.3 Model Konseptual Theory of Planned Behavior ...................................................... 5
2.4 Pembagian Model Konseptual Theory of Planned Behavior ................................... 7
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 11
3.2 Saran ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sikap (attitude) merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Dari
sikap, seseorang bisa dianggap baik atau buruk, dewasa atau kekanak-kanakan, sederhana
atau mewah, bangsawan atau rakyat biasa, dan sebagainya. Sikap juga bisa dimaknai
sebagai suatu keadaan dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam
aktivitas sosial dengan perasaan tertentu, dan juga dalam menanggapi situasi tertentu.
Sikap juga dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang tentang objek atau situasi yang
relatif tetap dan teratur disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar untuk
merespon dengan cara tertentu yang dipilihnya. 1

Sikap manusia sulit untuk diubah, apalagi dengan kondisi dari pihak eksternal. Antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya pasti memiliki perbedaan, salah satu perbedaan
tersebut adalah tindakan baik dan buruk. Setiap tindakan yang dilakukan individu pasti
memiliki latar belakang, tujuan serta dampak bagi individu yang melakukannya.

Apabila melihat perubahan sikap seorang individu yang sangat kuat dalam kehidupan
sosial, tidak sedikit yang mengubah sikap secara drastis demi mendapatkan apa yang
diinginkannya, seperti pasangan, jabatan, rasa empati, harta, uang, dan lain-lain.

Sikap seseorang akan mempengaruhi gejolak perilaku individu. Perilaku sendiri


merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku
merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya.2 Perilaku juga dapat diartikan merupakan suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.3

Sikap dan perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keragaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti tentang
perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang sikap dan perilaku
manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana
suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi.

Teori perilaku direncanakan (theory of planned behavior) yang diusulkan oleh Ajzen
(1991),4 telah digunakan selama dua dekade masa lalu untuk meneliti keinginan dan
perilaku berbagi. Teori perilaku terencana ini dikembangkan dari teori tindakan beralasan

1
Walgito, Bimo. 2009. Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
3
Wawan, A., & Teori, D. M. 2011. Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
4
Ajzen, I. and Fishbein, M. 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice.Hall.

1
dengan memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku kontrol yang dirasakan. Teori
Ajzen tentang sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana seseorang memiliki
penilaian evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku dalam sebuah
pertanyaan.

Teori perilaku direncanakan telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan
menjelaskan keinginan berperilaku dan perilaku aktual dalam Psikologi Sosial, pemasaran,
dalam mengadopsi sistem informasi, serta untuk memprediksi faktor-faktor keyakinan
yang mempengaruhi perilaku berbagai pengetahuan dalam kelompok profesional.

