Anda di halaman 1dari 30

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

CRITICAL BOOK REPORT


1)
“Ilmu Sosial Budaya Dasar”
2)
“Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan”

Dosen Pengampu :

Dra. Flores Tanjung, M.A

Pulung Sumanti, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Rexben Tigor Pasaribu

NIM. 4181111046

Pendidikan Matamatika 2018

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya Cbr


Dalam Critical Book Review ini mahasiwa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book report ini, termasuk didalamnya mengerti
akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya
mengkritik buku utama “Ilmu Sosial Budaya Dasar” Oleh Penulis Tim Dosen Unimed
dan membandingkan dengan buku “Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan” oleh
Koentjaraningrat.
Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Report ini mahasiswa dituntut
dalam meringkas,menganalisa dan membandingkan serta memberikan kritik berupa
kelebihan dan kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang ada dalam buku
tersebut ,sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam berpikir logis
dan kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang terdapat dalam suatu
buku.penugasan Critical Book Report ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar
mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi terbiasa
serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut.
B. Tujuan
a. Menambah Wawasan Pembaca Mengenai Arti manusia budaya dan lingkungan

b. Menguatkan Pemahaman Pembaca Mengenai Betapa Pentingnya Mempelajari


tentang budaya
c. Mengetahui perbedaan kedua buku
C. Manfaat
a. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Melatih Kemampuan Penulis Dalam Mengkritisi Suatu Buku.
c. Menumbuhkan Pola Pikir Kreatif Dalam Membandingkan Buku Yang Satu
Dengan Yang lain.
BAB II

RINGKASAN BUKU

1. IDENTITAS BUKU

Buku 1

Judul buku : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar


Pengarang : Tim Dosen ISBD Unimed
Penerbit : Unimed Press
Tahun terbit : 2015 (Edisi Revisi)
Kota Terbit : Medan
Tebal Buku : 162 halaman
Halaman Materi : 1-162
ISBN : 978-602-7938-03-8

Judul buku : Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan

Penulis : Koentjaraningrat

Pengarang Penerbit : Pt. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2010

Halaman : 151

2. Ringkasan buku 1

“Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar”

Bab II. Manusia dan Kebudayaan

A. Manusia

Manusia adalah mahluk hidup yang berbudaya yang terus meningkatkan cara untuk
memenuhi tuntutan kehidupannya. Manusia lebih unggul dari mahluk-mahluk lainnya karena
memiliki akal budi. Dengan akal dan budinya manusia menciptakan kebudayaan.

B. kebudayaan

Saifuddin (2005) mendefenisikan kebudayaan sebagai pola-pola perilaku dan


keyakinan (dimediasi oleh symbol) yang dipelajari, rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan
secara dinamik adaptif serta yang tergantung pada integrasi social manusia demi eksistensi
mereka. Ditinjau dari asal katanya, kata “budaya” berasal dari bahasa Sanskerta budhyah, yaitu
bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi dan akal.
Keesing (dalam Saifuddin 2005) mengidentifikasikan empat pendekatan terhadap
kebudayaan yaitu kebudayaan sebagai system adaptif, kognitif, struktur dan system symbol..

1. model kebuyaan

Kebudayaan berkembang dengan berbagai model yang terstruktur. Berpedoman pada


model-model tersebut, kebudayaan merupakan strategi dalam upaya memenuhi kebutuhan
primer, sekunder, dan integrative manusia. Aspek kognisi dari kebudayaan adalah
pengetahuan-pengetahuan local. Pengetahuan dalam membuat cangkul misalnya, berbeda
antara satukelompok social satu dengan kelompok social lainnya.

