Anda di halaman 1dari 21

ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI KOMPONEN MATA KULIAH DASAR UMUM

Menghadapi masalah-masalah dalam penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi, demikian pula untuk memenuhi tutuntutan masyarakat dan negara , maka diselenggarakan program-program pendidikan umum. Tujuan pendidikan umum di perguruan tinggi adalah : 1. Sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebagai anggota masyarakat dan bangsa serta agama. 2. Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan kenyataankenyataan sosial yang timbul di dalam masyarakat Indonesia. 3. Memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berpikir secara interdisipliner, dan mampu memahami pikiran para ahli berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dengan demikian memudahkan mereka berkomunikasi. Jadi, pendidikan umum yang menitikberatkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, pada dasarnya berbeda dengan ilmu sosial dasar. Ilmu Sosial Dasar merupakan mata kuliah bantu yang bertujuan untuk menopang keahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya. Demikian juga berbeda dengan pendidikan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian mahasiswa dalam bidang atau disiplin ilmunya. Pendidikan umum yang diselenggarakan oleh universitas dan institut kemudian dikenal dengan mata kuliah dasar umum atau MKDU yang terdiri dari beberapa mata kuliah , yaitu : 1. Agama 2. Kewarganegaraan 3. Pancasila 4. Kewiraan 5. IBD 6. ISD Ilmu sosial dasar adalah salah satu mata kuliah dasar umum yang merupakan mata kuliah wajib yang diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Tujuan diberikannya mata kuliah ini adalah semata-mata sebagai salah satu usaha yang diharapkan dapat memberikan bekal kepada mahasiswa untuk dapat peduli terhadap masalah masalah sosial yang terjadi di lingkungan dan dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial dasar.

Secara khusus mata kuliah dasar umum bertujuan untuk menghasilkan warga Negara sarjana yang : 1. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia. 2. Taqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki toleransi terhadap pemeluk agama lain. 3. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan baik sosial, politik maupun pertahanan keamanan. 4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan serta meningkatkan. Ilmu Sosial Dasar Kualitasnya maupun lingkungan alamiahnya dan secara bersama-sama berperan serta di dalam pelestariannya.

LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP ILMU SOSIAL DASAR
Latar belakang diberikannya ISD adalah banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan. Mereka menganggap sistem pendidikan kita berbau colonial, dan masih merupakan warisan sistem pendidikan Pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan ari politik balas budi yang dianjurkan oleh Conrad Theodhore van Deventer. Sistem ini bertujuan menghasilkan tenagatenaga terampil untuk menjadi tukang-tukang yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, perdagangan, teknik dan keahlian lain, dengan tujuan ekspoitasi kekayaan Negara. Ternyata sekarang masih dirasakan banyaknya tenaga ahli yang berpengetahuan keahlian khusus dan mendalam, sehingga wawasannya sempit. Padahal sumbangan pemikiran dan adanya komunikasi ilmiah antara disiplin ilmu diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah sosial masyarakat yang demikian kompleks. Hal lain, sistem pendidikan kita menjadi sesuatu yang elite bagi masyarakat kita sendiri, kurang akrab dengan lingkungan masyarakat, tidak mengenali dimensi dimensi lain di luar disiplin keilmuannya, dan Perguruan tinggi seolah-olah menara gading yang banyak menghasilkan sarjana-sarjana tukang tidak mau dan peka terhadap denyut kehidupan, kebutuhan, serta perkembangan masyarakat. Pendidikan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas : 1. Kemampuan akademis, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sitematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemecahannya. 2. Kemampuan professional, yaitu kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya. 3. Kemampuan personal, yaitu kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap dan tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Dengan seperangkat kemampuan yang dimilikinya lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadi sarjana yang cakap, ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya. ISD, sebagai bagian dari MKDU, mempunyai tema pokok yaitu hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. ISD sebagai mana dengan IBD dan IAD, bukanlah pengantar disiplin ilmu tersendiri, tetapi menggunakan pengertian-pengertian (fakta, teori, konsep) yang berasal dari berbagai bidang keahlian untuk menanggapi masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Adapun yang menjadi sasaran perhatian adalah antara lain : 1. Berbagai kenyataan yang bersama-sama merupakan masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun sebagai pendekatan gabungan (antar bidang). 2. Adanya keanekaragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat, yang masing-masing mempunyai kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan polapola tingkah laku sendiri, tapi juga amat banyak persamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku yang menyebabkan adanya pertentangan-pertentangan maupun hubungan setia kawan dan kerja sama dalam masyarakat kita.

