PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pengampu:
MARLAN, M.Pd.
Disusun oleh :
Zulfikri Nasution (5183550017)
Debarnel Liberius (5183250017)
Afryandi Berutu (5183250023)
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
kesempatan dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kritik buku (critical book report) ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Ahmad
Bengar Harahap, S.Pd, M. Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan. Saya
menyadari bahwa dalam hasil makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan yang tidak
disengaja. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan kritik dan saran. Saya berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya pada mata kuliah Kewarganegaraan jurusan
Teknik Sipil di Universitas Negeri Medan.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II RINGKASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.................................................................................................13
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku
melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang
akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal
buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya
dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang
bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi buku.
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas pengarang,
cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan teori yang
dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi sangat bermanfaat
untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan kelebihan dari isi
buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada pembaca agar mengetahui dan
memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan
baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa
yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
1.2 Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)
Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan
dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu
tugas individu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
di Universitas Negeri Medan.
Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.
Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama
atau penulis lainnya.
Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan,isi,dan substansi buku.
1.4 Identitas Buku
BUKU UTUMA
Judul Buku : Sosiologi Komunikasi
ISBN : 979-3925-38-8
BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
ISBN : 978-602-5799-42-6
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
Sesuatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat itu selalu berhubungan
dengan difusi inovasi, dimana perubahan dipacu oleh penyebaran suatu pengetahuan yang baru,
ada empat unsur hal yang selalu ada dalam difusi inovasi, yaitu inovasi, saluran komunikasi,
waktu, dan sistem sosial. Keempat unsur ini berlangsung dalam sistem yang simultan, dimana
masing-masing sistem itu berhubungan satu denagn yang lainnya selama proses difusi inovasi itu
berlangsung.
Teknologi telah mengubah bentuk masyarakat manusia, masyarakat global adalah sebuah
kehidupan yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama,
menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, dan lain-lain.
Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia
global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi
masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan,
yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan masyarakat maya. Bahwa syarat-syarat
interkasi sosial dalam masyarakat nyata harus memiliki sossial contact dan adanya komunikasi.
Kehidupan cyber community selain merupakan peta analog kehidupan masa depan
masyarakat nyata, namun juga merupakan imitasi kehidupan nyata itu sendiri, sehingga
dimungkinkan berbagai cybercrime dalam cybercommunity merupakan imitasi terhadap
kejahatan yang selama ini kita temukan dimasyarakat. Salah satu karakter umum cybercrime
yang dapat dilakukan dari mana saja dan dimana saja dalam cyber community, tanpa harus
berada dalam satu Negara atau senegara denagn tempat dimana server itu berada. Ruang maya
dapat menafikan semua itu denagn sebanyak mungkin menawarkan sifat utamnya, yaitu efisiensi
ruang dan waktu.
Pada umumnya teori dalam paradigma definisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa
manusia adalah actor yang kreatif dari realitas sosialnya. Dalam arti, tindakan manusia tidak
sepenuhnaya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai dan sebagainya, yang kesemuanya itu
tercakup dalam fakta sosial yaitu tindakan yang menggambarkan struktur dan pranata sosial.
Paradigm definisi sosial lebih tertarik terhadap apa yang ada dalam pemikiran manusia tentang
proses sosial, terutama para pengikut interaksi simbolos. Dalam proses sosial, individu manusia
dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relative bebas di dalam dunia sosialnya.
Realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap
dunia sosial di sekelilingnya, bahwa realitas dunia sosial itu ‘ada’ dalam diri sendiri dan hukum
yang menguasainya. Generalisasi yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna
simbolis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi
dan mengatur bentuk-bentuk sosil serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.
Nilai perubahan sosila memiliki kaitan dengan kapitalisme terutama yang menekankan
gaya hidup modern serta menempatkan nilai materi sebagai puncak nilai tertinggi. Nilai-nilai
perubahan sosial juga memiliki kesamaan dengan nilai yang dijunjung tinggi oleh kapitalisme,
terutama karena keduanya mengagumkan materi dan secera beriringan mengkonstruksi jalan
pemikiran serta nilai-nilai yang membimbing reduktur dan pada desk media massa dalam
mengemas pemberitan-pemberitaan mereka.
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluaran informasi, pendidikan dan
hiburan. Efek media massa tidak saja mempengaruhi sikap seseorang namun dapat pula
mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat
mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.
Denis McQuail menjelaskan bahwa efek media massa memiliki typology yang mana
terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek media merupakan efek yang direncanakan,
kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, ketiga, efek
media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dank eras mempengaruhi
seseorang atau masyarakat, keempat, efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama,
sehingga mempengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, control sosial sampai dengan perubahan
kelembagaan, dan persoalan-persoalan perubahan budaya.
