Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim di karenakan rendahnya minat baca


masyarakat pada saat ini. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan
ketertarikan minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku (critical book
report) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik berupa
buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan
pemahaman terhadap isi sebuah buku.

Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu buku
melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau kekurangannya yang
akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku kepada pembaca perihal
buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya
dalam mengkritik buku, kita dapat menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang
bersangkutan diikuti dengan pendapat terhadap isi buku.

Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas pengarang,
cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep dan teori yang
dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau resensi sangat bermanfaat
untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai kekurangan dan kelebihan dari isi
buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan kepada pembaca agar mengetahui dan
memahami mengenai laporan buku atau resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan
baik dan bukan hanya sekedar membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa
yang ada dalam buku tersebut secara mendalam.
B. Tujuan Penulisan Critical Book Report (CBR)
Kritik buku (critical book report) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui kelebihan
dan kekurangan suatu buku, menjadi bahan pertimbangan, dan juga menyelesaikan salah satu
tugas individu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
di Universitas Negeri Medan.

C. Manfaat Penulisan Critical Book Report (CBR)

 Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya secara ringkas.

 Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.

 Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.

 Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama
atau penulis lainnya.

 Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi buku.
D. Identitas Buku
BUKU UTUMA
 Judul Buku : Ilmu Sosial Budaya Dasar

 Penulis : Drs. Lies Sudibyo, MH, dkk

 Penerbit : Andi

 Tebal Buku : 175 halaman

 Kota Terbit : Yogyakarta

 Tahun Terbit : 2013

 ISBN : 978-979-29-2291-2

BUKU PEMBANDING
 Judul Buku :

 Penulis :

 Penerbit :

 Tebal Buku :

 Kota Terbit :

 Tahun Terbit :

 ISBN :
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

Bab I : Ilmu SoaiL Budaya Dasar (Drs. Lies Sudibyo, MH)

A. Ilmu sosial budaya dasar sebagai komponen MBB

Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah salah satu mata kuliah berkehidupan berkebangsaan
(MBB) di Perguruan Tinggi. Visi kelompok MBB di Perguruan Tinggi merupakan sumber nilai
dan pedoman bagi penyelenggara program studi guna mengantarkaan mahasiswa memantapkan
kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang pelestarian
sumber daya alam, lingkungan hidup, dan mempunyai wawasan tentang perekembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.

Misi kelompok MBB di Perguruan Tinggi membantu menumbuhkembangkan daya kritis, daya
kreatif, apresiasi, dan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sosial yang :

1. Bersifat demokratis, berkeadaban, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat


serta peduli terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2. Memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
serta

3. Ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah sosial budaya dan lingkungan hidup
secara arif.

Lulusan PT haruss memiliki 3 (tiga) kemampuan :

a. Kemampuan Akademik : kemampuan berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun


tulisan, menguasai peralatan analisis, berpikir logis, kritis, sistematik dan analitik, mampu
merumuskan dan memecahkaan masalah.

b. Kemampuan Profesional : kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang


bersangkutan.
c. Kemampuan Personal : kemampuan kepribadian, dengan pengetahuan mampu
menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia,
memahami nilai-nilai keagamaan, mempunyai kepekaan terhadap berbagai masalah.

B. Masalah-Masalah Sosial Budaya Masyarakat

Masalah-masalah sosial dapat didefenisikan sebagai suatu kondisi yang mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan sebagian besar masyarakat sebagai suatu yang tidak diinginkan atau tidak
disukai dan karenanya dirasakan perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Sebagai contoh,
pedagang kaki lima selalu dianggap sebagai masalah sosial di kota-kota karena menjadi sumber
dari berbagai kekacauan lalu lintas yang akan menjadi sumber utama kejahatan yang mudah
terjadi.

Kalau ditelaah lebih lanjut, maka terlihat bahwa yang terutama ditekankan berkenaan dengan
pengertian masalah-masalah sosial tersebut adalah adanya kondisi atau suatu keadaan tertentu
dalam kehidupan sosial masyarakat yang bersangkutan. Kondisi atau keadaan sosial tertentu
sebenarnya merupakan hasil dan proses kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan jasmaniah, dan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan.

Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia menggunakan kebudayaan sebagai
model-model petunjuk sebagai resep-resepnya didalam mengusahakan lingkungan alam dan
sosialnya yang diwujudkan dalam kehidupaan sosial di masyarakat.

C. Ruang Lingkup Ilmu Sosial Budaya Dasar

Prof. Dr. Harsja Bachtiar (dalam Abdulkadir, Muhammad, 2005:1) yang mengelompokkan ilmu
dan pengetahuan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Ilmu-Ilmu Alamiah ( Natural Sciences )

2. Ilmu-Ilmu Sosial ( Social Sciences )

3. Pengetahuan Budaya ( The Humanisties )


Ilmu-ilu alamiah bertujuan untuk mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat di alam
semeta. Untuk mengkaji digeneralisasikan, kemudian dibuat prediksi, haasil penelitiannya antara
100% benar atau 100% salah. Yang termasuk kelompok ini adalah astronomi, fisik, kimia,
biologi, mekanika, kedokteran dan lain-lain.

Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam


hubungan manusia. Untuk mengkaji hal itu digunakan metode ilmiah dengan meminjam dari
ilmu-ilmu alamiah, tetapi hasilnya tidak mungkin 100% benar atau 100% salah. Termasuk dalam
kelompok ini, antara lain : ekonomi, sosiologi, politik, demografi, antropologi sosial.

Pengetahuan Budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang
bersifat duniawi. Yang termasuk kelompok ini antara lain : filsafat, seni, sejarah, antropologi
budaya, hukum, agama, dan lain-lain.

Bab II : Kelompok Sosial Budaya

A. Pengertian Sosial Budaya

Istilah sosial budaya merupakan bentuk gabungan dari istilah sosial dan budaya. Sosial dalam
arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat. Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek kehidupan. Dalam hubungan
ini, pengertian sosial budaya mencakup dari dua segi utama kehidupan manusia.

1. Segi Kemasyarakatan

Pengertian kemasyarakatan pada hakikatnya adalah merupakan pergaulan hidup manusia dalam
kehidupan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib sepenanggungan,
dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.

2. Segi Kebudayaan

Kebudayaan merupakan totalitas cara hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah laku
yang terlembagakan. Hakikat budaya adalah sistem nilai yang merupakan hasil hubungan
manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan utama serta
merupakan kekuatan pendukung dan penggerak kehidupan.

