MK.OLAHRAGA
BEEBUTUHAN KHUSUS
PRODI S1 2022
SKOR NILAI:
Nim : 6223321006
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kareana berkat dan
rahmatnya penulis masih diberikan nafas kehidupan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas “critical book report” mata kuliah Olahraga Berkebutuhan
Khusus.Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Yan Indra Siregar,S.Pd.,M.Pd.selaku dosen pengampu mata kuliah Olahraga Berkebutuhan
Khusus yang telah membimbing penulis dalam menyusun tugas ini.
Dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam segi
penulisan, isi, kerapian, dan lainya. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun guna kempurnaan penulis dihari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan harpana semoga tulisan sederhana ini
dapaat bermanfaat bagi semua pembaca. Khususnya bagi orang yang menekuni kuliah
jurusan pendidikan keolahragaan.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
BAB IV PENUTUP..................................................................................................23
A.Kesimpulan......................................................................................................23
B.Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Book Report adalah kegiatan menelaah atau mengkaji sebuah buku atau salah
satu bab buku. Critical book report yang akan ditelaah pada saat ini berisi pengetahuan
tentng Pengembangan Materi Olahraga Berkebutuhan Khusus dimana kegiatan ini dilakukan
untuk menentukan keunggulan dan kelemahn dari dua buku.
Critical Book Report merupakan salah satu bentuk tulisan juranalisitik yang bertujuan
untuk mendiskripsikan dan memberi pertimbangan kepada mahasiswa(pembaca) mengenai
sebuah buku.Secara sederhana, Critical Book Report dapat dianggap sebagai bentuk tulisan
yang merupakan perpaduan antara ringkasan dan ikhtisar berisi penilaian, ringakasan isi
buku, pembahasan, atau kritikan terhadap buku tersebut. Critical Report Book
memperlihatkan critical position ‘posisi kritis’ mahasiswa sebagai subjek yang melakukan
kajan.
1. Melatih mahasiswa mengkritisi sebuah buku atau salah satu bab buku.
2. Membangun mahasisiswa yang terampil berargumentasi ,skeptis terhaap sesuatu,
mampu mengonteksualisaikan dan merelevansiakan persoalan, dan objektif
3. Memberikan pertimbangan kepada mahasiswa apakah sebuah buku pantas mendapat
sambutan dari masyarakat atau tidak
4. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Olahraga Berkebutuhan Khusus
4
yang telah ia tulis. Dengan kritikan penulis akan berusaha untuk memperbaiki
kesalahanya sehingga buku yang a tulis selanjutnya lebih baik dwari sebelumya.
3. Bagi penerbit buku adalah dengan Critical Book Report membantu memperkenalkan
buku-buku terbitanya kepada calon pembeli atau bisa disebut juga dengan ajang
promosi
4. Bagi masyarakat/Pembaca adalah sarana untuk mencari informasi atau sebagai
pertimbangan mengenai layak atau tidaknya sebuah buku untuk dibaca dan dimiliki.
Penulis :-
Tahun Terbit :-
Cetakan :-
ISBN :-
Penulis : Dr.IRDAMURNI,M.Pd
Cetakan :1
ISBN : 978-602-364-442-1
5
BAB II
1. Periode pertama
Pada kurun waktu ini dapat disebut kurun waktu primitive dari sejarah manusia. Dalam waktu
ini prang mempunyai sikap spiritual – medikal magic tentang penyebab dan penyembuhan
kondisi kelainan.
2. Periode kedua
Pada 500 tahun sebelun masehi sampai 500 tahun setelah masehi,telah dapat diterima secara
logis dan wajar penjelasan mengenai penyebab kondisi berkelainan oleh para dokter dan
filosof seperti Hoppocrates dan Galen. Banyak sikap yang timbul di berbagai belahan dunia
salah satunya orang yunani dikenal pertama melalkukan gerakan yang bermakna dalam
memandang secara ilmiah individu dengan gangguan fisiologis sebagai penyebab dari
gangguan emosi.
3. Periode ketiga
4. Periode keempat
Periode keempat dari sejarah (tahun 1500 sampai tahun 1900)merupakan titik balik mengenai
pengobatan dari yang berkelainan.Filsafat dari locke dan Rousseau yang berhubungan dengan
pentingnya"kemuliaan atau keseluruhan individu" telah disertai dengan perubah positif dari
sikap masyarakat.
5.Periode kelima
6. Awal 1900 sampai sekarang adalah satu periode penting karena peningkatan perawatan,
pengobatan dan layanan pendidikan diberikan kepada semua individu yang berkelainan.
6
Sejarah pendidikan jasmani adaptif dapat dibagi dalam tiga kurun waktu berdasarkan
kemajuan medis, pendidikan dan perubahan dari sikap masyarakat terhadap yang berkelatnan
Kurun waktu pertama disebut masa primirive prasejarah sampai tahun 500 sebelum masehi,
selama kurun ini sedikit sekali usaha untuk mengembangkan atau rehabilitasi gerak dan
keterampilan jasmani dari yang berkelainan. Kurun waktu kedua disebut periode Yunani dan
Romawi, kurun ini bercirikan perubahan dari sikap yang biasa terhadap peran latihan
jasmani. Kurun ketiga timbul perhatian yang baru dan kontinu dalam nilai pengobatan dari
latihan jasmani sebagaimnana telah diutarakan dalam bagian pendahuluan secara tertulis
belum menjumpai dalam literature tentang pendidikan-pendidikandiIndonesia ada aspek yang
membicarakan masalah pendidikan adaptif beserta sejarahnya. Selama pelajaran pendidikan
jasmani peserta didikyang salah satu kakinya lebih pendek dan kecil dari pada yang lain
sehingga ia pakai tongkat penyangga untuk berjalan, tidak diikutsertakan dalam pelajaran
pendidikan jasmani dan ia hanya menjadi penonton saja.Penyelenggarakan pendidikan
jasmani adaptif di lembaga pendidikan di indonesia, dalam arti merupakan bagian dari
program pendidikan jasmani mungkin belum ada.
Rancangan program penjas untuk siswa yang memiliki kecacatan seyogyanya dibuat
secara Sistematis dan akurat, minimal pogram tahunan tersebut didesain berdasarkan tingkat
Rencana programn kemampuan/prestasi yang dimiliki setiap anak pada saat program
dibuat.sehingga dapat diprediksi tingkat pencapaian pada akhir satu semester atau satu tahun
pembelajaran.Dengan demikian standar penilaian acuan kriteria iebih tepat digunakan bila
dibandingkan dengan acuan norma(Beltasar Tarigan, 2000: 75). Dalam memberikan materi
pembelajaran pendidikan jasmani adaptif harus dicermati sebaik mungkin materi yang akan
diberikan agar siswa dapat melaksanakan pembelajaran dengan benar tanpa ada gangguan
atau menimbulkan cidera. Hal ini karena, bentuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif berbeda dengan anak normal. Hal ini sesuai pendapat Beltasar Tarigan (2000: 37)
bahwa: "Matert pembelajaran harus diselidiki secermat mungkin dan dilaksanakan secarà
tepat oleh para siswa, sehingga terhindar dari cidera otot atau sendi.
7
B.Pengertian Anak Cacat atau Anak Luar Biasa
Para guru penjas sering menghadapi anàk-anak yang memiliki kemampuan terbatas
karena kondisi fisik, mental. dan sosialnya terganggu,harus turut serta dalam pendidikan
jasmani. Kenyataan namun menunjukkan bahwa dalam berbagai hal, anak cacat mengalami
kesulitan untuk mengikuti program penjas dengan fasilitas terbatas
Peran dari mereka yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
jasmani khusus adalah sebagai berikut:(1)memberikan pelayanan langsung kepada siswa-
siswa yang berkelainan dan keluarga mereka; (2) memberikan latihan pra jabatan dan dalam-
jabatan Pemberian layanan langsung dalam lingkup sekolah adalah langsung bekerja dengan
anak yang berkelainan. Layanan langsung dalam bentuk mengajar dan menilai dapat
diberikan atau dilakukan oleh seorang spesialis dalam pendidikan jasmani khusus atau
seorang guru pendidikan jasmani biasa yang telah dilatih atau memiliki kompetensi dalam
pendidikan jasmani khusus. Administrasi adalah satu peran yang luas yang mencakup tugas-
tugas seperti managemen, supervisi dan konsultasi.Pendidikan jasmani adaptif belum banyak
dikenal dan dipahami oleh para pendidik Indonesia. Anak-anak berkelainan yang belajar di
lembaga pendidikan anak normal tidak banyak jumlahnya.
8
D. Maanfaat dari Pendidikan Jasmani Adaptif
Aktivitas jasmani penting bagi perkembangan maksimal dari jasmani. Melalui program
pendidikan jasmani yang direncanakan dan dilaksanakan dengan baik pertumbuhan jaring-
jaring otot dan tulang dirangsang. Jasmani anak, khususnya anak yang gemuk,dapat
dipengaruhi dengan aktivitas jasmani.
Melalui satu program pendidikan jasmani yang seimbang, kekuatan tubuh, daya tahan,
kelentukan, dan mobilitas dapat dikembangkan dan dipertahankan, dan dapat membantu anak
mengembangkan tingkat kesegarannya yang optimal untuk kehidupan sehari-hari.
4. Keuntungan emosional
Sebagian besar dari aktivitas jasmani melibatkan emosi.Umpamanya, dalam waktu yang
relatif singkat, sikap anak dapat berubah dari sangat kecewa ke kegemnbiraan. Anak dapat
belajar untuk menguasai emosinya dan perilaku lainnya dengan baik melalui bimbingan dari
guru pendidikan jasmani dan peraturan dalam tiap jenis permainan.
5. Keuntungan sosial
Pendidikan jasmani dapat membantu anak belajar dengan cara yang diinginkan untuk
berhubungan dengan orang lain, untuk mengembangkan peran tiap kelamin dengan baik, dan
mengembangkan nilai-nilai moral yang dipandang baik oleh masyarakat. Pendidikan jasmani
memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dalam lingkungan yang bervariasi, dan dapat
membantu baik anak berkelainan maupun yang tanpa kelainan belajar menerima perbedaan
individual dari manusia.
9
E. Tujuan Penjas Adaptif
2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk
keadaannya melalui Penjas tertentu.
3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah
macam olahraga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga yang dapat
diminatinya sebagai penonton.
Metode pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak cacat menurut Beltasar Tarigan (2000:
44) dibagi menjadi tiga yaitu:
Metode ini tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian. Diterapkan bila
struktur gerak sangat kompleks sehingga dengan mempelajari bagian demi bagian akan
memberikan hasil optimal, karena siswa akan lebih mudah mencerna apa yang disampaikan
oleh guru.
2. Metode keseluruhan
Pembelajaran dengan metode keseluruhan digunakan untuk melatih teknik dan gerakan vang
sederhana atau tidak bisa dipecah menjadi bagian bagian.
3. Metode gabungan
10
G. Materi Penjas Adaptif
Anak cacat memiliki gerak vang sangat terbatas tergantung dari kecacatannya. Oleh
karena itu, gun pendidikan jasmani adaptit sangat berperan dalam membelajarakan siswa
vang cacat dengan baik dan benar.Seorang guru pendidikan jasmani adaptif berperan untuk
merancang pembelajaran dengan benar sesuai dengan kecacatan siswa yang dihadapi.Hal ini
seperti dikemukakan Beltasar Tarigan (2000: 11) bahwa: Para guru penjas sering menghadapi
anak-anak yang nemiliki kemampuan terbatas karena kondisi fisik, mental dan sosialnya
terganggu, namun harus turut serta dalam pendidikan jasnmani. Anak-anak seperti ini
digolongkan sebagai orang yang lemah atau cacat, sehingga proses penbelajaran harus
dirancang dengan baik agar mereka dapat terlibat secara aktif dan mencapai hasil optimal.
Guru pendidikan luar biasa harus mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap tugas dan
kewajibannya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang relevan dengan kebutuhan anak
luar biasa. Berikut adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan luar biasa
(Rochman, 1979:95):
5. Ketepatan memilih materi, metode, media, dan melaksanakan evaluasi secara tepat.
Setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang latrnnya,
oleh sebab itu program pembelajaran akan lebih efektif bila diklarifikasikan sesuaí dengan
kebutuhan dan kondisi kecacatan. Ada beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan
dalam menentuka jenis dan materi pembelajaran bagi siswa:
11
B. Pembalajaran Individu
Pembelajaran indivdu dimaksudkan agar kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi sesuai
dengan jenis dan tingkat kecacatannya. Pembelajaran individu dalam konteks ini bukan
berarti melakukan pembelajaran kepada siswa satu demi satu. Tetapi proses pembaelajaran
ini dimaksud agar guru penjas dapat merencanakan aktivitas jasmani yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan jenis kecacatan siswa. Sedamgkan strategi pembelajarannya adalah
suatu kerangka intruksional yang di terapkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa
memperoleh kesempatan melakukan pengalarnan belajar maksimal.
1. Tes
Tes adalah suatu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan peralatan yang spesifik,
atau memerlukan prosedur yang tertentu bila menggunakan metode observasi.
2. Pengukuran
Pengukuran adalah suatu tehnik dalam proses penjaringan data atau hasil tes berupa simbol-
simbol, misalnya skor/nilai yang dicapai oleh seseorang.
3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan oleh guru pendidikan jasmani umum,
sedangkan penilaian digunakan oleh guru pendidikan jasmani adaptif. Namun beberapa
penulis buku menggunakan istilah evaluasi dan penilaian secara bergantian sesuai dengan
konteksnya.
4. Penilaian
12
C. Tujuaan Evaluasi dan Penilaian Penjas Adaptif
Ada 4 tujuan evaluasi dan penilaian yang secara umum telah disepakati dan diterima,
baik oleh guru pendidikan jasmani umum dan juga guru pendidikan jasmani adaptif yaitu
sebagai berikut :
1. Klasifikasi/pengelompokan
Salah satu tujuan tes dan pengukuran bagI SISWa penyandang cacat adalah menentukan
apakah siswa tersebut harus dipisah dan ditempatkan dalam kelas pendidikan jasmani khusus,
atau digabung dengan kelas lainnya.
2. Diagnosis
Diagnosis ini berperan dalam mengenal dan kemampuan siswa serta mengarahkan pada jenis
aktifitas fisik yang cocok.
3. Prediksi
Mengetahui Bagi setiap guru pendidikan jasmani adaptif salah satu tujuan paling penting dari
tes dan pengukuran adalah menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai dengan
baik.
Sebelum menggunakan suatu bentuk tes, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
antara lain:
1. Seorang guru penjas adaptif haris betul-betul memahami dengan baik tes yang akan
digunakan, termasuk cara pelaksanaannya dan peruntukannya.
2. Tes yang digunakan tersebut harus sahib, artinya tes tersebut dapat mengukur keretampilan
sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
3. Tes yang digunakan harus terandal, artinya tes tersebut memberikan hasil yang konsisten.
4. Guru penjas adaptif harus selalu mencari bentuk-bentuk tes yang paling tepat sesuai
dengan jenis tingkatan kecacatan siswa.
5 Suatu tes yang ditunjukkan untuk keperluan diagnosis. Maka jangan hanya menggunakan
tes SaJa, tetapt gunakan jenis tes yang lainnya.
6. Harga peralatan tes dan efisien waktu penggunaanya juga harus menjadi pertimbangan
dalam memilih dan menggunakan les
13
BAB V ABK TUNANETRA
A. Definisi Tunanetra
Dalam memahami berbagai macan karakteristik dan kebutuhan siswanya, guru harus
cermat dalam observasi dan asesmen peserta didiknya. Guru harus mengetahui kemampuan
masing masing siswanya mulai dari aspek psikomotor, afektif maupun kognitifnya. Pertama-
tama guru harnus mengidentifikasi muridnva terlebih dahulu. Kemudian uenyusun program
individual untuk masing-masing peserta didik.Guru melakukan asesmen untuk mengetahui
pembelajaran yang akan diberikan kepada sISwanya. Selain itu, sebenarnya guru harus
mengetahui keadaan medis dari siswanya, dengan cara bekeria sama dengan pihak medis atau
dokter spesialis mata. Atau bisa dengan cara bekerja sana dengan orang tua siswa, untuk
diminta memeriksa mata siswa tunanetra kepada dokter spesialis mata.
Tunarungu merupakan istilah yang sering digunakan bagi Seseorang yang mengalami
gangguan pada organ pendengaran. Anak tumarungu mengalami gangguan pendengaran
sehingga mengalami hambatan dalam mendengarkan bunyi atau suara yang ada disekitarnya
dan melakukan komunikasi dengan orang lain. Dilihat secara fisik, anak tunarungu tidak
berbeda dengan anak normal pada umumnya. Perbedaan anak tunarungudengan anak normal
hanya pada perkembangan bahasa dan kemampuan orang berkomunikasi dengan lain.
Berbagai ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian tunarungu Menurut Mufti
Salim (1984:8) anak tunarunguialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian
atau seluruh alat pendengaran sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasanya. Menurut Suparno (2001:9) secara pedagogis tunarungu dapat diartikan sebagai
suatu kondisi ketidak mampuan seseorang dalam mendapatkan inforimasi secara isan,
14
sehingga membutuhkan bimbingan dan pelayanan khusus dalam belajarnya di sekolah.
Menurut Moores dalam Permanarian Somad(1995:2 7), orang tuli adalah seseorang yang
kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO.
Karakteristik dan perkembangan anak Tunarungu dan Tunawicara jika dilihat secara
sepintas tidak jauh berbeda dengan anak normal lainnya,hanya memiliki cirri khas tertentu
sebagai dampak dari Tunarungu dan Tunawicara. Karakteristik yang membedakan pada anak
Tunarungu dan Tunawicara dengan yang normal dapat dilihat dari segi intelegensi, bahasa
dan bicara, dan emosi dan sosial.Karakteristik dalam Segi Intelegensi Menurut Permanarian
Somad dan Tati Hernawati (1995: 35), anak Tunarungu dan Tunawicara memilikí intelegensi
normal atau rata-rata,akan tetapi karena perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan bahasa maka anak Tunarungu dan Tunawicara akan menampakkan intelegensi
yang rendah yang disebabkan oleh kesulitan dalam memahami bahasa. Tidak semua aspek
intelegensi anak Tunarungu dan Tunawicara terhambat, tetapi hanya yang bersifat verbal atau
lisan misalnya dalan merumuskan pengertian, menarik kesimpulan, dan memahami ucapan
orang lain. Mengatasi hal ini, anak Tunarungu dan Tunawicara perlu mendapatkan layanan
dan pendidikan khusus untuk mengembangkan kemampuan intelegensi secara maksimal.
Karakteristik dalam Segi Bahasa Hambatan pendengaran yang dialami anakTunarungu dan
Lunawicara berpengaruh terhadap perkembangan bahasa, karena melalui pendengaran anak
akan mampu menirukan suara, mendengarkan bunyi,dan memahami makna kata serta
kalimat. Adapun karaktertstIk anak Tundrungu dan Tunawicara dari segi bahasa menurut
Suparno (2001: 14),meliputi
3. Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks atau kalimat panjang serta bentuk kiasan-
kiasan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Edja Sadjaah (2005: 109) tentang karakteristik anak
Tunarungu dan Tunawicara dari segi bahasa, yaitu:
15
kata serta kalimat menunjukkan kemarnpuan bahasa anak Tunarungu dan Tunawicara masih
kurang, sehingga perlu adanya peningkatan bahasa pada anak Tunarungu dan Tunawicara .
Perkembangan dan penguasaan bahasa anak Tunarungu dan Tunawicara.
Istilah yang blasa digunakan dalam menyebut anak tunagrahita bodoh, tolol, dungu,
bebal, lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran,terbelakang mental, retardasi mental, cacat
grahita, dan tunagrahita. Sedang dalamn bahasa asing, tunagrahita dikenal dengan beberapa
istilah seperimental retardation, mental deficiency, mentally handcapped, feebleminded,
mental subnormnality, intellectually handicapped, intellectually disabled. Kata "mental" dan
"intelektual" dalam peristilahan diatas mempunyai arti yang sama, dan bukan dalam artian
kondisi psikologi. Perbedaan penggunan istilah disebabkan oleh latar belakang keilmuan dan
kepentingan dari para ahli yang mengemukakannya. Akan tetapi, semua istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama yakni hambatan dan keterbatasan perkembangan kecerdasan
seseorang bila dibandingkan dengan anak pada umumnya.Keterlambatan dan keterbatasan
kecerdasan intelegensi íni disertai dengan keterbatasan dalam penyesuaian perilaku (Wardani,
2011: 6.3-6.4). Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan
dibawah rata -rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sekitarnya. Mereka memiliki keterlambatan dalam segala bidang dan itu
sifatnya pemanen.
Karakteristik atau ciri khas dari tunagrahita dapat dibagi menjadi tiga, karakteristik
umum, karakteristik pada masa perkembangan dankarakteristik khusus.
a. Karakteristik umum
6. Pada tunagrahita mampu didik, prestasi teringgi bidang baca, tulis,hitung tidak lebih darí
anak normal setingkat ketas II IV Sekolah Dasar
Sedangkan karakteristik tunagrahita menurut Astati (Nunung Apriyanto, 2013: 34) adalah:
16
1 Kecerdasan, kecerdasan yang dimiliki oleh anak tunagratita sangat terbatas,
3. Fungsi fungsl mental lain, anak tunagrahita cenderung mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi. Sulit untuk diajak berpikir,
4. Dorongan emosi, anak tunagrahita tidak memiliki inisiatif yang positif dalam
mempertahankan dirinya,
6. Organisme, konisi fisik yang kurang sempurna, gerakan motorik yang lamban, tidak dapat
membedakan sesuatu baik atau buruk.
Menunut Triman Prasadio (Wardani, 2011: 6.22-6.25) beberapa ciri yang dapat dijadikan
indikator adanya kecurigaan berbeda dari anak pada umumnya adalah:
1. Masa bayi
Walau para ahli masih kesulitan dalam mengidentifikasi tunagrahita pada masa bayi, tapi
dikemukakan bahwa bayi dengan kelainan tunagrahita memilikí círi-ciri kurang akif,
keterlambatan pada perkembangan fisik dan motorik,
Tunagrahita ringan pada usia ini lebih sulit dikenali dibanding tunagrahita sedang dan berat.
Hal ini dikarenakan pada tunagrahita sedang dan berat kondisi fisik mereka berbeda dengan
anak pada umumnya sedangkan tunagrahita ringan memiliki fisik normal.Pada anak
tunagrahita ringan (lambat) akan menunjukkan keapatisan dalam lingkungan atau mungkin
(cepat) hiperaktif.
17
untuk melaksanakan fungsi secara normnal, akibat luka,penyakit, atau pertumbuhan tidak
sempurna. Menurut Dr. Mohammad Efendi,M.Pd., M.Kes. (2006:1 14) secara defintif
kelainan fungsi anggota tubuh (tunadaksa) adalah ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsi secara normal akibat luka,penyakit, atau pertunmbuhan yang tidak
sempurna sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu layanan secara khusus.
1. Karakteristik Kognitif
Untuk mengembangkan fungsi kognitif sebagai alat adaptasi terhadap lingkungan, dapat
dilakukan melalui dua proses yang saling memengaruhi. Proses tersebut, yakni asimilasi
(integritas elemen-elemen dari luar terhadap struktur yang sudah lengkap pada organism) dan
akomodasi (proses yang manaterjadi perubahan pada subjek agar bisa menyesuaikan terhadap
objek yang ada diluar dirinya). Dari segi kognitif misalnya, wujud konkretnya dapat dilihat
dari angka indeks kecerdasan(IQ).
2. Karalkteristik Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi penyandang tunadaksa dapat digunakan tes yang telah
dimodifikasi agar sesuai dengan anak tunadaksa.Pertama, IQ tunadaksa berkisar antara 38-
138. Kedua, rata-rata mereka adalah IQ 57. Ketiga, klasifikasi tunadaksa yang lain, yaitu:
a. IQ 92,
Menurut Misbach D. (2012:42-43) pada umumnya ingkat kecerdasan anak tunadaksa yang
mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti
pelajaran sama dengan anak normal, sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan
pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berjenjang mulai darí tingkat idiocy sampai
dengan gifted. Realitas mengemnukakan bahwa 45% anak cerebral palsy mengalami
Karakteristik Kepribadian
18
Efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang dialami seseoranng dapat mmenimbulkan
sifat harga diri rendah, kurang percaya diri kurang memiliki inisiatif, atau mematikan
kreativitaSnya. Fakto dominan yang memengaruhi perkembangan kepribadian atau emosi
penyandang tunadaksa adalah lingkungan.
Karakteristik Fisik
Aspek fisik merupakan potensi yang berkembang dan harus Secara umum,dikembangkan
oleh individu. Akan tetapi perkembangan fisik tunadaksa dapat dinyatakan hampir sama
dengan orang normal pada umumnya, kecuali bagian-bagian tubuh yang mengalami
kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan tersebut. Menurut Misbach. D (2012:43) bahwa
karakteristik fisik/kesehatan anak tunadaksa biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah
kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi,berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara,dan lain-lain. Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan
motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu
pembentukan artikulasi yang benar.Akibatnya, bicaranya tidak dapat dipahami orang lain
dan diucapkan dengan susah payah.
Karakteristik Bahasa/Bicara
Terjadinya kelainan bicara pada cerebral palsy disebabkan olehk etidakmampuan dalam
kondisi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau kelainan sistem neumotor.
Perkembangan Emosi
Banyak masalah yang muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan anak-anak normal
yang berinteraksi dengan anak anak tunadaksa. Dukungan orangtua dan orang orang di
sekelilingnya merupakan hal yarng sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan
emosi anak tunadaksa. Menurut Misbach D. (2012:43) kegiatan jasmani yang tidak dapat
dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti
mudah tersinggung,mudah marah,rendah diri,kurang dapat bergaul,pemalu,
menyendri, dan frustasi.
BAB IX TUNALARAS
A. Pengertian Tunalaras
19
B. Ciri-ciri Anak Tuna Laras
Gangguan Emosi Anak tunalaras yang mengalami hambatan atau gangguan emosi terwujud
dalam tiga jenis perbuatan, yaitu: senang-sedih, lambat cepat marah, dan releks-tertekan.
Secara umum emosinya menunjukkan sedih, cepat tersinggung atau marah, rasa tertekandan
merasa cemas Gangguan atau hambatan terutama tertuju pada keadaan dalam dirinya.
Macam-macam gejala hambatan emosi, yaitu:
Gentar, yaitu suatu reaksi terhadap suatu ancaman yang tidak disadari, misalnya
ketakutan yang kurang jelas obyeknya.
Takut, yaitu rekasi kurang senang terhadap macam benda,mahluk, keadaan atau
waktu tertentu. Pada umumnya anak merasa takut terhadap hantu, monyet, tengkorak,
dan sebagainya.
Gugup (nervouS), yaitu rasa cemas yang tampak dalam perbuatan-perbuatan aneh.
Gerakan pada mulut seperti meyedot jari, gigit jari dan menjulurkan lidah.
Anak anak indigo adalah anak yang meniliki kemampuan lebih bandingkan analk
anak lainnya serta memiliki indra keenam. Secara khusus anak anak ini nemiiki aura warna
indigo pada tubuhnya.Aura inilah yang ditengarat mampu mendorong melihat kejadian-
kejadian dimasa yang akan datang dan dapat menbaca pikiran orang lain. Secara umum anak
indigo sama seperti anak-anak yang lainnya, namun yang membedakannya adalah
kemampuan yang lebih yang tidak diniliki oleh anak anak biasa pada umumnya. Anak anak
indigo memiliki jiwa yang tua sehingga meski raganya anak anak, namun pola pikir mereka
seperti orang dewasa. Tidak jarang anak anak ini menjadi orangtua bagi terman-temannya.
Kondisi ini menyebabkan adanya kecenderungan untuk dijauhi oleh teman temanya, karena
dianggap tidak sepemikiran. Secara tidak langsung terjadi pengucilan secara sepihak, apalagí
bila yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
bermainnya Istilah indigo diperkenalkan oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna aura
manusia kermudian mernetakan artinya untuk menandai kepribadiannya. Sebutan indigo
muncul karena warna aura yang la lihat, yaitu warna nila (Caroll & Tober, 1999). Kata Indigo
merupakan kosakata yang diambil dari bahasa Spanyol yang artinya nila. Menurut Carroll
dan Tober (1991) indigo didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki perilaku serta atribut
psikologis yang belum pernah diketahui sebelumnya. Perilaku tersebut mengakibatkan
perubahan perilaku pada orang yang berinteraksi dengan mereka. Selain itu, indigo juga di
definisikan sebagai seseorang yang memiliki karakter yang sangat unik(Chapman, 2005).
Melihat pemaparan diatas, maka seorang indigo di definisikan sebagai seseorang yang
memiliki karakteristik unilk dan perilaku yang belum pernah diketahut sebelumnya. Agar
lebih jelas, maka karakteristik individu indigo akan dijelaskan pada sub-bab selanjutnya.
Persoalan sosialisasi dan adaptasi juga dialami oleh anak-anak selain anak indigo, namun
20
permasalahan int dinilai khusus karena ada suatu kemampuan yang secara faktual perlu
ditanganí dengan khusus pula.
1. Mereka datang ke dunia dengan perasaan serta perilaku yang menyiratkan kebesaran.
2. Mereka mempunyai perasaan patut atau layak untuk berada di sini dan heran bila orang
lain tidak merasakannya.
5. Mereka terkadang tidak mau melakukan beberapa hal, seperti mengantre. Itu merupakan
sesuatu hal yang menyulitkan bagi mereka.
6. Mereka kerap merasa frustrasi dengan sistem yang berorientasi ritual dan tidak
membutuhkan pemikiran kreatif.
7. Mereka kerap melihat sesuatu atau mengerjakan sesuatu dengan cara yang lebih baik, baik
dí rumnah maupun sekolah.Mereka sepertinya terlihat antisosial, kecuali dalam kalangannya
sendiri.
10. Mereka tidak malu untuk mernblarkan orang mengetahui apa yang mereka butuhkan.
3. Tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali dalam kalangannya sendiri) dan sekolah
adalah hal yang sulit dihadapi secara sostal.
4. Mudah frustrasi menghadapi sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak menuntut
kreatifitas.
21
6 Sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah kegiatan.
7. Tidak malu membiarkan orang lain mengetahul apa yang mereka butuhkan.
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang menyangkut pada tiga
aspek yaitu, perilaku, komunikasi dan bahasa, dan interaksi sosial. Leo Kanner adalah
seorang psikiater anak, merupakan sosok yang pertama kali mengidentifikasi karakteristik
autisme secara formal yang dilakukan pada tahun 1943 Jenny, 2010:86). Autisma berasal dari
kata "autos" yang berarti "sendiri", penyandang autis seakan-akan hidup dalam dunianya
sendiri (Kanner & Handoyo dalam Deded.,2013:10).Sehubungan dengan pengertian
gangguan autisme, beberapa tokoh mengemukakan berbagai rumusan definisi. Diantaranya
adalah definisi autisme yang dikekmukakan oleh Joko Wuyono (2012: 24) bahwa Autisme
merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak
melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan
autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial.
Seorang guru perlu mnemahami karakteristik dari anak autis untuk mengetahui
kebutuhan belajar anak autis itu sendiri. Anak autis merniliki karakteristik yang khas bila
dibandingkan dengan anak berkebutuhan khusus yang lainnya. Secara umum menurut Deded
Koswara (2013:12) anak autis memiliki karakteristik sebagai berikut
1. Tidak memiliki kontak mata/ kontak mesra dengan orang lain atau lingkungannya. Kontak
mata yang dimaksud adalah kontak mata yang dilakukan saat berkomunikasi bersana
orangtua, guru atau lawan bicaranya.
2. Selektif berlebihan terhadap rangsangan, sebagian besar dari anak autis sangat selektif
terhadap rangsangan. contobnya anak autis tidak suka untuk dípeluk, merasa seperti sakit saat
dibelai oleh guru atau orang tuanya. Beberapa anak juga terganggudengan warna-warna
tertentu.
3. Respon stimulasi diri yang mengganggu interakst sosial Anak autis sering kali melakukan
atau menunjukkan sikap seperti mengepak ngepakkan tangan, memukuk mukul kepala,
mencium cium tangan.dan menggigit gigit jari tangan ketika merasa kesal atau merasa panik
dengan situasi lingkungan yang baru dimasukinya.
