Anda di halaman 1dari 31

Materi Konsep dan ruang lingkup Humaniora

Saddam Ritonga
Rabu, 28 Maret 2012
PENGERTIAN, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
A. PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR
Ilmu Budaya Dasar, dalam bahasa Inggris disebut Basic Humanities merupakan pengetahuan yang diharapkan
dapat memberi pengetahuan dasar dan umum tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk mengkaji
maalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah manusia tidak dapat dipisahkan dari masalah budaya
atau pengetahuan budaya yang juga disebut sebagai humaniora. Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan membuat manusia menjadi lebih manusiawi (humanior), dalam pengertian manusia lebih
berbudaya.
B. TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR SEBAGAI MATA KULIAH
Ilmu Budaya Dasar sebagai salah satu komonen mata kuliah bertujuan untuk mengembangkan daya tanggap,
persepsi, penalaran, dan apresiasi berkenaan dengan lingkungan budaya (Sub-Direktorat Kurikulum dan
Perlengkapan Pengajaran, Direktorat Pembinaan Sarana Akademis, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983). Dengan demikian, dari mahasiswa yang telah memperoleh
mata kuliah Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat lebih tanggap, memiliki penglihatan yang lebih jelas,
memiliki pemikiran yang lebih mendalam, serta mampu menghargai budaya yang ada di sekitarnya.
Selanjutnya, diharapkan agar mereka dapat ikut dalam pengembangan kebudayaan bangsa serta
melestarikan budaya nenek moyang yang luhur nilainya.
Jumlah mata kuliah yang dibebankan kepada setiap mahasiswa tanpa mata kuliah Ilmu Budaya Dasar pun
sudah cukup banyak, namun untuk mahasiswa dari fakultas eksakta, noneksakta, dan agama masih diberikan
hanya sebagai salah satu komponen integral sehingga tidak jarang timbul pertanyaan, untuk apakah Ilmu
Budaya Dasar diberikan? Setelah dikaji secara mendalam, ternyata Ilmu Budaya Dasar memang perlu
diberikan kepada mereka karena sebagai berikut :
a. Mahasiswa perlu mengenal lebih mendalam dirinya sendiri sebagai manusia maupun orang lain yang
sebelumnya lebih dikenal luarnya saja, misalnya pemikiran dan perasaannya.
b. Mahasiswa perlu mengenal perilaku diri sendiri maupun orang lain sebagai bekal enting untuk pergaulan
hidup.
c. Mahasiswa perlu bersikap luwes dalam pergaulan setelah mendalami jiwa dan perasaan manusia, serta
tahu masalah perilaku manusia.
d. Mahasiswa perlu tanggap terhadap hasil budaya manusia secara lebih mendalam sehingga lebih intens
terhadap masalah-masalah pemikiran, perasaan, serta perilaku manusia, dan ketentuan yan
menciptakannya.
C. RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Ilmu Budaya Dasar atau basic humanities tidaklah identik dengan the humanities atau pengetahuan budaya
yang mencakup keahlian filsafat dan seni yang dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian
seperti seni sastra, seni tari, seni rupa, dan lain-lain. Jadi, Ilmu Budaya Dasar bukanlah ilmu tentang berbagai
budaya, melainkan pengertian dasar dan pengertian umumnya tentang konsep-konsep dan teori-teori
budaya yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan.
Perdebatan terhadap berbagai masalah budaya ini dilakukan dengan menggunakan berbagai pengetahuan
budaya (the humanities), baik dengan menggunakan suatu keahlian (disiplin) ataupun dengan menggunakan
pendekatan berbagai keahlian (interdisipliner).

DAFTAR PUSTAKA :
Widyosiswoyo, Supartomo. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia
http://saddamhuseinritonga.blogspot.com/2012/03/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup.html

Fitria Rachmawati
Rabu, 23 November 2011
1.Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar?

Secara sederhana Ilmu Budaya Dasar dalam bahasa inggris disebut Basic Humanities. Adapun istilah
Humanities sendiri berasal dari bahasa latin “humnus” yang artinya manusia, berbudaya dan
halus.Humanities ini merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberi pengetahuan dasar dan
umum tentang konsep-konsep yang dapat digunakan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan masalah budaya, dan budaya juga disebut sebagai
humaniora. Humaniora adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan membuat manusia menjadi lebih
manusiawi.. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia
sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus
mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai
manusia itu sendiri.
Sebagai Mahasiswa kita harus mengetahui bahwa Ilmu Budaya Dasar juga termasuk : 1.Ilmu Alamiah, Ilmu
Alamiah bertujuan untuk mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat pada alam semesta. Caranya
ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu tersebut. 2.Ilmu-ilmu
sosial. Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan
antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah.
3.Pengetahuan budaya, bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat
manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-
kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni
dan filsafat. Dengan perkataan lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai
bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam
mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
*Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk
mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the
humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian
mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1.Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka
2.Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kedua hal tersebut.
3.Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang
disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4.menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain.
Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
*Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yagn telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai bahan
pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
1.Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang
dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing
keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya
2.Hakekat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam
kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
Menilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia
menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana
hubungan manusia dengan alam, dengan sesame, dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana pula
hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral dalam IBD. Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan
adalah :
1.Manusia dan cinta kasih
2.Manusia dan Keindahan
3.Manusia dan Penderitaan
4.Manusia dan Keadilan
5.Manusia dan Pandangan hidup
6.Manusia dan tanggungjawab serta pengabdian
7.Manusia dan kegelisahan
8.Manusia dan harapan
http://massofa.wordpress.com/2008/10/21/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-ilmu-budaya-dasar/
Pusat Studi Budaya, Bahasa, dan Sastra
• Skip to content
• Jump to main navigation and login
• Jump to additional information
Nav view search
Navigation
Font size
Bigger.Reset.Smaller
Search






Previous ◁ | ▷ Next
You are here: Home Profil
Main Menu
• Home
• Profil
• Berita
Kolom Dekan
Dokumen
Struktur Keilmuan


Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sampai saat ini
memiliki tiga jurusan, pertama, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, kedua : jurusan Bahasa dan Sastra Inggris,
ketiga : jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
Untuk merealisasikan aspek-aspek pengembangan Jurusan yang dimiliki oleh Fakultas Humaniora dan
Budaya Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang saat ini, diperlukan suatu struktur keilmuan
yang jelas. Karena itu perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang ruang lingkup kajian, cara mengkaji dan
manfaat serta tujuan dari ilmu humaniora dan budaya.
Untuk menjelaskan ruang lingkup kajian ilmu humaniora dan budaya, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang
posisi humaniora dan budaya diantara ilmu-ilmu yang lain. Kalau kita lihat secara umum ilmu dibagi menjadi
tiga rumpun, yaitu: ilmu alam (Natural Sciences), ilmu sosial (Social Sciences), dan ilmu humaniora. Yang
termasuk di dalam ilmu alam adalah: matematika, fisika, ilmu bumi dan astronomi. Dan yang termasuk dalam
rumpun ilmu sosial adalah sosiologi, antropologi, psikologi, pendidikan, ekonomi dan politik. Sedangkan yang
termasuk dalam ilmu humaniora akan dijelaskan panjang lebar pada paragraf berikut ini.
Humaniora berasal dari bahasa Latin Baru. Dalam bahasa Inggris arti the humanities yang sama-sama
diturunkan dari bahasa Latin humanus yang berarti manusiawi, berbudaya dan halus. The humanities
berkaitan dengan masalah nilai yaitu nilai kita sebagai homo humaus atau manusia berbudaya, dalam
Encyclopaedia Britannica, the humanities sebagai sejenis pengetahuan yang berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusian dan ekspresi-ekspresi dari jiwa manusia. Ruang lingkup kajian humaniora adalah:
1. Bahasa
2. Ilmu bahasa
3. Kesusasteraan
4. Pendidikan
5. Sejarah
6. Ilmu hukum
7. Filsafat
8. Arkeologi
9. Seni
10. Ilmu-ilmu sosial yang mempunyai isi yang humanistik
Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari “budhi” yang berarti akal.
Sedangkan budaya merupakan perkembangan majmuk dari kata “budi daya” yang berarti daya dari budi. Jadi
perbedaan dari kedua kata tersebut adalah budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan
rasa. Sedangkan kebudayaan berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Namun dalam kajian ilmu antropologi
budaya istilah budaya dan kebudayaan mempunyai arti yang sama.
Menurut dimensi wujudnya budaya mempunyai tiga wujud, yaitu :
• Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma dan peraturan (sistem budaya).
• Wujud aktifitas berpola manusia dalam masyarakat (sistem sosial)
• Wujud benda-benda hasil karya manusia (kebudayaan fisik)
Ketiga wujud itu bila dirinci secara khusus ke dalam unsur-unsurnya, maka kebudayaan itu terdiri dari tujuh
unsur :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan
3. Sistem teknologi
4. Sistem pengetahuan
5. Sistem mata pencaharian
6. Bahasa
7. Kesenian
8. Pendidikan
Unsur-unsur inilah yang berikutnya akan menjadi obyek kajian ilmu budaya.
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang memilih nama Fakultas Humaniora dan Budaya.
Posisi humaniora (humanity) dan budaya (culture) bisa dianalogikan dengan temuan formal (formal finding)
dan temuan subtantif (subtantive finding) dalam penelitian. Humaniora adalah termasuk Nomological
Science, artinya ilmu yang bebas dari ikatan waktu dan tempat (free time context). Sedangkan budaya
termasuk dalam Ideographic Science, yaitu ilmu yang terkait dengan ideologi, geografi dan juga waktu
(Bound-time context). Ilustrasi dengan contoh berikut ini mungkin akan lebih memperjelas posisi antara
humaniora dan budaya. Bahasa secara umum merupakan bagian dari ilmu humaniora. Akan tetapi ketika
bahasa sudah dikaitkan dengan letak geografi suatu negara, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Arab, bahasa
Inggris, maka bahasa itu akan menjadi wilayah kajian budaya .
Ada tiga paradigma yang digunakan untuk mengkaji ilmu humaniora dan budaya: (1) positivistik yang lazim
disepadankan dengan pendekatan kuantitatif, (2) interpretif yang lazim disepadankan dengan pendekatan
kualitatif, dan (3) reflektif yang lazim disepadankan dengan pendekatan kritik. Adapun pendekatan yang
biasa dipakai dalam mengkaji kebudayaan ada tiga, yaitu pendekatan kronologis, pendekatan geografis dan
pendekatan fenomenologis, Pendekatan kronologis adalah pendekatan yang mengatur data berdasar
peristiwa utama pada suatu pereode atau beberapa pereode secara berturut-turut. Pendekatan geografis
adalah pendekatan yang membagi material relevannya berdasarkan wilayah, dengan menekankan ciri khusus
sejarah wilayah. Sedangkan pendekatan fenomenologis adalah pendekatan yang menuntut pengamat
membiarkan fenomena berbicara sendiri, bukan menjadikan fenomena sebagai kerangka ideasional yang
sudah ditentukan sebelumnya.
Humaniora sebagai seperangkat sikap dan prilaku moral terhadap sesamanya memerlukan instrumen-
instrumen yang harus menyertai kita agar bertindak lebih manusiawi. Dengan humaniora diharapkan dapat
membawa manusia bertindak lebih manusiawi. Dengan humaniora diharapkan manusia menjadi berbudaya
dan berwatak dan dengan humaniora diharapkan manusia sadar bahwa bidang pengetahuan apapun yang
dimilki harus berorientasi pada kemanusiaan, yaitu untuk kebahagiaan umat manusia dan bukan untuk
membawa malapetaka.
Tujuan humaniora juga dapat diperluas ruang lingkupnya, yaitu agar dapat membawa manusia mampu
berkomunikasi dengan Sang Pencipta dan juga sesamanya. Humaniora juga mempunyai kontribusi diberbagai
kehidupan riil, misalnya pendidikan. Kontribusi riil dari humaniora misalnya;
• Penyatuan rasio dan rasa
• Memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan abadi
• Penyatuan teori dan praktek dalam segala bidang.
Sedangkan sistem nilai budaya dalam masyarakat dimanapun, secara universal menyangkut lima masalah
pokok kehidupan, yaitu hakikat hidup manusia, hakekat karya manusia,hakekat waktu manusia,hakekat alam
manusia dan hakekat hubungan manusia. Dengan mempelajari dan memahami ilmu budaya diharapkan
manusia bisa memahami lima hakekat tersebut dan bisa menanamkan dalam kehidupannya.
Karena luasnya kajian humaniora dan budaya maka Fakultas Humaniora dan Budaya juga mempunyai ruang
yang sangat luas untuk membuka jurusan-jurusan yang berkaitan dengan ilmu humaniora dan budaya,
misalnya filsafat, sosiologi, antropologi, sosiologi, pendidikan, seni budaya dan sebagainya Namun, untuk
sementara masih ada tiga jurusan yang ada dalam naungan Fakultas ini, yaitu Jurusan Bahasa dan Sastra
Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dan jurusan Pendidikan Bahasa Arab.
Tujuan


