“Aliran-Aliran Psikologi”
Disusun dalam Rangka untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Psikologi
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Aliran-Aliran Psikologi”
ini tepat pada waktunya dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi semester 2.
Pada kesempatan ini, Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rosmita
M.Ag selaku dosen Psikologi Umum Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan Kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya, sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... . . 4
BAB II PEMBAHASAN .. 5
1 Strukturalisme .. 5
2. Fungsionalisme .. 6
3 Asosiasionisme............................................................................................................. 7
4. Psikoanalisis................................................................................................................. 7
5. Behaviorisme .... 8
6. Psikologi Hormic.......................................................................................................... 9
7. Psikologi Gestalt........................................................................................................... 9
8. Psikologi Humanistik................................................................................................... 10
9. Psikologi Kognitif......................................................................................................... 11
10.Psikologi Islami........................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Strukturalisme
1
Alex Sobur.Opcit, hlm : 105
5
2. Fungsionalisme
Aliran psikologi fungsionalisme merupakan reaksi terhadap aliran strukturalisme
tentang tanda – tanda keadaan mental yang di pelopori oleh William James. Jika para
strukturalis bertanya “ Apa kesadaran itu?” maka lain halnya dengan kaum fungsionalis yang
bertanya “ Untuk apa kesadaran itu ?”2
Fokus dari aliran fungsionalisme adalah mempelajari apa tujuan atau akhir dari
aktivitas. Sesuai dengan namanya, fungsionalisme mempelajari “ fungsi” dari tingkah laku
dan proses mental, tidak hanya berhenti pada struktur mental saja. Untuk mempelajari fungsi
tingkah laku, metode eksperimen yang digunakan oleh kaum fungsionalis ialah metode
observasi tingkah laku ( observation of behavior).
Metode observasi yang dikembangkan oleh aliran fungsionalisme digunakan untuk
mengatasi kelemahan – kelemahan metode introspeksi. Metode observasi terbagi menjadi dua
macam, yaitu metode fisiologis dan metode variasi kondisi. Metode fisiologis adalah cara
menganalisis gejala kejiwaan dengan meneliti proses fisiologis ( proses faal ) yang terjadi
dalam diri seseorang yang bersangkutan. Misalnya, mengapa orang dapat melihat sebuah
benda, dapat diterangkan melalui kenyataan bahwa ada sumber cahaya yang memancarkan
gelombang – gelombang cahaya yang sampai ke ala [09.21, 6/5/2023] Ikram
AL-HAFIDZ/PMI²²UIN: karena berdasarkan per
[09.22, 6/5/2023] Ikram AL-HAFIDZ/PMI²²UIN: hitungannya, akan menguntungkan bagi
dirinya, demikian pula sebaliknyat penerima ( respector ) dan melaui saraf tertentu impuls –
impuls dari respector ini diteruskan ke pusat penglihatan sehingga akhirnya orang tersebut
dapat melihat benda. Bagian mana respector menerima cahaya dan bagamana respector
tersebut menerima rangsangan akan meyebabkan terjadinya perbedaan – perbedaan
penginderaan, baik perbedaan antar individu maupun perbedaan – perbedaan yang terdapat
dalam satu individu.
Tidak semua gejala kejiwaan dapat dijelaskan dengan metode fisiologis.
Misalnya, sulit sekali untuk mempelajari reaksi emosional seperti marah, malu, benci dan
sebagainya dengan metode fisiologis. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh faktor –
faktor yang bukan bersifat fisiologis seperti pengalaman, kebiasaan, latihan dan lain – lain.
Oleh karena itu disamping menggunakan metode fisiologis diperlukan pula metode variasi
kondisi. Dalam metode ini rangsangan diberikan beberapa kali dalam situasi dan lingkungan
yang berbeda (bervariasi). Dengan melihat perbedaan – perbedaan reaksi dalam kondisi –
2
Alex Sobur.Opcit, hlm :106
6
kondisi yang berbeda tersebut maka dapat diketahui sifat – sifat yang menetap ataupun tidak
menetap pada diri seseorang. Metode variasi kodisi ini selanjutnya menjadi dasar pengukuran
validitas dan reabilitas dari test – test psikologi.
3. Asosiasionisme
Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hukum
asosiasi untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan . Dimana Asosiasionisme menyatakan
bahwa pikiran, ide, atau konsep terbentuk melalui asosiasi atau antara hubungan berbagai
pengalaman atau persepsi. Teori ini muncul pada abad ke-17 dan 18 oleh para filosof seperti
John Locke dan David Hume, dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para ahli
psikologi, seperti Edward Thorndike.
