Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPORT

“ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


KEBUDAYAAN”

Memenuhi tugas saya pada


Mata kuliah : Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu : Ammar Zhafran Ryanto, M.Pd.

DISUSUN OLEH :
Nama :Marselina Br Barus

Nim : 6213510006

Kelas : IKOR C – 21

PRODI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada saya untuk menyelesaikan tugas Critical Book Report (CBR) ini. Atas rahmatnya saya
dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Pak Ammar Zhafran Ryanto, M.Pd pada mata
kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Saya menyadari bahwa CBR yang saya buat masih memiliki
banyak kekurangan, baik dari materi ataupun teknik pengkajiannya. Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat dibutuhkan oleh penulis. Selain itu, saya juga berharap agar tugas
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak Ammar Zhafran Ryanto,
M.Pd selaku dosen pengampu saya. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan penugasan ini.

Namo Puli , 05 November 2023

Marselina Br Barus

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................ii

BAB I............................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Cbr .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat ................................................................................................................................. 1

BAB II ............................................................................................................................................. 2

RINGKASAN BUKU .................................................................................................................... 2

2.1 Identitas Buku ....................................................................................................................... 2

2.2 Ringkasan buku 1 ................................................................................................................. 2

2.3 Ringkasan Buku 2 .............................................................................................................. 13

BAB III .......................................................................................................................................... 17

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU .......................................................................... 17

3.1 Buku 1 ................................................................................................................................. 17

3.2. Buku 2 ................................................................................................................................ 17

BAB IV.......................................................................................................................................... 18

PENUTUP ..................................................................................................................................... 18

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 18

4.2 Saran.................................................................................................................................... 18

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Dalam mengerjakan Crtical Book Review ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi
sebuah buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti akan
kelemahan, keunggulan, cover, tulisan,huruf bahkan tanda baca yang digunakan.

Sehubungan dengan diterapkan kurikulum KKNI pada Universitas Negeri Medan, para
mahasiswa/I dituntun untuk lebih kreatif dalam mengembagkan ide dan kreativitasnya. Dalam
Critical Book Report ini mahasiswa dituntut untuk mengkaji dan mengkritis sebuah buku,
dimulai dari membaca lalu meringkas menjadi kesatuan yang utuh selanjutnya dibandingkan
dengan buku lainnya untuk dikritis termasuk didalamnya mengkritis kelemahan dan kelebihan
buku tersebut.

1.2 Tujuan
a. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Arti manusia budaya dan lingkungan
b. Melatih untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab
dari buku
c. Mengetahui perbedaan kedua buku

1.3 Manfaat
a. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
b. Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengkritisi Suatu Buku.
c. Menumbuhkan Pola Pikir Kreatif Dalam Membandingkan Buku Yang Satu Dengan
Yang lain.

1
BAB II
RINGKASAN BUKU

2.1 Identitas Buku


Buku 1

Judul buku : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Pengarang : Tim Dosen ISBD Unimed

Penerbit : Unimed Press

Tahun terbit : 2015 (Edisi Revisi)

Kota Terbit : Medan

Halaman : 162 halaman

ISBN : 978-602-7938-03-8

Buku 2

Judul buku : Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar

Penulis : Elly M. Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi

Pengarang Penerbit : Kencana

Tahun terbit : 2017


Halaman : 226

2.2 Ringkasan buku 1


“Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar”

Bab II. Manusia dan Kebudayaan

A. Manusia

Manusia adalah mahluk hidup yang berbudaya yang terus meningkatkan cara untuk
memenuhi tuntutan kehidupannya. Manusia lebih unggul dari mahluk-mahluk lainnya
karena memiliki akal budi. Dengan akal dan budinya manusia menciptakan kebudayaan.

2
B. kebudayaan

Saifuddin (2005) mendefenisikan kebudayaan sebagai pola-pola perilaku dan keyakinan


(dimediasi oleh symbol) yang dipelajari, rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan secara
dinamik adaptif serta yang tergantung pada integrasi social manusia demi eksistensi mereka.
Ditinjau dari asal katanya, kata “budaya” berasal dari bahasa Sanskerta budhyah, yaitu bentuk
jamak dari kata budhi yang berarti budi dan akal.

Peradaban dunia sepanjang masa dikelompokkan dalam beberapa gugus peradaban, yaitu:
 Gugus Mediterania
 Gugus Timur Tengah
 Gugus India Hindu dan Budha
 Gugus Asia Timur
 Gugus Asia Tenggara
 Gugus Asia Tengah
 Gugus Meso-Amerika

1. Identitas Budaya

Peradaban juga dapat menggambarkan identitas budaya dari suatu masyarakat yang
kompleks. Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak beradab,
memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan seni, yang membuatnya unik.
Dalam hal seperti ini, peradaban lebih rumit dari budaya.