1. Menghasilkan sarjana Humaniora yang memiliki integritas moral keagamaan dan memiliki kemampuan
profesional akademik di bidang ilmu humaniora dan budaya berbasis Islam.
2. Menghasilkan Sarjana Humaniora yang mampu memahami secara mendalam tentang ilmu humaniora dan
budaya.
3. Menghasilkan sarjana Humaniora yang menguasai metodologi kajian ilmu humaniora dan budaya untuk
menemukan dan mengembangkan ilmu humaniora dan budaya berbasis Islam.
4. Menghasilkan Sarjana Humaniora yang mampu memanfaatkan ilmu humaniora dan budaya secara
profesional, baik sebagai ilmu terapan maupun ilmu murni.
http://humaniora.uin-malang.ac.id/34-profil.html

catatan kecil
January 7, 2010
Humaniora
Filed under: Forensik,med papers — ningrum @ 5:45 am
PENDAHULUAN
Secara eksplisit Humaniora tercantum di dalam KIPD II (Dirjen Dikti,1994), dalam rangkaian Humaniora,
Filsafat, Metodologi, Etik dan Hukum Kedokteran. Hal ini bertujuan untuk memberi landasan bagi
pemahaman tentang ilmu dan profesi kedokteran. Akan tetapi tidak ada ketetapan lebih lanjut tentang
arahan, tujuan, lingkup bahasan cabang ilmu, dan buku ajar sebagai rujukan. Hal-hal tersebut diserahkan
kepada masing-masing Fakultas Kedokteran. (1)
Dalam KIPDI III, yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Dirjen Dikti, 2005), kata humaniora
tidak lagi secara eksplisit dicantumkan, tetapi terdapat 2 kompetensi yang berkaitan dengan etika, yakni 1)
Kompetensi komunikasi, kemampuan berkomunikasi efektif secara etis, dan 2) Etika, moral, medikolegal,
profesionalisme dan keselamatan pasien. (1)
Perubahan ini mencerminkan lebih difokuskannya humaniora kepada etik, yang antara keduanya
bersinggungan, bahkan adanya bagian yang bertumpang tindih. (1)
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan arti yang tepat dari humaniora, wilayah kajiannya, dan perlunya
humaniora dalam pendidikan dan praktek kedokteran. (1)
Humaniora adalah cerita, ide dan kata-kata yang membantu kita merasakan kehidupan dan dunia kita.
Humaniora mengenalkan kita pada orang-orang yang tidak pernah kita temui, tempat yang tidak pernah kita
kunjungi, dan ide yang tidak pernah terlintas dalam benak kita. Dengan memperlihatkan bagaimana orang-
orang lain hidup dan berpikir tentang kehidupan, humaniora membantu kita menentukan apa yang penting
dalam kehidupan kita dan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya lebih baik. (2)
DEFINISI
Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia, menggunakan
metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian besar
pendekatan empiris alami dan ilmu sosial. (3)
Contoh dari disiplin humaniora adalah bahasa kuno dan moderen, literatur, hukum, sejarah, filosofi, agama,
dan seni visual dan drama (termasuk musik). Subyek-subyek tambahan yang terkadang masuk dalam
humaniora adalah teknologi, antropologi, studi area, studi komunikasi, studi kultural, dan linguistik,
meskipun cabang tersebut selalu dianggap sebagai ilmu sosial. (3)
BAHASA, PERISTILAHAN
Secara bahasa, kita mengenal istilah humaniora (Latin), humanities (Inggris), humanisme, humanitarian,
humanitarianisme, humanis, yang semuanya berasal dari kata human, yang berarti mankind, manusia,
makhluk dengan derajat tertinggi. Humaniora maupun humanitas, kedua-duanya dipergunakan dalam
bahasa Latin/Yunani, misalnya dalam Literae Humanitates, atau Literae Humaniores. Oleh karena literatur
Yunani/Latin adalah sumber utama dari pengetahuan, kebijaksanaan dan ekspresi, maka humanitas (Latin)
berarti bahasa dan literatur (termasuk filsafat, sejarah, ilmu pidato, dan sastra), Yunani dan Romawi kuno. (1)
Sebagai gerakan, humaniora bangkit berbarengan dengan renaisans, sesudah ditemukannya kembali pustaka
dan peradaban Yunani/Romawi kuno, yang membangkitkan minat kepada manusia, budaya, dan karyanya.
(1)
Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata-kata Inggris dengan suku kata akhir ty, misalnya university,
faculty, dan lain-lain, dengan …tas, yang menjadi universitas dan fakultas, cenderung lebih menggunakan
kata humaniora daripada humanitas. Hal ini menunjukkan bahwa humaniora bukan terjemahan dari
humanity (Inggris), tetapi dari bahasa Latin humaniores. Selanjutnya dalam tulisan ini dipakai kata humaniora
dan bukan humanitas. Sedang kata humanitas (kb) diartikan sebagai kodrat manusia atau perikemanusiaan
(Fajri dan Senja). Perlu dicatat juga terdapat penggunaan kata humaniora sebagai padanan dari humanisme,
misalnya oleh Riyadi DS, (2005). (1)
Humaniora dapat berarti : (1)
1. Studi tentang bahasa-bahasa dan sastra klasik Yunani dan Romawi
2. Cabang pengetahuan yang mempelajari manusia dan budayanya, seperti filsafat, sastra, dan seni; tidak
termasuk di dalamnya ilmu (science) seperti biologi dan ilmu politik. Agama/kepercayaan kepada Tuhan, juga
kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) tidak dimasukkan dalam kajian humaniora (Morris, 1981; Encycl
Brit 1973)
3. Dalam arti yang paling umum, humaniora adalah kualitas, perasaan dan kecenderungan, bukan saja
deskriptif tetapi juga normatif. Dalam kaitan ini humaniora mempunyai konotasi perasaan dan perilaku
manusia sebagai gentleman, orang yang berbudi luhur dan sifat-sifat luhur yang melekat dengannya.
Humaniora juga mempunyai konotasi budaya intelektual. Humaniora dimaksudkan juga studi, pelatihan,
proses yang menghasilkan kualifikasi tersebut. Istilah inhumanitas diartikan sebagai not civilized, tidak
berbudaya, atau bar-bar.
Kata-kata yang berdekatan dengan humaniora, bahkan sering disama artikan, adalah sebagai berikut: (1)
• Humanitarian (kata sifat)
o Memfokuskan pada kebutuhan manusia dan menghilangkan/mengangkat penderitaan manusia
o Berkaitan dengan pengabdian pada usaha-usaha kesejahteraan manusia dan dorongan untuk perubahan
masyarakat (social reform) = phylantopist, filantropis
• Humanitarianisme
o Pandangan, dasar-dasar, metoda dari humanitarian = filantropi
o Keyakinan, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kesejahteraan
kemanusiaan yang lebih baik (berdekatan dengan pengertian etik)
o Keyakinan bahwa kondisi manusia dapat mencapai kesempurnaan dengan upayanya sendiri, tanpa Tuhan
• Humanisme
o Keadaan atau kondisi atau kualitas sebagai manusia, makhluk berderajat tinggi
o Filsafat atau sikap yang menaruh perhatian terhadap manusia, perhatian dan pencapaiannya
o Studi humaniora; ajaran tentang kesopanan dan budaya
o Gerakan/budaya dan intelektual yang terjadi pada masa renaisans
• Humanis
o Orang yang mengkaji humaniora, terutama mahasiswa tentang masalah-masalah klasik
o Orang yang menaruh perhatian kepada kajian tentang upaya dan kemampuan/pencapaian manusia
o Pengkaji/mahasiswa tentang renaisans, atau pengikut dari paham humanisme
• Humanistik (ks)
Berhubungan dengan humanisme atau humaniora
Dari uraian diatas, istilah Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab, yang dapat mewadahi
humaniora ialah adab. Dalam ilmu al adab terkandung ilmu sastra, sejarah sastra, ilmu kritik sastra, filologi.
Adab juga berarti budaya yang baik. Tidak beradab berarti tidak berbudaya, tidak berperilaku baik,
sebagaimana Cicero (filsuf Yunani) mengartikan inhumanitas dengan barbar. (1)
Adab dapat berarti antara lain discipline of mind and manners, and of conduct or behaviour (Huges, 2004).
Karya al Makdisi (2005), dapat lebih memastikan bahwa ilmu adab adalah Humaniora. (1)
SEJARAH HUMANIORA
Di dunia Barat, studi humaniora dapat dilacak hingga ke Yunani Kuno, sebagai basis pendidikan yang besar
bagi masyarakat. Selama masa Romawi, konsep tujuh seni liberal bertingkat, termasuk grammar, retorika
dan logika (trivium), bersama dengan aritmatika, geometri, astronomi dan musik (quadrivium). Subjek-subjek
ini membentuk curahan pendidikan pertengahan, dengan penekanan pada humaniora sebagai keterampilan
atau “cara melakukan sesuatu”. (3)
Sebuah pergeseran utama selama masa Renaissance, ketika humaniora mulai dihargai sebagai subyek untuk
lebih dipelajari daripada dipraktekkan, dengan penyesuaian bergeser dari bidang tradisional kepada area
seperti literatur dan sejarah. Pada abad ke 20, pandangan ini ditantang oleh pergerakan paska-modernisasi,
yang dicari untuk menggambarkan kembali humaniora dalam istilah yang lebih menganut persamaan untuk
masyarakat demokratis. (3)
BIDANG-BIDANG HUMANIORA
Sebagai sebuah bidang studi, humaniora menekankan pada analisa dan pertukaran ide-ide dibandingkan
ekspresi kreatif seni atau penjelasan kuantitatif ilmu pengetahuan. (2)
1. Sejarah, Antropologi, dan Arkeologi mempelajari perkembangan sosial, politik dan budaya manusia. (2)
2. Literatur, Bahasa dan Linguistik mempelajari bagaimana kita berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana
ide dan pengalaman kita akan pengalaman kemanusiaan diekspresikan dan diinterpretasikan. (2)
3. Filosofi, Etika, dan Perbandingan Agama mempertimbangkan ide tentang makna hidup dan alasan bagi
pemikiran dan tindakan kita. (2)
4. Yurisprudensi menguji nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menginformasikan hukum kita. (2)
5. Pendekatan Historis, Kritis, dan Teoritis terhadap Seni merefleksikan dan menganalisa proses kreatif. (2)
Pembagian bidang humaniora (3)
• Sastra Klasik
• Sejarah
• Bahasa
• Hukum
• Literatur
• Seni Drama
o Musik
o Teater
o Dansa
o Filosofi
o Agama
o Seni visual
 Melukis
HUMANIORA DAN ETIKA
Bila humaniora memusatkan perhatian kepada manusia, etika sebagai ilmu merupakan bagian dari filsafat
yang mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam
berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya (Hariadi, 2005). Tampak ada bidang tumpang tindih antara
humaniora dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham, ajaran,
bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan
manusia (Moris (ed), 1981). (1)
HUMANIORA DAN AGAMA
Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak William Caxton
(1422-1491) (Encycl Britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya kekuatan
supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang
dibawakan oleh utusanNya. Nilai-nilai religius seharusnya merupakan nilai-nilai yang paling dasar dari segala
tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilia-nilai budaya yang dikembangkan manusia
(Muljohardjono,2004). (1)
Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk
menjaga tercapainya tujuan tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori oleh nilai-nilai budaya, dan nilai-
nilai agama. Para agamawan/ruhaniawan tidak seharusnya terpaku pada kaidah-kaidah klasik dan baku,
dalam mengantar, mengawal, perkembangan ilmu dan teknologi agar benar-benar bermanfaat bagi manusia.
Agama (Islam) membuka pintu kajian-kajian terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari
pengembangan iptek. Pintu tersebut adalah ijtihad. Dengan persyaratan-persyaratan tertentu
agamawan/ruhaniawan dapat mengkaji masalah-masalah kemajuan iptek, dan menghasilkan fatwa-fatwa
kontemporer yang menjadi dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil
pengembangan serta rancangan pengembangan selanjutnya. (1)
HUMANIORA DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
Penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh karena itu harus
memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai
tersebut adalah universal. Tanpa humaniora pengembangan ilmu dan teknologi tidak lagi bermanfaat bagi
manusia. Pengembangan/ perkembangan yang banyak disusupi nilai-nilai bisnis menimbulkan hedonisme
yang bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya. (1)
HUMANIORA DAN ILMU KEDOKTERAN
Lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan ilmu dan teknologi, ialah Iptek Kedokteran. Kedokteran
adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan humaniora yang paling ilmiah (Pellegrino,
1970). (1)
Clauser (1990) berpendapat bahwa mempelajari humaniora – sastra, filsafat, sejarah – dapat meningkatkan
kualitas pikir (qualities of mind) yang diperlukan dalam ilmu kedokteran. Kualitas pikir tidak lagi terfokus
pada hal-hal hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif
yang lentur, tidak terpaku pada dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran.
Menurunnya studi kedokteran cenderung memfokuskan mindset pada ujian, diskusi yang monoton tentang
pasien, hasil laboratorium, insiden, banyak pasien, dan lain-lain. Humaniora membebaskan kita dari terkunci
dalam satu mindset. Kita perlu kelenturan dalam mengubah perspektif, dan mengubah interpretasi bila
diperlukan. Dengan sastra, seseorang (mahasiswa kedokteran) dapat mengembangkan empati dan toleransi,
mencoba menempatkan diri dalam gaya hidup, imaginasi, keyakinan yang berbeda. (1)
Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak-
kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung memahami hanya bidang spesialisasinya saja.
Tuntutan efektif-efisien, perhitungan cost-benefit cenderung menghapus nilai empati, kurang dapat
menempatkan diri sebagai penderita. Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora
memperbaiki kondisi tersebut. (1)
Humaniora medis
Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora (literatur, filosofi,
etika, sejarah dan bahasa), ilmu sosial (antropologi, studi budaya, psikologi, sosiologi), dan seni (literatur,
teater, film dan seni visual) dan aplikasinya terhadap edukasi dan praktek medis. (4)
Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi manusia, penderitaan,
kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan perspektif sejarah dalam praktek
medis. Perhatian terhadap literatur dan seni membantu dalam membangun dan memelihara kemampuan
observasi, analisis, empati dan refleksi-diri – kemampuan yang penting bagi pengobatan medis manusia. Ilmu
sosial membantu kita memahami bagaimana biologi dan medis menempatkan diri dalam konteks sosial dan
budaya dan juga bagaimana budaya berinteraksi dengan pengalaman individual akan kesakitan dan cara ilmu
medis dipraktekkan. (4)
KESIMPULAN
1. Secara umum, definisi humaniora adalah disiplin akademik yang mempelajari kondisi manusia,
menggunakan metode yang terutama analitik, kritikal, atau spekulatif, sebagaimana dicirikan dari sebagian
besar pendekatan empiris alami dan ilmu sosial.
2. Humaniora terdiri atas unsur-unsur seni, etika, kearifan, nilai-nilai kejujuran, kebenaran, kelembutan,
memanusiakan manusia, menyingkirkan beban dari dan berbuat baik bagi manusia. Tanpa nilai-nilai tersebut,
manusia atau perilakunya dapat dikategorikan tidak human, tidak manusiawi, tidak berbudaya atau barbar.
3. Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk kesejahteraan manusia. Oleh
karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora, agar terjamin kemanfaatannya untuk manusia.
4. Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai humaniora. Nilai-nilai agama
diharapkan dapat dikembangkan oleh agamawan/ruhaniawan untuk memandu pengembangan
ilmu/teknologi dan penerapannya.
5. Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering dilupakan. Oleh karena itu
humaniora perlu diberikan untuk membuat profesi medik lebih sensitif terhadap adanya nilai-nilai tersebut
dan pengetrapannya dalam praktek.
6. Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai sifat kritis, lentur
dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-nilai, dan sifat empati.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/01/07/humaniora/