Tegasnya ilmu sosial dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial agar daya tanggap, persepsi , dan penalaran mahaiswa dalam menghadapi lingkungan sosialnya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya dapat menjadi lebih besar. Sebagai salah satu mata kuliah umum, ISD bertujuan membantu kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas, dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dari setiap anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusiamanusia lainnya, serta sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan. Ilmu pengetahuan dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu : 1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ) : Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.

2. Ilmu-ilmu sosial ( social scince ) : ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. 3. Pengetahuan budaya ( the humanities ) : bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.

Ruang Lingkup Pembahasan

Ada 2 masalah yang dipakai sebagai pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD. 1. Berbagai aspek yang merupakan suatu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri atau pendekatan gabungan antar bidang. 2. Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat. Berdasarkan ruang lingkup di atas masih perlu penjabaran untuk bisa dioperasionalkan ke pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Yaitu : 1. Mempelajarai adanya berbagai masalah kependudukan dan hubungan dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan. 2. Mempelajari adanya masalah individu dan masyarakat. 3. Mengkaji masalah kependudukan dan sosialisasi. 4. Mempelajari hubungan antar warga negara dan negara. 5. Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat. 6. Mempelajari masalah yang dihadapi masyarakat pedesaan.

MASALAH ILMU SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR


Kehidupan manusia sebagai mahluk sosial selalu dihadapkan kepada masalah sosial yang tidak dapat dipisahkan dalah kehidupan. Masalah sosial ini timbul sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat tingkah lakunya. Masalah sosial ini tidaklah sama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya karena adanya perbedaan dalam tingkat perkembangan kebudayaannya, serta sifat kependudukannya, dan keadaan lingkungan alamnya. Yang membedakan masalah sosial dengan masalah lainnya adalah bahwa masalah sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nalai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta ada kaitannya dengan hubungan-hubungan manusia itu terwujud. Pengertian masalah sosial memiliki dua pendefinisian: pertama pendefinisian menurut umum, kedua menurut para ahli. 1. Menurut umum atau warga masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial. 2. Menurut para ahli, masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekecauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.

Contoh pedagang kaki lima. Menurut definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial karena merupakan upaya mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya, dan pelayanan bagi warga masyarakat pada taraf ekonomi tertentu. Sebaliknya para ahli perencanaan kota menyatakan pedagang kaki lima sebagai sumber kekacauan lalu lintas dan peluang kejahatan. Batasan lebih tegas lagi dikemukakan oleh Leslie (1974) yang disitat oleh Parsudi (1981), bahwa masalah sosial adalah suatu kondisi yang mempunyai pengaruh kepada kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai, oleh karena itu dirasakan perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Masalah sosial muncul sejak peradaban manusia karena dianggap mengganggu kesejahteraan hidup. Dan membuat masyarakat untuk mengedintifikasi, menganalisa cara untuk mengatasinya. ISD menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai makhluk sosial dan masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan. Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti, konsep dan teori yang berhubungan dengan hakikat manusia dan masalahnya telah dikembangkan dalam ilmu sosial dan digunakan. Sedangkan menurut kacamata subyektif masalah yang dibahas akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan.

PATOLOGI ILMU PENYAKIT MASYARAKAT


1. A. Pengertian Patologi Sosial Pada awal ke-19 dan awal abad 20-an, para sosilog mendefinisikan patologi social sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas local, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hokum formal. Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara tentang/ilmu. Jadi, patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit. Maksud dari pengertian diatas bahwa patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang asal usul dan sifat-sifatnya penyakit. Konsep ini bermula dari pengertian penyakit di bidang ilmu kedokteran dan biologi yang kemudian diberlakukan pula untuk masyarakat karena menurut penulis google bahwa masyarakat itu tidak ada bedanya dengan organisme atau biologi sehingga dalam masyarakatpun dikenal dengan konsep penyakit. Sedangkan kata sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang perwujudannya berupa kelompok manusia atau

