Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN CBR MK

PERSPEKTIF GLOBAL
PRODI S1 PGSD_FIP

Skor nilai:

CRITICAL BOOK REVIEW


“PENDIDIKAN DALAM PUSARAN ARUS ISU-ISU GLOBAL”

Disusun Oleh :

FUJI CHINTYA
(1223111035)
PGSD E

Dosen Pengampu:
Yusra Nasution, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
karena masih memberikan perlindungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Critical
Book Review ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Perspektif Global.

Terimakasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mengarahkan dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada dosen pengampu Yusra
Nasution, S.Pd., M.Pd. Laporan ini berisi ulasan-ulasan dari buku yang berjudul "Pendidikan
Dalam Pusaran Arus Isu-Isu Global”, mulai dari identitas buku, ringkasan isi buku,
keunggulan dan kelemahan buku, implikasi serta kesimpulan dan saran dari buku tersebut.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari tata bahasa dan segi penyampain materi. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca yang bersifat positif dan
membangun agar penulis dapat memperbaiki laporan ini menjadi lebih baik lagi untuk waktu
yang akan datang

Akhir kata penulis berharap Critical Book Review ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pembaca. Terimakasih

Medan, 27Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENGANTAR ..................................................................................................................... 5
A. RASIONALISASI CBR ................................................................................................................ 5

B. TUJUAN.......................................................................................................................................... 5

C. MANFAAT ..................................................................................................................................... 5

D. IDENTITAS BUKU ...................................................................................................................... 5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................................. 7


BAB 1 Tantangan Ilmu Pendidikan Menghadapi Peradaban Baru ................................................. 7

BAB 2 Risiko Pendidikan Algoritmatik dalam Era Digital .............................................................. 7

BAB 3 Mewaspadai Dirupsi dan Tragedi Kemanusiaan dalam Pendidikan .................................. 8

BAB 4 Pendidikan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan .......................... 9

BAB 5 Dark Pedagogy: Urgensinya Bagi Pendidikan di Indonesia ............................................. 10

BAB 6 New Andragogy di Era Baru ................................................................................................. 10

BAB 7 Transformasi dan Pedagogi Konvensional Menuju Pedagogi Baru ................................. 11

BAB 8 Heutagogy sebagai Model Alternatif bagi Solusi Pendidikan di Indonesia .................... 12

BAB 9 Pendidikan Inklusif di Era Masyarakat Digital ................................................................... 13

BAB 10 Pendidikan Anak Usia Dini dalam Himpitan Transformasi Teknologi......................... 13

BAB 11 Pendidikan Terlibat: Alternatif Pembaruan Pendidikan di Era Digital ......................... 14

BAB III KEUNGGULAN BUKU .............................................................................................. 16


A. Keterkaitan Antar Bab ................................................................................................................. 16

B. Kemutakhiran Buku ..................................................................................................................... 16

BAB IV KEKURANGAN BUKU .............................................................................................. 18


A. Keterkaitan Antar Bab ................................................................................................................. 18

3
B. Kemutakhiran Buku ..................................................................................................................... 18

BAB V IMPLIKASI.................................................................................................................... 20
A. Implikasi terhadap teori ............................................................................................................... 20

B. Implikasi terhadap teori pembangunan di Indonesia ............................................................... 20

C. Pembahasan dan Analisis ............................................................................................................ 21

BAB VI PENUTUP ..................................................................................................................... 23


A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 23

B. Saran............................................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 24

4
BAB I PENGANTAR
A. RASIONALISASI CBR
Resensi Buku Kritis Critical Book Review (CBR) secara singkat dapat dipahami sebagai
resensi terhadap buku atau artikel untuk diulas. Critical Book Review (CBR) lebih dari
sekedar laporan yang bagus menulis tentang isi buku atau artikel yang dimaksudkan untuk
diresensi, misalnya direvisi atau dipertimbangkan, ditafsirkan dan dianalisis dan bukan
merupakan bukti apakah sebuah artikel atau buku itu benar atau salah. Critical Book Review
(CBR) lebih dari sekedar laporan atau artikel tentang isi buku atau artikel yang lebih
menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis) tentang kelebihan dan
kekurangan buku atau artikel tersebut, apa yang menarik dari artikel tersebut, apa isi artikel
tersebut mempengaruhi cara berpikir pembaca dan meningkatkan pemahaman mereka
tentang bidang penelitian tertentu. Dengan kata lain melalui pembaca, Critical Book Review
(CBR) menguji pemikiran penulis dengan sudut pandang pembaca pengetahuan dan
pengalaman yang ada.

B. TUJUAN
Tujuan dari CBR ini adalah :
1. Untuk menyelesaikan tugas Critical Book Review mata kuliah Perspektif Global
2. Untuk memahami isi ringkasan pada buku
3. Untuk memahami kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada buku

C. MANFAAT
Manfaat CBR ini adalah :
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas tentang Perspektif Global
2. Dapat membuat pembaca menjadi lebih berfikir kritis
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan buku

D. IDENTITAS BUKU
Judul buku Pendidikan Dalam Pusaran Arus Isu-Isu Global
Penulis Achmad Dardiri, Sugeng Bayu Wahyono, C. Asri Budiningsih,
Iis Prasetyo, Pujiriyanto, Sujarwo, Rukiyati, Arif Rohman,
Suparno, Joko Pamungkas, Ariefa Efianingrum
Penerbit UNY Press

5
Kota terbit Yogyakarta
Tahun Terbit 2022
Jumlah Halaman 295 halaman
ISBN 978-602-498-418-2
Cover

6
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
BAB 1 Tantangan Ilmu Pendidikan Menghadapi Peradaban Baru
A. APAKAH PERADABAN ITU?

