Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
TA 2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Critical Buku Review yang berjudulkan
tentang “Ihya Ulumuddin” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari Critical Book (CBR) ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
Critical Book (CBR) ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................1
C. Manfaat....................................................................................................2
D. Identitas Buku.........................................................................................3
BAB II ISI BUKU...................................................................................................4
A. Jilid 7.......................................................................................................4
B. Jilid 8.......................................................................................................7
BAB III ANALISIS..............................................................................................10
A. Analisis Isi Buku
-Jilid 7...........................................................................................10
- Jilid 8...........................................................................................11
B. Kelebihan dan Kelemahan Isi Buku......................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Rekomendasi.........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
LAMPIRAN..........................................................................................................17
i
BAB I
PENDAHULUAN
2
D. Identitas Buku
1. Buku Utama
1) Judul Buku : Ihya Ulumuddin: Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama Jilid 7
2) Penerbit Buku : Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
3) Edisi Terbit : 1981
4) Pengarang Buku : Imam Al-Ghazali
5) Kota Terbit : Singapura
6) ISBN : 9971-77-011-3
2. Buku kedua
1) Judul Buku : Ihya Ulumuddin: Mengembangkan Ilmu-Ilmu Agama Jilid 8
2) Penerbit Buku : Pustaka Nasional PTE LTD Singapura
3) Edisi Terbit : 1981-1983
4) Pengarang Buku : Imam Al-Ghazali
5) Kota Terbit : Singapura
6) ISBN : 9971-77-012-1
3
BAB II
ISI BUKU
A. Ringkasan Buku
Jilid 7 (239-256)
Orang yang paling tinggi tingkat kezuhudannya, adalah nabi Isa as. Karena
ia tidur dengan batu sebagai bantal. Lalu setan berkata kepadanya: "Mengapa
engkau meninggalkan dunia, apa yang terlihat bagimu?" Nabi Isa a.s. menjawab:
"Apa yang baru pada pandanganmu?" Setan itu menjawab: "Kamu tidur dengan
batu, artinya kamu merasa senang saat kepalamu terangkat dari bumi saat tidur."
Nabi Isa a.s. lalu melempar batu itu dan berkata: "Ambillah bersama apa yang aku
tinggalkan bagimu!"
Diceritakan dari Yahya bin Zakaria a.s. bahwa ia memakai kain kasar,
sehingga meninggalkan bekas pada kulitnya. Karena ia meninggalkan kenikmatan
dengan memakai kain yang lembut dan kesenangan merasakannya. Ibunya
kemudian meminta agar ia memakai jubah bulu sebagai gantinya. Nabi Yahya a.s.
pun mematuhinya. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya: "Hai Yahya!
Engkau lebih memprioritaskan dunia daripada Aku." Nabi Yahya a.s. lalu menangis
dan membuka jubah wol itu. Dan ia kembali memakai yang semula.
Ahmad bin Hanbal r.a. berkata: "Zuhud itu seperti zuhudnya Uwais Al-
Qarani, sampai dari tidak memiliki pakaian, hanya memakai sarung dari pelepah
kurma." Nabi Isa a.s. duduk pada naungan dinding seseorang. Lalu yang empunya
dinding itu menegakkannya berdiri. Nabi Isa as berkata: "Mengapa kamu
menegakkan aku berdiri? Yang menegakkan aku berdiri adalah orang yang tidak
senang aku memperoleh kenikmatan dengan dinding tembok."
Jadi, tingkat-tingkat kezuhudan, baik yang tampak maupun yang batin, tidak
terhingga banyaknya. Tingkat yang paling dasar adalah kezuhudan pada setiap
harta yang syubhat dan terlarang. Sebuah kelompok mengatakan: "Kezuhudan
adalah kezuhudan pada yang halal, bukan pada yang syubhat dan terlarang." Tidak
sedikit
4
pun hal tersebut termasuk dalam tingkat-tingkat kezuhudia. Kemudian, mereka
berpendapat bahwa tidak ada lagi yang halal dari harta dunia. Maka tidak
tergambar kezuhudan sekarang.
Jika Anda beranggapan bahwa kebenaran dari kezuhudan adalah
meninggalkan yang lain untuk bertanya, bagaimana bisa tergambar demikian
sambil makan dari Allah, memakai pakaian, berbaur dengan masyarakat, dan
berbicara dengan mereka? Semua itu menyibukkan diri dengan selain dari Allah
Ta'ala. Ketahuilah bahwa makna memalingkan diri dari dunia kepada Allah Ta'ala
adalah menghadapkan seluruh hati kepada-Nya dengan dzikir dan fikir. Tidak ada
yang tergambar seperti itu kecuali dengan kekekalan, dan tidak ada kekekalan
kecuali dengan fokus pada yang penting bagi dimensi akhirat. Ketika terbatas pada
dunia, menolak yang merugikan tubuh, dan maksud Anda adalah memperoleh
pertolongan dengan tubuh untuk ibadah, pasti tidak akan sibuk dengan selain Allah.
Jika sesuatu tidak dapat dicapai kecuali dengan sesuatu yang lain, maka itu
termasuk bagian dari sesuatu tersebut. Ketahuilah bahwa manusia yang
menerapkan kezuhudan terbagi menjadi dua, yaitu yang berlebihan dan yang
penting. Yang berlebihan, seperti memiliki kuda yang indah, digunakan untuk
bersenang-senang atau berkendara, bahkan bisa berjalan kaki. Yang penting, seperti
makan dan minum.
Kami tidak mampu merinci berbagai hal yang berlebihan karena itu tidak
terbatas banyaknya. Yang terbatas, yaitu yang penting-penting. Yang penting juga
termasuk yang berlebihan, tergantung pada jumlahnya, jenisnya, dan waktunya.
Oleh karena itu, tidak bisa tidak dijelaskan dari segi kezuhudan. Yang penting itu
mencakup enam hal: makan, pakaian, tempat tinggal dan peralatannya, perkawinan,
harta, dan keinginan untuk kemegahan demi tujuan tertentu. Keenam hal ini
termasuk dalam jumlah tujuan tersebut. Kami juga telah menyebutkan makna
kemegahan, karena kecenderungan manusia terhadap kemegahan dan bagaimana
cara menjaganya, seperti yang dijelaskan dalam Kitab Ria dari Rubu Yang
Membinasakan. Sekarang kami singkatkan untuk menjelaskan keenam aspek
tersebut.
Pertama, makanan: Tidak bisa dihindari bagi manusia untuk mendapatkan
makanan halal yang mendukung kelangsungan hidupnya. Namun, tulang pinggang
5
juga memiliki panjang dan lebar. Oleh karena itu, harus dijaga agar tidak terlalu
6
panjang atau lebar, sehingga kezuhudan tercapai dengan sempurna. Panjangnya
dikaitkan dengan umur seseorang. Orang yang memiliki cukup makanan setiap
hari, pasti tidak akan merasa puas. Lebarnya berkaitan dengan jumlah makanan,
jenisnya, dan waktu makan. Panjang tulang pinggang tidak dapat diukur kecuali
dengan memendekkan angan-angan. Tingkat kezuhudan yang paling rendah adalah
yang hanya mencukupkan untuk menolak rasa lapar saat sangat lapar dan takut
sakit. Orang seperti ini, jika merasa puas dengan apa yang dimilikinya, pasti tidak
akan menyimpan makanan untuk keesokan harinya. Ini adalah tingkatan tertinggi!
Kedua, pakaian: Manusia harus memakai pakaian yang menutupinya
dengan pantas. Dunia adalah penjara bagi pakaian, kubur adalah tempat tidurnya,
tempat sepi adalah tempat duduknya, dan pemikiran yang menentramkan adalah hal
yang diutamakan.
Darajat ketiga, yaitu "jalah," menggambarkan seorang yang berzuhud
dengan menyimpan hanya untuk kebutuhan setahun. Tingkatan ini dianggap
sebagai bentuk kezuhudan yang lemah, sedangkan orang yang memikirkan
kehidupan yang lebih lama dari setahun dianggap memiliki lamanya angan-
angannya.
'Aisyah r.a. memberikan gambaran bahwa di rumah Rasulullah saw., selama
empat puluh malam tidak dinyalakan lampu atau api. Saat ditanya dengan apa
mereka hidup, 'Aisyah r.a. menyebut dua benda, yaitu kurma dan air, meninggalkan
daging, kuah, dan lauk pauk. Al-Hasan menambahkan bahwa Rasulullah saw.
bahkan mengendarai keledai, memakai kain bulu, bersandal dengan kulit, serta
makan dengan meletakkan jari-jarinya di atas lantai. Lalu Bersabda :
7
mencari surga al-firdaus, akan diberikan roti tepung syair dan tidur di atas sampah
bersama anjing. Al-Fudlail menyampaikan bahwa Rasulullah saw. tidak merasa
kenyang selama tiga hari pertama setelah tiba di Madinah, hanya mengonsumsi roti
gandum.
8
Al-Masih a.s. berkata: »Hai Bani Israil! Haruslah kamu meminum air yang bersih,
sayuran yang di bumi dan roti syair. Jagalah dirimu dari roti gandum! Bahwa kamu tidak
dapat menegakkan kesyukurannya«. Telah kami sebutkan perjalanan hidup nabi- nabi dan
ulama terdahulu, mengenai makanan dan minuman pada Rubu Yang Membinasakan. Kami
tiada mengulanginya lagi. Tatkala penduduk Quba datang kepada Nabi s.a.w., mereka
membawa minuman dari susu yang bercampur dengan air madu. Beliau lalu mele-takkan
gelas dari tangannya, seraya bersabda :
Jilid 8 (216-231)
Jika kita mencoba untuk memahami dengan cermat setiap unsur dalam
tubuh manusia, kita akan menyaksikan keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda
kebesaran Tuhan yang begitu luar biasa, sehingga seumur hidup pun mungkin tidak
cukup untuk memahaminya sepenuhnya. Mari kita perhatikan struktur tulang-
belulang yang kokoh dan kuat, diciptakan oleh Allah dari nuth-fah yang lemah dan
halus. Allah menjadikan tulang-belulang ini sebagai penopang dan tiang tubuh,
dengan berbagai macam bentuk dan ukuran, mulai dari yang kecil, besar, panjang,
bundar, berlobang, tak berongga, melintang, hingga yang halus.
Ketika manusia membutuhkan gerak, baik dengan seluruh tubuh maupun
sebagian anggota tubuh, Allah tidak menjadikan tulang-belulang sebagai entitas
tunggal. Sebaliknya, Allah menciptakan beragam pergelangan untuk memudahkan
gerakan. Beliau menyesuaikan bentuk setiap pergelangan sesuai dengan fungsinya,
lalu menghubungkannya dengan tali-tali yang tumbuh dari tepi tulang-belulang.
Dengan cara ini, manusia dapat bergerak tanpa hambatan. Allah menciptakan
9
tambahan-tambahan pada tepi tulang-belulang, serta lobang-lobang yang sesuai,
sehingga tubuh dapat bergerak dengan leluasa.
Pentingnya struktur tulang-belulang juga terlihat pada kepala manusia.
Allah menciptakan kepala dengan merangkai lima puluh lima tulang yang berbeda
bentuk dan tata letaknya. Beberapa di antaranya memiliki fungsi tertentu, seperti
enam tulang untuk tempurung kepala, empat belas tulang untuk rahang atas, dua
tulang untuk rahang bawah, dan gigi-gigi dengan berbagai bentuk dan fungsi. Allah
juga menciptakan leher sebagai penghubung antara kepala dan tubuh, dengan
keajaiban dalam tata letaknya yang memukau. Dokter memperhatikan struktur ini
untuk pengobatan, sementara orang yang penuh penghayatan melihatnya sebagai
bukti keagungan Allah.
Allah juga menciptakan alat-alat yang memungkinkan gerakan tulang-
belulang, yaitu sendi-sendi badan. Ada lima ratus dua puluh sembilan sendi pada
tubuh manusia, terdiri dari daging, urat, pembalut, dan tutup dengan berbagai
bentuk dan fungsi sesuai kebutuhan. Setiap sendi memiliki bilangan dan kadar
khusus, seperti pada pergelangan yang memungkinkan gerakan biji mata dan
pelupuknya. Demikian pula, urat saraf, urat-urat biasa, dan urat darah memiliki
susunan dan percabangan yang lebih menakjubkan lagi, menciptakan jalan-jalan
yang kompleks pada masing-masing bagian tubuh.
Melalui pandangan terhadap keajaiban tubuh manusia, kita diperlihatkan
akan ciptaan Allah pada setiap tetes air yang tampaknya sederhana. Namun, kita
juga diingatkan akan keajaiban penciptaan di langit dan bintang-bintangnya, yang
tidak dapat dianggap remeh. Meskipun tampak kecil, setiap atom dalam kerajaan
langit memiliki hikmah dan aturan yang kokoh, menjadi bukti nyata kebesaran
Allah. Kesimpulannya, keajaiban-keajaiban dalam penciptaan manusia dan alam
adalah tanda kebesaran Allah yang tidak terbandingkan, mengajak kita untuk
merenung dan bersyukur atas segala karunia-Nya.
Dan karena itulah, Allah Ta'ala berfirman:
1
Artinya :
"Kamulah yang lebih susah menciptakannya atau langit yang di- bangur
kannya? Ditinggikannya dan diaturnya dengan sebaik-baik- nya. Dan
dijadikanNYA malam gelap gulita dan siang terang cuaca". (Q.S An-Nazi'at, ayat
27-28 29.)
Kemudian, dia menciptakan dengan penuh kebijaksanaan, menciptakan
substansi yang transparan seperti kaca, membentuk langit dengan segala luasnya
dan merentangkan tepi-tepinya hingga daerah-daerahnya yang terpencil. Dengan
anugerah tersebut, manusia dapat melihat seluruh keindahan ciptaan ini.
Setelah itu, Tuhan menciptakan bagian telinga dengan penuh keahlian. Dia
membentuk dua telinga, dan dalamnya diisi dengan air pahit untuk melindungi
pendengaran dari gangguan binatang kecil. Dengan bijak, dia membentuk dinding
daun telinga untuk mengumpulkan suara, dan kemudian menyalurkannya ke anak
telinga. Telinga juga dilengkapi dengan mekanisme untuk merasakan pergerakan
binatang kecil yang mendekat, dengan pembengkokan dan pemunculan tonjolan di
telinga. Ini memungkinkan manusia untuk terbangun dari tidur ketika ada ancaman.
Selanjutnya, Tuhan menciptakan hidung di tengah-tengah wajah. Dengan
indah, dia membentuk dan membuka dua lobang hidung, memberikan manusia
kemampuan penciuman. Melalui pancaindra penciuman ini, manusia dapat
mengenali aroma makanan dan bahan-bahan yang dikonsumsinya. Selain itu, dua
lobang hidung ini juga berfungsi sebagai jalan udara, memberikan makanan untuk
pikiran dan menyegarkan batin dari panas yang mungkin timbul.
1
BAB III
ANALISIS
1
tentang
1
mengarahkan hati dan fokus kepada yang lebih penting. Secara keseluruhan, materi
memberikan wawasan mendalam tentang makna dan praktik kezuhudan dalam
kehidupan sehari-hari, dengan contoh konkret dari kehidupan para nabi dan ulama
terdahulu.
.
Jilid 8
1
f. Peran Sendi-Sendi dalam Gerakan
Materi menggambarkan sendi-sendi sebagai alat untuk menggerakkan
tulang-belulang. Jumlah sendi yang besar dianggap sebagai suatu keajaiban dan
menunjukkan presisi dalam desain penciptaan.
g. Keajaiban pada Urat Saraf dan Pembuluh Darah
Penjelasan mengenai urat saraf, urat-urat, dan pembuluh darah
memberikan wawasan tentang kompleksitas sistem saraf dan peredaran darah. Ini
mencerminkan pandangan ilmiah mengenai fungsi tubuh manusia.
h. Pembandingan Antara Keajaiban di Bumi dan Langit
Materi mengajak pembaca untuk membandingkan keajaiban tubuh
manusia dengan keajaiban langit. Analogi ini menyoroti keagungan dan hikmah
dalam setiap ciptaan Allah.
i. Penekanan pada Hikmah dan Hukum dalam Ciptaan
Materi menegaskan bahwa setiap aspek dari kerajaan langit memiliki
hikmah dan hukum yang tidak dapat diabaikan. Ini menunjukkan pandangan bahwa
setiap elemen dalam penciptaan Tuhan memiliki tujuan dan aturan yang ditentukan.
Materi ini mengajak kita untuk merenungkan kebesaran Tuhan melalui
keajaiban tubuh manusia, terutama fokus pada tulang-belulang dan anggota tubuh
lainnya. Pembaca diingatkan akan pentingnya mengamati dan menyifatkan
keajaiban dalam tubuh sebagai ungkapan syukur atas nikmat ciptaan Tuhan.
Penjelasan rinci mengenai anatomi manusia, termasuk tulang-belulang,
pergelangan, dan sendi-sendi, memberikan gambaran yang
mendalam tentang desain kompleks tubuh.
Keberagaman bentuk dan kadar tulang-belulang dianggap sebagai bukti kekayaan
dalam penciptaan. Selain itu, penekanan pada peran pergelangan-pergelangan
sebagai elemen penting untuk gerak tubuh menyoroti presisi dalam desain tersebut.
Pembaca juga diajak untuk membandingkan keajaiban di bumi dengan keajaiban
langit, menunjukkan pandangan akan hikmah dan hukum yang mengatur setiap
aspek penciptaan Tuhan. Keseluruhan teks memberikan pemahaman ilmiah dan
religius tentang kompleksitas, keunikan, dan kebesaran tubuh manusia sebagai
1
karunia
Tuhan yang patut disyukuri.
1
B. Kelebihan Dan Kelemahan Isi Buku
Buku
Utama:
Kelebihan:
1. Aspek Tampilan Buku:
- Penggunaan Ilustrasi dan Gambar yang Memadai: Buku ini memperkaya
materi dengan tulisan bukan dengan gambar
- Pemilihan Warna yang Menarik: Warna-warna yang digunakan secara
tak langsung membuat buku terlihat monoton namun sangat khas karena tahun
terbitnya juga di tahun 1980
2. Aspek Layout dan Tata Letak:
- Terstruktur dengan Baik: Buku ini menghadirkan struktur yang jelas dan
terorganisir, memandu pembaca melalui materi dengan lancar.
- Pemisahan Sub-bab yang Jelas: Setiap sub-bab diidentifikasi dengan
jelas, memudahkan pembaca untuk merujuk dan mengakses kembali informasi.
3. Aspek Isi Buku:
- Penggunaan Bahasa yang Mudah Dipahami: Bahasa yang digunakan
mudah dipahami, memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep penting.
- Penyajian Materi yang Komprehensif: Buku ini menyajikan materi
dengan mendalam, memberikan pemahaman yang kuat tentang topik yang dibahas.
4. Aspek Tata Bahasa:
- Tata Bahasa yang Tepat: Bahasa yang digunakan mematuhi norma-
norma tata bahasa, menghindari kebingungan dan memperkuat pemahaman.
Kelemahan:
1. Aspek Tampilan Buku :
- Kurangnya Penggunaan Media Interaktif: Buku ini belum memanfaatkan
media interaktif sepenuhnya, membatasi akses siswa ke sumber daya tambahan dan
aktivitas pembelajaran yang lebih berbentuk praktis.
2. Aspek Layout dan Tata Letak:
- Kemungkinan Tata Letak yang Tidak Optimal: Beberapa elemen visual
mungkin perlu diatur ulang untuk memastikan
1 navigasi yang lebih lancar dan
pemahaman yang lebih baik.
3. Aspek Isi Buku:
- Keterbatasan dalam Memberikan Contoh Praktis: Meskipun materi
disajikan dengan baik, beberapa contoh praktis atau studi kasus tambahan akan
memperkaya pemahaman siswa.
4. Aspek Tata Bahasa:
- Kesalahan Tatabahasa atau Kekeliruan Pada Tulisan: Buku ini memuat
beberapa kekeliruan tata bahasa yang membutuhkan revisi untuk mempertahankan
kredibilitas dan memastikan pemahaman yang tepat.
1
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jilid 7 menyoroti tingkat kezuhudan Nabi Isa a.s. dan Nabi Yahya a.s., di mana
keduanya dengan penuh kesadaran meninggalkan kenyamanan duniawi untuk
mencapai tingkat kesucian yang tinggi. Kezuhudan tersebut juga tercermin dalam kisah
Uwais Al- Qarani, yang hanya memiliki pakaian sederhana sebagai bentuk
penghormatan terhadap keagungan Tuhan. Dalam konteks ini, kezuhudan tidak hanya
bersifat materi, tetapi juga mencakup ketundukan pada kehendak Allah serta
meninggalkan segala yang syubhat dan terlarang. Pembahasan selanjutnya mengulas
tingkat kezuhudan pada aspek-aspek kehidupan seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, perkawinan, harta, dan keinginan akan kemegahan. Keseimbangan dalam
praktik kezuhudan tercermin dengan menjaga kebutuhan dasar seperti makanan dan
pakaian tanpa terjerat dalam berlebihan.
B. Rekomendasi
a. Memperkuat ketundukan dan kezuhudan terhadap Allah dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan duniawi dengan tidak
terjerat pada harta dan kenikmatan yang syubhat.
c. Mengambil hikmah dari kisah 2para nabi dan ulama tentang kezuhudan
sebagai inspirasi dalam meningkatkan kesalehan dan ketundukan pada
Allah.
2
DAFTAR PUSTAKA
2
LAMPIRAN