B. Bentuk Sosial Budaya

Bentuk sosial budaya, artinya setiap kelompok sosial budaya mempunyai batas-batas yang telah
ditentukan berdasarkan tipe kelompok, yang membedakannya dengan kelompok yang lain. Tipe
kelompok dibedakan lagi antara yang tradisional alamiah dan yang modern. Tipe kelompok
alamiah didasarkan pada kesatuan geografis, ikatan perkawinan, dan hubungan darah, sedangkan
tipe kelompok modern didasarkan pada kepentingan yang sama dan keahlian profesional.
Dengan demikian ada 4 (empat) macam tipe kelompok sosial budaya yaitu :

1. Tipe kelompok sosial budaya berdasarkan kesatuan geografis, seperti desa, kota,
daerah aliran sugai, daerah pantai, dan daerah pegunungan.
2. Tipe kelompok sosial budaya berdasarkan ikatan perkawinan dan hubungan darah,
seperti keluarga dan keluarga besar.
3. Tipe kelompok sosial budaya berdasarkan kepentingan yang sama, seperti Koperasi,
Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Yayasan.
4. Tipe kelompok sosial budaya kesakliah profesional, seperti kelompok profesi dan
kelompok pengusaha.

C. Tujuan Sosial Budaya

Berdasarkan hakikat keilmuan, maka tujuan ilmu sosial budaya dasar sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat adalah :

a. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang


keanekaragaman atau keseteraan, dan kemartabatan manusia sebagai individu dan
makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami keragamaan,
kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estitika, etika,
dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan
kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat, selaku individu dan
mahluk sosial yang beradab dalam mempraktekkan pengetahuan akademik, dan
keahliannya serta mampu memberikan problem solving sosial budaya secara
bijaksana.

Berpangkal dari tujuan pembelajaran mata kuliah ilmu sosial budaya dasar, maka ada 2 (dua)
permasalahan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang
lingkup pembahasan, yaitu :

a. Adanya berbagai aspek pada kenyataan-kenyataan yang bersama-sama


merupakan suatu masalah sosial, bisa ditanggapi dengan pendekatan yang
berbeda-beda oleh bidang-bidang pengetahuan keahlian yang berbeda-beda
sebagai pendekatan tersendiri maupun gabungan.
b. Adanya keanekaragaman golongan dan satuan sosial dalam masyarakat yang
masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran
dan pola-pola tingkah laku sendiri, tetapi ada juga persamaan kepentingan
kebutuhan serta persamaan dalam pola pemikiran dan pola tingkah laku yang
menyebabkan adanya pertentangan-pertentangan maupun hubungan-hubungan
kesetiakawanan dan kerja sama dalam masyarakat.

D. Perkembangan Sosial Budaya Indonesia

Kebudayaan itu telah mengalami proses perkembangan secara bertahap dan berkeseimbangan
yang kita konsepkan sebagai evolusi kebudayaan. Masa dalam kehidupan manusia dapat dibagi
dua, yaitu masa prasejarah ( masa sebelum manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal
tulisan) dan masa sejarah (masa manusia telah mengenal tuisan). Ada dua produk revolusioner
hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah, yaitu :

1. Penemuan roda untuk transportasi Pada mulanya, roda hanya digunakan untuk
mengangkat barang berat di atas batang pohon.
2. Bahasa, Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran
seseorang kepada orang lain.

Mengenai masa prasejarah ini, ada dua pendekatan untuk membagi zaman prasejarah, yaitu :

1. Pendekatan berdasarkan hasil teknologi, terdiri dari zaman batu tua (palaeolitikum),
zaman batu tengah/madya (mesolitikum), dan zaman batu baru.
2. Pendekatan berdasarkan model sosial ekonomi atau mata pencaharian hidup yang
terdiri atas :
a) Masa berburu dan mengumpulkan makanan, meliputi masa berburu sederhana
(tadisi Paleolit) dan masa berburu tingkat lanjut (tradisi Epipaleolitik).
b) Masa bercocok tanam, meliputi tradisi Neolitik dan Megalitik.
c) Masa kemahiran teknik atau perundingan, meliputi tradisi semituang perunggu
dan tradisi semituang besi.

Bab III : Pemuda dan Sosialisasi

A. Pengertian Pemuda

Pada dua dekade yang lalu, terminologi pemuda selalu memiliki maka ideologis. Pemuda
bukanlah sebuah gugus gagasan yang hanya dibatasi oleh persoalan umur semata. Pemuda,
sebagai sebuah konsep, memiliki dimensi politis. Bennedict Anclerson, misalnya, menyebut
bahwa defenisi “pemuda” selalu dikaitkan dengan dimensi politik.

Bila generasi muda sebelumnya diklasifikasikan sebagai lapisan masyarakat yang digambarkan
sebagai contoh generasi yang diisi oleh sosok-sosok yang penuh idealisme, berani berkorban,
berani menderita, dan menjadi pelopor setiap perubahan sosial ataupun politik untuk kepentingan
bangsanya, maka generasi muda sekarang memiliki sosok yang sangat lain. Keunikan atau ciri
khas pemuda sekarang yang lain adalah sikap pragmatisme. Persoalan keuangan dan karir adalah
persoalan paling utama bagi generasi muda saat ini. Selain tantangan berbeda yang dihadapi
pemuda saat ini, beragamnya referensi sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan luasnya
pergaulan mereka juga membuat cara pandang atau sikap mereka dalam menghadapi berbagai
persoalan yang ada mejadi berbeda.
B. Pendidikan Karakter

Pendidikan bisa dikatakan berkarakter apabila melibatkan berbagai macam komposisi niai (nilai
agama, nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarganegaraan). Secara detail pendidikan
karakter memiliki nilai-nilai sebagai berikut :

Nilai keutamaan. Manusia memiliki nilai keutamaan kalau ia menghayati dan melaksanakan
tindakan-tindakan yang utama, yang membawa kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain. Sejarah
mencatat, sejak zaman kolonial, bangsa Indonesia menempatkan nilai keutamaan, seperti
kesatuan dalam kehidupan bersama sebagai sebuah bangsa sebagai nilai utama yang
diperjuangkan.

Nilai keindahan. Pada masa lalu, nilai keindahan ditafsirkan terutama pada keindahan fisik,
berupa hasil karya seni, patung, bangunan, sastra dan lain-lain. Nilai keindahan dalam tataran
yang lebih tinggi menyentuh dimensi interioritas manuia itu sendiri yang menjadi penentu
kualitas dirinya sebagai manusia. Bangsa Indonesia sejak dahulu memiiki rasa religiositas, rasa
seni yang tinggi. Oleh karenanya, pengembangan nilai-nilai keindahan bukan hanya merupakan
sebuah proses berproduksi, dalam arti bukan meghasilkan sebuah obyek seni saja, namun juga
pengembangan dimensi interioritas manusia sebagai insan yang memiliki kesadaran religius yang
kuat.

Nilai adil. Jika ingin berbuat adil, manusia harus bekerja. Penghargaan atas nilai kerja inilah
yang menentukan kualitas diri seorang individu.

Nilai cinta tanah air (patriotisme). Pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai patriotisme
secara mendalam tetaplah relevan, mengingat ikatan batin seseorang senantiasa terpaku pada
tanah tumpah kelahirannya, dan ibu pertiwi yang membesarkannya.

