Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PSIKOLOGI UMUM

CABANG-CABANG ILMU PSIKOLOGI BERDASARKAN


OBJEK, KEGUNAAN, DAN ALIRAN PSIKOLOGI TERAPAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AYIN TAMARA (23641003)
FAJAR RUDIANSYAH (23641011)
SINDI AMELIA (23641027)

DOSEN PENGAMPU : FEBRIANSYAH, M.Pd.

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt., yang mana telah memberi kami
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat dengan baik dan lancar menuntaskan
penyusunan materi makalah ini yang berjudul “Cabang-Cabang Ilmu Psikologi Berdasarkan
Objek, Kegunaan, dan Aliran Psikologi Terapan”. Dalam pembahasan materi ini, pembaca
diharapkan dapat mengetahui apa-apa saja cabang-cabang dari ilmu psikologi jika dilihat dari
segi objek, kegunaan, serta aliran dari psikologi terapan. Di era sekarang, tentunya sangat
penting sekali mempelajari ilmu psikologi jika mengacu pada perkembangan manusia zaman
sekarang yang agaknya butuh perhatian lebih mendalam dalam segi ilmu kejiwaan. Maka dari
itu, dengan adanya makalah ini pembaca dapat dengan jelas membedakan taraf-taraf ilmu
psikologi sesuai dengan objek dan kegunaannya. Dalam makalah ini juga dijelaskan
mengenai aliran psikologi terapan yang juga memiliki beberapa bidang-bidang khusus di
dalamnya. Pada intinya, kami berharap pembaca dapat mendapatkan pengetahuan baru
setelah membaca dan memahami makalah ini. Dan juga, kami sadar masih ada kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
butuhkah sebagai acuan kami dalam menyusun makalah ke depannya. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih.

Curup, 20 September 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................I

KATA PENGANTAR .......................................................................................................II

DAFTAR ISI ......................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2

A. Cabang Ilmu Psikologi Berdasarkan Objek yang Diselidiki ............................2


1. Psikologi Umum ..............................................................................................6
2. Psikologi Khusus .............................................................................................6
B. Cabang Ilmu Psikologi Berdasarkan Kegunaannya .........................................8
1. Psikologi Teoritis .............................................................................................8
2. Psikologi Praktis .............................................................................................11
C. Aliran Psikologi Terapan .....................................................................................15
1. Struktualisme ..................................................................................................15
2. Fungsionalisme ................................................................................................17
3. Behaviorisme ...................................................................................................18
4. Gestalt Psikologi .............................................................................................18
5. Psikoanalisa .....................................................................................................20
6. Psikologi Humanistik .....................................................................................27

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................29

A. Kesimpulan ............................................................................................................29
B. Saran ......................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................30

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut seorang ahli, Ernest Hilgert (1957), psikologi merupakan ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan lainnya. Kemudian pada tahun
1974, George A. Miller dalam bukunya yang berjudul Psychology and
Communication menjelaskan bahwa psikologi adalah ilmu yang berusa
menguraikan, meramalkan dan mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku.
Di samping itu, masih banyak lagi para ahli lainnya yang menjelaskan makna
psikologi dari sudut pandang mereka sendiri. Namun untuk sementara, pendapat
dari George A. Miller yang dianggap sebagai definisi psikologi yang relatif
mencakup semua pendapat ahli. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa ilmu psikologi itu mencakup bayak hal tentang hakikat manusia. Dari hal
tersebut juga muncullah cabang-cabang ilmu psikologi sesuai dengan objek yang
diamati dan juga kegunaannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja cabang-cabang ilmu psikologi berdasarkan objeknya?
2. Apa saja cabang-cabang ilmu psikologi berdasarkan kegunaannya?
3. Bagaimana aliran psikologi terapan?

C. Tujuan
1. Mengetahui cabang-cabang ilmu psikologi berdasarkan objeknya.
2. Mengetahui cabang-cabang ilmu psikologi berdasarkan kegunaannya.
3. Mengetahui aliran psikologi terapan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cabang Ilmu Psikologi Berdasarkan Objek yang Diselidiki


Dewasa ini, aliran-aliran psikologi tidak hanya mementingkan yang sifatnya
teoritis, tetapi juga memperhatikan penerapannya. Di Indonesia, psikologi baru
dikenal secara formal sejak 1953, yang mana pada saat itu didirikan jurusan psikologi
pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia oleh Prof. Dr. Slamet Imam Santoso
yang merupakan seorang psikiater1. Awalnya, beliau hanya mengharapkan bahwa
psikologi mampu mengatasi permasalahan dalam dunia pendidikan dan pekerjaan,
akibat salah penempatan atau salah pilihan sehingga kemungkinan menimbulkan
gangguan jiwa, yaitu dengan melakukan seleksi guna mencapai “the right man in the
right place”.

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia sudah mempunyai beberapa bagian


yang mengembangkan dan mempraktikkan cabang psikologi yang berbeda, yaitu
psikologi klinis, psikologi kejuruan dan perusahaan, psikologi anak, psikologi
eksperimen, psikologi pendidikan, dan psikologi sosial. Tahun 2008, sebagai ilmu dan
sebagai terapan, bisa dilihat dari program-program magister yang ada di program
Pascasarjana Psikologi Universitas Indonesia. Yaitu antara lain program Magister
Sains Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan, Psikologi Industri dan Organisasi,
Psikologi Sosial, Psikologi Pendidikan, Magister Psikologi Terapan Psikometri,
Psikologi Olahraga, Psikologi SDM, Psikologi KM, Psikologi Intervensi Sosial, dan
Psikologi Kriminal.

Ilmu adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa


kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan dapat disebut ilmu
apabila memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksud adalah objek
material dan objek formal. Setiap bidang ilmu harus memiliki kedua objek tersebut.

Objek pembahasan psikologi pada umumnya juga sama dengan ilmu


pengetahuan lainnya, yakni ingin memfokuskan pada sesuatu hal yang hendak

1
Rini Puspitasari. Pengantar Psikologi Umum. 2014. Halaman 43

2
diselidiki atau dikaji baik secara menyeluruh (holistic) maupun secara khusus
(specially). Pada saat ilmu psikologi masih bercokol dalam dunia filsafat (Sebelum
Masehi) dan sebelum tahun 1900 M, disiplin psikologi dibagi juga menjadi ke dalam
dua topik pokok bahasan, yakni objek material dan objek formal.

 Objek Material
Objek material adalah sesuatu yang dibahas, dipelajari, diselidiki, atau suatu
unsur yang ditentukan dan dijadikan sasaran pemikiran. Istilah objek material ini
kerap disamakan atau ditumbuhkan dengan pokok persoalan (subject matter).
Pokok persoalan ini perlu dibedakan atas dua arti. Arti pertama, pokok persoalan
dimaksudkan sebagai bidang khusus dari penyelidikan faktual. Misalnya,
penelitian tentang atom termasuk bidang fisika, penelitian tentang klorofil
termasuk penelitian bidang botani atau biokimia, penelitian tentang bawah sadar
termasuk penelitian bidang psikologi. Arti kedua, pokok persoalan alam
dimaksudkan sebagai kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan.

Anatomi dan fisiologi keduanya bertalian dengan struktur tubuh. Anatomi


mempelajari strukturnya, sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu
tersebut dapat dikatakan memiliki pokok persoalan yang sama, namun juga dapat
dikatakan berbeda. Perbedaan ini dapat diketahui apabila dikaitkan dengan corak
pertanyaan yang diajukan dan aspek yang diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi
mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi mempelajari
tubuh dalam aspeknya yang dinamis.

Objek material pada psikologi merujuk pada bahan atau fenomena yang
menjadi fokus kajian psikologi. Hal ini meliputi konkret, kejadian, atau aspek-
aspek yang bisa diukur dan diteliti oleh psikolog. Objek material psikologi sangat
beragam, seperti contohnya sebagai berikut.
a) Perilaku manusia, mencakup semua tindakan, reaksi, dan respons yang
dapat diamati dan direkam.
b) Proses kognitif, mencakup pemahaman tentang bagaimana manusia
memproses informasi, termasuk aspek seperti persepsi, belajar, memori,
pemecahan masalah, dan berpikir.