Teori perilaku direncanakan (theory of planned behavior) dapat digunakan sebagai


prediksi perilaku ketika seorang individu tidak memiliki kontrol kemauan diri sendiri
secara penuh. Perilaku seseorang tergantung pada keinginan berperilaku (behavioral
intention) yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: sikap (attitude), norma subjektif
(subjective norm), dan pengendalian perilaku yang dirasakan (perceived behavioral
control).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Theory of Planned Behavior?
2. Bagaimana model konseptual Theory of Planned Behavior?
3. Bagaimana pembagian model konseptual Theory of Planned Behavior?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Mengetahui definisi Theory of Planned Behavior.
2. Mengetahui model konseptual Theory of Planned Behavior.
3. Mengetahui pembagian model konseptual Theory of Planned Behavior.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sikap dan Perilaku
Sikap bisa dimaknai sebagai suatu keadaan dalam diri manusia yang
menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas sosial dengan perasaan tertentu, dan juga
dalam menanggapi situasi tertentu. Sikap seseorang akan mempengaruhi gejolak perilaku
individu.Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu
tindakan. Konsep itu kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk
menggambarkan adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol
terhadap respon pada keadaan tertentu. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah
itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya. Gagne mengatakan bahwa sikap
merupakan suatu keadaan internal (internal state) yang mempengaruhi pilihan tindakan
individu terhadap beberapa objek, pribadi, dan peristiwa. Secara sederhana, sikap
merupakan ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa
hal.
Perilaku sendiri merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku adalah respon individu atau kelompok terhadap lingkungan. Dalam
fisiologi, perilaku manusia merupakan bagian penting dari perubahan fisik yang
menitikberatkan pada sifat dan karakteristik yang khas dari organ-organ atau sel-sel yang
ada dalam tubuh. Dalam kacamata ilmu sosial, perilaku atau perbuatan manusia merupakan
manifestasi terhadap pola-pola hubungan, dinamika, perubahan dan interaksi yang
menitikberatkan pada masyarakat dan kelompok sosial sebagai satu kesatuan, serta melihat
individu sebagai bagian dari kelompok masyarakat (keluarga, kelompok sosial, kerabat,
klien, suku, ras, bangsa). Sikap terhadap perilaku mulai dari Teori Perilaku Yang Beralasan
(The Theory of Reasoned Action) hingga Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned
Behavior).
1. Teori Perilaku Yang Beralasan (The Theory of Reasoned Action)
Teori ini menjelaskan komponen-komponen yang menyatu dan menyeluruh dari sikap
sebagai suatu rancangan yang dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku secara lebih
tepat. Model ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi niat perilaku, yaitu sikap
terhadap perilaku, dan norma-norma subyektif.
Menurut B. S Dharmmesta, norma-norma subyektif menunjuk pada tekanan sosial
yang dirasakan untuk mengambil atau tidak mengambil tindakan/perilaku. Norma-norma
subyektif dapat diukur secara langsung dengan mengevaluasi pendapat konsumen,
misalnya hal-hal yang dekat dengan mereka untuk dipikirkan pada tindakan/perilaku ini.
2. Teori Perilaku Terencana (The Theory of Planned Behavior)

3
Meskipun teori perilaku yang beralasan (theory of reasoned action) telah berhasil
digunakan dalam bermacam-macam lingkungan (keadaan) penelitian, luas (jangkauan)
kemampuan terapannya terbatas pada perilaku-perilaku dengan kontrol kemauan, dan
banyak contoh perilaku sosial tidak dapat dianggap sebagaimana sesuai dengan watak
kemauan sepenuhnya. Untuk memperbesar luas terapan teori tersebut, dan mengingat
persoalan tentang kontrol kemauan. I. Ajzen mengemukakan perluasan teori perilaku yang
beralasan (theory of reasoned action) tersebut yang dikenal sebagai teori perilaku terencana
(theory of planned behavior). Teori ini memasukkan penentu ketiga dari niat perilaku, yaitu
kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control) yang menunjuk kepada
tingkat dimana seseorang merasa bahwa pelaksanaan atau bukan pelaksanaan dari perilaku
yang dibicarakan berada pada kontrol kemauannya. Pengukuran kontrol keperilakuan yang
dirasakan (perceived behavioral control) dirancang untuk menilai keyakinan seseorang
mengenai mudah atau sulitnya melaksanakan perilaku tersebut. I. Ajzen mengemukakan
bahwa kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control) akan menjadi
penentu niat yang paling penting bila pelaku (subyek) mempunyai pengetahuan
sebelumnya atau pengalaman dari perilaku yang dibicarakan. Pada kasus dimana perilaku
tersebut bagi pelaku (subyek) dalam penelitian adalah sesuatu yang tidak biasa atau baru,
kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control) hanya bisa
memberikan kontribusi yang kecil pada kegunaan prediksi dari model tersebut. Kontrol
keperilakuan yang dirasakan (perceived behavioral control) berbeda dari konsep J. B.
Rotter mengenai penempatan kontrol (locus of control) dimana konsep tersebut adalah
mengenai keyakinan yang disamaratakan tentang kontrol atas akibat, sedangkan variabel
kontrol keperilakuan yang diukur dalam model teori perilaku terencana (theory of planned
behavior) terikat dengan suatu perilaku yang spesifik yang berkenaan dengan waktu,
tindakan, target, dan konteks. Jadi, kontrol keperilakuan yang dirasakan dirancang agar
tepat lebih cocok dengan perilaku yang spesifik daripada penempatan skala kontrol yang
dikhususkan sekalipun yang telah dikembangkan bagi penggunaan di dalam bidang
keperilakuan yang khusus, seperti Penempatan Skala Kontrol Bagi Kesehatan (Health
Locus of Control Scale).
Dengan kata lain, teori perilaku terencana (theory of planned behavior) mengenali
adanya kemungkinan bahwa banyak perilaku tidak berada dalam kontrol secara penuh, dan
konsep tentang kontrol keperilakuan yang dirasakan ditambahkan untuk menangani
perilaku-perilaku seperti ini. Akan tetapi, jika kontrol keperilakuan yang dirasakan
mendekati maksimumnya, yaitu ketika persoalan-persoalan tentang kontrol tidak berada
dalam pertimbangan penting seseorang, maka teori perilaku terencana (theory of planned
behavior) berkurang menjadi teori perilaku yang beralasan (theory of reasoned action).
Dalam kondisi seperti ini, niat ataupun perilaku tidak akan dipengaruhi oleh keyakinan
tentang kontrol keperilakuan, variabel yang berpengaruh tinggal sikap terhadap perilaku
dan norma subyektif.
2.2 Definisi Teori Perilaku Terencana
Menurut I. Ajzen, T. J. Madden, dan P. S. Ellen, teori perilaku terencana (Theory of
Planned Behaviour) merupakan pengembangan dari teori perilaku yang beralasan (Theory
of Reasoned Action) telah muncul sebagai suatu alternatif untuk memprediksi perilaku
secara lebih akurat. Theory of Planned Behavior (teori perilaku terencana) merupakan

