Anda di halaman 1dari 78

I.

PENDAHULUAN
Hakekat Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar merupakan komponen dari mata kuliah dasar
Umum yang mempunyai tema perkuliahan, yaitu membicarakan hubungan timbal
balik antara manusia dan lingkungan hidup dengan menggunakan pengertian
pengertian yang bersumber dari pengetahuan sosial, seperti: Ilmu Politik, ilmu
Sosiologi, ilmu Antropologi budaya, ilmu Ekonomi, ilmu Psikologi, ilmu Agama,
ilmu Sastra, ilmu Sejarah, ilmu Filsafat, ilmu Folklore dan lain-lain.
Secara sederhana pengertian Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah sesuatu
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengetahuan umum tentang konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah
masalah sosial dan budaya suatu masyarakat dalam rangka mewujudkan nilai
nilai yang ada dalam masyarakat. Sebagai mata kuliah dasar umum, ilmu sosial
dan budaya dasar diharapkan dapat membantu Perkembangan wawasan
pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pekiran yang
luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap golongan terpelajar di
Indonesia.
a. Visi Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis,
peka dan arif dalam memahami keragaman, kesedarajatan dan kemar-
tabatan manusia yang dilandasi nilai-nilal etika, estetika, dan moral dalam
kehidupan masyarakat.
b. Misi ISBD
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menumbuhkan
sikap kritis, peka dan arif pada mahasiswa untuk memahami keragaman,
kesedarajatan, dan kemartabatan manusia dalam hidup bermasyarakat
selaku individu dan mahluk sosial yang beradab serta bertanggung jawab
terhadap sumber daya dan lingkungannya.
c. Tujuan ISBD
1) Mengembankan kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang
keanaka ragaman, kndesedarajatan, dan kemartabatan manusia sebagai
individu dan mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Menumbuhkan sikap kritis, peka dan arif dalam memahami
keragamatan, kesedarajatan dan kemartabatan manusia dengan landasan
nilai etika, estetika dan moral dalam bermasyarakat.
3) Memberikan landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta
keyakinan kepada mahasiswa sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat
selaku individu dan mahluk sosial yang beradab dalam mempraktekan
pengetahuan akademik dan keahliannya.
d. Motode dan Evaluasi
1) Metode
Proses pembelajaran ISBD diarahkan pada student oriented dengan menggunakan
metode, antara lain: ceramah, diskusi, role play, penelitian, sosial budaya, pentas kreatif
dan apresiasi seni, berkolaborasi dalam pemecahan masalah sosial.
e. Evaluasi
1) Bentuk Evaluasi ISBD dilakukan melalui ujian tertulis, ujian lisan, dan
pemberian tugas
2) Jenis soal
Ujian mata kuliah ISBD menggunakan bentuk soal esai tes, pilihan ganda,
lisan, tulisa, tugas individu, kelompok dan makalah.
3) Pelaksanaan Evaluasi
Dilakukan melalui quis, ujuian tengah semester, fanal tes, penyajian makalah
individu, kelompok, tugas lapangan (musium, pameran, wawancara, reset sosial,
observasi ) dan penilaian kreatif mahasiswa.
e. Manajemen Lingkungan Pembelajaran
1) Rasio anatara pengajar dan mahasiswa adalah 1:40
2) Pengajar harus mampu menumbuhkan motivasi
mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah ISBD serta
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
3) Pengajar harus kreatif mengembangkan metode
pembelajaran yang menarik dengan mengoptimalkan
pemanfaatan potensi dalam lingkungan akademik.
4) Pengajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas kajian
yang lebih kontektual dan mengikuti perkembangan IPTEK
mutahir
5) Pengajar harus memahami keragaman latar belakang
peserta didik
f. Pokok-pokok substansi Kajian ISBD
1) Pendahuluan
2) Manusia sebagai mahluk budaya
3) Manusia dan peradaban
4) Manusia sebagai individu dan mahluk sosial
5) Manusia, keragaman, kesedarajatan, dan
kemartabatan
6) Manusia, moralitas dan hukum
7) Manusia, sains dan teknologi
8) Manusia dan lingkungan.
2. LATAR BELAKANG ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
Latar belakang disajikannya pelajaran Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)
ini berawal dari munculnya kritikan dari cendekiawan sosial, terutama
sarjana pendidikan sosial. Mereka menuding bahwa sistem pendidikan
yang tengah kita kembangkan sekarang ini sarat dengan unsur
kolonialisme dan masih merupakan sistem pendidikan pemerintah
Belanda , yaitu kelanjutan dari politik balas budi (etiche politik) yang di
anjurkan oleh Conrad Theodore Van Deventer, yang inti menghasilkan
tenaga-tenaga terampil untuk menjadi tukang-tukang yang akan mengisi
birokrasi mereka di bidang administrasi, pedagang, teknik dan keahlian
lain yang intinya bertujuan untuk mengekploitasi kekayaan negara.
Kenyataan sekarang masih dirasakan banyaknya tenaga ahli yang
berpengetahuan khusus dan mendalam tetapi tidak jelas orientasinya atau
boleh dikatakan wawasannya sempit. Pada hal sumbangan pemikiran dan
adanya komunikasi ilmiah antardisiplin ilmu diperlukan dalam memecah-
kan berbagai masalah sosial masyarakat yang rumit dan kompleks. Sering
suatu masalah merasa tuntas pemecahannya menurut suatu disiplin ilmu
tertentu ternyata masih merupakan masalah besar. Hal ini sistem
pendidikan kita menjadi sesuatu yang elit bagi masyarakat kita sendiri ,
kurang akrab dgn lingkungan masyarakat, tidak mengenal disiplin di luar
disiplin keilmuannya
Perguruan Tinggi kita seolah-olah merana gading yang banyak meng-
hasilkan sarjana tukang yang akrab atau peka terhadap denyut kehidupan ,
kebutuhan serta perkembangan masyarakat.Sebagai upaya mengatasi
kegusaran para cendekiawan tersebut, maka diberikanlah Ilmu Sosial Budaya
Dasar sebagai pelengkap pembentukan sarjana paripurna sebagaimana yang
diharapkan. Oleh karena itu, proses perkuliahan Ilmu Sosial Budaya Dasar
diberi ciri tersendiri, yaitu banyak berorientasi pada masalah nyata yang
dirasakan oleh masyarakat. Diharapkan tenaga ahli yang dihasilkan perguruan
tinggi kita haruslah memiliki tiga jenis kemampuan meliputi: kemampuan
personal, akademik, dan professional.
1. Kemampuan personal ialah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan
ini mereka diharapkan memilki sikap, bertingkah laku yang mencer-
minkan kepribadian Indonesia yang mengenal nilai-nilai agama, sosial, etika,
kemasyarakatan, dan kenegaraan dll.
2. Kemampuan Akademik ialah kemampuan berkomunikasi secara ilmiah
baik lisan atau tulisan, menguasai peralatan tenrtentu untuk menganalisis
sesuatu hal.
3. Kemampuan profesional ialah kemampuan dalam bidang profesi tenaga
ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli
diharapkan memilki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam
bidang profesinya.
Dalam menghadapi masalah-masalah penyelenggaraan Tri Dharma
Perguruan Tinggi demikian pula untuk memenuhi tuntutan masyarakat,
bangsa dan negara maka diselenggarakan program-program pendidikan
umum yang bertujuan adalah:
1) Sebagai usaha untuk membantu mahasiswa mengembangkan
kepribadian agar mampu berperan sebagai anggota masyarakat, dan
sebagai warga Negaara
2) Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah
sosial yang timbul dalam masyarakat.
3) Memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu
berpikir secara interdisipliner dan mampu memahami pemikiran para
ahli ilmu pengetahuan yang berbeda sehingga dengan demikian mereka
dapat berkomunikasi .
Intinya pendidikan umum menitik beratkan pada upaya
mengembangkan kepribadian kepada`mahasiswa, agar bisa tampil
sebagai insan yang berbudi luhur dalam semua tinakan, berbeda dengan
ilmu-ilmu bantu yang biasanya menopang keahlian dasar yang dimliki
oleh mahasiswa.
3. MASALAH-MASALAH SOSIAL
1. Definisi Masalah Sosial
Masalah sosial pada hakekatnya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri. Masalah sosial
terwujud dari hasil kebudayaan manusia itu juga yang terwujud
melalui hubungan sesama manusia dan sebagai akibat dari tingkah laku
manusia itu jugu.
Masalah-masalah sosial yang dihadapi setiap masyarakat tidaklah
sama antara satu dengan lainnya. Perbedaan-perbedaan itu
disebabkan oleh perkembangan kebudayaan suatu masyarakat.
Masalah sosial itu berwujud sebagai masalah moral, masalah politik,
masalah ekonoml, masalah agama dan masalah lainnya.
Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah
masalah sosial selalu ada kaitannya dengan masalah nilai-nilai moral
dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya dengan
hubungan manusia dengan konteks-konteks normatif dimana
hubungan-hubungan manusia itu terwujud (Nisbet, 1961)
Pengertian masalah sosial ada dua pendefinisian, pertama menurut
umum, dan kedua menurut para ahli. Menurut umum atau warga masyarkat
bahwa segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah
Sosial. Menurut pendapat para ahli bahwa masalah sosial itu adalah Suatu
kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat mempunyai
sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masya
rakat secara keseluruhan.
Menurut definisi umum , pedagang kaki lima bukan masalah sosial,
mereka dengan asumsi bahwa pedang kaki lima itu adalah manusia juga
yang perlu mencari nafkah untuk melangsung hidup mereka, di sisi lain
masyarakat dapat dengan mudah pelayanan dari pedang kaki lima dengan
harga yang terjangkau.
Sebaliknya para ahli perencaan kota, ahli sosiologi dan ahli Antropologi
menyatakan bahwa pedagang kaki lima di kota-kota menjadi sumber kekacau
an lalu lintas dan menjadi sumber utama dari suatu kondisi dimana suatu
kejahatan dengan mudah dapat terjadi.
Dengan demikian, suatu masalah yang digolongkan sebagai masalah
Sosial oleh para ahli belum tentu dianggap masalah oleh umum. Sebaliknya
ada juga maslah-masalah yang dianggap sebagai masalah sosial oleh umum
tetapi belum tentu dianggap masalah sosial oleh para ahli. Oleh karena itu,
dengan mengikuti batasan yanga lebih tegas dikemukakan oleh Leslie (1974) ,
masalah-masalah sosial dapat didefinisikan sebagai “Sesuat kondisi yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat
sebagai suatu yang tidak diinginkan atau`tidak disukai dan yang karenanya
dirasakan perlunya untuk mengatasinya atau memperbaikinya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka masalah sosial ini ditekankan pada
adanya kondisi atau sesuatu keadaan tertentu dalam kehidupan sosial ma-
syarakat yang bersangkutan. Kondisi atau keadaan sosial tertentu sebenarnya
merupakan hasil dari proses kehidupan manusia yang berusaha untuk meme
nuhi kebutuhan jasmani (manusia harus makan, minum, bernafas, hubungan
kelamin, dan sebagainya.
4. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
A. Manusia
Yang dimaksud dengan manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT
yang akan menjadi pemimpin di muka bumi ini. Keberadaannya di
permukaan bumi ini dibekali dengan akal yang membedakan manusia dari
binatang. Dengan akal budinya, ia bisa berfikir, merasa, dan menciptakan
sesuatu demi kepentingan pribadinya dan kepentingan masyarakat.
Ilmu sosial dan Budaya dasar adalah dua cabang ilmu pengetahuan
yang disatukan pengajarannya, sehingga pengajaran mata kuliah ini cukup
merepotkan pengajarnya, dimana ilmu sosial dasar mengambil tema:
manusia dan masalah sosial, sedangkan ilmu budaya dasar tema pokoknya
membahas kemanusiaan dan budaya.
Manusia sebagai mahluk budaya yang berkemampuan menciptakan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Selaku mahluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagian, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan demi kesempurnaan hidupnya.
1) Pengertian Adab dan peradaban
Adab adalah asal kata dari “Culture” bahasa Inggris yang diterjemah-
kan secara sderhana yang pengertiannya sama dengan budaya, demikian
juga perkataan “Peradaban” berasal bahasa Inggris “Civilisation” arinya
kebudayaan.
