Anda di halaman 1dari 107

SUBSTANSI ARAH ILMU SOSIAL DAN BU DAYA DASAR

A. HAKIKAT, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

1. Hakikat Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)

Ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) merupakan mata kuliah berkehidupan

bermasyarakat (MBB) dengan visi Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia

terpelajar yang kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman, kesetaraan, dan

kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika, etika, dan moral dalam

kehidupan bermasyarakat: Adapun misinya adalah Memberikan landasan dan

wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa

untuk memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam

kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab serta ber

tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan suatu

rangkaian pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam

kehidupan manusia sebagai mahluk sosial yang berbudaya, dan masalah-masalah

yang terwujud dari padanya. Selain itu mata kulia ini pada prinsipnya sebagai

pengantar dasar menuju pengenalan teori ilmu-ilmu sosial dan kebudayaan sehingga

di harapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan ke ilmuan yang bersipat

multidisipline tentang keragaman, kesetaraan dan kemartabatan manusia dalam

kehidupan bermasyarakat dan negara.

2. Tujuan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)


Berdasarkan hakikat keilmuan di atas, maka tujuan ilmu sosial dan budaya

dasar (ISBD) yang merupakan bagian dari mata kuliah berkehidupan bermasyarakat

(MBB) yaitu:

a. Mengembangkan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang

keanekaragaman, kesetaraan, kemartabatan dan kebebasan, serta keterikatan

manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif dalam memahami keragaman,

kesederajatan, dan kemartabatan manusia dengan landasan nilai estetika, etika, dan

moral dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan

kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan

mahkluk sosial yang beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan

keahliannya dan mampu memecahkan masalah sosial budaya secara arif.

Tujuan ini secara lebih luas dimaksudkan untuk membentuk kepribadian

mahasiswa yang memiliki cakrawala berpikir yang analitis, dialektik, inovatif,

persuasif, dan terampil dalam mengimplementasikan kreasinya pada masyarakat

secara relevan.

3. Ruang Lingkup Mata Kulia Pengantar Ilmu Sosial Dan Budaya (ISBD)

Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan mata kulia ilmu sosial dan budaya

dasar (ISBD) pada perguruan tinggi, berikut ini merupakan ruang lingkup dan sub

bahasanya terdiri:

a. Pengatar ilmu sosial dan budaya dasar (ISBD) yang mencakup


1. hakikat dan ruang lingkup ISBD

2. ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum

3. ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah sosial budaya

b. Manusia sebagai mahluk budaya

1. hakikat manusia sebagai mahluk budaya

2. apresiasi terhadap kemanusian dan kebudayaan

3. etika dan estetika berbudaya

4. memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep-konsep dasar

manusia.

5. Problematika kebudayaan

c. Manusia sebagai individu dan mahluk sosial

1. hakikat manusia sebagai individu dan mahluk sosial

2. fungsi dan peran manusia sebagai individu dan mahluk sosial

3. dinamika interaksi sosial

4. dilema antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat

d. Manusia dan peradaban

1. hakikat peradapan.

2. Manusia sebagai mahluk beradap dan masyarakat adap.

3. Evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan sosial budaya.

4. Dinamika peradaban global

5. Problematika peradapaban pada kehidupan manusia

e. Manusia, keragaman, kesetaraan

1. hakikat keragaman dan kesetaraan manusia.


2. Kemajemukan dalam dinamika sosial dan budaya.

3. Keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya bangsa

4. Problematika keragaman dan kesetaraan serta solusinya dalam kehidupan

masyarakat.

f. Manusia, nilai, moral dan hukum dalam domain ahlak mulia

1. hakikat, fungsi dan perwujudan nilai, moral dan hukum dalam kehidupan

manusia.

2. Keadilan, ketertiban dan kesejahteraan sebagai wujud masyarakat yang

bermoral dan menaati hukum

3. Problematika nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara

g. Manusia, sain, teknologi dan seni

1. hakikat dan makna sain, teknologi dan seni bagi manusia.

2. Dampak penyalagunaan iptek pada kehidupan sosial dan budaya.

3. Problematika pemanpaatan iptek di indonesia.

h. Manusia dan lingkungan

1. hakikat dan makna lingkungan bagi manusia

2. kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan manusia

3. problematikan lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat

4. isu-isu penting tentang persoalan lintas budaya dan bangsa.

Secara umum cakupan materi ilmu ini dapat disimpulkan adalah tentang

eksitensi, esensi dan subtansi terkait umat, ekologi, keilmuan, ahlak, etika,

variasi dan perubahan budaya.


B. ISBD SEBAGAI MBB DAN PENDIDIKAN UMUM

ISBD sebagai bagian dari mata kuliah berkehidupar bermasyarakat (MBB)

mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik antara manusia dengan

lingkungannya. Dengan wawasan tersebut diharapkan perguruan tinggi mampu

menghasilkan tenaga ahli dengan tiga jenis kemampuan secara simultan, yang

meliputi:

1. Kemampuan personal: para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga

mampu menunjukkan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan

kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilainilai keagamaan,

kemasyarakatan dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan

kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

2. Kemampuan akademis: kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan

maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis,

sistematis, analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan

merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternatif peme-

cahannya.

3. Kemampuan profesional: kemampuan dalam bidang profesi sesuai keahlian

bersangkutan, para ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

tinggi dalam bidang profesinya.

Dengan bahasa lain bahwa perguruan tinggi diharapkan mampu

mengembangkan mahasiswa yang memiliki kepribadian, keilmuan serta

keterampilan, hingga komitmen kuat dalam mengaktualisasikan talenta dirinya dalam

memba-ngun kehidupan masyarakat sebagai objek dari kompetensi yang dimilikinya.


C. ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL-

BUDAYA

Dengan bekal wawasan, sikap dan perilaku melalui mata kuliah ilmu sosial

dan budaya (ISBD) diharapkan mahasiswa dapat menjadi manusia yang memiliki

kemampuan personal, kemampuan akademik, dan kemampuan profesional, sehingga

para lulusan akan mampu mengenali masalah dan mengatasi masalah tersebut dengan

bijaksana. Dengan itu problematika kemanusiaan dan peradaban manusia merupakan

fakta objektif yang penting dikenali secara akademis, rasional, bukan common sense

dan sekaligus tetap menjunjung tinggi pemikiran serta nilai-nilai luhur tradisi lokal.

Di samping diurai kondisi objektif konteks keindonesiaan, buku ini juga

mengulas lesson learns atau pelajaran berharga dari fakta atau fenomena sosial yang

terjadi di sekitar lingkungan kita baik yang dialami secara langsung atau tidak

langsung dalam prespektif lintas keilmuan secara simultan. Pendekatan

multidisipliner dipilih guna menstimulus mahasiswa berpikir terbuka dan kritis atas

apa yang didengar, dimengerti, dipahami, dan dikonsepsikannya selama ini agar dapat

didiskusikan dan dikomunikasikan menjadi pengetahuan yang ilmiah.

Wujud nyata dari keahlian ilmu ini adalah partisipatif dan aktif serta tanggap

atas konflik, tekanan, bahkan bencana sosial maupun alam yang teriadi pada suatu

masyakarat serta rela terjun ke dalamnya baik secara mandiri atau bergabung dalam

tim hingga terintegrasi dalam satu komunitas pemecah solusi menuju masyarakat

rukun dan damai serta stabil kembali.


MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA

A. Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Budaya

Sebelum mengulas manusia sebagai makhluk budaya, penting bagi kita

mencermati kajian tentang filsafat manusia secara singkat dan mendasar. Bahwasanya

diskusi klasik yang hingga kini masih dibincangkan seputar manusia adalah per-

tanyaan siapakah sebenarnya manusia itu. Dengan pertanyaan tersebut sejauh ini

telah menghasilkan bermunculannya berbagai teori, konsep, konstruk pemikiran

bahkan telah berkembang menjadi banyak aliran terkait pemikiran tentang hakikat

manusia.

Secara sederhana aliran tersebut dapat diklasifikasikan dalam beberapa aliran

utama, yaitu materialisme, idealisme, realisme, dan aliran agamawan (teologis).

Tetapi penting ditegaskan di sini bahwasanya hingga kini jawaban tentang siapa

manusia itu tampaknya belum juga terpuaskan atau belum final.

Jika kita tarik benang merah dari pemikiran beberapa aliran di atas, umumnya

berusaha mendudukkan hakikat manusia sebagai makhluk di antara makhluk lainnya

di muka bumi ini, sekaligus berusaha membandingkan di antara keduanya. Kesamaan

manusia sebagai makhluk dengan makhluk lainnya adalah pada dorongan naluriah

(animal instinct) yang termuat dalam tiap gen mereka. Adapun yang membedakan

manusia dari makhluk lainnya adalah dalam hal pengetahuan dan perasaan

(emosional dan kejiwaan). Melalui pengetahuan yang dimiliki manusia, ia dapat

hidup jauh lebih berkembang (survival) daripada pengetahuan makhluk lainnya.


Demikian juga melalui perasaan manusia, mereka dapat mengembangkan eksistensi

kemanusiaannya menjadi lebih beradab dibanding makhluk lainnya.

Secara lebih mendalam, pendekatan keilmuan yang umumnya digunakan

untuk membincangkan hakikat manusia ini adalah melalui ilmu antropologi filsafat

atau filsafat manusia (anthropos dalam bahasa Yunani berarti manusia). Awalnya

filsafat manusia lebih dekat dengan kajian psikologi filosofis atau psikologi rasional,

tetapi tampaknya pendekatan psikologi dianggap kurang mencakup diskusi tentang

manusia secara holistik karena sesungguhnya diskusi tentang filsafat manusia tidak

saja membahas aspek jiwa dan raganya, tetapi juga roh dan badannya.

Sebagaimana pemikiran Plato dan Plotinos, bahwa manusia adalah makhluk

ilahiah. Bahkan lebih ekstrem disampaikan Descrates, menurutnya manusia memiliki

kebebasan mirip seperti kebebasan yang dimiliki Tuhan. Tetapi, pandangan manusia

sebagai makhluk ilahiah tersebut ditolak oleh Epikuros dan Lukretius. Menurut

keduanya manusia tak lebih makhluk hidup berumur pendek, ia lahir karena

kebetulan, dan akhirnya sama sekali lenyap. Demikian juga seperti yang disampaikan

Voltaire, manusia tidak berbeda secara esensial ibarat binatang yang paling tinggi

atau sempurna.

Pandangan lain tentang manusia disampaikan Hobbes. la berpendapat bahwa

manusia pada dasarnya memiliki sifat agresif dan jahat. Tetapi Rousseau justru

melihat sebaliknya, yaitu manusia dalam kodratnya adalah baik. Belakangan, para

pemikir seperti Buber, Marcel, Levinas, dan Mounier menegaskan bahwa setiap

manusia memiliki suatu kepribadian dengan kompleksitas nilai yang unik. Tetapi,
pemikir lainnya justru meletakkan manusia sebagai makhluk yang tak berarti atau

keinginan yang sia-sia.

Ungkapan Descartes yang dikenal luas cogito ergo sum (aku berpikir, maka

aku ada). Cogito (aku berpikir) adalah suatu kepastian tak tergoyahkan, ia ingin suatu

kepastian tentang eksistensi Tuhan dan ketidakmatian jiwa manusia. Hal yang sama

dikemukakan Maine de Biran yang bertitik tolak pada volo (aku mau), dengan

merefleksikan aku mau, ia menemukan paham tentang diri dan pengaruh afeksi atas

segala kepastiannya. Atau filsafat Karl Marx dengan ungkapan manusia adalah

makhluk yang bekerja. Artinya, sebagai makhluk paradoksal, manusia itu bebas dan

terikat, otonom dan tergantung, terbatas dan tidak terbatas. Sebagai makhluk yang

dinamis, manusia bebas dan bertanggung jawab, tetapi dalam kebebasan juga hadir

suatu dorongan metafisika, suatu orientasi dasariah untuk menuju diri yang sejati.

Sebagai makhluk multidimensional, manusia meskipun sebagai suatu kesatuan, tetapi

di dalam kesatuan itu ditemukan pelbagai dimensi ontologis dengan tingkatan yang

berbeda.

Herbert Marcuse mengatakan meskipun seolah-olah manusia itu one-

dimensional man, yang terkurung dalam dimensi produksi-konsumsi, tetapi

konsumerisme itu sesungguhnya bertentangan dengan panggilannya sebagai makhluk

pluridimensional. Panggilan atau seruan itu berkaitan erat dengan hakikat manusia.

W. Luijpen mengatakan being man is having to be man (diri manusia merupakan

suatu seruan etis untuk manusia).

B. HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN ISLAM


Melengkapi kajian hakikat manusia pada bahasan sebelumnya, maka

dipandang penting untuk mendiskusikan hakikat manusia dalam perspektif Islam.

Mengkaji manusia dalam perspektif keislaman tidak dapat dilepaskan dari konteks

masyarakat muslim itu sendiri. Sebagaimana disebutkan Fazlur Rahman bahwasanya

masyarakat Islam dibentuk karena ideologinya, yaitu Islam (Fazlur Rahman, 1980:

43). Ideologi adalah Weltanschauung, yang menjelaskan realitas dalam perspektif

tertentu. Ideologi adalah cara memandang realitas. Di antara realitas penting yang

diulas ideologi adalah hakikat manusia. Konteks manusia dan masyarakat tersebut

sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, terdapat sekurangnya tiga istilah kunci

yang mengacu kepada makna pokok manusia, yaitu: basyar, insan, dan al-nas.

Nabi Muhammad SAW disuruh Allah untuk menegaskan bahwasanya dirinya

secara biologis, ia tak ubahnya sama seperti manusia yang lain: Katakanlah, aku ini

manusia biasa (basyar) seperti kamu, hanya saja aku diberi wahyu bahwa Tuhanmu

ialah Tuhan yangsatu (QS. 18: 110; QS. 41: 6). Tentang para nabi, orang-orang kafir

selalu berkata: Bukankah ia basyar seperti kamu, ia makan apa yang kamu makan,

dan ia minum apa yang kamu minum (QS. 33: 33). Ayat ini juga ditegaskan dalam

QS. 25: 7: Mereka berkata, Bukankah Rasul itu memakan makanan dan berjalan

jalan di pasar? dan QS. 25: 20, Dan tidak Kami utus sebelummu para utusan ke-

cuali mereka itu memakan makanan dan berjalan jalan di pasar. Ketika wanita-

wanita Mesir takjub melihat ketampanan Yusuf AS, mereka berkata, Ya Allah, ini

bukan Basyar, tapi ini tidak lain kecuali malaikat yang mulia (QS. 12: 31). Dari

uraian tersebut, maka secara singkat bahwasanya konsep basyar selalu dihubungkan
dengan sifat-sifat biologis manusia semata, yaitu butuh makan, minum, seks, berjalan

di pasar, dan seterusnya.

Dengan demikian dapat dimaknai bahwa manusia adalah mahluk ciptaat Allah

SWT, berkewajiban memahami isi wahyu (Al-qulaan dan Hadits), berakidah

(Bertuhan), beribadah, beraklakul karimah,, memahami sososk pembawa dan

pengembang serta kebudayaan hingga peradaban agama, motivasi, dan jenis

penuntutan ilmu (langit dan bumi) dalam hidup, serta aktualisasinya dalam kehupan

diri, masyarakat dan negara.

C. HAKIKAT MANUSIA DALAM KEBUDAYAAN

Kebudayaan sering kali dipahami dengan pengertian yang tidak tepat.

Beberapa ahli ilmu sosial telah berusaha merumuskan berbagai definisi tentang

kebudayaan dalam rangka memberikan pengertian yang benar tentang apa yang

dimaksud dengan kebudayaan tersebut. Akan tetapi, ternyata definisi-definisi tersebut

tetap saja kurang memuaskan. Terdapat dua aliran pemikiran yang berusaha

memberikan kerangka bagi pemahaman tentang pengertian kebudayaan ini, yaitu

aliran ideasional dan aliran behaviourisme/materialisme. Dari berbagai definisi yang

telah dibuat tersebut, Koentjaraningrat berusaha merangkum pengertian kebudayaan

dalam tiga wujudnya, yaitu kebudayaan sebagai wujud cultural system, social system,

dan artefact. Artinya, kebudayaan tersusun atas beberapa komponen utama, yaitu

yang bersifat kognitif, normatif, dan materiel.

Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, karena

menjadi manusia tidak lain adalah merupakan bagian dari hasil kebudayaan itu
sendiri. Hampir semua tindakan manusia merupakan produk kebudayaan. Kecuali

tindakan yang sifatnya naluriah saja (animal instinct) yang bukan merupakan

kebudayaan. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara

belajar, seperti melalui proses internalisasi, sosialisasi, dan alkulturasi. Karena itu,

budaya bukanlah sesuatu yang statis dan kaku, tetapi senantiasa berubah sesuai

perubahan sosial yang ada. Sebagaimana dikatakan Van Peursen (1988) bahwasanya

budaya semestinya diperlakukan sebagai kata kerja, bukannya sebagai kata benda.

Sebab suatu budaya dalam masyarakat terusmenerus berubah, bahkan meskipun itu

adalah sebuah tradisi. Dan biasanya proses pengalihan atau perubahan budaya

difasilitasi oleh adanya kontak komunikasi melalui bahasa. Tanpa bahasa, proses

pengalihan kebudayaan tidak akan terjadi.

Dengan demikian maka secara definitif makna kebudayaan sendiri adalah

keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan

dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat

(E.B. Taylor, 1871: 21). Substansi penjelasan Taylor tersebut pada dasarnya telah

merangkum semua definisi tentang kebudayaan yang pernah muncul (Jujun S.

Suriasumantri, 2003: 261). Namun Kuntjaraningrat (1974) kemudian membaginya

menjadi unsur-unsur kebudayaan secara lebih terperinci, yaitu terdiri dari sistem

religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem

kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem pencarian serta sistem

teknologi peralatan.

Manusia memiliki kemampuan dasar selain instingtif, juga kemampuan untuk

terus belajar, berkomunikasi dan menguasi objek-objek yang bersifat fisik. Dengan
kemampuan berkomunikasi dan belajar menjadikan manusia terus meningkatkan

kecerdasan dan cara berpikirnya. Selain itu, manusia juga memiliki kehalusan

perasaan atau kejiwaan yang di dalamnya terkandung dorongan-dorangan hidup

dasar, insting, perasaan, berpikir, kemauan, dan fantasi. Kejiwaan atau budi yang

dimiliki manusia menjadi motor atau penggerak bagi terciptanya hubungan bermakna

dengan alam sekitarnya melalui penilaian atas objek dan kejadian. Nilai yang

diberikan oleh manusia inilah yang menjadi tujuan dan substansi dari kebudavaan itu

sendiri.

Jika disimpulkan, maka inti dari kebudayaan adalah nilai-nilai dasar dari

segenap wujud kebudayaan atau hasil kebudayaan. Nilai-nilai budaya dan segenap

hasilnya adalah muncul dari tata cara hidup yang merupakan kegiatan manusia atas

nilai-nilai budaya yang di kandungnya. Cara hidup manusia tidak lain adalah bentuk

konkret (nyata) dari nilai-nilai budaya yang bersifat abstrak (idea). Dengan bahasa

lain, nilai budaya hanya bisa diketahui melalui budi dan jiwa, sementara tata cara

hidup manusia dapat diketahui oleh pancaindra. Dari idea kebudayaan dan tata cara

hidup manusia kemudian terwujud produk (artefak) kebudayaan sebagai sarana untuk

memudahkan atau sebagai alat dalam berkehidupan. Sarana kebudayaan adalah

perwujudan secara fisik atas nilai-nilai budaya dan tata cara hidup yang dilakukan

manusia guna memudahkan atau menjembatani tercapainya pelbagai kebutuhan

manusia.

Agama sering menjadi kuat dominasinya jika ia kuat penekananan nya pada

nilai tertinggi yaitu hubungan dengan maha pencipta (tuhan) dan kehidupan abadi
serta keadilan tertinggi atas kebaikan dan keburukan atas pola pikir, sikap, perilaku

selama di dunia.

1. Agama

Dalam temuan antropologi dan sosiologi komponen pokok yang terdapat

dalam setiap agama meliputi adanya umat beragama, sistem keyakinan,

sister peribadatan, sistem peralatan ritus, emosi keagamaan.

2. Ilmu pengetahuan

Dari penelitian antropologi dan sosiologi semua masyarakat pendukung

suatu kebudayaan, memiliki sistem pengetahuan yang utuh menengapi

kebedaradaan alam nyata natural dan niryata.

3. Teknologi

Antropologi dan sosiologi juga menjumpai bahwa setiap warga

masyarakat pendukung suatu kebudayaan memiliki kemampuan secara

idea hingga melaksanankan kegiatan bersama.

4. Ekonimi

Antropoli serta sosiologi juga menemukan dalam setiap masyarakat

kebudayaan adanya bentuk-bentuk ekonomi (berburu meramu, bercocok

tanam, barter, poto, komunikasi).

5. Organisasi sosial

Pada setiap masyarakat pendukung kebudayaan akan selalu terdapat

variasi kelompok warga masyarakat (kemargaan, jaringan kawin-mawin.

Kampung, keetnisan, profesi, politik).