2. Sistem Budaya

Sistem budaya merupakan komponen-komponen dari suatu kebudayaan. Menurut


Keesing (dalam Saifuddin 2005), komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a) System Adaptif
b) Sistem Kognitif
c) Struktur Simbol
d) System Simbol
3. Perubahan Kebudayaan
Beberapa factor yang menyebabkan perubahan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Discovery dan Invention
Penemuan (Discovery) dan Pembaharuan (Invention) bisa berupa benda-benda seperti
roda, bajak, computer, dan bisa juga berupa tingkah laku atau gagasan seperti demokrasi
pembelian dan penjualan.
b. Difusi
Difusi mengandung pengertian sebagai pinjaman elemen-elemen kebudayaan baru dari
luar dan diintegrasikan kedalam kebudayaan kelompok penerima. Pinjaman ini bisa
megakibatkan lompatan kebudayaan, namun bisa juga berakibat fatal.
c. Akulturasi
Akulturasi bisa mirip dengan difusi yang juga pijaman. Bedanya, jika difusi meminjam
kebudayaan secara sukarela, akulturasi lebih cenderung meminjamkan kebudayaan dengan
cara memaksakan.
d. Revolusi
Revolusi adalah proses perubahan yang berlangsung secara drastic dan cepat. Biasanya
disertai dengan pemberotakan.
4. Persoalan-persoalan Kebudayaan.
Demikian luasnya cakupan kebudayaan semakain banyaknya persoalan-persoalan
tingkat detilnya, dan tak habis-habisnya untuk dikaji. Namun ada dalam dua permasalahan
yang lebih penting dikaji secara bersama-sama yaitu globalisasi dan semakin pluralnya
kehidupan dunia yang mengarahkan pemikiran-pemikiran kepada wacana multikulturalisme.
5. Globalisasi
Globalisasi adalah keadaan yag ditandai dengan semakin intesifnya hubungan-
hubungan social masyarakat dunia.
a. Nilai Positif Globalisasi
Lewis dan Harris mendefenisikan globalisasi sebagai “konvergensi ekonomi dan difusi
inovasi. Defenisi ini menyiratkan bahwa praktik-praktik ekonomi dan motivasi dari berbagai
Negara akan menjadi lebih mirip satu sama lain dan inovasi pengetahuan akan mengalir dari
Negara-negara maju ke Negara yang ekonominya dianggap kurang maju.
Dari sisi kerohanian, Robert A.Sirico, 2009, menjelaskan globalisasi sebagai paradigm
baru yang menghubungkan keluarga manusia satu sama lain. Kemajuan teknologi telah
menigkatkan kemajuan masyarakat dalam berkomunikasi dan transportasi semakin cepat dan
radikal.
b. Resiko Globalisasi
Globalisasi yang dibentuk oleh jaringan system local yang memfasilitasi pertukaran
informasi, barang, modal, dan tenaga kerja yang sangat berstruktur jaringan, sangat rentan
terhadap dampak parah akibat dinamika social-politik dari system local. Resiko seperti ini
lazim terjadi pada system keuangan global yang dibentuk oleh jaringan local lembaga
keuangan independen.
c. Adaptasi Terhadap Globalisasi
Tidak ada Negara yang mampu berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhannya.
Indonesia perlu devisa. Sumber daya manusianya tidak mampu mengelola sumber daya alam.
Investor asing di undang untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut.
d. Megendalikan Globalisasi
Agar tidak memperoleh efek yang merugikan dalam pelaksanaan globalisasi
diperlukan upaya pengendalian yang seksama. Pertemuan pemerintah antarnegara
untukmengenalikan globalisasi dianggap perlu dilakukan. Pertemuan G20 (20 negara) pada
dasarnya adalah usaha yang terorganisir untuk mengendalikan proses globalisasi yang
mempengaruhi setiap individu Negara termasuk Indonesia.
e. Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya memiliki banyak definisi namun pada dasarnya adalah
orang-orang dari berbeda latar belakang budaya berusaha untuk berkomunikasi untuk bekerja
bersama-sama. Tujuan komunikasi antar budaya adalah untuk membangun dan memahami
bagaimana orang-orang dan mengatasi perbedaan-perbedaan antar budaya dan membuatnya
lebih baik.
6. Multikulturalisme
Persoalan multikulturalisme perlu menjadi pusat perhatian dalam rangka membangun
suatu masyarakat yang terintegrasi. Sebagai sebuah ideology, multikulturalisme mengakui dan
mengagungkan kesederajatan dalam perbedaan antara kelompok yang dilihat secara budaya.
Ideology ini merupakan sebuah keyakinan yang mengakui dan mendorong dan terjadinya
pluralism budaya atau keanekaragaman berdasarkan perbedaan-perbedaan budaya sebagai
corak tatanan kehidupan masyarakat.
7. Masyarakat Majemuk
Sehubungan dengan wacana tentang masyarakat majemuk, perhatian para ahli telah
banyak berkisar pada kajian tentang etnisitas. Bart menjelaskan etnisitas sebagai organisasi
social askriptif yang berkenaan dengan asalmu asal para pelakunya.

Bab III. Manusia dan Peradaban


A. Peradaban
Kebudayaan manusia senantiasa mengalami perubahan dan banyak wujud perubahan
memperlihatkan identitas khas yang baik dari segi tampilan yang materialistic maupun dari sisi
etika dalam kehidupan bersama.

1.Pengertian Peradaban
Dalam bahasa Indonesia, kata “peradaban” berasal dari kata “adab” yang berarti akhlak
atau kesopanan dan kehalusan budi pekerti. Seseorang yang dikatakan beradab adalah apabila
ia dapat menunjukkan prilaku sopan dan mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam
kehidupannya bermasyarakat.
Pengertian “peradaban” juga diartikan sebagai prilaku normative dalam konteks
masyarakat di mana cara hidup diperkotaan di anggap lebih unggul dari cara hidup “liar” atau
“barbar”. Konsep “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk superioritas kelompok
“budaya” (dan sering etis) tertentu.
2.Peradaban Klasik Kuno
Peradaban kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode antara 600 SM- 400 SM
dimana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformasi, dari Cina, India, Iran, Israel,
dan Yunani, menubah arah peradaban selamanya.
3. Gugus Peradaban Dunia.
Peradaban dunia seoanjang masa dikelompokkan dalam beberapa gugus peradaban,
yaitu :
 Gugus Mediterania
 Gugus Timur Tengah
 Gugus India Hindu dan Budha
 Gugus Asia Timur
 Gugus Asia Tenggara
 Gugus Asia Tengah
 Gugus Meso-Amerika
4.Identitas Budaya
Peradaban juga dapat menggambarkan identitas budaya dari suatu masyarakat yang
kompleks. Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak beradab,
memiliki ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan seni, yang membuatnya unik. Dalam
hal seperti ini, peradaban lebih rumit dari budaya.
Suatu peradaban “manusia” akan menjadi ekspresi dan perluasan dua pilar “peradaban”
paling dasar yaitu bobot kejujuran yang di standarisiasi dan ukuran-ukuran moral konstitusi
kesehatan. Segala sesuatu yang lain, apakah teknologi, ilmu pengetahuan, seni, music, dll,
adalah dengan definisi ini dianggap sebagai komentar.
5. Peradaban dan Teori Sistem
Dengan menggunakan teori system, kelompok teoritisi lain melihat peradaban sebagai
suatu system yang kompleks, yaitu sebuahkerangka dimana sebuah kelompok objek yang dapat
dianalisis bekerjasama untuk menghasilkan beberapa hasil. Peradaban dapat dilihat sebagai
jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan, dan didefenisikan oleh ekonomi,
politik, militer, diplomatic, dan budaya interaksi diantara mereka. Setiap organisasi adalah
suatusistem social kompleks, dan peradaban adalah sebagai organisasi besar.
6. Masa Depan Peradaban
Beberapa ilmuwan lingkungan melihat dunia memasuki fase peradaban Planetary ,
yang dicirikan oleh pergeseran bebas dari terputunya Negara-bangsa dalam meningkatkan
konektivitas dunia global dengan lembaga-lembaga di seluruh dunia, tantangan lingkungan,
system ekonomi dan kesadaran.
Skala Kardashev mengklasifikasikan perdaban berdasarkan tingkat kemajuan
teknologi, terutama diukur oleh jumlah energy yang mampu dimanfaatkan dan membuat
ketentuan bagi peradaban yang jauh lebih berteknologi lebih maju daripada yang diketahui saat
ini.
7.Runtuhnya Peradaban
Peradaban tidak selalu langgeng dan maju atau meningkat dari waktu ke waktu. Dalam
sejarah dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti dengan peradaban baru
yang dimulai lagi dari awal, khususnya peradaban yang bersifat material. Banyak pendapat
yang telah diajukan tentang keruntuhan peradaban.
8.Peradaban dan Kritikan
Dengan berbagai alas an, peradaban telah dikritik dari berbagai sudut pandang.
Beberapa kritikus berkeberatan dengan semua aspek peradaban. Kritikus lainnya berpendapat
bahwa peradaban membawa campuran yang baik dan efek buruk.
Derrick Jensen (2006) mengkritik peradaban yang mengeksploitasi lingkungan.
Heinberg (2007) menyorotinya dari sisi pertanian intensif dan pertumbuhan perkotaan
cenderung menghancurkan peraturan peradaban dan habitat alami, serta menguras sumber daya
dimana di bergantung.
9.Modernisasi
Modernisasi sering dilawankan dengan tradisi. Menjadi moden adalah merubah tradisi
dan meninggalkan masa lampau, berarti meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan berusaha
mencari kesadaran baru dengan bentuk-bentuk ekspresif.