3
c) Kesehatan mental, mencakup depresi, kecemasan, gangguan makan, dan
sebagainya.
d) Perkembangan manusia, mempelajari perubahan perilaku, emosi, dan
kognitif individu sepanjang siklus hidup.
e) Motivasi dan emosi, psikologi memeriksa motivasi individu, mengapa
mereka melakukan apa yang mereka lakukan, serta bagaimana emosi
memengaruhi perilaku dan keputusan.
f) Interaksi sosial, studi mengenai bagaimana individu berinteraksi dalam
kelompok, bagaimana persepsi orang terhadap orang lain, dan faktor-
faktor yang memengaruhi hubungan antarmanusia.
g) Kesejahteraan dan kualitas hidup, memeriksa faktor-faktor yang
memengaruhi kesejahteraan subjektif, kebahagiaan, dan kualitas
individu.
h) Neurologi dan otak, berhubungan dengan penelitian tentang otak dan
fungsi neurologi. Hal ini melibatkan studi tentang mengenai bagaimana
otak memengaruhi perilaku dan proses mental.

Objek material dalam psikologi sangat penting karena menjadi dasar untuk
merancang penelitian eksperimental, mengembangkan teori, dan memberikan
wawasan mendalam tentang perilaku manusia. Dengan memahami objek material
ini, psikolog dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam memahami
manusia secara lebih baik serta membantu meningkatkan kualitas hidup mereka,

 Objek Formal
Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh
seorang peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang
digunakannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa objek formal yang
membedakan antara ilmu yang satu dengan yang lain. Objek formal dipunyai oleh
satu bidang ilmu saja. Artinya, tidak mungkin ada dua atau lebih ilmu
pengetahuan yang mempunyai objek formal yang sama.

Selain itu, objek formal merupakan objek yang terfokus pada aspek mana
yang hendak diutamakan dalam penyelidikan. Dalam hal ini, objek formal

4
psikologi sangat beragam sesuai dengan perubahan zaman, minat, dan pandangan
para pakar masing-masing. Misalnya pada zaman Yunani sampai abad
pertengahan, yang menjadi objek formal psikologi adalah hakikat jiwa. Kemudian
pada era Rene Descartes (1596-1650) objeknya adalah gejala-gejala kesadaran,
yakni keadaan yang bisa langsung dihayati dalam kesadaran, seperti; perasaan,
tanggapan, hasrat, emosi, kemauan, dan lain sebagainya. Sedangkan psikologi
yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1039), yang menjadi kajian utama
objeknya adalah gejala ketidaksadaran. Sedangkan para penganut behaviorisme
yang muncul di Amerika pada awal abad ke-20, yang menjadi objek formalnya
adalah perilaku manusia yang tampak saja (lahiriah)2.

Psikologi memiliki sejumlah konsep abstrak yang membantu dalam


memahami fenomena psikologis. Misalnya, konsep seperti identitas diri, kognisi,
emosi, dan motivasi adalah bagian dari objek formal psikologi. Selain itu,
metodologi kerangka kerja yang digunakan para peneliti untuk mengumpulkan
data dan hipotesis juga mencakup eksperimen, survei, observasi, dan studi kasus
juga merupakan objek formal psikologi.

Objek formal suatu ilmu dapat dilihat dari batasan atau definisi ilmu
tersebut. Dengan kata lain, objek formal suatu ilmu adalah definisi dari suatu ilmu
itu. Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, apabila dihubungkan dengan
syarat-syarat untuk bisa disebut ilmu, dapat memenuhi syarat pertama, yaitu
psikologi mempunyai objek tertentu. Psikologi mempunyai objek material yaitu
manusia, dan objek formal atau sudut pandang keilmuannya, yaitu dari segi
tingkah laku manusia. Objek tersebut bersifat empiris atau nyata.

Objek formal dalam psikologi membentuk dasar teoritis dan konsep


untuk ilmu psikologi. Hal ini membantu psikolog dalam merancang penelitian,
mengembangkan hipotesis, dan memahami fenomena psikologis dengan cara
yang sistematis. Dengan memahami dan menggunakan objek formal ini, psikolog
dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang manusia dan
masyarakat serta memberikan kontribusi berharga dalam berbagai bidang,
termasuk kesehatan mental, pendidikan, dan organisasi.
2
Safwan Amin. Pengantar Psikologi Umum. 2005. Halaman 9.

5
Dari penjelasan kedua objek tersebut, maka dapat diuraikan kembali
cabang-cabang ilmu psikologi yang didasari oleh kedua objek tersebut. Dalam
pembagian ilmu psikologi berdasarkan objek yang diselidiki, terdapat dua
pembagian cabang ilmu, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.

1. Psikologi Umum
Psikologi umum merupakan ilmu kejiwaan yang mempelajari tentang
gejala-gejala kejiwaan manusia dewasa yang normal dan beradab. Psikologi
umum termasuk ke dalam psikologi teoretis, yaitu psikologi yang berdasarkan
teori, yang dimaksud adalah psikologi yang bertujuan menemukan dan
mengembangkan teori-teori tentang tingkah laku individu. Yang menjadi
pembahasannya adalah sifat-sifat manusia pada umumnya, seperti belum dewasa
berarti anak-anak, tidak normal berarti orang gila, dan tidak beradap berarti
primitif. Menurut Kartini Kartono, psikologi umum mempelajari tingkah laku
manusianya sebagai individu yang “terisolasi”. Menurut Drs. Agus Sujanto,
psikologi umum ialah ilmu kejiwaan yang menyelidiki gejala jiwa orang dewasa
yang sudah beradap normal keadaan jiwanya. Psikologi umum mencari dalil-dalil
yang bersifat umum dari kegiatan-kegiatan psikos, dan melahirkan teori-teori
psikologi.

2. Psikologi Khusus
Psikologi khusus merupakan ilmu kejiwaan yang mempelajari sifat-sifat
khusus dan gejala-gejala kejiwaan manusia dalam situasi tertentu. Psikologi
khusus dikelompokkan sebagai berikut.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan adalah psikologi yang membicarakan perkembangan
psikis manusia dari masa bayi sampai masa tua. Objek psikologi
perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai person; artinya,
masyarakat hanya merupakan tempat berkembangnya person tersebut.
Psikologi perkembangan ini mencakup psikologi anak (termasuk masa bayi),
psikologi puber dan adolensi (psikologi pemuda), psikologi orang dewasa, dan
psikologi orang tua.

6
b. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah sub disiplin dari psikologi yang mencari pengertian
tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku dan pikiran-pikiran individu
dalam situasi sosial. Dengan kata lain, psikologi sosial khusus membicarakan
tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya
dengan situasi sosial.

c. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah sub disiplin psikologi yang mempelajari tingkah
laku individu dalam situasi pendidikan, yang meliputi pula pengertian tentang
proses belajar dan mengajar.

d. Psikologi Kepribadian dan Tipologi


Psikologi kepribadian dan tipologi adalah psikologi yang menguraikan tentang
struktur kepribadian manusia sebagai suatu keseluruhan, dan jenis-jenis atau
tipe-tipe kepribadian.

e. Psikopatologi
Psikopatologi adalah psikologi yang khusus mempelajari kegiatan atau tingkah
laku individu yang abnormal.

f. Psikologi Diferensial dan Psikodiagnostik


Psikologi ini menguraikan perbedaan-perbedaan antarindividu dalam taraf
inteligensi, kecakapan, ciri-ciri kepribadian lainnya, dan tentang cara-cara
guna menentukan perbedaan-perbedaan tersebut.

g. Psikologi Kriminal
Psikologi kriminal adalah psikologi yang khusus berhubungan dengan tindak
kejahatan atau kriminalitas.

h. Parapsikologi

7
Parapsikologi adalah sub disiplin psikologi adalah ilmu yang mempelajari
fenomena tidak biasa yang berhubungan dengan pengalaman
manusia dengan menggunakan alat-alat eksperimen atau alat-alat
sistematis lain. Psikologi komparatif adalah psikologi yang mempelajari
tingkah laku manusia yang dibandingkan dengan hewan, atau sebaliknya.

i. Psikologi Komparatif
Psikologi komparatif adalah psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
yang dibandingkan dengan tingkah laku hewan, atau sebaliknya.

j. Psikologi Penyesuaian
Psikologi penyesuaian adalah suatu cabang psikologi yang
menggambarkan sejumlah cabang ilmu lainya, seperti psikologi
perkembangan, klinis, kepribadian, social, dan eksperimental.