Para ahli berbeda pendapat tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan peradaban.
Perbedaan pemahaman mereka yang menjadi alasan untuk berbeda pula dalam mendefinisikan
istilah peradaban. Mereka mengakui bahwa untuk mendefinisikan 'peradaban' yang dapat
diterima umum ternyata sulit, karena sulitnya mendefinisikan 'peradaban', kebanyakan para ahli
lebih memilih untuk menggambarkan peradaban. Namun demikian, secara umum, peradaban
berkaitan dengan suatu "masyarakat yang kompleks". Suatu masyarakat menjadi kompleks
ketika individu-individunya hidup dalam kelompok-kelompok "tempat tinggal yang tenang yang
terdiri dari kota- kota" dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan khusus

B. PERADABAN BARU

Dalam kaitan dengan masalah peradaban sederhana dan maju ini, Toffler dan Heidi, isterinya
menggambarkan tatanan dunia baru yang tak terelakkan dalam karyanya: Creating a New
Civilization (1995). sebagaimana dipaparkan oleh Toffler dan Heidi Toffler dalam Harvard
Joumal of Law & Technology, Vol 9, Number 1 Winter 1996). Menurut Toffier dan Heidi,
sejarah dibagi menjadi tiga peradaban. Peradaban Gelombang Pertama muncul sekitar 8000 SM
sebagai akibat dari Revolusi Pertanian. Peradaban Gelombang Kedua, muncul dengan Revolusi
Industri dan memperkenalkan produksi massal, konsumsi, pendidikan, media, perusahaan, partai
politik, dan struktur keluarga baru. Gelombang Ketiga sekarang sedang berlangsung membawa
peradaban informasi, Sumber daya utama yang menopang Gelombang Ketiga bukanlah tanah,
teraga kerja, atau modia tetapi pengetahuan yang menurut Toffler dan Heidi mencakuo segala
sesuatu mulai dari data, kesimpulan, dan asumsi hingga nilai, imajinasi, dan intuisi, Negara
negara Gelombang Ketiga menciptakan dan memanfaatkan pengetahuan ini dengan memasarkan
informası, inovas, manajemen. budaya, teknologi canggih, perangkat lunak, pendidikan,
pelatihan. perawatan medis, dan layanan keuangan kepada dunia.

BAB 2 Risiko Pendidikan Algoritmatik dalam Era Digital


A. TERPAAN MEDIA BARU DALAM PENDIDIKAN

Merespons perkembangan baru, yaitu era masyarakat informasional dan komunikasional yang
ditandai oleh kehadiran media baru, pemerintah dalam pembangunan sek pendidikan
mengeluarkan kebijakan. Beberapa kebijakan Kementelan Pendidikan Indonesia yang berisi
pemanfaatan ICT dalam pembelajaran sudah cukup lama hingga sekarang, termasuk penerapan
Kurikulum 2013 juga mendorong proses pembelajaran berbasis web, sehingga penetrasi media
baru (new medidi dalam dunia pendidikan semakin intensif dan ekstensif. Terdapat kesepakatan
umum bahwa Information and Communication Technologies (ICT) adalah baik untuk
pengembangan dunia pendidikan. Bank Dunia menggarisbawahi bahwa para pendidik dan para
pengambil keputusan sepakat bahwa ICT merupakan hal yang sangat penting bagi
7
pengembangan masa depan pendidikan dalam era Milenium. Teknologi ini, khususnya internet
yang mampu membangun kemampuan jaringan informasi dapat meningkatkan akses melalui
belajar jarak jauh, membuka jaringan pengetahuan bagi murid, melatih guru-guru,
menyebarluaskan materi pendidikan dengan kualitas standar, dan mendorong penguatan upaya
efisiensi dan efektivitas kebijakan administrasi pendidikan.

B. MEWASPADAI PENDIDIKAN ALGORITMATIK

Sudah lama menjadi perdebatan dalam dunia pendidikan, tentang bagaimana menempatkan
posisi partisipan pendidikan sebagai subjek aktif. Bahkan pada era Orde Baru, ketika sistem
pemerintahan otoriter dan sistem pendidikan sentralistik pun berusaha mengimajinasikan adanya
praksis pendidikan partisipatif. Pada waktu itu dikenalkan model pendidikan berbasis siswa,
seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan pembelajaran tematik. Akan tetapi oleh karena tata
kelolanya lebih ditentukan oleh logika birokrasi dan teknokrasi pendidikan, maka model
pembelajaran konstruktivistik semacam itu lebih terasa sebagai formalitas dan bahkan hanya
sekadar retorika manis di tengah dominasi dan hegemoni negara. Faktanya proses pendidikan
lebih bersifat sentralistik dan searah, serta hubungan guru-murid bersifat hubungan dominatif
dengan posisi guru sebagai pengendali utama bukan saja perilaku siswa tetapi juga pikiran siswa.

C. PENDIDIKAN BERMAKNA SEBAGAI ALTERNATIF

Mempertimbangkan risiko yang ditimbulkan oleh praksis pendidikan algoritmatik atau


pendidikan terpandu oleh teknologi media, terutama risiko dalam pembentukan subjek aktif
partisipan pendidikan, kira-kira apa yang menjadi pilihan untuk bisa menjadi Risiko Pendidikan
Algoritmatik dalam Era Digital pilihan perimbangannya? Terlepas dari kelebihan dan
kekurangannya, pendidikan bermakna dapat menjadi alternatif untuk terus bernegosiasi dengan
praksis pendidinsan algoritmatik yang sekarang menjadi arus utama. Ketika praksis pendidikan
algoritmatik yang mengikuti logika. media dan determinisme teknologi itu eksesif, seperti
menimbulkan peserta didik menjadi ahistoris, tidak sensitif terhadap konteks sosio- kultural, dan
menjadi subjek algoritmik yang pasif, maka pendidikan bermakna dapat menjadi alternatif
karena tawaran pendidikan bermakna adalah menghasilkan SDM yang historis, berkonteks sosio-
kultural, dan menjadi subjek aktif.