organisasi yakni individu atau manusia yang berinteraksi / berhubungan secara timbal balik bukan manusia atau manusia dalam arti fisik. Tetapi, dalam arti yang lebih luas yaitu comunity atau masyarakat. Maka pengertian dari patologi social adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit disebabkan oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu tentang asal usul dan sifatsifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakekat adanya mnusia dalam hidup masyarakat. Sementara itu menurut teri anomi bahwa patologi sosial adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota anggotanya, akibatnya pengikatan social patah sama sekali. ( Koe soe khiam. 1963 ). 1. B. Sejarah dan latar belakang Patologi Sosial Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, dll. Hal ini disamping mampu memberikan berbagai alternative kemudahan bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia dan kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut masalah sosial. Adanya revolusi industri Menunjukan betapa cepatnya perkembangan ilmu-ilmu alam dan eksakta yang tidak seimbang dengan berkembangnya ilmu-ilmu sosial telah menimbulkan berbagai kesulitan yang nyaris dapat menghancurkan umat manusia. Misalnya, Pemkaian mesin-mesin industri di pabrikpabrik, mengubah cara bekerja manusia yang dulu memakai banyak tenaga manusia sekarang diperkecil, terjadinya pemecatan buruh sehingga pengangguran meningkat (terutama tenaga kerja yang tidak terampil), dengan timbulnya kota-kota industri cenderung melahirkan terjadinya urbanisasi besar-besaran. Penduduk desa yang tidak terampil dibidang industri mengalir ke kotakota industri, jumlah pengangguran di kota semakin besar, adanya kecenderungan pengusaha lebih menyukai tenaga kerja wanita dan anak-anak (lebih murah dan lebih rendah upahnya). Pada akhirnya, keadaan ini semakin menambah banyaknya masalah kemasyarakatan (social problem) terutama pada buruh rendah yang berkaitan dengan kebutuhan sandang pangannya seperti, perumahan, pendidikan, perlindungan hokum, kesejahteraan social, dll. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflikkonflik. Baik yang bersifat internal dalam batinnya sendiri maupun bersifat terbuka atau eksternalnya sehingga manusia cenderung banyak melakukan pola tingkah laku yang menyimpang dari pola yang umum dan melkuikan sesuatu apapun demukepentingannya sendiri bahkan cenderung dapat merugikan orang lain.

Sejarah mencatat bahwa orang menyebut suatu peristiwa sebagai penyakit social murni dengan ukuran moralistic. Sehiongga apa yang dinamakan dengan kemiskinan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dsb adalah sebagai gejala penyuakit social yang harus segera dihilangkan dimuka bumi. Kemudian pada awal abad 19-an sampai awal abad 20-an, para sosiolog mendefinisikan yang sedikit berbeda antara patologi social dan masalah social. Masalahnya adalah kapan kita berhak menyebutkan peristiwa itu sebagai gejala patologis atau sebagai masalah social? Menurut kartini dalam bukunya patologi social menyatakan bahwa orang yang dianggap kompeten dalam menilai tingkah laku orang lain adalah pejabat, politisi, pengacara, hakim, polisi, dokter, rohaniawan, dan kaum ilmuan dibidang social. Sekalipun adakalanya mereka membuat kekeliruan dalam membuat analisis dan penilaian tehadap gejala social, tetapi pada umumnya mereka dianggap mempunyai peranan menentukan dalam memastikan baik buruknya pola tingkah laku masyarakat. Mereka juga berhak menunjuk aspekaspek kehidupan social yang harus atau perlu diubah dan diperbaiki. Ada orang yang berpendapat bahwa pertmbangan nilai (value, judgement, mengenai baik dan buruk) sebenarnya bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang objektif sebab penilaian itu sifatnya sangat subjektif. Larena itu, ilmu pengetahuan murni harus meninggalkan generalisasigeneralisasi etis dan penilaian etis (susila, baik dan buruk). Sebaliknya kelompok lain berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan kaum ilmuan tidak mungkin tidak menggunakan pertimbnagan nilai sebab opini mereka selalu saja merupakan keputusan yang dimuati dengan penilaian-penilaian tertentu. Untuk menjawab dua pendirian yang kontroversial tersebut, kita dapat meninjau kembali masalah ini secara mendalam dari beberapa point yang disebutkan oleh Kartini Kartono dalam bukunya yang berjuduk Patologi social, sebagai berikut: 1. ilmu pengetahuan itu sendiri selalu mengandung nilai-nilai tertentu. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan menyangkut masalah mempertanyakan dan memecahkan lesulitan hidup secara sistematis selalu dengan jalan menggunakan metode dan teknik-teknik yang berguna dan bernilai. Disebut bernilai karena dapat memenuhi kebutuhan manusiawi yang universal ini, baik yang individual maupun social sifatnya, selalu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bernilai. 2. ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk menguasai alam (kosmos,jagad) sangatlah diperlukan demi kesejahteraan dan pemuasan kebutuhan hidup pada umumnya. Jadi ilmu pengetahuan dengan

