Disusun Oleh :
Nim : 01180926
Prodi : PGMI
Semester : VII
SUMATERA UTARA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt. Yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Critical Book Review ini. Sholawat berangkaikan salam
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membimbing
umatnya keperadaban dan berpendidikan serta jalan yang lurus.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ................................................................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................. 23
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Rekomendasi .............................................................................................. 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkritik suatu buku bukan berarti untuk menjatuhkan atau
menaikkan nilai suatu buku melainkan untuk menjelaskan apa adanya
suatu buku yaitu kelebihan atau kekurannya yang akan menjadi bahan
pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca.
Critical book review merupakan kegiatan mengulas isi buku
dengan menitikberatkan pada evaluasi mengenai keunggulan dan
kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut, bagaimana isi buku
tersebut bisa mempengaruhi cara berpikir dan menambah pemahaman
terhadap suatu bidang kajian tertentu. Melalui kegiatan critical book
review ini mahasiswa diajak untuk berpikir kritis mengenai suatu
permasalahan, menilai dan menganalisis suatu kajian secara objektif serta
mampu memandang suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.
Kemudian dengan kritik buku pula dapat meningkatkan minat baca
seseorang terhadap suatu pokok bahasan dalam buku.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah Critical Book Review ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana tujuan dan manfaat dari critical book review?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan critical book review?
3. Bagaimana kemutakhiran isi buku?
4. Bagaimana analisis mahasiswa terhadap buku yang dikritik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Critical Book Review ini yaitu:
1. Penyelesaian tugas mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah.
2. Menambah pemahaman dan wawasan mahasiswa mengenai materi
atau isi buku yang dikritik.
1
3. Mendorong mahasiswa untuk dapat berpikir kritis dan meningkatkan
kemampuan untuk menyampaikan pendapat serta dapat menumbuhkan
ketertarikan minat baca bagi mahasiswa.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan Critical Book Review ini yaitu:
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari
sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang dikritik.
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari
penulis yang sama atau penulis lainnya.
E. Identitas Buku
Buku Utama
Judul buku : Konsep Dasar, Sejarah dan Asas Pendidikan Luar
Sekolah
Nama Penulis : Prof. Dr Yusnadi, MS dan Silvia Mariah H, M.Pd
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Januari 2014 dan Cetakan
Kedua, Agustus 2019
Penerbit : UNIMED PRESS
ISBN : 978-602-7938-98-4
Ketebalan buku : 231 Halaman
(Buku Utama)
2
Buku Pembanding
Judul buku : Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah
Nama penulis : Prof. Drs. Soelaiman Joesoef
Tahun terbit : 2017
Penerbit :PT Bumi Aksara
ISBN : 979-526-120-7
Ketebalan buku :170 halaman
(Buku pembanding)
3
BAB II
RINGKASAN BUKU
4
2) Kementerian Dalam Negeri memberikan bimbingan dalam
rangka meningkatkan swadaya masyarakat desa melalui Unit
Daerah Kerja Pembangunan (UKDP) di tingkat desa.
3) Kementerian Koperasi mengadakan penyuluhan dan kursus-
kursus koperasi untuk warga masyarakat.
4) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendirikan
sejumlah Pusat Latihan Kerja (PKL).
III. Faktor-Faktor Pendorong Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah
Seiring berjalannya waktu, berkembangnya pendidikan luar
sekolah di dukung oleh beberapa faktor:
1) Para praktisi di masyarakat yang pada umumnya terdiri atas
para pemuda terdidik, pemuka masyarakat, pimpinan organisasi,
guru-guru sekolah, dan tenaga sukarela lainnya berusaha untuk
memberikan pendidikan yang merata terhadap seluruh
masyarakat dalam upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa.
2) Berkembangnya kritik terhadap Pendidikan Formal. Hal ini
dapat dilihat dari gejala yang menunjukkan adanya krisis pada
pendidikan formal yaitu ketidakcocokan antara kurikulum
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat.
3) Masalah Pendidikan di Negara Berkembang.
4) Perluasan Perencanaan Pendidikan untuk Pembangunan
5) Pendidikan Non formal dan Peningkatan Mobilitas
6) Strategi Kebijakan Pendidikan Non formal dalam
Pembangunan.
BAB II
Konsep Pendidikan dan Pendidikan Seumur Hidup
I. Konsep Pendidikan
Ilmu pendidikan atau pedagogie diartikan sebagai ilmu yang
dipelajari untuk kepentingan pendidikan. Pedagogie adalah sebagai ilmu
5
yang dipelajari untuk kepentingan pendidikan. Pedagogie adalah seni
mendidik atau segala kecakapan yang kita pergunakan untuk mendidik
anak.