B. Cabang Ilmu Psikologi Berdasarkan Kegunaan


Sekarang ini, psikologi sebagai ilmu yang mandiri, bisa dikatakan telah
memiliki sistematika yang teliti, baik sistematika dalam pencabangannya maupun
sistematika dalam pembidangannya. Berikut ini adalah ikhtisar mengenai beberapa
cabang psikologi.

1. Psikologi Teoretis
Psikologi teoretis berarti psikologi yang berdasarkan pada teori. Suatu teori
pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan
fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat
diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris3. Psikologi teoretis adalah
cabang dari ilmu psikologi yang fokus pada pengembangan, pengujian, dan
penerapan teori-teori yang mendalam untuk menjelaskan perilaku manusia dan
proses kognitif. Hal ini melibatkan pembuatan konsep, model, dan kerangka kerja
abstrak yang membantu dalam memahami dan meramalkan fenomena psikologis.

3
Soekanto. 1987. Halaman 22.

8
Sedikitnya, ada empat fungsi teori, yakni menyistematikkan penemuan-
penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, dan memberikan
penjelasan4.

a. Suatu teori dapat digunakan untuk menyistematikkan penemuan-penemuan


penelitian dan memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak
saling berhubungan. Begitu banyaknya jumlah penelitian yang dilakukan
dalam psikologi dan penelitian, kerap kali hasil-hasil dari berbagai eksperimen
dan penelitian ini tampaknya berlawanan.

b. Teori merupakan suatu generator yang tidak ternilai dari berbagai hipotesis
penelitian. Salah satu kegunaan teori untuk menyampaikan para ilmuwan pada
usaha menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori
yang baik dapat menghemat usaha-usaha yang tidak berguna dengan
menunjukkan letak segi keuntungan bila dilakukan penelitian. Nilai heuristika
yang dimiliki teori ini sangat penting untuk penelitian pada berbagai tingkatan.

c. Teori dapat juga digunakan untuk melakukan prediksi. Suatu teori bukan
hanya membawa ilmuwan pada pengajuan berbagai pertanyaan yang mungkin
akan berguna, melainkan juga memperlihatkan apa yang bisa diharapkan
untuk ditemukan, saat telah melakukan eksperimen atau pengamatan.

d. Suatu teori dapat juga digunakan untuk menjelaskan. Jadi, fungsi teori dalam
hal ini adalah untuk menjawab pertanyaan “mengapa”. Mengapa terjadi
peristiwa-peristiwa tertentu, dan mengapa manipulasi suatu variabel
menghasilkan perubahan pada variabel yang lain. Banyak kejadian alam
ditentukan atau disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak diketahui atau hanya
diketahui tidak sempurna. Jadi, penjelasan kejadian-kejadian semacam itu
harus dilakukan secara teoretis.

Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan.


Tanpa teori, hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi
tidak akan ada ilmu pengetahuan, kecuali beberapa hal berikut:
4
Dahar. 1989. Halaman 2-4.

9
1) menyimpulkan generalisasi dari fakta-fakta hasil pengamatan
2) memberi kerangka orientasi untuk analisis dan klasifikasi dari fakta-fakta
yang dikumpulkan dalam penelitian
3) memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi
4) mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan tentang gejala-gejala
yang telah atau sedang terjadi5

Peran dan pentingnya psikologi teoretis antara lain sebagai berikut.


1) Mengorganisir pengetahuan, yaitu penyatuan temuan dan penemuan yang
disebarkan menjadi kerangka kerja yang koheren, serta memudahkan
pemahaman konsep teori yang lebih luas.
2) Menggambarkan hubungan, yaitu menjelaskan hubungan antara berbagai
variabel. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
bagaimana mereka memengaruhi perilaku manusia.
3) Hipotesis, teori ini memberikan dasar untuk memberikan dasar untuk
memberikan dasar untung menghasilkan pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang relevan dan spesifik.
4) Penerapan praktis, seperti pengobatan psikologis, manajemen sumber
daya manusia, dan pengembangan produk.
5) Perkembangan ilmu psikologi, membantu dalam membangun psikologi
pengetahuan yang lebih dalam dan memungkinkan disiplin ini untuk terus
berkembang.

Contoh teori-teori psikologi teoretis.


1) Teori kognitif sosial (Albert Bandura)
Teori ini menjelaskan bagaimana individu belajar dari pengalaman orang
lain melalui observasi. Hal ini menggambarkan konsep diri, efikasi diri,
dan pengaruh lingkungan dalam pembentukan perilaku.
2) Teori perkembangan kognitif (Jean Piaget)
Teori ini berfokus pada perkembangan kognitif anak-anak dan bagaimana
mereka membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui tahap-
tahap tertentu.
3) Teori motivasi ( Abraham Maslow)
5
Hassan & Koentjaraningrat. 1991. Halaman 10.

10
Teori hierarki kebutuhan Maslow menggambarkan hierarki kebutuhan
manusia, mulai dari kebutuhan fisik dasar hingga kebutuhan aktualisasi
diri. Teori ini membantu dalam mendorong individu.
4) Teori psikoanalisis (Sigmund Freud)
Teori ini menggambarkan struktur dan perkembangan kepribadian
manusia serta konsep-konsep seperti ego, ide, dan superego. Hal ini
berfokus pada peran ketidaksadaran dalam bentuk perilaku.

Proses pengembangan teori psikologi teoritis antara lain sebagai berikut.


1) Observasi dan penelitian empiris
2) Identifikasi variabel utama
3) Konstruksi konsep dalam model
4) Pengujian dan pengembangan lanjutan
5) Aplikasi praktis

Psikologi teoretis membantu dalam memahami pemahaman yang lebih


dalam tentang perilaku manusia, proses kognitif, dan pengaruh lingkungan.
Selain itu, teori-teori ini memiliki aplikasi luas dalam berbagai bidang, mulai
dari psikoterapi hingga manajemen bisnis. Melalui pengembangan dan
pengujian teori-teori ini, dapat lebih memahami kompleksitas manusia dan
melibatkan diri dalam upaya yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dan kesejahteraan manusia.

2. Psikologi Praktis
Psikologi praktis merupakan psikologi yang mempelajari gejala jiwa atau
tingkah laku (sering disebut psikologi terapan) individu dalam bidang tertentu.
Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip psikologi untuk keperluan
pemecahan masalah-masalah kehidupan atau tingkah laku individu.