Suatu peradaban “manusia” akan menjadi ekspresi dan perluasan dua pilar “peradaban”

paling dasar yaitu bobot kejujuran yang di standarisiasi dan ukuran-ukuran moral konstitusi
kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah teknologi, ilmu pengetahuan, seni, music, dll,
adalah dengan definisi ini dianggap sebagai komentar

3
2. Peradaban dan Teori Sistem

Dengan menggunakan teori system, kelompok teoritisi lain melihat peradaban sebagai suatu
system yang kompleks, yaitu sebuahkerangka dimana sebuah kelompok objek yang dapat
dianalisis bekerjasama untuk menghasilkan beberapa hasil. Peradaban dapat dilihat sebagai
jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan, dan didefenisikan oleh ekonomi,
politik, militer, diplomatic, dan budaya interaksi diantara mereka. Setiap organisasi adalah
suatusistem social kompleks, dan peradaban adalah sebagai organisasi besar.

3. Masa Depan Peradaban

Beberapa ilmuwan lingkungan melihat dunia memasuki fase peradaban Planetary , yang
dicirikan oleh pergeseran bebas dari terputunya Negara-bangsa dalam meningkatkan
konektivitas dunia global dengan lembaga-lembaga di seluruh dunia, tantangan lingkungan,
system ekonomi dan kesadaran.

Skala Kardashev mengklasifikasikan perdaban berdasarkan tingkat kemajuan teknologi,


terutama diukur oleh jumlah energy yang mampu dimanfaatkan dan membuat ketentuan bagi
peradaban yang jauh lebih berteknologi lebih maju daripada yang diketahui saat ini.

4. Runtuhnya Peradaban

Peradaban tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu ke waktu. Dalam
sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti dengan peradaban baru
yang dimulai lagi dari awal, khususnya peradaban yang bersifat material. Banyak pendapat
yang telah diajukan tentang keruntuhan peradaban.

5. Peradaban dan Kritikan

Dengan berbagai alas an, peradaban telah dikritik dari berbagai sudut pandang. Beberapa
kritikus berkeberatan dengan semua aspek peradaban. Kritikus lainnya berpendapat bahwa
peradaban membawa campuran yang baik dan efek buruk.

4
Derrick Jensen (2006) mengkritik peradaban yang mengeksploitasi lingkungan. Heinberg
(2007) menyorotinya dari sisi pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan cenderung
menghancurkan peraturan peradaban dan habitat alami, serta menguras sumber daya dimana
di bergantung.

6. Modernisasi

Modernisasi sering dilawankan dengan tradisi. Menjadi moden adalah merubah tradisi dan
meninggalkan masa lampau, berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan berusaha
mencari kesadaran baru dengan bentuk-bentuk ekspresif.

BAB IV. Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Masyarakat

1. Manusia sebagai Individu dan mahluk sosial

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan. Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan
selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

1. Pengertian Masyarakat

Istilah “masyarakat” berhubungan dengan banyak factor. Mac Iver memahami masyarakat
sebagai suatu system dari kebiasaan dan tata cara, dari sisi wewenang, dari sisi kerjasama antara
berbagai kelompok dan penggolongan, dan dari pengawasan tingkah lak serta kebebasan-
kebebasan manusia.

a.Masyarakat Indonesia

Masyarakat Indonesia tidak hanya digolongkan berdasarkan kesatuan-kesatuan social suku


bangsa, tetapi juga dalam kesatuan-kestuan social kota dan desa. Penggolongan ini disebabkan
adanya perbedaan struktur antara ke duanya. Apabila dibandingkan, struktur

5
daerah perkotaan jauh berbeda dengan struktur daerah pedesaan, terutama pada persoalan
pemusatan dengan pesebaran kegiatan social, politik dan ekonominya

b.Urbanisasi dan Urbanisme

Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula
dikatakan urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Urbanisme adalah
cara karakteristik interaksi penduduk kota-kota (daerah perkotaan) dengan lingkungan binaan
atau – dengan kata lain – karakter kehidupan perkotaan, organisasi, masalah, dll, serta studi
tentang karakter yang (cara ), atau kebutuhan fisik masyarakat perkotaan, atau perencanaan
kota. Urbanism juga pergerakan penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi) atau
konsentrasinya di dalamnya (tingkat urbanisasi).

c.Interaksi Sosial

Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah
proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan
tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas
dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang
bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling
berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-
bentuk dari interaksi sosial.

d.Proses Sosial

Proses social terdiri dari seretan kegiatan yang saling menyambung dan berakhir pada suatu
ujung yang merupakan haril dari “proses) itu. Selanjutnya proses social mengikuti pola tingkah
laku tersendiri. Orang yang terlibat dalam proses social (misalnya bersaing) tidak mengikuti
pola sopan santun yang menuntut kedudukan dan peranan.

