BUDAYA DI ASIA
DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
2023
BUDAYA THAILAND
A. PATTANI THAILAND
Pattani ialah sebuah kota di ujung selatan Thailand, dekat perbatasan dengan Malaysia.
Pattani adalah ibu kota Provinsi Pattani. Kota ini berpenduduk 44.353 (2018). Kota ini mencakup
seluruh tambon Sabarang, Anoru dan Chabang Tiko dari Distrik Mueang Pattani.
Pattani terletak 1.056 km di selatan Bangkok. Pusat sejarah lama Kerajaan Pattani yang
menguasai wilayah Pattani terletak beberapa mil di sebelah timur kota yang sekarang; Pattani
yang lebih tua ditangkap dan dijarah oleh orang Siam pada tahun 1785, dan sebuah pusat kota
baru kemudian dibangun di lokasi yang sekarang. Situs asli Patani berada di dekat Ban Kru Se
atau Kampong Kersik, di mana Masjid Krue Se berada.
Masjid krue se pattani
Pattani adalah sebuah kota di ujung selatan Thailand, dekat perbatasan dengan Malaysia.
Pattani adalah ibu kota Provinsi Pattani. Kota ini berpenduduk 44.353 (2018). Kota ini mencakup
seluruh tambon Sabarang, Anoru dan Chabang Tiko dari Distrik Mueang Pattani.
Beberapa orang percaya bahwa nama Pattani adalah adaptasi Thai dari nama
Melayu Patani (Jawi: )ڤتنا, yang dapat berarti "ini pantai" dalam bahasa Melayu Pattani. (Dalam
bahasa Melayu standar, ini disebut pantai ini.) Menurut legenda, pendiri Pattani adalah seorang
raja dari Kota Malikha bernama Phaya Tunakpa. Suatu hari Phaya Tunakpa pergi berburu dan
melihat seekor albino cantik Kancil seukuran kambing, yang kemudian menghilang. Dia bertanya
kepada anak buahnya kemana hewan itu pergi, dan mereka menjawab: "Pata ni lah!" ("Pantai
ini!" Dalam bahasa Melayu Pattani). Mereka mencari kancil tetapi menemukan pasangan tua, di
mana lelaki tua itu mengidentifikasi dirinya sebagai Che 'Tani ("Tuan Tani"). Orang tua itu
berkata bahwa dia diutus oleh kakek raja untuk membangun kota baru lebih jauh, tetapi jatuh
sakit dalam perjalanan; karena dia tidak bisa melangkah lebih jauh, dia tinggal di tempat itu. Raja
kemudian memerintahkan sebuah kota dibangun di lokasi di mana kancil menghilang. Kota
tersebut menjadi Patani, yang diyakini dinamai baik setelah "pantai ini" di mana kancil
menghilang, atau orang tua sebagai Pak Tani yang berarti "Pastor Tani".
Ada juga yang mengatakan kata Pattani berasal dari "Petani" dalam Melayu yang berarti
"petani". Saran lain adalah bahwa ini berasal dari kata Sanskerta pathini, yang berarti "bidadari
perawan"; Pathini adalah nama putri Merong Mahawangsa, pendiri Kerajaan
Langkasuka sebelumnya.
B. SEJARAH PATTANI
Pada awalnya, Pattani merupakan sebuah kerajaan Melayu Islam yang berdaulat,
mempunyai kesultanan dan perlembagaan yang tersendiri. Patani adalah sebagian dari 'Tanah
Melayu'. Namun pada pertengahan abad ke-19 Patani telah menjadi korban
penaklukan Kerajaan Siam.
Pada tahun 1826, penaklukan Siam terhadap Patani mendapat pengakuan Britania Raya.