6. Bahasa dan komunikasi

Setiap masyarakat pendukung suatu kebudayaan memiliki simbol-simbol

bunyi dan intonasi serta isyarat yang digunakan untuk menyampaikan

suatu maksud kepada seseorang atau halayak untuk dipahami dan

dilaksanakan.

7. Kesenian

Antropologi menemukan bahwa pada setiap kebudayaan masyarakat

mempunyai ungkapan seni berupa simbol penryataan rasa senang dan

susah (suka-duka).

Dalam konteks tinggalan budaya disini, terdapat satu lagi bentuk

peningalan yang merupakan wujud keempat yakni lingkunga. Barangkali,

muncul pertanyaan dalam benak kita mengapa lingkungan dapat

dikategorikan sebagai warisan budaya? Lantas, lingkungan seperti apa

yang termaksud poningalan budaya? Sebelum masuk pada pemaparan atas

pertanyaan-pertanyaan tersebut ada baiknya bila mengetahui terlebih

dahulu pengertian lingkungan dalam tulisan ini. Ahisam putra (2004:38)

menjelaskan bahwa lingkungan atau impiromen secara garis besar dapat

dibedakan berdasarkan (1) sifat atau keadaan nya dan (2) asal usul nya.

Lingkunga atas dasar kategori sifat ini masi dapat dipilah lagi menjadi.

1. Lingkungan fisik, berupa benda- benda yang ada disekitar kita, mahluk

hidup, dan segala unsur-unsur alam.


2. Lingkungan sosial, meliputi prilaku-prilaku manusia atau sebagai

aktipitas sosial yang berupa interaksi antar individu serta berbagai

aktipitas individu.

3. Lingkungan budaya mencakup pandangtan-pandangan, pengetahuan,

norma-norma serta aturan yang berlaku dalam suatau masyarakat .

Dengan kata lain manusia dalam kebudayaan adalah pencetus,

peganalisis dan pengubah, pengembang, penepis pengagas unsur

budaya baru dari internal maupunn dari kemunculan dan hadiran

budaya eksternal, dan pemakai budaya itu sendiri. Jadi manusia dapat

berdiri sebagai objek dan juga subjek, pewaris dan penerima waris,

serta pengembang kebudayaan.

D. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA

Perjalanan kebudayaan manusia dalam sejarahnya erat kaitannya dengan

pendidikan. Sebab semua materi yang terkandung dalam kebudayaan yang diperoleh

manusia selain dilalui secara sadar juga dilalui dengan proses belajar. Melalui proses

belajar itulah transfer nilai-nilai kebudayaan terhadap generasi ke generasi berikutnya

dilakukan. Sehingga nilai-nilai kebudayaan senantiasa berkelanjutan dari waktu ke

waktu, dari kebudayaan masa lalu menuju kebudayaan masa kini. Ada kebudayaan

masa lalu yang tetap dipertahankan dalam kebudayaan masa kini, ada juga yang

ditinggalkan atau tidak digunakan. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan

kebudayaan pada masa lalu yana pernah ditinggalkan akan kembali digunakan oleh

generasi mendatang. Artinya, sebagaimana disampaikan oleh Alfred Korybski, bahwa


kebudayaan mempunyai kemampuan mengikat waktu. Jika tanaman hanya mampu

mengikat bahan-bahan kimiawi yang penting bagi pertumbuhan tanaman itu, binatang

mengikat ruang, maka manusia mengikat waktu. (Jujun, 2003: 263). Dengan itu

seseorang dikatakan berbudaya pada hakikatnya ketika ia telah menjaga nilai-nilai

luhur dan tatanan kemasyarakatan yang telah berlaku sebelumnya, dan dengan tetap

terbuka terhadap kemungkinan masuknya kebudayaan baru.

Kebudayaan Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak kebudayaan yang

ada di dunia. Keberadaannya-sama dengan kebudayaan lain-telah berlangsung dalam

waktu yang lama. Mendiskusikan kebudayaan Indonesia, maka kita akan berbicara

tentang sejarah panjang pertemuan antarkebudayaan daerah Indonesia dengan

kebudayaan dari luar Indonesia.

Jika dikaji selama dalam masa penjajahan tersebut, bukan hanya kisah

perlawanan fisik semata, tetapi juga tentang perlawanan kebudayaan. Oleh karena itu,

terjadi perubahan yang besar dalam banyak bidang kehidupan kita. Dalam hal ini,

misalnya dapat disoroti perubahan bentuk pemerintahan. Perubahan bentuk

pemerintahan, dari kerajaan kepada negara, menjadi sebuah perubahan yang

menuntut adanya kesatuan wilayah dan kebudayaan di Indonesia. Pada masa ini pula,

polemik tentang dasar negara, bahasa, Undang-Undang Dasar, dan persoalan

kebudayaan nasional mulai terlihat. Saat itu telah banyak usaha yang dilakukan untuk

merumuskan apa itu kebudayaan Indonesia. Kekayaan kebudayaan yang sedemikian

hebat dari wilayah Indonesia, membuat para perumus tidak ingin menghilangkan

kebudayan yang sudah lama hidup di negeri ini. Kekayaan kebudayaan yang telah

terkenal kebesarannya ke seluruh mancanegara, dari Tiongkok hingga Eropa. Namun,


hingga saat ini usaha perumusan tersebut belum membuahkan hasil yang final dan

memuaskan. Bahkan kita tampaknya perlu jujur bahwa masyarakat Indonesia telah

banyak yang teralihkan perhatiannya kepada kebudayaan yang dibawa oleh bangsa

Eropa dan Amerika.

Konteks keindonesiaan, kebudayaan manusia Indonesia dalam beberapa tahun

terakhir telah didesak oleh serbuan kebudayaan asing melalui deras arus globalisasi

(tata cara hidup sosial lintas antarbenua). Sementara kebudayaan milik daerah atau

nasional sendiri sering kali sulit beradaptasi dengan budaya asing. Di era tahun 2000-

an misalnya, terlihat begitu mencolok perilaku atau tata cara hidup generasi muda

yang dekat dengan budaya asing. Bandingkan antara kegiatan para remaja yang

keluar-masuk pub, diskotik, dan tempat hiburan malam lainnya terutama di kota-kota

besar dan metropolitan dengan kegiatan gotong royong, silaturahmi (kunjung-

mengunjungi) sanak famili, membatik, belajar pantun dan lainnya yang menjadi

wujud kebudayaan leluhur masa lalu. Proses akulturasi budaya asing dengan budaya

lokal masih kental dengan pengejawantahan nilai-nilai asing itu sendiri dibanding

menjadi sebuah kebudayaan milik sendiri. Artinya, kebudayaan yang ditampilkan

kebanyakan generasi muda saat ini bukan melalui proses belajar dan secara sadar

mewakili kebutuhan mendasar mereka, tetapi lebih mengikuti tren kebudayaan baru

dari luar (budaya global).

Untuk itu manusia dalam berbudaya berkewajiban bersikap dan berperilaku

yang halus, serasi, serta tepat dalam mengamalkan nilai idea, aktivitas sosial,

kebudayaan materi, di bidang keyakinan, ilmu dan keterampilan, peralatan hidup,

pemenuhan kebutuhan rutin, berorganisasi, bertutur kata dan berkomunikasi, serta


berkesenian, yang hidup dalam masyarakat pendukung kebudayaan itu. Dengan kata

lain, manusia harus menjaga akhlak mulianya yang meliputi: etika, tata krama, budi

pekerti, moral, susila, sopan santun baik yang tertuang dalam simbol-simbol maupun

yang harus muncul dalam perilaku keseharianan.

E. TANTANGAN BUDAYA POPULER

Wacana kebudayaan mengalami kemajuan pesat setelah munculnya budaya

populer, tepatnya mengarah pada industrialisasi artefak-artefak kebudayaan yang

kemudian dikenal sebagai budaya populer atau biasa disingkat budaya pop (pop

culture). Kehadiran budaya populer ini kurang lebih sejak 1947 yang dipelopori oleh

Adorno dan Max Hokraheimer. la membuka diskusi panjang apakah kebudayaan

populer bagian dari kebudayaan mapan atau kebudayaan pinggiran atau berada di

antara keduanya. Tidak mudah pula menempatkan budaya populer sebagai bagian

budaya urban atau budaya tradisional, atau budaya massa. Tetapi bagi banyak orang

keberadaan budaya populer telah jelas wujudnya, letaknya, bahkan merasuk dalam

kesadaran bersama.

Ciri umum budaya populer adalah di antaranya (1) adanya tren atau tingkat

kesukaan publik yang relatif tinggi. Memiliki (2) tingkat pemahaman yang mudah

diingat, mudah dimengerti, sehingga publik mudah menerimanya dan mudah

dinikmati. Karena umumnya budaya populer bersifat masif atau tren, maka (3) ia

mudah diadaptasi atau diterima bahkan dijiplak atau menduplikasinya. Berikutnya

adalah (4) umumnya bersifat berkala, durasi, momentum, era tertentu, atau dengan

bahasa lain tidak bertahan lama, umumnya mudah dilupakan setelah sekian lamanya
menjadi tren. Hanya beberapa budaya tertentu saja yang tetap bertahan dengan

keunikannya dan tetap diadaptasi seperti Coca Cola atau jeans. Ciri pokok lainnya

adalah (5) mengandung unsur nilai keuntungan (nrofit). dan ini meniadi ciri utama

dari budaya propuler.

Di antara sorotan dampak budaya populer melalui media lainnya adalah

tentang imaji perempuan dan laki-lak Tak dapat dimungkiri jika gambaran wanita

cantik atau laki-laki tampan dilukiskan dengan keinginan industri (primar difiner)

bidang kecantikan, modelling, kosmetika dan kor sepsi maskulin atau feminis yang

sering kali jauh dari realitas lokal. Misalnya cewek cantik adalah yang berkulit halu

putih, langsing, atau yang bertampang komersial (seper yang dilukiskan di iklan

kosmetik, sinetron, ataupun film atau selalu mengenakan busana religi sebagai

ungkapan takwa. Sementara lelaki menarik adalah diidentifikasikan tidak saja tampan

dan kekar berotot, juga ditambah lagi suka sembahyang.

Pembedanya dalah budaya populer akan selalu tampil instan, untuk tujuan

menghibur, seni, memenuhi kebutuhan menyenangkan, sosusi cepat atas penempilan

hidup atau bahkan pengobatan penyakit, hal tersebut tidak tumbuh dari evolusi

budaya atau difusi budaya, akan tetapi terlahir dari kreasi pantasi hinga temuan

penelitian yang bersifat saintipik. Jika ia diadopsi cera capat akan menguncang

hingga mehilangkan kebudayaan yang sudah ada. Tantangan lainnya adalah pada

umumnya pembawa budaya popouler tidak bertanggung jawab karena kehadiran yang

sporadis, bukan seperti pranata dalam budaya yang terdapat pada berbagai suku

bangsa yang hidup disuatu negara.


F. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN INDONESIA

Menelusuri pergulatan kebudayaan di Indonesia, akan ditemukan sebuah

fenomena yang lazim dihidupi, yaitu kerendahdirian masyarakat Indonesia terhadap

kebudayaannya sendiri. Kerendahdirian ini muncul dari hubungan antara kebudayaan

Barat dengan kebudayaan daerah di Indonesia. Barat yang sering diposisikan sebagai

pihak superior dan kebudayaan daerah di Indonesia sebagai pihak inferior.

Ungkapan khusus seperti, ilmiah, keren, funky, dan gaul adalah ungkapan

yang secara tidak langsung menujukkan kondisi rendah diri. Ungkapan-ungkapan

tersebut sering kali dilekatkan kepada kebudayaan Barat, sedangkan kebudayaan

daerah di Indonesia, sepertinya jauh dari ungkapan ungkapan tersebut. Hal ini

memang tidak sepenuhnya bermasalah, karena Barat memang memiliki keunggulan

dalam bidang-bidang tertentu, seperti di bidang sains (ilmu pengetahuan). Namun,

penilaian kebudayaan Barat lebih superior dan kemudian fenomena masyarakat

Indonesia meninggalkan kebudayaannya sendiri yang sudah lama dihidupi, tentu

menjadi suatu masalah. Kebudayaan daerah di Indonesia ditinggalkan hanya karena

dicitrakan tidak ilmiah, keren, dan sebagainya. Padahal, mulai disadari bahwa

kebudayaan daerah di Indonesia memiliki keunggulan-mulai dari pandangan tentang

alam hingga pranata sosial. Dan juga masyarakat Barat mulai menyadari kekurangan

kebudayaan mereka sendiri-yang terlihat lewat gairah dan ketertarikan kebudayaan

Timur sebagai penawar kegelisahan mereka.

Problem kebudayaan dewasa ini antara lain adalah terjadinya penafsiran

budaya yang cenderung keliru. Hal tersebut akibat miskomunikasi budaya

antargenerasi yang terusmenerus terjadi. Padahal, sebagai sistem gagasan yang terdiri
dari nilai-nilai, norma dan aturan, kebudayaan harus dilihal dalam tiga aspek

sekaligus, masing-masing proses pembelajaran, konteks, dan pelaku pendukung

kebudayaan. Ketiga aspek ini dapat menentukan seberapa besar dan kuat peran

kebudayaan dalam membangun kehidupan lebih baik. Revitalisasi kebudayaan

merupakan proses logis dari bagaimana kebudayaan berperan dalam pembangunan

dengan tanpa meninggalkannya atau bahkan melupakannya.

Problem budaya bangsa indonesia adalah ketidak konsistenan hati nurani

rakyat indonesia dalam mengamalkan pancasila. Inti masalah budaya indonesia

adalah kepribadian tak berpendirian idialis utopis dan mandiri sebgai bangsa dan

warga negara hingga larut dengan lomba kemumpungan, tanpa menghiraukan hari

depan generasi muda bangsa dan neegara ditenggah persaingan negara lain yang terus

melejit dalam berbagai kempuan dan kekuatan.

MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL


A. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaiti kepentingan individu

dan kepentingan bersama. Kepenting an individu didasarkan manusia sebagai

makhluk individu karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhai pribadi.

Kepentingan bersama didasarkan manusia sebaga makhluk sosial (kelompok) yang

ingin memenuhi kebutuh an bersama.

Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut kadang saling

berhadapan dan kadang pula saling berkait. Terkadang muncul suatu penolakan dan

penerimaan yang pada akhirnya bermuara pada etika, yaitu suatu ajarai tentang norma

dan tingkah laku yang berlaku dalam suati kehidupan manusia. Artinya, titik

kompromi antara kepen tingan individu dan bersama ditimbang menurut kadar etis

tidaknya kedua kepentingan tersebut.

Menurut Jurgen Habermas (2001), masyarakat memiliki tiga jenis

kepentingan yang memiliki pendekatan rasio berbeda. Pertama, kepentingan teknis

(objective-welt). Hal ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan sumber daya

natural dan juga kerja (instrumentalis). Kedua, kepentingan interaksi (social-welt). Ini

merupakan kepentingan praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk

sosial. Ketiga, kepentingan kekuasaan. Di satu sisi, hal ini berhubungan erat dengan

distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Di sisi lain, adanya sebuah kebutuhan

dasariah manusia untuk membebaskan diri dari segala bentuk dominasi atau

kebebasan (Freiheit). Freiheit, yang menurut Sartre sebagai syarat utama yang

mendorong eksistensi manusia menuju peradaban yang maju.


Dalam perbedaan kepentingan ini masyarakat mengalami sebuah pertarungan

yang sangat tajam dalam kehidupan sosial dan politik. Apalagi kalau kepentingan

kekuasaan dan kepentingan teknis mengabaikan kepentingan sosial. Kalau

kepentingan kekuasaan mengarah pada tendensi untuk menciptakan distorsi terhadap

komunikasi, maka yang terjadi hanya ada penindasan dan reduksi. Menurut

Habermas, untuk bisa mendamaikan konflik kepentingan ini, kita membutuhkan

adanya sebuah ruang publik (public space). Ini merupakan media untuk

menjembatani setiap kepentingan karena setiap komponen dalam masyarakat

memiliki akses yang sama untuk berbicara, berdiskusi, dan mencari alternatif yang

tepat tentang segala persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.

Telah berabad-abad konsep manusia sebagai mahluk sosial itu ada, yang

menetik beratkan pada pengaruh masyarakat berkuasa kepada individu, yakni

memiliki unsur-unsur keharusan biologis yang terdiri dari.

1. Dorongan untuk makan.

2. Dorongan untuk mempertakan diri.

3. Dorongan untuk melangsukan hubungan beda jenis.

Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan sosial untuk

selalu meniru guna membentuk diri dalam kehidupan masyarakatnya. Di antara

kebutuhan untuk meniru adalah dalam hal:

1. Penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, yaitu menerima bentuk-bentuk

pembaruan yang berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk

sebuah pengetahuan.

2. Penghematan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan


banyak tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa

berjalan secara efektif dan efisien.

Pada umumnya hasrat meniru itu kita dapat lihat paling jelas di dalam ikatan

kelompoknya, yang secara lebih luas juga terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

Proses meniru dapat dicontohkan misalnya anak terhadap orangtuanya, pribumi

terhadap pendatang atau sebaliknya, masyarakat tradisional terhadap masyarakat

modern. Dari gambaran ini jelas bagaimana manusia itu membutuhkan sebuah

interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sebagai pribadi (individu) dan

sekaligus sebagai makhluk sosial.

Banyak paktor yang mendorong manusia secara individual yang

membutuhkan sebagai mahluk sosial sehingga terbentuk interaksi sosial antara

manusia satu dengan manusia yang lain. Secara garis besar fakto0faktor personal

yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni.

1. Tekanan emosional. Kondisi psikologis seseorang sangat mempengaruhi

bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia,

senang atau sebaliknya sedih, berduka dan seterusnya.

2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi sesorang berada dalam kondisi

yang direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk

berhungan dengan orang lain. Karena sesorang mersa direndahkan dengan

secra spontan ia membutuhkan kasih sayang dari pihak lain atau dukunga

moral untuk membentuk psikologis kembali seperti semula.

3. Isolasi sosial. Orang yang merasa atau dengan segaja terisolasi oleh

komunitasnya atau pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya


melakukan intrraksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar

terbentuk interaksi yang harmonis.

Dengan demikian, sebagai individu perlu tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan bermasyarakat sebagai anggota masyarakat ia perlu

menjalankan kewajiban dan hak nya dalam tatanan suatu kehidupan

bersama. Berarti tidak semua kepentingan pribadi dapat dilaksanakan jika

musyawara masyarakat tidak mnghendakinya atau karena di pandang bisa

menggagu ke amanan masyarakat.

B. FUNGSI DAN PERAN MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK

SOSIAL

Pada hakikatnya, manusia senantiasa berperan ganda, yaitu sebagai makhluk

individu dan makhluk sosial. Dalam berinteraksi dengan sekitar, ada hubungan secara

vertikal (hubungan dengan Tuhan) dan secara horizontal (hubungan dengan sesama

manusia, alam sekitar, dan makhluk lainnya). Manusia sebagai makhluk sosial artinya

manusia tidak bisa hidup sendirian. Manusia sejak lahir sampai masuk liang kubur

selalu membutuhkan kehadiran orang lain selain dirinya. Jika manusia tidak

berhubungan atau berinteraksi dengan sesama manusia lainnya, maka orang tersebut

belum bisa dikatakan manusia. Karena itu, dalam hubungan sesama manusia terdapat

model dan kualitasnya yang berbeda.

Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan model dan kualitas

hubungan antarmanusia (Achmad Mubarok, 2009):

1. Teori transaksional (model pertukaran sosial)


Menurut teori ini, hubungan antarmanusia (interpersonal) berlangsung mengikuti

kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh

keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi. Jika merasa memperoleh

keuntungan, maka hubungan itu pasti mulus, tetapi jika merasa rugi maka

hubungan itu akan terganggu, putus, atau bahkan berubah menjadi permusuhan.

2. Teori peran

Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang

disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang

dalam pergaulannya. Dalam skenario itu sudah tertulis seorang presiden harus

bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru harus bagaimana,

murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus

dilakukan oleh suami, istri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua, dan seterusnya.

Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan

harmonis, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh oleh penonton

dan ditegur sutradara.

3. Teori permainan

Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak,

orang dewasa, dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak ngerti tanggung jawab,

dan jika permintaannya tidak segera dipenuhi ia akan menangis terguling-guling

atau ngambek. Adapun orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggung jawab,

sadar akibat dan sadar risiko. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan

orang lain dan menyayangi mereka. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat

anak kecil menangis terguling-guling ketika minta es krim, tetapi orang akan heran
jika ada orang tua yang masih kekanak-kanakan.

Manusia memang tidak akan bisa lepas dari berhubungan dengan orang lain.

Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-

masing. Jangan sampai terjadi kesalahan. Karena hal itu bisa membuat tidak

harmonisnya hubungan kita dengan sesama manusia.

Jenis hubungan transaksional lainnya adalah hubungan pertukaran bersifat

pertemanan atau kesetiakawanan. Pada masyarakat perkotaan jenis pertukaran ini

sering muncul pada perkantoran-perkantoran, lembaga-lembaga propit atau non

propit, atau komunitas-komunitas tertentu seperti komunitas bikers, komunitas mogi,

komunitas pencinta bola dan seterusnya.

C. DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL:

AKULTURASI, ASIMILASI, DAN INOVASI

1. Akulturasi Budaya

Adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan

suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur suatu

kebudayaan lain sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan

unsur-unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan

asli. Contoh yang muncul adalah ketika pihak pribumi mulai menerima penggunaan

gaya hidup seperti bahasa, mode pakaian, sopan santun ala barat.

Kajian alkuturasi meliputi lima hal pokok demikian yang

dikemukakankoenjaranigran (1997).
1. Masalah mengenai metode untuk mengobserpasi, mencatat dan

melukiskan suatu proses alkuturasi dalam suatu masyarakat.

2. Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan

yang sukar diterima oleh masyaraklat.

3. Masalah unsur kebudayaan mana saja yang mudah diganti dan diubah dan

unsur kebiudayaan mana saja yang tidak mudah diganti dan diubah oleh

unsur-unsur kebudayaan asing.

4. Masalah mengenai individu-individu apa yang mudah dan cepat

menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima

unsur-unsur kebudayaan buadaya asing.

5. Masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisi sosial yang timbul

akibat adanya alkuturasi

Dampak alkulturasi terhadap masyarakat meniscayakan peneliti perlu

memperhatikan beberapa hal berikut.

1. Keadaan masyarakat menerima sebelum proses alkulturasi mulai

berjalan.

2. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur

kebudayaan asing.

3. Salura0saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk

masuk kedalam kebudayaan penerima.

4. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh

unsur-unsur kebudayaan asing

5. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing


2. Asimilasi budaya

Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai berikut:

1. Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan yang

berbeda-beda.

2. Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensip dalam kurun waktu

yang lama.

3. Petemuan budaya-budaya antar kelompok itu masing-masing berubah

watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling berubah.

Faktor penghambat adanya proses asimilasi budaya.

1. Kurangnya pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang dihadapi

bersumber dari pendatang atau penduduk asli.

2. Sipat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi.

3. Perasaan egoh dan superioritas yang ada dalam individu-individu dari

suatu kebudayaan terhadap kelompok lain.

Faktor yang memudahkan atau penarik terjadinya asimilasi budaya.

1. Faktor tolenrasi, kelakuan saling menrima dan memberi dalam struktur

himpunan masyarakat.

2. Faktor kemamfaatan timbal balik, memberi manfaat kepada kedua bela

pihak.

3. Faktor simpati,pemahan saling menghargai dan memperlakukan pihal

lain secara baik.

4. Faktor perkawinan
3. inivasi (pembaharuan) campuran, bermanfaat bagi proses asimilasi.

Proses pembaharuan (inovasi) dapat digolongkan dalam bentuk.

1. discoperi, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru berupa gagasan

individu atau kelompok.

2. Invention, atau tindak lanjut inovasi beraupah pengakuan, penerimaan dan

penerapan proses dikoperi oleh masyarakat.

Goodwin telah mengumpulkan data berbagai hasil penelitian tentang

upaya pembangunan dan pengembangan masyarakat dari sekitar lima ratus

studi dipusi inovasi diberbagai bidang kajian ilmu baik secara inviris

maupunnon inviris di negara berkembang. Dari situ diperoleh dubelah prinsip

yang dapat mengurangi penolakan atas gagasan baru sebagai berikut.

a. resistensi akan berkurang jika administraktur, guru-guru, angota angota

pengurus dan ppimpinan-pimpinan masyarakat merasa bahwa proyek

inovasi itu adalah milik mereka bukan sesuatu yang direncanakan.

b. Resistensi akan berkurang jika inovasi itu secara jelas mendapat dukungan

sepenuhnya dari pimpinan tertinggi.

c. Reseistebsi akan terkurang jika partisipan melihat perubahan itu sebagai

upaya pengurangan beban mereka sekarang dan buka jusrtru menmbah

beban baru.

d. Resistensi akan berkurang jika inovasi itu serasi dengan nilai-nilai dan

gagasan-gasan yang telah lam diketahui masyarakat.

e. Resistensi akan berkurang jika dalam inovasi itu partisipan merasa bahwa

kemandirian dan keamanan meraka terjamin.


f. Resistensi akan berkurang jika program-program inovasi itu menawarkan

jenis pengalaman yang dapat menarik minat partisipan

g. Resistensi akan berkurang jika partisipan diikutkan dalam upaya

diaknostik yang membawa mereka untuk menyetujui apa yang jadi

problema dasar

h. Resistensi akan berkurang jika inovasi itu diadobsi atas dasar keputusan

kelompok itu sendiri

i. Resistensi akan berkurang jika penganjur mampu untuk memperkenalkan

diri secara baik terhadap penerima anjuran.

j. Resistensi akan berkurang jika diberitahukan dengan bijaksana atas

penolakan terhadap inovasi karena kesalah paghaman dan salah

penapsiran, dan jiak ketentuan yang dibuat un tuk mendapatkan umpan

balik.

k. Resistensi akan berkurang jika partisipan mendapatkan penerimaan

dukungan, pembenaran serta kepercayaan dari teman-teman mereka satu

salama lain.

l. Resistensi akan berkurang jika inovasi itu terbuka atas kritikan perbaikan

dan pertimbangan ulang jika dibutuhkan.

Semenrata itu teori penerimaan dan penolakan gagasan baru yang

dideskripsikan oleh eichol dan roger di atas disebut dengan nama a

rejection adoption teori.

D. DILEMA ANTARA KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN


MASYARAKAT

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan

orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan,

pengakuan, sekolah, pekerjaan), dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa

aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain.

Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat.

Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di

sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai. Contoh nyata

yang paling sering kita lihat dan alami adalah bila ada seseorang yang sakit dan

terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak saudara ataupun teman-teman biasanya

datang berkunjung. Dengan kunjungan tersebut maka orang yang sakit tentu merasa

mendapat dukungan sosial.

Dukungan sosial (social support) didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai

informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang

diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya

atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan

emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang

yang merasa memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena

diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Menurut Rook dan Dooley (1985) ada dua sumber dukungan sosial, yaitu

sumber artifisial dan sumber natural. Dukungan sosial yang natural diterima

seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-

orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan
kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat nonformal. Sementara

itu, yang dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat

bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Sumber dukungan sosial yang bersifat nataral berbeda dengan suber dukungan

sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal.perbedaan tersebut terletak dalam

hal sebagai berikut:

a. Keberadan sumber duklungan sosial natural bersifat apa adanya tanfa

dibuat buat sehingga lebih muda diperoleh dan bersifat spontan

b. Sumber dukungan sosial yang natural yang memiliki kesesuiain dengan

norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan .

c. Sumber dukungan sosial yang natural berakar dari hubungan yang telah

berakar lama

d. Sumber dukungan sosial yang natural memiliki keragaman dalam

mentampaikan dukungan sosial,mulai dari pemberian barang-barang nyata

hinmgga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan saran.

e. Sumber dukungan sosial yang naturan terbebas dari beban dan label

psikologois .

Para ahli perpendapat bahawa dukungan sosial dapat dibagi kedalam

berbagai komponen yang berbeda misalnya weiss (cutrona dkk, 1994:

371), mengemukan adanya 6 komponaen dukungan sosial yang disebut

sebagai the social provision scale. Adapun komponen-komponen tersebut

adalah:
1. Kerekatan emosional (emotional attecment) jenis dukungan semacam

ini memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan emosional

sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima orang yang

menerima dukunga sosial semacam ini merasa tentram, aman, dan

damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan bahagia.

2. Integrasi sosial (social integration) jenis dukungan sosial semacam ini

memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu

kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat perhatian

serta melakukan kegiatan yang sipatnya rekreatip secara bersama-

sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia

mendapat rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki

dalam kelompok. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang

sangat bermanfaat bagi lansia.

3. Adanya pengakuat (reanssurance off worth) pada dukunga sosial jenis

ini lansia mendapat pengakuat atas kemampuan dan keahliannya serta

mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga, sumber

dukungan semacam ini berasal dari keluarga atau lembaga atau

perusahaan dimana sang lansia perna berkerja, karena jasa kemampuan

dan keahliannnya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan

dalam berbagai bentuk penghargaan uang pensiun mungkin dapat di

anggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga.

4. Ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable reliliance) dukungan

sosial jenis ini lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan


bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia

membutukan bantuan mereka.

5. Bimbingan (guidance) dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya

hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang memungkinkan lansia

mendapatkan informasi, saran, atau nasihat yang diperlukan dalam

memenuhi kebutuhan dan mengatasasi masalah yang di hadapi.

6. Kesempatan untk mengasuh (oportuniti for nurturance ) suatu aspek

penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh

orang lain jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia untuk

memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung pada nya, untuk

memperoleh kesejahteraan.

MANUSIA DAN PERADABAN

A. HAKIKAT PERADABAN MANUSIA

Hakikat peradaban bisa kita mulai dengan definisi peradaban itu sendiri.

Peradaban mengambil padanan kata civilization yang berarti nilai hidup satu

kelompok atau bangsa dalam merespons tantangan masa yang dihadapinya dalam era

tertentu (Oxford Dictionary English by Hassan Shadily: 2003). Peradaban adalah

suatu istilah yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian atau unsur-unsur suatu

kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan indah. Dalam definisi peradaban juga
mengandung adanya perkembangan pengetahuan dan kecakapan, sehingga orang

memungkinkan memiliki tabiat beradab Karena itu, manusia beradab salah satunya

memiliki ciri mampu mengendalikan dirinya, yakni menyangkut sopan santun, budi

bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Peradaban juga sering menunjuk pada

kemajuan ekonomi, teknologi, dan politik.

Sekurangnya terdapat tiga inti peradaban, yaitu: (1) nilai, (2) kelompok

tertentu, dan (3) tantangan zaman. Pengertian demikian memungkinkan respons suatu

kelompok orang akan berbeda, dengan kelompok lainnya. Juga bisa tantangan zaman

berbeda maka nilai yang dipakai berbeda pula. Dengan demikian, penegakan satu

peradaban tergantung pada kelompok dengan nilai yang dianutnya, serta tantangan

zamannya. Repons dengan cara berbeda itu bahkan yang tidak beradab sekalipun

dimungkin bisa terjadi.

Agaknya dengan dimensi peradaban itu, antara dimensi masa lalu dan masa

kini kerap mendatangkan kebimbangan pada kita. Padahal masa lalu itu sesuatu yang

sudah selesai, masa kini dan masa depan menyediakan kreativitas yang baru. Ibarat

buku masa kini dan masa akan datang itu, merupakan sambungan halaman demi

halaman yang berbeda, namun merupakan kesatuan yang utuh.

Peradaban adalah sebuah entitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi

melalui unsur-unsur objektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan,

institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif Budaya di sebuah desa di

Italia Selatan mungkin berbeda dengan yang di Utara, tetapi keduanya bisa disebut

budaya Italia yang membedakan mereka dari karakteristik desa-desa di Jerman.


Mungkinkah lahir sebuah peradaban universal? Asumsi ini lahir dari satu

pemikiran bahwa suatu budaya senantiasa tidak lepas dari kemanusiaan dan adanya

penerimaan secara umum terhadap nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, orientasi-

orientasi, perilaku-perilaku, dan institusi-institusi oleh umat manusia di seluruh dunia.

Kondisi ini terjadi pada masyarakat modern di mana dalam perjalanannya telah mela-

hirkan adanya proses globalisasi. Mengglobal berarti mendunia. Dalam alam yang

serba canggih, suatu kebudayaan dapat diserap dan merambah ke seluruh dunia jika

memiliki perangkatnya, yaitu transportasi dan komunikasi. Dengan dua modal

tersebut suatu kebudayaan akan memiliki banyak peluang untuk disosialisasikan ke

segala penjuru negeri, dan mempunyai kemampuan untuk menghadirkan selalu

produk budaya yang up to date. Karena itu negara-negara maju yang mempunyai

kekuatan akses yang besar akan mampu membentuk opini dunia. Artinya negara-

negara maju mampu memprakarsai format peradaban masyarakat dunia.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERADA DAN MASYARAKAT ADAB

Sejak dahulu kala manusia selalu mempertanyakan asal usul kehidupan dan

dirinya. Jawaban sementara ata; pertanyaan tersebut ada tiga altenatif, yaitu melalui

konsel penciptaan, transformasi, dan/atau evolusi biologi.

Idea tentang terjadinya evolusi biologis sesungguhnya sudah lama menjadi

pemikiran manusia. Namun, di antara berbagai teori evolusi yang pernah diusulkan,

tampaknya teori evolusi oleh Darwinlah yang paling sering dijadikan rujukan pokok.

Darwin (1858) mengajukan dua teori pokok yaitu spesies yang hidup sekarang
berasal dari spesies yang hidup sebelumnya, dan evolusi terjadi melalui seleksi alam.

Perkembangan tentang teori evolusi tersebut sangat menarik untuk diikuti. Darwin

berpendapat bahwa berdasarkan pola evolusi bersifat gradual, berdasarkan arah

adaptasinya bersifat divergen dan berdasarkan hasilnya sendiri selalu dimulai

terbentuknya varian baru.

Topik yang akan dibahas dibawah ini meliputu perkembangan teori evolusi

darwin dan implikasinya dari teori evolusi biologi darwin terhadap cara pandang kita

tentang keberadaan mahkluk dan alam semesta.

Pada 1858 darwin memplubikasikan the origin yang memuat dua teori yaitu:

1. Spesies yang hidup sekarang berasal dari spesies lain yang yang hidup

dimasa lampau.

2. Evolusi terjadi dimassa lampau

Menurut Darwin, agen tunggal penyebabterjadinya evolusi adalah seleksi

alam .tangggapan ahli lain terhadap teori Darwin adalah:

a. mendpat tantangan terutanma dari golongan agama,dan yang yang

menganut paham teori penciptaan.

b. Mendapat pembelaan dari penganut Darwin antara lain, yoseph hooker

dan thomas henri huxley (1825-1895).

c. Mendapat kritik dan pengayayan dari banyak ahli,antara lain morgan

(1915, fisher (1930),dobzhansky (1937),goldschmidt (1940).

Secara singkart,prose evolusi oleh seleksi alam (Neo Darwinian) terjadi

adanya :

a. Perubahan frekuensi gen dari satu generasi kegenerasi berikutnya


b. Perubahan dsn genotipe yang terakumulasi seiring berjalanya waktu

c. Produiksi varian baru melalui pada materi genetik yang

diturunlkan(DNA/RNA).

d. Kompetisi antar individu karena keberadaan kebesaran individu

melebihi sumber daya lingkungan tidak cukup untuk menyokongnya.

e. Generasi berikut mewarisi kombinasi gen yang sukses dari idividi

fertileyang masio dapat bertahan hidup.

Teori utama Darwin bahwa spesies yang hidup sekarang berasal dari

spesies lain yang hidup dimasa lampau dan bila diuurutlebiuh lanjut

semua spesies mahluk hidup diturunkan dari nenek mopyang umum yang

sama.Para penentang teori ini dikelompokan kedalam tiga kelompok

utama;

a. Kelompok yang berpendapat bahwa teori Darwin tersebut tidak

cukup ilmiah.

b. Kelompok creatiopniost yang berpendapat bahwa spesies

diciptakan khusus oleh yang maha kuasa .

c. Kelompok penganut filsafat idealistyang berpendapat bahwa

spesies tidak berubah.

Darwin mengemukakan bahwa seleksi alam merupakan agen utama penyebab

terjadinya evolusi. Darwin (dan Wallace) menyimpulkan seleksi dari prinsip yang

dikemukakan oleh Malthus bahwa setiap populasi cenderung bertambah jumlahnya

seperti deret ukur, dan sebagai akibatnya cepat atau lambat akan terjadi perbenturan

antar-anggota dalam pemanfaatan sumber daya khususnya bila ketersediaannya


terbatas. Hanya sebagian, sering kali merupakan bagian kecil, dari keturunannya

bertahan hidup: sementara besar lainnya tereliminasi.

Dengan berkembangnya ilmu genetika, teori itu diperkaya sehingga muncul

Neo-Darwinian. Menurut Lemer (1958), definisi seleksi alam adalah segala proses

yang menyebabkan pembedaan non-random dalam reproduksi terhadap genotipe;

atau allele gen dan kompleks gen dari generasi ke generasi berikutnya.

Anggota populasi yang membawa genotipe yang lebih adaptif (superior)

berpeluang lebih besar untuk bertahan daripada keturunan yang inferior. Jumlah

individu keturunan yang superior akan bertambah sementara jumlah individu inferior

akan berkurang dari satu generasi ke generasi lainnya. Seleksi alam pun juga masih

bekerja, sekalipun jika semua keturunan dapat bertahan hidup dalam beberapa

generasi. Contohnya adalah pada jenis fauna yang memiliki beberapa generasi dalam

satu tahun. Jika makanan dan sumber daya yang lain tidak terbatas selama suatu

musim, populasi akan bertambah seperti deret ukur dengan tidak ada kematian di

antara keturunannya.

Implikasi dari teori evolusi melalui alam ini sangat luas,tidak hanya

mencangkup bidang filsafat,namun sosial ekonomi dan budaya,yaitu:

a. Penggantian cara pandang bahwa dunia tidak statis melainkan berevolusi

b. Paham creationisme berkurang pengaruhnya.

c. Penolakan terhadap theology kosmis

d. Penjelasan desaindidunia oleh proses materialistikseleksi alam , prose

yang mencangkup interaksi antara variasi yang tidak beraturan dan

reproduksi yang sukses bersifat oportunistik.


e. Penggantian pola pikir essensialisme oleh pola pikir populasi

f. Memberikan inpirasi yang disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik

seperti gerakan nazi dijerman .

Secara ilmiah teori evolusi Darwin utama belum dapat dikatakan runtuh,

karena sebelum ditemukan bukti-bukti empiris yang bertentangan dengan kesimpulan

teori tersebut, maka pernyataan dalam teori itu masih dianggap benar. Akan tetapi

sampai saat ini banyak kalangan masih meragukan kebenaran teori itu terutama dari

kalangan agamawan.

Saat ini Indonesia kebanjiran buku-buku Islam yang diproduksi Dr. Harun

Yahya yang menyerang teori Darwin. Dari segi teologis ada kekhawatiran bahwa

teori Darwin akan mengusir Tuhan dari kehidupan, namun Haidar Bagir, pakar

filsafat Islam, tidak sepenuhnya sependapat dengan Harun Yahya. Bagir (2003)

menanggapinya dengan mengatakan Sikap kita terhadap keyakinan Darwinian

mengenai sifat kebetulan dan materialistic asal usul kehidupan yang terkandung

dalam teori itu sudah jelas. Kita tetap menolaknya. Tetapi tidak demikian halnya

dengan kesimpulan utama teori ini mengenai sifat-sifat evolusioner kehidupan.

Karena betapa pun demikian, tetap saja Tuhan bisa dipercayai sebagai Dzat di balik

semua gerakan evolusi itu.. Tentang prinsip survival of the littest, Bagir justru

membenarkannya dan kita harus mengambil hikmahnya, karena hal itu sesuai dengan

kenyataan sehari-hari dan tidak bertentangan dengan kandungan Al-Qur'an.

C. EVOLUSI BUDAYA DAN WUJUD PERADABAN DALAM KEHIDUPAN

SOSIAL BUDAYA
Pada perkembangannya kehidupan manusia modern muncul sejak beberapa

ratus ribu tahun terakhir sungguh hanya sekejap jika dibandingkan dengan sejarah

planet bumi yang sudah berusia 5 miliar tahun. Kita tidak dapat mengganggu sistem

bumi secara keseluruhan, namun kita telah memengaruhinya dengan menggunakan

energi yang menyebabkan polusi sewaktu membuat makanan, tempat berteduh, dan

sejumlah produk lainnya bagi populasi dunia yang meningkat. Kita melepas senyawa-

senyawa kimia yang menyebabkan timbulnya lubang di lapisan ozon yang berfungsi

melindungi kita dari radiasi ultraviolet dan kita membakar bahan bakar yang

menyebabkan terbentuknya gas-gas panas yang tidak dapat keluar dari lapisan

atmosfer sehingga jumlahnya terus bertambah. Penambahan jumlah populasi juga

menambah beban bagi potensi pertanian dan kebutuhan lahan semakin meningkat.

Hutan-hutan tropis yang merupakan tempat tinggal bagi jutaan spesies

ditebang untuk pertanian, padang ruml tempat tinggal, dan kawasan industri. Melalui

geologi masa lampau, kondisi di atmosfer, samudra dan biosfer untuk sebagian besar

telah mengikuti perputaran alami. Sekarang, kegiatan-kegiatan manusia merupakan

kekuatan yang penting yang mendorong perubahanperubahan di dalam lingkungan

global. Kekuatan pendorong dalam peradaban budaya manusia modern ini sangat

dipengaruhi oleh kemampuan akal pikiran dan budi daya manusia dalam

mempertahankan kehidupannya di planet bumi ini. Dengan meningkatnya populasi

manusia di planet bumi akan semakin menambah marak kehidupan terhadap lahan

dan sumber daya lainnya yang potensial dan strategis bagi kelangsungan hidup

kelompok-kelompok manusia yang pada suatu saat terjadi ketergantungan terhadap

lingkungan alam. Ketergantungan terhadap lingkungan alam akan segera teratasi


dengan meningkatnya budaya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi yang

nantinya akan semakin jelas bagaimana manusia akan berperilaku terhadap

lingkungan alam dan perubahan yang menyertainya.