Sub disiplin dari psikologi praktis ini bermacam-macam. Berikut


merupakan contoh-contohnya.
a. Psikologi Klinis
Psikologi klinis berfokus pada pemahaman, penilaian, dan pengobatan
gangguan mental, emosional, dan perilaku pada individu. Tujuannya adalah

11
membantu individu mencapai kesejahteraan psikologis dan meningkatkan
kualitas hidup mereka. Psikologi klinis memiliki peran penting dalam
mendiagnosis masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, gangguan
makan, atau gangguan kepribadian. Psikologi klinis juga berperan dalam
mencegah masalah psikologis dengan memberikan pendidikan tentang
kesehatan mental, penanganan stres, dan perubahan perilaku posistif. Dengan
demikian, psikologi klinis memiliki dampak signifikan dalam meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan mental individu dan masyarakat pada
umumnya.

b. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan berkaitan dengan pemahaman perilaku belajar
mengajar. Fokus utamanya adalah bagaimana memahami individu belajar,
mengingat, memproses informasi, dan mengatasi hambatan dalam proses
pendidikan. Psikologi pendidikan berperan penting dalam merancang metode
pembelajaran yang efektif, mengembangkan kurikulum yang sesuai, serta
membantu siswa dan guru mencapai potensi maksimal mereka. Melalui
penelitian dalam psikologi pendidikan, kita memahami berbagai teori
perkembangan kognitif, motivasi dan sosial yang membentuk pembelajaran.
Ini membantu guru dalam merancang lingkungan belajar yang mendukung,
mengidentifikasi kebutuhan individu siswa, dan menyusun strategi pengajaran
yang sesuai. Selain itu, psikologi pendidikan juga berperan dalam efektivitas
program pendidikan, membantu siswa dengan kebutuhan khusus, serta
memahami faktor-faktor yang memengaruhi motivasi dan minat belajar.

c. Psikologi Olahraga
Psikologi olahraga memfokuskan penelitiannya pada pengaruh faktor
psikologis terhadap kinerja olahraga dan aktivitas fisik. Tujuannya adalah
untuk memahami bagaimana pikiran dan emosi memengaruhi penampilan atlet
dan orang yang terlibat dalam aktivitas fisik. Melalui pemahaman psikologi
olahraga, atlet dan pelatih dapat memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk
mencapai potensi terbaik dalam olahraga mereka. Hal ini juga berlaku dalam
berbagai aspek aktivitas fisik, mulai dari olahraga profesional hingga rekreasi,

12
dan dapat membantu orang mencapai kesehatan fisik dan kesejahteraan mental
yang lebih baik melalui aktivitas fisik.

d. Psikologi Konseling
Psikologi konseling merupakan sub disiplin dalam ilmu psikologi yang
fokus membantu individu mengatasi masalah emosional, sosial, atau metal
yang mereka alami. Terapis atau konselor psikologi konseling bertujuan untuk
memberikan dukungan, pemahaman, dan panduan kepada klien dalam
menghadapi berbagai situasi kehidupan yang menantang. Psikologi konseling
dapat berperan penting dalam membantu individu mengatasi kesulitan,
memahami diri mereka sendiri, dan mencapai perubahan positif dalam hidup
mereka. Terapi psikologi konseling berusaha menciptakan lingkungan yang
aman dan mendukung klien mereka, di mana mereka dapat berbicara terbuka
dan merasa didengar.

e. Psikologi Kepribadian
Psikologi kepribadian berfokus pada pemahaman tentang bagaimana
individu berbeda dalam perilaku, pola pikir, dan emosi mereka. Tujuannya
adalah untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan ciri-ciri kepribadian
yang berbeda serta memahami faktor-faktor yang berbeda serta memahami
faktor-faktor yang memengaruhinya. Pemahaman tentang psikologi
kepribadian membantu meraih pemahaman yang lebih dalam tentang diri
sendiri dan orang lain, yang pada pasangannya dapat digunakan untuk
meningkatkan interaksi sosial, mengelola konflik, dan meraih pertumbuhan
pribadi yang lebih baik.

f. Psikologi Lingkungan
Psikologi lingkungan mempelajari interaksi antara manusia dengan
lingkungannya. Tujuannya untuk memahami bagaimana faktor lingkungan
fisik, sosial, dan budaya memengaruhi perilaku, pengalaman, dan
kesejahteraan individu serta komunitas. Melalui pemahaman psikologi sosial
dapat merancang lingkungan yang lebih baik yang mendukung kesejahteraan

13
individu dan komunitas, serta berkontribusi pada pelestarian alam dan planet.
Ini mencakup pemahaman tentang bagaimana pengaruh lingkungan dapat
membentuk perilaku manusia dan bagaimana manusia dapat berkontribusi
dalam pemeliharaan lingkungan yang lebih baik.

g. Psikologi Konsumen
Psikologi konsumen berfokus pada pemahaman perilaku konsumen,
preferensi, dan keputusan pembelian. Tujuannya untuk menggali motivasi di
balik keputusan konsumen , bagaimana persepsi produk, serta bagaimana
pengaruh sosial dan psikologis memengaruhi perilaku belanja. Pemahaman
tentang psikologi konsumen sangat penting bagi perusahaan dalam merancang
strategi pemasaran yang efektif, menciptakan produk yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen, dan memahami bagaimana konsumen berinteraksi
dengan merek dan produk. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk
menghasilkan penawaran yang lebih menarik dan relevan bagi konsumen serta
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan.

h. Psikologi Perkembangan Anak


Cabang psikologi praktis ini mencakup pada pemahaman tentang
proses tentang proses pertumbuhan, perubahan, dan perkembangan individu
dari masa bayi hingga masa dewasa muda. Psikologi perkembangan anak
memahami bagaimana individu mengalami perubahan fisik, kognitif sosial,
dan emosional seiring bertambahnya usia. Hal ini penting agar orang dewasa
mampu memahami dan mendukung perkembangan anak-anak dengan cara
yang sesuai sehingga dapat berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan
pendidikan, perawatan kesehatan anak, dan program=program dukungan
sosial yang fokus pada kebutuhan perkembangan anak.

i. Psikologi Lalu Lintas


Psikologi lalu lintas adalah cabang ilmu psikologi yang membahas
tentang pemahaman perilaku pengemudi pejalan kaki, dan pengguna jalan
lainnya dalam konteks lalu lintas. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi keselamatan lalu lintas, menganalisis
pengambilan keputusan di jalan raya, serta merancang intervensi untuk

14
meningkatkan kesadaran dan pengendalian perilaku. Penelitian dalam
psikologi lalu lintas memberikan dampak signifikan pada kebijakan
pengembangan lalu lintas, perancangan infrastruktur yang lebih aman, dan
upaya untuk mengurangi angka kecelakaan dan cedera di jalan raya. Ini
membantu masyarakat dalam berlalu lintas yang lebih aman dan efisien.
j. Psikologi Kesehatan
Psikologi kesehatan adalah cabang psikologi yang mempelajari
hubungan antara faktor psikologis dan kesehatan fisik serta kesejahteraan
individu. Hal ini berfokus pada bagaimana pikiran, emosi, perilaku, dan faktor
sosial yang memengaruhi kesehatan dan penyakit. Dengan pemahaman
psikologi kesehatan dapat meningkatkan kesadaran akan keterkaitan antara
pikiran dan tubuh serta merancang intervensi yang lebih baik untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental individu serta juga dapat membantu
dalam pencegahan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup secara
keseluruhan.

k. Psikologi Industri dan Organisasi


Cabang psikologi ini berfokus pada pemahaman perilaku individu di
lingkungan kerja, serta bagaimana faktor psikologis memengaruhi
produktivitas, motivasi, dan kesejahteraan di tepat kerja. Hal ini membantu
organisasi untuk merancang struktur, budaya, dan praktik manajemen yang
lebih efektif. Hal-hal yang meliputi psikologi industri dan organisasi antara
lain seleksi dan penempatan karyawan, pelatihan dan pengembangan,
manajemen kinerja, motivasi dan kepuasan karyawan, studi organisasi,
perilaku konsumen di tempat kerja, dan juga etika serta keadilan. Penerapan
prinsip-prinsip psikologi industri dan organisasi membantu organisasi
mencapai tujuan bisnisnya dengan lebih efektif, meningkatkan produktivitas
karyawan, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan
memuaskan bagi anggotanya. Hal ini juga bertujuan untuk membantu dalam
pengembangan budaya organisasi yang positif dan berkelanjutan.

C. Aliran Psikologi Terapan

1. Struktualisme

15
Pencetus ide dan pendiri aliran ini adalah Wihelm Wundt (1832-1920).
Wundt dilahirkan di Neckarau tanggal 18 Agustus 1832, dan meninggal di Leipziq
pada 31 Agustus 1920. Wundt pada mulanya dikenal sebagai sosiolog, filsuf, ahli
hukum, dan dokter. Pada tahun 1879, Wundt mendirikan laboratorium psikologi
pertama di tempat dia mengajar di Universitas Leipziq, yang menjadikannya
sebagai bapak sosiologi pertama menggunakan prosedur ilmiah modern.