BAB 3 Mewaspadai Dirupsi dan Tragedi Kemanusiaan dalam Pendidikan


A. ERA DISRUPSHNOVASI

Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV pasal 5
(1) dicantumkan bahwa "Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu". Berdasarkan bunyi undang-undang tersebut jelas bahwa siapa pun
setiap warga Negara berhak mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas tanpa pandang
bulu. Di dalam PP RI No. 19 tahun 2005 ditegaskan juga bahwa pada hakekatnya pendidikan
dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan
kesempatan, dan (3) pengembangas potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat

8
keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan
yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan
memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal. Dari pernyataan di atas, pada hakekatnya pendidikan merupakan proses membantu
peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia sepenuhnya dalam konteks
lingkungan dan budaya setempat

B. PENDIDIKAN DAN KEMANUSIAAN

September tahun 2000 perwakilan dari 189 negara di dunia menandatangani deklarasi yang
disebut sebagai Millennium Declaration yang berisi delapan poin kesepakatan yang harus dicapai
sebelum tahun 2015. Negara-negara tersebut terdiri dari negara-negara kaya, negara-negara
miskin dan juga negara-negara berkembang. Mereka membuat kesepakatan yang dinamakan
Millennium Development Goals (MDGs). Di Indonesia MDGs disebut sebagai Tujuan
Pembangunan Milenium. Delapan kesepakatan tersebut adalah: 1) Menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan (eradicate extreme poverty and hunger), 2) Mencapai pendidikan dasar untuk
semua (achieve universal primary education), 3) Mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan (promote gender equality and empower women), 4) Menurunkan
angka kematian anak (reduce child mortality), 5) Meningkatkan kesehatan ibu (increase maternal
health), 6) Memerangi HIV/AIDS, malaria dan nyakit lainnya (combat HIV/AIDS, malaria and
other diseases), 7) Memastikan kelestarian lingkungan hidup (ensure environment sustainability),
8) Membangun kemitraan global untuk pembangunan (develop a global partnership for
development)

BAB 4 Pendidikan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan


A. Konsep Pendidikan Berwawasan Lingkungan

Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Pendidikan dipandang sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi krisis lingkungan yang terjadi dewasa ini. Salah satu model pendidikan yang
direkomendasikan untuk mengatasi krisis lingkungan adalah melalui pendidikan berwawasan
lingkungan.

Pendidikan berwawasan lingkungan mendorong persepsi masyarakat tentang lingkungan baik itu
pengolahan maupun pengelolaannya. Pendidikan lingkungan adalah sebuah proses dan alat untuk
memberdayakan partisipasi dan pembelajaran masyarakat di segala usia dengan menggunakan
komunikasi dua arah paradigma alih- alih informasi yang mengalir dari guru kepada siswa
(Suryani, Adi., dkk, 2019).

B. Melembagakan Pendidikan Berwawasan Lingkungan

Hubungan antara pendidikan berwawasan lingkungan, pendidikan untuk pembangunan


berkelanjutan dan pendidikan pembangunan adalah kompleks, dan ketiganya sering

9
menampilkan lebih banyak persamaan daripada perbedaan. Ketiga konsep tersebut pada
dasarnya berkaitan dengan perubahan perilaku melalui pendidikan dan mempromosikan nilai-
nilai, sikap dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan. Nilai inti yang dipromosikan oleh ketiga
jenis pendidikan tersebut adalah rasa hormat, menghormati diri sendiri, menghormati orang lain
menghormati dunia tempat kita hidup, dan menghormati planet inkSedangkan jika ditinjau lebih
dekat dari masing-masing sektor menunjukkan bahwa masing-masing memiliki tujuan atau fokus
utama yang membedakannya dari yang lain.

BAB 5 Dark Pedagogy: Urgensinya Bagi Pendidikan di Indonesia


A. HARAPAN DARI DARK PEDAGOGY

Dark pedagogy dapat dimanfaatkan untuk memahami dan memikirkan kembali perspektif
pendidikan saat ini dari berbagai sudut pandang dengan isu perubahan iklim untuk dijadikan
concern. bagaimana strategi untuk menangani krisis iklim yang sedang dan terus akan terjadi,
masalah lingkungan di tingkat global dan cara memasukkan isu-isu tersebut dalam teori dan
praktek pendidikan (Lysgaard Andreasen et al., 2019), Dark pedagogy sebagai suatu konsep
memang sekilas horor dan terrible bisa jadi akan disangkal, dianggap gila, karena
memperdengarkan dentang kematian atas pendidikan yang terlanjur melakukan institusionalisasi
produksi kognitif sosial dan mendorongnya menjadi proses sosial tercermin dalam aktifitas
artifisial yang tidak fundamental. Dark pedagogy sesungguhnya lebih tepat ditujukan kepada
dunia pendidikan yang terjebak pada aktifitas rutin formal dan sering meakukan glorifikasi atas
kekalahan dari neoliberalisme (indoor education) dan para filsuf kontemporer yang kehilangan
salah satu topik besar dari filsafat yang disebut great outdoor education. Istilah great outdoor
adalah istilah yang dipakai oleh Meillassoux (Delancey, 2012: Šatkauskas, 2020) yang
mengajukan korelasionisme dan mengkritik penganut Kant dan post Kant yang mana manusia
hanya memiliki akses terhadap hubungan antara "pikiran (subyek)" dan "menjadi (obyek)"
namun tidak bisa secara independen memahami obyek dari dalam diri obyek tersebut yang
belum berhubungan dengan subyek. Demikian pula kita tidak bisa memahami subyek setelah
berhubungan dengan obyek (Lovat, 2017)

BAB 6 New Andragogy di Era Baru


A. KONSEP ANDRAGOGI

Untuk memahami konsep andragogi, perlu dipahami kronologis munculnya istilah andragogi itu
sendiri. Andragogi pada kondisi pembelajaran dimaknai situasi membantu-orang dewasa-
belajar). Contoh awal adalah Lindeman (1926), ketika melaporkan dari pengalamannya di
Akademi Tenaga Kerja, Frankfurt, Jerman: Lindeman menghubungkan Andragogik
(menggunakan istilah Jerman) dengan mengajar dan memberikan artikelnya yang berjudul
'Andragogik: Metode Pembelajaran Orang Dewasa. Knowles, yang membawa "andragogi" versi
Amerikanisasi ke dalam diskusi, juga menggunakan pemahaman yang membatasi istilah
'Andragogi adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa, Definisi ini digeneralisasikan oleh
Krajinc (1989, 19) dari Slovenia am buku pegangan internasional Inggris: "Andragogi telah