II. Pendidikan dan Proses Belajar
Dengan berlandaskan pada konsep bahwa pendidikan adalah proses
belajar yang terus-menerus, sekolah tidak lagi memonopoli setiap usaha
pendidikan. Jika dulu sekolah dianggap sebagai satu-satunya lembaga
yang paling efektif dan efisien dalam menyajikan pendidikan, maka
sekarang sekolah hanya salah satu sarana yang dapat mencapai
keefektifan dan kefesienan dalam menyajikan pendidikan.
III. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup mengundang pendidikan
sebagi satu sistem yang menyeluruh. Garis besar konsep pendidikan
seumur hidup yang akan menjembatani pemahaman kearah pemahaman
pendidikan luar sekolah.
Karakteristik konsep pendidikan seumur hidup, yaitu:
1) Pendidikan tidaklah berakhir pada saat berakhirnya pendidikan di
sekolah, akan tetapi merupakan proses sepanjang hayat.
2) Pendidikan seumur hidup tidak hanya terbatas pada pendidikan
orang dewasa, akan tetapi mencakup dan membentuk satu
kesatuan dari seluruh tahap pendidikan pra sekolah
3) Pendidikan seumur hidup mengikuti pola-pola pendidikan formal
dan nonformal kedua-duanya baik belajar berencana maupun
insidental.
4) Rumah tangga atau keluarga memainkan peranan pertama yang
penting namun tersulit dan paling kritis, di dalam pemrakarsaan
proses belajar sepanjang hayat.
6
BAB III
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
I. Fokus Perhatian terhadap Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah menambah dan melengkapi pendidikan
yang tidak dapat diselenggarakan oleh jalur pendidikan sekolah.
Pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh lebih besar daripada
pendidikan sekolah untuk secara cepat disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat yang senantiasa berubah, apalagi sebagai perwujudan ihktiar
pembangunan nasional.
Penyelenggaraan kegiatan pendidikan luar sekolah pada umunya
tidak terpusat, lebih terbuka dalam penerimaan peerta didik dan tidak
terikat pada aturan-aturan yang ketat. Upaya pemerintah di jalur
pendidikan luar sekolah terwujud sebagai program-program pendidikan
masyarakat, seperti program pemberantasan buta aksara latin dan angka,
buta bahasa Indonesia dan buta pendidikan dasar.
II. Analisa Terhadap Pendidikan Luar Sekolah
Alasan terselenggaranya Pendidikan Luar Sekolah dari segi
kesejarahan, tidak bisa lepas dari 5 aspek, yaitu:
1) Aspek pelestarian budaya
2) Aspek teoritis
3) Dasar pijakan
4) Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
5) Keterbatasan lembaga pendidikan sekolah
Jika dianalisis lebih jauh, maka program pendidikan nonformal
disusun dengan memperhatikan tujuan, partisipasi, metode materi belajar
evaluasi, dan struktur organisasi dari program tersebut.
III. Ciri-Ciri Pendidikan Luar Sekolah
1) Tidak seperti pendidikan formal, tingkat sistem PLS terbatas yang
diberikan kradensial.
2) Guru-guru dilatih secara khusus untuk tugas tertentu.
7
3) Sebagian besar program PLS dilaksanakan oleh remaja dan orang-
orang dewasa secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
4) Diselenggarakan dengan tidak berjenjang.
IV. Peserta Program PLS
Ada beberapa aspek yang berkaitan dengan peserta (warga belajar)
program pendidikan nonformal, yaitu:
1) Pendidikan bisa dibagi atas dua jenis, pertama, mereka yang aktif
dalam pengintegrasian sikap, dan pencapaian
pengetahuan/ketrampilan. Kedua, mereka yang aktif dalam
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan.
2) Keinginan dan kemampuan kelompok untuk menerima perubahan
cenderung berkaitan secara langsung dengan volume komunikasi yang
mereka lakukan dengan dunia luar.
3) Semakin meningkat keyakinan terhadap kemampuannya untuk
berubah, semakin berkurang penolakannya untuk berubah.
V. Patokan Pendidikan Luar Sekolah
1) Warga Belajar
2) Sumber Belajar
3) Pamong Belajar
4) Sarana Belajar
5) Tempat belajar
6) Dana Belajar
7) Ragi Belajar
8) Kelompok Belajar
9) Program Belajar.
BAB IV
Pengertian Dasar dan Penamaan Lain Pendidikan Nonformal
I. Defenisi yang Kompleks
Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan yang digeneralisasikan
diluar sistem persekolahan yang mapan apabila dilakukan secara terpisah
atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, dilakukan
8
secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu untuk mencapai tujuan
belajarnya.