Melalui laboratorium itu, Wundt hendak mengkaji berbagai gejala kejiwaan


manusia secara langsung, yang berbeda dengan filosof-yang melakukannya hanya
dari balik meja saja (berpikir dan berpikir). Psikologi data-datanya bersifat
fenomenal, sedangkan ilmu alam sumber-sumbernya bersifat konseptual dan
objeknya bersifat materi. Tujuan Wundt dalam penelitian laboratoriumnya adalah
ingin membedakan psikologi dengan ilmu alam dan ingin melihat kecenderungan
kesamaannya. Menurut Wundt, psikologi sudah seharusnya mempelajari gejala
kejiwaan dari segala unsur-unsurnya, yakni di mana jiwa itu tersusun. Pendapat
ini dipengarruhi oleh psikologi asosiasi dari Inggris di satu pihak, dan terpengaruh
oleh aliran materialisme dari tokoh-tokoh fisika dan biologi (Helmhotz-seorang
Profesor dalam bidang ilmu alam) di pihak lain, yang telah melatih kemampuan
Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen.

Wundt menggunakan metode introspeksi secara introspeksi eksperimental


dalam penelitiannya. Wundt berupaya mengembangkan penelitian sebagaimana
yang dilakukan lewat analisa elementer untuk menemukan struktur pengalaman
kesadaran dengan menganalisis ke dalam unsur-unsurnya. Setelah selesai
melakukan percobaan lewat laboratorium psikologinya, Wund yang beraliran
strukturalis dan elemanis, berubah menjadi penganut dualisme dan gestalt. Ia
berpendapat bahwa data psikologis bersifat fenomenal yang berarti keseluruhan
yang lebih penting. Di antar teori-teori penting yang berhasil ditemukan Wundt,
antara lain sebagai berikut.
a. Tentang emosi, perasaan itu terbagi dalam tiga dimensi, yakni perasaan
senang-tidak senang (lust-unlust), perasaan tegang-tidak tegang (spannung-
lussung), dan perasaan bersemangat tenang (erregung_berhigung).

16
b. Mengenai apersepsi, dipandang sebagai gejala ada dua tahap, yaitu: lapangan
kesadaran (field of consciousness), yakni sebagai bagian dari persepsi yang
secara aktif diperlihatkan, disebut apersepsi.
c. Apersepsi mempunyai dua fungsi, yaitu: Analisis, menguraikan segala data
yang diterima pancaindra dan memberikan penilaian. Sintesis, mempersatukan
data-data yang saling terkait, kemudian menyusunnya menjadi konsep-konsep.
d. Tentang asosiasi, dibagi ke dalam dua jenis utama, yaitu asosiasi persepsi
langsung dan memori. Asosiasi langsung terdiri dari fusi, asimilasi, dan
komplikasi. Sedangkan asosiasi memori adalah asosiasi yang tidak segera
merespons, melainkan terjadi dalam ingatan, karena semua elemen yang
didapat akan disimpan terlebih dahulu dalam memori.

2. Fungsionalisme
Tokoh utama aliran ini adalah William James (1842-1910), psikolog
Amerika Serikat. James dilahirkan di New York City pada 1 November 1842, dan
meninggal pada 16 Agustus 1910 di Mount Chocura. Dalam pandangan James,
paham struktualisme yang dibawa oleh Wundt adalah keliru, bila sasaran utama
dari penelitian itu hanya menemukan struktur daripada kesadaran pengalaman
manusia. Lebih jauh, James mengatakan bahwa pengalaman kesadaran manusia
itu pada hakikatnya adalah suatu peristiwa atau proses, jadi bukan merupakan
susunan balok yang dipilah-pilah atau diuraikan unsur-unsurnya.

Penelitian psikolog yang benar menurut James, seharusnya tidak mencari


struktur kejiwaan, namun yang penting dicari adalah fungsinya dari sekedar
pengalaman kesadaran manusia. Hal itu dimaksudkan untuk penyesuaian diri
manusia dengan tuntutan perubahan yang dihadapinya atau agar manusia bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dan kemampuan lainnya.

James lebih mementingkan fungsi kesadaran itu, ketimbang struktur


pengalaman. Kesadaranlah yang merupakan alat bagi manusia yang
memungkinkan dirinya dapat memilih cara berperilaku, memilih tujuan,
menentukan sikap, keinginan kehendak, dan sebagainya, sebagai gejala kesadaran

17
yang berfungsi secara maksimal menjadi alat yang bermanfaat bagi manusia
dalam proses penyesuaian dirinya.

3. Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah J.B Watson (1878-1958). Watson dilahirkan di
Greenville pada 9 Januari 1878, dan meninggal pada 25 September 1958 di New
York City. Karya Watson paling terkenal adalah Psichology as the Behaviorist
Views It (1913). Menurut Watson, psikologi haruslah menjadi ilmu yang objektif,
karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui
metode introspeksi. Metode introspeksi itu sendiri tidak objektif dan karena tidak
ilmiah, tidak mungkin dua orang observer introspeksionis yang terlatih sekalipun
tidak dapat menghasilkan hasil observasi yang sama, meskipun objeknya sama.

Oleh karena itu, Watson mengimbau agar psikologi tidak lagi memusatkan
perhatiannya dalam mengkaji gejala-gejala kesadaran atau bawah sadar, tetapi
sesuai dengan tugasnya, psikologi harus berupaya untuk memprediksikan apa
sebenarnya yang menjadi tujuan dari perilaku dan berupaya bagaimana orang bisa
mengendalikan perilaku tersebut. Atas dasar pemikiran itulah, maka Watson
mengusulkan agar psikologi itu didefinisikan sebagai the science of behavior.
Pendapat Watson ini banyak memengaruhi psikologi modern. Namun, di sisi lain
pemikiran Watson sangatlah ekstrem dan argumentasi yang dilontarkan hanya
untuk mempertahankan pandanganya itu sering kekanak-kanakan, sehingga acap
kali Watson disebut pakar sebagai tokoh ilmu perilaku yang naif (naive
behaviorist).

4. Gestalt Psikologi
Sebagaimana halnya dengan aliran-aliran sebelumnya, kemunculan
psikologi Gestalt adalah sebagai protes terhadap pemikiran para strukturalisme.
Para pakar psikologi Gestalt, seperti Franz Brentano (1838-1911), Max
Wertheimer (1880-1993), W. Kohler (1897-1967); Kurt Lewin (1880-1947), dan
sebagainya menentang pandangan strukturalisme yang mengatakan bahwa gejala-
gejala kejiwaan bisa dianalisis ke dalam unsur-unsurnya. Jiwa dianggap sebagai
materi yang bisa dipecah-pecah menjadi komponen-komponen kecil.

18
Analisa semacam itu tidak benar menurut pandangan kaum psikologi
Gestalt, karena pada hakikatnya kesemuaannya itu lebih dari jumlah bagian-
bagiannya, lagi pula gejala kejiwaan itu sebetulnya merupakan suatu bentuk
keseluruhan yang tidak dapat dipilah-pilah satu sama lain (totalitas).

Pencetus ide pertama kali aliran ini adalah Franz Brentano yang lahir di
Marienberg, pada tanggal 16 Januari 1838, dan meninggal pada 17 Maret 1917 di
Zurich, Jerman. Namun, pengembang pemikiran tentang Gestalt itu hingga
terkenal sampai sekarang adalah Max Wertheimer, psikolog Jerman, pada
tahun 1912. Menurut Wertheimer, Gestalt berarti bentuk, pola keseluruhan; itu
asumsi dasarnya adalah kesatuan, sedangkan alatnya adalah persepsi
(pengamatan/pengenalan).