10
didefinisikan sebagai 'seni dan ilmu yang membantu orang dewasa belajar dan mempelajari teori,
proses, dan teknologi pendidikan orang dewasa untuk tujuan itu. Penulis lain memasukkan
pendidikan dan pembelajaran orang dewasa dalam segala bentuk ekspresinya (Savicevic,
1999:97). Reischmann (2003) menawarkan istilah pendidikan seumur hidup untuk
menggambarkan pembukaan bidang baru ini, sehingga mencakup pembelajaran formal dan
informal, disengaja dan 'en passant, yang disediakan institusi dan otodidak

B. KEBUTUHAN ORANG DEWASA: PANDANGAN MASLOW

Dalam memberikan layanan Pendidikan orang dewasa perlu memperhatikan kebutuhan yang ada
dalam dirinya sebagai dasar bagi pendidik untuk merancang pembelajaran yang tetap
memperhatikan kondisi intemal dan eksternal orang dewasa. Maslow (1968) dalam Jarvis (2000)
memberikan pen, yasan kebutuhan yang hirarki yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan
kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang
berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu
dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya. Menurut Maslow, pemuasan berbagai
kebutuhan tersebut didorong oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (deficiency)

BAB 7 Transformasi dan Pedagogi Konvensional Menuju Pedagogi Baru


A. PEDAGOGI LAMA DAN BARU

Selama ini ada pendapat bahwa pedagogi diartikan sebagai pengganti metode instruksi atau
teknik mengajar. Sebagian didasarkan pada salah persepsi bahwa mengajar adalah kegiatan
teknis, sehingga pemahaman instrumental tentang pedagogi telah merasionalisasi dan mereduksi
pekerjaan mengajar menjadi seperangkat keterampilan yang dapat diterapkan secara universal.
Akibatnya, pengejaran makna ilmiah pedagogi sering mengecualikan pilihan dan interaksi yang
lebih dalam yang pada akhirnya membentuk instruksi pengajaran. Mengingat bahwa mengajar
adalah aktivitas yang refleksif, dibutuhkan penilaian guru dalam menangkap praktik
pembelajaran, maka keputusan kurikuler dan instruksional yang dibuat adalah bagian dari
pedagogi seperti halnya metode atau pendekatan yang terlihat secara lahiriah tampak dan
ditunjukkan oleh pendidik (Cuenca, 2010).

B. PEDAGOGI BARU UNTUK PEMBELAJARAN MENDALAM

Telah disinggung selintas bahwa pedagogi baru diterapkan untuk pembelajaran mendalam (deep
leaming) mencakup keterampilan yang mempersiapkan semua peserta didik untuk menjadi
kreatif seumur hidup, terhubung dan pemecah masalah kolaboratif, serta menjadi individu yang
sehat dan bahagia yang berkontribusi pada kebaikan bersama dalam ketergantungan global saat
ini. Dengan demikian dibutuhkan suatu sistem pembelajaran untuk mendorong kaum muda
mengembangkan dan memiliki visi sendiri tentang apa artinya terhubung dan berkembang secara
konstan dalam dunia yang sedang berkembang.

11
Fullan (2013) mengatakan pengertian dasar dari pedagogi baru adalah guru dan siswa sebagai
mitra belajar. Solusi pembelajaran harus memenuhi empat kriteria: 1) sangat menarik bagi siswa
dan guru: 2) secara elegan efisien, mudah diakses dan digunakan; 3) teknologi dimana-mana; 4)
tenggelam dalam pemecahan masalah kehidupan nyata.

C. PERAN PENDIDIK ATAU GURU DALAM PEDAGOGI BARU

Model pedagogis baru membuat eksplisit dan spesifik mengenai pengajaran apa untuk dapat
saling terhubung dan berkembang, serta berbagi pengetahuan itu dengan cara yang bisa langsung
diadopsi oleh guru dan siswa. Tujuan kekhususan pedagogis akan dicapai melalui proses
identifikasi dan berbagi contoh kasus terbaik dari desain dan strategi pengajaran, dan melalui
pengembangan kapasitas berfokus pada guru dan siswa dalam pembelajaran yang mendalam.
Penggerak guru bersama siswa dalam kemitraan akan berkolaborasi untuk membangun atau
mendekonstruksi sehingga diperoleh pemahaman yang lebih kaya tentang seperti apa peran baru
bagi guru dalam praktik

BAB 8 Heutagogy sebagai Model Alternatif bagi Solusi Pendidikan di Indonesia


A. AKAR FILOSOFI DAN PARADIGMA TEORI

Sebagai telah dipaparkan di muka bahwa heutagogy merupakan konsep pengembangan dari
andragogy dengan memanfaatkan cara pandang critical pedagogy dan mengadopsi orientasi
transformative pedagogy, maka konsep heutagogy ini dapat dilacak akar filosofi dan akar
teorinya. Heutagogy atau lebih dikenal dengan konsep self determined learning dicetuskan
pertama kali oleh Stewart dari Southern Cross University. Konsep ini berakar pada pemikiran
filsafat eksistensialisme dan progresivisme, yang kemudian disempurnakan lebih lanjut dengan
basis teori pendidikan Humanisme Ketiganya memberikan fondasi sangat kokoh pada asumsi
tentang manusia dan eksistensinya dalam pengembangan dirinya di tengah arus transformasi
kehidupan milenial.

B. TRANSFORMASI TEORITIK DARI PEDAGOGY DAN ANDRAGOGY MENUJU


HEUTAGOGY

Transformasi dalam teori pembelajaran mulai dari pedagogy dan andragogy menuju heutagogy
dalam terminologi awam adalah awal mula berangkat dari paradigma pendidikan untuk peserta
didik belum dewasa yang kemudian dalam perjalanan waktu berkembang menjadi pendidikan
bagi orang dewasa. Peserta didik belum dewasa dalam hal ini sosok anak yang sedang tumbuh
kembang yang memerlukan bantuan dari pendidik untuk berkembang atas semua aspek potensi
kemanusiaannya. Adapun dalam perkembangannya ketika sosok anak tersebut telah berubah
menjadi manusia dewasa maka bantuan dari pendidik sudah harus berubah tidak dengan ukuran
dan konteks anak- anak akan tetapi disesuaikan dengan ukuran dan konteks orang dewasa.