II. Penamaan Lain Tentang Pendidikan Luar Sekolah
1) Pendidikan Massa
2) Pendidikan Orang Dewasa
3) Pendidikan Lanjutan
4) Pendidikan Kader Organisasi
5) Pendidikan Populer
6) Pendidikan Dasar
BAB V
Landasan Hukum Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia
1. Pendidikan Menurut Undang-Undang
Dalam UUD 1945 Pendidikan terdapat dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 dan pasal 32. Masing-masing menjelaskan tentang
pendidikan dan kebudayaan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 1991 tentang
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan pendidika
luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik
dilembagakan maupun tidak.
3. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
Berdasarkan undang-undang ini, bahwa pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
BAB VI
Kesetaraan Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal dan
Pendidikan Informal
I. Perbedaan antara pendidikan formal dan nonformal
Pendidikan Formal Pendidikan Nonformal
Jangka panjang dan umum Jangka pendek dan khusus
9
Orientasi dalam memiliki ijazah Orientasi bukan menekankan
pemilikan ijazah
Waktu lama Waktu singkat
Penyiapan kehidupan masa depan Untuk kehidupan sekarang
Berpusat pada dan Berpusat pada lulusan dan
menyamaratakan peserta didik kepentingan perorangan
Bersifat akademis Menekankan pada praktek
II. Persamaan antara pendidikan luar dengan pendidikan persekolahan
1) Materi pendidikan diprogram secara tertentu
2) Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program
3) Diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta
III. Perbedaan Pendidikan Formal dan Nonformal
Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Informal
Waktu belajar tertentu Tidak ada waktu belajar tertentu
Pendidikan diprogram secara tertentu Pendidikan tidak diprogram
secara tertentu
- Biasanya diselenggarakan - Tidak pernah
dalam gedung sekolah diselengarakan secara
- Medan pendidikan khusus di sekolah
yang bersangkutan Medan pendidikan
memang diadakan yang bersangkutan
bagikepentingan tidak diadakan pertama
penyelenggaraan pendidikan -tama dengan
- Metode belajar mengajar maksud menyelenggara
Formal -kan pendidikan
- Metode mengajar tidak
formal
Diselenggarakan oleh pihak Tidak diselenggarakan oleh
pemerintah dan pihak swasta pihak pemerintah maupun pihak
swasta
10
Pengawasan diatur sendiri. Dan Tidak dievaluasi
ada evaluasi yang sistematis.
BAB VII
Tugas-Tugas dan Sasaran Populasi Pendidikan Nonformal
I. Tugas-Tugas Pendidikan Nonformal
1) Menyiapkan anak-anak pra sekolah untuk memasuki pendidikan
sekolah melalui penitipan kanak-kanak, program, televise kanak-
kanak.
2) Memberikan pengalaman belajar di luar sekolah yang bersifat
melengkapi pengalaman belajar di sekolah.
3) Memberikan kesempatan belajar kepada pemuda-pemuda ataupun
orang dewasa yang menamatkan pendidikan sekolah untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan lebih lanjut.
II. Sasaran Populasi Pendidikan Nonformal
Sasaran populasi dapat ditinjau dari variabel usia, lingkungan sosial
budaya, jenis kelamin, mata pencaharian, taraf pendidikan, dan kelompok
khusus. Maka sasaran populasi dapat digolongkan menjadi sasaran
populasi yang berusia 0-6 tahun, 7-12 tahun, 13-18 tahun, 19-24 tahun,
dan 25 tahun sampai seterusnya.
BAB VIII
Kritik Terhadap Pendidikan Formal, Isu-Isu dan Permasalahan dalam
Pendidikan Nonformal
I. Kritik-Kritik
Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan sekolah dari gaya
pendidikannya yang tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu
membebaskan manusia. Harapan-harapan terhadap pendidikan luar
sekolah dilandaskan pada keyakinan bahwa pendidikan luar sekolah
merupakan pendekatan yang efektif, inovatif bersifat praktis.
Sedangkan menurut Freire, menganggap sekolah sebagai sistem
penjinakkan (domestiaction). Sistem paternalisme telah mengakibatkan
11
kebodohan, kemiskinan, dan kemelaratan pada masyarakat. Untuk
membebaskan masyarakat dari hal itu semua, maka disarankan
dipergunakan metode praxis. Konsep kepercayaan diri sendiri dan
lingkungan dengan metode praxis tersebut dapat membebaskan warga
masyarakat dari kebodohan.