Karena itulah, Wertheimer dianggap sebagai pendiri psikologi bersama-


sama dengan W. Kohler dan Kurt Koffka. Dalam bukunya, Investigation of
Gestalt Theory, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum gestalt sebagai
berikut:
1) Law of proximity, yaitu hukum kedekatan. Sesuatu yang saling berdekatan
dalam waktu dan tempat, cenderung akan dianggap sebagai suatu totalitas.
2) Law of closure, yakni hukum ketertutupan. Segala sesuatu terbanyak yang
dapat menutup yang sedikit, akan dipersepsikan sebagai totalitas.
3) Law of equivalence, adalah hukum kesamaan. Sesuatu yang memiliki unsur-
unsur kesamaan, cenderung akan dipandang sebagai totalitas.

Ringkasnya, inti point yang dapat dipetik dari hukum-hukum gestalt yang
dikemukan oleh Wertheimer adalah bahwa setiap objek yang berhadapan dengan
individu akan memberi dampak pada diri manusia, yakni akan terjadi persepsi
secara spontanitas. Ketika ada suatu gejala dan objek, maka gejala dan objek
tertentu, maka kita akan diberi arti (tafsiran) langsung tanpa harus menelitinya
terlebih dahulu.

Karena itu, para psikolog Gestalt kebanyakan fokus studinya adalah


ditujukan pada prinsip-prinsip dasar pelaksanaan proses pengamatan. Para

19
Gestaltis ini, selain mengembangkan teori persepsi, juga memajukan teori
pemecahan masalah dan kepribadian.

5. Psikoanalisa
Aliran ini didirikan oleh Sigmund Freud, seorang dokter dan psikiater
berkebangsaan Jerman, keturunan Yahudi -yang mengajar dan membuka praktek
di Wina, Austria. Freud dilahirkan di Freiberg pada 6 Mei 1856. Pada masa
bangkitnya Hitler ia melarikan diri ke Inggris dan meninggal di London pada
tanggal 23 September 1936. Freud dikenal juga sebagai tokoh psikologi dalam
(depth psychology), yang secara sistematis menggambarkan jiwa manusia sebagai
sebuah gunung es.

Asumsi pemikiran Freud, berangkat dari keyakinannya bahwa


pengalaman mental manusia tak ubahnya seperti sebuah gunung es yang terapung-
apung di tengah-tengah lautan luas yang hanya sebagian terkecil
(sepersepuluhnya) yang tampak yang disebut kesadaran, sedangkan sembilan
persepuluhnya lagi (sebagian terbesar), tidak nampak dan itulah yang dikatakan
lapangan ketidaksadaran mental manusia, yang berupa pikiran komplek, perasaan
dan keinginan-keinginan bawah sadar yang tidak dialami secara langsung, tetapi
ia terus mempengaruhi perilaku manusia.

Dalam hal ini, Freud yakin betul bahwa pikiran, hasrat, perasaan, dan
sebagainya yang berada di bawah sadar atau sesudah tidak terpikir atau teringat
lagi oleh orang yang bersangkutan, tetapi senantiasa masih aktif mempengaruhi
perilakunya. Kenyataan ini dibuktikan Freud melalui hasil penelitiannya terhadap
pasiennya yang terkena penyakit histeria, di mana si pasien mempunyai masalah
yang tidak disadari yang kemudian menjelma pada dirinya sebagai gangguan fisik.

Melalui kejadian-kejadian yang dialami para pasien yang mengalami


gangguan penyakit kejiwaan itulah, maka Freud mengembangkan teori
kepribadian dengan suatu pendekatan psikoterapi -yang dalam hal ini jelas
bertentangan dengan teori-teori yang didasarkan kepada hasil-hasil penelitian
laboratorium psikologi sebelumnya.

20
Teori psikoanalisa ini dapat berfungsi sebagai tiga macam teori yakni
sebagai teori kepribadian, sebagai teknik analisa kepribadian, dan sebagai metode
terapi (penyembuhan).

Sebagai teori kepribadian, psikoanalisa mengatakan bahwa jiwa terdiri


dari tiga sistem yaitu id (es), superego (uber ich) dan ego (ich). Ide terletak dalam
ketidaksadaran. Ia merupakan tempat dari dorongan dorongan primitif, yaitu
dorongan-dorongan yang belum dibentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan
(pengalaman), yaitu dorongan untuk hidup dan mempertahankan kehidupan (life
instinct) dan dorongan untuk mati (death instinct). Bentuk dari dorongan hidup
adalah dorongan seksual atau disebut juga libido dan bentuk dari doronga amati
adalah dorongan agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan orang lain ingin
menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah. Prinsip yang dianut
oleh id adalah prinsip kesenangan (pleasure principle), yaitu bahwa tujuan dari id
adalah memuaskan semua dorongan primitif ini.

Superego adalah suatu sistem yang merupakan kebalikan dari id. Sistem
ini sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan. (pengalaman). seorang anak pada
waktu kecil mendapat pendidikan dari orang tua dan melalui pendidikan itulah ia
mengetahui mana yang baik, mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan dan
mana yang dilarang, mana yang sesuai dengan norma masyarakat, mana yang
melanggar norma. Pada waktu anak itu menjadi dewasa, segala norma-norma
masyarakat yang diperoleh melalui pendidikan itu menjadi pengisi dari sistem
superego, sehingga superego berisi dorongan-dorongan untuk berbuat kebaikan,
dorongan untuk mengikuti norma-norma masyarakat dan sebagainya. Dorongan-
dorongan atau energi yang berasal dari superego ini akan berusaha menekan
dorongan yang timbul dari id, karena dorongan-dorongan yang berasal dari id
yang masih primitif ini tidak sesuai atau tidak bisa diterima oleh superego. Di
sinilah terjadi tekan-menekan antara dorongan-dorongan yang berasal dari id dan
superego. Kadang-kadang superegolah yang menang,kadang-kadang id-lah yang
lebih kuat

Ego adalah sistem dimana kedua dorongan dari id dan superego beradu

21
kekuatan. Fungsi ego adalah menjaga keseimbangan antara kedua sistem yang
lainnya, sehingga tidak terlalu banyak dorongan dari id yang dimunculkan ke
kesadaran, sebaliknya tidak semua dorongan superego saja yang dipenuhi. Ego
sendiri tidak memiliki dorongan atau energi. Iahanya menjalankan prinsip
kenyataan (RealityPrinciple), yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan id dan
superego dengan kenyataan di dunia luar. Ego adalah satu-satunya sistem yang
langsung berhubungan dengan dunia luar, karena itu ia dapat mempertimbangkan
faktor kenyataan ini. Ego yang lemah tidak dapat menjaga keseimbangan antara
superego dan id. Kalau ego terlalu dikuasai oleh dorongan-dorongan dari id saja,
maka orang itu akan menjadi psikopat (tidak memperhatikan norma-norma dalam
segala tindakannya), kalau orang itu terlalu dikuasai oleh superegonya, maka
orang itu akan menjadi psikoneurose (tidak dapat menyalurkan sebagian besar
dorongan-dorongan primitifnya).

Untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitf yang tidak bisa dibenarkan


oleh superego, maka ego mempunyai cara-cara tertentu yang disebut sebagai
mekanisme pertahanan (defense mechanism). Mekanisme pertahanan ini gunanya
untuk melindungi ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus
karena tidak diizinkan muncul oleh superego. Terdapat 9 mekanisme pertahanan
yang dikemukakan Freud adalah:
1. Represi (Repression)
Suatu hal yang pernah dialami dan menimbulkan ancaman bagi ego
ditekan masuk ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak mengganggu
ego lagi. Hal ini berbeda pada proses lupa, karena hal yang dilupakan itu
hanya disimpan dalam bawah sadar dan sewaktu-waktu dapat muncul kembali,
sedangkan represi ini, hal yang direpres tidak dapat dikeluarkan ke kesadaran
dan disimpannya dalam ketidaksadaran.