Menurut Thorndike, asosiasi dapat terjadi secara alami atau artifisial. Asosiasi
alami mencakup kaitan antara konsep-konsep yang terkait dalam pengalaman nyata
seseorang, sementara asosiasi artifisial dilakukan melalui latihan atau pelatihan untuk
membentuk suatu hubungan sebagai hasil dari belajar.
Asosiasionisme menunjukkan bagaimana pengalaman dan peristiwa masa lalu
membentuk Pemahaman mental kita tentang dunia di sekitar kita. Konsep-konsep baru
didapat melalui hubungan dengan konsep lainnya melalui pengalaman itu sendiri. Misalnya,
anak-anak yang mengenali kalelawar pertama kali akan membentuk konsep tersebut baik dari
apa yang mereka lihat maupun apa yang mereka dengar dari orang dewasa.
4. Psikologi Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis ini dikenalkan oleh Sigmund Freud. Pada mulanya banyak
orang yang menentang, menolak, mencaci dan mengkritik aliran ini dengan alasan bahwa
metode yang digunakan Freud di anggap tidak baku, subjektif, jumlah klien sedikit dan
semua pasiennya penderita gangguan jiwa. Di sisi lain, Freud banyak memberikan kontribusi
dalam hal mengembangkan konsep motivasi dari alam ketidaksadaran dan mengarahkan
fokus penelitian pada pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perkembangan kepribadian
selanjutnya sampai dewasa. Di samping itu, Freud juga merangsang studi yang intensif
tentang emosi, yaitu cinta, takut, cemas, dan seks.3
Dalam Pemahaman Psikoanalisis, setiap individu memiliki libido atau energy
psikis yang terdapat dalam ketidaktahuan mereka. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar
dari motivasi manusia tidak dapat diketahui secara langsung melalui pengamatan literal
3
Alex Sobur.Opcit, hlm : 111
7
(Kaplan & Sadock, 2017). Dalam hal ini, teori psikoanalisis menyatakan bahwa pengalaman
masa lalu dan konflik refleksif sangat berpengaruh terhadap karakteristik kepribadian
seseorang saat dewasa (Hraba, 2017).
Bagian kesadaran bagaikan permukaan gunung es yang nampak, merupkan bagian
kecil dari kepribadian, sedangkan bagian ketidaksadaran (yang ada dibawah permukaan air)
mengandung insting – insting yang mendorong semua perilaku manusia. 4 Selain itu, Freud
juga mengatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat tiga sistem kepribadian, Id adalah
bagian kepribadian yang menyimpan dorongan – dorongan biologis manusia -pusat insting
(Rakhmat, 1994:19) . Super ego merupakan bentukan nilai-nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat dan berkembang berdasarkan prinsip moral. Ego adalah pengawas realitas
atau modiator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional realistik. Apabila Ego gagal
menjaga keseimbangan antara dorongan dari Id dan larangan-larangan dari Super Ego, maka
individu yang bersangkutan akan menderita konflik batin yang terus menerus. dan konflik ini
akan menjadi dasar dari neurosis5.
5. Psikologi Behaviorisme
Ciri utama dari behaviorisme ialah menggunakan pendekatan objektif dalam
mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik dan materialistik. Aliran
behaviorisme timbul di Rusia tetapi kemudian berkembang pula di Amerika, dan merupakan
aliran yang mempunyai pengaruh cukup lama.
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang menekankan pada perilaku atau
tingkah laku manusia sebagai bahan kajian utama. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan
manuasia dipengaruhi oleh lingkungan, belajar, dan pengalaman masa lalu.
Menurut Teori Behaviorisme, perilaku dapat di jelaskan sebagai respon dari
stimulus tertentu dalam lingkungan. Proses pembelajaran terjadi karena adanya asosiasi
antara stimulus dengan respons atau reward (penguatan) seperti umpan balik positif.
Dalam eksperimen skinner box yang dilakukan oleh B.F Skinner, seekor tikus
ditempatkan di sebuah kotak kecil berlantai kawat dengan sebuah tuas untuk memicu
pemberian makanan. Ketika tikus merespons dengan menekan tuas, ia akan diberi hadiah
makanan. Proses tersebut mampu membentuk pola perilaku tikus yang baru yaitu menekan
tuas ketika merasa lapar.
4
Bimo Walgito.Pengantar psikologi umum. (Yogyakarta: Penerbit Andi,2010), hlm.88
5
Neurosis adalah gangguan kejiwaan yang menyebabkan perasaan cemas, ketakutan, dan kecemasan yang
berlebihan pada seseorang.