12
BAB 9 Pendidikan Inklusif di Era Masyarakat Digital
A. INTERAKSI DAN KOMUNIKASI

Interaksi dan komunikasi merupakan bagian penting bagi semua peserta didik tanpa melihat
kondisi dan perkembangannya dalam sistem pembelajaran di kelas inklusi. Di sini semua peserta
didik akan belajar dan berkembang melalui interaksi dan komunikasi yang baik, yang dapat
mendorong dan menstimulasi mereka pada semua bidang perkembangan yang terjadi secara
simultan. Ini terjadi, karena pada dasarnya perkembangan tidak terjadi secara parsial atau
bidang-bidang tertentu saja, melainkan bersamaan secara menyeluruh dan saling berkaitan.

Kepedulian dan kepekaan pendidik dalam menciptakan interaksi dan komunikasi di antara semua
peserta didik sangat penting, terutama bagaimana semua siswa dapat secara aktif melakukan
interaksi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Para pendidik dapat menciptakan situasi
tersebut dengan memanfaatkan pengalaman- pengalaman sehari-hari anak dengan cara saling
bercerita, tukar pengalaman, aktivitas pembelajaran kelompok melalui bermain. Stimulasi ini
penting dilakukan terutama untuk anak-anak diawal-awal kegiatan belajarnya di sekolah, yang
belum memiliki kemampuan dasar dalam berinteraksi dengan baik.

B. KONTEKS MASYARAKAT DIGITAL

Dalam beberapa dekade terakhir ini perkembangan pendidikan inklusif sudah semakin meluas
pada setiap jenjang pendidikan maupun tiap daerah, dengan didukung adanya kebijakan
pemerintah maupun kemauan para praktisi pendidikan terutama yang sangat peduli terhadap
pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus.

BAB 10 Pendidikan Anak Usia Dini dalam Himpitan Transformasi Teknologi


A. TEKNOLOGI DAN ANAK USIA DINI

Saat ini, teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan modern sudah menjadi kebutuhan setiap
individu baik dewasa maupun anak-anak. Secara fungsional, teknologi tidak hanya digunakan
untuk kepentingan komunikasi semata, tetapi juga digunakan untuk mendukung proses
pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi baik sebagai sarana fisik
maupun nonfisik dapat diperkenalkan sejak usia dini yang disesuaikan dengan tahapan aspek
perkembangan anak berdasarkan kelompok usia, prinsip dan fungsi belajar anak usia dini. Akan
tetapi, menurut Child Care Initiative anak yang berusia kurang dari dua tahun tidak disarankan
untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam menstimulasi perkembangan
anak. Danym perspektif yang lain, teknologi dapat menjadi dua mata pisau di mana pada satu sisi
memiliki banyak potensi yang dapat memberikan manfaat bagi anak usia dini, namun pada sisi
yang lain teknologi juga membawa bahaya bagi anak usia dini. Bahaya teknologi yang
membayangi anak usia dini tersebut dapat ditanggulangi tergantung pada bagaimana lingkungan.
dan orang sekitar bersikap dalam mengembangkan dan memberikan secara tepat aktivitas apa
yang sesuai yang dapat dilakukan anak melalui teknologi.

13
B. PENGERTIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Pengertian teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu Lo Teknique yang dapat
diartikan dengan 'semua proses pelaksanaan yang dilakukan yang dalam upaya untuk
mewujudkan sesuatu secara rasional. Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-
barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia dalam memudahkan dan
menggampangkan realisasi hidupnya di dunia. Hal ini juga memperlihatkan tentang sebuah
wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini
muncullah istilah "teknologi", yang berarti ilmu yang mempelajari tentang "techne" manusia.
Akan tetan dalam hal pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu sisi saja dari kandungan
kata "teknologi". Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat
dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi merupakan aplikasi ilmu dan
engineering di mana dapat mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan
memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa
aspek (Dewi & Suyanta, 2018).

BAB 11 Pendidikan Terlibat: Alternatif Pembaruan Pendidikan di Era Digital


A. MENGGESER PARADIGMA PENDIDIKAN: PEDAGOGY KE HEUTAGOGY

Dalam rangka menyiapkan generasi muda yang adaptif dengan kondisi yang berubah, kiranya
pendidikan perlu ditinjau dan dipikirkan ulang. Paul (2013) menyampaikan risalah yang cukup
provokatif mengenai urgensi mengubah cara berpikir secara mendasar tentang pendidikan.
Banyak orang sependapat bahwa pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan masa depan
dan kesejahteraan masyarakat. Saat ini orang tua maupun pendidik mulai kehilangan daya dalam
memberikan layanan kepada anak di tengah berbagai gempuran dan tantangan perubahan yang
dihadapi. Hadirnya media sosial dan penggunaan media dengan intensitas yang semakin tinggi
memiliki pengaruh besar bagi kehidupan generasi muda. Solusi yang kemudian dapat ditawarkan
adalah menguatkan dukungan pada ke diran model pendidikan alternatif seperti homeschooling
dan berbagai aplikasi layanan pendidikan dalam platform online lain yang menggunakan media
dan berbasis teknologi informasi. Dalam konteks inilah, pergeseran paradigma pendidikan dan
pemaknaan baru mengenai persekolahan menemukan urgensinya untuk segera dikembangkan.

B. PENDIDIKAN TERLIBAT: GERAKAN INTELEKTUAL KOMUNITAS ILMIAH

Harrisson & Huntington (2006) meyakini pentingnya paradigma budaya dalam membangun
peradaban bangsa. Analisis terhadap faktor kultural menjadi determinan penting karena
paradigma ekonomi tidak lagi memadai dalam menjelaskan realitas perubahan pembangunan.
Dengan demikian, pusat perhatian pada pembangunan ekonomi perlu diperkuat dengan sudut
pandang budaya. Senyampang dengan penjelasan tersebut, catatan kunci yang tertuang dalam
buku Society 5.0: A People-centric Super-smart Society (Hitachi U, 2018) menegaskan tentang
pentingnya ide pengembangan yang tidak lagi berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi

14
berorientasi pula pada partisipasi (keterlibatan) warga negara dalam proses demokrasi,
plagembangan akuntabilitas pemerintah, akses informasi, dan keadilan sosial.