Dalam usahanya untuk mengokohkan kedudukannya di Pattani, pada tahun 1902 Kerajaan Siam
melaksanakan undang-Undang Thesaphiban. Sejak penghapusan pemerintahan Kesultanan
Melayu Pattani, masyarakat Melayu-Pattani berada dalam posisi tertekan dan lemah . Seperti
yang diungkap oleh W.A.R. Wood, Konsul Britania
Al-Fattani adalah dari perkataan Bahasa Arab bermaksud kebijaksanaan atau cerdik,
karena di situ tempat lahirnya banyak ulama dan cendekiawan berbagai golongan dari tanah
melayu (jawi). Banyak juga yang menjadi ahli tafsir Al-quraan, pengarang kitab bahasa Arab dan
bahasa Melayu serta banyak juga yang telah
Keterlibatan Siam dalam Perang Dunia Kedua di pihak Jepang telah memberikan harapan
kepada orang-orang Melayu Pattani untuk membebaskan tanah air mereka dari penjajahan
Siam. Tengku Mahmood Mahyideen, putra mantan Raja Melayu Patani juga seorang pegawai
berpangkat Mayor dalam pasukan Force 136, telah mengajukan proposal kepada pihak
berkuasa Britania di India supaya mengambil alih Pattani dan wilayah sekitarnya serta
digabungkan dengan Tanah Melayu.
Proposal Tengku Mahmud itu selaras dengan proposal Pejabat Tanah Jajahan Britania
dalam mengkaji kedudukan tanah ismus Kra dari sudut kepentingan keamanan Tanah Melayu
setelah perang nanti.
Harapan itu semakin terbuka saat pihak sekutu, dalam Perjanjian San Francisco pada bulan
April 1945, menerima prinsip hak menentukan nasib sendiri (self-determination) sebagai usaha
membebaskan tanah jajahan dari belenggu penjajahan.
Atas semangat itu, pada 1 November 1945, sekumpulan pemimpin Melayu Patani dipimpin
oleh Tengku Abdul Jalal, bekas wakil rakyat wilayah Narathiwat, telah mengemukakan petisi
kepada Kerajaan Britania dengan tujuan membujuk agar empat wilayah di Selatan Siam
dibebaskan dari kekuasaan Pemerintahan Siam dan digabungkan dengan Semenanjung Tanah
Melayu. Namun sudut pandang Britania terhadap Siam berubah saat Peperangan Pasifik selesai.
Keselamatan tanah jajahan dan kepentingan British di Asia Tenggara menjadi pertimbangan
utama kerajaan Britania dalam perbincangannya dengan Siam maupun Pattani.
Kerajaan Britania memerlukan kerjasama Siam untuk mendapatkan stok beras untuk
keperluan tanah jajahannya. Tidak kurang pentingnya, kerajaan Britania terpaksa
menyesuaikan perundangannya terhadap Siam dengan tuntutan Amerika Serikat yang ingin
menetapkan wilayah Siam seperti pada tahun 1941.
Kebangkitan Komunis di Asia Tenggara, khususnya di Tanah Melayu pada tahun 1948,
menjadi faktor pertimbangan Britania dalam menentukan keputusannya. Kerajaan Britania
menganggap Siam sebagai negara benteng terhadap ancaman Komunis China. Karena itu
Kerajaan Britania ingin memastikan Siam terus stabil dan memihak kepada Barat dalam
persaingan dengan Negara-Negara Komunis. Kerajaan Britania memerlukan kerjasama kerajaan
Siam untuk menghapuskan kegiatan teror Komunis di perbatasan Tanah Melayu-Siam.
Setelah Persidangan Songkla pada awal Januari 1949, pihak berkuasa Britania di Tanah
Melayu atas tuntutan pihak Siam mulai mengambil tindakan terhadap pemimpin-pemimpin
pejuangan Pattani. GEMPAR juga telah dilarang. Tengku Mahmood Mahyideen ditekan,
sementara Haji Sulung dihukum penjara. Pergerakan politik Pattani semakin lemah dengan
kematian Tengku Mahmood Mahyideen dan Haji Sulung pada tahun 1954.
Pattani, sebagai daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam, memiliki pengaruh
Islam yang kuat dalam kehidupan masyarakatnya. Agama Islam memainkan peran penting
dalam membentuk identitas budaya Pattani. Seiring dengan Islam, terdapat juga beberapa
kepercayaan dan praktik keagamaan lain yang diikuti oleh sebagian masyarakat di Pattani.