4
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (teori tindakan beralasan) yang bertujuan
untuk mengatasi masalah yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol seseorang yang
belum lengkap dalam teori tindakan beralasan. Menurut Fishbein dan Ajzen, Theory of
Reasoned Action merupakan suatu model yang digunakan untuk memprediksi minat dan
perilaku. Menurut theory of reasoned action, perilaku (behavior) seseorang tergantung
pada minatnya (intention), sedangkan minat untuk berperilaku sangat tergantung pada
sikap dan norma subjektif atas perilaku. Pada sisi lain keyakinan atas akibat perilaku sangat
mempengaruhi sikap dan norma subjektif. Minat dan perilaku konsumen dipengaruhi oleh
faktor internal individu dan faktor eksternal (lingkungan sosial). Inti Theory of Planned
Behavior, tetap berada pada faktor intensi perilaku namun determinan intensi tidak hanya
sikap dan norma subjektif melainkan juga aspek kontrol perilaku yang dirasakan (perceived
behavior control). Namun kontrol keperilakuan yang dirasakan dianggap mempunyai
implikasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memprediksi perilaku
seseorang.
Menurut B. S. Dharmmesta, sikap global dan sifat-sifat kepribadian tidak mempunyai
peranan langsung dalam teori perilaku terencana (Theory of Planned Behaviour). Variabel-
variabel seperti ini dianggap sebagai faktor-faktor tersebut terlalu umum untuk dapat
memperoleh validitas prediktifnya. Sangatlah mungkin mendapatkan pengaruh faktor-
faktor tersebut dalam kerangka teori ini dengan menguji pengaruhnya pada keyakinan
keperilakuan, keyakinan normatif dan keyakinan kontrol dan kemudian menelusur
dampaknya pada perilaku, melalui sikap terhadap perilaku, norma-norma subyektif,
kontrol keperilakuan yang dirasakan dan akhirnya niat perilaku. Teori perilaku terencana
(theory of planned behavior) didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang
rasional dan menggunakan informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang
memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
2.3 Model Konseptual Teori Perilaku Terencana

5
Gambar model theory of planned behavior menurut Icak Ajzen (1991)

Icak Ajzen mengemukakan bahwa faktor utama dari perilaku seseorang ialah bahwa
perilaku itu dipengaruhi oleh niat individu (behavior intention) terhadap perilaku tertentu.
Dimana niat (intention) ini dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu sikap (attitude), norma
subyektif (subjective norm) dan persepsi kontrol keperilakuan (perceived behavior
control).