Cause Allah, Mom, and My Big Famz


Rabu, 19 Oktober 2011
PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Nama : Ratih Permata Putri
NPM : 15511895
Kelas : 1PA08
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Rully Firman
* Sumber : e-Learning Universitas Gunadarma, Google

PENGERTIAN ILMU BUDAYA DASAR, TUJUAN, RUANG LINGKUP


Ilmu Budaya Dasar adalah pengetahuan yang diharapkan untuk memberikan pengetahuan dasar dan
pemahaman umum dari konsep yang dikembangkan untuk menilai masalah manusi dan budaya.
Para Budaya Istilah Asosiasi Studi dikembangkan di Indonesia sebagai pengganti istilah Humanitiesm Dasar
berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humaniora”. Adapun istilah Humaniora sendiri berasal dari bahasa
Latin humanus ditafsirkan orang biasa, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari humaniora diasumsikan
seseorang akan menjadi lebih manusiawi, lebih beradab dan lebih halus.
Bachtiar Prof.Dr.Harsya bhwa ilmu pengetahuan menunjukkan dikelompokkan dalam tiga kelompok utama,
yaitu:
1. 1. Alam ilmu (ilmu alam)
Ilmu alam bertujuan untuk menemukan keteraturan-keteraturan yang terdapat di alam semesta. Untuk
menguji ini dalam penggunaan metode ilmiah.
2. 2. Ilmu sosial (ilmu sosial)
Ilmu sosial bertujuan untuk menilai keteraturan urutan-yang terkandung dalam manusia hubungan. Untuk
menguji metode ini di guanakan ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu alam.
3. 3. Budaya pengetahuan (humaniora)
Pengetahuan budaya bertujuan untuk memahami dan menemukan makna realitas yang realitas manusia.
Untuk menilai metode pengungkapan dalam penggunaan peristiwa dan pernyataan-pernyataan yang unik,
kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (humaniora) dalam batas sebagai disiplin keahlian mencakup pengetahuan seni dan
filsafat.
Budaya yang berbeda dari ilmu dasar pengetahuan budaya. Budaya dasar ilmu pengetahuan dalam bahasa
Inggris bahasa disebut Humaities Dasar. meneliti masalah pengetahuan budaya nilai-nilai manusia sebagai
berbudaya (homo humanus). Sementara budaya dasar ilmu bukan ilmu pengetahuan tentang budaya, tapi
tentang pemahaman pengethuan dasar dan umum dari konsep yang dikembangkan untuk menilai masalah
dan budaya.
TUJUAN ILMU BUDAYA DASAR
Penyajian mata kuliah ilmu budaya dasar tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian mata kuliah ini tidak dimaksudkan untuk
mendidik ahli-ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the
humanities) akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian
mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut IBD diharapkan dapat :
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kedua hal tersebut.
3. Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai calon pemimpin bagnsa dan Negara serta ahli dalam bidang
disiplin masing-masing tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan disiplin yang ketat
4. Menguasahakan wahana komunikasi para akademisi agar mereka lebih mampu berdialog satu sama lain.
Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan akan lebih lancer dalam berkomunikasi.
RUANG LINGKUP ILMU BUDAYA DASAR
Ada dua masalah utama dipertimbangkan untuk menentukan ruang lingkup budaya dasar penelitian ilmiah,
yaitu:
1. Berbagai aspek kehidupan yang sepenuhnya merupakan ekspresi dari masalah budaya dan kemanusiaan
yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya.
2. Manusia alam yang satu, tetapi manifestasi yang beragam dalam kehidupan setiap zaman dan tempat.
Mengingat dua masalah utama yang dapat dipelajari dalam budaya dasar mata pelajaran ilmu yang
disebutkan di atas tampak jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam penilaian.
Topik yang akan dikembangkan adalah:
– Human and love – Manusia dan cinta
– Human and beauty – Manusia dan keindahan
– Human and suffering – Manusia dan penderitaan
– Human and justice – Manusia dan keadilan
– Human and outlook on life – Manusia dan pandangan hidup
– Man and the responsibilities and dedication – Manusia dan tanggung jawab dan dedikasi
– Human and jitters – Manusia dan kegelisahan
– Human and hope. – Manusia dan harapan.
Delapan mata pelajaran yang termasuk dalam pekerjaan yang dicakup oleh pengetahuan budaya.
Perwujudan cinta, misalnya, ada dalam literatur, tari, musik, filsafat, lukisan, patung dan sebagainya.
budaya dasar ilmu tidak ilmu sastra, ilmu pengetahuan tari, filsafat dan ilmu-ilmu lain yang terkandung dalam
pengetahuan budaya. Mempergunakan ilmu dasar budaya hanya bekerja terkandung dalam pengetahuan
budaya untuk mendekati masalah kemanusiaan dan budaya.

http://ratihpermataputri.blogspot.com/2011/10/pengertian-ilmu-budaya-dasar-tujuan-dan.html

