Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL BOOK REPORT

‘Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir’

DISUSUN OLEH :
NAMA : BELLA ADELIA (1163171005)
KELAS : REGULER A – PENMAS 2016
MATA KULIAH : SOSIOLOGI MASYARAKAT DESA &
KOTA

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. IBNU HAJAR, M.Si.

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Report untuk
Mata Kuliah Sosiologi Masyarakat Desa & Kota, saya mengambil judul buku tentang
‘Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir’ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Dan juga saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Hajar, M.Si. selaku Dosen mata kuliah Antropologi Sosial yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Penulisan Critical Book Report ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas–tugas ataupun Critical Book Report yang akan
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga Critical Book Report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan menyinggung perasaan dari pembaca. Akhir kata saya
ucapkan Terima Kasih.

Medan, 27 April 2019

Penulis

1
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir

Pengarang : Arif Satria

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun Terbit : 2015

Tebal Buku : xii + 150 halaman

ISBN : 978-979-461-935-3

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Critical Book Report merupakan menulis tinjauan kritis dari buku atau bab buku.
Meskipun ini mungkin latihan asing, itu tidak serumit tugas seperti menulis esai
membutuhkan banyak penelitian perpustakaan.

Ulasan buku ditulis untuk pembaca (dosen Anda, guru atau sesama mahasiswa) yang
berpengetahuan luas dalam disiplin dan tertarik tidak hanya pada cakupan dan isi buku yang
telah direview, tetapi juga dalam penilaian kritis dari ide-ide dan argumen yang sedang
disajikan oleh penulis.

Membaca untuk tinjauan kritis jelas, untuk menulis tinjauan kritis dari sebuah buku, kita
perlu membaca teks. Sebagai contoh di atas menunjukkan, dosen akan memberikan saran
tentang apa yang mereka ingin Anda kritik.

Apakah perlu untuk mengevaluasi secara kritis pendekatan teoritis, isi atau studi kasus,
pemilihan dan interpretasi bukti, berbagai cakupan, dan / atau gaya presentasi. Biasanya akan
membahas isu-isu utama yang penulis telah diperiksa secara khusus. Kadang-kadang dapat
memilih isu tertentu karena memiliki kepentingan dan tentu saja sebagai bahan belajar,.

Memperdalam pemahaman tentang masalah yang akan berfokus pada sekarang, atas dasar
pengetahuan secara keseluruhan buku dan keputusan tentang yang mengeluarkan akan
membahas, baca di dekat detail bagian dari buku yang relevan dengan masalah ini. Buatlah
catatan poin utama dan mengidentifikasi kutipan kunci. Jika perlu, baca artikel atau buku-
buku yang relevan dengan topik ,mungkin untuk memberikan bukti yang mendukung atau
model teoritis alternatif atau interpretasi data.

B. Tujuan critical book report


1) Mengulas isi buku
2) Memberikan masukan ,saran , gagasan serta ide untuk kesempurnaan sebuah buku
sesuai harapan dari si penulis
3) Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi dari sebuah buku
4) Menuntut mahasiswa agar mampu menuangkan ide, saran, gagasan, serta masukan
terhadap buku yang sedang di kritik

3
5) Menumbuhkan minat membaca mahasiswa serta meningkatkan keberfungsiaan
otaknya karena dalam kegiatan Critical Book Report mahasiswa di tuntut untuk
membaca sekaligus menganalisis tiap – tiap chapter buku.

C. Manfaat critical book report


1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota
2) Mengimplementasikan langkah-langkah mengritik buku dan mempelajari
menganalisis sebuah buku serta mengkaitkannya dengan kebutuhan masyarakat pada
masa sekarang dan masa yang akan datang.