BAB IV. Manusia Sebagai Mahluk Individu dan Masyarakat


1. Manusia sebagai Individu dan mahluk sosial
Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan.
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,
selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.
Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama
dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu
menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya.
A. Pengertian Masyarakat
Istilah “masyarakat” berhubungan dengan banyak factor. Mac Iver memahami
masyarakat sebagai suatu system dari kebiasaan dan tata cara, dari sisi wewenang, dari sisi
kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan dari pengawasan tingkah laku
serta kebebasan-kebebasan manusia.
a.Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia tidak hanya digolongkan berdasarkan kesatuan-kesatuan social
suku bangsa, tetapi juga dalam kesatuan-kestuan social kota dan desa. Penggolongan ini
disebabkan adanya perbedaan struktur antara ke duanya. Apabila dibandingkan, struktur daerah
perkotaan jauh berbeda dengan struktur daerah pedesaan, terutama pada persoalan pemusatan
dengan pesebaran kegiatan social, politik dan ekonominya
b.Urbanisasi dan Urbanisme
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat
pula dikatakan urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Urbanisme
adalah cara karakteristik interaksi penduduk kota-kota (daerah perkotaan) dengan lingkungan
binaan atau – dengan kata lain – karakter kehidupan perkotaan, organisasi, masalah, dll, serta
studi tentang karakter yang (cara ), atau kebutuhan fisik masyarakat perkotaan, atau
perencanaan kota. Urbanism juga pergerakan penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi) atau
konsentrasinya di dalamnya (tingkat urbanisasi).
c.Interaksi Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal
balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah
proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan
tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas
dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang
bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling
berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-
bentuk dari interaksi sosial.
d.Proses Sosial
Proses social terdiri dari seretan kegiatan yang saling menyambung dan berakhir pada
suatu ujung yang merupakan haril dari “proses) itu.
Selanjutnya proses social mengikuti pola tingkah laku tersendiri. Orang yang terlibat dalam
proses social (misalnya bersaing) tidak mengikuti pola sopan santun yang menuntut
kedudukan dan peranan.
Proses social mengandung unsur dinamika. Artinya, didalam proses terdapat berbagai
keadaan nilai social yang sedang dip roses, mulai dari nilai yang belum sempurna sampai
situasiyang lebih mantap atau sebaliknya.
Pada umumnya ahli sosiologi mengklasifikasiakan bentuk pokok proses social menjadi dua,
yaitu:
1.Proses menggabungkan
Proses yang bersifat menggabungkan mengarah kepada penggabungan. Ditujukan
demi terwujudnya nilai-nilai yang disebut kebijakan-kebijakan social seperti keadialan social,
cinta kasih, kerukunan, dan solidaritas.
Proses social yang menggabungkan terdiri dari beberapa cirri, yaitu :
 Akomodasi (Penyesuaian Diri)
 Asimilasi
 Kerjasama
2. Proses Menceraikan.
Proses social yang bersifat menceraikan mengarahkepada terciptanya nilai-nilai
negative atau social, seperti kebencian, permusuhan, egoism, kesombongan, pertengkaran,
perpecahandan sebagainya.
Beberapa bentuk-bentuk proses social memisahkan (disosiatif) adalah:
 Persaingan
 Kontravensi
 Pertentangan
 Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah pengelompokan anggota masyarakat kedalam
lapisan-lapisan sosial secara bertingkat. Atau definisi stratifikasi sosial yaitu
merupakan suatu pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status yang
dimilikinya. Inilah jenis-jenis dari stratifikasi social :

 Stratifikasi sosial tertutup/pelapisan sosial tertutup


Yang dimaksud dengan stratifikasi tertutup yaitu stratifikasi yang
dimana pada setiap anggota masyarakat tidak bisa pindah ke tingkat sosial
yang lebih tinggi ataupun ke tingkat sosial yang lebih rendah. Seperti
contohnya pada sistem kasta pada suatu negara atau pada suatu daerah yang
dimana terdapat golongan darah biru dan golongan masyarakat biasa.