sendirinya memiliki system nilai. Lagi pula kaum ilmuan selalu saja memilih dan mengembangkan usaha/aktivitas yang menyangkut kepentingan orang banyak. jadi memilih masalah dan usaha yang mempunyai nilai praktis. 3. falsafah yuang demokratis sebagaimana tercantum dalam pancasila menyatakan bahwa baik individu maupun kelompok dalam masyarakat Indonesia, pasti mampu memformulasikan serta menentukan system nilai masing-masing dan sanggup menentukan tujuan serta sasaran yang bernilai bagi hidupnya. Seperti apa yang dikatakan george lundberg salah seoreang tokoh sosiolog yang dianggap dominan terhadap aliran neo-positivisme dalam sosiologi menyatakan bahwa ilmu peneteahuan itu bersifat otoriter, karena itu ilmu pengetahuan mengandung dan harus memilki moralitas ilmiah atau hokum moral yang conform dan seimbang dengan hokum alam. Dan diperkuat oleh C.C. North, seorang sosiolog lain dalam bukunya Soial Problems and Social Planning, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup yang bernilai bagi satu kebudayaan atau satu masyarakat, harus disertakan etik social guna menentukan cara pencapaian sasaran tadi. Jadi, cara atau metode pencapaian itu secara etis-susila harus bisa dipertanggungjawabkan sebab manusia normal dibekali alam dengan budidaya dan hati nurani sehingga ia dianggap mampu menilai baik dan buruknya setiap peristiwa. Adapun Istilah / konsep lain untuk patologi social adalah, Masalah social, disorganisasi sosial / social disorganization / disintegrasi social, sosial maladjustment, Sociopathic, Abnormal, Sociatri. Tingkah laku sosiopatik jika diselidiki melalui pendekatan (approach), sebagai berikut: 1) Approach Biologis Pendekatan biologis tentang tingkahlaku sosiopatik dalam biologi biasanya terfokus pada bagian genetik. 1. Patologi itu menurun melalui gen / plasma pembawa sifat di dalam keturunan, kombinasi dari gen-gen atau tidak adanya gen-gen tersebut 2. Ada pewaris umum melalui keturenan yang menunjukkan tendesi untuk berkembang kearah pathologis (tipe kecenderungan yang luaar biasa abnormal) 3. Melaui pewarisan dalam bentuk konstitusi yang lemah, yang akan berkembang kearah tingkahlaku sosiopatik. Bentuk tingkahlaku yang menyimpang secara sosial yang disebabkan oleh ketiga hal tersebut diatas dan ditolak oleh umum seperti: homoseksualitas, alkoholistik, gangguan mental, dll. 2) Approach Psychologist dan Psychiatris

a) Pendekatan Psikologis Menerangkan tingkahlaku sosiopatik berdasarkan teori intelegensi, sehingga individu melanggar norma-norma sosial yang ada antara lain karena faktor-faktor: intelegensi, sifat-sifat kepribadian, proses berfikir, motivasi, sifat hidup yang keliru, internalisasi yang salah. b) Pendekatan Psychiatris Berdasarkan teori konflik emosional dan kecenderungan psikopatologi yang ada di balik tingkahlaku menyimpang c) Approach Sosiologis Penyebab tingkahlaku sosiopatik adalah murni sosiologis yaitu tingkahlaku yang berbeda dan menyimpang dari kebiasaan suatu norma umum yang pada suatu tempat dan waktu tertentu sangat ditentang atau menimbulkan akibat reaksi sosial tidak setuju. Reaksi dari masyarakat antara lain berupa, hukuman, segregrasi (pengucilan / pengasingan), pengucilan, Contoh: mafia (komunitas mafia dengan perilaku pengedar narkoba)