Nilai demokrasi. Kebersamaan berpikir dan menyampaikan pendapat merupakan harga mati bagi
masyarakat yang demokratis. Kehidupan sosial menjadi lebih baik dan beradab ketika terdapat
kebebasan utuk berpikir dan menyampaikan pendapat.
C. Menuju Pendidikan Berkarakter

Pendidikan berkarakter di lembaga pendidikan (formal) lebih banyak berurusan dengan


penanaman nilai. Untuk mencapai pertumbuhan integral dalam pendidikan karakter perlulah
dipertimbangkan berbagai macam metode yang membantu mencapai idealisme dan tujuan
pendidikan karater adalah sebagai berikut.

Mengajarkan. Pendidikan karakter mengandaikan pengetahuan teoritis tentangkonsep-


konsep nilai tertentu. Lebih dari itu sebuah tindakan dikatakan sebagai tindakan yang bernilai
jika seseorang itu melakukannya dengan bebas, sadar, dan dengan pengetahuan yang cukup
tentang apa yang dilakukannya. Ini mengandaikan adanya sikap reflektif atas tindakan sadar
manusia. Untuk itulah salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan
nilai-nilai itu sehingga generasi muda memiliki gagasan yang konseptual tentang nilai-nilai
pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam mengembangkan karakter pribadinya.

Keteladanan. Keteladanan memang menjadi salah satu hal yang klasik bagi berhasilnya
sebuah tujuan pendidikan karakter. Konsistensi dalam mengajarkan pendidikan karakter tidak
sekedar melalui apa yang dikatakan melalui pembelajaran di dalam kelas, melainkan nilai itu
tampil dalam diri sang guru, dalam kehidupannya yang nyata di luar kelas. Karakter guru
menentukan (meskipun tidak selalu) warna kepribadian anak didik.

Bab IV: Kebudayaan, Peradaban dan Sistem Nilai Budaya

A. Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari kata “budaya” yang berasal dari kata Sansekerta “budhayah”, sebagai
bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Kebudayaan adalah hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Koentjaraningrat memberikan pengertian kebudayaan
sebagai “keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”. Jadi kebudayaan merupakan produk
budaya.

a. Wujud kebudayaan
Ralp Linton, membanginya menjadi wujud phisik dan non phisik sedangkan
Koentjaraningrat membaginya kedalam tiga wujud, yaitu wujud ideal yaitu : kompleks, ide-ide,
gagasan, nilai-niai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya yang berfungsi mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada kelakuan manusia serta perbuatan manusia dalam
masyarakat, maka sering disebut “adat tata cara”.

b. Wujud sistem sosial, yaitu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
c. Wujud kebudayaan fisik, yaitu benda-benda hasil karya manusia, misalnya pabrik,
komputer, candi Borrobudur dan lain-lain.

Kebudayaan dalam kaitannya dengan ISBD adalah penciptaan penertiban, dan


pengolahan nilai-nilai insani tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri didalam alam
lingkungan baik fisik maupun liingkungan sosial. Apabila dihubungkan dengan wujud
kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, maka nilai-niai insani (nilai etika) itu
meliputi wujud kebudayaan ideal dan wujud sistem sosial sedangkan nilai estetika terdapat pada
wujud kebudayaan fisik.

B. Perwujudan Kebudayaan

Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada
akal (mind), maka akan menimbulkan tingkat peradaban yang berbeda. Mind selalu dihubungkan
dengan civilization, bukan culture, maka ada yang disebut peradaban tinggi dan peradaban
rendah, karena alat ukurnya adalah akal dan pikir manusia.

Sedangkan apabila perwujudan budaya itu penekanannya pada ketiga unsur (akal,
perasaan dan kehendak) secara bersamaan maka akan timbul tingkat kebudayaan yang berbeda,
maka ada kebudayaan tinggi, ada kebudayaan rendh karena diukur dengan faedahnya bagi
manusia. Dengan demikian akan terjadi, walaupun peradabannya tinggi, belum tentu mempunyai
kebudayaan yang tinggi, begitu pula sebaiknya, belum tentu masyarakat yang mempunyai
peradaban rendah, pasti kebudayaannya rendah pula.
C. Sistem Nilai Budaya

Nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Konsep-konsep tentang
nilai yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, membentuk sistem nilai
budaya. Sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia, dalam
tindakan yang paling abstrak. Sistem-sistem tata kelakuan yang tingkatannya lebih kongkret,
seperti aturan-aturan khusus, hukum, norma-norma, semuanya berpedoman pada sistem budaya
itu.

Ahli Antropologi Kluckhohn, membagi sistem nilai budaya kedaalam 5 (lima) masalah :

1. Hakekat hidup manusia


2. Hakekat karya manusia
3. Hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4. Hakekat hubungan antara manusia dengan alam
5. Hakekat hubungan manusia dengan sesamanya

Bab V : Manusia dan Cinta Kasih

A. Pengantar

Kasih sayang sudah dikenal sejak lahir dan bahkan sejak anak ada dalam kandungan. Kasih
sayang berkembang seirama dengan perkembangan anak menuju ke kedewasaan. Dalam
hidupnya kadang-kadang kasih sayang ini ternoda oleh perbuatan-perbuatan keji yang
berlawanan dengan perbuatan kasih sayang.

B. Pokok Bahasan

1. Arti, Hubungan, Ungkapan Cinta Kasih


a. Arti Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan paduan dua kata yang mengandung arti psikologis yang dalam, yang sulit
didefenisikan dengan rangkaian kata-kata. Mungkin dapat diberi arti tertentu apabila sudah
diwujudkan dalam tingkah laku manusia terhadap manusia lainnya, atau terhadap alam
sekitarnya, atau terhadap Tuhan.

Cinta kasih yang bersumber pada unsur rasa, yang merupakan ungkapan perasaan, didukung oleh
unsur karsa, yang dapat berupa tingkah laku dan dipertimbangkan dengan akal yang
menimbulkan tanggung jawab. Dalam cinta kasih tersimpul pula rasa kasih sayang kemesraan,
belas kasihan, pengabdian.

Apabila dirumuskan secara sederhana, cinta kasih adalah perasaan kasih sayang, kemesraan
belas kasihan dan pegabdian yang diungkapkan dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.

b. Hubungan Cinta Kasih

Ada beberapa macam hubungan cinta kasih yaitu :

· Cinta kasih antara orang tua dan anak.

· Cinta kasih antara pria dan wanita

· Cinta kasih antara sesama manusia

· Cinta kasih antara manusia dan Tuhan

· Cinta kasih manusia terhadap lingkungannya

c. Ungkapan Cinta

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa cinta kasih adaah ungkapan perasaan yang
diwujudkan dengan tingkah laku, seperti dengan kata-kata atau pernyataan, dengan tulisan,
dengan gerak, atau dengan media lainnya. Ungkapan dengan kata-kata atau pernyataan, misalnya
aku cinta kamu, tidurlah sayang, jauh dimata dekat dihati, cintaku dikampus biru. Ungkapan
dengan tulisan misalnya, surat cinta, surat ibu kepada putri tersayang. Ungkapan dengan gerak,
misalnya salaman, pelukan, ciuman, dan rangkulan. Sedangkan dengan media, misalnya
setangkai bunga, benda kado dan lain-lain. Cinta kasih adalah kebutuhan kodrati manusia, yang
merupakan bagian yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia.