 Stratifikasi sosial terbuka/pelapisan sosial terbuka


Yang dimaksud dengan stratifikasi sosial terbuka yaitu suatu sistem
stratifikasi yang dimana pada setiap anggota masyarakat bisa berpindah-
pindah dari satu tingkatan yang satu ke tingkatan lainnya. Seperti contohnya
pada tingkatan dunia pendidikan, jabatan pekerjaan, kekuasaan dan lain-lain.
 Lapisan-lapisan dalam Masyarakat
Terjadinya lapisan didalam masyarakat disebabkan oleh adanya proses
pertumbuhan masyarakat itu sendiri.
 Ukuran Lapisan Sosial dalam Masyarakat
-Ukuran kekayaan
-Ukuran kekuasaan
-Ukuran kedudukan
 Unsur-unsur Lapisan Dalam Masyarakat
-Kadudukan (status)
-Peranan (role)

Bab V. Nilai, Moral dan Hukum


A. Nilai

Menurut Katsoff (1992), hakekat tentang nilai umumnya ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan khususnya filsafat tentang nilai (Aksiologi). Nilai yang diamksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

B. Filsafat Niliai

Dalam kajian filsafat, persoalan nilai masuk dalam ranah filsafat nilai (aksiologi). Kata
aksiologi berasal dari kata Yunani axion (nilai) dan logos (teori) yang berarti teori tentang nilai.
Aksiologi menyelidiki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan
(Kattsoff:1992). Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Secara garis besar, objek utama telaah
aksiologi adalah masalah etika dan estetika.
a. Etika

Etika adalah filsafat moral. Cabang filsafat khusus yang mengkaji tentang masalah baik
atau buruknya tindakan seseorang. Penilaian baik atau buruknya sesuatu tergantung kepada
anutan paham yang dianut si penilai. Seorang yang berfaham hedonis, akan melakukan
penilaian berdasarkan standar kenikmatan jasmaniah. Pihak lain yang berfaham eudaemonis
menekankan kepda kebahagiaan batiniah. Kaum utilitarianisme menekankan kepada kegunaan
praktisnya, penganut paham teleologisme menilai sesuatu berdasarkan tujuannya, dan
penganut deontologisme menekankan kepada kewajiban.

b. Estetika

Estetika adalah filsafat tentang keindahan yang membahas masalah indah atau tidaknya
fenomena alam atau produk ciptaan manusia. Sebagai ranah filsafat, pengertian keindahan
tidaklah tunggal, Seorang dapat merasakan adanya keindahan dan suatu bentuk, baik bentuk di
alam maupun bentuk karya manusia. Tetapi orang lain tidak menilainya seperti itu.

3. Jenis-jenis Nilai

Bahm ; (1984:51) menjelaskan 5 jenis nilai yaitu : Baik dan buruk (good and bad),
tujuan dan sarana (end and means), nilai subjektif dan objektif, nilai tersembunyi dan nyata
(apparent and real values), nilai actual dan potensial (actual and potential values), dan nilai
murni serta tidak murni (pure and mixed values).

a. Nilai – Nilai Pribadi

Nilai – nilai pribadi berasal dari orang – orang atau sistem pada kelompok – kelompok
tertentu seperi kelompok budaya, agama, partai politik dan asosiasi. Nilai – nilai pribadi ini
tidak universal. Hanya ditentukan oleh keluarga, bangsa, sejarah generasi lingkungan yang
mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan. Setiap individu memiliki konsep nilai yang
unik, yaitu pengetahuan pribadi akan nilai – nilai yang sesuai gen, perasaan dan pengalaman
mereka sendiri.

Essential life skill, 29 Juli 2014, mengemukakan 4 kategori dari sistem nilai pribadi yaitu :

- Nilai pribadi dengan sifat – sifat yang dapat dilihat bahwa seseorang layak bercita – cita
untuk memperoleh sesuatu dan hal tersebut menentukan karakternya.

- Nilai spititual
- Nilai keluarga

- Nilai karir

a. Nilai Budaya

Nilai – nilai ini dimiliki oleh anggota kelompok dalam suatu masyarakat tertentu,
mengidentifikasikan objek, kondisi atau karakteristik bahwa anggota masyarakat dianggap
penting dan berharga.

Ada perbedaan klarifikasi antara nilai kognitif dan pendidikan moral. Nilai kognitif
“menolong orang memperjelas untuk apa hidup mereka dan apa yang layak dikerjakannya.
Budaya yang berbeda mencerminkan nilai – nilai yang berbeda.

b. Nilai – nilai Sosial

Essential life skils, 29 Juli 2014, selanjutnya menjelaskan bahwa, pada tradisi manapun ada
karakteristik nilai yang melampaui batas – batas sosial, ekonomi, dan agama. Beberapa
karakteristik niali tersebut adalah integritas, saling menghormati, loyalitas dan tanggung jawab.

Integritas memperlihatkan keterpercayaan, kejujuran dan karakter. Orang menghargai


integritas orang lain karena dia mengetahui apa yang dapat diharapkan darinya. Dia mengetahui
bahwa orang tersebut akan bertindak terhormat dan senantiasa melakukan apa yang mereka
anggap benar. Seseorang menghendaki orang lain memiliki integritas sebagai teman – teman,
baik di tim kerjanya maupun dalam organisasinya.

Sikap hormat (respect) adalah sikap yang menghormati nilai – nilai dan martabat semua
orang dengan memperlakukan mereka secara adil dan sopan. Seseorang memperlakukan orang
lain dengan cara bagaimana mereka sendiri ingin diperlakukan.

Kesetiaan (loyalty) adalah komitmen dan kesetiaan kepada penyebab sesuatu. Seorang
atau sekelompok orang dapat diandalkan untuk berada didalam keadaan tertentu dan memberi
bantuan, baik ketika keadaan akan semakin sulit maupun keberuntungan semakin menurun.

Tanggung jawab (Responsibility) berarti seorang dapat dipercaya menerima tanggung


jawab, dapat diandalkan dan bersedia untuk mengambil tangg ung jawab terhadap apa yang
dilakukannya. Mereka dipercaya memiliki kewajiban moral membantu orang lain dan
memberikan kontribusi kepada masyarakat tempat mereka tinggal.
c. Nilai Subjektif

Nilai Subjektif adalah konsekuensidari subjektivisme yang berpandangan bahwa nilai


– nilai terdapat pada subjek yang menilai dan bukan pada objek yang dinilai. Dengan demikian
tidak ada apapun yang layak disebut baik maupun jahat, kecuali apa yang dianggap baik atau
dianggap jahat oleh sipenganggap.

d. Nilai Objektif

Nilai objektif adalah nilai yang melekat pada objek walaupun tanpa kehadiran subjek.
Ia tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Suatu perbuatan yang baik
adalah tetap baik walaupun tidak menguntungkan bagi orang yang menerima perbuatan
tersebut.

e. Nilai Intrinsik

Adopsi filsuf dari istilah “intrinsik” untu perbedaan ini mencerminkan suara teori
umum, sesuai dengan apa pun yang non instrumental yang baik pasti baik berdasarkan atas
sifat intrinsiknya. Gagsan ini di dukung oleg argumen almi bahwa : sesuatu disebut baik
hanya jika berhubungan dengan sesuatu yang lain, dengan non instrumental yang baik dan
yang dinilai baik hanya karena diperlukan dalm rangka untuk memperoleh hubungan
tersebut.

f. Nilai Ekstrinsik

Nilai ekstrinsik adalah nilai yang berada diluar sesuatu yang dinilai. Nilai – nilai ini
umumnya timbul dari suatu perjanjian.