Kreasi_Q
Jumat, 09 November 2012
Pengertian Ilmu Budaya Dasar dan Ruang Lingkup Kajian

Pengertian Ilmu Budaya Dasar dan Ruang Lingkup Kajian


a. Pengertian
“Ilmu Budaya Dasar” adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah kemanusiaan dan budaya,
dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai
bidang pengetahuan keahlian yang tergolong dalam Pengetahuan Budaya
Adapun tujuannya adalah:
1. Mengusahakan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya sehingga mereka akan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
2. Memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan mereka tentang masalah
kemanusiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang
menyangkut kedua hal tersebut.
3. Sebagai calon pemimpin bangsa dan Negara, serta ahli dalam bidang disiplin masing-masing dikehendaki
agar mereka jangan jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin yang ketat. Tidaklah dapat
disangkal bahwa ruang lingkup pendidikan kita amat sempit dan condong membuat manusia-manusia
spesialis yang berpandangan kurang luas. Dengan mata kuliah ini diharapkan dapat menambah kemampuan
mahasiswa untuk menanggapi masalah-masalah/nilai-nilai dalam masyarakat dimana mereka hidup tanpa
terlalu terikat oleh disiplin mereka.
Definisi tentang pengetahuan budaya ;
Pengetahuan Budaya (the humanities) adalah pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan
filsafat. Keahlian ini dapat dibagi lagi dalam keahlian-keahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni music,
seni rupa, dan lain-lain.
Jika dilihat diatas ada “arti” dan definisi yang menguraikan pengertian tentang apakah pengetahuan budaya
yang apabila kita perbandingkan dengan Ilmu Ekonomi, Agama, Hukum, Politik akan Nampak mempunyai
luas jelajah (teba = Bhs. Jawa), dan tekanannya. Dengan demikian disini jelas dapat dibandingkan acara
pengertian the humanities (Ilmu Budaya Dasar) dengan Culture (Kebudayaan). The Humanities atau
Humaniora itu menurut l. Wilarjo adalah : sikap dan perilaku masal moral manusia terhadap sesamanya. Jadi
Humaniora ini dilihat dari definisi L. Wilarjo sebagai seperangkat sikap dan perilaku manusia, Jika dirinci,
maka tujuan pengajaran Ilmu Budaya Dasar itu adalah:
1. Lebih peka dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, serta lebih bertanggung jawab
terhadap masalah-masalah tersebut.
2. Mengusahakan kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
3. Menyadarkan mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati serta
simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
4. Mengembangkan daya kritis terhadap persoalan kamanusiaan dan daya kebudayaan.
5. Memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
6. Menimbulkan minat untuk mendalaminya.
7. Mendukung dan mengembangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8. Tidak terjerumus kepada sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin ilmu.
9. Menambah kemampuan mahasiswa untuk menanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat
Indonesia dan dunia tanpa terikat oleh disiplin mereka.
10. Mempunyai persamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan
kebudayaan.
11. Terjalin interrelasi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan komunikatif.
12. Menjembatani para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah
kemanusiaan dan budaya.
13. Memperlancar pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai
cendekiawan yang berlatar belakang pendidikan berbeda.
14. Agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
15. Agar dapat memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya darma pendidikan.
b. Ruang Lingkup Kajian
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah dikemukakan tersebut diatas, ada dua masalah yang bisa
dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Kedua masalah tersebut ialah :
a. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang
dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik dari segi masing-masing
keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antara bidang) berbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya.
b. Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam
kebudayaanya masing-masing zaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, social
dan budaya, manusia tidak hanya mewujudkan kesamaan-kesamaan, akan tetapi ketidak seragaman yang
diungkapkan secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak
ungkapan, pikiran dan persamaan, tingkah laku, dan kelakuan mereka
Menilik masalah pokok yang biasa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut diatas, Nampak
dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subyek
akan tetapi sekaligus obyek pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subyek akan tetapi sekaligus obyek
pengkajian Bagaimana hubungan manusia dengan alam sesama manusia dirinya sendiri, nilai-nilai manusia
dan bagaimana pula hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sentral dalam Ilmu Budaya Dasar.
4. Berusaha menjembatani akademisi kita, agar lebih dapat berdialog satu sama lain. Dengan memiliki bekal
yang sama, diharapkan agar para akademisi dapat lebih lancar berkomunikasi.
Kalau cara berkomunikasi ini baik, akan memperlancar pelakssanaan pembangunan dalam berbagai bidang
keahlian. Spesialisasi yang keterlaluan membuat dunia seorang sarjana menjadi sebuah kamar sempit.
Sedangkan masyarakat yang percaya modernisasi akan tidak bisa memanfaatkan secara penuh sarjana-
sarjana itu, sebab dalam proses modernisasi membutuhkan orang yang berpengalaman luas.
Tim IBD dari Konsorsium sudah berusaha mengadakan pembagian masalah-masalah tersebut secara
fleksibel. Pada tahun 1972 misalnya, masalah-masalah tersebut dibagi menjadi 10 tema atau 10 topik :
1. Manusia dan pandangan hidup
2. Manusia dan asuhan
3. Manusia dan tanggung jawab
4. Manusia dan cinta kasih
5. Manusia dan kegelisahan
6. Manusia dan derita (penderitaan)
7. Manusia dan harapan
8. Manusia dan ketulusan
9. Manusia dan pengabdian
10. Manusia dan keadilan
Pada tahun 1973, Tim IBD membagi masalah-masalah tersebut menjadi 15 tema atau topik, yang disusun
sesuai dengan “lingkungan hidup manusia”.
1. Kelahiran
2. Kebahagiaan dan humor
3. Cinta kasih dan keterbukaan
4. Kedirian manusia dan perkelaminan
5. Pengeluaran, pemanfaatan, dan penaklukan alam
6. Keindahan dan khayalan
7. Kekuatan dan kehormatan
8. Kedakuan, pembrontakan, dan perbudakan
9. Penderitaan
10. Keadilan dan hak
11. Kebebasan
12. Kebijaksanaan dan pandangan hidup
13. Kerinduan illahi
14. Iman dan kesucian
15. Kematian
Kemudian pada tahun 1978, Tim IBD menyusun kembali masalah-masalah tersebut menjadi 7 topik yaitu :
1. Keadilan
2. Tanggung jawab
3. Cinta kasih
4. Pengabdian
5. Harapan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
Dan pada tahun 1980 Tim IBD merumuskan menjadi 8 topik:
1. Pandangan hidup
2. Keindahan
3. Cinta kasih
4. Tanggung jawab dan pengabdian
5. Keadilan
6. Kegelisahan
7. Penderitaan
8. Harapan
Akhirnya pada tahun 1982 Konsorsium menurunkan rumusan terbaru sebagai berikut:
Mata kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
Kedua masalah pokok tersebut diatas, sudah barang tentu masih memerlukan penjabaran lebih lanjut untuk
bisa dioprasionalkan. Rumusan masalah-masalah yang akan dikaji dalam Ilmu Budaya Dasar diformulasikan
kedalam suatu tema, yaitu manusia sebagai makhluk Budaya. Tema ini akan dikembangkan lebih lanjut
kedalam delapan pokok bahasan, dan sub pokok bahasan, yaitu:
1. Manusia dan cinta kasih :
– Cinta antara Pria dan Wanita
– Kekeluargaan
– Persaudaraan
2. Manusia dan keindahan
– Kontemplasi
– Ekstasi
3. Manusia dan penderitaan :
– Nasib buruk
– Penyesalan
– Kehilangan yang dicintai
4. Manusia dan keadilan
– Rasa keadilan
– Perlakuan yang adil
5. Manusia dan pandangan hidup
– Cita-cita
– Kebajikan
6. Manusia dan tanggung jawab serta pengabdian :
– Kesadaran
– Kewajiban
– Pengorbanan
7. Manusia dan kegelisahan :
– Keterasingan
– Kesepian
– Ketidakpastian
8. Manusia dan harapan :
– Kepercayaan diri
– Gairah mengatasi kesulitan
Dari pengembangan masalah-masalah tersebut di atas Nampak sekali bahwa orientasi dalam Ilmu Budaya
Dasar memang tidak terlepas dari masalah-masalah manusia dan kebudayaannya.
Kedelapan pokok bahasan (beserta sub pokok bahasan) tersebut diatas pada dasarnya termasuk dalam
karya-karya yang tercakup dalam pengetahuan budaya (the humanities).
Dan sebagaimana dikemukakan, untuk mendekati masalah yang akan dikaji dengan ilmu budaya dasar, bisa
digunakan cabang-cabang pengetahuan budaya, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan antara
berbagai bidang. Perwujudan mengenai cinta kasih, misalnya terdapat dalam karya-karya sastra, tarian,
music, filsafat, lukisan, patung dan lain sebagainya yang semuanya merupakan benda-benda budaya. Untuk
itu pokok bahasan mengenai manusia dan cinta kasih dapat didekati dengan menggunakan karya-karya
tersebut.
Dengan penyusunan tema-tema semacam itu, dimaksudkan agar mahasiswa mudah mengidentifikasikan
dengan masalah yang dibahas dan untuk menunjukan bahwa hal-hal yang didiskusikan sesuai dengan
pengalaman hidup manusia.
Disamping itu agar mahasiswa juga dapat memperhatikan norma-norma yang membantu pendidikan.
Walaupun penyusunan semacam itu diharapkan untuk mendekatkan dengan pengalaman mahasiswa, masih
terbuka kemungkinan untuk menyesuaikan dengan kondisi tempat belajar daerah setempat.
Perlu diketahui bahwa ada dua hal masalah pokok yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, yaitu:
1. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang
dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities) baik dari segi masing-masing
keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya.
2. Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan
masing-masing jaman dan tempat. Dalam melihat dan menghadapi lingkungan alam, social, dan budaya,
manusia tidak hanya menunjukan kesamaan-kesamaan, tetapi juga ketidak seragaman, yang diungkapkan
secara tidak seragam, sebagaimana yang terlihat ekspresinya dalam berbagai bentuk dan corak ungkapan,
pikiran dan perasaan, tingkah laku, dan hasil kelakuan mereka.
Menilik kedua masalah pokok yang bisa dikaji dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tersebut diatas, Nampak
dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral dalam pengkajian. Manusia tidak saja sebagai subyek
akan tetapi sekaligus obyek pengkajian. Bagaimana hubungan manusia dengan alam, sesama manusia,
dirinya sendiri, nilai-nilai manusia dan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan menjadi tema sentral
dalam Ilmu Budaya Dasar.
MASALAH KEBUDAYAAN
1. Pengertian Kebudayaan dan Peradaban
Apakah kebudayaan itu?
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), berasal dari
perklataan Latin; “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini bertkembanglah arti culture sebagai “segala daya
dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakaan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu pengembangan dari kata majemuk
budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa; dan kebudayaan adalah hasil dari cipta,
karsa dan rasa tersebut.
Mengenai definisi “kebudayaan”, telah banyak sarjana-sarjana ilmu social yang mencoba menerangkan, atau
setidak-tidaknya telah menyusun definisinya. Ada 2 orang sarjana antropologi yaitu A.L Kroeber dan C.
Kluckhohn, yang pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi tentang paham kebudayaan yang
termaktub dalam banyak buku-buku yang berasal dari banyak pengarang dan sarjana. Terbukti ada 160
macam tentang kebudayaan, yang kemudian dianalisis dicari intinya dan diklasifikasikan dalam berbagai
golongan, dan kemudian hasil penyelidikan itu diterbitkan dalam suatu kitab bernama “Culture, A critical
Review of Concepts and Definitions 1952”.
Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah
E.B. Taylor, yang menulis dalam bukunya yang terkenal: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Definisi lain dikemukakan oleh R. linton dalam buku: “The Cultural background of personality”, bahwa
kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur-unsur
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
C.Kluckhohn dan W.H Kelly mencoba merumuskan definisi tentang kebuadayaan sebagai hasil Tanya jawab
dengan ahli-ahli antropologi, ahli hukum, ahli psikologi, ahli sejarah, filsafat dan lain-lain. Rumusan itu
berbunyi bahwa: kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah, yang explicit, implisit,
rasional, irrasional yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah
laku manusia.
Dari definisi-definisi tersebut tersebut diatas dapatlah kita tarik kesimpulan, bahwa bagi ilmu sosial, arti
kebudayaan adalah amat luas, yeng meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata
kelakuan yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Dan didalam bahasa Inggris kata culture itu dalam abad yang lalu mengalami pergeseran arti sebagai berikut:
a. A general state or habit of the mind.
b. The general state og intellectual development in a Sosiety as a whole.
c. The general body of the arts.
d. A whole way of life, material, intellectual dan spiritual.
Didalam masyarakat ramai kebudayaan sering diartikan sebagai the general body of the arts, yang meliputi
seni sastra, seni music, seni pahat, seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari
kehidupan manusia. Dalam penggunaan seperti inipengertian kebudayaan ditempatkan disamping
pengertian ekonomi, politik, hukum, sedang dalam pengertian ilmu social kebudayaan adalah seluruh cara
hidup sesuatu masyarakat.
Disamping definisi-definisi tersebut diatas, masih banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana-
sarjana Indonesia seperti:
1. Sutan Takdir Alisyahbana : Kebudayaan adalah manifestasi dari suatu bangsa.
2. Dr. Moh. Hatta : Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
3. Mangunsarkoro : Kebudayaan adalah ssegala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam ari yang seluas-
luasnya.
4. Haji Agus Salim : Kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budai dan daya menjadi makna sejiwa
dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
5. Dawson dalam bukunya “Age of the Gods”, Kebudayaan adalah cara hidup bersama (Culture is a common
way of life).
6. E.B. Tylor (sarjana Inggris)dalam bukunya: “primitive Culture” 1873; Culture is that complex whole which
includes knowlwdge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities acquired by man as a member
of society. Maksudnya: kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, susila, hukum, adat-
istiadat dan kesanggupan-kesanggupan lain yang diperoleh seseorang sebagaio anggota masyarakat.
7. Drs. Sidi Gazalba : kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruangan dan suatu
waktu.
Sepintas lalu definisi-definisi tersebut kelihatan berbeda-beda, namun sebenarnya prinsipnya sama, yaitu
sama-sama mengakui adanya ciptaan manusia. Dapatlah kiranya ini kita tarik kesimpulan bahwa ;
kebudayaan adalah hasil bguah budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Hasil buah budi (budaya) manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 macam :
1. Kebudayaan material (lahir), yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: rumah, gedung, alat-
alat senjata, mesin-mesin, pakaian dan sebagainya.
2. Kebudayaan immaterial (spiritual = batin), yaitu : kebudayaan, adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan
dan sebagainya.
Kebudayaan dan Perdaban
Peradaban berasal dari kata adab yang artinya kesopanan, kehormatan, budi bahasa, etiket dan sebagainya.
Lawan dari kesopanan yaitu biadab, kasar, kurang ajar, tak tahu pergaulan dan sebagainya.
Menurut ahli antropologi De Haan, peradaban diperlawankan dengan kebudayaan. Peradaban adalah
seluruh kehidupan social, politik ekonomi dan ilmu teknik, jadi semua bidang kehidupan untuk kegunaan
praktis.
Sedangkan kebudayaan adalah semua yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih tinggi dan murni yang
berada diatas tujuan praktis dalam hubungan masyarakat misalnya music, puisi, etik, agama, ilmu filsafat dan
lain-lain. Jadi lapisan atas adalah kebudayaan, sedang lapisan bawah adalah peradaban.
Kaum Humanis (pendukung De Haan) menganggap bahwa penguasaan kehidupan praktis (peradaban) atas
kehidupan rohaniah hanya mementingkan penguasaan kehidupan sehari-hari atau kehidupan material
semata-mata, sedang dipihak lain hanya mementingkan kehidupan rohaniah atau kebudayaan.
Hal ini ditentang oleh golongan lain yang menganggap bahwa tertib social, ekonomi, politik, hukum, ternyata
tidak hanya mementingkan soal keperluan praktis tetapi ia juga menyinggung kehidupan kebudayaan dan
harus dibentuk oleh manusia berdasarkan pandangan kebudayaan.
Seorang sarjana lain yaitu Sedilot mengatakan, bahwa peradaban adalah khazanah pengetahuan dan
kecakapan teknis yang meningkat dari angkatan dan sanggup berlanjut terus. Tak ada suatu kawanpun yang
suka mencari, memperkaya,mewariskan pengetahuan atau kebudayaan kecuali manusia.
Ditinjau dari segi morfologi, peradaban mempunyai pengertian lain. Apalagi kebudayaan itu sampai tingkat
yang bersifat mesin, sehingga ia membeku, berarti ia sampai pada tingkat peradaban. Demikian sebaliknya.
Akhirnya sarjana antropologi Beals dan Hoiyer mengatakan apabila peradaban (civilization) sama dengan
kebudayaan (culture), apabila dipandang dari segi kualitasnya; tetapi berbeda dalam kuantitas, isi dan
kompleks pola-polanya.
Pengaburan peradaban dan kebudayaan
Pada masa sekarang kedua istilah ini boleh dikatakan kabur dalam pemakaiannya. Pengertian yang umum
dipakai yaitu bahwa peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang bertujuan untuk memudahkan dan
mensejahterakan hidup, misalnya :
– Ilmu teknik yang melahirkan alat-alat atau mesin-meesin untuk mempraktiskan, member comfort kepada
manusia.
– Auto mobil sebagai pengganti pikulan, member comfort.
– Fulpen sebagai pengganti bulu, member comfort dan sebagainya.
Bagaimana hubungan antara peradaban dan kebudayaan? Hubungan antara keduanya ternyata menentukan
pengertian perbedaan, yaitu ternyata manifestasi cara beerfikir dan merasa untuk mempraktiskan dan
memberikan comfort dalam kehidupan.
2. Wujud Kebudayaan dan unsur-unsurnya
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguraikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam, yaitu:
1) Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan
sebagainya.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksaktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan, sifatnya astrak, tak dapat diraba dan difoto. letaknya dalam
alam pikiran manusia. Sekarang kebuadayaan ideal ini banyak tersimpan dalam arsip kartu computer, pita
computer, dan sebagainya. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan
member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling
berkaitan menjadi suatu sistem, disebut sistem budaya atau cultur system, yang dalam bahasa Indonesia
disebut adat istiadat.
Wujud kedua adalah yang disebut sistem social atau social system, yaitu mengenai tindakan berpola manusia
itu sendiri. Sistem social ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi satu dengan lainnya dari
waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bisa bervariasi,
difoto dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat.
Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bisa diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan
tersebut diatas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal dan
adat-istiadat mengatur dan mengarahkan tindakan manusia baik gagasan, tindakan dan karya manusia,
menghasilkan benda-benda kebudayaan secara fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk lingkungan
hidup tertentu yang makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamnya sehingga bisa mempengaruhi pola
berfikir dan perbuatannya.
Adapun unsur kebudayaan yang bersifat universal yang dapat kita sebut sebagi isi pokok tiap kebudayaan
didunia ini, ialah:
1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia sehari-hari misalnya: pakaian, perumahan, alat rumah tangga,
senjata dan sebagainya.
2) Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi, misalnya: pertanian, peternakan, sistem produksi.
3) Sistem kemasyarakatan, misalanya: kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan.
4) Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
5) Ilmu Pengetahuan.
6) Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak.
7) Sistem religi.
Masing-masing unsur kebudayaan universal ini pasti menjelma dalam ketiga wujud budaya tersebut diatas,
yaitu wujud sistem budaya, sistem social, dan unsur budaya fisik.
Dengan demikian sistem ekonomi misalnya, mempunyai wujud sebagai konsep-konsep, rencana-rencana,
dan kebijaksanaan yang berhubungan dengan ekonomi, tetapi juga mempunyai wujud berupa tindakan dan
interaksi berpola antara produsen, pedagang dan konsumen. Selain itu dalam sistem ekonomi tedapat juga
unsur-unsurnya yang berupa peralaan dan benda-benda ekonomi. Demikian pula sistem religi misalnya
mempunyai wujudnya sebagai sistem keyakinan dan gagasan tentang Tuhan, dewa dan roh halus, tetapi
mempunyai wujudnya juga berupa upacara-upacara, selain juga mempunyai wujud sebagai benda-benda
religius.
Perlu dimengerti bahwa unsur-unsur kebudayaan yang membentuk struktur kebudayaan itu tidak berdiri
lepas dengan lainnya. Kebudayaan bukan hanya sekejumlah dari unsure-unsurnya saja, melainkan
merupakan keseluruhan dari unsur-unsur tersebut yang saling berkaitan erat (integrasi), yang membentuk
kesatuan yang harmonis. Masing-masing unsur saling mempengaruhi secara timbale balik. Apabila terjadi
perubahan pada salah satu unsur, maka akan menimbulkan perubahan pada unsur yang lain pula.
Contohnya :