8
6. Psikologi Hormic
Istilah Hormic berasal dari horme-urge yang arti sebenarnya ialah dorongan dasar.
Tiap–tiap tingkah laku menurut mc Dougall dilandasi oleh horme-urge ini, yang
menyebabkan tingkah laku itu jadi mempunyai tujuan, mempunyai arah atau purposive..
(kerane itu mc Dougall juga dikenal sebagai tokoh aliran purposive psychology). Tingkah
laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya. Tingkah laku yang tanpa tujuan tidak lebih
dari pada refleks, dan refkeks menurut mc Dougall bukanlah tingkah laku.
Dorongan dasar dari suatu tingkah laku adalah instinct (naluri) yang merupakan
pembawaan psikofisik (psychophysical disposition). Naluri ini mempunyai aspek teleologis
(artinya: mempunyai suatu hubungan tertentu) atau purposive (artinya mempunyai tujuan
tertentu) dan inilah yang membuat tingkah laku selalu bertujuan. Dalam bukunya
“Introduction to Social Psychology” (1908). Mc Dougall menyatakan bahwa semua tingkah
laku pada hakikatnya dapat dikembalikan pada naluri – naluri yang mendasarinya, misalnya
dalam hal emosi:
a. Emosi takut didasari oleh naluri melarikan diri
b. Emosi heran didasari oleh naluri ingin tahu
c. Emosi mesrah atau kasih sayang didasari oleh naluri orang tua
6
Alex Sobur.Opcit, hlm : 116.
7
Singgih Dirgagunarsa. Opcit, hlm : 87
8
Farid Mashudi.Opci, .hlm : 33
9
Pendekatan fenomenologis menjadi salah pendekatan yang eksis di psikologi.
Dengan pendekatan ini, para tokoh Gestalt menunjukan bahwa studi psikologi dapat
mempelajari higher mental process, yang selama ini dihindari karena abstrak, namun tetap
dapat mempertahankan aspek ilmiah dan empirisnya.
Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorime dengan menyumbangkan
ide untuk menggali proses belajar kognitif yang berfokus pada higher mental process.
Adanya perceptual field diinterprestasikan menjadi lapangan kognitif, di mana proses-proses
mental seperti persepsi,
Aplikasi prinsip Gestalt proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu
mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam perceptual field nya. Setelah proses
belajar terjadi, seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap problem.
8. Psikologi Humanistik
Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik.
Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi
behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternative psikologi yang fokusnya adalah
manusia dengan ciri – ciri eksistensinya.
Manusia adalah makhluk yang kreatif, yang dikendalikan oleh kekuatan – kekuatan
ketidaksadaran –psikoanalisis—, melainkan oleh nilai – nilai dan pilihan – pilihanya sendiri.
Maslow menamakan humanistik sebagai kekuatan ketiga, setelah psikoanalisis dan
behavioristik. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam
bukunya “”motivation and personality”. Ia mengajukan teori tentang hierarchy of needs yaitu:
a. Kebutuhan – kebutuhan fisiologis.
b. Kebutuhan akan rasa aman.
c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
d. Kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih
tinggi menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan
kebutuhan yang paling tingi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yang memusatkan perhatiannya
pada masalah – masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia,
selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tak nampak;
mempelajari kesadaran sekaligus mempelajari ketidaksadaran. Intropeksi sebagai suatu
metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian
10
psikologi. Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang
ditentukan oleh kekuatan – kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif,
menentukan garaknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya.
9. Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan
psikologi Gestalt di Jerman beberapa saat sebelum perang Dunia II.9 Aliran kognitif muncul
pada tahun 60-an sebagai gejala ketidakpuasan terhadap konsep manusia menurut
behaviorisme. Gerakan ini tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi
secara pasif terhadap lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (homo
sapiens).