15
BAB III KEUNGGULAN BUKU
A. Keterkaitan Antar Bab
Bab 1 (Tantangan Ilmu Pendidikan Menghadapi Peradaban Baru) membahas tentang konsep
peradaban dan evolusi peradaban manusia dari masa ke masa. Hal ini terkait dengan Bab 2
(Peradaban Baru) yang menjelaskan tentang peradaban informasi dan transformasi menuju
peradaban baru. Dalam kedua bab ini, tergambar evolusi masyarakat dan pengaruhnya terhadap
pendidikan.

Bab 2 (Risiko Pendidikan Algoritmatik dalam Era Digital) membahas tentang peran teknologi,
khususnya ICT, dalam pendidikan dan risiko-risiko yang dihadapinya. Ini berkaitan dengan Bab
3 (Mewaspadai Dirupsi dan Tragedi Kemanusiaan dalam Pendidikan) yang membahas tentang
perubahan sosial dan tantangan-tantangan dalam sistem pendidikan, termasuk perubahan hukum
dan kebijakan.

Bab 4 (Pendidikan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan) membahas


tentang pendidikan yang berfokus pada kesadaran lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.
Ini terkait dengan Bab 5 (Dark Pedagogy: Urgensinya Bagi Pendidikan di Indonesia) yang
membahas tentang alternatif pendidikan yang menghadapi tantangan-tantangan global, termasuk
krisis iklim dan tantangan lingkungan.

Bab 6 (New Andragogy di Era Baru) membahas tentang konsep andragogi dan pendidikan bagi
orang dewasa. Hal ini terkait dengan Bab 7 (Transformasi dan Pedagogi Konvensional Menuju
Pedagogi Baru) yang membahas tentang transformasi pedagogi menuju pendekatan
pembelajaran yang lebih mendalam dan kolaboratif.

Bab 8 (Heutagogy sebagai Model Alternatif bagi Solusi Pendidikan di Indonesia) membahas
tentang konsep heutagogi dan pendekatan pembelajaran yang lebih otonom. Ini terkait dengan
Bab 9 (Pendidikan Inklusif di Era Masyarakat Digital) yang membahas tentang pembelajaran
inklusif dalam konteks masyarakat digital.

Bab 10 (Pendidikan Anak Usia Dini dalam Himpitan Transformasi Teknologi) membahas
tentang penggunaan teknologi dalam pendidikan anak usia dini. Ini terkait dengan Bab 11
(Pendidikan Terlibat: Alternatif Pembaruan Pendidikan di Era Digital) yang membahas tentang
pergeseran paradigma pendidikan dan penggunaan teknologi dalam pendidikan alternatif.

B. Kemutakhiran Buku
Kemutakhiran buku dari ringkasan tersebut dapat mencakup beberapa hal sebagai berikut:

1. Tantangan Ilmu Pendidikan Menghadapi Peradaban Baru: Menyelidiki konsep


peradaban baru dan bagaimana pendidikan harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi peradaban informasi.

16
2. Risiko Pendidikan Algoritmatik dalam Era Digital: Menyajikan risiko dan tantangan
yang dihadapi dalam mengadopsi teknologi dalam pendidikan, serta menyoroti
pentingnya menjaga keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

3. Mewaspadai Dirupsi dan Tragedi Kemanusiaan dalam Pendidikan: Menyoroti


pentingnya pendidikan dalam menjaga keutuhan dan kemajuan masyarakat, serta
bagaimana pendidikan dapat menjadi solusi dalam menghadapi berbagai krisis global.

4. Pendidikan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan:


Mempertimbangkan pentingnya pendidikan dalam mempromosikan kesadaran
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, serta strategi untuk
mengimplementasikannya dalam konteks pendidikan.

5. Dark Pedagogy: Urgensinya Bagi Pendidikan di Indonesia: Menggagas konsep dark


pedagogy sebagai pemahaman kritis terhadap sistem pendidikan yang ada dan
menawarkan alternatif baru dalam merumuskan pendidikan yang lebih inklusif dan
berdaya guna.

6. New Andragogy di Era Baru: Mengulas konsep andragogi dan transformasinya ke


heutagogy sebagai model pembelajaran yang lebih adaptif dan partisipatif, khususnya
dalam konteks pendidikan orang dewasa.

7. Pendidikan Inklusif di Era Masyarakat Digital: Membahas pentingnya inklusi dalam


pendidikan, terutama dalam menghadapi tantangan masyarakat digital yang semakin
kompleks.

8. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Himpitan Transformasi Teknologi: Menyelidiki


dampak teknologi pada pendidikan anak usia dini dan strategi untuk memanfaatkannya
secara efektif dalam pembelajaran.

9. Pendidikan Terlibat: Alternatif Pembaruan Pendidikan di Era Digital: Mengajukan


konsep pendidikan terlibat sebagai alternatif dalam mengatasi tantangan pendidikan
modern dengan lebih mengutamakan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam
proses pembelajaran.

Dengan memperbarui dan mengintegrasikan berbagai tema dan konsep ini, buku tersebut dapat
memberikan pandangan yang komprehensif tentang perkembangan terkini dalam dunia
pendidikan serta solusi-solusi inovatif untuk menghadapinya.

17
BAB IV KEKURANGAN BUKU
A. Keterkaitan Antar Bab
Kurangnya Kontinuitas dan Konsistensi: Meskipun setiap bab membahas topik yang berbeda,
kurangnya pengaitan antar bab membuat kesan bahwa setiap bab berdiri sendiri tanpa hubungan
yang kuat dengan bab lainnya. Sebuah buku yang baik seharusnya memiliki aliran yang lancar
antara bab-babnya, membimbing pembaca dari satu topik ke topik berikutnya dengan cara yang
logis dan koheren.

Keterputusan Informasi: Beberapa bab tampaknya memberikan informasi yang terpisah tanpa
memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana topik-topik tersebut saling terkait. Pembaca
mungkin mengalami kesulitan dalam mengaitkan konsep-konsep yang diperkenalkan di satu bab
dengan konsep-konsep yang diperkenalkan di bab lainnya.