2) Manusia sebagai mahluk beradab dan masyarakat adab
Manusia adalah mahluk hidup yang berakal dan berpikir. Perkataan
“Manusia” berasal dari bahasa Inggris “Human being” artinya mahluk
manusia. Dan dalam hubungan dengan perlakuan manusia yang dalam
bahasa Inggris “The humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri
berasal dari bahasa Latin “Humanus” artinya, berbudaya, berbudi halus.
Dengan mempelajari the humanities orang akan lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian, the humanities berkaitan
denggan masalah nilai yaitu nilai-nilai manusiawi sebagai homo humanus
atau manusia berbudaya.
Masyarakat adab adalah golongan besar atau kecil dari manusia yang
dengan sendirinya saling berhubungan satu sama lain dan saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Masyarakat adalah sekelompok
manusia yang memiliki adab atau peradaban, dengan adab atau
peradaban masayarakat akan cenderung berubah secara evolusi.
3) Evolusi budaya dan tahapan-tahapan peradaban.
Evolusi budaya suatu masyarakat di Indonesia melalui beberapa fase
perkembangan peradaban manusia. Biasanya dimulai dari masa prehistori
/prasejarah, menurut hasil penggalian para Antropolog ditemukannya
fosil nenek moyang manusia yang mereka sebut “Pithecantropus Erectus”.
Fosil ini ditemukan pertama kali di Lembah Bengawan Solo sekitar 2000
tahun sebelum masehi.
Mahluk itu hidup dalam kelompok kecil dari berburu dan meramu. Alat
buruannya adalah sebuah alat pemukul dari kayu yang dipukulkan atau
dilemparkan pada binatang buruannya. Untuk menguliti dan memotong
daging buruannya mereka menggunakan kapak dari batu yang diasah
bagian depannya. Mereka juga menggunakan tulang dan tanduk rusa
untuk kepetingan pekerjaan dan meramu akar-akar untuk mereka ko
nsumsi.
Penggalian fosil dilakukan terus oleh kalangan Antropolog dan dalam
penggalian itu mereka temukan fosil yang didekat desa Ngandong terletak
di Desa Bongawan Solo yang mereka sebut homo Soloensis. Fosil itu
diperkirakan sangat berbeda dengan wajak Soloensis.
Persebaran bangsa-bangsa Asia di Indonesia pertama kali datang dari
arah barat. Mereka mempunyai ciri-ciri fisik sama seperti ciri fisik
Mongoloid. Bahasa yang mereka tuturkan adalah bahasa Austronesia.
Mereka hidup dari bercocok tanam keladi dan ubi jalar di ladang. Mereka
menggunakan kapak bergerigi dari batu yang sangat berbeda dengan
kapak lonjong dari manusia wayak ensis.
Selain bercocok tanam keladi dan ubi jalar, mereka memperkenalkan
jenis tanaman padi untuk di tanam di daerah pegunungan Assam utara
atau Burma utara. Dari pegunungan Assam itu disebarkan ke arah timur
akhirnya tiba di daratan Cina Selatan. Dari daerah itu disebarkan ke
penjuru Asia Tenggara sampai ke kepulauan Indonesia.
Kepandaian bercocok tanam padi dengan sistem irigasi diperkirakan
lama kemudian, diperkiran setelah datangnya bangsa-bangsa lain yang
membawa kepandaian membuat benda-benda berunggu di kepeulauan
Indonesia. Namun kepandaian menanam padi di sawah itu sudah dikenal
oleh orang Jawa sebelum pengaruh kebudayaan Hindu datang dalam abad
ke 14 Masehi.
Persbaran kepandaian membuat benda-benda perunggu di Indonesia
pada zaman prehistori ialah pengaruh bangsa-bangsa yang membawa
benda-benda perunggu. Bukti-bukti peninggalan perunggu itu banyak
ditemukan di Sumatra, Jawa,Nusa Tenggara, Sulawesi, Bali, Sumbawa dll.
4) Pengaruh corak kebudayaan zaman Sejarah di Indonesia
Bukti-bukti masuknya pengaruh kebudayaan Hindu di Indonesia
ditandai dengan adanya bukti-bukti seperti batu-batu bertuliskan huruf
palawa ditemukan di Jawa Barat, dekat kota Jakarta sekarang, atau lebih
ke pedalaman di daerah sungai Cisadane dekat kota Bogor sekarang. Juga
bukti yang samaditemukan di pantai Kalimantan Timur atau tepat didekat
daerah Kaman Kuatai. Diperkirakan batu-batubertuliskan huruf pallawa itu
diperkirakan ditulis sekitar abad ke 4 SM.
Menurut para ahli sejarah purbakala Indonesia kerajaan-kerajaan yang
disebut dalam tulisan-tulisan pada batu-batu tadi merupakan kerajaan-
kerajaan asli Indonesia yang hidup makmur dengan mengembankan
sistem perdagangan dengan negara India Selatan. Raja-rajanya
mengadopsi konsep-konsep Hindu.
Raja-raja Indonesia pada masa pengaruh kebudayaan Hindu tersebut
rupanya banyak belajar dari ahli-ahli dari kaum Brahmana atau kaum
Wisnu. Orang-orang pandai itu memberi patwa kepada raja-raja Indonesia
prihal tatacara melaksanakan upacara keagamaan, dan juga mengenai hal-
hal lain seperti pengaturan organisasi kenegaraan, dan upacara
kenegaraan.
5. PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
A. PENDUDUK
Meskipun secara global dunia mengalami ledakan penduduk , namun
ada bagian dunia lainnya yang hampir penduduknya tidak bertambah,
seperti negara-negara industri di Eropa barat dan kota-kota lain di dunia,
bahkan ada negara yang merasa tidak bertambah penduduknya. Negara-
negara yang paling cepat pertumbuhan penduduknya ialah negara-negara
yang sedang berkembang.
Negara Indonesia termasuk salah satu negara yang pertumbuhan
penduduknya cepat dan menjadi beban berat dibagian-bagian yang sudah
padat penduduknya seperti pulau Jawa, Madura dan Bali. Selain itu,
karena masih ada daerah lain yang kurang penduduknya, maka
kecenderung kota-kota yang berpenduduk padat ditransimgrasikan ke
bagian lain yang kurang penduduknya, sepeti Sulawesi pada umumnya.
Berhubung fasilitas-fasilitas dan sarana-sarana untuk mentransimi-
grasikan penduduk tidak seimbang dengan laju pertumbuhan, maka men-
transimigrasikan penduduk tetap menjadi masalah yang sukar diatasi.
Pertumbuhan penduduk Indonesia terlihat pada tabel di bawah ini sebagai
berikut:
Tabel : Perkiraan Penduduk Indonesia

Tahun Jumlah Penduduk


(jutaan)
1950 13,8
1900 34,2
1920 49, 3
1930 60,7
1940 70,5
1950 79,2
1960 95,2
1970 121,1
1980 150,6
1990 190,9
2000 241,2
2010 282,4

Sumber : Dep P&K dalam Ruslan H. Prawiro , kependudukan ( 1983 :17).


Diperkirakan jumlah penduduk tahun 2010 mendatang sekitar dua kali
lipat dari tahun 1970 yang lalu jika usaha pemerintah gagal dalam program
Keluarga Berencananya (KB). Pertambahan penduduk yang begitu cepat
atau tidak terkendali pada suatu saat akan melampaui daya dukung lingk-
ungan , yakni kemampuan suatu daerah untuk menampung sejumlah
manusia tertentu pada tingkat kehidupan yang layak (Soemarwoto dalam
Paul Naiola,1977).
Daya dukung ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas
daerah yang tersedia untuk hunian penduduk, lahan pertanian semakin
semakin sempit karena digunakan sebagai lahan pembangunan berbagai
sarana fisik , tambahan lagi kesuburan tanah pertanian semakin kritis. Hal
ini telah terjadi di Indonesia tertama di pulau Jawa sehingga menyebabkan
kerusakan hutan, tanah dan kualitas lingkungan.
Berbagai kenyataan yang dapat diwujudkan oleh pertumbuhan
penduduk yang cepat, misalnya kelebihan tenaga kerja. Ada dua
kemungkinan bagi mereka, yaitu: pertama, tetap tinggal di desa, sehingga
jumlah tenaga kerja lebih banyak daripada sumber daya alam dan
produksi (tenaga kerja petani menjadi setengah menganggur), sehingga
hasil usaha pertanian di desa tidak dapat mendukung kehidupan yang
wajar akibatnya taraf hidup petani di desa tetap rendah.
Kemungkinan kedua, mereka akan masuk ke dalam bidang-bidang yang
masih bisa mendukung pendapatan mereka, yakni mengalihkan perhatian
mereka ke hutan atau bermigrasi ke kota .
Perlu diketahui, bahwa 80% penduduk Indonesia mendiami daerah
pedesaan, mereka masih menggantungkan hidup pada hutan. Berbagai mata
pencaharian rakyat di mulai dari hutan: penobangan kayu untuk lahan
Pertanian, dijual sebagai kayu bakar dan bahan bangunan dan sebagainya.
Selain ke hutan, tenaga kerja yang berlebihan di desa-desa akan beralih ke
Kota , mereka beranggapan di kota besar banyak lapangan kerja. Hal ini
dilakukan demi memenuhi kelangsungan hidup mereka. Akumulasi penduduk
kota bertambah entah nantinya bekerja sebagai tukang, pedagang kaki lima,
tukang becak dan sebagainya.
Itulah dampak yang diakibatkan oleh perpindahan penduduk secara berlebihan
ke kota, apalagi kebanyakan dari mereka tidak punya suatu keahlian khusus dari
desa yang ditinggalkan. Di kota tidak selamanya bisa mentolerir semuapendatang,
sebab kota pun mempunyai batas batas kemampuan untuk menampung dan
menyediakan lapangan kerja, sehingga terjadilah pengangguran, gelandangan dan
berbagai komplikasi sosial.
Di kota tidak selamanya bisa mentolerir pendatang dari desa,
sebab kota pun mempunyai kafasitas daya tampung yang terbatas,
demikian juga ketersedian lapangan kerja, sehingga timbullah
pengangguran, gelandangan dengan berbagai komplikasi sosial.
Dalam bidang moral, misalnya, pencurian, perampokan dan berbagai
tindakan kriminal. Dari sisi visual ,membuat lubang penampungan
tinja pada tempat terbuka.
Di Indonesia banyak sekali penduduk yang tinggal di lingkungan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, baik perumahan, sistem
pembuangan air kotoran, sampah masyarakat, makanan dengan
standar gizi yang rendah, plus air minum yang tidak higenis.
Air sungai yang tidak terjamin kesehatannya dengan terpaksa
mereka fungsikan sebagai tempat mandi, menyikat gigi, mencuci
pakaian dan alat masak saja. Hal ini akan merupakan yang ideal bagi
perkembangan serangga, nyamuk malria dan lalat penyengat
kotoran, menengarai berbagai macam penyakit, misalnya: penyakit
diare, wabah kolera (muntaber), tipes, cacingan, malaria dan
sebagainya yang merupakan penyakit langganan masyarakat setiap
saat yang merepot petugas medis di kota.
Pemerintah telah banyak mengupayakan krisis lingkungan, seperti
menggalakan program transimigrasi, program Keluarga Berencana (KB),
perbaikan permukiman penduduk, menaikan standar gizi rakyat, mening-
katkan sarana dan prasarana air bersih masyarakat, namun apalah artinya
semua itu kalau usaha-usaha itu dikejar oleh pertumbuhan penduduk
dengan cepat.
Perencanaan lingkungan perlu dijalin dengan perencanaan program
kependudukan. Perencanaan kependudukan hendaklah ditunjang dengan
pendidikan rakyat, sebab dengan pendidikan yang layak akan mewarnai
cara berpikir seseorang dari emosional menjadi rasional. Dan dalam
suasana yang rasional barulah seseorang itu dapat menerima konsep-
konsep yang diberikan kepadanya.