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme. 10
Tokoh-tokohnya antara lain Gestalt, Meinong, Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka. Menurut
mereka, manusia tidak memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang
dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan
lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya (mengubahnya). Mereka berpandangan bahwa
manusialah yang menentukan makna stimulus itu sendiri.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak
lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena
keduanya termasuk dalam kognisi manusia.11 Beberapa ciri dan aliran kognitif ini antara lain:
1) Mementingkan suatu yang ada dalam diri manusia,
2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian,
3) Mementingkan peranan kognitif
4) Mementingkan kondisi waktu sekarang
5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
6) Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7) Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman).12
9
Alex Sobur. Opcit, hlm : 311
10
Farid Mashudi.Opcit, hlm : 41
11
Alex Sobur.Opcit, hlm : 312
12
Farid Mashudi.Opcit, hlm : 42
11
10. Psikologi Islam/ Islami
Istilah Psikologi Islami dipercaya lebih tepat digunakan daripada istilah-istilah
lain. Istilah yang disebut terakhir ini dipandang memiliki jangkauan yang lebih luas. Bukan
hanya pemikiran dan praktik yang berasal dari agama Islam, tapi juga dari sumber-sumber
lain yang dapat diterima oleh atau sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Tidak bertentangan dengan pandangan dunia Islam. Pandangan pandangan yang berasal dari
khazanah Islam diambil dari dasar utama pengembangan psikologi Islami. Beberapa contoh
adalah fitrah, qalbu, ruh, nafs, insan kamil, sabar, syukur, dan seterusnya. 13
Pandangan dari pemikiran-pemikiran di luar Islam diterima bila sesuai dengan
pandangan Islam. Sebagai contoh, pandangan bahwa manusia dipengaruhi lingkungannya,
dapat diterima oleh psikologi Islami bila telah diverifikasi oleh pandangan-pandangan Islam.
Wacana Psikologi Islami ini, mulai bernaung semenjak tahun 1978. Pada tahun itu,
Universitas Riyadl, Arab Saudi, berlangsung symposium internasional tentang Psikologi dan
Islam. Setahun sesudahnya,1979, di Inggris terbit sebuah buku kecil yang sangat monumental
di dunia Muslim, yaitu The Dilema of Muslim Psychologists yang ditulis Malik B. Badri,
yang kemudian memberikan inspirasi bagi lahirnya wacana psikologi Islami.
BAB III
13
H.Fuad Nashori. Agenda Psikologi Islami. (Yogyakarta : Putaka Pelajar, 2002), hlm : 2
12
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Aliran psikologi strukturalisme merupakan aliran yang menggunakan metode
introspeksi yakni menceritakan kembali pengalaman – pengalaman atau perasaan – perasaan
setelah eksperimen dilakukan. Aliran ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang
kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan – keadaan mental yang
sederhana .
2. Aliran psikologi fungsionalisme mempelajari apa tujuan atau akhir dari aktivitas,
mempelajari “ fungsi” dari tingkah laku dan proses mental. Metode eksperimen yang
digunakan oleh kaum fungsionalis ialah metode observasi tingkah laku ( observation of
behavior).
3. Asosiasionisme adalah aliran yang banyak menekankan pada hukum – hokum asosiasi
untuk menerangkan berbagai gejala kejiwaan.
4. Aliran psikoanalisis mempelajari tentang pikiran, perasaan, dan perilaku manusia yang
dihasilkan dari keadaan alam sadar.
5. Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang menekankan pada perilaku atau tingkah
laku manusia sebagai bahan kajian utama. Aliran ini menyatakan bahwa tindakan manuasia
dipengaruhi oleh lingkungan, belajar, dan pengalaman masa lalu.
6. Psikologi Hormic, Istilah Hormic berasal dari horme-urge yang arti sebenarnya ialah
dorongan dasar. Tiap –tiap tingkah laku menurut mc Dougall dilandasi oleh horme-urge ini,
yang menyebabkan tingkah laku itu jadi mempunyai tujuan.
7. Aliran Gestalt tidak mengemukakan elemen jiwa, melainkan keseluruhan. Karena
kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisis kedalam elemen – elemen akan tetapi
harus dipelajari secara total, menyeluruh. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan
fenomenologi.
8. Psikologi Humanistik adalah aliran yang befokus pada manusia dan keunikan individu.
9. Aliran psikologi kognitif menyatakan bahwa manusia tidak memberikan respons secara
otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya kerena manusia adalah makhluk aktif
yang dapat menafsirkan lingkungan dan bahkan dapat mendistrosinya (mengubahnya).
10. Aliran Psikologi Islam/Islami menkajai psikologi yang didasarkan pandangan dan
kazanah Islam.
DAFTAR PUSTAKA
13
Dirgagunarsa, Singgih.1975.Pengantar Psikologi.Jakarta : Mutiara Sumber Widya
Mardiyana, E. (2009). Psikologi Umum: Suatu Pengantar. Yogyakarta: UNY Press
Mashudi, Farid.2012. Psikologi Konseling.Yogyakarta : IRCiSoD
Nashor, Fuad.2002. Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sobur,Alex.2007. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah.Bandung : CV Pustaka Setia
Thorndike, E. L. (1911). Psikologi belajar: Dengan kaitan terhadap pengajaran. Collier-
Macmillan.
Walgito, Bimo.2012. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : CV Andi Offset
14