Bab V. Nilai, Moral dan Hukum

A. Nilai

6
Menurut Katsoff (1992), hakekat tentang nilai umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan khususnya filsafat tentang nilai (Aksiologi). Nilai yang diamksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

B. Filsafat Niliai

Dalam kajian filsafat, persoalan nilai masuk dalam ranah filsafat nilai (aksiologi). Kata
aksiologi berasal dari kata Yunani axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai.
Aksiologi menyelidiki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan
(Kattsoff:1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Secara garis besar, objek utama telaah
aksiologi adalah masalah etika dan estetika.

C. Etika

Etika adalah filsafat moral. Cabang filsafat khusus yang mengkaji tentang masalah baik atau
buruknya tindakan seseorang. Penilaian baik atau buruknya sesuatu tergantung kepada anutan
paham yang dianut si penilai. Seorang yang berfaham hedonis, akan melakukan penilaian
berdasarkan standar kenikmatan jasmaniah. Pihak lain yang berfaham eudaemonis
menekankan kepda kebahagiaan batiniah. Kaum utilitarianisme menekankan kepada kegunaan
praktisnya, penganut paham teleologisme menilai sesuatu berdasarkan tujuannya, dan
penganut deontologisme menekankan kepada kewajiban.

D. Jenis-jenis Nilai

Bahm ; (1984:51) menjelaskan 5 jenis nilai yaitu : Baik dan buruk (good and bad), tujuan dan
sarana (end and means), nilai subjektif dan objektif, nilai tersembunyi dan nyata (apparent and
real values), nilai actual dan potensial (actual and potential values), dan nilai murni serta tidak
murni (pure and mixed values).

a. Nilai – Nilai Pribadi

Nilai – nilai pribadi berasal dari orang – orang atau sistem pada kelompok – kelompok tertentu
seperi kelompok budaya, agama, partai politik dan asosiasi. Nilai – nilai pribadi ini tidak
universal. Hanya ditentukan oleh keluarga, bangsa, sejarah generasi lingkungan yang
mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan. Setiap individu memiliki konsep nilai yang

7
unik, yaitu pengetahuan pribadi akan nilai – nilai yang sesuai gen, perasaan dan pengalaman
mereka sendiri. Essential life skill, 29 Juli 2014, mengemukakan 4 kategori dari sistem nilai
pribadi yaitu :

- Nilai pribadi dengan sifat – sifat yang dapat dilihat bahwa seseorang layak bercita – cita
untuk memperoleh sesuatu dan hal tersebut menentukan karakternya.

- Nilai spititual

- Nilai keluarga

- Nilai karir

a. Nilai Budaya

Nilai – nilai ini dimiliki oleh anggota kelompok dalam suatu masyarakat tertentu,
mengidentifikasikan objek, kondisi atau karakteristik bahwa anggota masyarakat dianggap
penting dan berharga. Ada perbedaan klarifikasi antara nilai kognitif dan pendidikan moral.
Nilai kognitif “menolong orang memperjelas untuk apa hidup mereka dan apa yang layak
dikerjakannya. Budaya yang berbeda mencerminkan nilai – nilai yang berbeda.

b. Nilai – nilai Sosial

Essential life skils, 29 Juli 2014, selanjutnya menjelaskan bahwa, pada tradisi manapun ada
karakteristik nilai yang melampaui batas – batas sosial, ekonomi, dan agama. Beberapa
karakteristik niali tersebut adalah integritas, saling menghormati, loyalitas dan tanggung jawab.

c. Nilai Subjektif

Nilai Subjektif adalah konsekuensidari subjektivisme yang berpandangan bahwa nilai-nilai


terdapat pada subjek yang menilai dan bukan pada objek yang dinilai. Dengan demikian tidak
ada apapun yang layak disebut baik maupun jahat, kecuali apa yang dianggap baik atau
dianggap jahat oleh sipenganggap.

d. Nilai Objektif

Nilai objektif adalah nilai yang melekat pada objek walaupun tanpa kehadiran subjek. Ia tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Suatu perbuatan yang baik adalah tetap
baik walaupun tidak menguntungkan bagi orang yang menerima perbuatan tersebut.