II. Harapan-Harapan
Harapan-harapan terhadap pendidikan luar sekolah dilandasi pada
keyakinan bahwa PLS meupakan pendekatan yang efektif, fungsional dan
inovatif bersifat praktis.
III. Isu-isu dalam Pendidikan Formal
Isu-isu tersebut diakibatkan oleh:
a. Menyangkut kebutuhan yang luas dan masal
b. Kelompok masyarakat terabaikan
c. Kebutuhan belajar yang sering diabaikan.
d. Pengintegrasian pendidikan forma dan nonformal
e. Bentuk metode instruksional dan media yang efektif dalam
pendidikan formal
f. Pembangkitan motivasi belajar
g. Fasilitas
h. Biaya dan sumber
i. Evaluasi
j. Penciptaan harmonisasi usaha-usaha
BAB IX
Falsafah Pendidikan Luar Sekolah
I. Pancasila dan UUD 1945
Pendidikan nasional, baik formal maupun nonformal maupun kegiatan-
kegiatan lain yang berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan
kepribadian manusia harus secara sadar dan terencana diusahakan supaya
dapat mengisi tuntutan pembangunan bangsa berdasarkan nilai filosofis
Pancasila dan UUD 1945.
12
BAB X
Asas-Asas Pendidikan Nonformal
1. Asas Inovasi
2. Asas Penentuan dan perumusan tujuan
3. Asas perencanaan dan pengembangan program pendidikan formal
4. Asas kebutuhan
5. Asas Pendidikan Seumur hidup
6. Asas relevansi dengan pembangunan
13
4. Pembahasan tanggungjawab pendidikan
5. Makin meluasnya pendidikan pra sekolah
III. Makna Pendidikan Seumur Hidup
Secara terperinci makna pendidikan seumur hidup adalah sebagai
berikut:
1. Keadilan
2. Pertimbangan ekonomi
3. Peranan keluarga yang sedang berubah
4. Peranan sosial yang sedang berubah
5. Perubahan teknologi
6. Faktor-faktor vokasional
7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
8. Kebutuhan anak-anak awal
IV. Tinjauan Tentang Asas Pendidikan Seumur Hidup
1. Tinjauan ideologik
2. Tinjauan ekonomi
3. Tujuan sosiologika
4. Tinjauan politik
5. Tinjauan teknologi dan kultural
6. Tinjauan psikologi dan paedagogik
V. Implikasi Asas Pendidikan Seumur Hidup
Implikasi pendidikan seumur hidup pada program pendidikan,
sebagaimana dikemukakan oleh Ananda W. P. Guruge, sebagai berikut:
1. Pendidikan baca tulis fungsional
2. Pendidikan vokasional
3. Pendidikan profesional
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu luang
VI. Strategi Pendidikan Seumur Hidup
14
Strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup
2. Arah pendidikan seumur hidup
BAB II
15
IV. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah
Adapun sasaran pendidikan luar sekolah dibagi menjadi 2 sasaran pokok,
yaitu:
1. Pendidikan luar sekolah untuk pemuda
2. Pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa
BAB III
BAB IV
PENDIDIKAN SOSIAL
16
ketiga ditinjau dari beberapa istilah yang menunjukkan ide pendidikan
sosial, keempat ditinjau dari sistem pendidikan sekarang.
II. Arti dan Skop Pendidikan Sosial
Ada beberapa enafsiran mngenai arti pendidikan sosial, satu
diantaranya dikemukakan oleh Drs. ST. Vembriarto bahwa pendidikan
sosial diartikan sebagai usaha mempengaruhi dan mengembangkan sikap
sosial, dan pengertian semacam ini merupakan analogi dengan pengertian
pendidikan jasmani, pendidikan relegius, pendidikan etik serta pendidikan
intelek.
Adapun scope pendidikan sosial dirumuskan sebagai berikut:
1. Pendidikan perorangan di luar sekolah
2. Community education: kegiatan pendidikan yang ditujukan
kepada masyarakat sebagai satu lingkungan budaya (budaya
dalam arti luas).
III. Pendekatan, Metode dan Teknik Pendidikan Sosial
1. Pendekatan dalam pendidikan sosial:
a. Pendekatan ditinjau dari segi sasarannya
b. Pendekatan ditinjau dari segi pelaksanaannya
2. Metode dalam pendidikan sosial
a. Ditinjau dari cara penyampaiannya, yaitu metode langsung dan
metode tak langsung
b. Metode ditinjau dari banyaknya anak didik, yaitu masa teaching
method, group teachig method dan individual teaching method.
c. Ditinjau dari media yang digunakan
d. Ditinjau dari fungsi metode yang digunakan
3. Teknik dalam pendidikan sosial
a. Penggunaan teknik yang ditangkap dengan inderamata, yang biasa
disebut dengan objective illustration, dalam teknik ini termasuk
teknik-teknik pameran, pemutaran film, sandiwara, gambar dan
demonstrasi.