4. Moral

Dalam KBBI, moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas – batas suatu perbuatan,
kelakuan, sifat, dan perangai dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut
maupun tidak patut.

Moral dalam istilah, juga dipahami sebagai :

- Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk

- Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah


- Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik

Norma atau kaidah adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan dalam hidup sehari – hari, berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu
dengan disertai sanksi.

5. Manusia dan Hukum

Sebagai individu manusia memiliki dorongan kehendak yang ingin dicapai dan
berkeinginan agar mereka bebas melaksanakan kehendaknya, tetapi sebagai anggota
masyarakat kebebasan tersebut harus dibatasi agar tidak merugikan pihak lain. Agar tidak
saling merugikan atau sebaliknya menghalangi kehendak seseorang, maka dibuat aturan –
aturan hidup bersama bermasyarakat. Aturan – aturan yang dibuat cenderung tidak
dilaksanakan jika tidak ada sanksi yang dibebankan kepada seseorang jika dia melanggar
aturan tersebut. Sanksi diupayakan setimpal dengan perbuatannya. Kesetimpalan sanksi
dengan perbuatan mencerminkan rasa keadilan. Aturan – aturan tingkah laku yang disepakati
bersama sangat terkait dengan apa yang disebut sebagai “hukum”.

Sejalan dengan perkembangan pelaksanaannya pengertian hukum juga semakin


berkembang. Immanuel Kant, menghubungkan kata “Hukum” dengan kehendak bebas
individu. “Hukum adalah keseluruhan syarat – syarat yang dengan ini kehendak bebas dari
orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.

6. Keadilan

Menurut Polemarchus keadilan adalah memberikan apa yang layak untuk orang lain.
Implikasi sederhana konsep keadilan ini mungkin bahwa “keadilan adalah berbuat baik kepada
teman dan membahayakan musuh. Ini juga merupakan pepatah tradisional dari moralitas
Yunani.

Menurut Plato, “Keadilan Individual” adalah kebajikan manusia yang membuat diri
mereka konsisten dan baik. Keadilan merupakan kesadaran sosial yang membuat hubungan
masyarakat internal menjadi harmonis dan baik.”

7. Konsep keadilan dan huuku

a. Peradilan Antar Pribadi (Interpersonal Adjudication)


Menurut Cooray (2014), konsep keadilan pada aspek “pengadilan antar pribadi”
didasarkan pada hak – hak dan tugas individu yang berhubungan dengan penyeelesaian konflik
antar individu. Individu dapat menderita sebagai korban atau sebagai pelaku yang melakukan
kesalahan. Dengan ini, individu dapat dilindungi, di hukum dan diberikan restitusi. Keadilan
adalah hal interpersonal. Menegakkan kebenaran antar individu.

b. Peradilan Berdasarkan Standar Dan Kesalahan

Aspek kedua konsep keadilan liberal menurut COOray (2-14) adalah seseorang tidak
boleh di hukum kecuali melakukan kesalahan. Ide dari kesalahan adalah benang emas yang
mengalir melalui tatanan hukum. Tapi seluruh hukum umum yang berkaitan dengan kejahatan,
kewajiban sipil dan hak milik ditandai dengan adanya anggapan bahwahukuman didasarkan
pada kesalahan mengandaikan perilaku yang dikenal dan pra standar yang mengikat
masyarakat yang sudah ada.

c. Pendekatan Proses

Keadilan liberal tidak percaya pada kemungkinan untuk mencapai kesetaraan,


demokrasi, keadilan, masyarakat baik dan cita – cita lain melalui tindakan legislatif dan
preskriptif. Ugas ini seperti terlalu sulit untuk imajinasi manusia, konsepsi dan
eksekusi.Penekanan pada prosedur adalah salah satu pondasi supremasi hukum. Prosedurnya
memberi pembatasan pada kekuasaan.

8. Hukum dan moral

Hubungan antara moralitas dan hukum adalah sebagai berikut :

- Keberadaan hukum yang tidak adil (seperti yang menegakkan perbudakan)


membuktikan bahwa moralitas dan hukum tidak identik dan tidak sesuai.

- Keberadaan undang – undang yang berfungsi untuk mempertahankan nilai – nilai dasar
membuktuikan bahwa keduanya dapat bekerja sama.

- Undang – undang dapat menyatakan apa yang dianggapnya sebagai pelanggaran yang
terang – terangan salah dan karena itu di hukum. Karena sering lewat penilaian
moralitas niat dan karakter seseorang memiliki ruang lingkup yang berbeda daripada
hukum.
- Undang – undang yang mengatur pelaksanaannya setidaknya sebagian melalui
ketakutan akan hukuman. Moralitas, ketika diinternalisasikan, telah menjadi kebiasaan
atau kedua seperti alam, mengatur perilaku tanpa paksaan. Orang yang saleh melakukan
hal yang tepat karena itu mulia untuk dilakukan.

- Moralitas dapat mempengaruhi hukum dalam arti bahwa ia dapat membuat tindakan
kelompok bermoral ilegal.

- Undang – undang dapat menjadi ungkapan moralitas umum dengan membuat kode di
jalan umum tentang prinsip – prinsip dasar perilaku yang diterima masyarakat.