Peradaban manusia dalam perkembangan evolusi budaya dan adaptasi

biologis dimulai setelah ditemukannya api sebagai alat untuk memenuhi berbagai

keperluan dan keinginan. Api merupakan penemuan teknologi paling awal yang

membawa peradaban manusia pada kemampuan untuk mengubah lingkungan alamiah

menjadi lingkungan binaan yang sesuai dengan kehendak dan aspirasinya.

Dalam pandangan Islam sebagai rahmatan seluruh alam semesta, memandang

manusia sebagai wakil (al-khalifah) Allah SWT di atas bumi dan secara eksplisit Al-

Qur'an menegaskan, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang wakil

(khalifah) di muka bumi (al-Baqarah: 30). Lebih jauh lagi, kualitas kewakilan ini

disempurnakan dengan kualitas kehambaan (al-'ubudiyyah) kepada Allah SWT.

Manusia adalah hamba Allah dan karenanya harus menaati-Nya. Sebagai khalifah

Allah, manusia harus aktif di dunia, memelihara keharmonisan lingkungan alam dan

menyebarluaskan berkah dan karunia karena ia sehubungan dengan kedudukan

manusia sebagai ciptaan yang terdidik dan berbudaya di dunia yang sementara ini

merupakan perantara.

Seperti halnya Allah SWT memelihara dan mengasuh dunia, manusia sebagai

wakil-Nya juga harus memelihara dan mengasuh dengan kasih sayang, keharmonisan

terhadap: litosfer, atmosfer, tanah/lahan, mineral, energi, serta air, di mana ia

memainkan peran penting. Fungsi pemeliharaan terhadap lingkungan alam

merupakan kesaksian manusia sebagai pemegang amanah ketika bersaksi di hadapan


Sang Pencipta.

Manusia semakin tidak menyadari bahwa dalam setiap perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan terdapat dimensi kewakilan (al-khalifah) dan kehambaan

(al-'ubudiyyah) serta adanya proses perubahan alam (atmosfer dan litosfera) di

dalamnya. Perubahan lingkungan alam menjadi lingkungan binaannya selalu dimulai

dengan munculnya kesempatan yang lebih baik dan mapan. Karena itu, di balik

kemapanan kesempatan itu, manusia hanya mampu memandang berbagai manfaat

dari manipulasi terhadap lingkungan alam dengan berbagai potensi sumber daya

kebumian yang terkandung di dalamnya. Setiap manusia memiliki keinginan dan

kehendak untuk mengeksploitasi lingkungan alam, bayang-bayang risiko selalu

tertutup rapat-rapat, sehingga kemungkinan muncul ancaman baik dari proses alam

kebumian maupun lingkungan binaannya kurang mendapat perhatian yang

proporsional.

Bencana alam merupakan peristiwa atau kerugian/kehilangan secara

mendadak karena proses alam. Terdapat tiga unsur dalam bencana alam, yaitu

pertama adalah unsur kerugian/kehilangan, kedua unsur dadakan sehingga manusia

tidak mempunyai waktu untuk menghindar, serta ketiga adalah unsur proses alamiah.

Unsur kerugian atau kehilangan dapat berupa kehilangan jiwa manusia, harta benda,

budi daya manusia, kerusakan lingkungan, juga dapat berupa hilangnya aset nasional

yang potensial. Unsur dadakan yang dimaksud adalah dalam hal yang menyangkut

kerugian yang ditimbulkannya.

Gejala eksogen ialah hujan yang berlebihan misalnya (atau sebaliknya,

kekeringan), serta angin kencang. Di kawasan yang berlereng curam dengan


kestabilan batuan dan tanahnya tidak baik, kemudian bila akumulasi air dalam tanah

berlebihan sering terjadi longsoran, runtuhan yang merupakan gejala yang wajar.

Demikian juga bila terjadi kelebihan massa air dan curah hujan, sering menimbulkan

banjir baik banjir genangan maupun banjir bandang/banjir kiriman. Bencana

kekeringan yang pada gilirannya dapat menjadi penyebab paceklik dan kelaparan,

penyakit, dan juga kebakaran. Angin kencang atau angin ribut dapat menimbulkan

bencana. Gelombang air laut pasang dapat pula ditimbulkan oleh angin yang meniup

kuat.

Semua ini menyangkut gejala alam yang pada hakikatnya merupakan proses

alam yang wajar-wajar saja. Proses alam akan menjadi sebuah bencana alam

bilamana proses alam tersebut mengenai semua aktivitas budaya manusia. Apakah

aktivitas itu di kota, di desa, di kawasan pegunungan, kawasan pantai, daerah

kantong-kantong kemiskinan atau daerah dengan akses ekonomi yang tinggi atau

wilayah yang mempunyai aset nasional. Bencana alam yang melanda bumi akhir-

akhir ini hendaknya menjadikan kita sadar betapa tidak berdayanya manusia terhadap

lingkungan alam.

Akhirnya evolusi manusia akan membawanya kepada perubahan lingkangan

awal seccara global,karena kita mengetahui bahwa perubahahn-perubahahn akan akan

membawa konsekuensi yang baik maupun yang buruk. Perikehidupan yang modern

saat ini sedang berda pada suatu titi kulminasi yang menentukan proses evolusi

sejarah peradaban modern,yaitu apakah terjatuh pada kondisi semakain memburuk

atau sebaliknya semakin membaik.


Karena itu,satu-satunya alternatif jalan unrtuk menjaminn adanya masa depan

yang lebih aman dan lebih sejahtera bagi kita adalah mengembalikan fitrah manusia

pada kekholifaan dan kehambaan kepada Tuhan dengankonsukuensinya melakukan

pembangunan nasional.Dalam menjalankan semua ini kita harus mempunyai suatu

visi yang jauh kedepan demi kesatuan dan keutuhan bangsa umat manbusia serta

kelestarian pembangunan yang berwawasan lingkungan kbumian.Pada dasawarsa

terakhir ini, terlihat bahwa interaksi dinamis terlihat antara atmosfer dan litosfer yang

berimplikasi pada resiko kehidupan dan hasil budaya bangsa ini telah menunjukan

satu proses pembelajaran yang sangat mendalam tentang makna kehadiran manusia

sebagai kholifahtul fil ardh.kemana hakikat kehidupan budaya mabnusia dan budaya

bangsa ini dibawa lingkungan yang sangat dinamis yang melibatkan semua elemen

unsur atmosfer dan litosfera mengikuti gerak ritme sunnatullah-nya.semoga kita

mampu mengambil pel;ajaran dari semua kejadian itu tahun yang akn datang dan

selalu berpikiur bahwa: tidaklah aku ciptakan ini dengan sia-sia

D. DINAMIKA PERADABAN GLOBAL

Mobilitas antarbangsa seperti saat ini menjadi salah satu ciri kuat

perkembangan masyarakat global. Mobilitas yang dilakukan atas alasan apa pun telah

menjadi fenomena penting yang menandai terbukanya isolasi-isolasi rutinitas ke-

hidupan di pelbagai belahan dunia. Namun demikian, tidak dalam konteks kehidupan

global, tantangan utama yang dihadapi banyak negara adalah terjadinya

ketidakseimbang-an pertumbuhan sosial, budaya, dan politik, termasuk ketimpangan

pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada persaingan ketat pasar tenaga kerja secara
global. Globalisasi dengan demikian, merupakan dunia terbuka yang benar-benar

telah meleburkan sekat-sekat yang membatasi pergerakan manusia dari dan ke

berbagai negara. Sehingga hampir menghilangkan ruang, waktu yang menjadi

identifikasi identitas sebuah bangsa. Dalam konteks tersebut penting memberikan

ruang besar bagi terjadinya dialog yang menjembatani kompleksitas persoalan

budaya. Dengan demikian, mampu menjadi katalisator pertumbuhan peradaban. Jalan

penting yang perlu dilakukan adalah melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan di

buka ruang inaha luas bagi berlangsungnya berbagai mobilitas, baik dalam konteks

praksis maupun teoretis. Keterbukaan ruang mobilitas tersebut pada gilirannya

menciptakan persinggungan peradaban dan pemikiran-pemikiran yang bersifat

dialogis.

Dalam konteks kehidupan global,tanatangan utama yang dihadapi banyak

negara adalah terjadinyaketidak seimbangan pertumbuhan sosial,budaya,dan politik

termasuk ketimpangan pertumbuhan ekonomi yang berimbas pada persaingan ketat

pasar tenaga secara global.Globalisasi dengan demikian,merupakan dunia terbuka

yang benar-benar telah meleburkan sekat-sekat membatasi pergerajkan manusia dari

dan berbaagai negara.

Kekuatan ekonomi yang dimotori oleh kekuatan kapitalisme,

menumbuhkembangkan globalisasi produksi dan konsumsi. Sektor produksi muncul

dengan tumbuhnya industritransnasional, yang merambah mendekati pasar dan upah

buruh murah. Proses ini menciptakan transnasionalisasi kapital, dan sekaligus

melokalisasi problem-problem sosial. Maka, apa yang kini kita kenal sebagai Neo-

Liberalisme pun merambah dunia keseharian kita, memformat proses kebangsaan kita
dan membuat runtuhnya bangunan-bangunan sosial lama. Kekuatan kapital telah

menggulung tatanan sosial. Berbagai kasus kebijakan publik tentang politik

swastanisasi pendidikan adalah contoh nyata betapa dunia sosiokultural berhadapan

langsung dengan kekuatan pasar. Negara pun seperti tak bisa berbuat banyak terhadap

pengaruh deras kapitalisme.

Konsekuensi penalaran dan praktik modernitas tersebut menciptakan impact-

impact yang tak terdeteksi atau tak teramalkan sebelumnya. Risiko adalah kata kunci

untuk mendeskripsikan proses kerusakan atau biaya. Beck dalam bukunya

Risikogesellschaft: Auf dem Weg in eine andere Moderne (1986) menyebut proses

modernitas semacam itu sebagai masyarakat risiko : Individuasi adalah proses

sosial yang tak terelakkan, yang menghidupi dan dihidupi oleh roh modernitas.

Pemahaman diatas memberikabn makna bahwa proses intisipekasi ruang-

ruang trasnasional ,problem-problemnya,konflik dan dan peristiwa selalu berjalan

dalam logikaGlobalinilah kemudian disebut globalisasi.

Dalam era globalisasi dan persaingan internasional yang ketat,daya saing

bangsa indonesia kerap disalip bangsa lain karena kita terlena dari membangun

bvangsa yang kuat dan mandiri.adalah jonh kendrick (1573-1624) diakhir dsa warsa

60-an yang meningkatkan kepada kita bagaimanna pentingnya pembangunan sebuah

bangsa yang didasari olerh optimalisasi peran sumber daya manusia , setelah sekian

lama kita berpikir bahwa capital stok merupakan asoek terpentinhg dalam dalam

proses peradaban.

E. PROBLEMATIKA PERADABAN PADA KEHIDUPAN MANUSIA


Awal kelahiran modernisme merupakan sebuah proses revolusi peradaban

tentang cara pandang manusia terhadap realitas. Melalui fisika Descartes, ia

membangun sebuah wacana besar tentang metode pemahaman terhadap realitas yang

bertumpu pada konsep democritus. Descrates membagi realitas ke dalam atom-atom

penyusun realitas dan kemudian dicari sistemnya terhadap keseluruhan. Bersama para

pengikutnya kemudian ilmu fisika menjelma sebagai bentuk ideologi besar

modernisme, bahkan kemudian mampu meruntuhkan dominasi gereja yang kala itu

menjadi satu-satunya tafsir kebenaran terhadap segala macam realitas. Alam dalam

pemaknaan Descartes adalah kurang lebih dipahami sebagai sesuatu yang langsung

jadi dan tidak memiliki perubahan, sistemnya tetap, begitu juga semua elemen

pembentuk alamnya.

Berikutnya adalah ilmuwan Sir Isaac Newton (16431727), melalui Newton

perkembangan ilmu fisika mengalami proses penyempurnaan. Dengan demikian,

realitas yang terdiri atas sistem dan elemen pembentuk sistem (Descrates), dan

realitas yang mengalami sebuah evolusi secara terus-menerus (Darwin) diterangkan

dalam konsepsi berbeda yang dikenal dengan konsepsi mekanika. Mekanika Newton

atau sering juga disebut dengan mekanika klasik menjelaskan adanya fenomena

benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tetapi juga dapat digunakan

sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik. Secara makro penjelasan

mekanika Newton tersebut membuka wacana besar yang membentuk peradaban

modern semakin sempurna. Melalui Descartes, Darwin dan Newton fondasi

modernisme semakin kukuh. Pemikiran ketiga tokoh tersebut menemukan bentuk


fungsionalnya saat perkembangan alat-alat teknologi semakin meluas dan mendunia,

dimulai saat revolusi industri pada akhir abad ke-17.

Bergulirnya percepatan penggunaan teknologi canggih saat ini tidak perlu

selalu dimaknai sebagai keadaan negatif(Fritjof capra:2004).sebagagaimana dalam

kebijaksaan klasik china,konsep kritis menggunakan kata weijiyang terdiri dari huruf-

huruf yang berarrti bahaya dan kesempatan . artinya, saat terjadi krisis sesungguhnya

terjadi proses transisi,yaitu selain mengandung bahaya juga mngandung kesempat

yang bisa membuat kondisi umat manusia menjadi lebih baik

Namun demikian, selama proses disintegrasi yang menyakitkan itu, kreativitas

masyarakat-kemampuannya untuk menghadapi tantangan-tidak hilang sama sekali.

Meskipun arus budaya telah menjadi beku dengan melekatkan diri pada pemikiran-

pemikiran mapan dan pola-pola perilaku yang kaku, minoritas kreatif akan tetap

muncul ke permukaan dan melanjutkan proses tantangan dan tanggapan itu.

Lembaga-lembaga sosial yang dominan akan menolak menyerahkan peran-peran

utama kepada kekuatankekuatan budaya baru ini, tetapi mereka mau tak mau akan

tetap runtuh dan mengalami disintegrasi, dan kelompok minoritas kreatif itu mungkin

akan mampu mentransformasikan beberapa elemen lama menjadi konfigurasi baru.

Proses evolusi budaya ini akan terus berlanjut, tetapi berada dalam kondisi-kondisi

baru dan dengan tokoh-tokoh baru pula (Titik Balik Perdaban, Fritjof Capra, 1981).

Ketika Descartes merumuskan konsep geometri analitis mungkin tidak

berpikir tentang implikasi moral dan sosial dari konsepnya tersebut. Demikian juga

seorang Darwin dan juga Newton. Apalagi melihat konsep reduksionisnya Descartes

yang kemudian mengilhami pembagian bidang spesialisasi ilmu yang di masa


peradaban Islam dianggap belum begitu penting. Sehingga, pengaruh pemikiran yang

mereka berikan terhadap perubahan sosial bisa jadi tidak terpikirkan sebelumnya.

Dengan bahasa lain, ekses modernisme terhadap tatanan sosial pengganti tatanan

sosial abad kegelapan bisa jadi tidak pernah mereka pikirkan bahkan tidak pernah

mereka bayangkan. Apalagi dampak negatifnya terhadap kenyataan sosial.

Adanya `penyesalan' umat manusia terhadap proses peradaban manusia yang

merusak lingkungan dan tatanan sosial ekses dari modernisme perlu disikapi dengan

bijak. Adalah sebuah kebutuhan mutlak bagi kita semua saat ini agar para komunitas

saintis dan teknolog terus membangun dan mengembangkan penerapan sains dan

teknologi. Namun demikian, seluruh kemajuan teknologi perlu terus mempertim-

bangkan konsekuensi ekologi, moral, dan sosial dari proses inovasi maupun inventori

yang mereka lakukan. Karenanya, sindiran, teguran dan peringatan dari kalangan ahli

ilmu sosial dan juga teolog atau ulama perlu disikapi secara bijak oleh para saintis

dan teknologi itu sendiri.

Oleh karena itu setiap ilmuwan seyogianya mengemban kenabian

(pfofetik),yaitu dengan melakukan tranmisi keilmuan untuk perdaban yang lebih

maju tanpa merusak tatanan kehidupan manusia dan ekologi lingkungan hidup.yakni

dengan membangun pemahaman bersama bahwa sejatinya ilmu adalah untuk

kemanusian (humanity) dan kemaslahatan (common good).

MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN


A. HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA

Masyarakat majemuk seperti Indonesia, bukan hanya beraneka ragam corak

kesukubangsaan dan kebudayaan suku bangsanya secara horizontal, tetapi juga secara

vertikal atau jenjang menurut kemajuan ekonomi, teknologi, dan organisasi sosial-

politiknya (Suparlan, 1979). Tanpa disadari oleh banyak orang Indonesia, sebenarnya

dalam masyarakat Indonesia terdapat golongan dominan dan minoritas, sebagaimana

yang terwujud dalam tindakan-tindakan yang dilakukan terhadap mereka dalam

berbagai interaksi baik interaksi secara individual maupun secara kategorikal baik

pada tingkat nasional.

Sebelum RI merdeka pada tahun 1945, penduduk yang menghuni wilayah

Nusantara dapat dikelompok-kelompokkan ke dalam berbagai bentuk pengelompokan

sosial yang disebut suku bangsa, subsuku bangsa, maupun pengelompokan sosial

yang didasari oleh sistem penggolongan sosial lain berdasarkan satu (atau lebih)

unsur tertentu yang diperoleh secara askriptif (warisan), seperti ras, agama, dan lain

sebagainya. Pada hakekatnya masing-masing kesatuan sosial tersebut hidup dengan

mengacu pada kebudayaan atau subkebudayaannya masing-masing, yang saling

berbeda satu dengan lainnya. Bahkan lengkap dengan aturan-aturan hukumnya

sendiri, yang kemudian hari dikenal dengan sebutan hukum adat. Maka, tidak

mengherankan jika para ahli menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

mewujudkan diri sebagai suatu masyarakat yang majemuk, dan sudah menjadi pokok

perhatian dari para ahli tersebut untuk waktu yang lama.

Dengan kalimat mewujukan diri sebagai negara kesatuan replubik indonesia

atau NKRI pada hakikatnya setiap kelompok,golongan ,suku,agama,dan yang


berbeda satu dengan yang lainya melebur dan bersepakat membentuk kesuku

bangsaan yang satu,yaitu bangsa indonesia.karena itu, setiap generasi bangsa berdiri

satu dengan lainya dengan sejajar.

Kesetaraan adalah kopmitmen bersama yang perlu untuk terus dipupuk dan

dikembangkan dalam proses berbangsa dan bernegara di NKRI kita.dengan prinsip

ketaraan tersebut diharapkan kita kembali memperlihatkan jati diri dan harga diri

sebagai bangsa menghadapiberbagai persoalan kebangsaan yang terus-menerus

datang disetiap zaman.

B. KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL DAN BUDAYA

Pada dasarnya, kemajemukan dalam masyarakat Indonesia dapat dipahami

sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antarkelompok-kelompok yang berbeda

secara ras, suku bangka, agama, dan bahasa itu, sehingga menjadikan kelompok-

kelompok yang memiliki tingkat perkembangan kebudayaan, baik secara sosial,

ekonomi, maupun politik. Dengan proses yang demikian, dengan mudah dapat

dipahami pada adanya ketidakseimbangan dan kesenjangan yang dapat saja berlanjut

ke arah pertikaian antar ras, suku bangsa, dan kelompok agama, yang di Indonesia

populer dengan sebutan masalah SARA, yang jelas-jelas inengancam integritas

Indonesia sebagai suatu nation.

Dalam pandangan Thamrin Amal Tobagola , struktur mozaik sosial-budaya

yang tegak dinusantara kita ini dapat dideskripsikan dalam tiga aspek yaitu: struktur

kesukuan,distribusi wilayah agama dan dari aspek tingkat pendidikan .


Pertama, dari aspek kesukuan , keseluruhan struktur mozaik nusantara ini terbelah

menjadi dua bagian utama.keterbelhan ini kurang lebih mengikuti garis wallace yang

terkenal itu kedalam dua bagian yaitu indonesia baratdan indonesia timur.

Kedua,ada tujuh suku ,yaitu,suku aceh,batak,minang,sunda,jawa,madura,dan

bali dari sembilan suku dominan diindonesia ada di PIB dan hanya satu yang belokasi

di PIT yaitu,suku bugis, sementara suku dominan lainya

yaitu,Aceh,batak,melayu,minang,sunda,jawa,madura,bali,dan bugis.

Ketiga,setiap suku di PIB paling kurang mendiami satu provinsi secara

utuh,dan,kadang-kadang ddua provinsi atau lebih seperti suku minang dan

jawa.sebaliknya di PIT dalam satu kecamatan dapatditemukan lebih dari sepuluh

suku.