17
b. Penggunaan teknik yang dapat ditangkap dengan indera
pendengaran, yang biasa disebut dengan oral transmision
c. Teknik-teknik yang menggunakan printed materials
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
daripada buku pembanding, dan disertai pula dengan gambar dan tabel
pendukung sebagai penjelas suatu materi. Namun tidak kalah juga
dengan buku pembanding yang mana menjelaskan konsep dasar
pendidikan luar sekolah tersebut cukup lengkap dan terperinci serta isi
pembahasan materinya sesuai dengan judul buku.
20
2. Penjelasan buku saling terkait mulai dari bab pertama hingga bab
terakhir.
3. Materi yang dijelaskan pada buku sudah cukup ringkas dan terperinci
sehingga pembaca mudah menemukan poin-poin penting pada setiap
sub pembahasannya.
4. Pembahasan di dalam buku tersebut telah menjabarkan persamaan dan
perbedaan antara konsep pendidikan luar sekolah dengan pendidikan
formal dan informal.
5. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan
font pada buku pembanding ini sudah cukup baik.
c. Kekurangan buku utama
Buku karangan Prof. Dr Yusnadi, MS dan Silvia Mariah H, M.Pd,
memiliki beberapa kekurangan yaitu:
1. Banyak terjadi kesalahan dalam penulisan yang sering dijumpai
hampir di seluruh bab, seperti pada bab 1 yaitu pada kata
“ddilakukan” seharusnya “dilakukan” . Kemudian terdapat kalimat
yang sulit dimengerti oleh orang awam, seperti pada kata “petatah-
petitih”. Kata ini adalah kata serapan dari bahasa tradisional,
sehingga kurang dipahami maksudnya.
2. Tidak diberikan glosarium sehingga jika ada kata-kata yang sulit
dimengerti bisa diketahui artinya.
3. Terdapat penggunaan kalimat tidak efektif, seperti pada kalimat
“sumberdaya manusia-sumberdaya manusia”, seharusnya tidak perlu
sampai dua kali pengulangan karena pada kata sumberdaya manusia
sudah mencakup keseluruhan.
d. Kekurangan buku pembanding
Buku karangan Prof. Drs. Soelaiman Joesoef memiliki beberapa
kekurangan, yaitu:
1. Tidak terdapat rangkuman penjelasan setiap akhir bab, sehingga
pembaca tidak dapat mengetahui inti dari pembahasan setiap bab.
21
2. Isi buku cukup ringkas dan lengkap namun terkesan membosankan
sebab tidak ada gambar-gambar atau tabel pendukung penjelasan
mengenai suatu materi.
3. Untuk tata tulisan, banyak penggunaan kalimat-kalimat asing dan
hampir semua bahasa asing tidak ditulis menggunakan cetak miring,
sehingga tidak memenuhi aturan penulisan karya ilmiah.
4. Tidak diberikan glosarium sehingga jika ada kata-kata yang sulit
dimengerti tidak bisa diketahui artinya.
5. Penulis juga tidak menyertakan biografi penulis di sampul belakang
buku, sehingga pembaca tidak dapat mengetahui tentang riwayat hidup
dari sipenulis.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan menurut saya pembahasan pada kedua buku sudah
terstruktur sesuai judul masing-masing buku sehingga dapat membuat
pembaca mengetahui dengan mudah wawasan mengenai pendidikan luar
sekolah. Di mana pokok pembahasan di dalam kedua buku merupakan satu
kesatuan dalam mempelajari pendidikan luar sekolah dan pastinya di dalam
kedua buku materinya saling terkait dari bab ke bab lainnya. Penulis juga
sudah menggunakan referensi-referensi yang akurat untuk mendukung
menjelaskan materi dalam buku.
B. Rekomendasi
Dari beberapa uraian kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam
kedua buku yang dikritik ini, bukan berarti mengurangi substansi dari pesan
yang ingin disampaikan penulis dalam buku. Melainkan reviewer ingin agar
isi buku dapat lebih maksimal lagi, baik dalam tampilan maupun isinya. Di
samping itu, kedua buku ini sangat cocok digunakan untuk mahasiswa,
terutama mahasiswa jurusan tarbiyah sebagai bahan bacaan dalam memahami
pendidikan luar sekolah.
23