Bab VI. Keragaman dan Kesetaraan

1. Kesetaraan

Dihubungkan dengan pembicaraan tentang kemanusiaan, Kata “kesetaraan”


mengandung arti kesamaan hak, terutama yang menyangkut kriteria hak – hak asasi manusia.
Kesetaraan sosial memerlukan adanya konsep penegakan hukum kelas sosial atau warga
pinggiran dan tidak adanya diskriminasi yang termotivasi oleh bagian tak terpisahkan dari
identitas seseorang. Kesetaraan sosial mengacu pada ranah sosial, bukan ekonomi atau
kesetaraan pendapat.

1. Konsep dan Isu Gender

Istilah gender diketengahkan oleh ilmuan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan
perempuan dan laki – laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan dan mana yang
merupakan bentukan budaya yang merupakan bentukan budaya yang dikonstruksikan,
dipelajari dan disosialisasikan. Perbedaan ini sangat penting karena selama ini kita sering sekali
mencampuradukkan ciri – ciri manusia yang bersifat kodrati dan tidak beru1bah dengan ciri –
ciri manusia yang bersifat non kodrati yang sebenarnya bisa berubah atau diubah. Dengan
mengenali perbedaan gender sebagai sesuatu yang tidak tetap, tidak permanen, memudahkan
kita untuk membangun gambaran tentang realita relasi perempuan dan laki – laki yang dinamis
yang tepat dan cocok dengan kenyataan yang ada dalam masyarakat.
2. Keseteraan dan keadlian Gender

Kesetaraan dan keadilan gender mengikhtiarkan kesamaan kedudukan perempuan dan


laki – laki di muka hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Hak – hak perempuan dijamin
setara dengan laki-laki tanpa mempersoalkan gendernya. Keadilan gender berarti terwujudnya
relasi gender yang adil antara perempuan dan laki – laki di masyarakat yang dicirikan oleh
hapusnya kekerasan (fisik, psikis, dan seksual), marginalisasi (peminggiran dan pemiskinan),
beban ganda, dan stereotipe.

3. Pengarus Utamaan Gender (PUG)

Pengarusutamaan gender ( PUG) (Gender Mainstreaming) tercantum dalam Beijing


Platfrom of Action, yaitu merupakan hasil dari konferensi keempat wanita sedunia yang
diselenggarakan di Beijing (1995). Istilah ini berarti : Gender Mainstreaming is a strategy for
integrating gender concerns in the analysis formulation and monitoring policies, programs and
projects.

Dengan PUG ini, pemerintah dapat bekerja lebih efisien dan efektf dalam memproduksi
kebijakan – kebijakan yang adil dan responsif gender kepada perempuan dan laki – laki atas
kesempatan yang sama, pengakuan yang sama, dan penghargaan yang sama di masyarakat.

4. Gender dalam kurikulum proses pendidikan

Yang dimaksud dengan proses pengelolaan pendidikan adsalah keseluruhan proses dan
mekanisme pendayagunaan sumber daya pendididkan untuk mengatur jalannya sistem
pendidikan nasional pada setiap bentuk kegiatan pengelolaan pendidikan dari mulai proses
pengambilan keputusan,perencanaan, pengelolaan sampai pelaksanaan operasional
pendidikan. Setiap keputusan diambil oleh pimpinan, sejak tingkatan strategis sampai dengan
tingkatan operasional, harus dijabarkan secara konsisten ke dalam langkah – langkah
operasional pengelolaan, sehingga pelaksanaan pendidikan benar – benar mencerminkan
tujuan kebijaksanaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan kurikulum sekolah adalah keseluruhan proses


pembelajaran yang berlangsung di setiap satuan pendidikan, yang secara langsung atau tidak
langsung akan berpengaruh terhadap inensitas siswa belajar dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan atau dapat disingkat dengan istilah “proses pembelajaran.
Bab VII. Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni

1. Pendahuluan.

Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni adalah hasil budi dan daya manusia untuk
memenuhikebutuhan hidupnya selalu bertambah. Jika pada masyarakat permulaan kebutuhan
hidupp terbatas pada pangan, sandang, dan papan, pada masyarakata modern jenis-jenis
kebutuhan semakin beragam. Jenis-jenis kebutuhan yang semula berpusat pada kebutuhan
yang bersifat materi, pada masyarakat masa kini kebutuhan telah menyangkut pada kebutuhan
spiritual,rohani,prestise,martabat social, aktualisasi diri bahkan kekuasaan.Untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin beragam tersebut, manusia membutuhkan cara-cara tertentu untuk
memerolehnya. Proses penciptaan cara-cara atau teknik penemuhan kebutuhan yang
menggunakan pengetahuan logis, menghasilkan teknologi. Dengan menggunakan teknologi
tersebut, manusia mencapai aneka kebutuhannya yang bersifat fisikal. Karena penemuhan
kebutuhan fisik saja tidak juga dirasa mencukupi, manusia menciptakan karya-karya seni baik
sebgai ekspresi aktualisasi diri maupun untuk memperindah sejumlah peralatan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang selalu berkembang.

2. Manusia, Sains, Teknologi dan seni.

Manusia dengan komponen fisik maupun psikis mampu memenuhi kebutuhan fisik
maupun psikisnya. Upaya untuk memenuhi kebutuhan belum tentu mudah. Manusia harus
menyesuaikan diri dengan alam seperti yang tercermin dalam pandangan-pandangan hidup
tradisional. Dengan kearifan tradisionalnya manusia tidak mengeksploitasi alam tetapi
mengambil sesuatu dari alam sesuai dengan kebutuhannya saat tertentu.