Lebih lanjut Ajzen memaparkan bahwa tiga komponen tersebut merupakan tiga
variabel independen yang dimiliki TPB. Pertama ialah sikap terhadap perilaku dimana
seseorang melakukan penilaian atas sesuatu yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Kedua ialah norma subyektif atau faktor sosial, hal tersebut mengacu
pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
Ketiga ialah kontrol perilaku persepsi yang mengacu pada persepsi kemudahan atau
kesulitan melakukan perilaku dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa
lalu sebagai antisipasi hambatan dan rintangan.

Tiga komponen independen dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Sikap terhadap perilaku

Dalam memengaruhi niat (intention), sikap terhadap perilaku merupakan variabel yang
pertama. Menurut (Lada et al., 2009) sikap adalah mengacu pada sejauh mana seseorang
memiliki evaluasi atau penilaian dari perilaku tersebut menguntungkan atau tidak
menguntungkan.

Sikap menggambarkan bagaimana perilaku seseorang terhadap suatu objek ataupun


perbuatan seperti apakah dia menyukai hal tersebut atau tidak. Individu akan lebih
cenderung memiliki niat yang lebih besar jika melakukan sesuatu hal yang menurutnya
memiliki keuntungan yang besar bagi dirinya. Seperti yang dijelaskan oleh (Ajzen, 1991)
bahwa sikap terhadap perilaku merupakan kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang
disenangi ataupun tidak disenangi pada suatu objek, orang, institusi atau peristiwa.

2) Norma Subyektif

Norma subyektif merupakan variabel kedua dalam mempengaruhi niat (intention).


Norma subyektif ialah faktor sosial yang menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan atau perilaku. Jika individu menyarankan
untuk melaksanakan suatu perilaku pada individu lain maka tekanan sosial yang didapatkan
dan dirasakan akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Ketika individu memberi saran
juga sugesti kepada individu lain untuk tidak melakukan suatu perilaku maka tekanan
sosial nya berkurang.

Guzman (dalam Wedyanti dan Giantri, 2016) berpendapat bahwa norma subyektif
merupakan keterkaitan persepsi individu tentang pendapat seseorang dari lingkungan
sosialnya sehingga dukungan keluarga dan teman-teman memiliki peran penting dalam
membentuk niat seseorang. Ajzen memberi penjelasan bahwa norma subyektif adalah

6
perasaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam
kehidupannya mengenai dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tertentu.

Maka dapat diketahui bahwa norma subyektif adalah fungsi dari harapan yang
dipersepsikan seseorang bisa satu atau lebih orang disekitarnya untuk menyetujui perilaku
tertentu atau tidak dan memotivasi seseorang tersebut.

3) Persepsi perilaku kontrol

Persepsi perilaku control merupakan variabel ketiga dalam mempengaruhi niat


(intention). (Feldman, 1995) menjelaskan bahwa kontrol perilaku adalah pemahaman
individu tentang sederhana atau kompleksnya dalam melakukan perbuatan atas dasar pada
pengalaman terdahulu dan kendala yang dapat dicari solusinya dalam melakukan suatu
perbuatan. Persepsi kontrol dapat dikatakan bahwa ditentukan oleh pengalaman masa lalu
individu dan juga perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk
melakukan suatu perilaku.

Persepsi kontrol perilaku memiliki dua aspek yaitu seberapa banyak individu itu
memiliki kendali atas perilaku dan seberapa yakin individu itu merasa mampu melakukan
atau tidak melakukan perilaku tersebut. Dapat dipahami bahwa individu akan berpresepsi
jika ia mampu dan percaya akan sesuatu hal maka sesuatu hal itu akan dilakukan. (Ajzen,
2005) juga memaparkan bahwa keberadaan faktor pendukung memberikan peran penting
dalam hal pengendalian atas kontrol perilaku. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit
faktor pendukung yang dirasakan oleh individu maka individu tersebut akan kesulitan
untuk memahami perilaku