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal-balik
antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama;
keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain
sebagainya (Pitirim Sorokin). Jadi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sosiologi merupakan
suatu ilmu yang mempelajari seluruh tingkah laku kehidupan manusia di suatu lingkungan
yang di mana di dalamnya terdapat manusia-manusia lain yang saling berhubugan antara
yang satunya dengan yang lainnya lagi, sehingga terjadi suatu interaksi di seluruh bidang
kehidupan.
Masyarakat dalam konteks sosiologi adalah society. Kata society berasal dari istilah
socius, artinya teman dalam mana di suatu pihak bermakna sebagai kawan, tetapi di lain
pihak dapat berarti lawan. Dengan kata lain masyarakat dapat diartikan sebagai kawan atau
sebagai lawan , mereka saling bergaul dan berinteraksi sehingga merupakan suatu sistem
sosial yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Menurut Talcott Parson suatu kelompok dapat disebut masyarakat apabila memenuhi
empat kriteria, yaitu (1) kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu; (2)
rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi; (3) kesetiaan pada suatu sistem
tindakan untuk bersama; (4) adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
Sehingga kumpulan penghuni suatu asrama tidak dapat kita namakan masyarakat, karena
mereka tidak dapat memproduksi kebutuhan pokok mereka seperti sandang dan pangan; usia
kelompok ini biasanya tidak melebihi masa hidup salah seorang anggotanya; anggota asrama
direkrut dari keluarga-keluarga dan bukan dari reproduksi; serta anggota asrama tidak terlibat
dalam sosialisasi awal terhadap generasi penghuni asrama berikutnya.
Pengertian Desa menurut Sutardjo Kartodikusuma adalah suatu kesatuan hukum
dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri. Sedangkan Kota
menurut Wirth adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh
orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Masyarakat desa dan masyarakat kota
secara sosiologis dapat ditelaah melalui konsep sistem sosial, sistem interaksi, pertukaran
sosial dan saling ketergantungan. Konsep masyarakat itu adalah sama dengan saling
ketergantungan antara sistem sosial, sistem interaksi dan sistem pertukaran sosial. (lexie M.
Giroth, 2004 : 187).

5
Bertolak dari pengertian yang ada, maka kita dituntut untuk memahami secara
mendalam mengenai konsep sosiologi masyarakat perdesaan dan perkotaan. Adapun
alasannya adalah agar tidak terjadi penyimpangan atau pengalihan pemahaman kita akan
nilai-nilai yang terkandung dalam interaksi yang terjadi baik di desa maupun di kota.
Pemahaman konsep sosiologi terhadap desa dan kota dapat dihampiri antara lain melalui
tipologi masyarakat dalam hubungannya dengan perdesaan dan perkotaan sebagai tempat
tinggal penduduk yang mempengaruhi gaya hidup mereka.
Teori mengenai tipe masyarakat desa atau gemainschaft, community, komunitas,
paguyuban, rural community, civic society dengan karakteristiknya adalah afektivitas,
orientasi kolektif, partikularisme, askripsi dan diffuseness. Sedangkan masyarakat kota atau
gesselchaft, society, societas, patembayan, urban community, civil society dengan
karakteristiknya adalah netrali afektif, orientasi diri, universalisme, prestasi, dan specifitas.
(Lexie M. Giroth, 2004 : 188) Setelah mamahami konsep sosiologi masyarakat desa dan kota,
maka yang menjadi core of the problem selanjutnya adalah adanya hubungan antara
masyarakat desa dan masyarakat kota, dimana adanya interdependensi atau saling
ketergantungan masyarakat baik yang bertempat tinggal di desa maupun di kota. Hal tersebut
dapat digambarkan dengan adanya kertergantungan antara institusi yang ada dalam
masyarakat baik desa maupun kota.
Interdependensi yang ditunjukkan baik antara institusi agama, ekonomi, politik,
keluarga dan pendidikkan. Kelima institusi ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dan
apabila ada yang tidak singkron maka akan terjadi ketimpangan antara masyarakat desa dan
kota. Penekanan ini lebih menitik beratkan adanya keselarasan antara pola perilaku
masyarakat baik desa dan kota, walau hanya dibatasi oleh ruang lingkupnya, yang
berpengaruh kepada karakter atau perilaku masyarakatnya. Tetapi pada dasarnya masyarakat
kota terdiri dari masyarakat desa terlebih dulu, maksudnya dikotapun masih ada pola perilaku
masyarakat desa yang menitik beratkan kepada karakteristik afektivitas, orientasi kolektif,
partikularisme, askripsi dan diffuseness.