a)Modernisasi dibidang pertanian, misalnya dalam bentuk mekanisasi, akan membawa perubahan pada
masyarakat desa. Alat mesin pertanian akan mengganti peran hewan lembu dan alat-alat tradisional
(misalnya : bajak, pacul, sabit). Disamping itu juga bisa menghambat sikap gotong royong dan menghilangkan
berbagai macam upacara tradisional, misalnya sesaji kepada Dewi Sri, bersih desa, selametan dan
sebagainya. Dengan factor-faktor itu bisa terjadi pengangguran dan kegoncangan dalam masyarakat.
b) Apabila dalam masyarakat ada larangan menghisap rokok, maka akan berakibat luas. Misalnya buruh
pabrik rokok akan berhenti bekerja, seni membuat bungkus rokok lenyap, petani tembakau akan kehilangan
mata pencahariannya, pajak pendapatan pemerintah dari pabrik rokok akan hilang, terjadilah pengangguran
yang bisa berakibat naiknya tingkat kejahatan.
3. Hubungan antara Manusia, Masyarakaat dan kebudayaan
1. Hubungan Manusia dengan Masyarakat.
Manusia hidupnya selalu didalam masyarakat. Hal ini bukan hanya sekedar ketentuan (konstateren) semata-
mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam, yaitu bahwa hidup bermasyarakat itu adalah rukun bagi
manusia agar benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaanya. Tanpa
masyarakat hidup manusia tidak dapat menunjukan sifat-sifat kemanusiaan. Misalnya Caspar hausyang
berumur 18 tahun dia adalah anak yang ditemukan di Neurenberg (Jerman) belum pernah hidup
bermasyarakat. Ternyata setelah dibawa ke dalam kehidupan masyarakat, ia tidak dapat berjalan dan
berbahasa. Demikian pula Kala dan Komala, 2 orang anak perempuan yang ditemukan dalam sarang srigala di
India juga mempunyai sifat-sifat seperti tersebut diatas.
2. Hubungan Manusia dengan Kebudayaan
Dipandangdari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
– Manusia sebagai makhluk biologi
– Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan sebagai makhluk sosio-
budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup
manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan
berdasarkan pengalamannya. Juga memahami, menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat
manusia.
Akhirnya terdapat suatu konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisis masalah-masalah hidup
social kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya
manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedangkan pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut.
Mengapa hanya manusia saja yang dapat memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar
dan dapat memahami bahasa, yang kesemuanya itu bersumber pada akal manusia.
Kesimpulannya: bahwa hanya manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaiknya tidak ada
kebuayaan tanpa manusia.
3. Hubungan masyarakat dengan kebudauyaan
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama, dan
mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama.
Dalam masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru,
sehingga penimbunan (petandon) itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya. Memang
kebudayaan itu bersifat comulatif, bertimbun, dapat diibaratkan : manusia adalah sumber kebudayaan, dan
masyarakat adalah danau besar, dimana air dari sumber-sumber itu mengalir dan tertando. Manusia
mengangsu/mengambil air dari danau itu. maka dapatlah dikatakan manusia itu “mengangsu apikulan warih”
(ambil air berpikulan air), sehingga tidaklah habis air dalam danau itu, melainkan bertambah banyak karena
selalu ditambah oleh orang yang mengangsu itu. jadi erat sekali hubungan antara masyarakat dengan
kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat, dan eksistensi masyarakat itu hanya
dapat di mungkinkan oleh adanya kebudayaan.
4. Hubungan manusia, masyarakat dan kebudayaan
Dengan melihat uraian tersebut diatas, maka ternyata bahwa manusia, masyarakat dan kebudayaan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat lagi dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga unsur
inilah kehidupan makhluk social berlangsung.
Masyarakat tidak dapat dipisahkan daripada manusia, karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat
yaitu hidup bersama-sama dengan manusai lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan
hak. Sebaliknya manusai pun tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah
mengalami hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat manusianya yaitu mencapai
kebudayaan. Dengan kata lain dimana orang hidup bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan.
Adanya kebudayaan didalam masyarakat itu merupakan bantuan yang besar sekali pada individu-individu,
baik sejak permulaan adanya masyarakat sampai kini, di dalam melatih dirinya memperoleh dunianya yang
baru. Dari setiap generasi manusia, tidak lagi memulai dan menggali yang baru. Tetapi menyempurnakan
bahan-bahan lama menjadi yang baru dengan berbagai macam cara, kemudian sebagai anggota generasi
yang baru itu telah menjadi kewajiban meneruskan kegenerasi selanjutnya segala apa yang mereka telah
pelajari dari maasa lampau dan apa yang mereka sendiri tealh tambahkan pada keseluruhan aspek
kebudayaan itu.
Setiap kebudayaan adalah sebagai jalan atau arah didalam bertindak dan berfikir, sehubungan dengan
pengalaman-pengalaman yang fundamental, dari sebab itulah kebudayaan itu tidak dapat dilepaskan dengan
individu dan masyarakat.
Dan akhirnya dimana manusia hidup bermasyarakat disanalah ada kebudayaan, dan kesemuanya menjadi
benda penyelidikan sosiologi.
4. Masalah Kebudayaan Soal Kehidupan
Dalam pembicaraan sehari-hari amatlah mudah kita mengucapkan “kebudayaan”. Dalam pidato dan tulisan,
orang sering sekali menggunakan kata ini. Tetapi kalau ditanyakan pada kita, apakah itu kebudayaan, barulah
disadari bahwa menyussun definisinya tidak semudah memakai katanya. Bukan orang awam saja yang sukar
menjawabnya, bahkan para ahli budaya dan budayawan bertikai dalam jawaban.
Mereka menggunakan definisi yang beragam sekali, sehingga kita dibawanya kebidang simpang siur
pengertian. Kepada kata yang satu itu diberikan bermacam-macam definisi, diisikan berbagai pengertian ke
dalamnya. Menghadapi demikian banyak definisi, pengertiannya tidak bertambah terang. Melainkan
sebaliknya.
Keragaman definisi rupanya sudah menjadi nasib dari kata yang melambangkan pengertian abstrak,
terutama yang penting fungsinya dalam suatu cita, pandangan atau aliran paham. Dengan tujuan untuk lebih
memperjelasb klata, seringkali ahli mencoba merumuskan definisi yang sudah ada yang dianggap tidak
cukup. Baru terasa lengkap, kalau ditambahkan dengan definisi baru.
Definisi-definisi itu memperlihatkan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Tetapi dalam perbedaan
itu ada persamaan. Persamaanya terletak dalam pengakuan bahwa kebudayaan itu berhubungan dengan
manusia. Karena itu Bernet Kempers (Guru Besar AntropologiUniversitas Indonesia 1954) dalam menjawab
apa itu kebuadayaan, memulangkan pertanyaan kepada : apa itu manusai. Apabila diperbandingkan manusai
dengan hewan dapat disimpulakan bahwa hanya manusialah yang berkebudayaan. Apakah hewan tidak
berkebudayaan? Kenapa manusia berkebudayaan dan heawan tidak berkebudayaan ? padahal dilihat dari
segi jassmaniah tidak ada perbedaan principal antara hewan danh manusia.
Teori evolusi hayat mempelajari binatang satu sel dan manusia dalam satu garis. Deretan antara kedua
makhluk itu adalah tingkatan-tingkatan evolusi hayat. Binatang satu sel = awal evolusi, dan manusia = akhir
evolusi. Lebih nyata ketiadaan beda principal itu kalau diperbandingkan jenis antropide (bangsa kera tingkat
tinggi) dan jenis manusia. Dalam fisik, kedua jenis makhluk itu ternyata tidak berbeda.
Apabila diteliti dengan sungguh-sungguh akan kita ketahui bahwa perbedaan itu terletak apad esensi atau
hakikat manusia, yaitu sesuatu yang ada pada manusia, tetapi tidak ada pada hewan. Sesuatu yang
membedakan secara mutlak manusia dan hewan. Hakekatnya itu ialah jiwa atau roh. Manusia mempunyai
jiwa, dan hewan tidak.
Manusia yang mempunyai jiwa, mempunyai pula kebudayaan. Hewan yang tidak mempunyai jiwa, tidak pula
mempunyai kebudayaan. Kesimpulannya: bahwa jiwalah yang sesungguhnya menyebabkan adanya
kebudayaan. Yang membedakan manusia dan hewan secara abstraknya adalah jiwa yang merupakan sumber
dari ciptaan kebudayaan. Peristiwa kebudayaan adalah soal kejiwaan.
Kita akan lebih dalam memahami kebudayaan, apabila kita membandingkan makhluk yang berkebudayaan
dengan makhluk yang juga memiliki hayat, tetapi tidak berkebudayaan, yaitu antara manusia dengan hewan.
Dipandang dari ilmu hayat, Huxley menyimpulkan perbedaan itu dalam pokok-pokok:
1. Manusia mempunyai otak sempurna, yang member kemungkinan untuk berfikir, berbicara, belajar dan
menggunakan alat-alat .
2. Manusia satu-satunya makhluk yang tegak lurus.
3. Manusia satu-satunya makhluk yang memerlukan masa pertumbuhan yang lama.
4. Jumlah embrio pada manusia kebanyakan satu.
5. Manusia tidak mempunyai rambut penutup badan.
Apabila ditinjau secara mendalam perbedaan-perbedaan yang dikemukakan diatas, akhirnya ia dapat
dipandang sebagai perincian dari sebab adanya roh apad manusia dan ketiadaannya pada hewan dan
tanaman. Adanya jiwa pada manusia melahirkan rentetan perbedaan dari hewan dan tanaman. Rentetan
perbedaan itulah selanjutnya melahirkan kebudayaan dalam masyarakat manusia. Huxley sekalipun ia
pendukung utama dari Darwinisme sekarang ini, namun ia juga mengakui bahwa tingkat manusia itu adalah
tertinggi dan mempunyai kedudukan yang istimewa.
Islam menyatakan dalam Al-qur’an:
“kami muliakan anak-anak Adam, Kami lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang bkami ciptakan,
dengan kelebihan yang sempurna”. (QS> Al- Isra’ : 70)
“Tuhan yang menjadikan bumi buat kamu untuk tempat tinggal dan langit menjadi atap, dan dibentuk_Nya
rupamu dan dibuat-Nya rupamu yang baik serta diberi-Nya kamu rezeki dengan barang-barang yang baik”.
(QS. Al-Mukminun : 64)
“ Tuhan berfirman kepada malaikat : Aku tempatkan khalifah di bumi”. (QS. Al-Baqarah : 30)
Dan wakil Tuhan itu adalah manusia.
Demikianlah pengakuan ilmu, filsafat dan islam, bahwa manusia itu jenis yang sempurna, namun ia tetap
makhluk. Tuhanlah yang terunik dan tersempurna. Apabila tuhan menciptakan sesuatu cukup mengatakan
kepadanya “Kun Fa Yakun”, yang artinya : “Ada, maka terciptalah”. (Q An-Nahl : 40)
Manusia mencipta dari apa yang ada. Ciptaan manusia yang dinamakan kebudayaan, sesungguhnya hanya
mengubah kenyataan saja. Kenyataan itu adalah alam, baik alam diluar maupun didalam diri manusia itu
sendiri. Manusia bertindak terhadap kenyataan, berlaku dan berbuat, alam itu memenuhi kebutuhannya
dalam rangka inilah Montagu berdalil : “ Kebudayaan terdiri dari jawaban manusia terhadap kebutuhan-
kebutuhan asasnya. Jadi istilah cipta Tuhan berarti mengadakan alam. Istilah cipta manusia adalah mengubah
alam. Dengan demikian manusia sesungguhnya mencipta diatas cipta Tuhan. Tuhan adalah pencipta