Dengan cara demikian, perbedaan kebudayaan dalam nation Indonesia dapat

dilihat secara gradual. Baik antara kelompok-kelompok yang ada di dalam satu

golongan sosial yang dikategorisasikan ke dalam satu kelompok horizontal tertentu,

maupun antarkelompok-kelompok horizontal itu sendiri. Maka, misalnya saja, dalam

masyarakat orang Jawa, Minangkabau, atau Batak, ada kelompok-kelompok sosial

tertentu yang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan ada yang rendah. Demikian

pula, orang Jawa, Minangkabau, dan Batak, pada umumnya, relatif memiliki daya

adaptasi yang lebih tinggi ketimbang rata-rata orang Mentawai, Kubu (atau Suku

Anak Dalam), atau berbagai suku bangsa (atau subsuku bangsa) yang menghuni

pedalaman Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya, misalnya.

Berdasarkan tingkat perkembangan sistem teknologi, sistem pengetahuan,

pola-pola pengeksploitasian dan penguasaan sumber-sumber daya ekonomi, serta


jaringan hubungan dengan masyarakat yang lebih luas ini, kelompok-kelompok suku

bangsa atau subsuku bangsa yang ada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia ini

setidaknya dapat dibagi ke dalam empat kategori utama, di mana satu sama lainnya

memiliki tingkat daya adaptasi yang berbeda satu sama lainnya.

Pertama adalah kelompok-kelompok masyarakat yang dapat dikategorikan

sebagai tribal society.dari segi kelompok demograpi,jumlah anggota kelompok

masyarakatyang dimaksud relatif kecil biasanya hidup dalam persejutuan-

persukutuan yang beranggotakan lebih /kurang 50 jiwa saja.

Kedua,kelompok masyarakat perladangan berputar(rotary cultivation),atau

lebih populer disebut kelompok masyarajat yang mengembangkan sistem

perladangan berpuindah (shifting cultivation).

Ketiga,kelompok masyarakat petani (peasant society),kelompok masyarakat

ini adalah kelompok-kelompok masyarakat yang mengembangkan sistem pertanian

menetap (sedenter).

Disamping itu,secara demopgrafis jumlah anggota kelompok-kelompok

masyarakat yang bersangkutan cukup besar dan tingkat kepadatan penduduk cukup

tinggi,serta telah pula mengenal diferensiasi dan statifikasi sosial ekonomi.

Keempat,adalah kelompok masyarakat perkotaan.masyarajat perkotaan adalah

suatu masyakat yang tinggal disuatu lingkungan pemukimanb tertentu,ysitu dsuatu

lingkungan dimana para penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan

ekonominya dipasar setempat.

Dilihat dari gaya hidup yang mereka meiliki dan kembangkan, mereka telah

lebih jauh hidup dan menjadi bagian dari kerangka peradaban global,bahasa,gaya
hidup,penguasaan teknologi dan informasi , serta cara kerja yang berorientasi pada

perdaban internasional ini menjadi kelomp[ok acuan bagi hampir semua kelompok

masyarakat yang lain.

C. KERAGAMAN DAN KESETARAAN

SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL BUDAYA BANGSA

Kita menyadari bahwa Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna

kebudayaan dan bahasa, secara umum keragaman atas sosial budaya yang tegak di

Nusantara kita ini dapat dideskripsikan dalam tiga aspek, yaitu: struktur kesukuan,

distribusi wilayah agama dan dari aspek tingkat pendidikan. Namun keberagaman

tersebut dalam konteks kekayaan menjadi kekayaan yang patut kita syukuri.

Keberagaman dalam konteks Nusantara menjadi konsep kesetaraan sesuai dengan

konsep integrasi nasional dengan rumusan Bhineka Tunggal Ika yang artinya Bhina =

pecah, Ika = itu, Tunggal = satu, sehingga Bhineka Tunggal Ika artinya terpecah itu

satu.

Tidak jarang kebhinekaan bangsa kita sampai pada konflik tingkat nasional

yang menyebabkan terganggunya integrasi bangsa sebagai cita-cita bangsa. Sosial

budaya begitu kompleksnya menyangkut berbagai segi kehidupan manusia dan

masyarakat, serta unsur utama dalam proses pembangunan diri manusia dan

masyarakat.

Keberagaman dan kesetaraan dalam konteks kekayaan khazanah sosial

budaya bangsa salah satunya adalah dengan mengembangkan atau merumuskan


kebudayaan nasional Indonesia. Sehingga keberagaman sosial budaya dan kesetaraan

sosial budaya mampu mengemban fungsi kebudayaan nasional, yaitu:

a. Suatu sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas kepada warga

negara Indonesia.

b. Suatu sistem gagasan dan perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga

negara Indonesia yang beragam (bhineka) itu, untuk saling berkomunikasi dalam

kesetaraan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas sosial budaya bangsa.

D. PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA

SOLUSINYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN NEGARA

Dalam pen-takdir-annya sebagai negara kepulauan atau negara maritim yang

masyarakatnya bersifat majemuk (plural society), pemerintah dan masyarakat

Indonesia masih harus belajar banyak dari sejarah perjalanannya sendiri tentang

bagaimana mengelola kemajemukan tersebut agar menjadi modal sosial

pembangunan bangsa. Masyarakat majemuk yang tersusun oleh keragaman kelompok

etnik (etnic group) atau suku bangsa beserta tradisi-budayanya itu, tidak hanya

berpeluang menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat di masa mendatang,

tetapi juga berpotensi mendorong timbulnya konflik sosial yang dapat mengancam

sendi-sendi integrasi negara-bangsa (nation-state), jika dinamika kemajemukan

sosial-budaya itu tidak dapat dikelola dengan baik.

Sebagai unsur pembentuk sistem sosial masyarakat majemuk, kelompok-

kelompok etnik memiliki kebudayaan, batas-batas sosial-budaya, dan sejwnlah atribut

atau ciri-ciri budaya yang menandai identitas dan eksistensi mereka. Kebudayaan
yang dimiliki kelompok etnik menjadi pedoman kehidupan mereka dan atribut-atribut

budaya yang ada, seperti adat istiadat, tradisi, bahasa, kesenian, agama dan paham

keagamaan, kesamaan leluhur, asal usul daerah, sejarah sosial, pakaian tradisional,

atau aliran ideologi politik menjadi ciri pemerlain atau pembeda suatu kelompok

etnik dari kelompok etnik yang lain. Kebudayaan dan atribut sosialbudaya sebagai

penanda identitas kelompok etnik memiliki sifat stabil, konsisten, dan bertahan lama.

Berdasarkan uraian di atas dan dalam konteks perbandingan yang setara,

orang Jawa disebut sebagai suatu kelompok etnik karena mereka secara budaya

memang berbeda dengan orang Madura. Demikian juga, dalam konteks perbandingan

yang setara pada orang Jawa di Jawa Timur, bahwa orang Jember tentu berbeda

secara kultural dengan orang Surabaya. Orang Jember tidak akan mau disebut sebagai

orang Surabaya, demikian pula sebaliknya. Karena perbedaan-perbedaan kultural ini

keduanya disebut sebagai sebuah kelompok etnik yang berbeda, walaupun keduanya

berada dalam ruang lingkup orang Jawa, di Jawa Timur. Hal yang sama juga berlaku

untuk penyebutan Osing, Tengger, Pendhalungan, Mataraman, Arek-an atau Samin

sebagai sebuah kelompok etnik dan subetnik yang berbeda-beda.

Secara normatif,otonomi daerah telah memberikan keleluasaan bagi

masyarakat didaerah (bukan pemerintah daerah)untuk mengaktualisasikan diri secara

optimal dalam manajemen pembangunann daerah.undang-undang yang mendasari

praktik otonomi daerah memberi pengakuan terhadap eksitensi masyarakat dan

kebudayaanya.

Walaupun demikian,didaerah-daerah yang memiliki struktur masyarakat

majemuk proses revitalisasi kebudayaan etnik juga harus memerhatikan eksitensi


kebudayaan etnik yang lainya.misalnya kasus osingisasi yang dilakukan bupati

banyuwangi tersebut adlah mengharuskan para petinggi pemerintah kabupaten yang

akan menghadapnya harus menggunakan bahasa osing.

Bupati juga memperkuat posisi kesenian Gandrung sebagai ikon Kabupaten

Banyuwangi, dengan membangun patung Gandrung yang menghabiskan dana

miliaran rupiah di daerah Watu Dodol, Ketapang. Kebijakan yang berkaitan dengan

kurikulum lokal tersebut mengundang reaksi sosial dari para pengelola SD-SMP yang

lingkungan sosialnya bukan komunitas Osing, seperti masyarakat Madura di Muncar.

Kebijakan politik etnisitas seperti ini lebih bernuansa politik praktis, yakni

memperkuat basis konsolidasi kekuasaan dan legitimasi politik Bupati di mata publik

menyongsong Pilkada 2005, dengan jalan mengaktifkan beberapa atribut atau unsur

kebudayaan Osing: bahasa, seni, dan tradisi.

Kasus yang lain bisa kita lihat pada beredarnya selebaran gelap menjelang

pemilihan Bupati Lamongan. Selebaran itu berisi surat per janjian calon bupati

Masfuk kepada Forum Rembug Muhammadiyah Lamongan untuk menjadikan

Muhammadiyah sebagai ormas Islam terbesar di Lamongan dibandingkan dengan

ormas yang lain. Surat perjanjian itu ditandatangani 20 Mei 2005. Kop surat

selebaran tertera nama Muhammadiyah dan Partai Amanat Nasional. Pengurus

Daerah Muhammadiyah dan Dewan Pimpinan Daerah Partai Amanat Nasional

Lamongan menilai selebaran gelap tersebut bisa menyesatkan masyarakat Lamongan.

Ketua Muhammadiyah Lamongan, Afnan Anshari mengatakan, Muhammadiyah

tidak pernah menggunakan segala cara untuk meraih tujuannya. Isu yang ada dalam
selebaran ini sangat kotor. Kami mendesak agar Panwas Pilkada menindaklanjuti

temuan ini secara hukum (Kompas Jatim, Senin, 27 Juni 2005: A).

Dalam konteks otonomi daerah,kasus yang terjadi di banyuwangi untuk

membangunhegemoni budaya osingsesungguhnya hanya merupakan sarana

penguasa daerah untuk mencsapai penguasaan sumber daya ekonomi-politik yang

lebih besar.kasu ini mirip dengan kebiujakan kolonialisme internal.

Di saat rakyat harus berjuang melawan kemiskinan, ketidakadilan hukum,

busung lapar, kurang gizi, dan mahalnya biaya pendidikan, para penguasa daerah

justru berpestapora menghambur-hamburkan uang rakyat yang diperoleh dengan

jalan menjarah. Walaupun kita telah memasuki era demokrasi dan masyarakat mulai

tumbuh kekuatannya untuk terlibat dalam proses bernegara, tetapi praktik-praktik

kekuasaan yang muncul lebih parah daripada perilaku kuasa rezim Orde Baru.

Substansi berdemokrasi belum memberikan keuntungan bagi rakyat dan kebijakan-

kebijakan publik yang dihasilkan oleh negara juga belum memihak pada kepentingan

rakyat. Beban kehidupan rakyat semakin berat, khususnya untuk memenuhi

kebutuhan primernya (Prasetyo, 2004ab, 2005 dan Putra, 2005).

Dalam masa otonomi daerah ini yang pendekatan pembangunannya

berorientasi pada aspek kewilayahan, eksplorasi etnisitas sebagai ideologi perjuangan

kelompok-kelompok masyarakat yang dirugikan oleh kebijakan pembangunan daerah

akan semakin berpeluang. Gagasan sebagian masyarakat beberapa waktu yang lalu

untuk membentuk Kabupaten Jember Selatan, Banyuwangi Selatan, atau Kabupaten

Sumenep Kepulauan, harus dilihat sebagai persoalan konflik politik-kebijakan

berbasis etnisitas dengan pemerintah kabupaten setempat.


Demikian pula, kasus konflik nelayan yang meluas di berbagai daerah

perairan Jawa Timur, merupakan akibat dari kekurangmampuan pemerintah daerah

(provinsi/kabupaten/kota) dalam memahamkan esensi otonomi daerah yang terkait

dengan batas-batas administrasi daerah dan kewenangannya mengelola potensi

sumber daya laut setempat kepada masyarakat nelayan di kawasan pesisir. Aspek lain

yang ikut memberikan kontribusi terhadap timbulnya konflik nelayan tersebut adalah

semakin tingginya kelangkaan sumber daya ekonomi-perikanan dan kompetisi

memperebutkannya (Kusnadi, 2002).

Konflik nelayan Ujung Pangkah, Gresik dengan nelayan Weru Kompleks,

Lamongan, walaupun mereka bagian dari masyarakat Jawa Pesisiran, tetap dilihat

sebagai kasus konflik sosial berbasis etnisitas. Kedua pihak mendefinisikan identitas

dirinya sebagai kelompok nelayan yang berbeda satu sama lain berdasarkan nilai-nilai

sosial-budaya dan sejarah sosial yang membentuk eksistensi mereka. Hal yang sama

juga berlaku untuk nelayan Madura asal Kraton, Pasuruan dan nelayan Kwanyar,

Bangkalan Selatan, yang telah lama berkonflik memperebutkan sumber daya

perikanan di Perairan Selat Madura. Identitas kebudayaan Madura ternyata tidak

mampu mendamaikan kedua kelompok nelayan tersebut.

Pda dasarnya,konflik sosial berbasis etnisitas yang yang berlangsung secara

masif tidak ad yang semata-mata terjadi karena adnya perbedaan-perbedaan sosial-

budaya yang bersifat horzontal seperti agama,bahasa,tradisi dan adat istiadat,sejarah

sosial,gaya hidup,atau nilai-nilai budaya lainya.

Berdasarkan uraian diatas,rezim otonomi daerah dalam maa transisional ini

haru belajar bagamana meminimalisasi timbulnya konflik-konflik sosial yang


berbasis etnisitas dan keagamaan,dengan jalan merumuskan kebijakan pembangunan

dan pebuatan regulasi daerah yang bersifat tranfaran,demokratis,berorientasi

kerakyatan,dan berdimensi keadilan sosial.

MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM

A. MANUSIA DAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN

Manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya pada dasarnya dipengaruhi

oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa: etika yang erat hubungannya

dengan moralitas, maupun estetika yang berhubungan dengan keindahan. Dalam

realitas sosial, pengembangan supremasi hukum sangat tergantung pada empat

komponen, yaitu (a) materi hukum, (b) sarana prasarana hukum, (c) aparatur hukum,

dan (d) budaya hukum masyarakat. Tatkala terjadi dilema antara materi hukum,

konflik di antara penegak hukum, kurangnya sarana dan prasarana hukum, serta

rendahnya budaya hukum masyarakat, maka setiap orang (masyarakat dan aparatur

hukum) harus mengembalikan pada rasa keadilan hukum masyarakat, artinya harus

mengutamakan moralitas masyarakat. Demikian pula dalam pengembangan estetika

yang akan menjadi wujud budaya masyarakat sangat mungkin terjadi dilema dan

benturan dengan nilai etika.

Membicarakan mengenai manusia, maka akan muncul berbagai macam

pertanyaan. Apa itu manusia? Apa beda manusia dengan makhluk-makhluk lain? Apa

nilai-nilai kemanusiaan itu dari berbagai macam definisi manusia. Ada definisi yang
memandangnya dari segi fisiologis ada juga yang memandangnya dari segi sosiologi.

Dari segi fisiologis bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai fisik hampir sama

dengan hewan, hewan punya kepala, maka manusia punya kepala. Hewan punya

telinga, maka manusia punya telinga. Hewan punya kaki, maka manusia pun punya

kaki. Dari segi fisiologis bisa dikatakan tidak ada beda antara manusia dengan hewan.

Jika kita mendefinisikan manusia hanya melalui segi fisiologis saja, maka kita akan

dibuat kebingungan. Di antara manusia itu saja terjadi perbedaan bentuk fisik. Ada

yang gendut, kurus, dan ada yang langsing. Ada yang bisa melihat dan ada yang

(maaf) buta. Jika terjadi perbedaan seperti itu, maka mana yang pantas disebut

sebagai manusia? Maka dari itu, kita harus mendefinisikan manusia kembali dengan

sudut pandang lainnya. Definisi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah

dan dianugerahi-Nya akal, hati, dan fisik. Yang membedakan antara manusia dengan

hewan adalah akal. Maka ada yang berpendapat bahwa manusia itu hewan yang

berakal. Karena dari segi fisik memang tidak ada beda dengan hewan tetapi yang

membedakannya adalah akal.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa agama Islam adalah agama langit yang

kemudian membumi : Ketika masih di langit, Islam adalah agama yang sempurna

dan mutlak benar, tetapi ketika membumi, maka ia mengalami proses pembudayaan

atau pergumulan budaya di mana ada peran manusia yang tidak sempurna sehingga

sebagai agama bumi Islam tidak lagi sebagai agama yang mutlak benar, tetapi

memiliki variasi tingkat kedekatan dengan kebenaran. Dengan demikian, maka ada

kebudayaan Islam yang sangat dekat dengan syariat (budaya syar'iy) di samping ada

kebudayaan yang hanya merupakan sempalan saja dari Islam, karena ia lebih dekat ke
kebudayaan lokal setempat. Di sisi lain, ada kebudayaan umat Islam yang malah tidak

ada relevansinya dengan Islam.

B. NILAI BUDAYA

Banyak definisi tentang kebudayaan, tetapi saya memilih pandangan yang

menyatakan bahwa kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang

dianut masyarakat yang memengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab

tantangan kehidupan yang berasal dari alarn sekelilingnya.

Disamping sebagai fasilitas, alam adalah tantangan yang harus diatasi.

Berbeda dengan hewan, manusia tidak puas hanya dengan apa yang terdapat dalam

alam kebendaan. Dengan konsep yang dimiliki manusia berusaha mengolah alam ini,

dan dengan kesadaran dan cita-citanya manusia merumuskan apa yang bermakna dan

apa yang tidak bermakna dalam kehidupannya. Sekurang-kurangnya ada enam nilai

yang amat menentukan wawasan etika dan kepribadian manusia sebagai individu

maupun sebagai masyarakat, yaitu: ekonomi, solidaritas, agama, seni, kuasa, dan

teori.

1. Nilai teori. Ketika manusia menentukan dengan objektif identitas benda-benda

atau kejadian-kejadian, maka dalam prosesnya hingga menjadi pengetahuan,

manusia mengenal adanya teori yang menjadi konsep dalam proses penilaian atas

alam sekitar.

2. Nilai ekonomi. Ketika manusia bermaksud menggunakan benda-benda atau

kejadian-kejadian, maka ada proses penilaian ekonomi atau kegunaan, yakni

dengan logika efisiensi untuk memperbesar kesenangan hidup. Kombinasi antara


nilai teori dan nilai ekonomi yang senantiasa maju disebut aspek progresif dari

kebudayaan.

3. Nilai agama. Ketika manusia menilai suatu rahasia yang menakjubkan dan

kebesaran yang menggetarkan di mana di dalamnya ada konsep kekudusan dan

ketakziman kepada yang Mahagaib, maka manusia mengenal nilai agama.

4. Nilai seni. Jika yang dialami itu keindahan di mana ada konsep estetika dalam

menilai benda atau kejadian-kejadian, maka manusia mengenal nilai seni.

Kombinasi dari nilai agama dan seni yang sama-sama menekankan intuisi,

perasaan, dan fantasi disebut aspek ekspresif dari kebudayaan.

5. Nilai kuasa. Ketika manusia merasa puas jika orang lain mengikuti pikirannya,

norma-normanya, dan kemauannya, maka ketika itu manusia mengenal nilai

kuasa.

6. Nilai solidaritas. Tetapi ketika hubungan itu menjelma menjadi cinta,

persahabatan, dan simpati sesama manusia, menghargai orang lain, dan merasakan

kepuasan ketika membantu mereka maka manusia mengenal nilai solidaritas.

Enam nilai budaya itu merupakan kristalisasi dari berbagai macam nilai

kehidupan, yang selanjutnya menentukan konfigurasi kepribadian dan norma etik

individu maupun masyarakat. Nilai apa yang paling dominan pada seseorang atau

sekelompok orang, akan menentukan "sosok" mereka sebagai manusia budaya (al

insan maddniyyun bi ath-thab'i). Orang yang lebih dipengaruhi oleh nilai ekonomi

cenderung kurang memerhatikan halal dan haram, orang yang lebih dipengaruhi oleh

nilai teori cenderung menjadi ilmuwan, yang lebih dipengaruhi oleh nilai kuasa

cenderung tega dan nekad, yang lebih dipengaruhi oleh nilai agama dan seni
cenderung menjadi sufi dan seterusnya, sehingga ada sosok orang yang materialis,

seniman, dan pekerja sosial. Bisa juga ada ilmuwan yang mengabdi kepada materi,

politisi yang pejuang, ulama yang rasional, ilmuwan yang mistis, dan sebagainya.

C. ETIKA, NORMA, HUKUM, DAN AKHLAK

Kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh segenap aturan-aturan yang

berkembang di dalam masyarakat. Dikenal kemudian aturan-aturan dimaksud dalam

bermasyarakat dengan sebutan etika, moral, dan hukum. Etika lahir dari hasil

pemikiran manusia atas tata nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat yang

dipandang sebagai sebuah kebenaran bersama. Adapun moral adalah tindakan

manusia yang dipandang baik dan sesuai dengan pernikiran yang ada dalam

masyarakat. Keduanya sepintas tidak memiliki perbedaan signifikan dan sering kali

digunakan secara tumpang tindih, karenanya penting untuk didudukkan secara tegas

dan tepat.