Contoh represi: Seorang Bapak berjalan-jalan dengan anaknya. Di


tengah jalan mereka bertemu dengan Bapak lain yang mengaku pernah
bertetangga. Mereka mengobrol lama, tetapi Bapak pertama tidak bisa
mengingat siapakah Bapak kedua, dan seolah-olah lupa ia tidak
memperkenalkan anaknya pada Bapak kedua. Dari pemeriksaan yang
dilakukan kemudian, ternyata bahwa beberapa tahun yang lalu Bapak kedua

22
pernah berkonflik dengan dan peristiwa ini dianggap sangat menyakitkan hati
Bapak pertama dan untuk melepaskan egonya dari kesakitan hati itu, maka
Bapak pertama menekan pengalaman ini ke dalam ketidaksadarannya. Bahwa
pengalaman yang sudah disimpan dalam ketidaksadaran itu masih punya
pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku, nampak dalam peristiwa
perjumpaan dengan Bapak tersebut di atas.

2. Pembentukan reaksi (reaction formation)


Seseorang bereaksi justru sebaliknya dari yang dikehendakinya demi
tidak melanggar ketentuan dari superego. Misalnya seorang ibu membenci
anaknya, karena anak ini hampir merenggut nyawanya waktu ibu itu
melahirkan. Ibu ini ingin sekali membunuh anaknya (dorongan agresif), tetapi
superego tidak membenarkan perbuatan itu. Karena itu, ibu ini bertindak
sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebih-lebihan terhadap anak.
Sebagai akibat dari kasih sayang yang berlebih-lebihan tersebut, maka anak
juga menderita, karena ia serba terkekang dan serba dilarang.

3. Proyeksi (projection)
Karena superego seseorang melarang ia mempunyai suatu perasaan
atau sikap tertentu terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain
itulah yang. punya sikap atau perasaan tertentu itu terhadap dirinya. Misalnya
A membenci B. Tetapi superegonya melarang A membenci B (karena
misalnya B atasannya), maka A mengatakan bahwa B-lah yang membenci dia.

4. Penempatan yang keliru (displacement)


Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan tertentu terhadap
orang lain karena hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan
tersebut kepada pihak ketiga. Misalnya, A tidak senang karena dimarahi B,
tetapi A tidak dapat marah kembali kepada B karena B adalah atasannya,
maka kemarahannya ini dilampiaskannya kepada C yang bawahan dari A.

5. Rasionalisasi (rationalization)
Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego dicarikan
penalaran sedemikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan. Misalnya

23
menurut superego A sebenarnya tidak boleh memukul 8, tetapi A tetap
memukul B dan memberi alasan bahwa hal itu dilakukannya untuk mendidik
B atau agar B di waktu yang akan datang bisa bertingkah laku lebih baik.

6. Supresi (supression)
Supresi adalah juga menekan sesuatu yang dianggap membahayakan
ego ke dalam ketidaksadaran. Tetapi berbeda dengan represi, maka hal yang
tidak ditekan dalam supresi adalah hal-hal yang datang dari ketidaksadaran
sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran. Misalnya dorongan
Oedipoes Complex, yaitu dorongan seksual dari anak laki-laki terhadap ibunya
yang. Menurut Freud terdapat pada setiap anak, biasanya tidak pernah
dimunculkan dalam kesadaran karena bertentangan dengan superego atau
norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu orang umumnya
mensupresi Oedipoes Complex itu dalam ketidaksadaran.
7. Sublimasi (sublimation)
Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego tetap
dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai denga tuntutan masyarakat.
Misalnya dorongan agresi untuk membunuh orang lain yang sebenarnya tidak
dibenarkan oleh superego tetap dilakukan dengan alasan peperangan; berdansa
adalah sublimasi dari dorongan seksual; bertinju adalah olahraga yang
merupakan sublimasi dorongan-dorongan agresi.

8. Kompensasi (compensation)
Usaha untuk menutupi kelemahan di salah satu bidang atau organ
dengan membuat prestasi yang tinggi di organ lain atau bidang lain. Dengan
demikian, maka ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Misalnya,
seorang gadis yang kurang cantik tidak berhasil menarik perhatian orang,
tetapi dia belajar tekun sekali sehingga walaupun ia gagal menarik perhatian
orang dengan kecantikannya ia tetap memperoleh kepuasan karena
mengagumi kepandaiannya.

9. Regresi (regression)
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap ego, individu
mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah, misalnya ia

24
menjadi kekanak-kanakan kembali. Misalnya, orang yang sudah memasuki
usia tua, takut menghadapi ketuaan, maka ia menjadi kekanak-kanakan
kembali. Dalam teori psikoanalisa sebagai teori kepribadian, Freud
mengatakan bahwa pada setiap orang terdapat seksualitas kanak-kanak
(infantile sexuality), yaitu dorongan seksual yang sudah terdapat sejak bayi.
Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksual pada orang
dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan, yakni:

1) Fase oral (mulut) Pada fase ini kepuasaan seksual terutama terdapat di
sekitar mulut. Perbuatan bayi menyusui pada ibunya atau memasukkan
benda-benda ke dalam mulutnya adalah dalam rangka mencapai kepuasaan
seksual fase oral ini.
2) Fase anal/anus
Pada usia kira-kira dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah ke anus
dan anak mendapat kepuasan dengan menikmati duduk di pispot sampai
lama
3) Fase phallic
Terdapat pada anak berusia 6-7 tahun. Kenikmatan seksnya terdapat pada
alat kelamin, tetapi berbeda dengan kepuasaan seks pada orang dewasa,
pada fase ini kepuasan yang diperoleh dari aktivitas seksual belum
dihubungkan dengan tujuan pengembangan keturunan.
4) Fase laten
Mulai anak berusia 7 atau 8 tahun sampai ia menginjak awal masa remaja,
seolah-olah tidak aktivitas seksual. Karena masa ini disebut fase latent
(tersembunyi).
5) Fase genital
Dimulai sejak masa remaja, segala kepuasaan seks terutama berpusat pada
alat-alat kelamin.

Psikoanalisa di samping sebagai teori kepribadian, dapat pula


berfungsi sebagai teknik analisa kepribadian. Untuk dapat menerangkan
suatu gejala psikoneurose misalnya, agar dapat diusahakan penyembuhan
terhadap penderita yang bersangkutan, maka perlu dianalisa terlebih

25
dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam analisa ini
umumnya dipergunakan dua cara pendekatan, yaitu pertama-tama melihat
dinamika dari dorongan-dorongan primitive (khususnya libido) terhadap
ego dan bagaimana superego menahan dorongan-dorongan primitif itu.
Selanjutnya perlu dilihat apakah ego bisa mempertahankan keseimbagan
antara kedua dorongan yang saling menekan itu. Kalau ego tidak bisa
memperoleh keseimbangan, maka perlu diteliti apa yang menyebabkan
lemahnya ego itu. Pendekatan kedua adalah pendekatan sejarah kasus
(case history), terutama untuk melihat fase-fase perkembangan dorongan
seksual apakah berjalan wajar, apakah ada hambatan-hambatan dan kalua
ada di fase mana mulai terjadi hambatan itu.

Teknik-teknik yang dipergunakan dalam menganalisa


kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik
psikoterapi, karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau
faktor penyebab yang tersembunyi di dalam ketidaksadaran sudah bisa
diketahui dan dibawa ke kesadaran, maka penderita dengan sendirinya
akan sembuh. Psikoneurose umumnya dapat disembuhkan setelah faktor
penyebab dalam ketidaksadaran dapat diketahui. Teknik untuk
menganalisa kepribadian adalah dengan teknik hipnose, yaitu menurunkan
ambang kesadaran sehingga sampai pada tingkat ketidaksadaran dan
selanjutnya mengeksplorasi ketidaksadaran selama klien dalam keadaan
dihipnose ini.

Menurut Freud, teknik hipnose ini hasilnya tidak bisa bertahan


lama, karena bila penderita sudah sadar kembali dari hipnose, maka
kesadarannya akan menutupi kembali ketidaksadarannya dan dorongan
yang berasal dari ketidaksadaran itu akan tetap berada dalam
ketidaksadaran dan akan terus mengganggu dalam bentuk neurose. Selain
itu, teknik yang lain adalah teknis psikoanalisa, yaitu klien secara sadar
sepenuhnya diajak untuk mengeksplorasi ketidaksadarannya.