pertama; manusia adalah pencipta kedua. Sebagai encipta kedua inilah Tuhan berfirman kepada malaikat :
“Aku menempatkan khalifah di bumi”.
Manusia mengubah alam dengan cipta, laku dan perbuatannya. Alam, dimana tidak ada bekas tangan
manusia, disitu belum ada kebudayaan. Alam disini masih dalam bentu ciptaan yang pertama. Cipta dan laku
perbuatan manusia itu bersumber pada jiwa, dilahirkan oleh jiwa. Karena itulah hewan tidak dapat
mengubah alam, karena ia tidak punya jiwa. Karena itu pula ia tidak berkebudayaan. Bahkan hewan dijadikan
objek oleh manusia untuk diubah bagi keperluannya.
Kebudayaan adalah kenyataan yang dilahirkan manusia dengan perbuatan. Kebudayaan tidak saja asalnya,
tapi juga kelanjutannya bergantung pada perbuatan manusia. Dan perbuatan manusai bergantung pada
jiwanya. Demikianlah dibelakang tiap-tiap apa yang diartikan dengan kebudayaan terdapat jiwa manusia.
Bahwa sumber dari tiap-tiap apa yang di katakana : kebudayaan adalah jiwa dengan berpangkal kepada
kejiwaan, dapat disusun satu definisi yang akan menjadi rumusan pengertian kebudayaan.
Tiap-tiap definisi pikiran dan perasaan adalah yang merupakan inti definisi. Jalinan fikiran dan perasaan
melahirkan kemauan. Kemauan adalah awal perbuatan. Laku perbuatan dijalankan jasmani manusia,
terutama oleh tangan. Dan semua cipta dan laku perbuatan yang dikerjakan manusia sehari-hari, atas selama
kehidupannya dalam rangka hubungan dengan manusia lain dan alam, masuk lapangan kebudayaan.
Apakah yang dilakukan dan diperbuat manusia dalam kehidupan? Ini dapat dibagi dalam 7 faset: 1. Bidang
social, 2. Bidang ekonomi, 3. Politik, 4. Pengetahuan, 5. Teknik, 6. Kesenian, 7. Filsafat dan agama. Bidang-
bidang dan cabang kehidupan ini disebut : cultural universals. Dan tiap-tiap cabang kebudayaan tersebut
bersumbet pada pikiran atau perasaan, atau pada kedua-duanya, dengan perkataan lain: bersumber pada
jiwa.
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
1. Manusia dan Tanggung jawab
Pengertian yang kita peroleh sehari-hari untyuk kata “pertanggungjawaban” dari kata “tanggung jawab”
yaitu beban psikis (kejiwaan) yang melandasi pelaksanaan kewajiban (atau dalam melakukan kewajiban) dari
tugas tertentu.
Kesanggupan seseorang terhadap suatu tugas wajib atau kemudian disebut kewajiban, akan berakibat suatu
celaan atau menerima akibat tertentu jika tidak dilaksanakan. Apabila meninggalkan tugas wajib dapat
diartikan melupakan kewajiban atau tak bertanggung jawab. Sebagai contoh misalnya, “ seorang guru sudah
sanggup menerima tugas mengajar sebuah mat pelajaran disuatu kelas, maka untuk itu ia akan menerima
imbalannya. Kalau ia tidak melaksanakan tugas tadi (wajib), maka tanggung jawab moralnya dianggap rendah
atau bahkan disebut tak punya tanngung jawab moral. Jadi dengan adanya kewajiban itu ia memiliki
tanggung jawab karena ia melakukan tugas wajib, sehingga pernyataan bahwa: ia tidak mempunyai
kewajiban berbeda dengan ia tidak punya tanggung jawab. Sebab ada orangbyang punya tugas wajib tetapi
dapat pula dilakukan tanpa tanggung jawab.
Dalam agama Islam ada tugas yang bersifat :
1. Wajib (fardhu), artinya suatu tugas yang “harus” dilaksanakan, atau tugas yang tidak boleh ditinggalkan
kalau tidak dikerjakan menerima sanksi berupa “dosa” bahkan dapat dianggap meninggalkan perintah
“Allah”.
2. Sunnah, artinya tugas atau perintah Allah, yang bila dikerjakan mendapat pahala, sedang jika tidak
dikerjakan tidak berdosa.
Rupanya dari tugas wajib (fardhu) inilah masyarakat luas mengetrapkan agar orang yang mempunyai tugas
kewajiban diharapkan akan melaksanakan secara sungguh-sungguh, atau secara penuh tanggung jawab.
Biasanya dapat kita ketahui lahirnya kewajiban-keawajiban ini adalah karena adanya hubungan hidup
manusia antara :
1. Manusia dengan manusia lain, dan
2. Manusia dengan tuhannya
Tanggung jawab yang diterima seseorang karena ia menerima kewajiban-kewajiban untuk mengabdikan
dirinya kepada manusia/orang selain dirinya :
a. Terhadap ibu bapak, teman-teman kelompoknya atau terhadap istri dan anak-anaknya.
b. Terhadap Negara yang dipimpin oleh para pemegang tempat kepemimpinan negaranya.
Dan ada tanggung jawab yang diperoleh karena sebagai makhluk Tuhan, ia menerima perintah untuk
melaksanakan (yang berwujud) tugas kewajiban menyembah atau berbakti kepada Allah.
Disamping kewajiban social kemasyarakatan, keluarga dan ke Tuhanan ada pula kewajiban yang datangnya
dari dalam diri nya sendiri. Ini biasanya dikaitkan dengan nilai-nilai yang diterima dan diintegrasikan dalam
dirinya, kemudian dijadikan harapan-harapan untuk dicapainya.
Telah kita ketahui bersama bahwa kebutuhan hidup manusia meliputi:
1. Kebutuhan hidup jasmani
2. Kebutuhan hidup kejiwaan dan rohani, serta
3. Kebutuhan hidup berteman atau social kemasyarakatan.
Tanggung jawab terhadap keluarga (bagi mereka yang sudah berkeluarga) berarti ia harus menjalankan tugas
kewajiban dalam menghidupi keluarganya : istri dan anak-anaknya meliputi kejasmanian, hidup kejiwaan dan
kerohanian seperti.
a. Mencari nafkah jasmani, yaitu makan, minum, pakaian
b. Nafkah batin bagi istri.
c. Mencarikan pengetahuan atau pendidikan (pengetahuan umjun, keagamaan dan keterampilan).
Di Amerika ada pendidikan 4 H:
a. Hean (daya pikir)
b. Heart (daya perasaan)
c. Hand (daya keterampilan motorik), dan
d. Health (kesegaran atau kesehatan jasmani)
Kegiatan agama yang dilaksanakan oleh gereja disamping agama, juga 4 H tersebut ditunjang dan
dilaksanakan. Jika orang tua mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya tidak berarti bahwa semua tugas
pendidikan akan dikerjakan sendiri oleh orang tua, tetapi ia dapat menyerahkan “kewibawaan” kepada orang
dewasa lain sebagai petugas mendidik anak-anak (guru disekolah). Dan sebaliknya guru menerima
penyerahan tugas dari orang tua murid menerimanya sebagai kewajibannya yaitu member pelajaran dan
membimbingnya untuk mencapai apa yang dicita-citakan sianak dan orang tua. Sekaligus itu menjadi
tanggung jawab siguru tadi. Menurut Drijaraka S.J. mengenai manusia dan wajib ini ditekankan kepda; “wajib
bmencari arti ada dan hidup manusia, itulah salh satu dari wajib yang pokok dari manusia dalam abad atom
ini”. Dikatakan bahwa unsur-unsur wajib untuk mencari arti dan hidup itu meliputi:
1. Manusia harus berani menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang tealdan itu dengan sikap terbuka.
Manusia harus mencari kebenaran, atau jika sudah merasa mempunyai jawabannya, manusia harus benar-
benar mencari pertanggungjawabannya.
2. Manusia harus berani mengadakan konfrontasi antara pandangan hidupnya dengan macam-macam soal
dan pendapat baru yang timbul dalam macam-macam lapangan itu.
3. Bila manusia merasa sudah mempunyai pegangan yang dapat dipertanggungjawabkan maka manusia
harus berusaha membangun hidupnya sesuai dengan pandangannya itu.
Selanjutnya ditegaskan, bahwa manusia wajib menyadari pertanyaan tentang: arti ada dan hidup ini, dengan
sungguh-sungguh dan mencari jawabannya yang sebenarnya terutama kaum intelektual. Sebab hanya
dengan dasar itulah manusia dapat membangun kesusilaan, dank arena memiliki dann menjalankan
kesusilaan inilah manusia itu dapat dianggap sebagai hidup manusia adanya.
Tetapi kemudian bagaimana pendapat Prof. Drijakara mengenai arti tanggung jawab beliau? Dikatakan
bahwa manusia itu mempunyai hokum kodrat, agar suapaya ia menjadi manusia seutuhnya ia harus memiliki
sikap dasar, seperti siap sedia untuk semua kebaikan. Pendirian yang mendasar ini memuat banyak aspek.
Salah satu aspek itu ialah tanggung jawab. Bertanggung jawab berarti orang mengerti perbuatannya. Jadi
kalau dihubungkan dengan kewajiban menurut Prof. Drijarkara ini yaitu bahwa rasa tanggungjawab itu dapat
berupa siap sedia untuk melakukan manusia untuk mencari arti ada dan hidup ini. Hidup manusia diarahkan
untuk memiliki harga karena ia melakukan kesusilaan.
Pada diri anak kecil dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa tanggung jawab, sehingga apabila
perbuatan seperti bermain-main dapat berakibat kebakaran atau kecelakaan bagi pihak lain, ia (anak-anak)
tidak akan dituntut oleh hokum karena orang dewasa mengetahui bahwa mereka belum mengerti apa yang
dilakukan. Lalu dihubungkan antara kemerdekaan pada manusia dengan tanggung jawab. Dipandang dari
sudut kemerdekaan manusia, tanggung jawab berarti sikap atau pendirian yang menyebabkan manusia
menetapkan bahwa dia hanya akan menggunakan kemerdekaannya untuk melaksanakan perbuatan yang
susila. Dan sikap itu ditetapkan, karena manusia mengerti dan sadar akan tuntutan kodratnya. Itulah aspek
positifdari tanggung jawab. Itu semua dapat diberi arti bahwa manusia yang bertanggung jawab itu tidak
mau diombang-ambingkan oleh sentiment dan oleh perasaan-perasaan waktu melaksanakan tanggung jawab
itu.
Banyak karya-karya, cerpen dan novel mengetengahkan tema-tema yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas wajib dan tanggungjawab, begitu banyak film-film, baik Indonesia maupun Amerika, Inggris,Prancis
juga Jepang dan sebagainya. Tekanannya pada ketaatan memegang tanggung jawab dan konflik batin
maupun fisik dengan orang lain. Bahkan daloam cerita lahirnya huruf Jawa “ha na ca ra ka” itu dimulai tugas
dan tanggunng jawab yang saking setia teramat sangat pada raja maka terjadi clash fisik dengan sahabatnya
sendiri sampai gugur. Dan dapat kita sangkutkan antara tanggung jawab dengan :n kesetiaan kepada
pemimpin, kepada Tuhan, kesetiaan kepada keluarga maupun terhadap diri sendiri.
Dengan slogan; “pemuda adalah harapan nusa dan bangsa”, ‘hari depan bangsa terletak ditangan pemuda”,
atau “dunia masa depan milik kaum muda” teryata membuat rasa tanggungjawab pada diri kaum muda lebih
dirasakan menonjol, sehinggasemua perbuatan-perbuatan untuk tugass-tugas wajibnya akan lebih sungguh-
sungguh dan meyakinkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Kesanggupan seseorang untuk melaksanakan suatu tugas wajib (atau lazimnya disebut kewajiban) yang
diberikan kepadanya, dapat dikatakan bahwa ia bertanggungjawab, khususnya bertanggung jawab terhadap
selesainya tugas itu.
2. Tidak mempunyai kewajiban, tidak dapat disamakan dengan tidak mempunyai tanggung jawab, sebab
memang tidak ada kewajiban atau tugas yang harus dikerjakan.
3. Didalam ajaran islam dikenal adanya tugas-tugas yang bersifat wajib (fardhu) dan bersifat sunnah. Dari
fardhu inilahnampaknya, kemudian berkembang nilai-nilai tanggung jawab dikalangan mayarakat luas.
4. Kewajiban lahir karena adanya (a) hubungan antara manusia dengan manusia lain, (b) hubungan antara
manusia dengan Tuhannya, dan dari dalam bentuk dan kadar yang berbeda antara satu dengan lainnya.
5. Adakalanya sebagian dari tanggung jawab seseorang itu dilimpahkan kepada orang lain. Seorang guru
misalnya, dia menerima sebagian tanggung jawab orang tua dalam hal mendidik anaknya.
6. Dalam hubungannya dengan tanggung jaawab, Prof. Drijarkara mengatakan, bahwa manusia itu