2. Cinta Kasih Antara Orang Tua Dan Anak


Cinta kasih ini bermula dari seorang ibu terhadap anaknya. Seorang yang sedang menyusui
anaknya adalah gambaran tentang ketulusan dan cinta kasih. Tugas untuk mewujudkan cinta
kasih yang tulus itu berlangsung lama, dan penuh pengorbanan apabila tugas terpenting keluarga
adalah mengasuh dan membesarkan serta mendidik anak, maka sebenarnya ibu adalah tokoh
utama dalam unit sosial terkecil itu. Dalam hal ini, surga dibawah telapak kaki ibu adalah
ungkapan ajaran agama yang menyatakan betapa penting peran ibu dalam tugas tersebut. Apabila
dalam keluarga tidak terdapat lagi ketulusan daan cinta kasih itu sudah memudar, yang menjadi
tokoh idaman adalah anak yang menjadi korban kelalaian tersebut.

3. Cinta Kasih Antara Pria Dan Wanita

Cinta kasih antara pria dan wanita merupakan titik awal timbulnya keluarga sebagai unit
masyarakat terkecil dan berkembangbiak umat manusia di muka bumi ini. Cinta kasih antara pria
dan wanita yang sudah dewasa (akil balik) merupakan kodrat yang tidak dapat dipungkiri, dan
harus ada. Dasar cinta kasih ini timbul perpaduan hidup antara pria dan wanita yang harmonis
dalam bentuk perkawinan yang dihargai oleh agama, hukum, dan oleh masyarakat. Cinta kasih
tulus antara satu sama lain dalam ikatan perkawinan yang harmonis dilandasi oleh perasaan
sayang, kemesraan, yang merupakan kunci kebahagiaan. Dalam hubungan cinta kasih antara pria
dan wanita, kemesraan yang diutamakan, kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih
sayang yang mendalam.

4. Cinta Kasih antara Sesama Manusia

Cinta kasih antara sesama manusia dilandasi oleh rasa belas kasihan. Balas kasihan ini timbul
karena ada penderitaan yang dialami manusia. Penderitaan ini mengandung pengertian yang luas,
misalnya penderitaan karna bencana alam, bencana perang, karna sakit,karna sudah tua, karna
yatim piatu, dan lain-lain.

Cinta kasih yang dilandasi belas kasihan yang merupakan dasar untuk menciptakan
kebersamaan, perdamaian, dan saling menghargai. Apabila dalam hidup manusia, cinta kasih
sudah memudar atau menghilang dari lubuk hatinya, maka akan timbul takabur, kekejaman,
kepuasan yang tiada tara, nafsu setan merajalela, nilai-nilai kemanusiaan diinjak-injak. Lihat saja
contohnya terjadi perkosaan wanita, perkosaan hak asasi, ras diskriminasi di Afrika Selatan.

5. Cinta Kasih Antara Manusia Dan Tuhan

Cinta kasih dengan Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan, karna itu manusia merasa takut kepada Tuhan. Jika manusia
mengabaikan perintah Tuhannya, ia akan memperoleh murka. Untuk itu manusia menaruh cinta
kasih kepada Tuhannya untuk wujud cinta kasih kepada Tuhan ialah pengabdian pemujaan atau
sembayang.

Cinta kepada Tuhan menurut ajaran agama adalah takwa dan mengabdi kepada Tuhan artinya
menuruti perintahNya dan menjauhi laranganya. Pemujaan atau sembayang adalah bentuk
komunikasi ritual oleh manusia kepada TuhanNya.

6. Ada tiga macam Cinta Agape, Philia, Eros/Amor.


a. Cinnta Philia, yaitu cinta manusia kepada Tuhan, seperti yang dijelaskan pada cinta
pemujaan.
b. Cinta Philia, yaitu cinta dalam keluarga, cinta kepada ayah/ibu dan saudara.
c. Cinta Eros/Amor ialah antara pria dan wanita. Beda antara cinta eros dan amor itu, bila
cinta eros itu karena kodrat dan naluri sebagai laki-laki dan perempuan sedangkan cinta
amor karena unsur-unsur yang sulit yang dinalar, misalnya seorang gadis cantik jatuh
cinta dan mau dinikahi oleh seorang laki-laki tua yang kerdil.

Ada cinta terhadap sesama perpaduan dari cinta Agape dan cinta Philia. Cinta kepada sesama
dinamakan belas kasihan karna cinta ini bukan karna cakepnya, kayanya, cantiknya, melainkan
karena penderitaannya. Perbuatan atau sikap yang menaruh belas kasihan kepada orang lain,
adalah orang berakhlak. Rasa belas kasihan tidak terkandung unsur “pamrih.” Belas kasihan
yang kita tumpahkan, benar-benar keluar dari lubuk hati yang ikhlas.

C. Contoh Dalam Kehidupan


a. Kematian Arie Hanggara di Kamis subuh 8 November 1984 tersebut boleh dibilang
merupakan peristiwa terbesar akan kesalahan orang tua terhadap anaknya.
b. Dalam kehidupan, setiap orang mendambakan kebahagiaan.
c. Suatu sastra yang mengembangkan kedakberhasilan orang tua mendidik anaknya
karena terlalu dimanjakan adalah novel “Salah Asuhan” karangan Abdul Muis.

Bab VI : Manusia dan Keadilan

A. Pengantar

Setiap manusia pastilah mendambakan keadilan, karena keadilah sesungguhnya


merupakan suatu yang sangat esensial didalam kehidupan isane beradab. Perjuangan hidup
manusia yang sangat penting adalah menegakkan keadilan dan kebenaran.

Keadilan selalu mengandung unsure “penghargaan” dan “penilaian” atau “perimbangan”,


oleh karena itulah keadilan selalu dilambangkan dengan “neraca keadilan”.

Prof. Subekti SH mengemukakan pendapat bahwa keadilaan itu berasal dari Tuhan, tetapi
manusia diberi kecakapan untuk meraba, atau merasakan keadaan yang dinamakan adil itu.

B. Keadilan

1. Pengertian keadilan

a. Aristoteles Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan


sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem (diantara dua kutub), yakni ujung yang
terlalu banyak dan ujung yang terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua
orang atau benda.
b. Plato, Plato memproyeksikan keadilan pada diri manusia, sehingga orang dikatakan adil
apabila orang itu mampu mengendalikan diri dan perasaanya dengan akalnya (dengan
rasionya).
c. Socrates, Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintah. Keadilan tercipta
bilamana setiap warga negara telah merasakan bahwa pemerintah telah melaksanakan
tugasnya dengan baik. Karena pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan
dinamika masyarakat (buatlah analisis).