Secara etimologis konsepsi etika memang dekat dengan makna moral. Akan

tetapi, secara terminologis, etika memiliki makna yang berbeda dengan moral. Etika

memiliki penjelasan sekurangnya ia sebagai sistem nilai, kode etik, dan filsafat moral

(K. Bertens, 1993:35). Sebagai sistem nilai, ia berarti nilai-nilai dan norma-norma

yang men iadi pegangan bagi seseorang kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Dengan demikian, persamaan etika dan moral adalah sebuah konsep tentang

peraturan yang berkembang dan diterima di kalangan masyarakat, atau keduanya

sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia,

termasuk mana yang wajar dan tidak. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan
pengedar berjudi itu tidak bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu

melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila

kita mengatakan bahwa berzina itu bermoral buruk, artinya orang tersebut berpegang

pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

Perbedaannya adalah jika etika lebih bersifat teoretis dan konseptual

sementara moral lebih banyak bersifat praktis. Etika lebih menitikberatkan pada

pembahasan tingkah laku manusia secara universal atau yang berlaku umum, dan

norma lebih dekat dengan peraturan lokal atau komunitas tertentu. Moral lebih

menekankan pada ukuran baik dan buruk, wajar tidak wajar, lebih jauh etika

menjelaskan dan mengkaji ukuran yang diberikan norma. Pertimbangan yang menjadi

ukuran sebuah norma adalah kebiasaan yang berlaku, sementara ukuran etika lebih

bersifat tolok ukur akal pikiran atau rasio.

Objek etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia

berdasarkan akal pikiran dan filsafat,karena itu ia tidak bersifat mutlak,absolut,dan

tidak pula universal.keberadaan etika berfungsi sebagai penilai ,penentu,penetap

terhadap suatu perbuatan tingkah laku manusia apakah ia akan dinilai

baik,buruk,mulia,terhormat,terhina,dan sebagainya.Artimyapenilaian etis atas tingkah

laku manusia bersifat relatif bergantung era dan zamanya.dengan demikina ,etika

merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan

perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikaytakan baik atau buruknya.

Dapat disimpulkan baheasanya konsepi tentang baik dan buruknya atau wajar

tidak wajarnya sebagaimana diungkap diatas antra etika dan moral tidak jauh

berbeda.Artinya etika merupakan ilmu atau nilai-nilai yang harus diterapkan untuk
berperilaku secara baik dalam bermasyarakat ,sedangkan moral merupakan petunjuk

perbuatan yang baik dan buruk.

Akan halnya norma,tata aturan hukum umumnya lahir dari norma yang

terlembagakan atau dibakukan oleh institusi legal seperti negar,karena it keduanyta

terdapat hubungan yang cukup erat,saling mempengaruhi dan saling

membutuhkan,kualitas sebuah produk hukum ditentukan oleh norma moral yang

berkembang ditengah masyarakat.keberaddaan norma moral mencapai tahap

kesempurnaanya setelah ia menjadi sebuah ketetpan sebuah hukum yang mengikat

bagi semua komunitas masyarakat,bangsa,dan warga negara.

Perbedaan tegas antara norma dan hukum dapat dilihat dari sifat dari hukum

yang tertulis dan disusun dalam bentuk kitab undang-undang,sementara norma

umumnya berbentuk kebiasaan yang tidak tertulis tetapi kuat dipatuhi atau

diyakini,karena keberadaan hukum hukum yang bersifat tertulis tersebut ia lebih

mengikat dan memiliki kepastian tata atuiran dibandingkan norma.bandingkan

dengan norma yang tidak tertulis sehnggasering sekali bersifat subjektif dan meminta

penjelasan berkepanjangan tentang etis tidaknya sebuah ketentuan norma yang

berlaku.

Tentang norma,etika,dan hukum penting diperbandingkan dengan konsepsi

akhlak dalam islam,akhlak seseorang tidak hanya menunjukan kualitas

keimananya,tetapi sekaligus salah satu cara untuk mendapatkan skebahagian,karena

kebahagian merupakan tujuan utama akhlak (Mulyadi Krtanegara,2005:67).secara

etimologi kata al akhlaq yang merupakan jamak dari al khuluq memiliki banyak

makna,yaitu at-thabiah atau ath-thabu atau tabiat ,ad-din atau agama dan as-sajiyyah
atau perangai (Abu Abdirahhman al-khalil bin Ahmad al-farahidi,juz IV:151,Bashair

dzawit tamyiz,juz II:568, Muhammad bin Mukarambin Manzhur al Afriqial, juz x:85)

Merujuk pada konsepsi akhlak di atas, sesungguhnya ada kedekatan antara

etika dan akhlak pada aspek penggunaan akal pikiran untuk memecahkan masalah

etika dan moral agama yang juga mendasarkan diri pada argumentasi rasional.

Bedanya, selain mendasarkan pada akal, akhlak juga menuntut seseorang untuk

mendasarkan diri pada wahyu Tuhan dan ajaran agama (Al-Qur'an dan Al-Hadis).

Tatkala ditelusuri, konsep akhlak (dari ajaran agama Islam yang sekarang

eksis di regulasi keindonesiaan) ciri atau indikatornya meliputi: melekatnya nilai dan

norma kebaikan dalam diri, terimplementasi nilai dan norma tersebut secara aktual

dalam sikap dan perilaku ketika sendirian dan bersama orang lain, diteladaninya sikap

dan perilaku yang beraura nilai dan norma seseorang tadi (karismatik jadi panutan)

oleh warga masyarakat, membudayanya nilai dan norma dalam kognitif, afektif serta

psikomotorik semua warga masyatakat yang normal jiwanya.

Secara lebih luas dapat dikatakan bahwasanya akhlak sebagai sebuah konsep

besar tentang nilai dan norma dalam kehidupan antara makhluk dengan khaliknya,

antara sesama makhluk, yang sumbernya dari wahyu dan untuk diinternalisasikan dan

dipraktikkan manusia. Atas keuniversalan makna akhlak tersebut, maka semua variasi

nilai dan norma lainnya tersistem dan terpayungi oleh konsepsi akhlak, yaitu moral

(nilai kesepakatan tata kohesi masyarakat), susila (nilai kehidupan sosial), etika (nilai

yang mengakar atas semua keilmuan dan aktivitas bersama), tata krama (susunan

halus tutur kata dalam sapa dan upacara), sopan santun (pilihan posisi dan gerak gerik
sesuai situasi), dan budi pekerti (kesepadanan dan keserasian isi hati antara kata dan

perbuatan).

D. PERLUNYA KESEIMBANGAN NILAI-NILAI INSANI

Kamal atau kesempurnaan manusia terletak pada kestabilan dan

keseimbangan nilai-nilainya. Manusia dengan segala kemampuan yang ada pada

dirinya dapat dianggap sempurna, ketika tidak hanya kecenderungan pada satu nilai

dari sekian banyak nilai yang ia miliki. la dapat dianggap sempurna ketika mampu

menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian potensi insaninya. Orang-orang

bijak mengatakan: Hakikat dan substansi keadilan adalah keseimbangan dan

keselarasan: Yang dimaksud dengan keseimbangan disini adalah: seiring dengan

perkembangan potensi-potensi insaninya, tercipta juga keseimbangan dalam

perkembangannya. Insan Kamil adalah manusia yang

Dengan demikian, kesimbangan antara kesalehan natural harus seimbang

dengan kesalehan supernatural, yaitu seimbang antara memaksimalkan upaya prestasi

dalam kehidupan pribadi, sosial, negara dan bangsa, pergaulan internasional dengan

pengetahuan, sikap, serta perilaku dalam keagamaan, keimanan, ketauhidan, ibadah

(ketakwaan), sejarah ketokohan, kebudayaan, dan peradaban, serta akhlak mulia,

pandangan hidup (world view, motivasi hidup dan keilmuan umum dan khusus yang

harus dikuasai).

E. KESALEHAN PRIBADI DAN SOSIAL


Manusia dalam keberadaannya di muka bumi senantiai berada dalam dua

lingkup, yaitu dalam lingkup personal (pribadi) dan sosial. Potensi personal

merupakan sebuah iti atau core manusia dalam mencapai kesempurnaan diri ya

sebagai insan menuju insan kamil (manusia yang semurna). Keberadaan insan yang

satu merupakan organ yang nik dan beragam. Setiap insan atau personal mempunyai

otensi yang diberikan sama oleh Allah dalam rangka beriadah kepada-Nya.

Kemampuan insan akan semakin terasah dan teruji kalau dia dihadapkan

dengan insan yang lain dan pada sebuah komunitas yang berada di sekeliling dia.

Potensi pribadi akan bisa mempengaruhi suasana komunitas akan tetapi tidak sedikit

komunitas justru mewarnai pribadi itu sendiri menjadi sebuah budaya. Akan tetapi,

insan yang unggul dan teruji dapat dengan kuat mempengaruhi komunitas tanpa dia

sendiri terpengaruh oleh komunitas itu. Hanya insan yang belum teruji atau lemahlah

yang akan terpengaruh oleh lingkungan yang ada.

Kesalehan pribadi atau integritas diri merupakan sebuah fondasi yang penting

dan utama dalam mengubah diri dan sosial. Seorang yang saleh, teruji, dan kuat akan

bisa menjadikan komunitas sekitarnya saleh. Nilai-nilai kebaikan dari seseorang yang

saleh belum teruji kalau dia tidak berinteraksi dengan komunitas sebagai makhluk

sosial. Tidak hanya dari segi nilai saja yang disebarkan, tetapi dalam sebuah

komunitas suasana tolong-menolong dan komunikasi biasa bisa memberikan sebuah

perubahan yang bertahap.

Perubahan sebuah komunitas berawal dari insan-insan yang berubah menuju

kesalehan dan satu sama lainya saling melengkapi dalam menebarkan dalam

kesalehan.perubahn sosial memanglah tidak sebentar,akan tetapi memerlukan waktu


dan tahapan mau tidak mau dikerjakan dengan kesungguhan dan kerja keras yang lam

dan berkesinambungan .

Sebuah ungkapan yang mungkin bisa dijadikan perenungan yaitu,janganlah

kita masuk surga sendirian atau saleh untuk sendri saja,tapi ajaklah mereka yang

ingin saleh tapi terjerumus pada kesalahan atau tekesima oleh hinggar bingar duniawi

yang menyesatkan.saleh untuk kita dan orang lain.tanamkan kesalehan dalam diri

kita.

Dengan demikian,setiap individu harus mampu menjadi pemberi

contoh,teladan,panutan.karismatik,dan pengajak bagi orang lain dalam kebaikan

hidup bersama dalam segala suka duka serta upaya perubahan dan kemajuan.setiap

indvidu bersama-sama mebawa masyarakat dan bangsanyaduduk sejajar terutama

dihargai serta diperhitungkan oleh individu,masyarakat,bangsa dari negara lain,hidup

bersama dalam jagat raya ini.


MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI

A. HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI

BAGI MANUSIA

Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan

teknologi, yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami

lingkungan beserta isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi,

mengolah, dan memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Sains dan

teknologi dapat berkembang melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan

(invention), melalui berbagai bentuk inovasi dan rekayasa.

Kegunaan nyata iptek bagi manusia sangat tergantung dari nilai, moral,

norma, dan hukum yang mendasarinya. Iptek tanpa nilai sangat berbahaya dan

manusia tanpa iptek mencerminkan keterbelakangan.

1. Hakikat dan Makna Sains

Sains dalam istilah Inggris adalah science, berasal dari bahasa Latin yaitu

scientia, yang berarti knowledge atau ilmu pengetahuan (P. Medawar, 1986).

Pengertian pengetahuan sendiri sebagai istilah filsafat tidaklah sesederhana dipahami

pada umumnya, karena bermacam-macam pandangan dan teori (epistemologi) yang

melingkupi makna pengetahuan tersebut. Di antaranya pandangan Aristoteles (384

SM-322 SM) bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diindra dan

dapat merangsang budi. Menurut Descrates ilmu pengetahuan adalah serba budi, oleh

Bacon dan David Home (1711-1776) diartikan sebagai pengalaman indra dan batin.
Menurut Immanuel Kant (1724-1804), pengetahuan merupakan persatuan antara budi

dan pengalaman. Tetapi tidak semua ilmu itu boleh dikatakan sains. Yang dimaksud

ilmu sains adalah ilmu yang dapat diuji (hasil pengamatan yang sesungguhnya)

kebenarannya dan dikembangkan secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu

berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata sehingga pengetahuan yang

dipedomani tersebut boleh dipercayai, melalui eksperimen secara teori.

Untuk mencapai suatu pengalaman yang ilmiah dan objektif diperlukan sikaf

yang bersifat ilmiah.bukan membahas tujuan ilmu,melainkan mendukung dalam

mencapai tujuan ilmu it sendiri,sehingga benar-benar objektif terlepas dari prasangka

pribadi yang bersifat subjektif .sifat yang bersifat ilmiah it meliputi empat hal:

a. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehinggah mencapai pengetahuan

ilmiah yang objektif.

b. Selektif artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang

dihadapinya supaya didukung oleh fakta atau gejala,dan mengadakan

pemilihan terhadap hipotesis yang ada.

c. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang dapat diubah maupun

terhadap alat indra dan biudi yang digunakan untuk mencapai ilmu.

d. Mersa pasti bahwa setiap pendapat,teori, maupun aksioma terdahulu telah

mencapai kepastian,namun terbuka untuk dibuktikan kembali.

Permaslahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber,kebenaran

pengetahuan,serta sikap imuwan itusendiri sebagai dasar langkah

berkelanjutan.ilmu pengatahuan itu sendiri mencangkup ilmu pengetahuan

alam dan ilmu sosial dan kemanusiaan ,dan sebagai apa yang diseburt generik
meliputi usha penelitian dasar dan terapan serta pengembangany.penelitian

dasar untuk menambah pengetahuan ilmiah.

Sains memberikan penekanan kepada sumbangan pemikiran manusia dalam

menguasai ilmu pwengetahuan it,dan ini terdapat dalam seluruh alam semesta.proses

mencari kebenaran serta mencari jawaban atas persoalan-persoalan sistematik

dinamakan pendekatan saintifik dan ia menjadi landsan perkembangan teknologi

yang menjadi slaah satu unsur terpenting peradaban manusia.

2. Hakikat dan Makna Teknologi

Istilah teknologi berasal dari kata techne dan logia, kata Yunani Kuno. Techne

berarti seni kerajinan. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos yang berarti

orang yang memiliki keahlian tertentu. Dengan berkembangnya keterampilan

seseorang yang menjadi semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah, dan

metode yang pasti, keterampilan tersebut menjadi lebih teknik.

Seperti yang diungkapkan Jacques Ellul (1912-1994) dalam tulisannya

berjudul The Technological Society tidak mengatakan teknologi tetapi teknik, meski

arti dan maksudnya sama. Teknologi itu sendiri memperlihatkan fenomenanya dalam

masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang

kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Menurut Ellul istilah teknik digunakan

tidak untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh hasilnya, melainkan

totalitas metode yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk

memberikan tingkat perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Batasan

ini bukan dalam bentuk teoretis, melainkan perolehan aktivitas masing-masing dan
observasi fakta dari apa yang disebut manusia modern dengan perlengkapan

tekniknya. Jadi teknik menurut Ellul adalah berbagai usaha, metode, dan cara untuk

memperoleh hasil yang sudah distandardisasi dan diperhitungkan sebelumnya.

Dalam kepustakaan teknologi terdapat aneka ragam pendapat yang

menyatakan teknologi adalah traformasi kebutuhan (perubahan bentuk dari

alam),teknologi adalah realitas yang diperoleh dari dunia ide.

Fenomena teknik pada masyarakat kini,memilii ciri-ciri sebagaia berikut:

a. Rasionalitas artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan

yang direncanakan dengan perhitungan rasional

b. Artifisialitas artinya selalu membuat suatu yang buatan tidak alamiah

c. Otpomatisme artinya dalam hal metode,organisasi,dan rumusan

dilaksanakan serba otomatis .

d. Teknik berkembang pada suatu kebudayaan

e. Monisme artinya semua teknik bersatu,saling berinteraksi,dan saling

bergantung.

f. Universalisme artinya teknik melampai batas-batas kebudayaan dan

ideologi ,bahkan dapat menguasai kebudayaan.

g. Otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.

Teknologi yang berkembang dengan pesat,meliputi berbagai kehidupan

manusia.luasnya bidang teknologi,digambarkan oleh ellul sebagai berikut:

Pertama,teknik meliputi bidang ekonomi,artinya teknik mamapu

menghasilkan barang-barang industri.contohnya dengan berkembang pesatnya ilmu

pengetahuan ekonomi.knowlege economy (KE)menurut slah satu definisi merupakan


segala aktifitas ekonomi dimana penciotaan dan eksplorasi pengetahuan (knowlege)

memainkan peran utama dalam menciptakan kemakmuran (united kingdom

departmen of trade and industry,1998).pembicaraan knowledge economi dibeberapa

literatur sering mengaitkanya dengan peran teknologi khususnya teknologi informasi

yang kemudian mempercepat penyebaran informasi,pesatnya perkembangan

teknologi yang menghilangkan batasan-batasan demografi semakin mempercepat

proses penyebaran pengetahuan dan akhirnya juga kegiatan ekonomi.

Karekteristik dari KE seperti yang digunakan oleh pemerintah New Zaeland

dalam pengembangan know leage economy nya menyebutkan bahwa keberadaan dari

KE dapat dicirikan melalui peningkatan peran dari pengetahuan sebagai faktor

produksi dan dampaknya terhadapuan, pembelajaran, organisasi dan inovasi

peningkata dalam intesitas pengetahuan ini didorong oleh kombinasi dua kekuatan

yaitu revolusi TI dan peningkatan kecepatan dari perubahan teknologi. Sementara

globalisasi didorong oleh dregulasi nasional dan internasional dan juga revolusi,

komunikasi yang berhubungan dengan TI.

Kedua, teknologi meliputi bidang organisasi seperti adminitrasi,

pemerintahan, menejemen, hukum dan militer. Contohnya dalam organisasi negara

bagi sorang tehnik negara hanyalah merupakan ruang lingkup untuk aplikasi alat-alat

yang dihasilkan tehnik. Tetapi di anggap sebagai perusaan yang harus memberikan

jasa dan dibuat berfungsi secara efisien.

Ketiga meliputi bidang manusiawi seperti pendidikan, kerja, olaraga, hiburan,

dan obat-obatan. Pada masyarakat teknologi ada tendensi bahwa kemajuan adalah

suatu proses dehulumanisasi secara perlahan akhirnya manusia tahluk pada tehnik.
Secara hierarki teknologi di bedakan menjadi tiga yaitu:

a. teknologi modern jenis teknologi mempunyai ciri-ciri antara lain

padat modal, mekanis elektrik, menggunakan bahan import

berdasarkan penelitian mutakhir dan lain-lain.

b. Teknologi madya, jenis teknologi ini mempunyai ciri-ciri atara

lain: padat karya( menyerap banyak tenaga kerja), dapat dikerjakan

oleh keterampilan setempat, menggunakan alat setempat,

berdasarkan alat penelitian.

c. Teknologi alat tradisonal, jenis teknologi ini mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut: bersifat padat karya, menggunakan keterampilan

setempat, menggunakan alat setempat, menggunakan bahan

setempat, dan berdasarkan kebiasaan dan pengamatan.

3. Hakikat dan Makna Seni

Menurut pandangan tradisional, seni hanya diekspresikan oleh segelintir

orang dan audiensi yang eksklusif. Pandangan ini mengatakan bahwa kegiatan artistik

yang benar, apapun macarnnya hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang

memiliki kreativitas unik. Namun dewasa ini, pandangan semacarn itu dianggap

terlalu sempit dan elitis.

Seni adalah suatu nilai hakiki yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan

manusia. Dalam seluruh sejarah kebudayaan manusia pun ditandai dengan seni

manusia sebagai terungkap dalam pelbagai raga karya seni. Manusia adalah pencipta

lingkunganya maka sejak awal mulanya, manusia adalah sang artis seniman. Karya
seni merupakan wujud dari keseluruhan serta keagungan hati manusia. Seni memang

tidak lain dari keindahan yang terpancar dari segi batin yang halus, maka seni

merupakan, aktip-kreatif-dinamis, suatu kekuatan yang dapat menghidupkan dan

memperkaya batin manusia dan masyarakat seni adalah nilai yang secara kreatif

mendorong manusia kerah pemenuhan martabat manusia sebagai manusia.

Seni juga merupakan segi batin masyarakat yang juga berfungsi sebagai

jembatan penghubung antara kebudayaan yang berlain coraknya. Memahami seni

suatu masyarakat berarti memahami aktipitas vital masyarakat yang bersangkutan

dalam momen yang paling dalam dan kreatif, oleh sebab itu. Benar adanya apa yang

dikatakan janet woll, bahwa seni adalah sebagai produk sosial.

4. Hakikat dan Makna Sains, Teknologi, dan Seni bagi Manusia

Dalam kehidupan kita hari-hari ini, berbagai pendapat yang

mempertentangkan praksis sains dan teknologi secara bipolar masih sering terdengar.