Agama Islam diperkenalkan ke Pattani pada abad ke-14 oleh para pedagang Arab dan para
misionaris Muslim. Pada saat itu, banyak penduduk lokal di wilayah ini memeluk agama Hindu
dan Buddha. Islam lambat laun menjadi agama mayoritas di wilayah ini dan berpengaruh dalam
segala aspek kehidupan masyarakat Pattani. Masjid-masjid menjadi pusat kegiatan keagamaan
dan tempat beribadah, serta menjadi simbol keberadaan Islam di Pattani.
Masjid merupakan bagian integral dari kehidupan masyarakat di Pattani. Masjid-masjid yang
terdapat di kota dan desa-desa menjadi tempat berkumpulnya umat Muslim untuk melaksanakan
shalat berjamaah, kegiatan keagamaan, dan pengajaran agama. Beberapa masjid yang terkenal di
Pattani adalah Masjid Krue Se dan Masjid Yala. Selain itu, terdapat pula pondok pesantren di Pattani
yang berperan penting dalam pendidikan keagamaan dan pengembangan pengetahuan Islam.
Pondok pesantren merupakan tempat di mana para santri (peserta didik) belajar tentang agama,
bahasa Arab, dan berbagai disiplin ilmu lainnya.
c. Kepercayaan Lainnya di Pattani Selain agama Islam, terdapat pula sejumlah
kepercayaan dan praktik keagamaan yang diikuti oleh sebagian masyarakat Pattani.
Beberapa di antaranya adalah:
Agama Islam memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat di Pattani, Thailand.
Masjid-masjid dan pondok pesantren menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan Islam.
Selain Islam, terdapat juga kepercayaan dan praktik keagamaan lain seperti kepercayaan
animisme dan spiritisme yang diikuti oleh sebagian masyarakat. Kehadiran kepercayaan-
kepercayaan tersebut memberikan keragaman budaya di Pattani, sementara Islam tetap
menjadi pijakan utama dalam membentuk identitas budaya dan moral masyarakat.
Kebudayaan Asia sangatlah beragam dan kaya, dengan pengaruh yang kuat dari sejarah dan
geografi wilayah tersebut, termasuk Thailand.Thailand adalah negara yang kaya akan budaya
yang unik, yang terbentuk dari pengaruh budaya India, China, dan Khmer. Selama ribuan tahun,
budaya Thailand telah berkembang dan terus hidup hingga saat ini. Budaya Thailand yang kaya
dan unik ini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari tari, musik, seni, arsitektur,
bahasa, kepercayaan, hingga kuliner. Tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang ada dalam budaya
Thailand terus hidup hingga saat ini, dan menjadi bagian penting dari identitas Thailand sebagai
negara yang kaya akan budaya. Dalam makalah ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai
budaya Thailand, tradisi-tradisi yang ada, dan nilai-nilai yang terus hidup hingga saat ini.
1. Bahasa Thailand dan pattani
Bahasa Thailand adalah bahasa resmi di Thailand dan digunakan oleh mayoritas
penduduk di negara tersebut. Bahasa Melayu Pattani, juga dikenal sebagai Yawi, merupakan
varian dialek Bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat di Pattani, Thailand Selatan.
Bahasa ini memiliki perbedaan dalam beberapa aspek dengan Bahasa Melayu Standar yang
digunakan di Malaysia dan Indonesia. Bahasa Thailand memiliki aksen yang unik dan kompleks,
dan memiliki banyak kata-kata yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali. Bahasa Thailand
juga memiliki tiga bentuk tulisan yang berbeda, yaitu tulisan Thai, tulisan Pali, dan tulisan
Khmer.
Bahasa Melayu Pattani menjadi salah satu faktor yang membentuk identitas budaya
masyarakat di Pattani. Bahasa ini memainkan peran penting dalam ekspresi budaya, sastra, dan
seni. Puisi, lagu, dan cerita rakyat yang ditulis dan dilantunkan dalam Bahasa Melayu Pattani
menjadi simbol kekayaan budaya lokal dan kebanggaan akan warisan mereka. Bahasa Melayu
Pattani, atau Yawi, adalah varian dialek Bahasa Melayu yang digunakan oleh masyarakat di
Pattani, Thailand Selatan.