Ilmu dan teknologi mempermudah kerja manusia. Dengan demikian ada waktu luang
bagi manusia disamping waktu yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan fisiknya.
Selanjutnya, kebutuhan barupun muncul yaitu kebutuhan spiritual. Maka mulailah muncul
kehendak dan kegiatan memperindah alat-alat yang digunakan. Pada tahap permulaan, kegiatan
memperindah sesuatu ini masih terbatas pada memperindah alat-alat yang digunakan pada
kehidupan sehari-hari. Pada perkembangan berikutnya, kegiatan memperindah benda-benda
ini tidak dapat terbatas pada memperindah alat-alat atauartefak teknologi yang digunakan saja,
melainkan berkembang kearah kegiatan aktualisasi diri dengan menghasilkan bentuk-bentuk
benda indah, baik yang berhubungan dengan nilai pakainya. Hasil kegiatan tersebut terwujud
dalam karya yang kemudian disebut seni. Bahkan dalam perkembangan berikutnya, karya seni
tidak hanya berfungsi ekspresif, tetapi juga menjadi sarana komunikasi gagasan dan citarasa
seniman kepada masyarakat pemerhati karyanya

2.1 Ilmu Pengetahuan (sains)

Dalam Bahasa inggris, kata pengetahuan disebut knowledge, dan ilmu pengetahuan
disebut science. Pengetahuan dikenal dari berbagai jenisnya. Misalnya seorang mengetahui
bagaimana menyetel karburator.

2.1.1 Induksi dan deduksi

Agar berlaku universal, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, ilmuwan tidak
dapat mengandalkan metode deduktif dengan menarik suatu kesimpulan umum dari statement
yang bersifat tunggal. Menurut Karl Popper, suatu ilmu pengetahuan haruslah tidak
menggunakan logika induktif melainkan deduktif. Dengan menggunakan logika deduktif maka
ilmu pengetahuan tidakalh harus dapat dibuktikan benar (verifiability) tetapi juga harus bisa
dibuktikan salah (falsifikasi).

2.1.2. Bebas Nilai.

Sesuatu yang umum dikalangan kaum terdidik mengatakan bahwa ilmu pengetahuan
adalah bebas nilai. Kuhn dalam Lasey (1999) mengatakan bahwa ada hokum yang tak tertulis
dalam kehidupan ilmiah yaitu pemerintah atau warga kebanyakan tidak boleh melarang
kegiatan-kegiatan sains. Kelompok anggota professional ilmuwan adalah pemilik tunggal
hokum-hukum keimuan.

2.1.3. Sosial dan budaya.

Dari pada meneliti subject matter tradisional seperti (kekerabatan,mitos,ritual) lebih


baik memfokuskan pada tema-tema kontemporer seperti: korupsi,arena publik, pemerintah
local, dan pelayanan public (desardan,2005:222).

Berkaitan dengan kepentingan pembelajaran ISBD kita berkepentingan untuk


memenuhi kompetensi yang telah dirancangkan sangatlah tergantung kepada kepedulian
Mahasiswa dan dosen terhadap masalah-masalah social dan budaya.

2.1.4. Revolisi Pengetahuan.


Beberapa decade sekitar tahun 1600-an terjadi perubahan dalam pengetahuan yang
sebelumnya tidak kelihatan dalam filsafat tentang alam. Perubahan tersebut menyangkut tiga
yaitu:

1) Galileo dan Kepler menjadikan matematika yang merupakan warisan yunani


dan diperkaya oleh peradaban islam seta Renaissance, sebagai memematisasi
alam yang prosesnys didukung dan diartikulasi melalui eksprimen

2) Descartes memperkaya pengetahuan tentang atom, sebagai warisan paling


tua yunani, dengan konsepsi matematika tentang gerak.

3) Francis Bacon melakukan reformasi pengetahuan dengan menjadi seorang


empriristik dan berorientasi praktek dari sains eksprimental (cohen, 2005;9-
42)

2.2 Tekonologi.

2.2.1. Secara tradisional.

Sebelum revolusi industry pada abad ke-18, teknologi didefenisikan secara luas dan
juga berkaitan dengan konsep seni. Dalam arti sempit teknologi menyangut carauntuk
mencapai tujuan penggunaannya dalam menggunakan alat-alat yang bersifat artifisialdan yang
merupakan hasil implementasi kecerdasan manusia(lihat Nye,2006; Ferre dalam Griffin,
2005;179-190). Dengan demikian teknologi secara umum merupakansebuah cara. Secara
terbatas teknologi adalah hasil manifrestasi manusia yang berupa artepak, misalnya bajak,
traktor, computer, dan lain-lain.

2.2.2. Pemahaman baru

Teknologi bisa didefenisikan secara luas dan secara terbatas. Secara luas teknologi
adalah sebuah metode tentang bagaimana cara-cara mencapai tujuan dan yang menyangkut
penggunaan cara-cara. Sebyah cara adalah sebuah medium yang menengahi antara titik awal
dan hasil yang diinginkan. Dengan demikian seseorang dapat menyebut teknologi social.

2.3. Seni.

Seni menjadi bagian yang tak terlepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kiata
menonton tv, kita mendengar ,menikmati seni peran (performance), dan tayangan iklan, baik
iklan produk industry maupun perumahan.
2.3.1. Jenis-jenis seni.

Secara umum dikenal lima jenis utama seni yaitu senib rupa(visual), seni suara (audio)
seni seni tari(gerak) seni sastra (imajinasi berdasarkan makna kata) dan seni drama (seni peran).
Dalam perkembangannya, muncul seni-seni has ail kombinasi dari kedua atau lebih dari lima
seni yang disebut di atas, seperti saeni audio visual dan kemudian berkembang lagi menjadi
seni-seni multi media.

Dalam perkembangannya muncul jenis seni kombinasi dari dua atau tiga jenis seni
diatas disebut sebagai seni audio visual, terakhir seni multi media.

2.3.1. Seni sebagai interaestetik dan extraestetik.

 Seni sebagai intraestetik

Artinya pengamat atau orang yang menilai suatu karya seni dibekali dengan
perangkaty etik ( sudut pandang pengamat yang mempunyai jarak dengan
seniman yang mempunyai dunianya sendiri sebagai emik(sudut pandang
seniman) yang tidak nyambung.

 Seni sebagai ekstraestetis.

Sebagai kegiatan kesenian ekstraestetis, seni dilihat tidak dalam bingkai hasil
suatu karya seni dengan menggunakan pendekatan formalistic, tetapi dalam
memahaminya harus dilihat secara holistic yang tertanam dalam konteks
kebudayaan.