Menurut St. Yembiarto (1981) bahwa studi patologi social memilki fase-fase tersendiri. Adapun perkembangan patologi sosial ada melalui tiga fase, yaitu : 1. Fase masalah sosial (social problem) Pada fase ini menjadi penyelidikan patisos action masalah-masalah sosial seperti pengangguran, pelacuran, kejahatan, masalah penduduk, dst 1. Fase disorganisasi sosial Pada fase ini menjadi objek penyelidikan peksos adalah disorganisasi sosial, fase ini merupakan koreksi dan perkembangan dan fase masalah sosial 1. Fase sistematik Fase ini merupakan perkembangan dari dua fase sebelumnya. Pada fase ini patsos berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang memiliki sistem yang bulat.

PARADIGMA ILMU SOSIAL

A. Paradigma Positivisme Perspektif Positivisme merupakan suatu model pemikiran yang muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Paham ontologi realisme merupakan suatu keyakinan dasar aliran ini. Dengan demikian aliran ini menyatakan bahwa suatu realitas merupakan sesuatu yang berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam. Ada dua jenis pandangan Positivme, yaitu positivme klasik dan positifme logis. Keduanya mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda antara satu dan lainnya. Positivisme Klasik : Seperti yang tertulis di dalam buku Encyclopedia of Philosophy terbitan tahun 2000, perspektif positivisme pertama kali ditemukan dan diperkenalkan oleh St.Simeon pada tahun 1825. Kemudian pada tahun 1970, seorang ahli filsafat perancis, Auguste Comte mengembangkan model pemikiran positivism yang sudah ada. Dia membantah bawasanya cabang ilmu pengetahuan harus dilalui melalui tiga tahap intelektual, yaitu theological state, abstract state dan positive state. Hal ini menyatakan bahwa hal-hal yang berbau religius dan terkesan mistis memiliki nilai yang lebih rendah jika dinbandingkan dengan berbagai jenis perspektif lainnya.

Comte secara garis besar menguraikan berbagai prinsip positivisme, dan hingga hari ini masih banyak digunakan. Oleh masyarakat. Setelah itu John Stuart Mill dari inggris memodifikasi dan mengembangkan pemikiran-pemikiran comte dalam karya Mill yang cukup luar biasa. Kemudian Emile Durkheim, sosiolog Perancis, menguraikan satu versi positivisme dalam karyanya, Rules of the Sociological Methods (1985), yang kemudian jadi rujukan bagi periset ilmu sosial yang beraliran positivism. Menurut Durkheim (1982:59) objek studi sosiologi adalah fakta sosial. Fakta sosial yang ia maksudkan mencakup bahasa, sistem hukum, sistem politik, pendidikan dan lain-lain. Sekalipun fakta sosial berasal dari luar kesadaran individu, akan tetapi oleh periset dalam penelitian positivisme, informasi kebenaran itu dinyatakan pada individu yang dijadikan responden penelitian. Untuk mencari kebenaran ini , periset sebagai seorang pencari kebenaran harus menanyakan secaral langsung kepada objek yang diteliti, dan sang objek dapat memberikan jawaban langsung kepada periset yang bersangkutan. Periset dituntut untuk menggunakan metodelogi eksperimen atau metode lain yang setara. Hal itu dimaksudkan untuk menjamin agar temuan yang diperoleh betul-betul objektif dalam menggambarkan masalah yang sebenarnya.

Positivisme Logis : Gerakan positivist logis dijelmakan oleh sekelompok sarjana yang jumpai selama 1920s dan 1930s dekat Wina, Austria. Yang dikenal dengan nama Lingkaran WIna, sarjana-sarjana tersebut adalah Moritz Shlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath, Herbet Feigl, Friedrich Waismann, Kurt Godel, dan VIktor Kraft. Gerakan ini memulai manuvernya dengan membuat pembedaan kritis antara ilmu pengetahuan dengan metafisika dengan prinsip dari arti yang dapat dibuktikan. Prinsip ini menyatakan bawasanya, sebuah pendapat akan dinyatakan bermakna jika pendapat tersebut dapat dianalisis dan dapat dibuktikan secara empiris (Ayer, 1960). B. Paradigma Post-Positivisme Paradigma ini menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif melalui observasi empiris, dengan tujuan mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan untuk memprediksi suatu gejala sosial. Tujuan awal munculnya bentuk ini adalah adanya suatu keinginan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada paradigma positivisme yang hanya mengandalkan pengamatan langsung atas objek yang sedang diteliti. Aliran ini mempunyai cara pandang yang sedikit berbeda dengan aliran positivisme, kritis realis. Dengan demikian, aliran ini juga melihat realitas sebagai hal yang benar-benar ada dalam kenyataan (hukum alam). Perspektif ini