2.4 Pembagian dan Penjelasan Model Konseptual Teori Perilaku Terencana


Dalam teori perilaku terencana, terdapat tiga komponen penting sebagai pembentuk
dari sebuah Behavior Intention (Niat Perilaku) yang selanjutnya akan menjadi Behavior
(Perilaku), yaitu : Attitude Toward Behavior (Sikap terhadap Perilaku), Subjective Norms
(Norma-norma Subjektif), dan Perceived Behavioral Control (Kontrol Keperilakuan yang
Dirasakan). Tiga komponen pembentuk niat perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa
komponen-komponen lainnya. Seperti Attitude Toward Behavior (Sikap terhadap Perilaku)
dipengaruhi oleh Behavioral Belief (Keyakinan Keperilakuan) dan Outcome Evaluation
(Evaluasi Konsekuensi), Subjective Norms (Norma-norma Subjektif) dipengaruhi oleh
Normatif Belief (Keyakinan Normatif) dan Motivation to Comply (Motivasi untuk
Mengikuti Saran Orang Lain), serta Perceived Behavioral Control (Kontrol Keperilakuan

7
yang Dirasakan) dipengaruhi oleh Probability Belief (Keyakinan Kontrol) dan Control
Belief (Akses pada Faktor Kontrol). Dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Model konseptual menurut B. S. Dharmmesta (1998)


Penjelasan dari pembagian atau model konseptual teori perilaku terencana di atas
adalah sebagai berikut :
1. Behavioral Belief atau Keyakinan Keperilakuan (bi)
Behavioral Belief atau Keyakinan Keperilakuan adalah tahapan awal di mana suatu
individu mempunyai gagasan atau keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukannya.
Di dalam keyakinan keperilakuan ini, individu mempunyai motif dan ekspektasi tertentu
saat ingin melakukan perilaku. Suatu perilaku yang dapat menghasilkan suatu hal positif
maupun negatif dapat diyakinkan melalui tahapan keyakinan keperilakuan ini. Pada
intinya, keyakinan keperilakuan adalah tahapan awal untuk mempertimbangkan dan
meyakinkan terhadap apa yang akan terjadi jika suatu perilaku tertentu dilakukan.
2. Outcome Evaluation atau Evaluasi Konsekuensi (ei)
Setelah dari tahapan meyakinkan dan mempunyai motif tertentu atau alasan mengapa
suatu perilaku itu harus dilakukan, yaitu keyakinan keperilakuan, selanjutnya menuju ke
tahapan Outcome Evaluation atau Evaluasi Konsekuensi. Pada tahapan evaluasi
konsekuensi ini, individu dapat menilai dan mempertimbangkan apa yang diperoleh dari
tahapan keyakinan keperilakuan yang berupa harus atau tidaknya suatu perilaku itu
dilakukan. Penilaian perilaku tersebut merujuk pada akibat atau konsekuensi yang akan
terjadi jika suatu perilaku tertentu itu dilakukan. Baik atau tidak baik, berdampak positif
atau negatif, bermanfaat atau hanya hal yang bersifat sia-sia. Dalam hal ini, individu dapat
mempertimbangkan atau mengevaluasikan sebelum suatu perilaku itu benar-benar
dilakukan.
3. Attitude Toward Behavior atau Sikap terhadap Perilaku (Ab)

