DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas Berkat dan
rahmat-Nya CBR ini dapat penulis selesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga
berterimakasih kepada Bapak Onggal Sihite. selaku dosen pengampu matakuliah ilmu
sosial budaya dasar yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam
mewujudkan makalah ini.
CBR ini dibuat sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah ilmu sosial budaya dasar.
Penulis berharap CBR ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bilamana hendak
membandingkan isi buku ilmu sosial budaya dasar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan CBR ini masih terdapat kesalahan. Oleh
karena itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk membuat saya baik dalam tugas.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
E. Lampiran ................................................................................................................................ 3
BAB II RINGKASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 22
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah
buku kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun
kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita
dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti
dengan pendapat terhadap isi buku.
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas
pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan
teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi
sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan
dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk
itu, kami harapkan kepada pembaca agar mengetahui dan memahami mengenai
laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik
dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami
apa yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
B. Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)
Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan, dan juga
menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar pada
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di Universitas Negeri Medan.
Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.
D. Identitas Buku
BUKU UTUMA
Judul Buku : Sosiologi Komunikasi
ISBN : 979-3925-38-8
BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Komunikasi Sosial Budaya
Penulis : Suranto Aw
ISBN : 978-979-756-647-0
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran
Karl Marx, gagasan awal tentang karl marx tidak pernah terlepas dari pemikiran-
pemikiran Hegel. Menurut ritzer, pemikiran hegel yang paling utama dalam melahirkan
pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika
dan idealisme. Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia, dan idealisme
adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang
berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah
tidak ada lagi.
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut
sebagai the first philosopher of komunikasi itu dikenal hingga kini dengan filsafat
pragmatik-nya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam
praktik. Jadi, gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide
harus tersampaikan dan memberi kontribusi pada tingkat perilaku orang. Pesan ide
membentuk tindakan dan perilaku dilapangan.
BAB II. RUANG LINGKUP DAN KONSEPTUALISASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan, dengan struktur dan fungsi yang sangat
sempurna, disamping sebagai mahluk individual, mahluk sosial dan mahluk spiritual.
Manusia adalah mahluk sosial maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri
di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun sosial budaya. Sosiologi
berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai
kebutuhan manusia diawali dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi
satu dengan lainnya. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu
sendiri.
Ranah sosiologi komunikasi adalah kajian utama dan terpenting dari kajian
sosiologi dan kajian komunikasi itu sendiri, yaitu individu, kelompok, masyarakat, dunia,
dan segala interaksinya. Studi-studi sosiologi komunikasi selain bersifat interdisipliner
dan terbuka terhadap sumbangan disiplin ilmu lain, setiap bigdang ilmu dalam rumpun
ilmu sosial memiliki objek kajian formal yang sama yaitu manusia. Manusia adalah objek
yang tidak pernah habis dibahas dari berbagai aspek dan sudut pandang. Objek formal
manusia yang dimaksud adalah dalam kontek individu, kelompok, masyarakat dunia
serta aspek sosiologis yang mengitarinya. Objek formal dalam studi sosiologi komunikasi
menekankan pada aspek aktivitas manusia sebagai mahluk sosial yang melakukan
aktivitas sosiologis.
BAB III. STRUKTUR DAN PROSES SOSIAL
Struktur dinamis ini dilihat memiliki kemikiripan dengan proses sosial. Proses
sosial yang dimaksud adalah dimana individu, kelompok, dan masyarakat bertemu,
berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga melahirkan sistem sosial dan pranata sosial
serta semua aspek kebudayaan, bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial,
sedangkan bentuk khususnya adalah aktivitas sosial syarat terjadi interaksi sosial adalah
adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
Komunikasi massa adalah salah satu aktifitas sosial yang berfungsi dimasyarakat,
fungsi aktivias sosial memiliki dua aspek yaitu fungsi nyata yang dingginkan dan fungsi
tidak nyatayang tidak diinginkan, selain itu aktivitas sosial juga berfungsi melahirkan
fungsi sosial lain baha manusia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat sempurna.
Begitu pula dengan fungsi komunikasi media massa sebagai aktivitas sosial masyarakat
mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi pengawasan,fungsi sosial learning, fungsi
penyampaian informasi,fungsi transformasi budaya, dan hiburan.
Perubahan sosial adalah proses sosial yang dialami oleh anggota masyarakat serta
semua unsur-unsur budaya dan sistem-sistem sosial, dimana semua tingkat kehidupan
masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh unsur-unsur eksternal meninggalkan
pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial lama kemudian menyesuaikan diri atau
mengunakan pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial yang baru.
Realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial di sekelilingnya, bahwa realitas dunia sosial itu ‘ada’ dalam diri
sendiri dan hukum yang menguasainya. Generalisasi yang paling tinggi, manusia
menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya
yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosil serta
memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.
Dari berbagai pandangan yang dikemukakan para ahli secara umum, ilmu
komunikasi mempunyai tiga karakteristik yaitu: pertama, ilmu komunikasi merupakan
ilmu sosial yang bersifat multidispliner dan bidang kajiannya sangat luas. Kedua, ilmu
komunikasi tidak hanya merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat murni-teoritis-
akademis, tetapi juga merupakan ilmu pengetahuan terapan yang diperlukan berbagai
kalangan praktisi. Ketiga, teknologi khususnya teknologi komunikasi yang diperlukan
dalam proses produksi sistem tanda dan lambing merupakan salah satu objek kajian
utama.
Ada dua pendekatan dalam keilmuan komunikasi yang selama ini digunakan.
Pertama, pendekatan non-ilmiah umumnya orang menjawab dorongan ingin tahu dan
mencari kebenaran, melalui secara kebetulan, trial dan error, melalui otorisasi seseorang,
dan wahyu. Kedua, pendekatan ilmiah yang biasa sisebut pendekatan kritik-rasional, ada
dua macam proses yang dapat digunakan untuk menemukan kebenaran. Proses yang
pertama berpikir kritis-rasional dan cara yang kedua penelitian ilmiah.
Dalam Four Theories of the press membagi pers di dunia dalam empat kategori,
yaitu: pertama, teori otoriter yaitu pers bisa dimiliki baik secara public atau perorangan,
tetapi tetap dianggap sebagai alat untuk menyebarkan kebijakan pemerintah.kedua,
Teori liberal yaitu pers harus mendukung menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah sekaligus sebagai media yang memberikan informasi, menghibur, dan
mencari keuntungan, dan siapapun yang mempunyai uang yang cukup dapat
menerbitkan media. Ketiga, teori tanggung jawab sosial bertujuan untuk member
informasi, menghibur, mencari untung, juga bertujuan untuk membawa konflik kedalam
arena diskusi, media dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik
professional,dan dalam hal penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat
keterbatasan teknis pada jumlah saluran frekuensi yang tersedia. Keempat, teori
komunis soviet tujuan utama media dalah membantu keberhasilan dan kelangsungan
sistem soviet. Media dalam sistem soviet dimiliki dan dikontrol oleh Negara dan hanya
sebagai kepanjangan tangan negara.
BAB X. PENELITIAN KOMUNIKASI
Penelitian adalah proses ilmiah yang selalu ada dalam kehidupan intelektual
manusia berdasarkan sifat ingin tau yang ada dalam hidup ilmuwan. Cara yang
digunakan, pertama, dengan menggunakan akal sehat mengacu kelaziman-kelaziman
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, melakukan kegiatan penelitian yang bersifat ilmiah
yang berdasarkan pada kaidah-kaidah tertentu dan cara berfikir yang sistematis yang
melingkupi keseluruhan proses penelitian.
Penilitan komunikasi yang paling popular dan paling sering digunakan adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dalam komunikasi
menekankan pada bagaimana sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna-makna
dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil-hasil penelitian yang diperoleh
berhubungan pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang terjadi. Sedangkan
paradigm kuantitatif dalam komunikasi menekankan pendekatannya pada bentuk-
bentuk kejadian variable komunikasi, dimana komunikasi dipandang sebagai variable
yang dapat dihitung frekuensinya dan dicari hubungan-hubungan serta pengaruh di
sekitar kejadian variable itu.
Denis McQuail menjelaskan bahwa efek media massa memiliki typology yang
mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek media merupakan efek yang
direncanakan, kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat
diperkirakan, ketiga, efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat,
instan, dank eras mempengaruhi seseorang atau masyarakat, keempat, efek media massa
berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga mempengaruhi sikap-sikap adopsi
inovasi, control sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan-persoalan
perubahan budaya.