Sudah tentu, diskursus tersebut tidak mungkin muncul tanpa sejarah. Salah satu

sebabnya, boleh jadi ialah karena pemahaman umum tentang teknologi-sebagai

perpanjangan tangan dari sains modern yang dianggap selalu berurusan dengan

kepastian rasional dan serba keterukuran dalam logika positivisme. Adapun seni atau

lebih khusus lagi, seni rupa modern, umumnya dilihat sebagai praksis filosofis yang

justru identik dengan berbagai ketidakpastian, penafsiran personal, dan subjektivitas.

Pertentangan bipolar itu juga terkait dengan pandangan khalayak yang di satu sisi

memahami teknologi sebagai perwujudan nyata dari cita-cita kemajuan peradaban

modern secara konkret, berdampak pada kehidupan manusia. Sementara di sisi lain,
melihat seni sebagai aktualisasi pengalaman batin, intuisi, dunia pra-reflektif manusia

dan khazanah rasawi yang tak terjamah.

Demikian paparan dari Agung Hujatkajennong pada diskusi yang berlangsung

dalam rangka pameran Video Sculpture di Jerman Sejak 1963 di ITB, 9 Juni lalu.

Pendapatpendapat tersebut memang tidak sepenuhnya keliru melihat pemisahan yang

secara sadar atau tidak memang dilakukan oleh para pelaku teknologi dan seni

tersebut. Pemisahan ini tidak terlepas dari ambisi manusia sendiri untuk mengejar

modernitas, menciptakan spesialisasi dalam bidang-bidang kehidupan manusia demi

terwujudnya praktik dan disiplin keilmuan yang otonom.

Tetapi dalam dekade 60-an terjadi perubahan mendasar dalam konsep tersebut

kehadiran gendre vidio art mempertemukan dua perangkat yang sebagai dua sisi mata

uang logam, sebuah pendobrakan terhadap tataran konsep pemisahan seni dan

teknologi.

Vidio art yang hadir dalam bentuk kritisme terhadap seni dan teknologi

disajikan dalam bentuk berbeda dimana seni dan peralatan teknologi sendiri

digunakan untuk mengambarkan kritik tersebut. Vidio art hadir dalam berbagai

bentuk teknologi visual yang secara konseptual seiring dengan dikursus yang

berkembang dalm praksis seni rupa.

Techne yang merupakan proses kreatip seni dan ilmu pengetahuan juga telah

melahirkan teknologi yang tidak hanya modern tetapi juga memenuhi berbagai

kebutuhan dan keinginan manusia, dan setiap orang tidak ingin mengalami kesulitan

tetpi setiap orang akan berusaha setiap langkah akan mendapatkan kemudahan,
kemudahan itu didapatkan dari kreativitas seni dan ilmu pengetahuan yang

menghasilakan teknologi, misalnya:

a. Pengetahuan teknologi nuklir, orang dapat membuat reaktor nuklir yang

dapat menghasilkan zat-zat radio aktip, yang dimanfaat kan untuk

keperluan, misalnya keperluan bidang kesehatan, memperbaiki bibit pada

bidang pertanian dan lain sebagainya.

b. Teknologi pengendalian air sungai, misalnya dengan membuat irigasi

modern sehingga pertanian mendapatkan kemudahan memperoleh air,

bendungan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik alat rumah

tangga dapat mempermudah ibu-ibu melaksanakan tugasnya didapur seprti

alat-alat masak.

c. Dalam dunia pendidikan teknologi juga dapat memuat bermacam-macam

media pendidikan seperti, OHP, slide, TV, dan lain-lainyangt

mempermudah para pendidik melaksanakan tugasnya.

B. DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN SOSIAL

DAN BUADAYA

Pengaruh negatif ipteks secara manusiawi dirasakan pada masyarakat dewasa

ini terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah

begitu jauh dipengaruhi oleh ipteks gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Situasi tertekan, manusia mengalami ketengangan akibat penyerapan ipteks

dan meknisme ipteks. Peleburan manusia dalam mekanisme ipteks menuntut

kualitas dari manusia tetapi manusia tidak hadir didalamnya atau


pekerjaannya, contohnya pada sistem industri ban berjalan, seorang pekerja

meskipun sakit atau lemah atau pun ada berita duka bahwa anaknya sedang

sakit dirumah sakit mungkin pekerjaan itu tidak dapat ditinggalkan sebab akan

membuat macet garis produksi dan upah bagi temannya, keadaan tertekan

demikian akan menghilangkan nilai-nilai sosial dan tidak manusiawi lagi.

b. Perubahan ruang dan lingkungan manusia, ipteks telah merunah lingkungan

manusia dan hakikat manusia dalam hal makanan ataupu tidur tidak

ditentukan oleh lapar atau mengantuk tetapi di atur oleh jam, yang ada

hanyalah bangunan tinggi dan padat sehinggga sinar matahari pagi tidak

menyentuh permukaan kulit manusia.

c. Perubahan waktu dan gerak manusia. Akibat ipteks manusia terlepas dari

hakikat kehidupan sebelumnya tidur diatur dan diukur sesuai kebutuhan dan

peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia yang sifatnya konkret dan alamiah,

waktu hanya memiliki kualitas belaka tidak ada nilai kualitas manusiawi dan

sosial, sehingga irama kehidupan harus tunduk kepada waktu yang mekanistis

dengan mengorbankan nilai kualitas manusia dan nilai sosial.

d. Terbentuknya suatu masyarakat massa akibat ipteks manusia hanya

membentuk masyarakat massa artinya ada kesenjangan sebagai masyarakat

kolektif sebagai akibat hilangnya nilai-nilai hubungan sosial yaitu kegagalan

adaptasi dan pergantian relasi-relasi komunal dengan relasi yang bersifat

tehnis struktur teknologis massa di paksakan oleh kekuatan-kekuatan ipteks

dan kebijakan ekonomi (produk industri) yang melampaui kemampuan

manusia.
e. Ipteks manusiawi dalam arti ketat. Artinya ipteks manusiawi harus

memberikan kepada manusia suatu kehidupan manusia yang sehat dan

seimbang, manusia buakan menjadi objek ipteks tetapi harus menjadi subjek

ipteks dan harus selalu menyesuaikan dengan ipteks.

Akselerasi perubahan secara drastis dapat mengubah mengalirkan

situasi dalam hal ini situasi dapat dianalisis menurut lima komponen dasar

yaitu:

1. Benda hubungan manusia dengan benda tidak awet, dan masyarakatnya

merupakan masyarakat pembuang, bandingkan misalnya pulpen bertinta

yang permanen dengan ball point yang dibuang setelah habis.

2. Tempat. Hubungan tempat dengan manusia menjadi lebih sering dan lebih

sementara jarak pisik menjadi lebih tidak berarti masyarakat amat mobil

penuh dengan nomad baru secara kiasan tempatpun seolah-olah cepat

terpakai dan habis tidak berbeda misalnya dengan minuman kaleng.

3. Manusia. Hubungan manusia dengan manusia pun pada umunya menjadi

sangat sementara dan corak fungsional, kontak antar manusia tidak

menyangkut keseluruhan, personality melaikan bersifat dangkal dan

terbatas, secara kisasn terdapat orang yang dapat dibuang

4. Organisasi. Kecendrungan menjadi superbirokrasi dimasa depan, manusia

dapat kehilangan individualitas dan personalitasnya, dalam mesin

organisasi yang besar, namun hubungan manusia dengan organisasi

kelompok task force yang semua nya pada hakikatnya merupakan

kelompok ad hoc atau hanya suatu keperluan khusus.


5. Ide. Hubungan manusia dengan ide bersifat sementara karena image

timnbul dan menghilang dengan lebih cepat gelombang demi gelombang

ide menyususpi hampir disegala bidang aktipitas manusia.

C. PERMASALAHAN PEMANFAATAN IPTEKS DIINDONESIA

Bagaimana dengan indonesia? Apakah indonesia memiliki kemampuan yang

cukup, dalam bidang ipteks? Upaya untuk membangun daya saing saya tentu tidak

hanya didasari oleh keinginan untuk memenangkan pasar tetapi juga harus melihat

kempuan yang dimiliki. Indonesia saat ini sangat jauh tertinggal dalam bidang

teknologi, indonesia bukan india yang memiliki tenaga-tenaga akhli dibidang TI yang

kemudian dapat menjual layanannya lintas negara dengan ipteks.

Yang tersisa dari indonesia saat ini mungkin adalah budaya dalam pengertian

culture dan heritage, indonesia berlimpah berbagai macam membentang sepanjang

nusantara, keanekaragaman budaya ini merupakan salah satu karakteristik unik yang

mampu memberikan nilai tambah tinggi bagi produk yang akan menjadi

implementasi budaya ini.

Seperti dikutip kompas.com hubert gijzen direktur dan perwakilan organisasi

pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan PBB (UNESCO) menyampaikan

bahwa perkembangan industri keatif memiliki implikasi ekonomi yang luas. Bisa juga

menjadi perhatian bahwa penciptaan lingkungan yang mendukung adanya kebebasan

untuk berkreasi adalah adalah sasaran untuk terus menjaga agar benih- benih manusia

kreatif indonesia dapat terus tumbuh dan pada akhirnya menjadikan manusia sebagai

negara yang memiliki posisi yang diimpikan indonesia porum dalam visi 2020 dalam
hal ini perlu ada kebebasan individu dan negara harus menciptakan iklim untuk

tumbuhnya kebebasan untuk berkreasi itu.

D. PERKEMBANGAN BUDAYA POPULER

Perkembangan teknologi komunikasi telah secara nyata mengubah pola

interaksi masyarakat secara oral, verbal dan literal. Menuju masyarakat menulis

elektronik terhitung sejak 1998 hingga 2014 penggunaan telepon seluler dan internet

melonjak drastis dari 500 ribu orang menjadi 120 juta pengguna. Implikasi sosial

paling terlihat adalah pada pola komunikasi dan interaki pada pribadi kelompok dari

yang awalnya berbudaya ngobrol cangkrukan ngerumpi yang diselingi ngopi

bareng dan sejenisnya beralih menjadi ngenet ndap date status ngetwit dan

sejenisnya.

Kenyataan lain teknologi impormasi juga menciptakan gap social baru antar

generasi, dalam tulisan rhenald kasali pada kompas februari 2013 disebutkan lahirnya

empat generasi berbeda dalam satu generasi kehidupan secara bersamaan, bagaimana

perbedaan pandangan antar usia dan generasi tetapi juga konteks siapa mengerti

masalah apa yang senang melihat masalah dan mana yang ingin mengatasi masalah.

Tidak jarang generasi yang lebih mudah terpaksa atau dipaksa melakukan notulasi

hasil rapat misalnya mengunakan perangkat pensil-kertas padahal ia terbiasa

mengunakan perangkat internet dan leptop.

Semangat mempertahankan keyakinan atas kebenaran yang dianutnya

memang diajarkan oleh masing-masing agama tetapi hajat publik dan negara tentu

berbeda ditas kepentingan kelompok dan golongan bisa jadi jurnalis yang menjujung
tinggi idealisme dan profesionalisme tidak bebas ideologi tetapi tidak berarti pula ia

harus membela dan mempertahankan ideologi tersebut untuk menghancurkan atau

menafikan ideologi lainnya. Yakni seseorang dengan kemampuan menyampaikan

berita dan informasi secara profesional yang sekaligus secara bersamaan menitipkan

pesan-pesan dakwa rahmatanlil alamian kepada pembacanya.

MANUSIA DAN LINGKUNGAN

A. EKOLOGI MANUSIA DAN KESADARAN INDIVIDU DALAM

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai

pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia

terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap

kehidupannya sendiri. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu

memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan

ditingkatkan. Bagaimana manusia menyikapi dan mengelola lingkungannya pada

akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan.

Ekologi manusia menurut amos H. Hawley (1950: 67) dikatakan.

Human ecologi may be defined theerefore in terms that have alreadibeen used as the

study of the from and the development of the community in human population

(ekologi manusia dengan demikian bisa diartikan dalam istilah yang bisa digunakan
sebagai study yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah

populasi manusia.)

Frederits steiner (2002: 3) mengatakan

this new human ecology emphasizes complexity over reductionism, focuses on

changes over stable states and empands ecological concepts beyont the study of

planst and animals to include people. This view differt from the eviromental

determinims of the early twentiehs centuy (ekologi manusia baru menekankan pada

over reduksionalisme yang cukup rumit mengpokuskan pada perubahan negara yang

stabil dan memperluas konsep ekologi melebihi study tentang tumbuh-tumbuhan

hewan menuju keterlibatan manusia, padangan ini berbeda dari determinisme

lingkungan pada awal-awal abad ke 20).

B. KESADARAN INDIVIDU DALAM MASYARAKAT

Kesadaran individu dalam masyarakat mengenai lingkungan hidup dan

kelestariannya merupakan hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan

perusakan lingkungan merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat

yang terwujud dalam berbagai aktivitas lingkungan maupun aktivitas kontrol lainnya

adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pernerintah

melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan lingkungannya. Kesadaran terhadap

lingkungan tidak hanya bagaimana menciptakan suatu yang indah atau bersih saja,

akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban manusia untuk menghormati hak-hak

orang lain. Hak orang lain tersebut adalah untuk menikmati dan merasakan
keseimbangan alam secara murni. Sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya

merusak saja, sebaiknya dihindari dalam perspektif ini. Oleh karena itu, tindakan

suatu kelompok yang hanya ingin menggapai keuntungan pribadi saja sebaiknya juga

harus meletakkan rasa toleransi ini. Dengan begitu kita bisa mengatakan bahwa

kesadaran masyarakat akan lingkungannya adalah suatu bentuk dari toleransi ini.

Kondisi kesejahterahnya dari masyarakat kita mengenai kesadaran lingkungan

hidup ini tampaknya masi tercemin seperti apa yang dikatakan joko subagio seperti

berikut ini:

1. Rasa tepo seliru yang cukup tinggi yang tidak perlu ingin menganggu.

2. Tidak memikirkan akibat yang akan terjadi, sepanjang kehidupan saat ini

masi berjalan normal.

3. Kesadaran melapor (jika ada hal-hal yang tidak berkenan dan dianggap

sebagai pelawan hukum lingkungan) tampaknya masi kurang.

4. Tanggung jawab mengenai kelestraian alam masih perlu diperbaiki dan

ditingkatkan kembali.

C. PENCEMARAN LINGKUNGAN

Umumnya ahli lingkungan membagi kriteria lingkungan hidup dalam tiga

golongan besar, yakni:

1. Lingkungan fisik: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda mati.

2. Lingkungan biologis: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda hidup.


3. Lingkungan sosial, adalah manusia yang hidup secara bermasyarakat.

Keberadaan lingkungan tersebut pada hakikatnya mesti dijaga dari kerusakan

yang parah. Suatu kehidupan lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya.

Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus harus didorong untuk mencintai,

memelihara, dan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk

menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai pertanggungjawaban kecuali

manusia sebagai pemakai/pengguna itu sendiri. Kerusakan suatu lingkungan akan

berakibat pada manusia itu sendiri, dan demikian pula sebaliknya. Lingkungan

merupakan unsur penentu dari kehidupan mendatang. Lingkungan alam merupakan

prasyarat pokok mengapa dan bagaimana pembangunan itu diselenggarakan. Bagi

program pembangunan itu sendiri, apabila pelaksanaannya sesuai dengan program

yang telah dijalankan, maka orientasi untuk menjaga lingkungan semesta pun akan

bisa dilakukan. Sebaliknya, jika pembangunan dilakukan hanya digunakan untuk

mencapai tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi semata, maka hal itu akan

menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup serius. Salah satu produk dari

kerusakan lingkungan itu adalah pencemaran, baik air, tanah maunun udara.

Pencemaran air misal nya bisa dikategorikan melalui ukuran zat pencemar dan

izikan dibuang pada suatu jangka waktu tertentu. Misalnya satuan berat unsur atau

senyawa kimia setiap hari, atau tingkat konsentrasi zat pencemar dalam air buangan.

Misalnya maksimum ptn. Unsur senyawa kimia yang diizinkan, kemudian jumlah

maksimum yang dapat dibuang dalam setipa unit reduksi.

Pencemaran lingkungan yang berdampak pada berubahnya tatanan pada

lingkungan tatanan kegiatan manusia atau oleh proses alam berakibat lingkungan
kurang befungsi pencemaran berakibat kualitas lingkungan menurun, sehinggga

menjadi patal jika hal itu tidak bisa di manfaatka sebagaimana fungsi sebenarnya.

Kebijaksanaan lingkungan ditujukan pencegahan pencemaran. Sangat utama yang

diterapkan adalah pengaturan dan estremen ekonomi. Sarana pengaturan sipatnya

tradisional dan biasanya berupah izin serta persyaratan pemakaian nya teknologi

pencemaran. Instrumen ekonomi merupakan hal yang relatif baru contonya

punggutan penbcemaran udara dan air serta uang jaminan pengembalian kaleng atau

botol bekas.

Prose perkembangan teknologi, pembangunan dan peningkatan populasi

(jumlah bnayaknya penduduk selama dkd)terakhir mengakibatkan berlipatnya

aktipitas manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok kehidupany. Aktipitas

manusia itu sendiri merupakan sumber pencemaran yang sangat potensial. Disamping

adanya sumber daya alam, air dan tanah, udara adlah sumber daya alam yang

mengalami pencemaran sebagai akibat sampingan dari aktipitas manusia itu.

Konsentrasi bahan yang tercemar yang terkandung dalam udara bebas

dipengarhi banyak paktor, yaitu konsentrasi dan polume bahan pencemar yang

dihgasilkan suatu sumber, sifat khas bahan pencemar, kondisi mateologi, dimatologi,

topografi dan geografi. Dari banyak jenis-0jenis berperan maslah udara adalah s02

no2, Co, Oksidan, hidrokarbon, NH3, dan H2.

D. PENGENDALIAN PENCEMARAN

Salah satu akibat yang paling pasti dari adanya pencemaran adalah perubahan

tatanan lingkungan alam atau eko sistem yang sebelumnya secara alami telah terjadi.
Akibat lainnya adalah tidak atau kurang berfungsi satu atau beberapa elemen

lingkungan dikarenakan kegiatan manusia yang mengakibatkan pencemaran tersebut.

Akibat lain, dan ini barangkali yang paling fatal adalah menurunnya kualitas sumber

daya dan kemudian tidak bisa dimanfaatkan lagi.

Dengan akibat-akibat seperti itu, maka sudah tidak bisa ditunda lagi bahwa

pencemaran haruslah, tidak sekadar dihindari, akan tetapi diperlukan juga tindakan-

tindakan preventif atau pencegahan. Pencegahan terhadap pencemaran merupakan

upaya yang sangat besar bagi penyelamatan masa depan bumi, air, dan udara di dunia

ini. Sebelumnya, pencemaran memang sudah banyak sekali terjadi. Tidak hanya di

negara maju di mana industrialisasi sudah mencapai puncaknya, namun juga di

negara-negara yang sedang berkembang di mana proses dan praktik industrialisasi

mulai diterapkan. Dengan demikian, industrialisasi yang tidak memenuhi standar

kebijaksanaan lingkungan hidup adalah faktor utama mengapa pencemaran terjadi.

Pencemaran akibat industri misalnya , merupakan hal yang harus dihindari

karena, baik polusi udara yang diakibat kan nya maupun buangan limbah hasil proses

pengolaaan bahan mentahnya sangat berbahaya bagi mahluk hidup. Jika industrilisasi

merupakan proyek pembangunan yang tak bisa dihindari guna kemajuan manusia,

maka setiknya harus ada landasan bagaimana industrilisasi yang tak merugikan

pencegahan pencemaran dimulai dari tahap perencanaan pembangunan maupun

penoprasian industri. Hal tersebut meliputi pemilihan lokasi yang dikaikan dengan

rencana tata ruang study yang menyangkut pengaruh dari pemilihan industri tehadap

kemungkinan pencemar lingkungan melali prosedur ANDAL maupun ANDAL

pemilihan yang akan digunakan dalam proses reduksi yang lebih pentig lagi adalah
pemilihan teknologi yang tepat guna proses pengolahan limah industri daur ulang dari

limbah tersebut.

Dalam UU no 32/ 1997 tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup

(UU PLH ) pasa 14 ayat 2 diyatakan bahwadisamping ketentuan tentang laku mutu

lingkungan hidup ketentuan mengenai pencengahan dan penangulangan pencemaran

serta pemulihan daya tampung diatur dengan PP.

E. Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang memearuhi terhadap

pembentukan dan perkembangan perilaku lnduvidu, baik lingkungan fisik maupun

lingkungan sosiokologis, termasuk di dalamnya adalah belajar.

Sejauh mana pengaruh lingkunga itu bagi diri individu dapat kita ikuti pada

uraian berikut:

a. Lingkungan membuat individu sebagai mahluk sosial. Yang dimaksud

dengan lingkunga pada uraian ini hamya meliputi orang-orang atau

manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat

dipengaruhi sehingga kenyataan nya akan menutut suatu keharusan

sebagai mahluk sosial dalam keadaan bergaul yang satu dengan yang

lainnya.

b. Lingkungan membuat wajah buadaya bagi individu. Lingkungan dengan

aneka raga kekayaannya berupa sumber inspirasi dan daya cipta untuk
diolah jadi buday bagi dirinya. Lingkungan memiliki peranan bagi

individu, sebagai:

1. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi

alat pergaulan sosial individu contoh air dpat digunakan untuk minum

2. Tatanan bagi individu berusaha untuk dapat menundukanya contoh air

banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara

mengatasinya.