Efek media massa yang dapat direncanakan dan terjadi dalam waktu yang cepat yaitu
seperti propaganda, respons individu, kampanye media, news learning, pembingkaian berita, dan
agenda setting. Efek media yang terencana ini juga dapat dilakukan dalam waktu yang lama,
dengan efek media yang lama pula terjadi dimasyarakat, dalam waktu yang lama media dapat
menyebarkan difusi inovasi kepada seluruh lapisan masyarakat, efek merusak yang paling
mudah terjadi adalah pada tatanan fisik dan perilaku individual yang berdampak pada perilaku
kelompok dan masyarakat. Efek merusak pada tatanan sikap dan norma-norma lain disekitar
sikap sepeti merusak sistem sosial sampai dengan merusak sistem budaya serta lingkungan yang
lebih luas. Efek media massa pada tahap ini kadang bersifat dahsyat, namun akan mudah
dilupakan orang seirama dengan berkurangnya pemberitaan tersebut dimedia massa.
Media massa adalah institusi yang berfungsi memberi, informasi, edukasi, dan hiburan,
maka media massa akan datang tidak lagi menjadi institusi edukasi dalam pengertian
sesungguhnya akan tetapi lebih banyak menjadi institusi pemberi informasi yang tidak edukatif
dan penyaji hiburan yang tidak edukatif pula.
Media massa saat ini menamakan diri sebagai agen perubahan dan juga agen perusak dan
pemicu maslah soaial di masyarakatnya. Tayangan mistik di media massa khususnya di televisi
menjadi mindstream, kebiasan menonton tayangan mistik ini menjadi budaya masyarakat
masyarakat dan sebuah petualangan batin seseorang, efek buruk yang ditimbulkan akan
berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat, terutama anak-anak, bahaya terbesar dari
tayangan mistik dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan perilaku.
Kekuatan konstruksi soaial media massa itu terletak pada kekuatan media itu sendiri ,
saat ini karya-karya seni kreatif seperti iklan menjadi konsumsi masyarkat dalam berbagai media
massa, posisi perempuan ini menjadi sanagat potensial untuk dikomersilkan dan di eksploitasi,
karena posisi perempuan menjadi sumber inspirasi dan juga tambang uang yang tidak habis-
habisnya.
1. Pendahuluan
Warga negara merupakan salah satu unsur pokok dalam suatu negara,selain adanya
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat.Semua orang yang berada di suatu negara tentu
perlu mengerti tentang status atau kedudukannya baik menyangkut hak dan kewajibannya
sebagai anggota dari sebuah negara.
Warga negara dalam bahasa Inggris disebut “citizen”, dalam bahasa Yunani “civics”
(asal katanya civicus) yang berarti penduduk sipil (citizen). Merujuk kepada bahasa
Yunani kuno “polites” atau latin “civis”, yang didefinisikan sebagai anggota dari “polis”
(kota) Yunani kuno atau “respublica” (perkumpulan orang-orang atau masyarakat)
Romawi bagi persekutuan orang-orang di mediterania kuno, yang selanjutnya
ditransmisikan kepada peradaban eropa dan barat(Kalidjernih,2007).
Dalam menjawab siapakah warga negara itu?. Aristoteles mengatakan bahwa seseorang
yang patut disebut sebagai warga negara dalam suatu negara demokratis belum tentu
dapat disebut sebagai warga negara dalam sebuah negara oligarkis. Menurutnya,
perbedaan bentuk pemerintahan berpengaruh besar dalam menentukan siapakah warga
negara yang sesungguhnya dari suatu negara. Jadi menurut Aristoteles, yang disebut
warga negara adalah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan
hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang diperintah dan orang
yang bisa berperan sebagai yang memerintah(Sri wuryan dan Syaifullah,2009: 108).
Dewasa ini isu mengenai HAM telah menjadi perhatian dunia, bahkan tidak jarang suatu
negara dalam memberikan bantuan atau kebijakan lainnya dikaitkan dengan pelaksanaan
HAM. Sejumlah negara maju mencanangkan HAM sebahgai bagian dari program
nasionalnya.perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) juga menjadikan HAM sebagai salah satu
agenda yang perlu ditangani secara serius.Penghormatan terhadap HAM telah menjadi
ukuran bagi yang diakuinya suatu pemerintahan.Pemerintah suatu negara yang tidak
menghargai HAM mendapat kecaman bahkan bisa dikucilkan dari pergaulan
internasional(Winataputra, 2010).
Dikatakan HAM ialah karena hak-hak itu bersumber pada sifat hakiki manusia sendiri
yang diberikan oleh tuhan yang maha Esa(sanusi, 2006:201). HAM itu bukan karena
diberikan oleh suatu negara atau pemerintah. Karena itu, hak-hak itu tidak boleh
dirampas atau diasingkan oleh negara dan oleh siapa pun. Dengan demikian, maka HAM
bukan sekedar hak hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sejak dilahirkannya
kedunia, tetapi juga merupakan standart normatif yang bersifat universal bagi
perlindungan hak-hak dasar itu dalam lingkup pergaulan nasional, regional, global.