mempunyai hokum kodrat. Agar ia menjadi manusia yang baik, ia harus memiliki sikap dasar, selalu selalu
siap sedia untuk berbuat kebaikan. Sikap dasar tersebut mempunyai banyak aspek. Salah satu aspek itu ialah
tanggung jawab. Bila dihubungkan dengan keawajiban, menurut beliau, rasa tanggung jawab itu dapat
berupa siap sedia untuk melakukan keawajiban.
7. Anak kecil, yang belum mampu menghayati nilai tanggung jawab, tidak dapat dituntutadanya suatu
tanggung jawab.
8. Dipandang dari segi kemerdekaan individu, maka tanggung jawab berarti sikap atau pendirian yang
menyebabkan seseorang menetapkan, bahwa ia hanya akan menggunakan kemerdekaannya untuk
melaksanakan perbuatannya yang susila. Sikap itu ditetapkan, karena manusia sadar dan mengerti akan
tuntutan kodratnya. Itulah aspek intelektif dari tanggung jawab.
Makna Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita
dengar
– Ia tidak percaya pada diri sendiri.
– Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya akan kebenarannya.
– Kitaharus percaya akan nasihat-nasihat kiai itu, karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran Al-Qur’an dan
sebagainya.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada
kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupakan hasil peyelidikan sendiri, melainkan
diterima dari orang lain,. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu dapat dipercaya. Yang
diselidiki buka lagi masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar
kewibawaannya yang memberi tahu mengenai pengetahuan itu makain besar kepercayaannya.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan, artinya diberitahukan oleh tuhan
langsung atau tidak langsung kepadda manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi
besarnya. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir bebas, hak atas
keyakinan sendiri menimbulkan juga hak beragam menurut keyakinan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama
itu. dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Misalnya adi beragama islam, maka yakinlah adi bahwa agama
itu benar. Kalau Adi tidak yakin bahwa agama itu benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya, kalau
orang lain beragama lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap kebenaran agama itu. keyakinan itulah
yang perlu dihormati. Hak atas keyakinan pribadi itu yang merupakan dasar dan penghargaan diri dari semua
orang seagama dengan dia, telah yang disebut toleransi.
Apakah Kebenaran itu
Sebelum kita melanjutkan pembicaraan mengenai bentuk-bentuk pernyataan kepercayaan, kiranya lebih
baik bila kita bicarakan dahulu arti kebenaran.
Kebenaran, menurut Poedjawiyatna dalam bukunya Etika Filsafat Tingkah Laku, merupakan cita-cita orang
yang tahu. Sudah tentu dalam hal ini kebenaran tersebut adalah kebenararan logis. Bagaimana sulitnya
mencapai kebenaran logis itu, tetapi benar-benar diusahakan orang. Tidak ada seorangpun yang suka akan
kekeliruan. Ini ternyata pula dalam usaha ilmu dalam mencapai kebenaran orang tidak memperhitungkan
susah payah dan biaya, tujuannya ialah kebenaran.
Manusia mempunyai bahasa sebagai alat komunikasi dalam bergaul. Pada manusia yang utama ialah bahasa
(lisan atau tertulis) yang terdiri dari kata-kata, yang digabungkan dalam bentuk kalimat. Dalam kalimat itu
tercetuskan suatu keputusan, yang merupakan hasil tahu.
Dapat pula dikatakan, bahwa orang yang tahu itu sebenarnya menyatakan sesuatu terhadap sesuatu. Sebab
kata-kata itu masing-masing menunjuik pengertian (hasil mengerti). Oleh karena tahu akan sesuatu, misalnya
tentang segitiga dan tahu pula tentang pengertian segitiga dan tahu pula tentang pengertian segitiga sudut,
mungkin orang akan menghubungkan pengertian segitiga dengan sudut, ada pula yang mengatakan, bahwa
tahu manusia dalam putusannya ialah tindakan mental manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu.
Kalau hubungan itu memang sebenarnya terdapat pada realitas, maka benarlah putusan itu, jika tidak makan
salahlah itu.
Rumus yang kedua tentang tahu dan putusannya itu lebih tepat, karena putusan yang merupakan hasil tahu
itu tidak salah harus dikatakan, diucapkan dengan entah secara lisan atau tertulis atau dengan perantaraan
lain apa pun juga. Mungkin juga putusan itu hanya terpendam dalam hati saja (seperti halnya, bahwa budi
dan kehendak ialah dasar kemanusiaan. Itulah sebabnya, manusia susila ialah yang selalu memilih tindakan
yang menurut keyakinannya adalah baik atau benar. Atau manusia yang berkepribadian etis ialah manusia
yang dalam tindakannya selalu memilih yang baik atau benar sesuai dengan penerangan budinya). Tetapi
kalau putusan itu dikatakan, maka pernyataan itu haruslah benar. Oleh karena itu alat komunikasi maka ia
menunjuk maksud. Adalah kebenaran dalam pengutaraan, jika kalimat yang merupakan putusan sesuai
maksud yang mengatakan.
Persesuaian antara putusan dengan keyakinan yangb mengatakan disebut orang kebenaran etis. Dalam
logika kebenaran ialah persesuaian antara tahu dan obyek yang diketahui. (Cita-cita manusia adalah
kebenaran yang logis yang benar, sehingga sekaligus ada kebenaran yang logis). Kebenaran logis disebut juga
kebenaran obyektif dan kebenaran etis disebut juga kebenaran subyektif.
Jika tidak ada persesuaian antara putusan dan obyeknya yang diketahui, maka ada dua kemungkinan :
a) Orang yang mengutarakan putusan (mengatakan) itu keliru.
b) Orang yang mengutarakan itu sengaja mengatakan yang tidak sesuai dengan realitas yang diketahuinya
dan karenanya juga tidak sesuai dengan keyakinannya. Adapun tindakan itu disebut bohong atau dusta.
Kekeliruan adalah bukan obyek etika dank arena kekeliruan orang tidak dianggap buruk, lain halnya berdusta
atau bohong adalah tindakan etis yang buruk. Jelas kebenaran atau tidak kebenaran itu timbul dari manusia.
Berbagai Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Karena itu, sesuai dengan contoh-
contoh didepan, maka kepercayaan dapat dibedakan atas:
1) Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu perlu ditanamkan dalam setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri
pada hakikatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa.percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak
salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
Contoh:
a. Tigor, dalam drama TVRI yang berjudul “TIGOR”, tidak takut kepada Jaya Kepruk, karena ia yakin, bahwa ia
tidak merasa salah. Ia percaya pada diri sendiri. Ia hanya takut kepada Tuhan.
b. Wibisana, adik Ramayana berkhianat kepada kakaknya dan menggabungkan diri kepada musuh kakaknya
yaitu Ramayana, karena ia percaya bahwa dirinya benar. Ia memihak kepada kebenaran dan kakaknya
dianggap dipihak yang salah.
2) Kepercayaan kepada orang lain
Percaya pada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai
dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orangitu percaya karena
ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu dipenuhi, meskipun janji itu tidk terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain. Banyak contoh dalam kehidupan dimana suatu janji yang meskipun
berat tetap dilaksanakan.
Contoh:
a. Nyi Ratu Kalinyamat bertapa telanjang hanya berkainkan rambutnya (tanpa wuda sinjang rikma), karena
menginginkan kematian pangertan Jipang, Arya Pinangsang. Ia akan berhenti betapa, bila perangsang sudah
terbunuh. Akhirnya Penangsang dapat dibunuh oleh Pangeran Adiwijaya. (Sultan Pajang).
b. Dewi Drupati mengurai rambutnya, ia tidakn akan bergelung kalau tidak keramas dengan darah Dursasana
(Kurawa). Janji itu juga terpenuhi.
3) Kepercayaan kepada Pemerintah
Berdasarkan pandangan theokrati menurut buku Etika Filsafat Tingkah laku Karya Prof. I.R. Poedjawijayatna,
Negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memimpin dan memerintah bangsa manusia, atau setidak-
tidaknya Tuhan adalah Pemilik Kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua pengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai kewajiban oleh Tuhan, sebab
langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat (kewibawaanpun milik rakyat.
Rakyat adalah Negara, rakyat itu menjelma pada Negara. Satu-satunya realitas adalah Negara).manusia
sebagai seorang (indivudu) tak berarti. Orang mempunyai arti hanya sebagai seorang (individu) tak berarti.
Orang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya Negara sebagai keutuhan (totalitas) yang
ada,n kedaulatan mutlak pada Negara, Negara demikian itu disebut Negara totaliter. Satu-satunya yang
mempunyai hak ialah Negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban
(Negara diktator).
Pandangan demokratis yang lain ialah tidak menyamakan rakyat dengan Negara, tetapi rakyan menjadi
sumber kedaulatan sepenuhnya, pun sumber kedaulatan dan segala hak (J.J. Rousseau) apa yang menjadi
kehendak rakyat adalah hak itulah yang disebut kedaulatan rakyat yang mutlak (Republik).
4. Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan
sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran.
Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan
Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat tidak mempunyai kepercayaan
tuhannya, sebab tidak ada lagi tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika
manusia berusaha agr dapat pertolongan dari-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhan,sebab Tuhanlah
yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang
menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama/berkepercayaan
dalam melakukan pemujaan kepada zat itu merupakan kebenaran mutlak. Perwujudannya terdapat dalam
ikrar lisan yang dibenarkan dengan hati dan dilaksanakan dalam perbuatan (affirmation). Antara sesame
penganut kepercayaan kepada Tuhan terjalin suatu batin yang kuat, sehingga tumbuh suatu persaudaraan
umat seagama/sekepercayaan.
Berlandaskan kepercayaan tadi tiap-tiap individu merasa pasti bahwa tujuan kepada kebahagiaan yang
sempurna itu tidak terdapat didunia ini tetapi diakhirat. Keyakinan ini membawa akibat, bahwa hidup didunia
ini merupakan satu kesatuan dengan di akhirat, dan manusia berbuat penyesuaian dengan keyakinan tadi
(assurance).
Perasaan optimis bahwa kebaikan dalam tingkah laku akan membawa kebaikan pula (pahala) dan akan
mengalahkan kejahatan. Dengan demikian bagi yang berbuat (tindakan moral) bisa berharap/mempunyai
pengharapan mendapat kebaikan dalamkesempatan lain.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu tergantung
kepada pribadi, kondisi, situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
a) Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah kita.
b) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat (ambek para Martha).
c) Meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan
sebagainya.
d) Mengurangi nafsu pengumpulan harta yang berlebihan.
e) Menekan perasaan negative seperti, dengki, fitnah, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai