Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari anggota kelompok yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Pagaralam, 10 Maret 2022

Penyusun

…..
DAFTAR ISI

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Pengertian
5.2 Komponen-komponen
5.3 Ciri-ciri
5.4 Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
5.5 Teori
5.6 Fungsi
5.7 Hubungan Sikap dengan Perilaku
6. Metodologi Penelitian
6.1 Metode
Metode Deskriptif
Menurut …
6.2 Sumber Data
Data Sekunder
Menurut …
6.3 Teknik Pengumpulan Data
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang unik karena memilki perbedaan dengan individu
lainnya. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial
yang membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian
dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun
perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan terhadap sikap kaitannya
denganefek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem hubungan
antarkelompok.

Banyak sosiolog dan psikolog memberi batasan bahwa sikap merupakan


kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus
yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk
mendekat atau menghindar, posotitif atau negative terhadap berbagai keadaan sosial,
apakahnitu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan
Kendler, 1974; Gerungan, 2000). Oleh karena itu kami akan membahas lebih spesifik
lagi mengenai sikap. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan
mengenai pengertian sikap, proses dan komponen

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut attitude pertama kali digunakan oleh
Herbert Spencer (1862), yang menggunakan kata ini untuk menunjuk suatu status
mental seseorang. Kemudian pada tahun 1888 Lange menggunakan konsep ini dalam
suatu eksperimen laboratorium. Kemudian konsep sikap secara populer digunakan
oleh para ahli sosiologi dan psikologi. Bagi para ahli psikologi, perhatian terhadap
sikap berakar pada alasan perbedaan individual. Mengapa individu yang berbeda
memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di dalam situasi yang sebagian besar
gejala mi diterangkan oleh adanya perbedaan sikap. Sedang bagi para ahli sosiologi
sikap memiliki arti yang lebih besar untuk menerangkan perubahan sosial dan
kebudayaan.

Kita telah mengetahui bahwa orang dalam berhubungan dengan orang lain tidak
hanya berbuat begitu saja, tetapi juga menyadari perbuatan yang dilakukan dan
menyadari pula situasi yang ada sangkut pautnya dengan perbuatan itu. Kesadaran
mi tidak hanya mengenai tingkah laku yang sudah terjadi, tetapi juga tingkah laku
yang mungkin akan terjadi. Kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata
dan perbuatan-perbuatan yang mungkin akan terjadi inilah yang dinamika SIKAP.
Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang
maupun perbuatan yang akan datang.

Oleh karena itu ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu
kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang
mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.

Dalam hal ini Thomas menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap
sesuatu hal atau suatu objek tertentu. Tidak ada satu sikap pun yang tanpa objek.

1.2 Rumusan Masalah

a. Pengertian Sikap/Attitude

b. Komponen Sikap/Attitude

c. Ciri-Ciri Sikap/Attitude

d. Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

e. Teori Tentang Sikap

f. Fungsi Sikap

g. Hubungan Sikap Dan Perilaku

1.3 Tujuan Sikap/Attitude

Tujuan Sikap membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa


keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin
mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan.

Tujuan sikap untuk :

1. Mengetahui Pengertian Sikap

2. Mengetahui Proses dan Komponen Sikap

3. Mengetahui Ciri-Ciri Sikap

4. Mengetahui Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap

5. Mengetahui dan mengakaji teori tentang sikap

6. Mengetahui korelasi sikap dengan perilaku


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap/Attitude

Dibawah ini pengertian Sikap Menurut para Ahli :

1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai


kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (ravorably) atau secara
negatif (untavorably) terhadap obyek – obyek tertentu.

2. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap
sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional , emosional,
perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

3. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku ,
tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan.

4. Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai


kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan
kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-
benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

5. Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang


tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang
merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang
pada sesuatu.

6. Menunit G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah
kesiapan seseorang untuk bertindak.

7. Tri Rusmi Widayatun memberikan pengertian sikap adalah “keadaan mental dan
syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh
dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang
berkaitan dengannya.

8. Jalaluddin Rakhmat ( 1992 : 39 ) mengemukakan lima pengertian sikap, yaitu:

a) Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam


menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok.

b) Sikap mempunyai daya penolong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman
masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap
sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan
diinginkan,mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari.

c) Sikap lebih menetap. Berbagai studi menunjukkan sikap politik kelompok


cenderung dipertahankan dan jarang mengalami pembahan.

d) Sikap mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan


atau tidak menyenangkan.

e) Sikap timbul dari pengalaman: tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil
belajar. Karena itu sikap dapat diperteguh atau diubah.

9. Sri Utami Rahayuningsih (2008) Sikap (Attitude) adalah

a) Berorientasi kepada respon : sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu

perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak


mendukung

(Unfavourable) pada suatu objek

b) Berorientasi kepada kesiapan respon : sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi


terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya respon suatu pola perilaku, tendenasi atau
kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah
terkondisikan

c) Berorientasi kepada skema triadic : sikap merupakan konstelasi komponen-


komponen

kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan,
dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif
atau negatif terhadap obyek atau situasi.

2.2 Komponen Sikap/Attitude

Sikap seseorang ditentukan oleh kepuasan yang dirasakan sesuai harapannya.


Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Kemudian
menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah :

1. Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya
diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2. Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek, secara


umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu
obyek.

3. Konatif
Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam
diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya.

2.3 Ciri-ciri sikap

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Sikap tidak dibawa sejak lahir

Berarti manusia dilahirkan tidak membawa sikap tertentu pada suatu objek. Oleh
karenanya maka sikap terbentuk selama perkembangan individu yang bersangkutan.
Karena terbentuk selama perkembangan maka sikap dapat berubah, dapat dibentuk
dan dipelajari. Namun kecenderungannya sikap bersifat tetap.

b) Sikap selalu berhubungan dengan objek

Sikap terbentuk karena hubungan dengan objek-objek tertentu, melalui persepsi


terhadap objek tersebut.

c) Sikap dapat tertuju pada satu objek dan sekumpulan objek

Bila seseorang memiliki sikap negatif pada satu orang maaka ia akan menunjukkan
sikap yang negatif pada kelompok orang tersebut.

d) Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika sikap sudah menjadi nilai dalam kehidupan seseorang maka akan berlangsung
lama bertahan, tetapi jika sikap belum mendalam dalam diri seseorang maka sikap
relaatif dapat berubah.

e) Sikap mengandung perasaan atau motivasi

Sikap terhaadap sesuaatu akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun
negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong untuk berperilaku.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap


Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,


pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman
akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki.
Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan
untuk sikap dan perilaku yang lain.
Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis
atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif
yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif
dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap
tertentu.
Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan
agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta
ajaran-ajarannya.
Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk
sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan
ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih
tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah
prasangka.

2.5 Teori Tentang Sikap

A. Teori Belajar dan Reinforcement

Sikap dipelajari dengan cara yang sama seperti kebiasaan lainnya. Orang
memperoleh informasi dan fakta-fakta, mereka juga mempelajari perasaan-perasaan
dan nilai-nilai yang berkaitan dengan fakta tersebut. Proses-proses dasar terjadinya
belajar dapat diterapkan pada pembentukan sikap. Individu dapat memperoleh
informasi dan perasaan melalui proses asosiasi. Asosiasi terbentuk bila stimulus
muncul pada saat dan tempat yang sama. Faktor yang paling sederhana dalam
pembentukan sikap adalah asosiasi yang dimiliki obyek. Belajar juga dapat terjadi
melalui peneguhan kembali.

Sikap dapat dipelajari melalui imitasi. Orang meniru orang lain, terutama jika
orang lain itu adalah merupakan orang yang kuat dan penting. Salah satu sumber
yang terpenting dari sikap sosial dan politik dasar pada awal kehidupan adalah
keluarga. Anak-anak suka meniru sikap orang tuanya. Pada masa remaja mereka
suka meniru sikap teman sebayanya. Mereka sering menemukan kenyataan bahwa
mereka telah mempelajari nilai yang bertentangan dari orang yang berbeda dan
berada dalam keadaan stress untuk memecahkan konflik tersebut. Kemudian bayak
mahasiswa menemukan kenyataan bahwa teman-teman, pengajar mereka dan buku-
buku di perguruan tinggi menghadapkan mereka pada gagasan dan nilai yang
berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.
Teori belajar mendominasi penelitian tentang pencapaian sikap. Penlekatan
belajar terhadap sikap relatif sederhana, pendekatan ini memandang manusia sebagai
makhluk yang pasif. Mereka dihadapkan pada stimulus, mereka belajar melalui suatu
proses belajar atau proses lainnya dan kegiatan belajar ini menentukan sikap
seseorang. Sikap terakhir terdiri dan seluruh asosiasi, nilai dan beberapa informasi
lain yang dikumpulkan individu. Penilaian terakhir seseorang tentang orang, obyek
atau gagasan tergantung pada jumlah dan kekuatan unsur-unsur positif dan negatif
yang dipelajari.

B. Teori Insentif

Teori insentif memandang pembentukan sikap sebagai proses menimbang baik


buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil altematif yang
terbaik. Asumsi pokok dari sudut pandang respons kognitif adalah bahwa orang
merupakan pemroses informasi yang aktif yang membangkitkan respons kognitif
terhadap pesan, dan tidak sekedar menjadi penerima pasif dan pesan apapun yang
mereka terima.

Pendekatan lainnya adalah pendekatan nilai ekspektansi (expectancy-valuaes


approach). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa dalam mengambil sikap orang
berusaha memaksimalkan nilai berbagai hasil/akibat yang diharapkan. Perbedaan
kedua versi pendekatan ini adalah bahwa teori insentif mengabaikan asal-usul sikap
dan hanya mempertimbangkan keseimbangan insentif yang terjadi. Selain itu teori
insentif menekankan keuntungan atau kerugian apa yang akan dialami seseorang
dengan mengambil posisi tertentu.

C. Teori Konsistensi Kognitif

Kerangka utama lain untuk mempelajari sikap menekankan konsistensi kognitif.


Pendekatan konsistensi kognitif berkembang pandangan kognitif dimana pendekatan
ini menggambarkan orang sebagai makhluk yang menemukan makna dan hubungan
dalam struktur kognitifnya.
Terdapat tiga pokok yang berbeda dalam gagasan konsistensi kognitif.

1. Teori keseimbangan yang meliputi tekanan konsistensi diantara akibat-akibat


dalam sistem kognitif yang sederhana. Sistem seperti ini terdiri dari dua
obyek, hubungan diantara kedua obyek itu dan penilaian individu tentang
obyek-obyek tersebut.
2. Pendekatan konsistensi kognitif-afektif. Pendekatan ini menjelaskan bahwa
orang juga berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksi
mereka.
3. Teori ketidaksesuaian atau disonance theory. Sikap akan berubah demi
mempertahankan konsistensi perilaku dengan perilaku nyatanya. D. Teori
atribusi (atribution theory) juga telah diterapkan dalam ketidakkonsistenan
sikap-perilaku. Bern (dalam Sears., 1985:149) menyatakan bahwa orang
mengetahui sikap mereka sendiri bukan melalui peninjauan ke dalam diri
mereka, tetapi dengan mengambil kesimpulan dan perilaku mereka sendiri
dan persepst mereka tentang situasi. Implikasinya adalah bahwa perubahan
perilaku yang dilakukan oleh seseorang memungkinkan timbulnya
kesimpulan pada orang itu bahwa sikapnya telah berubah. Misalnya ketika
kita setiap hari belajar psikologi maka lama kelamaan mungkin kita akan
menyukai pelajaran ini.

2.6 Fungsi Sikap

Katz (Luthans, 1955) menjelaskan empat fungsi sikap, keempat fungsi sikap itu
adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan
fungsi pengetahuan.

1. Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap


yang akan membantu untuk mencapai tujuan secara maksimal.
2. Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi
seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Sebagai
contoh fungsi ini adalah perilaku proyeksi.

3. Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positive nilai-nilai
dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri.

4. Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseoarang menetapkan


standar evaluasi terhadap sesuatu hal. Contoh fungsi pengetahuan sikap misalnya
adalah pemilik sepeda motor akan mengubah sikap positif terhadap sepeda motor
seiring dengan peningkatan status sosialnya..

2.7 Hubungan Sikap Dengan perilaku

Sikap yang dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap


perilaku individu. Pengaruh tersebut terletak pada individu sendiri terhadap respon
yang ditangkap, kecenderungan individu untuk melakukan tindakan dipengaruhi
oleh berbagai faktor bawaan dan lingkungansehingga menimbulkan tingkah laku.

1. Pembentukan perilaku

Pembentukan perilaku dengan konsidioning atau kebiasaan, Cara ini didasarkan


atas teori belajar konsidioning yang dikemukakan oleh Pavlov, Thorndike dan
Skinner. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan,
akan terbentuklah perilaku tersebut.

Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Disamping pembentukan


dengan kondisioning, pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan pengertian
(insight). Caraini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar yang disertai
dengan adanya pengertian,seperti yang dikemukakan kohler.

Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh. Jadi, perilaku


itu dibentuk dengan cara menggunakan model atau contoh yang kemudian perilaku
dari model tersebut ditiru oleh individu. Hal ini didasarkan atas teori belajar social
(social learning theory).
2. Konsistensi sikap dan perilaku
Sikap dan perilaku sering dikatakan berkaitan erat, dan hasil penelitian juga
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara sikap dan perilaku. Salah satu
teori yang biasa menjelaskan hubungan antara dan perilaku dikemukakan oleh
Fishbein dan Ajzen. Menurut mereka, antara sikap dan perilaku terdapat satu factor
psikologis yang harus ada agar keduanya konsisten, yaitu niat (intention). Worchel
dan Cooper (1983) menyimpulkan sikap dan perilaku bias konsisten apabila ada
kondisi sebagai berikut :

1. Spesifikasi sikap dan perilaku

2. Relevansi sikap terhadap perilaku

3. Tekanan normative

4. Pengalaman
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sikap merupakan sebuah pandangan positive ataupun negative terhadap suatu


objek yang sedang dihadapinya saat itu atau yang telah lalu. Pandangan ini diperoleh
dari hasil belajar atau karena pengaruh interaksisocial sehari-hari yang diikuti dengan
perasaan seorang individu.

Sikap memiliki tiga (3) komponen yaitu : komponen afektif, komponen kognitif,
dan komponen prilaku dalam menentukan terjadinya keselarasan sikap untuk
menanggapi suatu objek yang terjadi padanya.

Dapat disimpulkan bahwa, pentingnya peranan sikap yang dimunculkan oleh


seorang individu untuk dapat mengaplikasikan sikapnya kedalam bentuk tindakan
terhadap suatu objek maupun sebuah peristiwa yang sedang dihadapinya.

3.2 Saran

Dalam kehidupan sehari-hari kita harus Tetap menjaga sikap dan tingkah laku
dengan baik, sehingga dapat di terima dalam lingkungan kita dimana berada.
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahtentangsikapversiedo.blogspot.com/2016/10/makalah-tentang-
sikap.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai