Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REVIEW PERSPEKTIF GLOBAL

DOSEN PENGAMPU:

Sujarwo, S.Pd., M.Pd.

OLEH :

HIKMAH KHAIRANI HASIBUAN


1213311039

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas lindungan dan
berkat Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Journal Review pada mata kuliah
“PERSPEKTIF GLOBAL”. Dengan adanya tugas critical journal report ini saya lebih
memahami akan mereview dan membandingkan beberapa jurnal yang berkaitan dengan mata
kuliah ini dengan baik. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sujarwo S.Pd., M.Pd ,
selaku dosen pengampu mata kuliah “PERSPEKTIF GLOBAL” yang telah memberikan
tugas ini untuk penambahan ilmu pengetahuan saya dalam penyelesaian laporan.

Harapan penulis semoga critical book review ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi critical book review ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman menulis, penulis yakinmasih banyak kekurangan dalam critical
ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan critical journal review ini.

Medan, Mei 2023

Hikmah Khairani Hasibuan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR........................................................................................ 4

C. Manfaat CJR ................................................................................................................... 4

D. Identitas Jurnal yang di Review..................................................................................... 4

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL ...................................................................................... 6

A. Jurnal Utama ................................................................................................................... 6

B. Jurnal pembanding.......................................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 10

A. Pembahasan Isi Jurnal.................................................................................................. 10

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


CJR atau Critical Journal Review adalah salah satu tugas yang diberikan kepada
mahasiswa, CJR dibuat dengan adanya maksud yaitu: bahwa jika pembaca ataupun penulis
ingin memahami dan membedah sebuah jurnal mengenai suatu bahan ajar itu menggunakan
waktu yang cukup lama. Tetapi dengan adanya CJR ini mahasiswa jadi mendapat banyak
pengetahuan mengenai membandingkan dan mereview suatu jurnal maupun beberapa jurnal
dengan baik dan benar.
B. Tujuan penulisan CJR

Tujuan dari penulisan CJR ini yaitu karena sebagai salah satu pemenuhan dari tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu, sebagaimana CJR ini dibuat untuk menambah
pemahaman isi artikel jurnal dengan cara mereview point – point yang terpenting saja, dan
meningkatkan kesadaran para pembaca mengenai materi yang bersangkutan serta
menguatkan pemahaman akan isi dari artikel jurnal tersebut dan juga untuk membudayakan
kebiasaan membaca artikel, jurnal maupun buku.

C. Manfaat CJR
CJR ini bermanfaat bagi pembaca, karena CJR ini membantu kita untuk memahami
suatu artikel jurnal dengan cara yang mudah, mengetahui isi sebuah artikel jurnal dengan
lebih mendalam, dan juga dapat sebagai perbandingan artikel lain yang relevan terhadap satu
mata kuliah.

D. Identitas Jurnal yang di Review


Jurnal Utama

1. Judul Jurnal : PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA


MATA KULIAH PERSPEKTIF GLOBAL

2. Pengarang : Dyah Kumalasari

3. Penerbit : Universitas Negeri Yogyakarta

4. Kota terbit : Yogyakarta

5. Tahun terbit : 2017

Jurnal Pembanding

1. Judul Jurnal : PENGEMBANGAN PERKULIAHAN PERSPEKTIF GLOBAL


DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

2. Pengarang : Anton Haryono dan Y.B. Adimassana

4
3. Penerbit : FFKIP, Universitas Sanata Dharma

4. Tahun terbit : 2013

5. Kota terbit : Yogyakarta

5
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Jurnal Utama
Beberapa waktu belakangan ini, pengembangan pendidikan karakter yang berisi
nilainilai moral dan keagamaan semakin disadari sebagai kebutuhan mendesak mengingat
kecerdasan kognitif saja tidak menjamin keberhasilan seseorang. Membangun keseimbangan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara berkesinambungan merupakan nilai
pendidikan yang paling tinggi. Dalam pandangan Zamroni (2002: 81-82) pendidikan
merupakan proses yang berkaitan dengan upaya untuk mengembangkan pada diri seseorang
tiga aspek dalam kehidupannya yakni pandangan hidup, sikap hidup dan ketrampilan hidup.