A. Pengertian, Arti dan Definisi Desa Dan Kota


Pengertian Desa
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1979 Tentang pemerintah daerah Desa adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum,
yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah, langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik

6
Indonesia. Menurut Sutardjo Kartohadikusumo Desa adalah suatu kesatuan hukum tempat
tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Menurut
prof.Drs.Bintato, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografis, social, ekonomi,
politik dan kulural yng terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara
timbale balik dengan daerah lain.
Pengertian Kota
Menurut Prof. Drs. R. Bintarto Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia
dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen, dan corak
kehidupan yang materialistik. Menurut Max Weber Kota adalah suatu tempat yang
penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Secara
Umum Kota merupakan tempat bermukim warga kota , tempat bekerja tempat kegiatan
dalam bidang ekonomi, pemerintahan, dsb.

B. Sosiologi Perdesaan dan Sosiologi Perkotaan


Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang melukiskan dan mencakup hubungan
manusia didalamnya dan antara kelompok – kelompok yang ada di lingkungan pedesaan
(rural dalam bahasa inggris). Perkataan pedesaan dalam pemakaian sehari- hari mudah saja
untuk dimengerti. Tetapi jika harus diberikan batasan yang tepat adalah sukar juga. Jika kita
ikuti Maksud untuk mempelajari sosiologi pedesaan adalah untuk mengumpulkan keterangan
mengenai masyarakat pedesaan dan hubungan-hubungannya.yang melukiskan setelitinya
tingkah laku, sikap, perasaan, motif, dan kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan
pedesaan itu. Hasil dari penelitian sosiologi pedesaan tadi dapat di pergunakan untuk usaha-
usaha perbaikan penghidupan dan kehidupan manusia pedesaan. Misalnya usaha penyuluhan
pertanian.
Sosiologi perkotaan atau yang sering disebut “urban sociology” adalah kajian
sosiologis mengenai kota-kota, seperti prilaku masyarakat kota, pola interaksi masyarakat
kota, hubungan social masyarakat kota, problematika dalam masyarakat kota dan lain-lain.

C. Perbedaan Masyarakat Desa dan Kota


Masyarakat Pedesaan
1). Perilaku homogen
2). Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3). Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status .
4). Isolasi sosial, sehingga static

7
5). Kesatuan dan keutuhan cultural
6). Banyak ritual dan nilai-nilai sacral
7). Kolektivisme
8). Sederhana
9). Mudah curiga
10). Menjunjung tinggi “unggah-ungguh” atau kesopanan
11). Lugas
12). Tertutup dalam hal keuangan
13). Perasaan “minder” terhadap orang kota
14). Menghargai (“ngajeni”) orang lain
15). Jika diberi janji, akan selalu diingat
16). Suka gotong-royong
17). Demokratis
18). Religius

Masyarakat Kota:
1) Perilaku heterogen
2) Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3) Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4) Mobilitassosial,sehingga dinamik
5) Kebauran dan diversifikasi cultural
6) Birokrasi fungsional dan nilai-nilaisekular
7) Individualisme
8) Kehidupan keagamaannya berkurang,
9) Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada
orang lain (Individualisme).
10) Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata.
11) Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota.
12) Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga
kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-
kebutuhan seorang individu.

8
13) Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam
menerima pengaruh-pengaruh dari luar.

D. Disintegrasi kebudayaan masyarakat pesisir


Disintegrasi adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan atau
persatuan serta menyebabkan perpecahan. Pengaruh perubahan sosial terhadap kehidupan
masyarakat yang bersifat positif berarti akan melahirkan kondisi yang integratif sedangkan
yang membawa pengaruh negatif akan menciptakan kondisi hidup yang desintegratif atau
disorganisasi. Desintegrasi juga merupakan memudarnya kesatupaduan dalam organisasi dan
solidaritas antara yang kolektif, golongan, dan kelompok dalam suatu masyarakat.
Bentuk perubahan sosial yang cenderung membawa kondisi disintegrasi yaitu
perubahan sosial yang berbentuk revolusi dan perubahan yang pengaruhnya besar serta
perubahan yang tidak dikehendaki contohnya antara lain adalah sbagai berikut;
a) Disintegrasi masyarakat karena bentuk perubahan yang berlangsung secara tidak sengaja.
Contoh; adanya tindak kriminal,kesenjangan sosial, dan pengangguran.
b) Disintegrasi masyarakat karena bentuk perubahan yang pengaruhnya besar, contoh;
proses industrialisasi dan akan menimbulkan cultural log(kesenjangan kebudayaan)
contoh; teknologi pertanian yang begitu pesat, menurunnya sisyem pengolahan lahan
pertanian.
c) Disintegrasi mayarakat karena perubahan sosial budaya secara revolusi. Revolusi
merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan radikal. Melalui revolusi fisik
yaitu peperangan yang terjadi pada suatu negara. Contoh; perang Israel dan libanon, akan
dapat merusak struktur politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