Di samping aspek pendidikan, jangan lupa satu syarat, yaitu
kemampuan ekonomi, tanpa ekonomi yang mapan, kita sulit menjinkkan
petualangan penebangan hutan. Kalau kesempatan kerja dalam bidang
lain tetap sukar diperoleh, maka muncul pertanyaan bagaimana menjamin
kelangsungan hidupnya.
B. Migrasi
Ada dua macam perpindahan penduduk yang terjadi dalam
masyarakat, yang sering diistilahkan dengan mobilitas: vertkal dan
horizontal. Apabila seseorang itu berpindah golongan dari golongan
1(satu) ke golongan 2(dua) maka perpindahan itu disebut mobiltas
vertikal, sedangkan perpindahan secara ruang atau secara georafis dari
satu tempat ke tempat yang lain diseebut mobiltas horizontal atau
disebut juga migrasi.
Di dalam kehidupan masyarakat banyak terjadi gerak horizontal pen-
duduk, antara lain mengunjungi keluarga, bertamasya, melakukan
penelitian di luar daerah, berkeliling menjajakan barang dagangan,
berziarah, naik haji dan sebagainya. Semuanya itu belum dikatakan
sebagai gerak migrasi.
Migrasi adalah gejala gerak horizontal penduduk untuk pindah tempat
tinggal dan pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas
administrasi, pindah ke unit administrasi lain, misalnya pindah kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi, atau pindah negara.
Rose Steele mendefinisikan migrasi itu meliputi perpindahan dari
rumah kita kesebelah rumah tetangga yang jaraknya beberapa meter dari
rumah lama, tetapi juga mencakup perpindahan ke negara lain yang
jaraknya beribu-ribu km (dalam Sunarto, 1985).
Konsep migrasi di atas mengandung pengertian sebagai perubahan
tempat tinggal sacara parmanen, tidak mempersoalkan batasan jarak
dan sifat kepindahannya. Usaha mengembangkan konsep migrasi ternyata
tidak seragam, tetapi yang perlu dicatat bahwa migrasi itu menyangkut
perubahan tempat tinggal.
Di Indonesia konsep migrasi yang dipergunakan di antarahnya adalah
yang dikemukakan dalam Biro Pusat Statistik dalam sensus penduduk
tahun 1971 dan tahun 1980 serta sensus tahun 2000. Migrasi dalam hal
ini diartikan sebagai perpindahan seseorang dengan melewati batas
propinsi lain dan kepindahannya dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih.
Pada penjelasan yang lain dikatakan bahwa seseorang telah
melakukan migrasi apabila ia telah melakukan perpindahan kurang dari 6
bulan tapi diawali dengan suatu niatan untuk tinggal menetap di darah
tujuan.
Teori Migrasi
Ada banyak teori yang membicarakan mengenai migrasi , namun
yang kita bicarakan di sini secara khusus berdasarkan fenomenanya hanya
dua sebagai berikut:
1. Teori Gravitasi
Ravenstein pada tahun 1889 telah menguraikan pendapatnya tentang
fenomena migrasi yang disusun dalam hukum migrasi yang terkenal
sampai sekarang. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Semakin jauh jarak semakin berkurang volume migran. Teori itu kemudian
dikenal dengan nama “Distance Decay Theory”.
2) Setiap arus migran yang benar akan menimbulkan arus balik sebagai gantinya.
3) Adanya perbedaan desa dan kota akan memicu terjadinya migrasi.
4) Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat jaraknya.
5) Kemajuan teknologi mengakibatkan intensitas migrasi.
6) Motif utama migrasi adalah masalah ekonomi.
Teori Ravenenstain tentang migrasi yang hampir satu abad yang lalu
ternyata sampai sekarang masih relevan, sehingga tidak mengherankan
bagi kita kalau namanya tercatat sebagai “Bapak migrasi”. Dari teori yang
dikemukakan mendasari pengembangan teori gravitasi berikutnya.
2. Teori Dorong-Tarik (Push-Pull Theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Everet S. Lee pada tahun
1966. Dalam teorinya ada 4 faktor yang berpengaruh terhadap seseorang
dalam mengambil keputusan untuk bermigrasi , yaitu:
a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal.
b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan.
c. Faktor-faktor rintangan.
d. Faktor-faktor pribadi.
Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal atau pun daerah tujuan
bisa bersifat positif artinya mempunyai daya dorong atau mempunyai sifat
negatif artinya mempunyay daya penghambat.
Faktor-fakator yang menajadi daya dorong adalah kerusakan sumber
daya alam (erosi tanah, banjir, kekeringan, gempa bumi, konflik sosial ,
politik, agama). Adapun faktor-faktor yang mempunyai daya tarik
tersendiri adalah temuan sumber daya alam, misalnya: pertambangan,
pendirian industri, keadaan iklim dan lingkungan yang menyenangkan
(kota peristirahatan di daerah pegunungan). Di samping itu, ada beberapa
variabel yang mengakibatkan migrasi tarik dan migrasi dorong, antara lain
dibukanya industri di kota besar menarik banyak buruh dan tenaga kerja
dari daerah pedesaan.
Di samping itu, ada beberapa faktor migrasi tarik dan migrasi dorong.
Perubahan teknologi, misalnya menggalakkan bangkitnya industri di kota-
kota besar menarik pekerja pendatang, tetapi sebaliknya hasil teknologi
baru seperti munculnya teknologi pertanian justuru mendorong terjadinya
pengangguran secara besar-besaran yang mendorong migrasi keluar
daerah pedesaan.
Banyak orang pindah ke kota karena di desanya tidak kerasan, merasa
kesepian , sedang di kota besar banyak hiburang dan merupakan daya
tarik yang membuat mereka senang dan mendapat kepuasan batin.
Sebaliknya banyak juga orang yang berpindah dari kota ke desa karena
suasana kota tidak menentramkan, terlalu banyak orang, terlalu galuh,
terlalu bising. Mereka tergolong migrasi psikososial. Ada orang yang sakit-
sakitan karena daerahnya dingin sehingga sering kambuh penyakit
asmanya sehingga ia bermigrasi ke daerah pantai yang hangat demi
kesehatan jasmaninya. Orang seperti ini biasa disebut migran fisiososial.
Ada pula orang yang atas kehendak sendir bermigrasi ke daerah lain
karena mau mengembankan bakat dan kemampuannya, maka orang
seperti ini disebut “Migran primer”, sedang keluarga dan anak-anaknya
ikut-ikutan saja disebut migran sekunder.
• Pengaruh Migrasi Pada Penduduk
Migrasi pada umumnya bersifat selektif, maksudnya yang pindah dan
menempati tempat baru mempunyai karakteristik kependudukan yang
khas, mengenai umur, pendidikan, status sosial, kebudayaan dan sebagai-
nya. Migrasi desa-kota pada umumnya lebih banyak dilkukan oleh laki-laki
daripada wanita akibatnya rasio seks laki-laki di desa-desa sangat kurang,
sedang di kota bertambah.
Banyak golongan pemuda dari pedesaan yang pindah ke Jawa dengan
tujuan untuk belajar dan menambah ilmu setelah tamat di Jawa mereka
tidak mau tinggalkan kota Jakarta. Begitu pula bagi mereka yang tamat
dan berasal dari Jawa sediri mereka segan tinggalkan Jawa. Dengan
demikian, golongan penduduk yang berilmu di Jawa meningkat jumlahnya
yang angkanya cukup menyolok.
Kadang-kadang dijumpai bahwa sebagai penduduk baru mereka tidak
mempunyai kaitan perasaan dengan penduduk setempat, acuh dengan
keadaan sekitarnya sehingga mereka dicatat sebagai orang pendatang
yang tidak berjiwa nasional. Betul-betul mereka datang di tempat baru
hanya membawa adatya dan kebiasaan di daerah asal mereka.
B. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok besar atau kecil manusia yang
dengan sendirninya mereka bertalian satu sama lain dan pengaruh
mempengaruhi. Dari definisi itu dapat didefinisikan, bahwa manusia itu
hidup dalam kelompoknya dalam kondisi saling ketergantungan satu sama
lain. Tidak ada seorang pun yang menyangkal adanya kenyataan bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang hidup dalam masyarakat manusia.
Sejak kecil hingga dewasa dia hidup selalu hidup dalam lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah suatu bagian dari lingkungan hidup yang terdiri
atas hubungan antar-individu atau dan kelompok serta pola-pola
organisasi yang lebih luas dalam masyarakat.
Lingkungan itu dapat terwujud sebagai kesatuan sosial atau kelom-
pok sosial, tetapi dapat juga terwujud sebagai situasi sosial yang
merupakan bagian dari ruang lingkup kehidupan sosial. Masing-masing
kelompok sosial itu mempunyai aturan –aturan yang saling berbeda satu
sama lain dimana individu yang terlibat di dalamnya harus mentaati
aturan-aturan yang mereka telah sepakati dalam berbagai hubungan
sosial .
Dalam masyarakat terdapat pranata-pranata sosial atau institusi sosial
yaitu suatu sistem tata kelakuan dan hubungan masyarakat yang terpusat pada
aktivited-aktivited untuk memenuhi kompleks-kompleks kehidupan khusus dalam
kehidupan masyarakat. Menurut para ahli pranata-pranata itu dapat
dikelompokkan dalam 8 (delapan) kelompok, yaitu:
a. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekera-
batan ialah yang disebut kinship atau domestic institutions, misalnya
pelamaran, pernikahan, poligami dan pengasuhan anak balita, perceraian
dan sebagainya.
b. Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
hal mencari lapangan hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi.
c. Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
manusia yang biasa disebut lembaga pendidikana atau educational institution.
d. Pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia melalui
lembaga ilmiah , atau bahasa asingnya, “Scientific Institution”.
e. Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dan
keindahan manusia melalui sarana hiburan dan rekreasi masyarakat atau
bahasa asingnya “Recreation and aestetic institution”.
e. Pranata-pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam berhubungan dengan Tuhan, mereka menyiapkan sarana
peribadatan seperti Mesjid, Musholla, Gereja, Candi, Pure dan sebagainya,
atau bahasa asingngnya “Religius Institution”. Di tempat itulah biasanya
mereka melakukan ritual keagamaan, seperti sembahyang atau berdoa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Pranata-pranata yang bertujuan dalam memenuhi kebutuhan manusia
untuk menata kelompok secara besar-besaran, seperti kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Biasanya mereka mendirikan
suatu lembaga yang disebut lembaga politik dalam bahasa asingnya
disebut “Political Institution”. Contoh pemerintahan, demokrasi,
kehakiman, kepartaian, kehakiman, ketentaraan, kepolisian dan
sebagainya .
g. Pranata-pranata yang mengurus soal kebutuhan jasmani manusia
didirikan lembaga kecantikan atau bahasa asingnya “Somatic Institution”.
Contoh: tempat merawat kecantikan para kaum ibu, tempat merawat
pasien, tempat merawat kulit dan gigi dan sebagainya.
Pembagian kerja dalam masyarakat
Kendati pun teknologi baru di bidang pertanian yang
menghasilkan bahan pertanian, seperti pupuk, bibit unggul,
inpektisida dll. telah memperluas lapangan kerja, belum juga
mampu memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat, namun
belum juga mampu menampung penduduk yang semakin
bertambah. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa, mengapa
arus urbanisasi berlangsung terus-menerus tanpa terhindarkan.
Dalam arus urbanisasi yang paling terlibat adalah kaum muda
yang secara objektif mereka mencitacitakan perbaikan hidup di
masa depan yang disertai dengan keberanian mengambil resiko.
Menurut catatan sensus 1971, penduduk yang tinggal di desa
adalah 82,6 %, sisanya 17,4% ada di perkotaan. Namun akumulasi
modal dalam sektor pembangunan ini masih saja bertumpu di
perkotaan, misalnya hingga Maret 1974, 34% yang ada di Jakarta
(Said Ruli dalam Daldjono 1981).
Dengan adanya komunikasi dan transportasi yang lancar
memperlancar gerakan urbanisasi. Angka-angka tentang
pembagian kerja menurut statistik terlihat didominasi oleh petanian
sebanyak 71,90 % , dibidang Industri 5,70 %, dibidang perdagangan
sebesar 6,70 %, dibidang jasa sebesar 9.10 %, dibidang transportasi sebesar
2,10 %, B, pertambangan sebesar 3,10 %.