Pendidikan merupakan pembudayaan atau “enculturation” yaitu suatu proses untuk


mentasbihkan seseorang agar mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Selanjutnya
Zamroni (2002: 88) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan proses yang berlangsung
dalam budaya tertentu. Pendidikan karakter seharusnya terintegrasi dalam setiap mata kuliah
yang diberikan terhadap mahasiswa. Namun demikian perlu dikaji lebih lanjut tentang konsep
penanaman nilai yang akan disampaikan pada setiap mata kuliah. Pendidikan karakter yang
diintegrasikan pada setiap mata kuliah sebiknya berbasis pada kearifan lokal, agar dapat
terserap sempurna pada diri setiap mahasiswa karena sesuai dengan kultur dan karakteristik
masyarakat Indonesia pada umumnya.

Mata kuliah Perspektif Global merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi
mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FIS UNY. Melalui mata kuliah ini mahasiswa
diperkenalkan dengan wacana seputar globalisasi dan dampaknya dalam kehidupan
masyarakat. Mata kuliah ini bertujuan agar mahasiswa mampu memandang dan berfikir dari
sudut kepentingan dan perspektif global terhadap suatu masalah, kejadian, atau kegiatan di
sekitarnya. Berdasarkan pemahaman dan wawasan global tersebut, harapannya mahasiswa
dapat berpikir global dan mampu bertindak secara lokal (think globally, act locally) ketika
menghadapi suatu permasalahan. Hal ini penting mengingat globalisasi memang tidak dapat
dihindari, kultur global pasti akan kita hadapi, maka satu-satunya upaya yang dapat kita
lakukan adalah dengan membekali generasi muda kita dengan nilai-nilai karakter yang
berbasis pada kearifan lokal.

Kearifan lokal yang terkandung dalam kebudayaan menurut Ki Hadjar Dewantara


(1964) berarti buah budi marusia, hasil perjuangan marusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup marusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Lebih lanjut Ki
Hadjar Dewantara (1964) menyatakan, bahwa kebudayaan, yang berarti buah budi marusia,
adalah hasil perjuangan marusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni alam dan zaman.
Dalam posisi Indonesia yang majemuk, “kesatuan dalam keragaman” adalah sebuah
keharusan dan tidak perlu diperdebatkan.
6
Pendidikan tidak dapat lepas dari kebudayaan dan kearifan lokal yang ada pada
masyarakat tersebut, dan hanya dapat terlaksana dalam suatu masyarakat. Apabila
kebudayaan mempunyai tiga unsur penting yaitu kebudayaan sebagai suatu tata kehidupan,
kebudayaan sebagai proses dan kebudayaan yang mempunyai suatu visi tertentu, maka
pendidikan dalam rumusan tersebut adalah sebenarnya proses pembudayaan. Tidak ada suatu
proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat dan sebaliknya tidak ada suatu
kebudayaan dalam pengertian suatu proses tanpa pendidikan, dan proses kebudayaan dan
pendidikan hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar marusia di dalam suatu masyarakat
tertentu (HAR. Tilaar, 2002: 7).

Pentingnya internalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal didasari karena budaya
dan kearifan lokal adalah dasar terbentuknya kepribadian marusia. Dari budaya dan kearif an
lokal tersebut dapat terbentuk identitas seseorang, identitas suatu masyarakat dan identitas
suatu bangsa. Dengan budaya dan kearifan lokal itu pulalah seseorang akan memasuki
budaya global dalam dunia terbuka dewasa ini. Pendidikan adalah suatu proses menaburkan
benihbenih budaya dan peradaban marusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi
yang berkembang dan dikembangkan di dalam suatu masyarakat (HAR. Tilaar, 2002:9).
Inilah pendidikan sebagai suatu proses pembudayaan. Kebudayaan bukanlah suatu yang statis
tapi suatu proses. Artinya kebudayaan selalu berada di dalam proses transformasi. Budaya
yang tidak mengalami transformasi melalui proses pendidikan adalah budaya yang mati yang
berarti pula suatu masyarakat yang mati.

(Dick Hartoko, 1985:37) menyatakan ada beberapa catatan untuk menetapkan


wawasan budaya dan kearifan lokal dari pembangunan pendidikan kita, diantaranya :

1) budaya adalah dari dan untuk marusia;

2) dengan kearifan lokal marusia membangun masyarakat dan lingkungan dan


lingkungan;

3) dengan kearifan lokal marusia membangun pendidikan;

4) pendidikan melalui budaya terjadi kontekstual;

5) pendidikan melalui budaya terjadi melalui proses;

6) membangun marusia melalui kearifan lokal harus melibatkan fisik, akal, dan hati;

7) membangun marusia melalui kearifan lokal, maka nilai-nilai budaya itu harus
menyatu dengan dirinya menjadi nuansa batinnya, menjadi sikap dan perilakunya
serta menjadi dasar cara berpikirnya;

8) pembangunan melalui kearifan lokal berarti berkelanjutan yang bersifat konvergen


Kearifan lokal menempati posisi penting dalam penanaman pendidikan karakter
berbasis budaya, karena bangsabangsa Timur beranggapan bahwa nilai ekonomi,

7
politik, sosial, pengetahuan, susila, dan sebagainya tidak bisa dilepaskan dari agama
dan kearifan lokal yang ada dalam masyarakat. Perspektif Global.

Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam
kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak
memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Marusia merupakan bagian
dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.
Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah
wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas
subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit,
dan sebagainya.

Mata kuliah Perspektif Global dengan standar kompetensi mahasiswa mampu


memandang dan berfikir dari sudut kepentingan dan perspektif global terhadap suatu masalah,
kejadian, atau kegiatan di sekitarnya, banyak menyajikan masalah-masalah yang terkait
dengan isu-isu global. Aktualisasi nilai pendidikan karakter yang dilakukan dalam mata
kuliah perspektif global dalam penelitian ini khususnya adalah melalui kajian nilai berdasar
etika Jawa yang biasa berlaku dalam masyarakat Yogyakarta. Terdapat dua prinsip utama
dalam kearifan lokal Yogyakarta yang berbasis pada etika Jawa yaitu prinsip kerukunan dan
prinsip hormat. Keadaan rukun terdapat dimana semua pihak berada dalam keadaan damai
satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan sepakat.
Selain prinsip kerukunan, yang memainkan peranan besar dalam mengatur pola interaksi
dalam masyarakat Jawa ialah prinsip hormat. Prinsip itu mengatakan bahwa setiap orang
dalam cara bicara dan membawa diri selalu harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang
lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.

B. Jurnal pembanding
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang
sedemikian pesat, tata pergaulan dunia di satu sisi semakin terbuka dan di sisi lain semakin
penuh persaingan. Semakin banyak orang “terdesak” oleh fenomena kehidupan yang
merangsang tumbuhnya kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari umat manusia di
bumi yang tunggal. Muchtar Lubis (1970) pernah mengatakan bahwa kita semua (penduduk
bumi) bersama-sama menuju pada satu budaya, yakni “budaya dunia” atau “budaya global”.
Ini semua membawa implikasi bagi dunia pendidikan, bahwa semua manusia perlu saling
belajar dan tidak membiarkan diri berfikir sempit dan terkotak-kotak (Iffah: 2011).
Bagaimanapun, kesadaran baru tentang segala konsekuensi dan dampak globalisasi tidak
dapat tumbuh tanpa proses belajar yang konstruktif. Pendidikan sekolah merupakan tempat
paling tepat untuk menumbuhkan perspektif global pada anak-anak sejak usia dini, yang
menurut Iffah (2011) harus dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan bagi peserta
didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara alamiah dan kreatif dalam suasana
penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.

Persoalan-persoalan aktual yang muncul di lingkungan sekitar dan berpotensi besar


mengancam kelangsungan hidup manusia rupa-rupanya merupakan bahan diskusi yang
8
menarik bagi mahasiswa. Apalagi persoalan-persoalan sosial kemanusiaan itu bersifat
multidimensional dan menunjukkan kompleksitas hubungan antar komunitas lintas batas
teritori negara. Dalam hubungan antar bangsa, di satu sisi terdapat kesalingtergantungan,
tetapi di sisi lain terjadi benturan kepentingan. Dalam konteks ini mahasiswa dihadapkan
pada kesenjangan, atau bahkan sifat bertolak belakang, antara yang diidealkan dengan realitas
sosial yang mengitari, sehingga merangsang mereka untuk mendiskusikannya. Rangsangan
ini diperkuat oleh diberikannya kesempatan kepada mahasiswa untuk memikirkan solusinya,
serta tersiapkannya bahan diskusi secara serius. Power Point yang komunikatif,
gambargambar ilustrasi yang menarik, serta video-video ringkas yang menyentuh dan
inspiratif terbukti mampu merangsang mahasiswa untuk terlibat aktif dalam diskusi kelas.
Melalui sarana-sarana itu, jalannya diskusi tidak hanya penuh gairah, tetapi juga terarah,
merangkaikan tiga kegiatan belajar sekaligus, yakni identifikasi masalah, analisis masalah,
dan penemuan solusi masalah.

Mahasiswa yang dalam metode pembelajaran konvensional cenderung “duduk manis”,


kini melalui Problem Based Learning menjadi suka bertanya, bahkan giat berdebat. Terkesan
diantara mereka tumbuh kesadaran bahwa persoalan-persoalan yang dibahas merupakan
tanggungjawab mereka untuk dipecahkan secara bersama-sama demi kehidupan umat
manusia yang lebih beradab.

Persoalan-persoalan aktual kemanusiaan global tidak hanya menarik untuk dipelajari


dan didiskusikan, tetapi pembelajaran dan diskusi-diskusi intensif mengenainya memberi
kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk memahami setiap persoalan dengan lebih baik.
Hal seperti ini juga tampak pada selisih skor yang cukup menyolok antara pre test dan post
test mengenai persoalan-persoalan krusial sebagai akibat dari mengglobalnya kapitalisme dan
liberalisme. Sebelum diskusi-diskusi intensif, jawaban-jawaban pre test cenderung bersifat
menyebutkan (dan dengan jumlah sebutan terbatas). Sementara itu, jawaban-jawaban post
test (pasca diskusi-diskusi intensif) cenderung bersifat menjelaskan atas setiap persoalan yang
teridentifikasi. Jumlah persoalan yang teridentifikasi pun lebih banyak. Pada skala 1 – 10,
skor bisa meningkat dari 5 menjadi 7, atau dari 6 menjadi 8. Peningkatan skor yang
signifikan juga terlihat pada hasil post test (dibandingkan hasil pre test) mengenai analisis
SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman): “Indonesia dalam Proses Globalisasi”.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Jurnal


Pada jurnal utama, menyatakan bahwa Mata kuliah Perspektif Global dengan standar
kompetensi mahasiswa mampu memandang dan berfikir dari sudut kepentingan dan
perspektif global terhadap suatu masalah, kejadian, atau kegiatan di sekitarnya, banyak
menyajikan masalah-masalah yang terkait dengan isu-isu global. Aktualisasi nilai pendidikan
karakter yang dilakukan dalam mata kuliah perspektif global dalam penelitian ini khususnya
adalah melalui kajian nilai berdasar etika Jawa yang biasa berlaku dalam masyarakat
Yogyakarta.

Terdapat dua prinsip utama dalam kearifan lokal Yogyakarta yang berbasis pada etika
Jawa yaitu prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Keadaan rukun terdapat dimana semua
pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima,
dalam suasana tenang dan sepakat. Selain prinsip kerukunan, yang memainkan peranan besar
dalam mengatur pola interaksi dalam masyarakat Jawa ialah prinsip hormat. Prinsip itu
mengatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan membawa diri selalu harus
menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.

Pada jurnal pembanding, menyatakan Seperti telah dikemukakan di depan, globalisasi


sarat manfaat sekaligus sarat masalah. Globalisasi mendatangkan implikasi besar pada
perkembangan aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi (Najib Yusuf: 2011). Seiring
dengan perkembangan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang sedemikian
pesat, tata pergaulan dunia di satu sisi semakin terbuka dan di sisi lain semakin penuh
persaingan. Semakin banyak orang “terdesak” oleh fenomena kehidupan yang merangsang
tumbuhnya kesadaran bahwa mereka merupakan bagian dari umat manusia di bumi yang
tunggal. Muchtar Lubis (1970) pernah mengatakan bahwa kita semua (penduduk bumi)
bersama-sama menuju pada satu budaya, yakni “budaya dunia” atau “budaya global”. Ini
semua membawa implikasi bagi dunia pendidikan, bahwa semua manusia perlu saling belajar
dan tidak membiarkan diri berfikir sempit dan terkotak-kotak (Iffah: 2011). Bagaimanapun,
kesadaran baru tentang segala konsekuensi dan dampak globalisasi tidak dapat tumbuh tanpa
proses belajar yang konstruktif. Pendidikan sekolah merupakan tempat paling tepat untuk
menumbuhkan perspektif global pada anak-anak sejak usia dini, yang menurut Iffah (2011)
harus dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan bagi peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alamiah dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.

Perkuliahan Perspektif Global dengan penerapan model Problem Based Learning


dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar mahasiswa PGSD Universitas Sanata
Dharma Semester IV Kelas E Tahun Akademik 2011/2012 dalam mengenali, menganalisis,
dan menemukan solusi atas persoalanpersoalan global yang dihadapi umat manusia, serta
dalam membuat model pembelajaran berperspektif global atau poster abstraksi persoalan-
10
persoalan aktual dampak globalisasi yang relevan bagi siswa SD.
B. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
a. Kelebihan Jurnal
Jurnal Utama

Ruang lingkup cakupan materi yang dibahas sudah relevan dan actual. Dari aspek tata
Bahasa menggunakan Bahasa yang lugas dan mudah di mengerti, Pembahasan didalam
materi yang dibahas dalam jurnal tersebut didasari dengan pendapat para ahli sehingga materi
tersebut tidak asal didapat tetapi merupakan materi yang akurat.
Jurnal Pembanding

Dari aspek penulisan, jurnal ini sudah dikategorikan jurnal yang bagus penulisannya,
dari aspek tata Bahasa juga sudah baik selain itu cakupan materi yang dibahas sangatlah luas
yang disertakan pendapat beberapa ahli dan juga dilengkapi dengan data yang akurat yang
dapat membantu pembaca lebih gampang dalam memahami isi dari jurnal ini.

b. Kekurangan Isi Jurnal

Pada kedua jurnal terdapat beberapa kesalahan dalam menuliskan beberapa kata
(salah ketik) sehingga dapat membuat para pembaca salah perspektif.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam
kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak
memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Marusia merupakan bagian
dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia.
Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah
wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas
subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit,
dan sebagainya.

Globalisasi pada hakikatnya merupakan sebuah proses yang ditimbulkan oleh dari
kegiatan atau prakarsa yang dampaknya bekelanjutan melampaui batas-batas kebangsaan
(nation-hood) dan kenegaraan (state-hood). Globalisasi sebagai sebuah proses yang
menggejala sebagai peristiwa yang melanda dunia secara lintas-budaya (transcultural). Dalam
gerak lintas-budaya ini terjadi berbagai pertemuan antarbudaya (cultural encounters) yang
sekaligus mewujudkan proses saling pengaruh antar-budaya, yang kemungkinan besar satu
fihak lebih besar pengaruhnya dibandingkan fihak lainnya. Kondisi tersebut tentu saja perlu
diwaspadai oleh seluruh warga bangsa jika masih menginginkan ciri khas bangsanya tetap
ada.

Mata kuliah Perspektif Global dengan standar kompetensi mahasiswa mampu


memandang dan berfikir dari sudut kepentingan dan perspektif global terhadap suatu masalah,
kejadian, atau kegiatan di sekitarnya, banyak menyajikan masalah-masalah yang terkait
dengan isu-isu global. Aktualisasi nilai pendidikan karakter yang dilakukan dalam mata
kuliah perspektif global dalam penelitian ini khususnya adalah melalui kajian nilai berdasar
etika Jawa yang biasa berlaku dalam masyarakat Yogyakarta. Terdapat dua prinsip utama
dalam kearifan lokal Yogyakarta yang berbasis pada etika Jawa yaitu prinsip kerukunan dan
prinsip hormat. Keadaan rukun terdapat dimana semua pihak berada dalam keadaan damai
satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana tenang dan sepakat.
Selain prinsip kerukunan, yang memainkan peranan besar dalam mengatur pola interaksi
dalam masyarakat Jawa ialah prinsip hormat. Prinsip itu mengatakan bahwa setiap orang
dalam cara bicara dan membawa diri selalu harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang
lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.
B. Saran

Setelah membaca dan memahami pembahasan yang terdapat dalam jurnal ini, saya
dapat menyarankan pada jurnal kedua (pembanding) masih perlu menambah pembahasan
lebih banyak dan dalam lagi agar para pembaca dapat memperoleh lebih banyak inforrmasi
dari jurnal ini. Saya juga menyarankan jurnal ini kepada para pembaca yang hendak mencari
referensi tentang perspektif global.
12
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Dyah. 2017. “PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL


PADA MATA KULIAH PERSPEKTIF GLOBAL”. Yogyakarta : UNY

Haryono, Anton & Y.B. Adimassa. 2013. “PENGEMBANGAN PERKULIAHAN


PERSPEKTIF GLOBAL DENGAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING”.Yogyakarta : FFKIP, Universitas Sanata Dharma

13

Anda mungkin juga menyukai