9
BAB III
PEMBAHASAN

Ditulis dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, merupakan salah satu
kelebihan dari buku ini. Sesuai judulnya yakni "Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir", bab
per bab yang terkandung di dalamnya pun memuat hampir semua komponen dan bagian dari
kehidupan masyarakat pesisir di Nusantara. Bab per bab juga disusun rapi sedemikian rupa,
dan membahas hampir secara rinci semua komponen dari kehidupan masyarakat pesisir.
Mulai dari pendahuluan, karakteristik sosial, struktur sosial, dinamika perubahan teknologi
perikanan dan formasi sosial, konflik-konflik masyarakat pesisir, kemiskinan, pengelolaan
sumber daya perikanan berbasis masyarakat, hingga pemberdayaan masyarakat pesisir.
Dalam bab 2 sendiri diberikan contoh mengenai karakteristik sosial masyarakat maritim,
yang dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya adalah sistem pengetahuan, sistem
kepercayaan, peran perempuan, struktur sosial, dan posisi sosial nelayan.
Dalam aspek sistem pengetahuan, dijelaskan dengan beberapa contoh dari beberapa
daerah di Nusantara, diantaranya adalah sistem kalender dan penunjuk arah dengan
menggunakan rasi bintang tertentu di Kirdowono dan konsep Perbani dan pemeliharaan
sampan dengan pengasapan badan dengan cara membakar daun nipah ala Suku Laut.
Berlanjut kepada aspek-aspek selanjutnya, bahkan bab selanjutnya dijelaskan oleh Arif Satria
dengan menggunakan bahasa yang lugas dan ringkas, sehingga mudah untuk dipahami dan
dipelajari. Dengan menggunakan metode penjelasan disertai dengan contoh, menurut saya,
membuat pembaca lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh penulis.

BAB I : Penulis mampu menghadirkan keterkaitan antara peran sosiologi dan perubahan
yang ada di masyarakat pesisir, dengan membaca bab tersebut, maka dapat dipahami secara
eksplisit pola hubungan kedua materi . Disamping itu penulis menyajikan materi dengan
sederhana dan mudah dipahami, hal ini dapat dilihat bahwa penulis memberikan point to
point dalam susunan materinya. Disamping itu,berhubung karena materi yang disajikan tanpa
mendeskripsikan permasalahan yang jelas, pembaca merasakan kesulitan untuk
menggunakan teori dan solusi yang dijabarkan oleh penulis, sehingga tulisan dalam buku
BAB I tidak implikatif.

10
BAB II: Menurut Geene dan Pety (dalam Tarigan 1986 : 21) mengemukan bahwa buku
disinyalir harus membawa dampak kepada pembaca minimal mampu mendeskripsikan materi
yang disajikan dan mampu menstimulus pemahaman pembaca terhadap materi yang ada ,
aspek ini jelas terlihat dalam bab II dalam membahas Konsep sosiologi memiliki alur
pemamparan materi yang lebih jelas, komperhensif, dan mendalam. Disamping itu yang
menjadi menarik bahwa dalam bab II mampu mengkaitkan antara materi satu dengan yang
lainnya , jika dideskripsikan maka seperti mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain.
Untuk itu pembaca merasakan ada dinamika yang terkonsep dalam bab II.

BAB III: Setiap memaparkan materi terutama di awal kalimat, buku utama selalu
menjelaskan pembahasaannya yang diawali dengan pernyataan umum kemudian di akhiri
dengan pembahasaan yang lebih bersifat khusus. Hakikat masyarakat pesisir ditulis secara
sistematika pola kalimat yang runtut dan sederhana

BAB IV: Menurut Chamblis and Caffle (terjemahan muslich) 2009 : 52 mengemukan
bahawa identitas sebuah buku diukur dari sejauh mana penulis mampu menyerap dan
menyajikan sumber data dan fakta dari berbagai sumber. Materi Implementasi penyelesaian
masalah memuat Aspek kongkret yang dapat dipahami secara sederhana

BAB V: Ada beberapa sajian materi yang menggagas variabel Kebijakan masalah secara
sempit hal ini tidak sesuai dengan fakta dan data yang ada.