Efek media massa yang dapat direncanakan dan terjadi dalam waktu yang cepat
yaitu seperti propaganda, respons individu, kampanye media, news learning,
pembingkaian berita, dan agenda setting. Efek media yang terencana ini juga dapat
dilakukan dalam waktu yang lama, dengan efek media yang lama pula terjadi
dimasyarakat, dalam waktu yang lama media dapat menyebarkan difusi inovasi kepada
seluruh lapisan masyarakat, efek merusak yang paling mudah terjadi adalah pada tatanan
fisik dan perilaku individual yang berdampak pada perilaku kelompok dan masyarakat.
Efek merusak pada tatanan sikap dan norma-norma lain disekitar sikap sepeti merusak
sistem sosial sampai dengan merusak sistem budaya serta lingkungan yang lebih luas.
Efek media massa pada tahap ini kadang bersifat dahsyat, namun akan mudah dilupakan
orang seirama dengan berkurangnya pemberitaan tersebut dimedia massa.
Media massa adalah institusi yang berfungsi memberi, informasi, edukasi, dan
hiburan, maka media massa akan datang tidak lagi menjadi institusi edukasi dalam
pengertian sesungguhnya akan tetapi lebih banyak menjadi institusi pemberi informasi
yang tidak edukatif dan penyaji hiburan yang tidak edukatif pula.
Media massa saat ini menamakan diri sebagai agen perubahan dan juga agen perusak dan
pemicu maslah soaial di masyarakatnya. Tayangan mistik di media massa khususnya di
televisi menjadi mindstream, kebiasan menonton tayangan mistik ini menjadi budaya
masyarakat masyarakat dan sebuah petualangan batin seseorang, efek buruk yang
ditimbulkan akan berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama anak-anak,
bahaya terbesar dari tayangan mistik dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan
perilaku.
Kekuatan konstruksi soaial media massa itu terletak pada kekuatan media itu
sendiri , saat ini karya-karya seni kreatif seperti iklan menjadi konsumsi masyarkat
dalam berbagai media massa, posisi perempuan ini menjadi sanagat potensial untuk
dikomersilkan dan di eksploitasi, karena posisi perempuan menjadi sumber inspirasi dan
juga tambang uang yang tidak habis-habisnya.
Maka di waktu-waktu yang akan datang, kajian soskom memiliki massa depan yng
sangat luas dan memiliki bidang-bidang kajian yang sangat luas pula seirama dengan
perkembangan masyarakat dan teknologi media itu sendiri.
Dari pendapat di atas, bisa disimpulkan bahwa komunikasi bisa terjadi karena
adanya beberapa unsur yang terkait untuk membangun sebuah komunikasi. Berikut ini
unsur pembangun komunikasi: (1) Kominukator, sumber informasi (source); (2) Pesan
(massage); (3) Saluran, media (channel);(4) Komunikan (receiver); (5) Umpan Balik
(feedback); (6) Gangguan (Noise/Barrier)
Model-model komunikasi
1. Model Laswell
Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi yang dikembangkan
dari batasan ilmu politik. Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu :
Pengawasan lingkungan, Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang
merespon lingkungan dan transmisi warisan sosial.
Model ini mengungkapkan isu “efek” dan bukannya “makna”. Efek secara tak
langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima
yang disebabkan unsur-unsur yang bisa diidentifikasi dalam prosesnya. Model ini lebih
sesuai diterapkan pada kajian komunikasi massa.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan (noise), yakni setiap
rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan
yang disampaikan. Konsep-konsep lain yang merupakan andil Shannon dan Weaber
adalah entropi dan redudansi. Model ini diterapkan pada konteks-konteks komunikasi
lainnya seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau komunikasi massa.
Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial mengenai proses
komunikasi.
3. Model DeFleur
4. Model Middleton
John Middleton (1975) menyajikan model komunikasi dengan gambar yang sederhana,
dengan melibatkan empat komponen yaitu, komunikator, pesan, komunikan dan umpan
balik.