8
e. Nilai Intrinsik

Adopsi filsuf dari istilah “intrinsik” untu perbedaan ini mencerminkan suara teori umum, sesuai
dengan apa pun yang non instrumental yang baik pasti baik berdasarkan atas sifat intrinsiknya.
Gagsan ini di dukung oleg argumen almi bahwa : sesuatu disebut baik

hanya jika berhubungan dengan sesuatu yang lain, dengan non instrumental yang baik dan yang
dinilai baik hanya karena diperlukan dalm rangka untuk memperoleh hubungan tersebut.

f. Nilai Ekstrinsi

Nilai ekstrinsik adalah nilai yang berada diluar sesuatu yang dinilai. Nilai – nilai ini umumnya
timbul dari suatu perjanjian.

4. Moral

Dalam KBBI, moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah
moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas – batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat,
dan perangai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak
patut.

5. Manusia dan Hukum

Sebagai individu manusia memiliki dorongan kehendak yang ingin dicapai dan berkeinginan
agar mereka bebas melaksanakan kehendaknya, tetapi sebagai anggota masyarakat kebebasan
tersebut harus dibatasi agar tidak merugikan pihak lain. Agar tidak saling merugikan atau
sebaliknya menghalangi kehendak seseorang, maka dibuat aturan- aturan hidup bersama
bermasyarakat. Aturan – aturan yang dibuat cenderung tidak dilaksanakan jika tidak
ada sanksi yang dibebankan kepada seseorang jika dia melanggar aturan tersebut. Sanksi
diupayakan setimpal dengan perbuatannya. Kesetimpalan sanksi dengan perbuatan
mencerminkan rasa keadilan. Aturan – aturan tingkah laku yang disepakati bersama sangat
terkait dengan apa yang disebut sebagai “hukum”.

Bab VI. Keragaman dan Kesetaraan

9
1. Kesetaraan

Dihubungkan denganpembicaraan tentangkemanusiaan, Kata “kesetaraan” mengandung arti


kesamaan hak, terutama yang menyangkut kriteria hak – hak asasi manusia. Kesetaraan sosial
memerlukan adanya konsep penegakan hukum kelas sosial atau warga pinggiran dan tidak
adanya diskriminasi yang termotivasi oleh bagian tak terpisahkan dari identitas seseorang.
Kesetaraan sosial mengacu pada ranah sosial, bukan ekonomi atau kesetaraan pendapat.

2. Konsep dan Isu Gender

Istilah gender diketengahkan oleh ilmuan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan
perempuan dan laki – laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang
merupakan bentukan budaya yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan,
dipelajari dan disosialisasikan. Perbedaan ini sangat penting karena selama ini kita sering sekali
mencampuradukkan ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak beru1bah dengan ciri –
ciri manusia yang bersifat non kodrati yang sebenarnya bisa berubah atau diubah. Dengan
mengenali perbedaan gender sebagai sesuatu yang tidak tetap, tidak permanen, memudahkan
kita untuk membangun gambaran tentang realita relasi perempuan dan laki – laki yang dinamis
yang tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.

3. Keseteraan dan keadlian Gender

Kesetaraan dan keadilan gender mengikhtiarkan kesamaan kedudukan perempuan dan laki –
laki di muka hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Hak – hak perempuan dijamin setara
dengan laki-laki tanpa mempersoalkan gendernya. Keadilan gender berarti terwujudnya relasi
gender yang adil antara perempuan dan laki – laki di masyarakat yang dicirikan oleh hapusnya
kekerasan (fisik, psikis, dan seksual), marginalisasi (peminggiran dan pemiskinan), beban
ganda, dan stereotipe.

4. Pengarus Utamaan Gender (PUG)

Pengarusutamaan gender ( PUG) (Gender Mainstreaming) tercantum dalam Beijing Platfrom


of Action, yaitu merupakan hasil dari konferensi keempat wanita sedunia yang diselenggarakan
di Beijing (1995). Istilah ini berarti : Gender Mainstreaming is a strategy for

10
integrating gender concerns in the analysis formulation and monitoring policies, programs and
projects.

5. Gender dalam kurikulum proses pendidikan

Yang dimaksud dengan proses pengelolaan pendidikan adsalah keseluruhan proses dan
mekanisme pendayagunaan sumber daya pendididkan untuk mengatur jalannya sistem
pendidikan nasional pada setiap bentuk kegiatan pengelolaan pendidikan dari mulai proses
pengambilan keputusan,perencanaan, pengelolaan sampai pelaksanaan
operasional pendidikan. Setiap keputusan diambil oleh pimpinan, sejak tingkatan strategis
sampai dengan tingkatan operasional, harus dijabarkan secara konsisten ke dalam langkah –
langkah operasional pengelolaan, sehingga pelaksanaan pendidikan benar – benar
mencerminkan tujuan kebijaksanaan.