BAB VI : Harapan dari pembaca seharusnya penulis menjelaskan bahwa ada nilai dan
keunggulan dari standarisasi masyarakat pedesaan yang dipaparkan, tetapi materi tidak pada
pucak klimaks, hal ini dikarenakan pembaca tidak menemukan kelebihan dan aspek yang
khas dari pemaparan bab VI.

BAB VII : Ada beberapa materi yang dianggap pembaca penting yang tidak dijelaskan
secara rinci oleh penulis, padahal pembaca menganggap bahwa pembahasan itu sangat
inovatif dan baik untuk sertifikasi di bidang pendidikan.

11
BAB IV

KESIMPULAN

Ditulis dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, merupakan salah satu
kelebihan dari buku ini. Sesuai judulnya yakni "Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir", bab
per bab yang terkandung di dalamnya pun memuat hampir semua komponen dan bagian dari
kehidupan masyarakat pesisir di Nusantara. Bab per bab juga disusun rapi sedemikian rupa,
dan membahas hampir secara rinci semua komponen dari kehidupan masyarakat pesisir.

Mulai dari pendahuluan, karakteristik sosial, struktur sosial, dinamika perubahan


teknologi perikanan dan formasi sosial, konflik-konflik masyarakat pesisir, kemiskinan,
pengelolaan sumber daya perikanan berbasis masyarakat, hingga pemberdayaan masyarakat
pesisir. Dalam bab 2 sendiri diberikan contoh mengenai karakteristik sosial masyarakat
maritim, yang dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya adalah sistem pengetahuan,
sistem kepercayaan, peran perempuan, struktur sosial, dan posisi sosial nelayan.

Dalam aspek sistem pengetahuan, dijelaskan dengan beberapa contoh dari beberapa
daerah di Nusantara, diantaranya adalah sistem kalender dan penunjuk arah dengan
menggunakan rasi bintang tertentu di Kirdowono dan konsep Perbani dan pemeliharaan
sampan dengan pengasapan badan dengan cara membakar daun nipah ala Suku Laut.
Berlanjut kepada aspek-aspek selanjutnya, bahkan bab selanjutnya dijelaskan oleh Arif Satria
dengan menggunakan bahasa yang lugas dan ringkas, sehingga mudah untuk dipahami dan
dipelajari. Dengan menggunakan metode penjelasan disertai dengan contoh, menurut saya,
membuat pembaca lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh penulis.

Begitu pula dengan buku dari Arif Satria ini, penelitian beliau yang sebelumnya telah
mendalam di bidang sosiologi masyarakat pesisir Nusantara memudahkan beliau untuk
memaparkan contoh-contoh konkrit yang terjadi di masyarakat pesisir berbagai penjuru
Nusantara. Mulai dari nelayan Suku Laut, Kirdowono, Wonokerto Pekalongan, Madura, dan
masih banyak lagi contoh lainnya dalam buku ini.

Selain dengan menggunakan contoh-contoh dari keadaan nelayan di berbagai penjuru


Nusantara, Arif Satria juga menggunakan tabel, diagram, dan bagan untuk memudahkan
pembaca memahami poin-poin penting dari apa yang disampaikan olehnya. Contohnya
adalah tabel mengenai tipologi dan karakteristik nelayan di Rote Ndao pada bab 2 dan juga

12
tabel mengenai perbandingan pengaruh tengkulak pada usaha perikanan di pulau Panggang
pada bab 3.

Paduan dua metode penjelasan ini, disamping penjabaran dengan menggunakan teori
dari penelitian orang lain yang serupa, merupakan perpaduan seimbang yang menjadi salah
satu kelebihan buku ini. Terlebih lagi, daftar pustaka yang tak sedikit pula, menambah juga
warna dari buku ini. Buku ini sangat direkomendasikan untuk pembaca yang tertarik akan
kehidupan masyarakat pesisir.

13

Anda mungkin juga menyukai