menampilkan adanya kesamaan antara pandangan umum dan pandangan keilmuan serta adanya pertentangan dengan paradigma positivisme. Aliran ini berpendapat bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat temporer dan penuh dengan spekulasi yang mungkin akan terjadi bila muncul sebuah teori baru yang dapat membuktikan adanya kesalahan di dalam ilmu tersebut. Untuk melakukan penelitian, aliran ini melakukan pendekatan dengan subjektif. Secara metodologis pendekatan eksperimental melalui sebuah pengamatan dipandang kurang mencukupi, harus dilengkapi dengan metode triangulasi (penggunaan beragam metode, sumber data, teori, dan periset). Kita dapat mendapati paradigma ini ketika mempelajari Ekonomi Politik Liberal, atau Teori Fungsi Media. Tokoh-tokoh yang sejalan dengan aliran ini antara lain adalah, Karl Popper, Nicholas Reacher dan John D. C. Perspektif Kritis Aliran ini memandang suatu wacana atas realitas dengan muatan orientasi ideologi tertentu, sehingga aliran ini tidak dapat dikatakan sebagai suatu paradigma, melainkan pemeriksaan berorientasi ideologi. Aliran ini juga mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis untuk mengungkap struktur sebenarnya di balik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditampakkan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki suatu kondisi sosial subjek penelitian. Teori ini mengedepankan aspek analisis dan subjektifitas masing-masing peneliti dan memberikan kebebasan bagi responden untuk menanggapi sesuatu sesuai dengan pemahaman mereka. Subjektifitas yang tinggi dapat menjadi pedang bermata dua di dalam suatu penelitian. Sehingga hendaknya perspektif kritis harus disertai dengan moral dan etika yang kuat. Jika dibandingkan dengan paradigma lainnya. Paradigma ini terletak diantara paradigma positivisme dan interpretatif. Kenapa dikatakan positivisme? karena paradigma ini juga mengakui adanya realitas empiris yang tertata, tetap, dan terpola. Sedangkan bila dikatakan memiliki kesamaan dengan paradigma interpretatif karena, paradigma kritis dari awal sudah menyatakan keberpihakan kepada struktur yang lemah. Karena itulah terkadang paradigma ini dikatakan bersifat reformis. Secara ontologis, cara pandang paradigma ini dalam menilai objek atau realitas kritis kurang lebih sama dengan pandangan post-poitivisme. Pada tataran metodologis aliran ini mengutamakan metode dialog untuk sarana transformasi bagi ditemukannya kebenaran realitas yang nyata. Secara epistimologis aliran ini memandang hubungan antara peneliti dan objek sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan.

Contoh teori yang menggunakan aliran ini adalah Teori Tindakan Komunikasi dan Instrumentalisme Ekonomi Politik.

KOMPONEN DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

1. INDIVIDU Individu dalam bahasa Perancis berarti orang seorang. Kata ini mengacu pada manusia atau satu orang manusia. "In-dividere" berarti makhluk individual yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata sifatnya "individual", menunjuk pada satu orang dengan ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan sekaligus untuk membedakan dengan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kepribadian meliputi: Pengetahuan Perasaan Dorongan Naluri.

Dalam bertingkah laku menurut pola pribadi suatu individu terdapat tiga macam kemungkinan: Menyimpang dari norma kolektif Kehilangan individualitas

Mempengaruhi masyarakat

Status dan peran individu dalam masyarakat : Menurut S. Bellen, ada beberapa jenis status dan peran sosial dalam masyarakat, yaitu: Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan (actual roles) Peran yang terberi (ascribed roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved roles) Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles) Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah.