4. Ketersendirian yang ekstrim Anak autis umumnya senang bermain sendiri, hal ini karena
anak autis tidak melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya.
22
5. Melakukan gerakan tubuh yang khas, seperti menggoyang goyangkan ubuh, jalan berjinjit.
Dalam percakapan sehari-hari orang yang disebut luar biasa adalah yang mempunyai
kelebihan, misalnya terkenal karena kecerdasan, kreativitas, perjuangan dan sebagainya.
Jarang sekali kata luarbiasa digunakan untuk orang kaya, yang miskin, lemah dan
sebagainya.. anak luar biasa sekarang disebut dengan anak berkebutuhan khusus.Anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum
atau ratarata anak seusianya. Anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatuyang
kurang atau bahkan lebih dalam dirinya.Sementara menurut Heward, anak berkebutuhan
khusus adalah anak dengan karakteristik khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata anak seusianya. Anak
dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam
dirinya. yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang sakit, tetapi mereka adalah anak yang
memiliki kelainan. Seseorang yang menderita sakit akan ditangani oleh dokter sampai
sembuh, tetapi anak berkebutuhan khusus tidak akan kembali normal/sembuh, misalnya anak
buta tidak akan dapat melihat, anak tuli tidak akan menjadi dapat mendengar kembali. Usaha
medis dan rehabilitasi medis merupakan penunjang dalam pembinaan pelayanan kepada anak
berkebutuhan khusus.
Kelainan dapat terjadi pada kromosom dan dapat pula pada gen. Apabila sel
keturunan yang mempunyai kromosom dan gen yang mempunyai kelainan mendapat
pembuahan dan selanjutnya berkembang menjadi bayi, maka bayi yang lahir mengakibatkan
cacat atau berkebutuhan khusus. Kelainan yang mengakibatkan keluarbiasaan ini ada yang
dinamakan dengan :
23
pada mata, telinga terlalu bawah, belah langit-langit, berjari enam, dan kurang cerdas.
Kelainan ini dikenal dengan nama p atau s ‘ syndrome.c). Anamoly XXY. Kromosom jenis
kelamin adalah pasangan XX, kromosom pria XY, kalau pasangan tersebut berupa XY ia
akan berupa pria yang beralat kelamin kecil, bertubuh gendut atau astenik, beremosi tidak
stabil, dan cenderung psikosis. Kelainan ini dikenal dengan namaKlinefelter’s syndrome.
d).Retinitis Pigmentosa.10Dalam sel keturunan ada satu gen yang kalau berkelainan
mengakibatkan kemunduran retina. Sejak kecil bayi bisu tuli, berjari lebih, dan kurang
cerdas. Kelainan ini dikenal dengan nama LMB syndrome (Laurence, Moon, Bardet, dan
Beidl). Yaitu nama peneliti yang mendeskripsikan pertama kali gejala renitinit pigmentosa.
24
• Di dalam buku menuliskan
walaupun hanya sedikit
Bahasa inggris
• Di dalam buku memiki
cover gambar buku yang bagus
dan menarik minat untuk
membaca
buku tersebut.
• Dalam buku memiliki tata
Bahasa yang baik dan sangat
terstrukturpenulisannya
• Di dalam buku terdapat
banyak bagan ,memudahkan
kita paham tentang isi buku
tersebut
25
• Di dalam buku menuliskan
walaupun hanya sedikit
Bahasa inggris
• Di dalam buku memiki
cover gambar buku yang bagus
dan menarik minat untuk
membaca
buku tersebut.
• Dalam buku memiliki tata
Bahasa yang baik dan sangat
terstrukturpenulisannya
• Di dalam buku terdapat
banyak bagan ,memudahkan
kita paham tentang isi buku
tersebut
26
• Di dalam buku menuliskan
walaupun hanya sedikit
Bahasa inggris
• Di dalam buku memiki
cover gambar buku yang bagus
dan menarik minat untuk
membaca
buku tersebut.
• Dalam buku memiliki tata
Bahasa yang baik dan sangat
terstrukturpenulisannya
• Di dalam buku terdapat
banyak bagan ,memudahkan
kita paham tentang isi buku
tersebut
27
• Di dalam buku menuliskan
walaupun hanya sedikit
Bahasa inggris
• Di dalam buku memiki
cover gambar buku yang bagus
dan menarik minat untuk
membaca
buku tersebut.
Dalam buku memiliki tata
Bahasa yang baik dan sangat
terstrukturpenulisannya
• Di dalam buku terdapat
banyak bagan ,memudahkan
kita paham tentang isi buku
tersebut
28
• Di dalam buku menuliskan
walaupun hanya sedikit
Bahasa inggris
• Di dalam buku memiki
cover gambar buku yang bagus
dan menarik minat untuk
membaca
buku tersebut
29