Kurangnya Referensi Silang: Keterkaitan antar bab bisa diperkuat dengan memasukkan referensi
silang atau kutipan dari bab-bab sebelumnya yang relevan. Ini akan membantu pembaca untuk
memahami bagaimana topik-topik yang dibahas di satu bab berkaitan dengan topik-topik yang
dibahas di bab-bab lainnya.

Kurangnya Sinergi Konsep: Buku ini dapat meningkatkan kekuatan argumentasinya dengan
mengidentifikasi dan mengeksplorasi persimpangan antara konsep-konsep yang dibahas di setiap
bab. Ini akan membantu dalam memperkuat pemahaman pembaca tentang topik secara
keseluruhan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana topik-topik
tersebut saling terkait.

Tidak Ada Pembukaan dan Penutupan yang Koheren: Setiap bab seharusnya memiliki
pembukaan yang menghubungkan topik yang akan dibahas dengan topik-topik yang telah
dibahas sebelumnya, serta penutupan yang merangkum dan menghubungkan kembali pokok-
pokok penting dari bab tersebut dengan topik-topik yang akan dibahas selanjutnya. Ini akan
membantu dalam menciptakan kesan kelangsungan dan konsistensi antar bab-bab.

B. Kemutakhiran Buku
Kurangnya Pembaruan (Updating): Buku tersebut mungkin gagal dalam menyajikan informasi
terbaru atau perkembangan terkini dalam bidang yang dibahas. Tanpa pembaruan yang cukup,
buku tersebut menjadi kurang relevan dan tidak mampu memberikan wawasan terbaru kepada
pembaca.

Keterbatasan Sumber Referensi: Buku ini mungkin tidak memanfaatkan sumber-sumber


referensi terbaru atau beragam dengan baik. Ini dapat mengurangi keberagaman perspektif dan

18
pendekatan yang disajikan dalam buku, serta menghambat pemahaman yang lebih mendalam
tentang topik yang dibahas.

Kurangnya Tinjauan Literatur: Buku tersebut mungkin tidak memberikan tinjauan literatur yang
memadai tentang topik yang dibahas. Tanpa tinjauan literatur yang memadai, pembaca sulit
untuk mengevaluasi posisi penulis dalam konteks penelitian dan pemikiran terkini tentang topik
tersebut.

Kurangnya Pembaharuan Terhadap Konsep-konsep Baru: Buku ini mungkin gagal dalam
mengakomodasi konsep-konsep baru atau teori-teori yang muncul dalam bidang yang dibahas.
Tanpa pembaharuan terhadap konsep-konsep tersebut, pembaca tidak akan mendapatkan
pemahaman yang komprehensif tentang perkembangan terbaru dalam bidang tersebut.

Tidak Ada Penggunaan Teknologi dan Media Baru: Buku ini mungkin tidak memanfaatkan
teknologi dan media baru dengan baik untuk meningkatkan pengalaman pembelajaran pembaca.
Tanpa penggunaan yang efektif dari teknologi dan media baru, buku tersebut mungkin gagal
dalam menarik dan mempertahankan minat pembaca yang lebih muda atau pembaca yang
terbiasa dengan sumber informasi digital.

19
BAB V IMPLIKASI
A. Implikasi terhadap teori
- Perubahan Paradigma: Ringkasan tersebut menunjukkan adanya pergeseran paradigma
dari pendidikan konvensional (pedagogy) menuju pendidikan yang lebih berpusat pada
pembelajar (heutagogy). Pendekatan baru ini mengakui pentingnya peran aktif peserta
didik dalam proses pembelajaran dan menekankan pada pemberdayaan individu untuk
mengatur pembelajaran mereka sendiri.
- Teknologi dan Pembelajaran: Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
memengaruhi cara pembelajaran dilakukan. Pendekatan pedagogi baru harus
mempertimbangkan penggunaan teknologi dalam memberikan akses yang lebih luas
terhadap informasi dan pembelajaran jarak jauh.
- Inklusi dan Keanekaragaman: Pendidikan inklusif menjadi fokus penting, menekankan
pentingnya interaksi dan komunikasi yang baik di antara semua peserta didik, tanpa
memandang kondisi atau perkembangannya. Pendidikan harus mampu mengakomodasi
keberagaman dan memberikan layanan pendidikan yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan individu.
- Pembelajaran Seumur Hidup: Konsep pendidikan tidak hanya terbatas pada lingkungan
sekolah, tetapi harus mencakup pendidikan seumur hidup. Pembelajaran harus terus-
menerus dan dapat diakses oleh individu di berbagai tahapan kehidupan mereka.
- Partisipasi Masyarakat: Pendidikan juga harus melibatkan masyarakat secara lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Keterlibatan komunitas ilmiah dan partisipasi masyarakat
dalam pengambilan keputusan pendidikan dapat memperkuat sistem pendidikan dan
memastikan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat.
- Pentingnya Budaya: Analisis budaya menjadi penting dalam memahami perubahan dalam
pendidikan. Pendidikan harus mampu mengakomodasi berbagai nilai dan norma budaya
untuk memastikan relevansinya dengan konteks sosial dan kultural.

B. Implikasi terhadap teori pembangunan di Indonesia


- Tantangan Peradaban Baru: Pemahaman tentang peradaban baru yang ditandai oleh
revolusi informasi dan teknologi memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
bagaimana pendidikan harus berkembang untuk mengikuti perubahan tersebut. Dalam
konteks pembangunan, hal ini menekankan perlunya pembangunan pendidikan yang
responsif terhadap perkembangan zaman.
- Risiko Pendidikan Algoritmik: Diskusi tentang risiko pendidikan algoritmik menyoroti
perlunya pendidikan yang tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga
membangun kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mandiri. Ini berimplikasi pada
pembangunan kurikulum yang memperhatikan aspek-aspek tersebut.
- Mewaspadai Dirupsi dan Tragedi Kemanusiaan: Era disrupsi dan tantangan kemanusiaan
menunjukkan perlunya pendidikan yang tidak hanya fokus pada pencapaian akademis,
tetapi juga pada pembentukan karakter dan kepedulian sosial. Ini mendorong