Bab VII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

1. Pendahuluan.

Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni adalah hasil budi dan daya manusia untuk
memenuhikebutuhan hidupnya selalu bertambah. Jika pada masyarakat permulaan kebutuhan
hidupp terbatas pada pangan, sandang, dan papan, pada masyarakata modern jenis-jenis
kebutuhan semakin beragam. Jenis-jenis kebutuhan yang semula berpusat pada kebutuhan yang
bersifat materi, pada masyarakat masa kini kebutuhan telah menyangkut pada kebutuhan
spiritual,rohani,prestise,martabat social, aktualisasi diri bahkan kekuasaan.Untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin beragam tersebut, manusia membutuhkan cara-cara tertentu untuk
memerolehnya. Proses penciptaan cara-cara atau teknik penemuhan kebutuhan yang
menggunakan pengetahuan logis, menghasilkan teknologi. Dengan menggunakan teknologi
tersebut, manusia mencapai aneka kebutuhannya yang bersifat fisikal. Karena penemuhan
kebutuhan fisik saja tidak juga dirasa mencukupi, manusia menciptakan karya- karya seni baik
sebgai ekspresi aktualisasi diri maupun untuk memperindah sejumlah peralatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selalu berkembang.

2. Manusia, Sains, Teknologi dan seni.

Manusia dengan komponen fisik maupun psikis mampu memenuhi kebutuhan fisik maupun
psikisnya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan belum tentu mudah. Manusia harus
menyesuaikan diri dengan alam seperti yang tercermin dalam pandangan-pandangan hidup

11
tradisional. Dengan kearifan tradisionalnya manusia tidak mengeksploitasi alam tetapi
mengambil sesuatu dari alam sesuai dengan kebutuhannya saat tertentu. Ilmu dan teknologi
mempermudah kerja manusia. Dengan demikian ada waktu luang bagi manusia disamping
waktu yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan fisiknya. Selanjutnya, kebutuhan barupun
muncul yaitu kebutuhan spiritual. Maka mulailah muncul kehendak dan kegiatan memperindah
alat-alat yang digunakan. Pada tahap permulaan, kegiatan memperindah sesuatu ini masih
terbatas pada memperindah alat-alat yang digunakan pada kehidupan sehari-hari. Pada
perkembangan berikutnya, kegiatan memperindah benda-benda ini tidak dapat terbatas pada
memperindah alat-alat atauartefak teknologi yang digunakan saja, melainkan berkembang
kearah kegiatan aktualisasi diri dengan menghasilkan bentuk-bentuk benda indah, baik yang
berhubungan dengan nilai pakainya. Hasil kegiatan tersebut terwujud dalam karya yang
kemudian disebut seni. Bahkan dalam perkembangan berikutnya, karya seni tidak hanya
berfungsi ekspresif, tetapi juga menjadi sarana komunikasi gagasan dan citarasa seniman
kepada masyarakat pemerhati karyanya

Bab VIII. Manusia dan Lingkungan

1. Pendahuluan.

Masalah lingkungan adalah masalah semua manusia dewasa ini. pengelolaan lingkungan yang
tidak arif dapat menghantarkan umat manusia kedalam kehancuran. Penggundulan hutan yang
menyebabkan terjadinya banjir dimana-mana, (khususnya) di Indonesia, tidak hanya
menghancurkan harta benda hasil keringat dan darah manusia saja, tetapi membawa manusia
kea lam kematian yang tidak wajar.

2. Manusia dan Lingkungan

Manusia rangka memahami hakikat dan makna lingkungan bagi manusia, sebaiknya harus
mengerti dan paham terlebih dahulu secara konseptual apa yang dimaksud manusia dan
lingkungan. Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala
fungsi dan potensinya yang tunduk pada atiuran hokum alam, mengalami
kelahiran,pertumbuhan,perkembangan,mati dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam suatu hubungan timbal balik.sedangkan Lingkungan
adalah suatub media dimana mahluk hidup bertempat tinggsl, mencari penghidupan, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara timbal balik dengan keradaan mahluk
hidup lain yang menempatinya terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih

12
kompleks dan rill. Faktor dan elemenyang termasuk kedalam komponen abiotikitu antara lain:
Tanah,Udara, Air, Cahaya, Suhu atau temperature udara. Sedangkan komponen
abiotikdiantaranya adalah: Produsen, Konsumen, Pengurai(decomposer). yaitu menolong
orang lain pada peristiwa kematian dan bencana.