8
Pada saat suatu individu telah meyakinkan perilaku tertentu yang akan dilakukan di
tahapan keyakinan keperilakuan dan juga telah mempertimbangkan atas konsekuensi apa
saja yang mungkin terjadi jika perilaku tertentu itu dilakukan, maka terbentuklah proses
Attitude Toward Behavior atau Sikap terhadap Perilaku. Sikap terhadap perilaku
merupakan kombinasi antara tahapan keyakinan keperilakuan dan Evaluasi konsekuensi.
Dalam hal ini, sikap terhadap perilaku adalah kecenderungan yang disimpulkan oleh
seorang individu untuk menilai, merespon, dan mengekspresikan suatu perilaku tertentu.
Sikap terhadap perilaku ini terdapat dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap
negatif.
4. Normatif Belief atau Keyakinan Normatif (Nbj)
Normatif Belief atau Keyakinan Normatif adalah gagasan yang diterima dari kelompok
referen yang berpendapat bahwa sebaiknya atau tidak sebaiknya melakukan suatu perilaku
tertentu. Pada tahapan keyakinan normatif ini, individu ketika ingin melakukan suatu
perilaku tertentu disandarkan oleh norma-norma atau aturan sosial yang berlaku di
lingkungan individu. Norma-norma tersebut sebagai alat ukur atau penentu dari baik atau
tidak baiknya suatu perilaku itu diterima oleh kelompok sosial dan layak atau tidak
layaknya suatu perilaku itu berada di tengah-tengah kelompok. Dalam hal ini, keyakinan
normatif adalah suatu gagasan atau pedoman yang dimiliki oleh suatu individu dalam
melakukan perilaku agar sesuai dengan harapan kelompok sosialnya.
5. Motivation to Comply atau Motivasi untuk Mengikuti Saran Orang Lain (Mcj)
Setelah tahapan keyakinan normatif, yaitu keadaan dimana suatu individu
mempunyai gagasan atau keyakinan dalam melakukan perilaku tertentu yang sesuai
dengan aturan-aturan sosial di sekitarnya, selanjutnya terdapat tahapan Motivasi untuk
Mengikuti Saran Orang Lain. Dalam tahapan atau model ini, keyakinan yang terdapat
dalam suatu individu untuk melakukan perilaku tertentu yang berpedoman dengan norma-
norma di lingkungan sosialnya, mendapat dorongan atau motivasi dari eksternal atau orang
lain. Dorongan ini bisa berupa saran untuk melakukan suatu perilaku atau tidak melakukan
suatu perilaku.
6. Subjective Norms atau Norma-norma Subjektif (SN)
Tahapan Keyakinan Normatif dan Motivasi untuk Mengikuti Saran Orang Lain dapat
disimpulkan dengan proses Subjective Norms atau Norma-norma Subjektif. Norma-norma
subjektif merupakan pedoman dari suatu individu dalam melakukan perilakunya agar
sesuai dengan harapan kelompok sosialnya atau masyarakat. Norma-norma subjektif ini
menentukan normal atau abnormalnya, baik atau tidak baiknya, layak atau tidak layaknya
suatu perilaku tertentu dilakukan di masyarakat. Norma-norma subjektif berupa aturan-
aturan yang terdapat di suatu kelompok sosial atau masyarakat dan berdasarkan pandangan
atau saran dari orang lain.
7. Probability Belief atau Keyakinan Kontrol (Pi)
Probability Belief atau Keyakinan Kontrol adalah persepsi dari keberadaan atau
ketidakberadaan dari sumber-sumber dan kesempatan yang diperlukan untuk melakukan

9
suatu perilaku. Selanjutnya, sumber-sumber dan kesempatan tersebut dipertimbankan atau
dinilai dalam tahapan Control Belief atau Akses pada Faktor Kontrol.
8. Control Belief atau Akses pada Faktor Kontrol (Ci)
Control Belief atau Akses pada Faktor Kontrol adalah kemudahan atau kesulitan akses
yang dirasakan suatu individu pada saat menilai dan menyimpulkan sumber-sumber yang
diperlukan ketika ingin melakukan suatu perilaku. Keberadaan sumber-sumber yang
didapatkan dari tahapan keyakinan kontrol, dinilai pada tahapan Akses pada Faktor Kontrol
yaitu menyimpulkan mudah atau sulitnya sumber-sumber tersebut diakses sebagai penentu
dari suatu perilaku dilakukan atau tidak dilakukan.