D. KEBUDAYAAN
Definisi kebudayaann sangat luas dan dapat dipandang dari berbagai
sudut. Kebudayaan itu hidup dan berkmembang di tengah-tengah
masyarakat. Kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan tidak pernah lepas dari
masyarakat. Kebudayaan merupakan tata kelakuan dan hasil kelakuan
manusia, sedang masyarakat merupakan tempat individu untuk
melakukan tindakan atau perbuatan kemaslahatan bersama. Kebudayaan
mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi kehidup manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mempersoalkan masalah
kebudayaan dan tidak mungkin kita tidak berusan dengan kebudayaan dan
hasil-hasilnya. Setiap hari kita melihat, mempergunakan dan bahkan
merusak hasil kebudayaan. Namun demikian orang kadang-kadang berta
nya berasal dari bahasa apakah keudayaan itu?
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Buddayah”
yang merupakan bentuk jamak dari kata “Buddlu” yang berarti budi atau
akal. Demikian kabudayaan itu dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
bersangkut paut dengan budi atau akal. Dalam bahasa Inggris konsep
kebudayaan itu sama dengan “Culture” yang berasal dari kata Latin
“Colore” berarti mengolah atau mengerjakan tanah.
Dari arti “Colere” menjadi “Culture”berarti segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah atau mengerjakan tanah. Dari arti “Colore”
menjadi “Culture” yang sama artinya dengan kebudayaan yaitu segala
daya dan upaya manusia untuk mengolah dan merubah alam
(Koentjaraningrat, 1965).Demikian selanjutnya Koentjaraningrat dalam
bukunya yang berjudul “Kebudayaan Mentalited dan Pembangunan,
Konsep Kebudayaan itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu kebudayaan
dalam arti sempit yaitu kesenian. Sedang kebudayaan dalam arti luas
adalah seluruh hasil pikiran karya dan hasil karya manusia yang tidak
berakar dari nalurinya dan karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia
sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1974).
Menurut Prof. Dr. H. Mattulada, kebudayaan adalah semua hasil
perkembangan manifestasi berfikir, merasa, dan berbuat dalam mengha-
dapi tantangan untuk mewujudkan hidup yang harmonis. EB. Tylor mende-
finisikan kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain-lain kemam-
puan serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masya-
rakat (dalam Soerjono, 1977).
Sedangkan Selo Soemardjan dan Soelaiman Sumardi (1964) merumuskan
kebudayaan itu adalah semua hasil karsa, rasa dan cipta masyarakat.
Cipta, rasa dan karsa (Mattulada, 1974) adalah potensi rohaniah
manusia, yakni cipta menjelmakan karya ilmiah melahirkan ilmu penge-
tahuan logika. Karsa menjelmakan kehendak melahirkan ilmu pengeta-
huan etika. Rasa menjelmakan karya seni merangsang rasa keindahan
aestetik.
Menurut Parsudi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk mema-
hami dan menginterpretasi lingkungan dan penglamannya serta menjadi
kerangka landasan dalam mewujudkan dan mendorong terw.ujudnya
kelakuan.
Karena pengertian kebudayaan di atas sangat luas, maka selanjutnya
Koentjaraningrat merumuskan sedikitnya 3 wujud kebudayaan, yaitu:
1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan
2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Wujud benda hasil hasil karya manusia.
Wujud pertama, adalah wujud ide, sifatnya abstrak, tidak dapat diraba,
lokasinya ada dalam kepala manusia masing-masing. Wujud ide ini akan
tampak bila dibuat dalam bentuk karangan, atau buku-buku hasil cipta
karya manusia.
Wujud kedua, adalah kelakuan, berpola dari manusia dalam masyara-
kat, misalnya manusia melakukan kegiatan berintegrasi, berhubungan,
berg ul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola
tertet berdasarkan adat istiadat.
Wujud ketiga, apabila berupa hasil karya manusia. Wujud ini sifatnya
paling konkret , nyata, dapat diraba, dilihat dan difoto. Wujud ketiga ini
tidak perlu banyak keterangan lagi sebab tiap orang bisa melihat, meraba
dan merasakan.
Wujud kebudayaan di atas mempunyai banyak manfaat yang besar
bagi manusia dan masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil cipta,
rasa dan karsa dapat mecegah bencana alam. Di samping itu kebudayaan
dapat digunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap
umat manusia. Tanpa kebudayaan tidak dapat membentuk pradaban
seperti yang kita punyai sekarang.
E. PRANATA MASYARAKAT
Pranata masyarakat merupakan istilah asing dari perkataan “Social
Institution”. Akan tetapi hingga sekarang istilah ini sulit diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Koentjaningrat adalah seorang Antropolog
Indonesia yang terkenal misalnya dalam berbagai tulisan, beliau
menggunakan istilah pranata untuk menggambarkan Institution. Ia sangat
tidak setuju kata”Institution” diterjemahkan dengan “Lembaga”.
Alasannya ialah agar tidak tumpang tindih dengan Institution, yaitu suatu
badan atau organisasi yang fungsinya dalam suatu lapangan kehidupan
masyarakat yang khas, seperti lapangan penelitian, pendidikan,
pembinaan.
Soerjono Soekamto salah seorang Sosilog Indonesia yang terkenal lebih
senang menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan untuk meng-
gambarkan maksud Social Institution. Dengan demikian tepat tidaknya
istilah di atas tidak dipersoalkan di sini akan tetapi dalam tulisan ini akan
dipergunakan istilah pranata masyarakat.
Pranata adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang
terpusat pada aktivited-aktivited untuk memenuhi kompleks kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat (Koentjaraningrat, 1974). Definisi
tersebut terutama menekankan pada tata kelakuan atau norma-norma.
Cohen (1983) menyatakan bahwa pranata sosial merupakan pola-pola
sosial yang tersusun rapi dan relatif parmanen serta mengandung prilaku-
prilaku tertentu, yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat. Lebih lanjut Cohen menyatakan ada 5
pranata sosial yang pokok terdapat dalam setiap masyarakat. Pranata-
pranata itu adalah pranata kekeluargaan, pendidikan, agama, ekonomi,
dan pemerintahan. Tiap-tiap pranata mempunyai fungsi dan tanggung
jawab tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat ada banyak pranata dan makin
membesar dan semakin menjadi kompleks suatu masyarakat, makin ba-
nyaklah jumlah dan macam pranata yang terjaring di dalamnya. Ahli-ahli
sosiolog selain Cohen, mereka telah banyak melakukan penggolongan
pranata itu.
Jika Cohen mengelompokkan pranata sosial dalam 5 kategori, maka
Koentjaraningrat menggolongkan pranata itu dalam 8 (delapan) kategori.
Penggolongan yang dilakukan oleh Cohen dan Koentjaraningrat belum
mencukupi berbagai pranata sosial yang ada dalam kehidupan
masyarakat.
Delapan pranata yang ada dalam masyarakat menurut Koentjaraningrat
adalah sebagai berikut:
1. Pranata kekeluagaan, ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup kekerabatan, misalnya pelamaran, perkawinan, poli-
gami, pengasuhan anak, perceraian.
2. Praneata ekonomi ialah pranata yang bertujuan untuk memeuhi
pencarian hidup, memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta
benda.
3. Pranata pendidikan ialah pranata yang bertujuan untuk memberi
penerangan, dan pendidikan kepada manusia agar kelak setelah menjadi
dewasa menjadi berguna bagi bangsa dan negaranya. Contoh:
pengasuhan anak, pendidikan rakyat, pendidikan SMP, SMA, PERS,
pemberantasan buta huruf dan sebagaiya.
4. Pranata ilmiah ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
ilmiah mannusia, contoh: Metodologi, penelitian ilmiah, pendidikan
ilmiah manusia.
5. Pranta keindahan dan rekreasi ialah pranata yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam menyatakan keindahan dan
rekreasi. Contoh: Seni rupa, seni tari, seni suara, seni musik, seni
sastra, seni panggung dan olahraga.
6. Pranata keagamaa ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi
kebuhan manusia dalam soal agama. Contoh: Mesjid, Gereja, Pure,
Candi dan sebagainya.
7. Pranata pemerintahan ialah pranata yang bertujuan untuk mengatur
kehi-dupan bernegara suatu masyarakat. Contoh: pemerintahan,
demokrasi, kehakiman, kepolisian, ketentaraan, kepartaian.
8. Pranata kesehatan ialah pranata yang bertujuan untuk mengurus
masalah kebuthan jasmani manusia. Contoh: pemeliharaan
kecantikan, pemeliha-raan kesehatan, memberi penyuluhan pada
masyarakat, memberi perawata, pelayanan obat, penpengobatan
pasien,
Cohen (1983) menyatakaan bahwa institusional adalah perkembangan
dari norma-norma, peranan-peranan yang ditetapkan dan disetujui oleh
masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses institusionalisasi
menyangkut semua unsur dan proses sistem yang ada untuk normalah
yang dianggap lebih penting. Soerjono Soekamto (1983) menyatakan
bahwa institusionalisasi adalah proses dimana unsur norma menjadi
bagian dari suatu lembaga. Demikian bahwa norma merupakan unsur
yang paling dasar dari suatu lembaga.
Norma mempunyai hubungan ynang sangat erat dengan unsur
sistem sosial lainnya. Norma mempengaruhi rangkaian pemilihan tujuan,
status kedudukan, sanksi, fasilitas dalam mencapai tujuan tersebut.
Misalnya kekuasaan pada seseorang diatur oleh norma yang ada.
Berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau kesan
negatif terhadap perilaku seseorang.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah dikemukakan bahwa institusion-
alisasi belum memiliki unsur unsur sistem sosial yang sempurna sebagai-
mana yang terdapat pada institusi atau lembaga, akan tetapi institusiona-
lisasi baru merupakan tahap perkembangan sistem yang ada.
Suatu perkumpulan baru dinyatakan sebagai institusi bila di dalamnya
ada unsur sosial yang teratur, seperti adanya: 1) kepercayaan, 2) sentimen,
3) tujuan, 4) norma, 5) status peranan, 6) rangking, power, 7) sanksi, 8)
fasiltas. Loomis (1960).
Dilihat dari segi prosesnya, yaitu suatu bentuk aktivitas-aktivitas yang
meliputi; 1) adanya komunikasi, 2) adanya hubungan, 3) pemilihan batas-
batas wewenang, 4) adanya sosialisasi, 5) adanya kontrol sosial, 6) adanya
upaya pelembagaan (Loomis, 1960).
Suatu kelaziman yang haidup biasa saja bahwa suatu lembaga berubah
menjadi bukan lembaga lagi apabila orang-orang yang dalam lembaga itu
tidak mematuhi lagi norma-norma yang telah disepakati terdahulu atau
peraturan-peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh se-
mua anggota. Demikian bahwa institusionalisasi pada hakekatnya
merupakan proses pendirian suatu lembaga termasuk pelembagaan
lembaga lama yang runtuh dan digantikan dengan lembaga baru atau bisa
juga dengan memperbaharui simbol-simbol lama yang tidak sesuai dengan
kondisi sekarang.
6. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
A. MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
Kata “Individu” berasal dari kata Latin “Individuum” berarti tidak terbagi,
jadi merupakan suatu penyebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Dalam arti, individu bukan
berarti manusia sebagai keseluruhan yang tidak terbagi, melainkan sebagai
kesatuan yang terbatas, yakni sebagai manusia perse-orangan atau disebut
orang seorang atau manusia perorangan. Individu dalam hal ini seorang
manusia yang tidak hanya memilki peranan yang khas dalam lingkungan
sosialnya, tetapi juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik
tentang dirinya.
Timbulnya perbedaan manusia persorangan dengan manusia lainnya
bukan hanya disebabkan oleh sifat bawaan saja, akan tetapi mungkin dari
konteks sejarah peradabannya,seperti bahasa, agama,adat istiadat dan
kebisaan, norma, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Semua konteks sejarah
peradaban yang saya sebutkan di atas pasti dilalui setiap generasi berikutnya
untuk menuju kepada kematangan. Oleh karena itu, tidak mengherankan
kalau generasi yang satu berbeda dengan generasi lainnya disebabkan oleh
perbedaan sejarah peradaban yang membawanya berbeda pula. Perbedaan
yang paling menyolok dalam satu wilayah komunitas adalah perbedaan suku
dan bangsa.