2.3 Ringkasan Buku 2


“Ilmu Sosial Budaya Dasar ”

A. Latar Belakang

Keinginan untuk memberikan ilmu pengetahuan seban yakbanyaknya kepada mahasiswa


merupakan dorongan yang logis bagi dosen tatkala memerankan dirinya sebagai pengajar dan
pendidik dia akan berusaha semaksimal mungkin agar setiap ilmu pengetahuan yang dimiliki
tersebut dapat tersampaikan kepada mahasiswa dalam waktu singkat. Oleh karena itu,
mahasiswa diharapkan menjadi pribadi anggota keluarga dan masyarakat yang baik sesuai
dengan nilai-nilai pandangan hidup bangsanya. Melalui pemikiran ini diharapkan mendorong
peran dosen tidak hanya menggunakan ceramah monolog atau komunikasi satu arah, melainkan
mampu menciptakan suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialog
kreatif.

2. Dasar Yuridis
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 40 ayat 1
butir e dikemukakan bahwa: "Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh kesempatan
menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan tugas." Dengan demikian, mahasiswa harus diajak untuk memahami berbagai gejala
yang terjadi dalam kehidupan manusia melalui perspektif masyarakat, kebudayaan, dan
lingkungan alam dengan pembahasan kritisanalitis, sehingga proses pembelajaran yang interaktif,
dialog kreatif, diskusi, dan demonstrasi lebih diharapkan ketimbang ekpose verbal, ceramah,
monolog, dan komunikasi satu arah.

1.2. Visi, Misi, Tujuan, Dan Bahan ISBD

visi ISBD sebagai berikut: "Mahasiswa selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
memiliki landasan pengetahuan, wawasan, serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka, dan arif
dalam menghadapi persoalan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat".

13
Misi ISBD sebagai berikut:
a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman, kesetaraan dan
1. sosial dan budaya. Organisasi bahan harus disusun menurut struktur disiplin ilmunya baik
penyusunan konsep maupun sintaksisnya.
2. Tujuannya menumbuhkan warga negara yang baik. Oleh karena itu, ISBD harus merupakan "a
uniied coordinated holistic study of men living in societes" (Hanna, 63).
3. Kompromi antara pendapat pertama dan kedua. ISBD dimaksudkan mempelajari bahan-bahan
yang sifatnya tabu, tertutup (closed areas) atau controversial issues yang timbul dalam bidang
ekonomi, politik, sejarah, hukum, moral, dan lain-lain.
a. dapat mempelajari masalah sosial dan budaya yang perlu dipecahkan,
b. iklim kelas mencerminkan kehidupan demokratis;
c. melatih berbeda pendapat; dan
d. bahan tabu dekat kegunaannya dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat.

1.3 Pentingnya Pendekatan Interdisipliner Dalam Isbd


Pentingnya pendekatan interdi sipliner ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat
masalah sosial dan budaya secara lebih luas dan komprehensif, sehingga mereka di kemudian
hari dapat berperan serta memecahkan masalah-masalah sosial. pendekatan monodisiplin.
Artinya menggunakan disiplin tertentu dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmuilmu budaya (seperti
sejarah, geograi, hukum, politik, sosiologi, antropologi, seni, sastra, dan psikologi sosial) secara
terpisah. Tetapi perlu menggunakan pendekatan multidisiplin secara integratif untuk
memecahkan masalah sosial dan budaya, karena hakikat masalahnya kompleks sehingga
memerlukan kajian dari berbag ai disiplin ilmu, baik secara interdisipliner yang menggunakan
berbagai disiplin ilmu secara terpadu dalam mengkaji suatu masalah maupun crossdisipliner
(penggunaan dua disiplin dari sudut pandang yang berbeda) atau transdisipliner (penggunaan
berbagai disiplin ilmu dari sudut pandang yang berbeda) untuk mengkaji suatu masalah.

Penggunaan pendekatan multidisiplin dalam proses pembelajaran ISBD bisa


menggunakan pendekatan struktural, yaitu beberapa disiplin ilmu sosial atau disiplin ilmu budaya
digunakan sebagai alat untuk mengkaji masalah.
1.4 Beberapa Alternatif Model Pembelajaran ISBD
1.5 Proses Pembelajaran Berbasis Portofoli

14
1. Pengertian
Istilah portofolio yang paling sering dikenal terdapat di lapangan pemerintahan, terutama ketika
menunjuk pada menteri yang tidak membawahi suatu departemen, biasanya menteri seperti itu
disebut menteri negara atau minister without portofolio, akan tetapi di dunia pendidikan istilah
itu sangat berbeda dan masih relatif baru. U. Syarifudin (2002: 31) mengatakan bahwa portofolio
adalah tampilan visual dan audio yang disusun secara sistematis melukiskan proses berpikir yang
didukung oleh seluruh data yang relevan, sehingga secara utuh melukiskan integrated leaming
experiences atau pengalaman belajar terpadu yang dialami oleh mahasiswa dalam kelas sebagai
suatu kesatuan.