3. Sesuatu yang diikuti individu lingkungan yang beraneka raga

senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk

berpatisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan

mengikuti kasinya contoh seorang anak yang senantiasa bergaul

dengan temannya yang rajin belajar.

4. Objek penyesuaian diri bagi individu baik secara aloplastis maupun

autoplastis. Penyesuaian diri aloplastis artinya individu itu berusagha

untuk mengubah lingkungannya. Contoh dalam kedaan cuaca panas

individu memasang kipas angin sehingga di kamrnya menjadi sejuk

dalam hal ini individu meakukan manivulation yaitu mengadakan

usaha untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sesuai

dengan dirinya. Adapun penyesuaian diri yang dilakukan individu agar

dirinya sesuai dengan lingkungan contoh seorang juru rawat dirumah

sakit pada awalnya dia merasa mual karena bau obat-obatan namun

lama kelamaan dia menjadi kebiasa.

F. ISU-ISU PENTING TENTANG PERSOALAN LINTAS BUADAYA


Kebanyakan masyarakat dunia dewasa ini disatukan oleh sistem komunikasi

dunia, kejadian disuatu masyarakat atau tempat tidak akan luput dari sorotan media

komunikasi sehingga masyarakat di tempat lainpun mengetahuinya.

Secara umum persoalan lintas budaya umumnya terkait dengan perkembangan

kebudayaan dari suatu wilaya atau bagian didunia memengaruhi atau dipengaruhi.

Persoalan lintas budaya dapat diartikan pula sebagai perkembangan modernisasi yang

berkembang terus menjadi globalisasi. Globalisasi adalah simtem atau tatanan yang

menyebabkan suatu negara tidak mungkin mengisolasi diri akibat kemajuan teknologi

dan komunikasi.

Pengaruh positip dapat berwujud dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

berkembangnya teknologi yang lebih baik perkembangan sistem pemerintahan

perekonomian, politik mengarah pada pelaksaan yang lebih sistematis dan logis

rasional. Dari sisi keindonesian persoalan lintas budaya ini adalah:

1. Kesenjangan kebudayaan adalah pertumbuhan atau perubahan unsur

kebudayaan berdasarkan sifat nya. Rugipron berpendapat bahwa perubahan

kebudayaan materi cendrung lebih cepat dibandingkan kebudayaan imaterel.

Ketidak seimbangan perubahan kebudayaan materel dengan kebudayaan

imaterel di sebut kesenjangan kebudayaan.

2. Wacangan kebudayaan adalah ketidak sesuai unsur-unsur yang saling berbeda

sehingga saling menghasilkan pola kehidupan sosial yang tidak serasi

pungsinya bagi masyaralkat ada 4 tahap yang membentuk siklus kultural shok

yaitu:
a. Tahap inkubasi kadang-kadang disebut tahap bulan madu, sebai

pengalaman baru yang menarik.

b. Tahap krisis ditandai dengan suatu perasaan dendam, pada saat inilah

terjadi korban kultural shok

c. Tahap kesembuhan korban mampu melampuai tahap kedua hidup dengan

damai

d. Tahap penyesuaian diri sekarang orang tersebut sudah membangakan

sesuatu yang dilihat dan dirasakannya dalam kondisi yang baru itu rasa

cemas dalam dirinya sudah berlkalu

Penyenyesuain diri antar budaya dipengaruhi oleh berbagai

faktor,diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.faktor internal menurut

Brisilin adalah watak dan kecakapan .watak ialah segala tabiat yang

membentuk seluruh kepribadian seseorang .kecakapan mengnyangkut segala

sesuatu yang dapat dipelajari mengenai lingkunganbudaya yang akan

dimasuki seperti adat istiadat ,atat krama,keadaan geograis,keadaan ekonomi

dll.

Faktor eksternalyang berpengaruh terhadap penyesuain diriantar budaya

adalah:

1. Besar kecilnya perbedaan anatar kebudayaan temopat asaslnya dengan

kebudayaan lingkungan yang dimasukinya .

2. Pekerjaan yang dilakukanya,yaitu apakah pekerjaanya yang

dilakaukanya ia dapat ditoleransi dengan latar belakang pendidikanya

atau pekerjaanya.
3. Suasana tempat lingkungan ia bekerja,suasana lingkungan yang

terbuka akan mempoermudah seseorang menyesuaikan diri bila

dibandingkan dengnan suasanalingkungan tertutup .

G. KERUSAKAN BUDAYA DASAR KEHIDUPAN

1.Person

a. Tidak adanya pola pemenuhan kebutuhan hidup yang terbiasakan .

b. Kacau nya pegangan nilai dan norma acuan regulasi dan spiritual dan

berperilaku.

c. Kurang memaksimalkan potensi untuk pengayaan produksi kehidupan.

d. Apatis terhadap penggunaan peluang pada even-even yang memungkinkan.

e. Lemahnya kemauan meningkatkan pendidikan walaupun profesinya menuntut

hal tersebut dan peluang juga terbuka.

f. Teknik manajemen sikap dan perilaku sangat lamban serta jauh dari inovatif.

g. Centang peranan dalam penataan bahasa dan komunikasi ketika

mengartikulsikan pengetahuan,pernyataan sikap dan penampilan.

h. Kering kerontang dalam seni penampilan seluruhaktivitas.

i. Pututsnya mata rantai fungsi sejak lini idea terhadap aktifitas hingga lini

produk.

2.Kelembagaan Negara

a. Kurangnya penguatan regulasi keragaman mastream dan membirkan

tumbuhnya keragaman yang mengunbah penasiran dari akar nilai dan norma

agama maenstream dan dimensi lain lambatnya pembinaan terhadap paham-


paham dan sekte-sekte agama yang berpayung dalam pembinaan agama-

agama.

b. Pengembangan ilmu pengetahuan dalam jejaring jenjang lembaga-lembaga

pendidikan mulai dari paut, tk, SD, SLTP, SLTA, sekolah tinggi dan Istitut,

dan universitas tidak diiringi dengan pemnberian pelatihan pelatihan

keterampilan setingkat dalam mengatisipasi lapangan kerja peserta didik putus

sekolah(drop out.)

c. Perekonomian yang memperkecil pemberdayaan sumber daya alam dan

sumber daya manusia negaranya dengan memperbesar porsi import produk

sumber daya alam dan sumber daya manusia negara lain. Lebih patal lagi

adalah pengolahan sumber daya alam negaranya diserahkan kepada tenaga

ahli luar dan tenaga dalam negeri hanya sebagai buruh dinegerinya sendiri

lampu merah bagi sebuah negara yang menekankan pada pendekatan

keuntungan instan dari pada penguatan penggusahaan bahan baku, invertal,

produser, prinsipal, agen, distributor, dan penguasaan pertokohan pasar dan

manajemen pasar oleh putra putri bangsa sendiri

d. Kelemahan dan dasar bidang teknologi jika dalam suatu negara yang

membuka lembaga pendidikan mendidik generasi muda nya dibidang

teknologi sehingga peserta didik telah menjepit ijazah berbagai tehnik seperti

bidang teknologi, otomotif, perminyakan, dan gas lengkap dengan pembersih

mesinnya, pesawat terbang traktor dan lainnya.

e. Dari segi budaya keorganisasian sosial. Sangatlah ironis jika suatu negara

dimana budaya organisasi sosial politiknya yang diajukan sebagai pemimpin


dan anggota legislatif pengelolah manajemen eksekutif serta pemegang laju

yudikatifnya, serta pengusaha penompang proyek-proyek pembangunan

negara berkerja sama dalam melogis retorikan perjalan tugas dan pungsi

masing-masing dengan meminjam idealisme regulasi yang telah ada sehingga

mereka dapat legitimasi melakukan pemerasan dan mengkorupsikan uang

negara memperkaya partai, kroni, kerabat, dan pribadi masing-masing

sehingga kualitas semua pembangunan sangat rendah jadi kesalahan akan

terus disembunyikan semua pihak terlibat

f. Dari segi bahasa dan komunikasi suatu negara sangat lemah jika bahasa-

bahasa dari budaya-budaya lokal masyarakat susku-suku bangsa yang

penompang budaya bahasa nasional tidak lagi dihidupkan begitu juga suatu

kerugian besar jika bahasa nasional tidak digunakan menjadi sains, simbol-

simbol dan dalam penamaan atau pelabelan produk-produl tempat pasilitas

umum, tumbuhan, hewan, kebendaan didalam negara tersebut.

g. Dari segi kesenian suatu negara telah tercaput dari akar seni budaya nya jika

tidak lgi membimbing warga negara dalam masyarakat agar terus menyenangi

kesenian dari suku-suku bangsa di negara tersebut.

h. Pemberian penghargaan yang tak ternilai unuk negara miskin misalnya

diindonesia jika pegawai negeri sipil (PNS) sudah berjasa 15 tahun, 20 tahun,

25 tahun serta 30 tahun mengabdi ke negara mendapatkan piagam

penghargaan berupa plakat bintang jasa dari kuningan dengan guntingan pita

sekitar 10cm. Tidak ada sipil epeknya sama sekali. Tidak ada artinya kecuali
kepuasan beberapa menit upacara itu negara tidak akan rugi jika setiap yang

memperoleh piagam diberi uang alakadarnya seperti yang berjasa.

3.kelembagaan dunia

a. dunia akan terus kacau jika lembaga peserikatan bangsa-bangsa hanya

sebagai lambang kedamaian dan pertolongan dunia.

b. Dunia tidak akan perna damai jika hak pito 5 negara terus mengecilkan hal

pihak kesamaan kemerdekaan berpendapat dan bersuara anggota lainnya.

c. Didunia tidaka akan ada keteladanan dan panutan jika dinegara yang

mengklem sebagai negara demokrasi tapi dinegaranya sendiri tidak

terlaksana demokrasi dengan baik

d. Dunia tidak akan damai jika sebuah negara menyuruh negara lain

menghancurkan nuklirnya sementara negaranya terus memelihara bahkan

mengembangkanya

e. Dunia tidak akan lepas dari berbagai jenis penyakit jika berbagai negara terus

memproduksi narkoba dan sindikatnya, kegiatan aktipitas dan bisnis seks

bebas produksi dan penggunaan senjata kimia

f. Walau ada seruan (seffdewolt) akan tetapi bumi akan hancur jika budaya

negara-negara dibumi akan terus mengeploitasi minyak bumi, gas, logam,

mas, ikan, hutan dan hewan, mineral hingga berbagai biota dan pencemaran

udara serta uji coba doplir bawah tanah tidak dihentikan.

H. KETERGERUSAN SOSIAL BUDAYA INDONESIA


Sekarang rakyat indonesi umumnya masih setia dengan penyebutan

panvcasila sebagai pilsapah bangsa indonesia sayangnya secara pormal masyarakat

indonesia sedang digiring oleh entah siapa kedalam kelunturan dan kepudaran

idealisme dan utopisme.

Pada sila pertama ketuhan yang maha esa telah terguncang oleh lahirnya

paham-paham keragaman baru yang membawa masalah ke dalam tatanan maentream

yang sudah mapan dalam agama-agama yang telah hidup rukun dan damai

berlandasan regulasi yuridis politis pormal ditanah air baik berupa perubahan analisis

penapsiran tentang keabsahan kitab suci bertambahnya keyakinan akan nabi baru dan

pengakuan sejumlah orang yang telah mengatur sebagai nabi dan jibril atas kejadian

ini pemangku pungsi dilegislatif, eksekutif, dan yudikatif seperti tidak memainkan

butir kebijakan dan hukum yang tegas dalam menyikapinya sehingga masyarakat

terus merasa serba salah dan saling menyimpan dendam bangaikan api dalam sekap

(tumpukan prustasi), konplik, pansietas, depresi dan stres) yang sewaktu-waktu

meledak menipis berupa kerusuhan kekacauan atau bahkan bisa memicu perang antar

penganut paham atau aliran serta mendukung kepentingan.

Pada sila kedua kemanusian yang adil dan beradap mulai terderus dengan

banyaknya masalah hak dan kewajiban kemanusian pada rintangan intervalval

igotomis, strativikasi: kaya miskin yang dalam pembangunan masi dan bahkan pada

sebagian sosial budaya masyarakat semakin menganggap jurang pemisahnya

pengadilan terhadap keluarga pejabat dengan rakyat jelata, bambu penugal lading

yakni tumpul ke atas runcing ke bawah seperti penanganan berupah pemberdayaan


warga komunitas adat terpencil (KAT) yang masih berjumlah sekitar sejutah lima

ratus ribu.

Pada sila ketiga persatuan indonesia kini terlihat telah terancam tajam oleh

prinsip-prinsip pengaruh sutamaan kepentingan kesatuan-kesatuan beriringan dengan

panatisme ketat melindungi hak dan melongarkan kewajiban anggota nya bekerja

keras memenangkan posisi politik kesatuan dalam kanca kehidupan bermasyarakat

dan bernegara walaupun kwalitas orang nya rendah dan malah sejumlah prinsipnya

salah dalam menjalankan roda kehidupan untuk tatanan kesatuan.

Pada sila keempat kerakyatan yang di pimpimpin oleh hikma kebijaksaan

permusyawaratan dan perwakilan kini sangat berantakan dengan dipertontonkannya

metal-metal berutal, ekstrem, histeris, barbar, dalam sidang- sidanglegislatif dalam

langkah merebut kursi kepemimpinan melakukan pendekatan transaksional

pendekatan membelakangi dan meninggalkan ide-ide dan nilai etika organisasian

politik tanpa malu ditonton oleh rakyat yang memiliki budaya kesantuanan.

Pada sila kelima keadilan sosisal bagi seluruh rakyat indonesia, kini

terguncang dimana setiap pembanguanan selalu meletakan porsi pemenuhan,

kebutuhan pokok rakyat jelat lebih kecil dari pada lebih kecil dari pada biaya upacara

seremonial dan epen-epen suka duka pejabat, pengusaha, politisi dan pemberian

bantuan luar negeri yang bersifat pencitraan kedua internasional begitu juga upaya

pemberdayaan dan kemampaataan sumber daya alam laut, hutan, sungai, sangai

dibelakangkan dan mengutaman import dari pada mempasilitasi upaya produksi

dalam negeri untuk dibisniskan hingga penguatan, pendekatan ekonomi subsintens.


Jika ketergerusan ini tidak disadari dan tidak berani mengubah dan

memperbaiki kearah yang benar, sosial budaya indonesia akan terus terinjak

pemainan pengusaha asing. Teori sosial budaya indonesia akan secara permanen

bergeser jauh ke teori kebudayaan Chaos cultural teori yaitu semakin takut pegang

kendali legislatif, eksekutif dan yudikatif serta entrepreneurship, memandirikan

sumber daya alam dan sumber daya manusia dan hungan internasional sosial budaya

asli indonesia akan semakin kacau dan tidak tentu arah hingga sirna dari sejarah

peradaban dunia dan tnggal kenanggan cerita lama untuk konsumsi para turis saja.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mendekati berbagai realitas dan fenomena sosial budaya saat ini sering kali

membutuhkan pengkajian secara bersama dalam pelbagai sudut pandang yang luas

dengan tetap mempertahankan perspektif keilmiahan masing-masing bidang

keilmuan. Kajian multidisipliner dibutuhkan untuk memberikan penjelasan lebih

terbuka dan luas terkait kerumitan sosial budaya yang telah semakin kompleks.

Kebudayaan dalam konteks keindonesiaan beberapa tahun terakhir telah

diguncang oleh serbuan kebudayaan asing sehingga memengaruhi perilaku dan tata

hidup generasi muda. Kebudayaan asing dalam realitasnya harus diakui telah berhasil

memengaruhi arah kebudayaan Indonesia yang multikultur. Lahirnya budaya hybrid

(persilangan instan) seperti kebiasaan minum Coca-Cola, nge-Facebook, pakaian


jeans, nongkrong mall, dan nge-date/pacaran yang di kalangan generasi muda saat ini

merupakan perilaku sosial yang dibiasakan dan mendapat pemakluman bersama dari

publik adalah cermin dari perubahan kebudayaan masyarakat yang dinamis, sekaligus

instan.

Problematika kebudayaan tersebut perlu ditelaah dan disikapi dengan serius

guna tidak jatuh pada penafsiran kebudayaan yang keliru. Karena tujuan akhir dari

pengembangan kebudayaan sejatinya adalah untuk kemajuan peradaban manusia

yang lebih baik. Sebagai bangsa yang bermartabat, kebudayaan Indonesia haruslah

ditempatkan sebagai konsepsi dan strategi dalam pembangunan nasional. Dengan itu,

proses integrasi sosial dan politik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap

kukuh terpelihara. Demikian juga tujuan kesejahteraan sosial bagi setiap warga

Negara RI dapat tercapai.

B. TINJAUAN KE DEPAN

Mahasiswa dan para pengkaji keilmuan sosial dan budaya perlu memiliki

kesadaran dan pengetahuan tentang keanekaragaman, kesetaraan, dan kemartabatan

manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Dengan itu, ia memiliki sikap kritis,

peka, dan arif atas setiap keragaman budaya dan kultur dalam kehidupan

bermasyarakat.

Untuk itu, penting menyampaikan tinjauan kondisi terkini untuk dijadikan

bahan kajian bersama ke depan. Beberapa problematika sosial budaya dan politik
yang beberapa tahun terakhir muncul di hadapan publik dan dianggap penting untuk

dijadikan sorotan banyak pihak adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menyikapi pelbagai perilaku elite yang telah kehilangan hati nurani,

kejujuran, dan nilai etis yang sering kali ditampilkan di ruang publik?

2. Penataan birokrasi (good governance) yang lambat akibat dampak korupsi,

kolusi, dan nepotisme yang telah mengakar menjadi permasalahan krusial yang

menyedot perhatian publik.

3. Kemiskinan, kawasan tertinggal, terpencil dan wilayah perbatasan dinilai masih

menjadi catatan penting bagi pembenahan strategi perekonomian dan

kesejahteraan sosial di Indonesia ke depan.

4. Kondisi lingkungan hidup yang semakin buruk seperti hutan gundul akibat

pembalakan dan pembakaran hutan, rumah kaca, sampah, limbah industri,

pencemaran lingkungan, kesadaran hidup sehat, dan seterusnya, bagaimana

penataan dan pengelolaannya?

5. Pelajaran dari Maluku dan Sulawesi terkait bencana sosial berupa konflik etnik

dan religius (1998-2003) menjadi sorotan tajam tentang upaya pembenahan keru-

kunan hidup antarumat beragama yang belum optimal, bagaimana menyikapinya

untuk pemeliharaan kerukunan di tempat lain?

6. Bagaimana mewujudkan masyarakat multikultur dan memanfaatkan kondisi

masyarakat yang multikultur tersebut bagi pembangunan nasional di bidang

sosial di Indonesia?

7. Bagaimana seharusnya generasi muda menyikapi seni dan kesenian di tengah

derasnya globalisasi, yaitu meletakkan mana yang seni dan mana yang
pornografi/pornoaksi? Dampak negatif kemajuan teknologi informasi seperti

internet, HP, komputer, dan TV sangat berpengaruh bagi keberhasilan pendidikan

akhlak dan karakter anak-anak bangsa. Bagaimana peran ilmuwan sosial,

teknologi dan humaniora dan agamawan dengan kondisi tersebut?

8. Munculnya beragam keyakinan dan akidah baru termasuk menjamurnya lembaga

keagamaan baru di Indonesia menjadi bagian dari kerumitan sosial yang akhir-

akhir ini sering muncul ke permukaan. Tidak jarang persoalan tentang beda

keyakinan dan akidah berujung pada benturan fisik baik secara horizontal dan

vertikal. Gejala sosial seperti ini penting menjadi telaah serius ke depan.

9. Perubahan iklim dan cuaca yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia,

khususnya di Indonesia, juga menjadi kajian utama yang harus dicarikan

solusinya ke depan. Hal tersebut terutama kaitannya dengan pendapatan

perekonomian primer masyarakat Indonesia seperti bidang pertanian, peternakan,

dan perikanan.

10. Pemanfaatan potensi kelautan dan pariwisata nasional yang mulai lesu setelah

perubahan iklim dan cuaca dekade terakhir yang tidak menentu, utamanya akibat

gempa dan tsunami.

Akhirnya, buku ini penting bagi mahasiswa, alumni, dosen, dan warga

masyarakat yang berminat dalam memahami eksistensi, esensi, dan substansi

kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Mulai dari fakta, data, konsep, teori,

dan filosofi kehidupan bersama dan berpranata nilai serta norma acuan di dalamnya.

Langkah berikutnya memahami kestabilan, kemajuan, kekacauan, dan

kemundurannya. Berkontribusi jasa yang sangat prestisius adalah dengan


memberikan ilmu dan aktivitas dalam pelestarian, pengembangan dan perspektif hari

depan yang menjanjikan bagi keamanan, kesejahteraan serta kebahagiaan masyarakat

pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Selamat belajar.

Anda mungkin juga menyukai