Individu dan konteksnya dalam masyarakat : Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu lain yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari individu untuk menjadi pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga oleh kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk menjadi pribadi, individu dituntut mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia berada. Lingkungan tersebut meliputi lingkungan fisik dan non fisik (psikis).

Individu dan kelompok sosial : Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial apabila: Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan Ada interaksi timbal balik antara anggota kelompok satu dengan anggota lainnya Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya: tujuan, cita-cita, idiologi, dan kepentingan Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku Bersistem dan berproses.

2. KELUARGA Keluarga berasal dari bahasa sansekerta kula dan warga kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan di mana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah, bersatu.

Keluarg inti(nuclear family) terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka. Keluarga merupakan unit satuan masyarakat terkecil sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Menurut Sigmund Freud, keluarga terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Sedangkan menurut Durkhem, keluarga adalah lembaga social sebagai hasil factor-faktor politik, ekonomi, dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan atau kelompok orang yang mempunyai hubungan darah dan perkawinan. Terdiri dari:

Keluarga nuklir/inti/batih (nuclear family) : Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga tua (extended family) : Keluarga kekerabatan yang terdiri dari 3 atau 4 keluarga batih yang terikat oleh hubungan orang tua anak atau saudara kandung oleh suatu tempat tinggal bersama yang besar. Keluarga Individu tersebut merupakan salah satu keturunan.

Fungsi keluarga secara umum menurut Munandar Soelaeman adalah: 1. Pengatur seksual

Hidup bersama atas dasar suka sama suka (kumpul kebo).Pergundikan Hubungan seorang bangsawan dengan gundiknya (jaman praindustri masyarakat barat) atau Raja dengan Selir. Melahirkan anak pada masa tunangan. Perzinahan, sang lelaki sudah menikah ataupun sang wanita sudah menikah. Kehidupan bersama seorang yang bertarak (celibate, pastoral, biarawan, menahan hawa nafsu) dengan orang lain yang juga hidup bertarak atau yang tidak bertarak. Perzinahan, kedua-duanya telah menikah. Kehidupan bersama wanita yang berkasta tinggi dengan lelaki berkasta rendah. incest (hubungan seksual dalamsatu keluarga), saudara lelaki dengan saudara perempuan, bapak dengan anak perempuan, ibu dengan anak lelaki.

2. Reproduksi 3. Sosialisasi 4. Pemeliharaan 5. Penempatan anak didalam masyarakat 6. Pemuas kebutuhan perorangan 7. Kontrol social William J. Goode (1983) menyusun jenis-jenis penyimpangan social dalam pengaturan seksual menurut ketidak seimbangan dalam struktur sosial, yaitu:

Menurut H. Abu Ahmadi 1) Fungsi Biologis 2) Fungsi Pemeliharaan 3) FungsiEkonomi 4) Fungsi Keagamaan 5) Fungsi Sosial Menurut Soewaryo Wangsanegara 1) Pembentukan kepribadian 2) Alat reproduksi 3) Merupakan eksponer dari kebudayaan masyarakat 4) Lembaga perkumpulan perekonomian 5) Pusat pengasuhan dan pendidikan Peristiwa terputusnya sistem keluarga, menurut William J, Goode (1983), dapat mengakibatkan terpecahnya suatu unit keluarga. Beberapa macam utama kekacauan keluarga: 1) Ketidaksahan, unit keluarga yang tidak lengkap 2) Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan 3) Keluarga selaput kosong 4) Ketiadaan salah satu pasangan karena hal yang tidak diinginkan 5) Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan 3. MASYARAKAT Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, normanorma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas. Menilik kenyataan di lapangan,suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa. Bisa juga berlatar belakang suku.Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern). 1. Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpngkal tolak dari kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan alam yang buaspada saat itu. Kaum pria melakukan pekerjaan yang berat-berat seperti berburu, menangkap ikan di laut, menebang pohon, berladang dan berternak. Sedangkan kaum wanita melakuakan pekerjaann yang ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui dan mengasuh anak-anak ,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam. 2. Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Organisasi kemasyarakatan tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional maupun internasional.

INTERAKSI ANTARA INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

Aspek individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan mencapai potensinya sebagai manusia. Lingkungan sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di

samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga. Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas. Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini, terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan masyarakat.

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR


D I S U S U

OLEH : DWI DEVINA PUTRI 1008120609

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU 2010

Anda mungkin juga menyukai