Dengan adanya perbedaan seperti disebutkan di atas, maka munculah yealt-
yealt bernuansa penyatuan nasional sebagamana yang sering diteriakan oleh
pemerintah lewat koran, lewat televisi atau yang lebih populer konsep kerukunan
nasional atau integrasi nsional, maksudnya melebur perbedaan tajam antarsuku
bangsa menuju kesatuan persatuan bangsa Indonesia.
Betapapun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu, jika bukan
kesadarannya sendiri, maka watak individualistiknya tetap saja dominan. Watak
seorang individu merujuk pada tabiat seseorang dalam menjalin pergaulan
bersama. Ia dikatakan individualistik jika tingkah lakunya bertolak belakang dengan
norma-norma yang diikuti oleh orang banayak.
Manusia dikatakan menjadi individu apabila pola tingkah lakunya sudah bersifat
spesifik di dalam dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku orang banyak.
Di dalam suatu kelompok massa, manusia cenderung menyingkirkan
individualistiknya karena tingkah lakunya hampir identik dengan tingkah laku
massa yang bersangkutan. Dalam hubungan ini dapat dicirkan apabila manusia
dalam tindakannya menjurus pada kepentingan pribadi, maka disebut manusia
sebagai individu, sebaliknya jika perlakuannya menyatu dengan orang lain disebut
mahluk sosial. Pengalaman menunjukkan bahwa jika seseorang pengabdiannya
kepada diri sendiri `besar, maka pengabdiannya pada masyarakat kecil.
Sebaliknya jika seseorang pengabdiannya pada diri sendiri kecil, maka
pengabdiannya pada masyarakat besar.
Selama perkembangan manusia menjadi individu, ia pun merasakan
bahwa atas dirinya dibebani berbagai peranan. Peranan-peranan itu ten-
tulah berasal dari suasana kehidupan bersama oleh manusia yang disebut
sebagai mahluk sosial. Sering sekali timbul timbul konflik pada diri
individu, karen pola tingkah laku yang spesifik tentang dirinya dapat
bercorak atau bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh
masyarakat.
Jika individu tidak ingin mengingkari atas sifat individualistiknya dan
tetap bertingkah laku menurut pola pribadinya, maka ia pun disebut
menyimpang dari norma kolektif. Sebaliknya apabila ia takluk pada kehen-
dak kolektif dengan cara bertingkah laku seperti yang diinginkan oleh
lingkungan, maka ia dikatakan kehilangan watak individualitasnys.
Dalam kenyataan hidup di tengah-tengah masyarakat, setiap warga
yang wajar adalah menyesuaikan tingkah lakunya menurut situasi aktual
dimana ia berada. Peranan yang tepadivit dilakonkan bilamana ia mampu
bertindak multi peranan, yaitu ia mampu berpran sebagai individu dan
juga sebagai sebagai anggota masyarakat. Keberhasilan seseorang dalam
mempertemukan dua pran yang berbeda, di satu sisi pran individu dan di
sisi lain pran sosial, maka upaya mereka sudah sampai pada upaya
pematangan atau pendewasaan.
B. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial hanya terwujud melalui ke-
lompok hidup yang dipunyai oleh manusia, misalnya keluarga dan masya-
rakat manusia. Dua kelompok hidup manusia itu akan dibahas secara
terpisah dalam kepsion berikut:
(1) Keluarga
Keluarga adalah sebuah ungkapan yang mendasari lahirnya pengertian
sebagai kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagi mahluk
sosial (Koentjaraningrat, 1999, 58). Pendapat itu didasarkan atas
kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu satuan kekerabatan yang
juga merupakan satuan tempat tinggal yang ditandai adanya kerjasama
ekonomi, dan fungsi untuk berkembang biak, mendidik anak dan
menolong serta merawat yang lemah khususnya merawat orang-orang tua
mereka yang memasuki usia jompo.
Dalam bentuk yang mendasar adalah sebuah keluarga terdiri atas
seorang lelaki dan seorang perempuan ditambah anak-anak mereka yang
tinggal dalam satu rumah yang sama. Satuan kekerabatan seperti itu
disebut keluarga inti. Satuan keluarga ini pada hakikatnya bermula dari
perkawinan menurut aturan perundang-undangan yang sah.
Suatu keluarga inti dapat juga terwujud karena seorang lelaki dan seorang
perempuan melakukan hubungan kelamin secara permanen tanpa melalui
perkawinan yang sah dan tinggal bersama dalam satu rumah dengan anak-
anak mereka sehingga merupakan satu kesatuan sosial. Di beberapa tempat di
Indonesia, hubungan perkawinan seperti ini dinamakan kawin baku piara atau
si piara dalam istilah Bugis/Makassar atau kumpul kebo kata orang Jawa.
Beberapa tahun silam atau tepatnya tahun 1985-1986, kawin seperti
disebut di atas sangat marak diberitakan dalam berbagai media massa baik
melalui koran atau lewat media elektronik seperti radio, televisi bahkan
internet. Dan khususnya melalui televisi perkawinan seperti itu sangat marak
diberitakan baik pemberitaan televisi daerah atau dari pusat. Masalah ini
pernah juga diungkapkan oleh peneliti dari salah satu universitas negeri dari
Jogya. Tentu saja masalah ini tidak hanya terjadi di Jogya saja, tetapi di tempat
lain di Indonesia.
Dalam kenyataan ada sejumlah keluarga inti yang tidak lengkap, yaitu
karena tidak ada suaminya, yang ada hanya isterinya dan anak-anak mereka.
Biasanya sang suami dengan terpaksa tinggalkan rumah tangganya karena
desakan ekonomi. Dia tinggalkan isteri dan anak-anak mereka dalam waktu
yang tidak tentu demi mendapatkan sesuatu yang bisa mempertahankan
rumah tangga mereka, yaitu dengan cara berdagang keliling kota (kampung).
Salah satu contoh di kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat sebagian besar
suami meninggalkan anak dan isteri di rumah mereka di desa untuk jangka
waktu lama dalam rangka berdagang keliling menjajakan prabot rumah
tangga. Pedagang prabot rumah tangga ini lebih dikenal dengan istilah
“tukang kredit”yaitu berdagang dengan pembayaran dilakukan secara
ansuran, misalnya dibayar harian, mingguan, atau bulanan.
Pedagang prabot rumah tangga dari Tasikmalaya ini hampir ditemukan
di semua kota Indonesia dari Sabang hingga Marauke, tidak tertutup
kemungkinan ditemukan di kota Palu ini, yang kerja mereka adalah
berdagang keliling menawarkan prabot rumah tangganya. Contoh lain
adalah yang diperlihatkan oleh Boedhisontoso dari hasil penelitiannya
tentang keluarga yang tinggal di desa Cibuaya, kabupaten Karawang, Jawa
Barat,
Dari hasil penelitian itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
dari suami meninggalkan anak dan isterinya di desanya untuk jangka
waktu yang cukup lama untuk bekerja di kota Jakarta dan di tempat-
tempat lain demi menghasilkan sesuatu yang lebih besar dibandingkan
kalau ia tetap tinggal di desa asalnya.
Dalam banyak masyarakat dijumpai adanya keluarga yang tidak hanya
terdiri dari seorang suami dan seorang isteri serta anak-anak mereka, te-
tapi seorang suami dan dua orang isteri atau lebih serta anak-anak
mereka. Keluarga seperti ini sangat dimungkin dengan asumsi bahwa
seorang lelaki dibenarkan mengawini lebih dari satu perempuan dan
menyatukakan dalam satu rumah dengan anak-anak mereka. Seorang
lelaki kawini dua orang perempuan atau lebih dinamakan perkawinan
poligami. Perkawinan semacam ini terwujud karena dalam masyarakat
diizinkan untuk berpoligami.
Sedangkan perkawinan yang pasang-pasangan terdiri atas seorang
isteri dan dua orang suami atau lebih dinamakan poliandri. Kalau kita
perhatikan perkawiinan poliandri berbanding terbalik dengan poligami
yang secara umum pernah berlaku di Indonesia sebelum adanya Undang-
undang perkawinan No. 1 tahun 1974. Lain halnya dengan perkawinan
poliandri yang tidak pernah dipersolkan di negara Indonesia. Seolah-olah
perkawinan poliandri itu sekedar menambah pengetahuan kita bahwa
ternyata masih negara lain yang membenarkan perkawinan poliandri
tersebut , misalnya yang berlaku bagi suku Nayar di negara bagian Kelara,
India.
Suatu keluarga inti dapat juga menjadi keluarga luas dengan adanya
tambahan keluarga lain baik yang sekerabat atau pun yang bukan se-
kerabat , yang secara sama-sama hidup serumah dengan keluarga inti.
Orang-orang yang sekerabat itu adalah bisa dari pihak suami atau dari
pihak isteri, dan orang lain bukan sekerabat adalah pembantu rumah
tangga. Dengan adanya perkawinan poligami keluarga inti menjad
berkembang luas.
C. Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa Inggris adalah “Society” yang asal katanya
adalah “Socius” artinya kawan, dan dalam bahasa Arab, masyarakat sama
maknanya dengan “Syirk” artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini
tentulah diatur dalam bentuk cara hidup, dalam arti bukan ditetapkan
oleh orang per orangan, tetapi oleh unsur-unsur lain dalam lingkungan
sosial yang merupakan kesatuan.
Sejak manusia lahir hingga menjadi jompo, ia terlibat langsung sebagai
anggota masyarakat. Di dalam masyarakat ia harus bergaul dengan orang
lain, karena mereka mempunyai tata nilai dan norma-norma, cara-cara
dan prosedur bergaul yang telah disepakati bersama.
Dengan demikian hidup di tengah-tengah masyarakat menghendaki
adanya interaksi sosial dengan orang lain, dan dengan demikian meng-
harus dia untuk mempengaruhi orang lain. Masyarakat pada dasarnya
merupakan kesatuan hidup manusia yang beritegrasi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh
identitas bersama. Dengan terciptanya sistem bergaul itu disusul dengan
aturan norma-norma bergaul yang akhirnya menciptakan kebudayaan.
Masyarakat didefinisikan sebagai satu kesatuan hidup manusia yang
terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu dari manusia
(Koentjaraningrat, 1974). Definisi masyarakat adalah setiap kelompok
hidup manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
satu satuan sosial dengan batas yang dirumuskan secara jelas (Ralp Linton
dalam Soerjono, 1974).
Usaha mengembangkan konsep tentang masyarakat ternyata tidak
seragam. Meskipun demikian masih ada persamaan pandang mereka yaitu
melihat dari sisi manusianya yang hidup selalu berkelompok . Maka dalam
panyamakan pendapat perihal masyarakat ini adalah membutiri unsur-
unsur masyarakat itu. Hidup bersama dikatakan sebagai masyarakat
bilamana mempunyai unsur-unsur sepert berikut:
D. RELASI INDIVIDU DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL
1. Relasi Individu dengan Keluarga
Sejak kelahirannya di muka bumi, individu secara mutlak memiliki
relasi dengan kesatuan sosial yang bernama keluarga. Tidak bisa
disangkali kalau individu lahir di tengah lingkungan keluarga dan
menjalani proses pendewasaan dalam lingkungan untuk selanjutnya
membentuk sendiri keluarga batihnya. Sejak masih kecil seorang bayi
dikelilingi oleh keluarga sendiri. Satu pertanda bahwa keluaraga banyak
menaruh perhatian kepada individu tersebut.
Harapan keluarga atas hadirnya individu dalam lingkungan sosialnya
akan mendasari tingkah lakunya kelak setelah menjadi dewasa. Dalam
lingkungan keluarga, individu melakukan hubungan dengan ibu, ayah dan
kakak. Dengan orang tua dan saudara kandung terjaling hubungan
biologis, kemudian disusul hubungan psikologik dan sosial pada umumnya.