Salah satu tekniknya adalah analisa mimpi (traumdeutung).


Penderita disuruh menceritakan mimpi-mimpinya dan mimpi- mimpi itu

26
kemudian dicoba dianalisa. Freud percaya bahwa dorongan-doronga
primitive, maupun hal-hal yang direpresi, yang tidak muncul dalam
kesadaran dapat memunculkan dirinya dalam bentuk simbol-simbol dalam
mimpi. Karena itu dengan menganalisa mimpi Freud mengharapkan bisa
mengetahui dinamika kepribadian penderita yang bersangkutan.

Teknik yang lain adalah membiarkan klien bicara sendiri


sebebasnya dengan menggunakan asosiasi bebeas (free association).
Dalam teknik ini, klien yang disuruh berbaring, serileks mungkin diminta
untuk mengasosiasikan kata-kata yang diucapkannya sendiri atau kata-kata
yang dilontarkan oleh terapis, dengan kata-kata yang pertama kali muncul
di
ingatannya. Dengan teknik ini, Freud mengharapkan dapat menjajaki isi
ketidaksadarannya dari klien yang bersangkutan

6. Psikologi Humanistik
Apabila dibandingkan dengan pelbagai aliran yang tumbuh dalam
psikologi, psikologi humanistik ini boleh dikatakan aliran yang masih sangat
muda dalam psikologi, yang sering disebut dengan humanisme dan dikenal pula
dengan the third force (aliran terkuat ketiga) setelah psikologi analisa dan
psikologi behaviorisme. Pencetus ide utama aliran ini adalah Wilhelm Dilthey
(1833-1911), yang menganjurkan untuk dikembangkannya psikologi dengan
menekankan pada sifat dinamis dan pertumbuhan yang unik dari masing-masing
individu. Gagasan Dilthey itu mendapat dukungan dari para psikolog Amerika
Serikat, seperti William James (1842-1920) dan G.S. Hall (1884-1924).

Kemudian pada tahun 1930-an, Gordon Alport dan Henry Murray


muncul sebagai pakar teori-teori kepribadian humanistik. Satu dasawarsa
berikutnya, tampil Carl Rogers sebagai pelopor terapi clientcentered dengan
tulisannya Counseling dan Psychotherapy (1942), dan Abraham Maslow (1908-
1970) yang mempublikasikan formulasi awal tentang teori motivasi (1943).

Di tengah perkembangan yang pesat, Maslow kemudian mencoba


mengangkat psikologi humanisme menjadi "kekuatan ketiga", sehingga dikenal
27
luas dan mendapat dukungan para tokoh dari pelbagai aliran psikologi. Karena itu,
Maslow dipandang sebagai bapak spiritual, pengembang teori dan sekaligus juru
bicara yang paling handal dalam psikologi humanistik. Psikologi humanistik
merupakan suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan, yang
mekanistik, reduksionistik (psikologi robot) -yang mencoba mereduksi manusia
(Misiak dan Sexton, 1988).

Kaum humanis menolak pendapat Freud, yang mengatakan kepribadian


itu diatur oleh kekuatan dari bawah sadar manusia dan juga tidak setuju dengan
ide kaum behavioris, bahwa kita dikuasai oleh lingkungan. Namun begitu, pada
hakikatnya pengikut aliran ini mengakui bahwa pengalaman masa lalu itu
mempengaruhi kepribadian manusia, tetapi juga harus diakui pentingnya
kedudukan free will, yakni dasar kemauan bebas manusia untuk membuat
keputusan bagi dirinya sendiri dalam segala hal. Selain itu, aliran ini juga
menggugah para psikolog untuk menyadari arti pentingnya asas kebutuhan dasar
psikologis dari manusia, seperti kebutuhan-kebutuhan; kasih sayang, cinta, harga
diri, pengakuan dari orang lain, penampilan diri (self actualizing) dan butuh
kreativitas. Dalam pandangan kaum humanis, semua kebutuhan tersebut saman
pentingnya untuk manusia seperti halnya kebutuhan biologis, makan, minum, dan
sebagainya.

Seorang anak umur 5 tahun (usia TK), yang kehilangan kasih sayang dan
kehangatan dari orang tuanya akibat perceraian (broken home), meninggal dunia
dan lain-lain. Jadi, ketika kasus semacam itu muncul di realitas kehidupan
manusia tidak mungkin alam bawah sadar bisa berbicara banyak, tapi kesadaran
lebih menonjol. Kebutuhan akan kasih sayang merupakan suatu kebutuhan dasar
dari setiap insan, karena salah satu jenis perilaku manusia adalah afeksional, di
samping kognisi, motorik dan konasi. Dan semua konsep itu dikendalikan oleh
otak.

Para ahli aliran ini berusaha mengumpulkan data-data untuk membuktikan


pokok-pokok pikiran mereka, namun banyak pula dari mereka yang kurang
berminat temuan pskiologisnya ini untuk dijadikan suatu ilmu pengetahuan.
Kebanyakan pakar yang bergelut dalam bidang ini lebih tertarik mendasarkan

28
aktivitasnya untuk membantu menyelesaikan persoalan hidup manusia, hal ini
dikarenakan mereka kurang tertarik melakukan penelitian dengan binatang atau
percobaan perilaku di laboratorium. Karenanya, dalam kaitan ini para humanisme
juga menekankan betapa pentingnya peranan faktor subjektif seperti; self image
(gambaran diri seseorang), self evolution (penilaian diri) dan frame of reference
(cita-cita ideal).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cabang-cabang ilmu psikologi berdasarkan obyek dan kegunaannya adalah
bahwa ilmu psikologi adalah bidang yang luas dan kompleks. Berbagai cabang atau
sub-disiplin dalam ilmu psikologi dibentuk berdasarkan obyek studi dan tujuannya
yang berbeda. Cabang-cabang ilmu psikologi seperti psikologi klinis, psikologi sosial,
dan psikologi perkembangan, berfokus pada pemahaman dan pengobatan masalah
fungsional dan disfungsional pada individu dan kelompok. Mereka bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional orang-orang, serta memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia.

Selain itu, cabang-cabang lain seperti psikologi kognitif, psikologi


eksperimental, dan psikologi industri dan organisasi, berfokus pada proses berpikir,
belajar, dan perilaku manusia dalam konteks tertentu. Mereka bertujuan untuk
memahami bagaimana dan mengapa orang berperilaku sebagaimana mereka lakukan,
serta menerapkan pengetahuan ini untuk memperbaiki kinerja individu dan kelompok
dalam lingkungan yang berbeda. Dalam kesimpulannya, cabang-cabang ilmu
psikologi memberikan kontribusi penting dalam memahami pikiran, perasaan, dan
perilaku manusia. Mereka juga memiliki aplikasi praktis yang luas, mulai dari

29
pengobatan masalah-psikologis hingga pemecahan masalah dalam lingkungan kerja.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri dan orang lain, kita dapat
mencapai kehidupan yang lebih baik dan memperbaiki hubungan dengan orang-orang
di sekitar kita.

B. Saran
Kami sebagai penulis dan penyusun makalah ini menyadari bahwa apa yang
kami buat masih jauh dari kata sempurna. Ke depannya kami akan lebih
meningkatkan kembali kemampuan menyusun makalah kami, maka dari itu kritik dan
saran pembaca sangat kami perlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Rini Puspita Sari, 2014. Pengantar psikologi umum, Lembaga dan Penerbitan Percetakan
STAIN Curup, Curup.
Alex sobur, 2009. Psikologi umum, Penerbit CV Pustaka Setia, Bandung.
Adnan Achiruddin, 2018. Pengantar Psikologi, Penerbit Aksara Timur, Makassar.
Safwan Amin, 2005. Pengantar Psikologi Umum, Yayasan PeNa, Banda Aceh.

30

Anda mungkin juga menyukai