2. langkah-langkah pembelajaran
Langkah pembelajaran berbasis portofolio (D. Budimansyah, 2002) meliputi kegiatan sebagai
berikut:
A. Mengidentifikasi Masalah
Dalam kegiatan ini mahasiswa diminta untuk menjawab hal-hal sebagai berikut:
(a) apakah masalah ini merupakan masalah penting bagi saudara atau masyarakat (mengapa)?;
(b) lembaga manakah yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah tersebut?;
(c) kebijakan apakah yang telah diambil oleh lembaga tersebut untuk mengatasi masalah
tersebut?;
(d) apakah keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut?;
(e) apakah kebijakan tersebut dapat diperbaiki?;
(f) adakah silang pendapat terhadap kebijakan tersebut di masyarakat;
(g) di manakah kalian akan mendapat informasi lebih banyak tentang masalah tersebut?;
(h) adakah masalah lain di masyarakat yang berguna untuk dikaji oleh kelompok lain?

B. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas


Setiap kelompok kecil yang telah menetapkan masalah masing-masing berdasarkan dukungan
informasi yang relatif memadai, maka mengajukan masalahnya pada kelompok kelas untuk
dipilih salah satu berdasarkan hasil keputusan kelas.
Langkah untuk mengumpulkan informasi bisa dilakukan dengan cara:
a) mengunjungi langsung sumber informasi (misalnya, ke perpustakaan, biro kliping, Biro
Pusat Statistik, dan lain-lain);
b) menghubungi sumber informasi melalui telepon (bisa dilakukan langsung untuk
mendapatkan data yang telah disiapkan dengan daftar wawancara atau hanya sekadar

15
membuat perjanjian untuk bertemu);
c) Membuat janji untuk mengadakan wawancara melalui kunjungan langsung, lewat
telepon atau permohonan melalui surat (kegiatan ini diperlukan untuk menetapkan waktu
wawancara untuk mendapatkan informasi dari individu atau kelompok, seperti untuk
wawancara dengan anggota legislatif, pejabat PEMDA, Kelompok LSM/ORMAS/
ORPOL atau tokoh masyarakat, atau permohonan melalui surat (kegiatan ini diperlukan
untuk menetapkan waktu wawancara untuk mendapatkan informasi dari individu atau
kelompok, seperti untuk wawancara dengan anggota legislatif, pejabat PEMDA,
Kelompok LSM/ORMAS/ORPOL atau tokoh masyarakat, dan lain-lain);
d) Memohon informasi melalui surat.
D. Mengembangkan Portofolio Kelas
Pada sesi ini, mahasiswa dikelompokkan kembali menjadi empat kelompok: Pertama
kelompok yang akan menjelaskan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab menjelaskan
mengapa masalah itu penting dibahas baik dari sudut individu kelompok maupun pemerintah
dengan argumentasi yang rasional didukung oleh data-data akurat yang telah dikumpulkan.

BAB II MANUSIA DAN KEBUDAYAAN


A. Pengertian Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata "budi" dan "daya" yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata
"budaya" sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, budhayah, yaitu bentuk jamak kata buddhi
yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture. Dalam
bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur. Dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.
Colera berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani).
Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
1) E.B. Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, ke- senian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan
yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh ma nusia sebagai anggota masyarakat.
2) R. Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Koentjaraningrat (1923-1999), kebud ayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
1) terakhir ini disebut pula kebudayaan isik. Di mana wujud budaya ini hampir seluruhnya
merupakan hasil isik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat).

16
C. Substansi (Isi) Utama Budaya

Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan
gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat
itu sendiri, baik dalam bentuk maupun berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.

1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial merupakan suatu akumulasi
dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami: alam sekitar; alam lora di daerah tempat
tinggal; alam fauna di daerah tempat tinggal; zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungnya , tubuh manusia : sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia dan ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut diatas manusia, maka melakukan 3 cara sebagai
berikut :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial
b) Melalui pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/ resmi (di sekolah) maupun
dari pendidikan nonformal (tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran, dan
ceramah.
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi
simbolis.

2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. C. Kluchohn (1905-1960)
mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima
dasar yang bersifat universal, sebagai berikut: a) Hakikat hidup manusia (MH); b) Hakikat karya
manusia (MK); c) Hakikat waktu manusia (MW); d) Hakikat alam manusia (MA); e) Hakikat
hubungan antarmanusia (MM).

3. Pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam
menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya.

17
4. KePercaYaan
Kepercayaan mengandung arti yang lebih luas daripada agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari
seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan
Persepsi terdiri atas:
a. Persepsi sensoris, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian di tempat

6. Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa Inggris berarti watak
khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran-kegemaran warga
masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing.

D.Sifat-Sifat Budaya
Sifat hakiki dari kebudayaan tersebut sebagai berikut:
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati
dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajibankewajiban, tindakan-tindakan yang
diterima dan ditolak.

3.5 Sistem Budaya


Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri
atas pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai adat
istiadat.

18
E. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai
macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan
lain. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun
materiel.

F. Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan


Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan
sebagai berikut: 1.Physical Environment, 2.Cultural Social Environment, 3.Environmental
Orientation and Representation, Environmental Behavior and Process, Out Carries Product.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan
lainnya vano akan meniadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnva

19
20
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

3.1 Buku 1
3.1.1. Kelebihan

Adapun kelebihan dari buku “Ilmu Sosial Budaya Dasar ” adalah buku tersebut menjelaskan
materinya dengan bagus dalam artian keterkaitan dari bab-bab yang terdapat pada buku ini
saling berkaitan yang membuat setiap bab dalam buku ini terpadu. Pada setiap bab juga
diberikan, standart kompetensi, kompetensi dasar, dan juga indikator, sehingga memudahkan
pembaca untuk mengetahui arah, tujuan, dan maksud yang akan disampaiukan oleh buku ini.
Penguunaan bahasanya yang mudah dipahami juga menjadi salah satu kelebihan buku ini,
karena akan memudahkan masyarakat awam untuk memaknai setiap kalimatnya.

3.1.2. Kekurangan

Adapun kekurangan yang saya jumpai dalam buku “Ilmu Sosial Budaya Dasar ” adalah kualitas
tinta percetakan yang kurang bagus dalam arti masih agak kabur-kabur yang dapat membuat
minat baca seseorang berkurang.

3.2. Buku 2
3.2.1. Kelebihan

Adapun kelebihan buku “Ilmu Sosial Budaya Dasa “ adalah pendalaman materi dan
kelengkapan buku sudah sangat baik, karena buku ini dilengkapi dengan pont point penting
dalam disertai dengan penjelasan sehingga buku tersebut dapat dikatakan baik dalam
penulisannya.

3.2.2 Kekurangan

Kekurangnya hanya terletak pada cover buku yang kurang menarik dan pencetakan buku yang
kurang jelas sehingga pembacanya mudah bosan.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kebudayaan dalam arti sempit ialah kesenian, dalam arti luas yaitu seluruh total
pemikiran, karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya dan dapat dicetuskan sesudah
manusia melalui proses belajar. Kebudayaan juga mempunyai wujud yaitu wujud kebudayaan
yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, di sentuh maupu di raba. Wujud ini terletak di dalam
kepala manusia sebagai pikiran. Lalu wujud ke dua yaitu tata kelakuan atau pedoman hidup
masyarakat. Dan wujud ke tiga yaitu kebudayaan fisik, wujud ini memerlukan keterangan yang
banyak karena wujud kebudayaan fisik adalah wujud yang paling konkret.

Budaya juga memiliki sistem nilai yang terdiri dari alam pikiran masyarakat itu sendiri.
Sistem budaya biasanya sebagai sistem pedoman tertinggi bagi prilaku manusia. Sistem tata
kelakuan manusia, hukum dan norma-norma juga berpedoman dalam sistem budaya.
Kehidupan yang dijalani sehari-hari sangat membutuhkan pedoman hidup, agar hidup yang
dijalani tidak sia-sia.

Kedua buku ini sangat cocok untuk digunakan sebagai buku pegangan dalam
memahami matakuliah Ilmu sosial dan budaya dasar karena dilengkapi dengan kelengkapan
materi yang baik sehingga refrensinya benar dan terbaru.

4.2 Saran
Kedua buku di atas menjelaskan materinya dengan bagus, jadi baik digunakan sebagi
referensi untuk siswa, mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum juga. Akan lebih menarik jika
kualitas percetakannya lebih diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap minat baca
seseorang.

22
DAFTAR ISI

Setiadi.M.E, dkk (2017) .ILMU SOSIAL dan BUDAYA DASAR. Jakarta: KENCANA.

Tim Dosen.(2015) .ILMU SOSIAL dan BUDAYA DASAR.Medan:UNIMED PRESS

23

Anda mungkin juga menyukai