Buku utama yang berjudul “Sosiologi Komunikasi” merupakan buku karangan Prof. Dr.
H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si yang membahas tentang semua yang berhubungan dengan
teori, paradigma dan diskursus sosiologi komunikasi di masyarakat. Buku ini diterbitkan oleh
KENCANA PRENADA MEDIA GROUP dengan tebal buku 374 halaman.
Dari segi isi atau makna, buku ini sudah sangat bagus, dan dalam buku ini juga disajikan
dengan sangat lengkap dimulai dari pengertian-pengertian hingga sampai pada hakikat-hakikat
pembahasannya. Selain isi sub bab nya yang lengkap buku ini juga disajikan dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh pembaca. Dengan penyajian yang sederhana itu maka akan
meningkatkan minat pembaca terhadap buku ini, sebab mereka tidak akan memukan kata-kata
yang sulit untuk diinterpretasikan. Tetapi materi yang dibahas dalam buku ini teralu banyak yaitu
terdapat xiii bab, sehingga pembaca agak sedikit sulit untuk memahami keseluruhan materinya.
Dan buku ini terlalu banyak menggunakan teori-teori sehingga membuat pembaca juga bingung
dalam memahaminya secara singkat.
Dari segi fisik buku, buku ini agak lebih kecil dari pada buku pembanding yaitu buku
‘’Sosila komunikasi’’ karangan Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, namun itu bukan
berarti menjadi penghalang bagi pelajar ataupun mahasiswa yang ingin mengupas atau
membahas buku ini. Dari segi design isi ataupun pembahasan materi yang ada dalam buku
tersebut, teks yang ditulis dalam isi buku tersebut sangat tersusun secara sistematis, antara judul
besar dan sub-sub judul sudah dapat diketahuai dengan jelas sehingga pembaca lebih mudah
untuk memahaminya, dan materi yang ada di dalam buku tersebut sangan simpel, dan terdapat
juga pada sub-sub bab-babnya yang ada di dalam buku ini tidak terlalu banyak sehingga para
pembaca lebih mudah memahaminya. Dari segi isi atau makna, buku ini sudah sangat bagus.
Penulis buku ini tidak pernah melanggar plagiarisme. Penulis selalu mencantumkan atau
menuliskan secara jelas sumber-sumber yang ia kutip dari buku lain. Dalam penyajiannya, ketika
membahas atau mendefenisikan suatu masalah selalu mengemukakan berbagai pandangan dari
para ahli, sehingga hal ini sangat membantu para pembaca untuk menemukan referensi dan
wawasan pembaca lebih luas.
Dari segi besar dan tebal buku, halaman pada buku utama jauh lebih tebal daripada buku
pembanding, pada buku utama tebal buku yaitu 374 halaman, sedangkan pada buku pembanding
yaitu 266 halaman. Namun, dari segi bentuk dan lebarnya, buku pembanding jauh lebih besar
daripada buku utama, oleh karena itu buku utama jauh lebih simple dan praktis untuk dibawa
kemana-mana daripada buku pembanding.
Dari segi isi buku, kedua buku ini sifatnya saling melengkapi, dalam buku utama
menjelaskan materinya secara terperinci, sedangkan buku pembanding juga menjelaskan materi
secara terperinci. Namun diantara keduanya hanya saja yang berbeda sub-sub babnya, pada buka
utama sub babnya lebih banyak yaitu xiii sub bab sedangkan pada buku pembanding terdapat xi
sub bab. Tetapi dengan perbedaan tersebut bukan berarti kedua buku itu tidak baik, materi pada
buku tersebut saling melengkapi satu sama lainnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sosiologi komunikasi merupakan interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi
yang menimbulkan proses saling pengaruh-mempengaruhi antara para individu, individu dengan
kelompok maupun antar kelompok. Sosiologi komunikasi membahas bagaimana interaksi
(komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat
dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat
yang di dorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang
ditanggung masyarakat sebagai akibat darfi perubahan yang didorong oleh media massa itu.
4.2 SARAN
Buku utama dan buku pembanding sebaiknya bisa saling mengisi kekurangannya. Bisa
meningkatkan semangat penulis ketika ingin merevisi masing-masing buku tersebut. Baik dari
segi fisik ataupun isi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan melihat kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing buku. Materi yang kurang jelas pemahamannya didalam buku
utama maupun buku pembanding hendaknya bisa diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Sembiring, Dermawan. 2014. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Medan : Unimed Press
De Vito, Josep A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana, Jakarta:
Profesional Books.