2. Berbagai Macam Keadilan

a. Keadilan Legal atau Keadilan Moral


Plato berpendapat bahwa hukum merupakan substansi rohani umum dan
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutkan keadilan legal. Keadilan timbul
karna penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada
bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat.
Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang
melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan
pertentangan dan ketidak keselarasan.
b. Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang
tidak sama secara tidak sama (Justice is done when equals are treated equally).
Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu
diberika hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan yang sesuai
lamanya bekerja.
c. Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan
umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan
ketertiban masyarakat.

Contohnya: Dr sukartono dipanggil seorang pasien, Yah namanya. Sebagai seorang dokter ia
menjalankan tugasnya dengan baik. Sebaliknya, Yah menanggapi lebih baik lagi. Akibatnya,
hubungan mereka berubah dan dokter dan pasien menjadi dua insan lain jenis yang saling
mencinta. Bila Dr. Sukartono belum berkeluarga mungkin keadaan akan baik saja, ada keadilan
komutatif.

3. Keadilan sebagai Kebutuhan Naluri Manusia


Jhon Locke mengemukakan bahwa manusia itu mempunyai hak-hak alamiah yang
dimilikinya semenjak lahir.

Hak alamiah ini :

1. Hak akan hidup.


2. Hak akan kebebasan atau kemerdekaan.
3. Hak akan milik, hak akan memiliki sesuatu.

Diantara tiga hak alamiah itu yang terpenting adalah hak akan hidup. Dari hak akan hidup
itulah kemudian muncul hak-hak yang lain, yang saat ini dinamakan azasi manusia.

Hak-hak yang timbul dengan adanya hak-hak azasi itu antara lain:

1. Personal Right (hak azasi pribadi)


2. Property Right (hak azasi ekonomi, hak memiliki sesuatu, hak membeli/menjual
barang-barang yang miliknya dan lain-lain.
3. Right of legal equality (hak untuk memperolah perlakuan yang sama dalam
hukum pemerintah..
4. Political Right (hak azasi politik, hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak
dipilih dan memilih dan lain-lain).
5. Social and Cuture Rights (hak untuk memilih jenis dan jenjang pendidikan dan
serta mengembangkan kebudayaan untuk disukai).
6. Procudere Right (hak untuk mendapatkan perlakuan atau tata cara peradilan dan
perlindungan, misalnya penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan lain-lain.

Hak-hak azasi kemudian pada tanggal 10 Desember 1948 ditulis dalam piagam yang memuat 30
pasal diterima sebagai “Universal Declaration of Human Right” (pernyataan sedunia tentang
hak-hak azasi manusia). Disamping mempunyai hak-hak azasi seperti diatas, menurut Thomas
Hobbes, manusia juga mempunyai sifat-sifat yang melekat pada dirinya, yaitu:

1. Cornpetifio, yaitu sifat untuk belum menguasai manusia yang lain, karena adanya
rasa takut dan khawatir ia tidak akan mendapatkan perhatian.
2. Defentio, yaitu sifat untuk mempertahankan diri dan membela diri. Sifat membela diri
ini merupakan cara dan jaminan untuk menyelamatkan dirinya.
3. Gloria, yaitu sifat untuk dihormati, disegani dan dipuji.

Berbicara masalah hak azasi manusia, tidak dapat terlepas dari masalah keadilan. Supaya
manusia dapat menerima hak-haknya dengan baik, maka perlu diterbitkan.

C. Contoh keadilan dalam kehidupan

1. Bagaimana dengan seniman-seniman kita ?

Sesuai dengan kapasitasnya pula, para seniman di Indonesia pun sebenarnya


cukup vokal dalam menyuarakan sikap mereka akan praktek-praktek ketidakadilan. WS Rendra,
sempat pula menorehkan kesengitannya terhadap ketidakadilan yang dialami oleh lapisan bawah
dari masyarakat kita, yakni Pelacur. Melalui puisinya tersebut, Rendra mencoba mengajar
mereka untuk protes terhadap ketidakadilan yang dialaminya.

2. Kendatipun cenderung manusia untuk menolak perkosaan rasa keadilan tersebut bisa
dibilang sebagai suatu kecenderungan umum, akan tetapi ada kondisi-kondisi tertentu kadang-
kadang manusia juga tidak bisa menghindarkan diri dari praktek-praktek dari perkosaan rasa
keadilan tersebut. Ilusi yang sangat menarik barangkali bisa kita kutip dari kutipan cerpen
Bambang Istijab

Bab VII : Manusia dan Tanggung Jawab

A. Pengantar

Hidup manusia disamping sebagai makhluk Tuhan dan makhluk individu, juga
merupakan makhluk sosial hidup dalam lingkungan masyarakat. Didalam interaksi sosial
manusia diberi tanggung jawab, ia disamping memiliki hak juga memiliki kewajiban.

Seseorang mau bertanggung jawab karena adanya kesadaran atau keinsyafan atau
pengertian atas segala perbuatan. Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian hidup manusia, bahwa setiap manusi dibebani dengan tanggung jawab.
B. Tanggung Jawab

1. Pengertian Tanggung Jawab

Pengertian tanggung jawab menurut Ensikplopedi umum adalah “kewajiban


dalam melakukan tugas tertentu”. Menurut WJS. Poerwodarminto, tanggung jawab adalah :
“suatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibahas dan sebagainya. Drs
suyadi MP dalam bukunya ilmu budaya dasar, menyatakan : tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yaang disengaja maupun tidak disengaja, tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadarn akan kewajibanya”. Dengan demikian
tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Adanya defenisi lain dalam kamus bahasa
ingris dimana tanggung jawab atau

Responsibility = having the character of a moral agent capable of determining one’s own acts;
capable of deterred by consideration of sanction of or consequences.

Defenisi tersebut memberikan pengertian yang dititikberatkan pada:

a. Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan


b. Harus adaa kesanggupan untuk memikul resiko dan suatu perbuatan.

Kita dapati bahwa dalam kata “having the character” itu dituntut sebagai suatu keharusan
akan adanya pertangung jawaban moral karakter. Dalam falsafah hidup, nilai dari tanggung
jawab itu dijadikan sebagai salah satu kriteria dari kepribadian atau personality seseorang.

Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu paling sedikit didukung oleh 3 (tiga) unsur,
yaitu :

a. Kesadaran = coscioness
b. Sadar berisi pengertian : tahu, kenal, mengerti, dapat memperhitungkan arti, guna sampai
kepada soal akibat daripada sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang
baru dapat dimintai tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
Kecintaan = love, affestion
c. Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan dan kesedihan untuk berkorban,
contoh : cinta tanah air.
Keberanian = courage, bravery
d. Berani berbuat berani tanggung jawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan, tidak
bersikap ragu-ragu, dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian
sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan.

2. Macam atau Jenis Tanggung Jawab

Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang
dibuatnya. Atas dasar itu lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab :

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri


Tanggung jawab diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengemangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
b. Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat
Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat menuntut adanya kesadaran
manusia untuk memenuhi kewajibannya dalam hubungan hidup bermasyarakat.
c. Tanggung jawab terhadap lingkungan
Tanggung jawab terhadap lingkungan menuntut kesadaran manusia untuk
memenuhi kewajibannya atau pengorbanannya dalam membina dan melestarikan
lingkungan hidup yang baik, teratur, sehat.
d. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tanggung jawab terhadap Tuhan menuntut kesadaran mau untuk memenuhi
kewajiban atau pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, manusia haruslah bersyukur kepada Tuhan atas karuniaNya
menciptakan manussia dan memberi rezeki kepadanya.

Tanggung jawab itu dapat diketahui wujudnya apabila sudah dinyatakan dengan
perbuatan yang menghasilkan kematangan pribadi suasana keseimbangan atau keselarasan antar
manusia. Kesadaran artinya sengaja karena dikehendaki. Perbuatan itu berupa pemenuhan
kewajiban, pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab berarti memfungsionalkan sifat-sifat manusia untuk mempertahankan
nilai-nilai pribadi yang luhur, serta dapat menumbuhkan nilai harga diri manusia sebagai
manusia. Jadi tanggung jawab adalah keadaan manusia akan segala tingkah laku dan
perbuatannya.

3. Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan yang baik yang berupa pikiran, pendapat atau pun tenaga
sebagai perwujudan kesetiaan mungkin kepada pimpinan, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu
ikatan dimana semuanya itu dilakukan dengan penuh ikhlas. Timbulnya pengabdian pada
hakekatnya adanya rasa tanggung jawab.

Pengabdian dapat berupa pengabdian yang kita tujukan kepada :

a. Pengabdian kepada Keluarga


Pada hakekatnya manusia hidup berkeluarga dan sudah tentu dalam kehidupan
keluarga tersebut didasarkan pada cinta dan kasih sayang. Pengabdian kepada
keluarga ini dapat berupa kepada anak istri, istri kepada suami dan anak-anaknya
atau anak-anak kepada orang tuanya.
b. Pengabdian kepada Masyarakat
Manusia sebagai anggota masyarakat tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain,
setiap orang saling mebutuhkan, tolong-menolong baik secara sadar maupun
tanpa disadari. Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota masyarakat harus mau
mengabdikan kepada masyarakat. Ia harus memiliki rasa tanggung jawab kepada
masyarakat lingkungannya.
c. Pengabdian kepada Negara
Negara merupakan lembaga masyarakat yang terbesar, sedangkan masyarakat
pada hakekatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara.
Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini
biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian.
d. Pengabdian kepada Tuhan
Manusia sebagai makhluk Tuhan tidak ada existensinya dengan sendirinya, tetapi
keberadaan di dunia ini adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan
Tuhan sudah tentu manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pegabdian berarti
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan hal itu merupakan perwuudan
tanggung jawabnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4. Pengorbanan

Pengorbanan berasal dari kata korban yang artinya memberikan secara ikhlas dalam wujud-
wujud tertentu seperti : harta, benda, waktu, tenaga pikiran bahkan mungkin nyawa demi
cintanya atau ikatannya dengan sesuatu demi kesetiaan, kebenaran.

5. Kesadaran

Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa tahu atau ingat (kepada
keadaan yang sebenarnya), ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsan), siuman, bangun dari
tidur, ingat, tahu dan mengerti, misalnya rakyat telah sadar akan politik.

Jadi kesadaran adalah hati yang telah terbuka atau pikiran dan perasaan dimana telah terbuka
tentang apa yang telah dikerjakannya. Namun dalam pengertian kesadaran dalam hal ini
hanyalah dibatasi pada kesadaran moral ini sangat penting bagi kehidupan manusia.

Kesadaran moral dikatakan merupakan keterbukaan hati atau pikiran akan menghargai hak-hak
dan kewajiban orang lain, untuk berbuat yang tidak melanggar hak dan kewajiban orang lain.

C. Contoh Tanggung Jawab Dalam Kehidupan

Kita lihat misalnya apa yang dialami Abdul Malik, pengacara yang menangani kasus
pembunuhan Kasinen di Sragen akhir tahun 1982 lalu. Usahanya untuk menjadikan pembela
keluarga Sucianto, pelaku pembunuhan itu berbuntut dengan mengalirnya berbagai surat kaleng
yang kesemuanya mengancam dan mengancam jiwanya.
Bab VIII : Manusia dan Penderitaan

A. Pengantar

Manusia selama hidupnya telah megalami perasaan-perasaan yang tidak


menyenangkan, tidak enak, rasa sakit dan siksaan ini disebabkan manusia mempunyai perasaan
dan pikiran. Perasaan-perasaan diatas merupakan rasa derita atau penderitaan. Banyak
pengalaman kita, kasus-kasus dalam kehidupan atau dalam karya seni yang menggambarkan
penderitaan manusia. Antara lain : kelaparan akibat perang, tindakan kaum penjajah di
Indonesia, penyakit kanker dan penganiayaan. Penderitaan manusia dapat menumbuhkan
kreativitas dalam karya-karya manusia serta usaha manusia untuk melepaskan penderitaan.

B. Penderitaan

1. Pengertian Penderitaan

Penderitaan mempunyai kata dasar derita yang berasal dari kata dhra (Bahasa
Sansekerta), yang berarti menahan atau menanggung. Penderitaan adalah beban phisik atau jiwa
manusia yang dapat menekan diri manusia. Pendapat Franklien J. Meine menyatakan bahwa
penderitaan (suffering) adalah keadaan yang berhubungan dengan rasa sakit, tak menyenangkan
hati, menderita rugi, dan suka menderita. Penderitaan manusia dalam kehidupan dapat disengaja
atau tidak disengaja. Semedi (bertapa) dengan tanpa makan, minum dan bertempat di tempat
sunyi, berpuasa bagi orang Islam dan lain-lain. Tetapi sebagian besar penderitaan tidak disengaja
oleh manusia. Misalnya bencana kelaparan, wabah penyakit, gangguan, gangguan keamanan,
kecelakaan dan lain-lain.

2. Sumber Penderitaan

Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai banyak dimensi yang semua dimensi
merrupakan satu kesatuan utuh. Ini menurut pandangan monopruralisme, yang memandang
manusia banyak aspek sebagai satu kesatuan yang monodualis. Manusia mempunyai dimensi-
dimensi kebendaan (alam), individu, sosial, jiwa, Tuhan dan sebagainya.
Agar mempermudah untuk memahami hubungan dimensi manusia dan kebutuhan
manusia disini disederhanakan berbagai dimensi daan kebutuhan itu hanya dibedakan atas aspek
kejasmanian (phisik), kejiwaan (psikis), dan sosial. Sehingga kebutuhan manusia cukup
dibedakan antara kebutuhan phisik, kebutuhan psikis, dan kebutuhan sosial.

1. Kebutuhan phisik (basic needs) meliputi makanan, minuman, bernapas, pakaian, tempat
tinggal, seks , kesehatan dan sebagainya.
2. Kebutuhan psikis (psichologizal needs) meliputi keindahan, kenikmatan, moral, ilmu
pengetahuan, religious, dan sebagainya.
3. Kebutuhaan sosial (social needs) meliputi pergaulan, kekeluargaan, persahabatan,
berkelompok,berkomunikasi dan sebagainya.

Penderitaan yang bersumber pada orang lain(sosial)disebabkan manusia mengalami hambatan


kegagalan hubungan sosial antara manusia. Apabila dikelompokkan secara sederhana
berdasarkan timbulnya penderitaan,maka penderitaan manusia itu dapat diperinci sebagai
berikut:

a. Penderitaan yang timbul akibat perbuatan buruk manusia.

Misalnya: pembantu rumah tangga yang diperkosa majikannya,anak tiri disiksa ibu tiri,seorang
anak yang tidak mau mengakui ibu kandungnya,akibat perang Irak-Iran,perceraian oranng tua.

b. Penderitaan karena penyakit.

Penderitaan ini karena penyakit jasmani maupun penyakit jiwa,misalnya penyakit


kudis,lepra,penyakit ganas lainnya sakit ingatan,sakit hati.

c. Penderitaan akibat siksaan atau azab Tuhan.

Penderitaan ini merupakan azab dari Tuhan pada diri manusia atau kutukan Tuhan karena dosa-
dosa manusia. Misalnya tenggelamnya raja Fir’aun,derita Nabi Ayub,bencana alam misterius.

3. Rasa sakit

Rasa sakit adalah rasa tidak enak bagi penderitanya. Rasa sakit dapat ditimbul karena
adanya gangguan pada organ tubuh manusia atau karena suatu penyakit. Misalnya sinar yang
menyilaukan menyebabkan rasa sakit pada mata, penyakit rheumatik menimbulkan rasa sakit
penderitaan pada persendian dan tulang.

Rasa sakit dan penyakit manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan tiga macam, yaitu
sakit phisik, sakit syaraf (jiwa) dan sakit hati. Ketiga penyakit bisa merupakan rangakaian rasa
sakit pada manusia.

a. Sakit phisik

Rasa sakit phisik adalah perasaan tidak enak pada manusia. Dimana organ tubuh manusia
mengalami sakit dapat diperiksa (siamati) secara jelas melalui cara medis kedokteran.

b. Sakit syaraf daan jiwa

Secara ilmiah sakit syaraf diistilahkan neourosis, sedangkan sakit jiwa diistilahkan psikosis.
Sakit syaraf merupakan ketidak atau kurang normalnya fungsi sel-sel syaraf dalam melakukan
tugasnya.

Sakit jiwa orang menyebutnya gila, dimana suatu keadaan kurang atau tidak normalnya fungsi-
fungsi kejiwaan antara lain mengingat, mengamat, mengkhayal (fantasi), menghapal,
menyimpan kesan dan sebagainya. Dengan demikian saraf dapat mengakibatkan kurang
normalnya fungsi-fungsi jiwa seperti diatas. Sehingga saraf dapat mengakibatkan sakit jiwa.

Baik saraf maupun sakit jiwa sering ditunjukkan dengan gejala-gejaa gangguan dengan
simtoma penyimpang perilaku manusia. Simtoma-simtoma itu antara lain sebagai berikut :

1) Gangguan pengamatan

Gangguan pengamatan merupakan kesalahan-kesalahan dalam menggolongkan hasil-hasil


pengamatan manusia terhadap dunia sekitarnya. Gangguan pengamatan meliputi :

a. Astenia : gangguan pada syaraf peraba dalam menerima stimulus melalui kulit,
misalnya tidak merasakan panas, dingin, dan kehalusan.
b. Agnosia : gangguan pada syaraf indera, sehingga mata tidak dapat berfungsi
untuk melihat
c. Illusi : kesesatan persepsi dengan menerima bayangan atau pesan yang
menyesatkan, misalnya fatamorgana dipadang pasir dikira sumber air.
d. Hallusinasi : kesalahan pengamatan dengan mengkhayal bayangan seolah-olah
ada stimulus, misalnya orang merasa dikejar-kejar orang lain, orang yang baru
membunuh orang lain merasa dikejarkejar almarhumnya.

2) Gangguan fungsi-fungsi jiwa antara lain :

a. Gangguan pikiran : seseorang tidak mampu berpikir cermat dalam menghadapi


permasalahan.
b. Gangguan ingatan : sering disebut sakit ingatan yaitu orang yang mampu
mengingat dan mengorganisir kesan-kesan yang tersimpan dalam jiwa.
c. Gangguan kesadaran : ketidakmampuan mengendalikan kesadaran diri,
misalnya orang yang menyiksa orang lain atau berupa ekspresi luapan emosi.
d. Histeria : pemberian respon yang secara berlebihan yang tidak sesuai dengan
stimulusnya.
e. Gangguan fantasi : dengan mengkhayalkan suatu obyek diluar kewajaran atau
rasional, misalnya melamun.

3) Sakit Hati

Manusia dapat menderita sakit hati karena setiap orang merasa mempunyai harga diri dan
rasa iri serta dengki. Misalnya diejek, tidak dipedulikan, dicacimaki.

4) Siksaan

Siksaan merupakan sesuatu yang mengerikan. Karena kita membayangkan tindakan


pihak yang kuat yang semena-mena terhadap golongan lemah yang tak berdaya. Siksaan dapat
terjadi di dunia maupun di akhirat yang disebabkan ketidakberdayaan atau dosa-dosa manusia.
Siksaan di dunia bisa terjadi disebabkan unsur lingkungan di luar manusia yang semata-mata
bukan pihak orang. Penyebab seseorang berlaku sadis, kejam, menyiksa itu bermacam-macam,
ada yang karena uang, cinta, kedudukan, kehormatan, dendam kesumat dan sebagainya.

5) Neraka
Siksaan yang lebih megerikan lagi adalah siksaan di akirat yang sering disebut siksaan
kubur. Kehidupan neraka digambarkan kehidupan yang penuh siksaan daRI Tuhan Yang Maha
Esa.

6) Cara mengadapi penderitaan

Setiap orang yang menghadapi penderitaan akan berusaha untuk melepaskan diri dari
penderitaan. Manusia dalam melepaskan penderitaan dihadapkan pada dua kemungkinan
alternatif antara sikap negatif dan sikap positif. Dengan demikian cara menghadapi penderitaan
dengan sikap positif dapat dilakukan dengan cara :

a. Penyesalan perbuatan
b. Bertobat dihadapan Tuhan Yang Maha Esa
c. Inisiatif
d. Kompensasi
C. Contoh dalam Kehidupan

1. Derita menimpa orang tak memilih siapa saja kalau Tuhan ingin menimpakan, tidak dapat
ditolak, seperti halnya pesawat Fokker 28 milik Garuda di Branti, Tanjung Karang, Lampung.

Bab VIIII : Manusia dan Kegelisahan

A. Pengantar

Kegelisahan berasal dari kata “gelisah”, artinya tidak rasa tidak tenteram hati,
kurang tenang, tidak sabar lagi, merasa cemas, dan khawatir. Kegelisahan hanya dapat diketahui
dari gejala tingkah laku atau gerak-gerik seseorang dalam situasi tertentu.
Kegelisahan itu timbul karena perbuatan sendiri atau karena perbuatan atau keadaan dari luar diri
manusia, yang memberi pengaruh psikologis yang merugikan terhadap harta kekayaan.
Kegelisahan pada dasarnya dapat terjadi karena suasana yang tidak pasti (ketidakpastian), karena
merasa terasing ( keterasingan), perasaan sepi (kesepian), dan ancaman utilmatum terhadap diri
maupun terhadap milik seseorang. Kegelisahan artinya keadaan perasaan yang tidak tenteram,
keadaan perasaan yang tidak tenang, keadaan perasaan yang tidak sabar lagi, keadaan perasaan
yang cemas dan khawatir. Kegelisahan bersumber pada unsur rasa dalam diri manusia, jadi
bersifat psychologis/kejiwaan.

B. Kegelisahan

1. Jenis-jenis Kegelisahan

Sigmund Freud membedakan kegelisahan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu :

a. Kecemasan Obyektif

Sering pula dinamakan kecemasan kenyataan, yaitu kecemasan yang disebabkan adanya
bahaya dari luar, misalnya anak sakit dalam keadaan koma, kemungkinan anaknya diculik,
dan lain-lain.

a. Kecemasan Neurotik

Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah (syaraf). Kecemasan
ini disebabkan karena :

1. Cemas karena penyesuaian diri dengan lingkungan sehingga takut akan


bayangannya sendiri atau pada idenya sendiri.
2. Rasa takut irasional atau phobi.
3. Rasa takut yang lain, seperti gagap dan lain sebagainya.
C. Kecemasan Moral

Rasa iri, dengki, benci, dendam dan sebagainya itu merupakan sebagian dari pernyataan individu
secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat, maka sering alasan untuk iri, benci,
dendam, dan sebagainya itu kurang dapat dipahami orang lain. Adapun sebab-sebab orang
gelisah pada hakikatnya takut kehiangan hak-haknya. Usaha-usaha untuk mengatasi
kegellisahan, pertama-tama harus dimulai dari diri sendiri, yaitu harus bersikap tenang.

a. Ketidak pastian

Ketidakpastian berasal dari kata “tidak pasti’, artinya tidak tentu, tidak dapat ditentukan, tidak
tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Keadaan semacam ini lebih kuat tertuju
pada status, nama baik, martabat seseorang, yang menyentuh nilai kemanusiaannya, sehingga
dirasakan akan merugikan haknya. Ketidakpastian tentang lulus atau tidak dalam ujian Sarjana
yang sudah lama ditunggu-tunggu membuat orang gelisah.

b. Keterasingan

Keterasingan berasal dari kata “terasing”, artinya tersisih, terpisah, terpencil, dari pergaulan
masyarakat baik-baik.

Bab X : Manusia dan Harapan

A. Pengantar

Setiap manusia yang normal mempunyai cita-cita atau harapan dalam hidupnya. Ini berarti
bahwa ia ingin hidup dengan segala kesadaran ingin membina hidupnya agar selalu meningkat
martabat nya. Dalam istilah teknis psikologis hal itu disebut” Merealisasikan diri ( self
relazation), artinya manusia berusaha mengembangkan dirinya, sehingga hidupnya selalu
meningkat dan lebih baik serta dapat membantu memperkaya lingkungannya. Kepercayan
manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa mempengaruhi pandangan dan harapannya terhadap hari
kemudian.
B. Pokok Bahasan

1. Kebutuhan dan Harapan

Harapan yang sangat mendalam dapat menumbuhkan apa yang disebut keinginan. Harapan
berasal dari kata “harap” yang berarti keinginan sebelum sesuatu itu terjadi. Yang mempunyai
harapan itu hati, jadi putus harapan berarti putus asa. Contoh : seseorang mahasiswa yang selalu
memperhatikan dosennya, mengerjakan semua tugas yang diberikannya, selalu hadir setiap kali
kuliah dengan harapan memperoleh nilai yang baik. Perbuatan atau tindakan yang mengandung
motif, merupakan tindakan yang mempunyai pengharapan, artinya bahwa tindakan-tindakan itu
tujukan pada suatu titik sasaran akhir, suatu hasil sebagai imbalannya, imbalan dari segala
usaha, jerih payah yang telah dilakukannya. Harapan selalu dilatarbelakangi oleh kehidupan
yang berfokus pada kebutuhan hidup, yang bertujuan untuk menciptakan kemakmuran,
kesenangan, kebahagaian dan kebaikan.

2. Percaya diri

Kemampuan yang mendukung usaha atau perjuangan untuk membangkitkan sikap “percaya diri”
kemampuan meliputi kemampuan fikiran dan kemampuan fisik. Dengan kemampuan fikiran dan
kemampuan fisik, manusia dapat meramalkan dan merencanakan secara sempurna usaha dan
perjuangan yang ditempuhnya dalam mewujudkan keinginan.

3. Gairah mengatasi kesulitan

Untuk mencapai keberhasilan apa yang diharapkan, kesulitan-kesulitan yang menghadang harus
diatasi, dengan cara membangkitkan kemampuan yang berarti memupuk sikap percaya diri dan
membangkitkan gairah atau semangat kerja. Cara mengingkatkan kemampuan ini adalah:

1. Banyak memperoleh informasi tentang keberhasilan orang-orang tertentu.


2. Banyak berkomunikasi, bekerja dan ikut serta dengan orang-orang yang telah berhasil
dalam usahanya untuk memperoleh pengalaman dan keteramplan yang dapat dicontoh,
sehingga memberi harapan.
3. Mendengar dan menghayati nasehat-nasehat yang konstruktif, yang mengandung nilai-
nilai moral yang mempertebal keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
dapat memberi arah pada kehidupan yang lebih baik dan memberi harapan.
BAB III

ANALISIS

 Kelemahan Buku I (ISBD) diantaranya sebagai berikut :


1. Pada buku I (ISBD), penjeleasan pengantar mata kuliah ISBD sebagai mata kulaih umum
tidak begitu lengkap, hanya penjelasan secara garis besarnya saja (terdapat pada halaman
1).
2. Tidak dikemukakan materi ilmu social dan ilmu budaya dasar pada BAB I secara
terperinci
3. Tidak terdapat rangkuman/ ringkasan materi, setelah materi tersebut selesai
4. Tidak adanya soal-soal latihan bagi pembaca buku tersebut

 Kelebihan Buku II(IBD) diantaranya sebagai berikut :


1. Menjelaskan pengantar mata kuliah IBD kepada pembaca sebagai mata kulaih umum
secara lengkap
2. Materi ilmu budaya dasar pada BAB I dijelaskan secara terperinci (terdapat pada
halaman 1).
3. Menjelaskan materi ilmu budaya dasar yang mencakup manusia dan permaslahannya.
DAFTAR PUSTAKA

Sudibyo, Lies MH, dkk. 2013. Ilmu Social Budaya Dasar. Yogyakarta : C.V ANDI
OFFSET.

Anda mungkin juga menyukai