9. Perceived Behavioral Control atau Kontrol Keperilakuan yang Dirasakan (PC)


Selanjutnya, setelah suatu individu mengetahui keberadaan atau ketidakberadaan
sumber-sumber yang diperlukan beserta kemudahan atau kesulitan mengaksesnya,
individu tersebut masuk ke proses Perceived Behavioral Control atau Kontrol
Keperilakuan yang Dirasakan. Dalam proses kontrol keperilakuan yang dirasakan ini, suatu
individu dapat menilai dan menyimpulkan apakah suatu perilaku itu mudah dilakukan atau
sulit untuk dilakukan. Kontrol keperilakuan yang dirasakan ini juga sama dengan persepsi
kendali perilaku, yaitu persepsi dan pandangan suatu individu dalam menilai mudah atau
sulitnya untuk melakukan suatu perilaku.
10. Behavioral Intention atau Niat Perilaku (Bi)
Behavioral Intention atau Niat Perilaku merupakan hasil akhir dari tahapan-tahapan
atau model konseptual teori perilaku terencana yang selanjutnya akan menjadi Behavior
(perilaku). Niat perilaku merupakan hasil dari tiga tahapan atau komponen-komponen teori
perilaku terencana, yaitu: Attitude Toward Behavior (Sikap terhadap Perilaku), Subjective
Norms (Norma-norma Subjektif), dan Perceived Behavioral Control (Kontrol
Keperilakuan yang Dirasakan).
11. Behavior atau Perilaku (B)
Setelah melalui beberapa tahapan dalam teori perilaku terencana, suatu perilaku dalam
diri seseorang dapat ditentukan dan dilihat apakah benar-benar terjadi atau tidak. Pada saat
behavioral intention atau niat perilaku, suatu perilaku masih berada dalam tahapan rencana
atau tahapan akhir pada pengambilan keputusan untuk melakukan suatu perilaku. Di
behavior atau perilaku inilah bentuk dari seluruh tahapan itu dapat dilihat oleh manusia.
Suatu perilaku dapat menghasilkan dampak yang positif dan juga negatif, tergantung
keadaan di saat apa perilaku tersebut dilakukan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori perilaku terencana (theory of planned behavior) didasarkan pada asumsi bahwa
manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi yang mungkin
baginya, secara sistematis.
Teori ini menjelaskan komponen-komponen yang menyatu dan menyeluruh dari sikap
sebagai suatu rancangan yang dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku secara lebih
tepat. Teori ini memasukkan penentu ketiga dari niat perilaku, yaitu kontrol keperilakuan
yang dirasakan (perceived behavioral control) yang menunjuk kepada tingkat dimana
seseorang merasa bahwa pelaksanaan atau bukan pelaksanaan dari perilaku yang
dibicarakan berada pada kontrol kemauannya. Icak Ajzen mengemukakan bahwa faktor
utama dari perilaku seseorang ialah bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh niat individu
(behavior intention) terhadap perilaku tertentu.

Lebih lanjut Ajzen memaparkan bahwa tiga komponen tersebut merupakan tiga
variable independen yang dimiliki TPB. Tiga komponen independen dapat dijelaskan
sebagai berikut.

1) Sikap terhadap perilaku


2) Norma subyektif
3) Persepsi perilaku control
Model konseptual menurut B. S. Dharmmesta (1998) :
1) Behavioral Belief atau Keyakinan Keperilakuan (bi)
2) Outcome Evaluation atau Evaluasi Konsekuensi (ei)
3) Attitude Toward Behavior atau Sikap terhadap Perilaku (Ab)
4) Normatif Belief atau Keyakinan Normatif (Nbj)
5) Motivation to Comply atau Motivasi untuk Mengikuti Saran Orang Lain (Mcj)
6) Subjective Norms atau Norma-norma Subjektif (SN)
7) Probability Belief atau Keyakinan Kontrol (Pi)
8) Control Belief atau Akses pada Faktor Kontrol (Ci)
9) Perceived Behavioral Control atau Kontrol Keperilakuan yang Dirasakan (PC)
10) Behavioral Intention atau Niat Perilaku (Bi)
11) Behavior atau Perilaku (B)

11
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini penyusun berharap pembaca dapat mengetahui
tentang sikap dan perilaku, definisi teori perilaku terencana, model konseptual teori
perilaku terencana, pembagian dan penjelasan model konseptual teori perilaku terencana.
Kemudian makalah ini juga diharapkan dapat bermanfaat pula bagi
penyusun.

12
DAFTAR PUSTAKA

Endah, N. H. (2014). Perilaku pembelian kosmetik berlabel halal oleh konsumen Indonesia. Jurnal
Ekonomi dan Pembangunan, 22(1), 11-25.

Myers, G David., Jean M. Twenge. (2013). Social Psychology. McGraw-Hill

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Seni, N. N. A., & Ratnadi, N. M. D. (2017). Theory of planned behavior untuk memprediksi niat
berinvestasi. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 12, 4043.

Tamba, D. (2019). Aplikasi Theory Of Planned Behavior untuk Memprediksi Perilaku Mahasiswa
Membeli Laptop Lenovo (Studi Kasus: Mahasiswa Fe-Unika Santo Thomas Su). Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 17(2), 119-145.

Walgito, Bimo. (2009). Sikap Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wawan, A., & Teori, D. M. 2011. Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

13

Anda mungkin juga menyukai