Posisi dan peranan individu dalam keluarga pada dasarnya merupakan
konsekuensi d ari relasi biologik, psikologik dan sosial. Relasi-relasi di atas
dinyatakan melalui tuturan bahasa lisan, perlakuan adat-istiadat, norma-
norma kesopanan yang berlku dalam masyarakat pada umumnya. Relasi-
relasi berikutnya yaitu interaksi sosial antara individu dengan keluarganya
merupakan perhatian psikologi sosia.
2. Relas individu dengan lembaga
Lombaga sosial merupakan keutuhan tatanan perilaku manusia dalam
hidup bersama dalam masyarakat. Tumbuh kembangnya individu dalam
lembaga sosial berlangsung melalui proses sosialisasi, sebab proses ter-
sebut mengandung arti bahwa lembaga sosial (masyarakat) yang
menaungi lingkungan individu makin disadari olehnya sebagai relasi-relasi
objektif. Sebuah lembaga atau institusi merupakan sebuah lembaga yang
eksistensinya memiliki dasar, legitimtis dan legalitas. Disebut ligitimistis
apabila lembaga tersebut merupakan realitas subjektif untuk sebagian
masyarakat. Lembaga tersebut menjadi legalitas apabila keberadaannya
diobjektifkan oleh adanya ketentuan hukum.
Posisi dan peranan individu dalam setiap lembaga sosial pada umum-
nya sudah dibakukan berdasarkan moral, adat dan ketentuan hukum yang
berlaku. Relasi individu dengan lembaga ditetapkan dengan pola yang
pasti, artinya individualitasnya ditampung dalam struktur hubungan yang
ada pada lembaga tersebut. Tingkah laku individu yang spesifik ini sangat
berbeda dengan tingkah individu lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena
posisi dan peranan individu dalam lembaga sosial sangat kuat sehingga ia
dapat meduduki jabatan strategis dalam masyarakat tertent, misalnya
menjadi ketua, sesepuh, pemimpin atau tokoh pada umumnya.
3. Relasi individu Dengan Komunitas
Cohen (1983) menyatakan bahwa komunitas dapat didefinisikan
sebagai kelompok khusus dari organisasi yang tinggal dalam wilayah
tertentu, memiliki kebudayaan dan gaya hidup yang sama, sadar sebagai
satu kesatuan dan dapt bertindak secara kolektif dalam usaha mereka
mencapai tujuan. Contoh komunitas misalnya, kota, desa, rukun, tetangga
dan wilayah metropolitan.
Poplin (1960) menyatakan bahwa komunitas diartikan sebagai suatu
kebersamaan hidup sejumlah orang yang memiliki ciri-c iri :(a) teriterialitas
yang terbatas, (b) keorganisasian tata kehidupan dan (c) berlkunya tata
nilai dan orientasi nilai yang kolektif.
Makna kehidupan di dalam komunitas turut ditentukan oleh orientasi
nilai yang berlaku dalam komunitas itu. Aspek kebudayaan misalnya turut
menentukan pranta sosial, struktur kerabat keluarga dan perilaku individu
maupun kolektif. Posisi dan peranan individu di dalam sebuah komunitas
tidak seperti halnya di dalam kelkuarga, ia tidak lagi bersifat langsung
sebab dampak tingkah lakunya tertampung oleh keluarga dan
kelembagaan yang mencakup dirinya. Sebaliknya pengaruh komunitas
terhadap individu tersalur melalui keluarga dan lembaga-lembaga yang
ada.
4. Relasi Individu Dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makro.
Agak berbeda dengan pengertian komunitas sebab aspek kriterium pada
sebuah masyarakat kurang ditekankan. Namun aspek-aspek keteraturan
sosial dan wawasan hyidup kolektif memperoleh bobot yang lebih besar,
sebab kedua apek itu menunjukkan derajat integritas masyarakat dan
tingkat keorganisasiannya.
Masyarakat dikatakan bersifat makro, sebab terdiri atas sekian banyak
komunitas dengan karakteristk yang beragam , satu sama lain saling
berbeda. Sedangkan setiap komnitas juga sekalgus mencakup berbagai
macam keluarga dan lembaga yang pada hakekatnya terdiri dari individu-
individu.
Relasi individu dengan masyarakat ini lebih bersifat abstrak, lain halnya
dengan sebuah komunitas apalagi keluarga atau lembaga dimana relasi
individu dengan lingkungan sosial terbatas lebih konkret sifatnya. Dalam
sebuah komunitas, seorang pencuri misalnya langsung teridentifikasi
namanya, dari keluarga mana, golongan apa. Di dalam masyarakat,
seorang pencuri dianggap pelaku yang menyimpan dari norma-norma
keteraturan sosial di lingkungan sosial itu.
5. Relasi Individu Dengan Nasion
Ernest Reinan (1823- 1892) mengatakan, bahwa nasion adalah suatu jiwa, suatu
asas spritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk oleh perasaan yang timbul
sebagai akibat pengerbanan – pengerbanan yang telah dilakukan terdahulu dan
akan dilakukan pada masa yang akan datang. Persetujuan keinginan dinyatakan dgn
jelas untuk melanjutkan kehidupan bersama.
Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa nasion dalam wawasan hidupnya
lebih ditekankan pada dasar nilai-nilai kolektif dalam arti dalam arti tidak dilandasi
oleh kebudayaan yang sempit melainkan lebih dekat dengan rumusan aspirasi
bangsa seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar.
Relasi individu dengan nasioan dinyatakan dengan posisi serta pranan-pranan
yang ada pada dirinya, namun kesemuanya itu tertampung melalui unit-unit ling
kungan sosial yang lebih makro. Hubungan langsung individu dengan nasion
diekspresikan melalui posisinya sebagai warga negara.
Dari uraian mengenai relasi individu dengan 5(lima) kategori lingkungan sosial
mulai dari keluarga hingga nasionnya dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa
individu mempunyai makna langsung apabila konteks situsiasionalnya adalah kelurga
atau lembaga sosial, sedangkan individu dalam konteks lingkungan sosial lebih besar
seperti dalam masyarakat atau nasion sehingga posisidan peranan i dividu makin
absrak.
8. PEMUDA DAN SOSIALISASI
A. Pengertian
Pandangan umum sering mendefinisikan pemuda atau generasi muda sebagai
konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini merupakan
pengertian ideologis dan kultural dari pada pengertian ilmiah. Misalnya “Pemuda
harapan bangsa, pemuda pemegang tongkat kepemimpinan generasi tua, pe-muda
pemilik masa depan bangsa dan sebagainya yang kesemuanya itu memberi beban
kepada mereka. Di lain pihak pemuda menghadapi persoalan seperti: kenakalan remaja,
ketidak-patuhan kepada orang tua/guru, kecanduan narkoba, frustrasi, masa depan
suram, lapangan kerja tidak ada dan sebagainya, kese-muanya itu sebagai akibat
adanya jurang antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Pemuda lazimnya disebut sebagai “generasi muda” pengertian ini terlahir dari
istilah demografis dan sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola dasar
pembangunan dan pengembangan “Generasi Muda” dapat:
1. Dilihat dari aspek biologis yaitu mereka yang berusia 15 – 30 tahun
2. Dilihat dari segi budaya atau fungsional yaitu mereka 6ang berusia 13-18 -21
tahun
3. Dilihat dari angkatan kerja dikenal istilah tenaga muda dan tenaga tua yaitu
mereka yang berusia 18 – 21 tahun
4. Dilihat dari perencanaan modern digunakan istilah sumber daya manusia muda
(young human resource), yang dimaksud dengan sumber daya manusia muda
adalah mereka yang berusia 0-18 tahun.
5. Dilihat dari ideologis politik, generasi muda adalah calon pengganti
genrasi tua yakni mereka yang berusia anara 18 – 30 tahun dan bahkan
hingga 40 tahun.
6. Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup tempat diperoleh tiga
kategori, yakni:
1. Umur antara 6 – 18 tahun usia siswa yang masih duduk di
bangku sekolah
2. Umur antara 18 – 25 tahun usia mahasiswa yang masih aktif
kuliah di suatu Perguruan Tinggi.
3. Pemuda di luar sekolah atau Perguruan Tinggi usia antara
15 – 30 tahun.
Berdasarkan pengelompokkan atau pengkategorian di atas, maka yang
dimaksud dengan pemuda adalah golongan manusia yang berumur
antara 15 – 30 tahun
Dalam hubungan ini pula dikenal istilah generasi peralihan yakni mereka
yang berumur antara 30 – 40 tahun.
B. SOSIOLISASI PEMUDA
Sosialisasi adalah suatu proses yang diberikan kepada generasi muda melalui
proses belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, bertindak dan
berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi baik sebagai individu atau sebagai
anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari dalam keluarga.
Bagi anak kecil situasi sekelilingnya adalah keluarganya sendiri. Gamabaran diri
mereka merupakan pantulan perhatian yang diberikan oleh keluarga kepada
mereka. Persepsi mereka tentang dirinya, dunia dan masyharakat di sekelilingnya
secara langsung dipengaruhi oleh tindakan dan keyakinan kelurga-keluarga
mereka. Nilai –nilai yang dimiliki oleh individu dan berbgai peran yang diharapkan
dilakukan oleh seseorang semuanya berawal dari keluarganya.
Melalui proses sosialisasi , pemuda akan terwarnai cara berfikir dan kebiasaan
–kebiasaan hidupnya. Dengan proses sosialisasi, pemuda menjadi tahu bagaimana
ia bertingkah laku di tengah-tengah lingkungan masyarakat dan lingkungan sosiaa
budayanya. Kepribadian seseorang seseorang melalui proses sosialisasi dapat
terbentuk, dimana kepribadian itu merupakan komponen pemberi atau penyebab
warna dari wujud tinkah laku sosial manusia. Jadi dalam hal ini sosialisasi merupa-
kan satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dalam hubungannya
dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi ini seorang individu dari masa
kanak-kanak hingga dewasa belajar pola-pola tingkah laku dalam lingkungan
sosialnya.
Setiap individu dalam masyarkat yang berbeda mengalami proses
sosialisasi yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak pula
ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Jadi sosialisasi dititik beratkan pada individu dalam
kelompok melalui pendidikan dan perkembangnnya. Oleh karena itu,
proses sosilisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian
sebagai produk sosialisasi merupakan kesadaran terhadap diri sendiri dan
memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya.
Proses sosilisasi tidak hanya berhenti dalam lingkungan keluarga, tapi
masih ada lembga lain. Cohen (1983) menyatakan, bahwa lembaga-
lembaga sosialisasi yang penting ialah keluarga, sekolah, teman sebaya
dan media massa. Dengan demikian sosialisasi dpat berlangsung secara
formal atau dengan cara noformal. Secara formal, proses sosilisasi lebih
teratur perlakuannya dilakukan secara teratur dan sistematis serta
dilengkapi dengan pemberian ilmu pengetahuan. Sedangkan nonformal,
proses sosialsasi dapat terjadi melalui proses interaksi melalui pergaulan
formal. Sosialisasi itu sifatnya tidak sengaja, terjadinya ini bila seseorang
individu mempelajari pola-pola keterampilan, norma-norma atau perilaku
melalui pengamatan informal terhadap interrelasi orang lain.
C. MASALAH DAN POTENSI PEMUDA
Masa muda adalah fase dalam siklus kehidupan manusia. Fase ini
berporoses kearah perkembangan dan perubahan-perubahan yang
bersifat trnsisional. Dalam proses inilah setiap individu pemuda akan
selalu berhadapan dengan tantangan-tantangan, baik yang timbul dri dari
proses pertumbuhan kepribadiannya maupun tantangan yang muncul
dari lingkungan sosialnya. Faktor lingkungan mempengaruhi proses
pendewasaan yang berpangkal pada tolak dari lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat.
Perubahan-perubahan sosial dan budaya yang muncul dan bergerak
dengan cepat dalam abad modern ini sebagai akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi canggih diikuti oleh peledakan penduduk dan
berbagai krisis dunia dalam bidang ekonomi, moneter, energi dan lain-
lain serta proses pembangunan nasional yang juga meliputi bidang
ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan negara
telah mempengaruhi stabilitas masyarakat secara keseluruhan termasuk
para pemuda sebagai masalah yang langsung berdampak pada kehidupan-
nya. Masalah kini merupakan merupakan landasan yang akan dihadapi
dikemudian hari.