20
pembangunan sistem pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada pembentukan warga
negara yang peduli dan bertanggung jawab.
- Pendidikan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan: Konsep
pendidikan berwawasan lingkungan menunjukkan pentingnya memasukkan nilai-nilai
keberlanjutan dalam pendidikan. Ini berimplikasi pada pembangunan kurikulum yang
memperhatikan aspek keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan.
- Dark Pedagogy: Konsep dark pedagogy menyoroti perlunya memahami tantangan dan
krisis yang dihadapi dalam pendidikan secara jujur dan kritis. Hal ini mendorong
perlunya pembaruan dalam pendidikan yang mengakui dan mengatasi tantangan tersebut.
- New Andragogy di Era Baru: Konsep new andragogy menekankan pentingnya
pembelajaran seumur hidup dan pengakuan terhadap peran aktif peserta didik dalam
proses pembelajaran. Ini mendorong pembangunan sistem pendidikan yang responsif
terhadap kebutuhan dan konteks peserta didik dewasa.
- Pendidikan Inklusif di Era Masyarakat Digital: Diskusi tentang pendidikan inklusif
menunjukkan pentingnya memastikan akses dan kesempatan yang sama bagi semua
peserta didik, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Ini berimplikasi pada
pembangunan sistem pendidikan yang inklusif dan mengakomodasi kebutuhan semua
peserta didik.
- Pendidikan Anak Usia Dini dalam Himpitan Transformasi Teknologi: Diskusi tentang
pendidikan anak usia dini menyoroti perlunya pendekatan yang hati-hati dalam
penggunaan teknologi, sambil tetap memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak-
anak pada tahap tersebut. Ini mendorong pembangunan sistem pendidikan yang
mengintegrasikan teknologi secara bijaksana dalam pembelajaran anak usia dini.
- Pendidikan Terlibat: Alternatif Pembaruan Pendidikan di Era Digital: Diskusi tentang
pendidikan terlibat menyoroti pentingnya melibatkan semua pemangku kepentingan
dalam proses pendidikan, termasuk guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Hal ini
mendorong pembangunan sistem pendidikan yang berbasis pada partisipasi dan
keterlibatan aktif semua pihak.

C. Pembahasan dan Analisis


- Definisi Peradaban: Materi tersebut menyatakan bahwa peradaban adalah fenomena
kompleks yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Ini mencerminkan kompleksitas
dari peradaban manusia yang melibatkan berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, politik,
dan budaya.
- Perubahan Era Informasi dan Teknologi: Era informasi dan teknologi telah membawa
dampak signifikan pada peradaban manusia. Perkembangan media baru, khususnya
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), telah mengubah paradigma pendidikan
secara keseluruhan.

21
- Tantangan Pendidikan Algoritmatik: Materi tersebut membahas risiko pendidikan
algoritmatik dalam era digital, yang menekankan pentingnya kesadaran pendidik terhadap
dampak teknologi dalam pembentukan peserta didik sebagai subjek aktif.
- Pendekatan Pendidikan Bermakna dan Inklusif: Untuk menanggapi risiko pendidikan
algoritmatik, pendekatan pendidikan yang bermakna dan inklusif menjadi alternatif yang
penting. Ini menekankan perlunya pendidikan yang relevan dan responsif terhadap
perubahan zaman.
- Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan: Materi tersebut juga menyoroti
pentingnya pendidikan yang berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
dalam menghadapi krisis lingkungan global dan kebutuhan akan generasi yang peduli
terhadap lingkungan.
- Konsep Pendidikan Baru: Konsep-konsep pendidikan baru seperti heutagogy dan
pendidikan terlibat ditawarkan sebagai alternatif menarik dalam menghadapi tantangan
pendidikan di era digital. Ini menunjukkan pentingnya inovasi dalam pendidikan.
- Pertimbangan Budaya dan Ekonomi: Materi tersebut juga menekankan pentingnya
mempertimbangkan konteks budaya dan kultural dalam pembangunan peradaban bangsa.
Selain itu, perluasan paradigma pembangunan ekonomi menjadi lebih inklusif,
melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan.

22
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Peradaban adalah fenomena kompleks yang sulit untuk didefinisikan secara pasti. Namun,
umumnya peradaban berkaitan dengan masyarakat yang kompleks, terdiri dari individu yang
hidup dalam kelompok-kelompok di tempat tinggal yang tenang, serta terlibat dalam kegiatan
khusus. Tantangan peradaban baru, terutama dalam era informasi dan teknologi, membawa
dampak signifikan pada pendidikan. Perkembangan media baru, seperti teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), mengubah paradigma pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan
menghadapi risiko pendidikan algoritmatik dalam era digital, yang mengharuskan para pendidik
untuk lebih waspada terhadap dampak teknologi dalam pembentukan peserta didik sebagai
subjek aktif. Pendekatan pendidikan yang bermakna dan inklusif menjadi alternatif yang penting
untuk menanggapi risiko pendidikan algoritmatik dan untuk memastikan bahwa pendidikan tetap
relevan dalam menghadapi perubahan zaman. Pendidikan berwawasan lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan menjadi penting dalam konteks krisis lingkungan global dan
kebutuhan akan generasi yang peduli terhadap lingkungan. Konsep-konsep pendidikan baru,
seperti heutagogy dan pendidikan terlibat, menawarkan alternatif yang menarik dalam
menghadapi tantangan pendidikan di era digital. Pentingnya mempertimbangkan konteks budaya
dan kultural dalam pembangunan peradaban bangsa, serta perluasan paradigma pembangunan
ekonomi menjadi paradigma yang lebih inklusif, melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam
proses pembangunan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan harus terus
berkembang dan beradaptasi dengan tantangan zaman, serta mengambil pendekatan yang
inklusif, berwawasan lingkungan, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan bangsa secara
keseluruhan.

B. Saran
Sebaiknya kekurangan dan kelemahan buku ini perlu di teliti dan diperbaiki supaya lebih
baik lagi, serta kelebihan dari buku juga perlu diperkuat lagi agar mencapai hasil yang maksimal
sehingga nantinya dapat digunakan pembaca sebagai referensi dalam penelitian-penelitian
ataupun kegunaan lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dardiri, A., & Wahyono, S. B. (2022). Pendidikan dalam pusaran arus isu-isu global.
Yogyakarta: UNY Press.

24

Anda mungkin juga menyukai