BAB II. PENGERTIAN DAN HAKIKAT KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA
Proses komunikasi jarang berjalan dengan lancar dan tanpa masalah. Dalam kebanyakan
kasus, para pelaku interaksi antarbudaya tidak menggunakan bahasa yang sama. Sebuah
kata yang sama bunyinya, bisa jadi berbeda artinya . bahasa dapat terjadi dalam area baik
verbal maupun nonverbal. Khususnya, komunikasi nonverbal sangat rumit,
multidimensional, dan biasanya merupakan proses yang spontan. Orang-orang tidak
sadar akan sebagian besar perilaku nonverbalnya sendiri, yang dilakukan tanpa berpikir,
spontan, dan tidak sadar (Samovar, Larry A. dan Richard E. Porter, 1994).
BAB III. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI PADA KONTEKS KOMUNIKASI
SOSIAL BUDAYA
Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Setiap
perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang
tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain
maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi
wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus. Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi
mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi
hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas
berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dari segi isi atau makna, buku ini sudah sangat bagus, dan dalam buku ini juga
disajikan dengan sangat lengkap dimulai dari pengertian-pengertian hingga sampai pada
hakikat-hakikat pembahasannya. Selain isi sub bab nya yang lengkap buku ini juga
disajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan
penyajian yang sederhana itu maka akan meningkatkan minat pembaca terhadap buku
ini, sebab mereka tidak akan memukan kata-kata yang sulit untuk diinterpretasikan.
Tetapi materi yang dibahas dalam buku ini teralu banyak yaitu terdapat xiii bab, sehingga
pembaca agak sedikit sulit untuk memahami keseluruhan materinya. Dan buku ini terlalu
banyak menggunakan teori-teori sehingga membuat pembaca juga bingung dalam
memahaminya secara singkat.
Dari segi fisik buku, buku ini lebih besar dari pada buku pembanding yaitu buku
‘’Komunikasi Sosial Budaya’’ karangan Suranto Aw dengan penerbit GRAHA ILMU,
namun itu bukan berarti menjadi penghalang bagi pelajar ataupun mahasiswa yang ingin
mengupas atau membahas buku ini. Dari segi design isi ataupun pembahasan materi yang
ada dalam buku tersebut, teks yang ditulis dalam isi buku tersebut sangat tersusun secara
sistematis, antara judul besar dan sub-sub judul sudah dapat diketahuai dengan jelas
sehingga pembaca lebih mudah untuk memahaminya, dan materi yang ada di dalam
buku tersebut sangan simpel, dan terdapat juga pada sub-sub bab-babnya yang ada di
dalam buku ini tidak terlalu banyak sehingga para pembaca lebih mudah memahaminya.
Dari segi isi atau makna, buku ini sudah sangat bagus. Penulis buku ini tidak pernah
melanggar plagiarisme. Penulis selalu mencantumkan atau menuliskan secara jelas
sumber-sumber yang ia kutip dari buku lain. Dalam penyajiannya, ketika membahas atau
mendefenisikan suatu masalah selalu mengemukakan berbagai pandangan dari para ahli,
sehingga hal ini sangat membantu para pembaca untuk menemukan referensi dan
wawasan pembaca lebih luas.
Dari segi besar dan tebal buku, halaman pada buku utama jauh lebih tebal
daripada buku pembanding, pada buku utama tebal buku yaitu 374 halaman, sedangkan
pada buku pembanding yaitu 266 halaman. Namun, dari segi bentuk dan lebarnya, buku
pembanding jauh lebih besar daripada buku utama, oleh karena itu buku utama jauh
lebih simple dan praktis untuk dibawa kemana-mana daripada buku pembanding.
Dari segi isi buku, kedua buku ini sifatnya saling melengkapi, dalam buku utama
menjelaskan materinya secara terperinci, sedangkan buku pembanding juga
menjelaskan materi secara terperinci. Namun diantara keduanya hanya saja yang
berbeda sub-sub babnya, pada buka utama sub babnya lebih banyak yaitu xiii sub bab
sedangkan pada buku pembanding terdapat xi sub bab. Tetapi dengan perbedaan
tersebut bukan berarti kedua buku itu tidak baik, materi pada buku tersebut saling
melengkapi satu sama lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sembiring, Dermawan. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan : Unimed Press
De Vito, Josep A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana, Jakarta:
Profesional Books.