Individu pmuda yang berbeda-beda itu perlu dibimbing agar masing-
masing memahami terlebih dahulu hal-hal yang dapat menimbulkan
perbedaan-perbedaan itu. Kemudian diajak untuk lebih berjiwa besar atau
lapang dada terhadap perbedaan-perbedaan itu dan mau bertoleransi
atas perbedaan itu.
Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda,
bahwa permasalahan generasi muda dapat dilihat dari beberapa aspek
sosial sebagai berikut:
1. Sosial Psikologi
Proses pertumbuhan kepribdian dan penyesuaian diri secara jasmaniah
dan rohaniah oleh kaum muda deitelusuri lewat perjalanan usianya sejak
kanajk-kanak hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh faktor keterbela-
kangan mental, mungkin karena salah asuh dari orang tuanya/keluarga
maupun guru-guru di lingkungan sekolah, pengaruh negatif dari
lingkungan pergaulan sehari-hari oleh teman sebayanya. Hambatan-
hambatan tersebut di atas memungkinkan timbulnya kenakalan remaja,
ketidak-patuhan kepada orang tua dan guru, kecanduan narkotika dan
lain-lain yang kesemuanya itu merupakan gejala-gejala yang perlu
mendapat perhatian dari semua pihak.
2. Sosial Budaya
Kaum muda, perkembangannya ada dalam proses pembangunan dan
modernisasi dengan segala akibat sampingnya yang bisa mempengaruhi proses
pendewasaannya aehingga apabila tidak memperoleh arah yang jelas , maka corak
dan masa depan bangsa dan negara akan keluar dari konteks yang dicitatakan
oleh bangsa Indonesia. Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional sdengan nilai-
nilai baru yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama generasi
muda dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan
perbedaan sistem nilai dan pandangn antara generasi muda dan generasi tua. Hal
tersebut dapat menybabkan terputusnya kesinambungan nilai-nilai perjuangan
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, pola hidup yang berdasarkan
kekelu7argaan, kegotongroyongan sebagai salah satu ciri kehidupan bangsa
Indonesia.
3. Sosial Ekonomi
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya
pembangunan dan hasil-hasilnya mengakibatkan makin bertambahnya
pengangguran di kalangan pemuda. Terbatasnya lapangan kerja bagi kaum muda
menimbulkan berbagai problema sosial serta prustrasi dikalangtan kaum muda.
Tambahan lagi kalu ada lapangan kerja di buku oleh pemerintah biasanya
diperketat dengan ijasah keserjanaan tertentu, sementara para pemuda kita
sangat terbatas kepemilikan ijazah tersebut maklum mereka hanya memiliki
tenaga saja tidak disertai dengan keahlian.
4. Sosial Politik
Dalam kehidupan sosial politik, aspirasi pemuda berkembang mengikuti pola
strukyur politik yang berkembang pada suatu periode tertentu. Akibatnya pemuda
menemui jalan `buntu dalam menumbuhkan satu orientasi baru yakni, pemikran
untuk menjangkau kepentingan nasional dan bangsa di atas kepentingan lainnya.
Sepertnya pendidikan politik bagi pemuda belum mampu menanamkan nilai-nilai
penghayatan terhadap mekanisme berdemokrasi , menyetir sistem kelembagaan
dan disiplin nasional. Kenyataan itu merupakan hambatan bagi pemuda untuk
menyalurkan aspirasinya secara institusional dan konstitusional. Enerasi muda
Dari uraian di atas dapatdisimpulkan masalah generasi muda dewasa ini
adalah sebagai berikut:
1. Dirasakan menurunnya jiwa idealisme , patrialisme dan nasionalisme generasi
muda sekarang ini.
2. Tdak adanya kepastian masa depan bagi generasi muda .
3. Belum seimbangnya jumlah generasi muda dan sarana pendidikan yang ada
menyebabkan banyak dari mereka yang tidak tertampung dalam pendidikan itu.
4. Terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan kerja menyebabkan tingginya
pengangguran .
5. Asupan gizi yang tidak seimbang menyebabkan perkekembangan kecerdasan
pemuda dan perkembangan fisik mereka tidak terlalu sempurna.
6. Masih banyaknya perkawinan di bawah umur , terutama di kalangan masyarakat di pedesaan.
7. Adanya generasi muda yang menderita cacat fisik, cacat mental yang memerlukan usaha yang
sungguh-sungguh agar mereka dapat berkembag menjadi warga negara yang produktif biar pun ia
cacat fisik.
8. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi kehidupan keluarga termasuk merusak
perkawinan mereka.
9. Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalagunaan obat-obatan dan menjadi pecandu
narkotika..
10. Belum adanya peraturan perundang-undangan yang menyangkut generasi muda.
Secara sepintas, menyimak masalah-maslah di atas sangat memerlukan upaya upaya yang
terarah , terencana dan terpadu dari pemerintah dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek
pengembangan.
Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda, bahwa potensi-potensi
yang ada pada generasi muda dapat didentifikasi sebagai berikut:

1) Idealisme dan daya kritik


Secara sosiologi, generasi muda belum mapan dalam tantangan yang ada, maka
ia dapat melihat kekurangan-kekurangan dalam tantangan tersebut dan secara wajar
mampu mencari gagasan baru sebagai alternatif kearah perwujudan tatanan yang lebih
baik. Pengjawanthan idealisme dan daya kritiknya perlu untuk senantiasa dilengkapi
dengan landasan yang rasa tanggung jawab yang seimbang .
2) Dinamika dan kreativitas
Aatas adanya idealisme dan kreativitas yang dipunyai oleh generasi muda, maka mereka
sesungguhnya memiliki kemampuan dan kesedian untuk melakukan perubahan, pembaharuan dan
penyempurnaan kekurangan-kekurangan yang ada.
3) Keberanian mengambil reseko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan mengandung resiko apabila
meleset dari rencana atau karena terhambat atau gagagl. Dalam pekerjaan yang
beriseko seperti itu perlu melibatkan generasi muda, karena sebelumnya mereka
telah mempersiapkan sebelumnya. Kesiapan, pengetahuan dan perhitungan serta
keterampilan genarasi muda akan memberi kualitas yang baik hal-hal yang ber-
iseko itu.
4) Optimisme dan kegairahan
Kegagalan tidak menjerahkan generasi muda, mereka punyai optimisme dan
kegairahan kerja merupakan daya dorong bagi mereka mencoba maju lagi.
5) Komandirian dan disiplin
Generasi muda memilki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan
tindakannya. Kemandirian perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada
dirinya, dengan demikian mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar.
6) Terdidik
Memang diakui , bahwa faktor putus sekolah bagi generasi muda secara
kuantitatif dilihat dari kacamata biasa masih cukup tinggi, namun peluang untuk
menjadi terpelajar sangat besar dihubungkan faktor usianya yang relatif masih
mudah, mereka sesungguhnya sangat berpeluang menjadi manusia terpelajar
karena terbukanya kesempatan bagi mereka ketimbang generasi pendahulunya.
7) Keaneka ragaman dalam persatuan dan kesatuan bangsa
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat
Indonesia , berarti pula pemuda berpotensi dinamis dan kreatif jika keanekaragaman
itu ditempatkan dalam rangka integrasi nasional yang didasarkan atas semangat dan
jiwa sumpah pemuda tahun 1928, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
8) Patriotisme dan nasionalisme
Pemukan niai-nilai patriotisme dan sikap nasiolisme pada generasi muda akan
mempertebal semangat pengabdiannya dan kesiapan nya untuk membela negara dan
bangsa dari berbagai ancaman bahaya.
9) Fisik kuat dan jumlahnya banyak
Potensi ini merupakan kenyataan sosiologis dan demgratis yang dimanfaatkan dalm
kegiatan pembangunan yang menghendaki pengarahan tenaga yang besar , khususnya
pembangunan masyarakat pedesaan.
10) Sikap kesatria
Sikap kesatria yang dimiliki generasi muda diperkuat dengan kemurnian idealisme,
keberanian, semangat pengabdian adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk terus
menerus dalam rangka menegakkan masyarakat, bangsa dan negara .
11) Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Gerasi muda dapat diberdayakan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai transfor motor dan
dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih ditehui terkebelakang ilmu
pengetahuan dan dan pendidikan yang menggerakkan teknologi.
5. WARGA NEGARA DAN NEGARA
A. Negara, Kekuasaa dan Hukum
Negara sebagai alat atau perangkat wewenang yang mengatur , mengen-
dalikan permasalahan bersama atas nama masyarakat. Dalam pengertian negara
masyarakat diintegrasikan , sehingga mempunyai wewenang yang bersifat memak
lebih kuat darpada individu atau kelempok yang merupakan bagian dari
masyarakat .
Negara sebagai integrasi dari kekuasaan politik sekaligus sebagai orgnisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara sebagai alat, dan masyarakat memiliki
kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia (dalam hal ini wargsa negara)
dalam masyarakat serrta menerbitkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.
Negara sebagai organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan
kekuasaannya seacara syah terhadap semua golongan dan warganegaranya, serta
menetpkan cara-cara dan batas-batas sampai di mana kekuasaan dapat digunakan
dalam kehidupan bersama baik oleh warga negara , atau pun golongan serta
penyenggara. Negara mempunyai dua tugas pokok yaitu:
1. Mengatur dan mengendalikan gejala-gejala yang bertentangan dengan
gejala-gejala kekuasaan, artinya bertentangan satu sama lain supaya tidak
antagonisme yang membahayakan.
2. Mengorgaisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golo ngan-golongan
kearah yang tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
Pengendalian ini dilakukan berdasarkan sistem hukum dan dengan perantaraan
pemerintah beserta unsur-unsurnya. Kekuasaan negara mempujnyai organisasi
yang teratur dan kuat. Oleh karena itu, golongan manusia yang mempergunakan
kekuasaan itu harus menetapkan dirinya dalam naungan hukum. Pentingnya
sistem hukum ini sebagai pelindung kepentingan kaidah agama, kaidah susila,
kaidah kesopanan.
Sifat dan peraturan hukum tersebut adalah bersifat memaksa dan
menghendaki suatu tujuan yang lebih dalam . Pengertian memaksa bukanlah
sekedar dipaksakan tanpa didahului tindakan sewenang-wenang dari masyara
kat. Sebab hukum itu sebagai kongkret dari sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Hukum adalah sarana bagi pemerintah atas tantangan-tantangan berkuasa
untuk mengarahkan cara berfikir dan bertindak dalam rangka kebijakan tujuan
nasional. Dalam kediriannya secara inheren tidak ada sangkut paut dengan
keadilan dan kebenaran, dalam makna dan hakiki yang sebenarnya, dalam rangka
konseptualisasi hukum selalu berpihak, selalu berwarna dan memang yang
terpancang dalam kamus hukum hanya dirasakan dan dialami , bermakna dan
berwujud relatif serta berakar dari sosial budaya struktural dan agama sekalipun.
Agar masyarakat siap memaki hukum positif , maka hendaknya masyarakat
yang bersangkutan harus mempelajari manajemen hukum dan kultur hukum serta
sistem hukum yang ada.
Dalam suatu pemerintahan terdapat hukum yang berlaku dalam masyarakat dan
merupakan aturan yang telah disepakati oleh masyarakat setempat. Pengertian hukum
itu sendiri sudah lama dibahas para sarjana hukum atau ilmuan lainnya, antara lain oleh
E . Kant mengatakan sulit mengartikan apa hukum itu. Mamang benar bahwa bukan
hanya orang awam yang tidak tahu tentang hukum untuk merumuskan apa itu hukum,
akan tetapi para ahli sarjana hukum hanya secara sepihak saja atau tidak sempurna
dalam merumuskan tentang hukum.
Menurut J.E. Sahetapy, bahwa hukum itu pada kenyataannya selalu berubah-ubah,
bahwa hukum itu dipaksakan dari atas. Menurut E.Kant bukan saja makna hukum yang
selalu berubah, akan tetapi makna keadilan juga ikut berubah. Selanjutnya Sahetapy
mengatkan bahwa hukum tidak pernah mengalami kevakuman, hukum selalu berada
dalam masyarakat ibarat ikan dalam air atau sebaliknya. Hukum hanyalah sarana pada
pemerintah atau dalam tangan-tangan penguasa untuk mengarahkan cara berfikir dan
bertindak untuk mencapai tujuan yang akan dicapai.