Pattani, sebagai wilayah yang kaya akan budaya dan tradisi, memiliki beragam upacara
adat dan perayaan tradisional yang masih dijalankan hingga saat ini. Upacara adat dan perayaan
tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai, kepercayaan, dan kehidupan masyarakat Pattani.
Berikut ini adalah beberapa contoh upacara adat dan perayaan tradisional yang dilakukan di
Pattani:
Budaya Pattani memiliki nilai-nilai yang sangat kental. Salah satu nilai budaya yang penting
adalah toleransi antarumat beragama. Meskipun mayoritas penduduk Pattani beragama Islam,
namun terdapat juga umat Buddha, Hindu, dan Kristen. Selain itu, nilai kekeluargaan dan gotong
royong juga sangat dihargai dalam budaya Pattani. Budaya Thailand sangat dipengaruhi oleh
agama Buddha dan memiliki nilai-nilai yang sangat mulia, seperti nilai kerendahan hati, nilai
kesopanan, dan nilai toleransi. Nilai-nilai ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Thailand, seperti dalam cara berbicara, cara berpakaian, dan cara bertindak.
Seni tari dan musik traditions di Thailand diwarisi dari budaya India. Tari dan musik
Thailand memiliki keindahan dan ciri khas yang sangat kental. Tari Thailand terkenal dengan
gerakan-gerakan yang lemah gemulai, dan gerakan-gerakan yang halus dan elegan. Tari
tradisional Thailand yang terkenal antara lain, tari Khon, tari Lakhon, dan tari Fawn Thai.
Sementara itu, Tari Manora adalah tari tradisional yang berasal dari pattani, Thailand Selatan.
Orang Pattani, Thailand selatan memainkan seni tari manora di Selatan untuk
pertunjukan orang-orang di festival Hari Sat Thai di kuil Wat Bangpai.
TARI MONARA
Image from google
Seni dan arsitektur tradisional Thailand sangat dipengaruhi oleh agama Buddha. Salah
satu arsitektur terkenal di Thailand, yaitu Wat Phra Kaew, yang menjadi tempat penyimpanan
patung Buddha yang terkenal, yakni Emerald Buddha. Arsitektur ini memiliki ciri khas yang
unik, yakni atap yang meruncing dan dihiasi dengan ornamen-ornamen yang indah. Selain itu,
seni ukir Thailand juga sangat terkenal. Seni ukir Thailand ini terlihat dalam berbagai bentuk,
seperti ukiran pada pintu, jendela, dan patung-patung.
Kuliner Thailand sangat terkenal di seluruh dunia. Masakan Thailand memiliki cita rasa
yang unik dan beragam, yang terinspirasi dari masakan India, China, dan Khmer. Kuliner
Thailand terkenal dengan makanan pedasnya, seperti Tom Yam dan Pad Thai. Selain itu, buah-
buahan tropis Thailand seperti durian, mangga, dan rambutan juga sangat terkenal. Karena
negara Thailand mendapat pengaruh dari China, maka ketika mereka makan mie, mereka akan
menggunakan sumpit. Namun untuk sendok dan garpu adalah hal yang umum dipakai ketika
makan. Seperti halnya dengan Indonesia dan budaya Melayu lainnya, terkadang Thailand juga
ketika makan menggunakan tangan terutama saat mengkonsumsi nasi. Pattani juga dikenal
dengan tradisi kuliner yang kaya dan lezat.
Makanan khas Pattani yang terkenal adalah nasi biryani, nasi kerabu, gulai ikan tongkol,
sate kambing, dan mi kari. Makanan khas Pattani biasanya memiliki rasa pedas dan rempah-
rempah yang khas. Selain itu, tradisi minum teh juga sangat populer di Pattani. Teh khas Pattani
yang disajikan dengan roti canai atau kuih-muih tradisional sangat nikmat dan menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan.
Ada hal yang unik mengenai budaya makan di Thailand dimana dalam etikanya, anda
harus menyisakan sedikit makanan anda sebagai bentuk bahwa anda sudah kenyang, jika anda
menghabiskan makanan maka warga lokal akan mengira bahwa anda masih lapar dan anda
akan terus disajikan makanan oleh pemilik rumah.