Untuk memahami pengertian hukum, maknanya, peranannya, dampaknya dalam
masyarakat perlu kiranya menyimak 10 (sepuluh) pernyataan Sahetapy berikut:
1. Jangan mengidentifikasikan hukum dengan kebenaran dan atau keadilan.
2. Hukum tidak dengan sendirnya harus adil dan benar terlepas dari kemungkinan
bahwa manusia itu lemah atau rakus atau baik atau jahat atau negara itu atau
demokrasi itu dan seterusnya.
3. Sistem dan bentuk pemerintahan apapun yang dianut pasti ada yang berkuasa
dan ada yang dikuasai, ada mayoritas dan ada minoritas dan seterusnya.
4. Hukum meskipun mengandung unsur keadilan, kebaikan atau demi tercapainya
masyarakat adil dan makmur tidak dengan sendirinya disambut dengan tangan
terbuka.
5. Hukum dapat diidentifikasikan dengan kekuatan atau dengan kekuasaan entah
benar atau tidak, disukai atau tidak disukai.
6. Hukum pidana, perdata atau tatanegara misalnya terlalu dicampur adukkan dan
dikul ratakan begitu saja..
7. Jangan mencampur adukkan substansi hukum dengan cara atau proses hingga
terbentuk dan diundangkannya hukum.
8. Jangan menilai hukum amemerlukandat jauh lebih baik daripada hukum tertulis
atau sebaliknya.
9. Jangan mencampur adukkan law in action dengan law in book.
10. Jangan menganggap sama aspek terjang penegak hukum dengan hukum.
Oleh karena itu, hukum tidak dapat dipahami tanpa memperhatikan faktor
sosial budaya dan struktur negara , dan masyarakat tidak mungkin bermakna dan
berada tanpa hukum, mulai bayi sampai dewasa, menikah dan meninggal dunia
perlu ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya, bahkan masuk surga
sekalipun. Hal itu, baru sebagian kecil dari peranan hukum yang diberlakukan bagi
manusia yang begitu kompleks dan rumit. Belum lagi menyangkut bidang sosial
ekonomi, politik dan sebagainya yang memerlukan perlakuan hukum.
Banyak dari kalangan sosiolog dan filosof Barat memberi pengertian tentang
negara antara lain Sheling berpendapat bahwa negara adalah instansi yang
sempurna dan mutlak untuk menjalankan kekuasaan penuh terhadap anggota-
anggotanya. Hegel yang percaya bahwa negara adalah “Tuhan” sendiri yang
mengatur segala kebaikan dan kejelekan dalam hidup sehari=hari.
Plato seorang filofis bahwa negara ini adalah pelindung segala cita-cita yang
beraklak tinggi dari anggota-anggotanya. Lain halnya dengan Aristoteles adalah
murid dari Plato melihat dari satu unsur negara itu ialah manusia. Beliau
berpendapat bahwa manusia sebagai mahluk sosial hanya dapat berkembang
dalam masyarakat negara.
Penjelasan para ilmuan tersebut di atas memberi kesan pada penulis bahwa
negara ini timbul berkat kehendak dari manusia itu sendiri dalam usahanya
mencari kebahagian bersama dan juga untuk bersama-sama menjauhi kesukaran
dan penderitaan.
Manusia terdesak untuk mencapai keadaan yang demikian itu agar dapat
memastikan kepentingan lahir dan bathin dan bekerja untuk kesempurnaan ahlak
dan kehidupannya. Untuk mencapai ini, ia membutuhkan pertolongan dari sesama
manusia. Tidak cukup kalau hanya keluarga saja untuk memenuhi kebutuhan
anggota-anggotanya. Rintangan dan bencana alam, rintangan dan ancaman dari
manusia lainnya tidak mebolehkan anggot-anggotanya menghalangi
penyelenggaraan negara yang punya maksud itu.
Dalam hal ini negaralah yang dibutuhkan untuk mengurus kemjuan dan
kemakmuran anggota masyarakatnya. Kekuasaan negara mewakili kerakyatan yang
sifatnya adalah kekal dengan maksud untuk mempersatuan keluarga-keluarga dan
memajukan kebahagian anggota-anggotanya.
Syarat pembentukan sebuah negara adalah sebagai berikut:
1. Adanya golongan yang berkesatuan hidup dengan sejarah bersama sebagai
suatu kebangsaan.
2. Kebangsaan itu berhasrat untuk bersama-sama mebela dan mempertahankan
milik keduniaan dan milik kebathinan untuk keturunannya, ia mempergunakan
kekuasaan atau pun kekerasan senjata.
3. Daerah yang ditempati.
4. Bahasa kebangsaan yang walaupun tidak diharuskan tentu menjadi kemanfaatan
untuk kesatuan dan kesentosaan bangsa dan negara.
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dan
merdeka sejak 17 Agustus 1945, sebagai dasar negara Pancasila dan undang
undang Dasar 1945, yang senantiasa kita junjung tinggi untuk mencapai cita-
cita bangsa yang luhur dan berakhlak tinggi.
Pada pasal 26 UUD. 45 disebutkan, bahwa yang menjadi warga negara ialah
orang Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan dengan UUD sebagai warga negara.
Hal ini berarti, bahwa tidak hanya bangsa Indonesia asli yang menjadi warga negara
tetapi bangsa asing yang telah lama berdiam di Indonesia yang diakui UUD.
Sebagai warga negara Indonesia memiliki hak azasi manusia , dan dengan hak azasi
itu manusia Indonesia harus diperlakukan sama hak dan kewajibannya terhadap negara
sebagamana tertuang dalam pasal 27 UUD 45, (aya1) berbunyi bahwa “selala warga
negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan tanpa kecuali” (ayat
1). Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (ayat 2)
Hak azasi manusia lainnya seperti tertuang dalam pasal 28 UUD 45 yang berbunyi
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat dengan lisan atau
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang. Dalam pasal 29 UUD 45
diatur perihal keyakinan beragama tiap warga negara Indonesia yang berbunyi sebagai
berikut:
a. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (ayat 1)
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu
(ayat 2)
Selanjutnya dalam pasal 30 UUD 45 ditegaskaa, bahwa tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.(ayat 1) Syarat syarat
tentang pembelaan negar a diatur dengan Undang-Undang. Sebagai warga negara
berhak mendapat pendidikan dari negara seperti tertuang dalam pasal 31 UUD 45 yang
berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (ayat 1), Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur
dengan Undang-Undang (ayat 2). Di situ tercermin bahwa masalah pendidikan di negara
ini tidak saja dari kalangan pemerintah yang bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pendidikan, tapi kepada orang tua turut pula bertanggung jawab
atasnya.
C. Individu, Tindakan politik dan sistem Politik
Menyimak tidakan individu atau warga negara dalam sistem politik , sama
halnya dengan mengamati partisipsinya terhadap politik. Sejauh mana
peningkatan atau keterbatan soal politk dari masyarakat mengingat ada
pemukulrataan makna antara partisipasi politik dengan mobilitas politik oleh
golongan elite politik demi kepentingannya. Partisipasi politik menurut Myron
Weiner adalah upaya yang terorganisir oleh warga negara untuk memilih
pemimpin-pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk jalannya kebijakan
umum.
Partisipasi politik banyak ditentukan oleh sistem politik , tertama dari elite
pemerintah yang selalu khawatir akan hancurnya nilai-nilai kepentingan sendiri.
Mereka mengkleim mengatas namakan rakyat dan berideologi populis, menolak
membagi golongan lain dan mengijinkan kritik yang terorganisir .
Ciri-ciri negara yang partisipasi poliitik warga negaranya kurang, menurut
Weimer antara lain tidak menghendaki adanya partai oposisi, mengutamakan
adanya partai kader elite, keanggotaannya bersifat formalpers dilarang, universitas
dibatasi, hal lain menyangkut agama, suku, golongan yang bersifat minoritas. Hal
ini sebagai sebagai akibat dari ketidak mampuan bersatu dalam masyarakat
politik, yang menurut Cliffort Geertz dipandang dari segi masyarakat untuk maksud
tersebut perlu memperhatikan ikatan-ikatan premordial seperti kesukuan, bahasa,
kedaerahan, agama, dan kebiasaan . Kesemuanya itu adalah bagian yang tak
terpisahkan dari proses pebinaan masyarakat politik dan kewarga negaraan.
Sistem politik yang ide dasarnya bersumber dari teori Talcott Parsons
menganggap masyarakat sebagai suatu sistem dengan bagian-bagiatannya yang sering
padanya. Tiap bagian sistem sosial itu memilik fungsi tersendiri menurut pembagial
kerja (devision of labour).Sistem sosial ini bekerja terintagrasi dengan bagian-bagian
lainnya dalam menciptakan sistem keseimbangan, dengan tetap mempertahankan
eksistensinya sebagai sistem. Macam-macam sistem politik yang terpenting di negara
sedang berkembang adalah:
1. Demokrasi Politik , yaitu suatu sistem politik yang di dalammnya terdiri dari
pemerintah ditambah dengan lembaga tinggi dan tertinggi negara, ialah yudikatif,
eksekutif, dan legeslatif.
2. Demokrasi terpimpin ialah sistem pemerintahan yang kurang lebih sama proporsinya
dengan demokrasi politik. Karen a kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
pelaksanaan demokrasi politik yang lengkap, maka diusakan mengadakan penyesuaian
dalam struktur formal.
3. Oligarsi totaliter, yatu suatu kelompok kecil yang berkuasa , di mana sistem ini
digunakan dengan mengingat masalah-masalah mengenai pelaksanaan demokrasi dan
perlunya mengadakan modernisasi dengan cepat. Konsentrasi kekuasaan adalah di
tangan pemerintah. Asumsinya adalah melalui kekuasaan pemerintah penyatuan suatu
negara dan kecepatan pembangunan negara akan mudah diwujudkan. Sistem oligarsi ini
pengawasannya ada di tangan militer atau resim sipil yang didukung oleh elite
organisasi yang baik dan besar jumlahnya. Parlemen tidak berfungsi lagi kecuali sekedar
memberi persetujuan atas peraturan.
4. Oligarsi totaliter, yakni resim yang kenal dalam era fasis Jerman dan Italia dahulu,
dan resim Jepang terdahulu sebelum perang dunia !!. Akan tetapi dalam situasi
negara-negara sedang berkembang seperti dewasa ini model totaliter komunislah
yang menonjol. Untuk itu Shils menggunakaqn istilah totaliter , karena sistem itu
tidak mentolerir adanya pusat kekuasaan lain disampingnya atau adanya usaha
untuk mendominasi semua bidang kekuasaan dari pusat.
5. Oligarsi tradisional, yaitu sistem politik itu ialah peninggalan dari kebudayaan
pramodern. Di sini el;ite Dinasti dapat bertahan dalam jangka waktu lama berhasil
menghindarkan diri dari penjajahan kolonial. Kekuasan raja dan kelompok yang
berkuasa disekelilingnya mendapat pengesahan karena tradisi. Aparat negara
terbatas kewajiban dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas-tugas baru.
Desa-desa tidak banyak mendapat perhatian dan tidak banyak berpengaruh.
Pengangkatan jabatan penting dalam birokrasi penting dalam birokrasi didasarkan
pada pertimbangan pribadi.Andai kata sudah ada parlemen , maka adanya
parlemen itu karena kemurahan hati dari elite penguasa. Pem,buatan Undang-
undang dan pelaksanaannya sangat tergantung pada elite penguasa saja.
Apabila kita perhatikan tipe elite itu kita terkesan adanya kesamaan tipe
sistem politik , maka tampaklah bahwa tipologi amat berdekatan. Jelaslah bahwa
elitr dinastik dan oligarsi itu menjadi satu. Demikian juga kalau dikatakan kaum
intelek revolusioner sama dengan oligarsi totaliter. Elite kelas menengah sama juga
dengan kelas demokrasi politik.
6. PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Anda mungkin juga menyukai