2.3.2. Hubungan seni dan ilmu pengetahuan.

Dunia seni dan ilmu pengetahuan adalah dua dunia yang berbeda. Seni lebih melibatkan
kesadaran emosi manusia,sedangkan ilmu pengetahuan melibatkan kesadaran pikir.

Bab VIII. Manusia dan Lingkungan

1. Pendahuluan.

Masalah lingkungan adalah masalah semua manusia dewasa in i. pengelolaan


lingkungan yang tidak arif dapat menghantarkan umat manusia kedalam
kehancuran.Penggundulan hutan yang menyebabkan terjadinya banjir dimana-
mana,(khususnya) di Indonesia, tidak hanya menghancurkan harta benda hasil keringat dan
darah manusia saja, tetapi membawa manusia kea lam kematian yang tidak wajar.

2. Manusia dan Lingkungan

2.1. Manusia lingkungan hidup.

Manusia rangka memahami hakikat dan makna lingkungan bagi manusia, sebaiknya
harus mengerti dan paham terlebih dahulu secara konseptual apa yang dimaksud manusia dan
lingkungan. Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan segala
fungsi dan potensinya yang tunduk pada atiuran hokum alam, mengalami
kelahiran,pertumbuhan,perkembangan,mati dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi
dengan alam dan lingkungannya dalam suatu hubungan timbal balik.sedangkan Lingkungan
adalah suatub media dimana mahluk hidup bertempat tinggsl, mencari penghidupan, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara timbal balik dengan keradaan mahluk
hidup lain yang menempatinya terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks
dan rill.

Faktor dan elemenyang termasuk kedalam komponen abiotikitu antara lain:


Tanah,Udara, Air, Cahaya, Suhu atau temperature udara.

Sedangkan komponen abiotikdiantaranya adalah: Produsen, Konsumen,


Pengurai(decomposer).

2.2 Faktor-faktor lingkungan hidup.

Didalam lingkungan juga terdapat factor-faktor yang berikut ini: Rantai, Habitat,
Populasi, Komunitas, Biosfer.

2.3. Kualitas lingkungan terhadap kesejahteraan manusia.

Apabila kita telusuri sejarah kehidupan manusia dipermukaan bumi dimana ketika
manusia hidup dalam taraf menggembara dan berburu, manusia hidup dalam taraf
mengembaradan berburu, manusia hidup dari hasil pemburuan, mencari buah-buahan serta
umbi-umbian yang ada dihutan-hutan. Manusia belum mengenal prihal bercocok tanam dan
bertani dan hidupnya pun mengembara dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak di gua-gua.

2.4. Problema lingkungan hidup, sosisl, dan budaya.


Perkembangan kemajuan ilmu,pengetahuan,teknologi,dan seni yang dicapai manusia
berhubungan erat dengan kualitas alam sekitarnya. Melalui kemajuan ang dicapai manusia
maka lingkungan social dan lingkungan budaya manusiajuga mengalami perubahan.

2.5. Dampak positif bagi lingkungan hidup.

2.5.1. Bidang Industri,

1) Diperluasnya lapangan pekerjaan dengan berdirinya industry atau pabrik baru.

2) Diciptakannya mesi daur ulang, sehingga sampah sumber lingkungan dapat


dikurangi.

2.5.2. Bidang Pertanian.

1).Bertambahnya varietas baru dan unggul

2) Peningkatan hasil produksi pertanian.

3).Dikenaldan dipakainya alat-alat pertanian modern.

3. Ringkasan buku 2

“Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan”

A. Latar Belakang

Pada era tahun 1973, Koentjaraningrat telah memberikan gagasan mengenai masalah-
masalah kebudayaan dan pembangunan secara luas. Lalu muncullah pertanyaan-pertanyaan
mengenai hal-hal tersebut. Sehingga, Koentjaraningrat menerbitkan buku tentang Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh masyarakat.

Di dalam buku Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, dijelaskan secara detail


tentang suatu permasalahan yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. Salah satu
contohnya yaitu masalah perubahan nilai-nilai budaya. Dari perubahan nilai-nilai budaya
tersebut terbagi lagi menjadi beberapa bagian, seperti unsur budaya universal (isi dari semua
kebudayaan di dunia ini), dari hal tersebut dapat di jelaskan menjadi beberapa bagian
diantaranya ada sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyatakatan
maupun sistem pengetahuan.

Kebudayaan universal mencakup seluruh kebudayaan manusia yang ada di dunia dan
menunjukkan ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsep tersebut. Kebudayaan dapat
dengan berubah secara cepat maupun lambat seiring berjalannya waktu. Mentalitas
pembangunan di Indonesia juga menjadi kajian yang telah di kaji oleh Koentjaraningrat. Secara
logis, bayangan ke depan mengenai bentuk masyarakat seperti apa yang kita ingin capai dengan
pembangunan yang telah terjadi. Untuk mencapai suatu keadaan yang lebih makmur
diperlukan usaha yang keras dan lebih besar semangatnya daripada saat ini.

I. Bagaimanakah Kebudayaan Itu Terwujud?

Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga


wujud, yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam
masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dari ketiga pendapat tersebut, dijelaskan lagi menjadi tiga bagian yaitu :

Wujud pertama merupakan ide dari kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak bisa diraba dan
di foto. Letaknya berada di dalam kepala manusia . Bila manusia itu berfikir, maka muncullah
ide yang dituangkan melalui tulisan. Kebudayaan tersebut dapat di definisikan menjadi adat
tata kelakuan.biasanya juga berfungsi sebagai peraturan, mengendalikan, dan memberi arah
prilaku daan perbuatan manusia di dalam masyarakat.

Wujud ke dua dinamai sebagai sistem sosial, yaitu terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, saling berhubungan, serta bergaul dari satu dengan yang lain
dengan menghabiskan waktu bersama-sama dalam jangka waktu yang panjang. Selalu
mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas
manusia dalam suatu masyarakat, maka sistem sosial itu bersifat kongkret, terjadi di sekitar
kita, bisa di observasi, di foto dan didokumentasikan.

Wujud ke tiga yaitu kebudayaaan fisik. Kebudayaan fisik merupakan seluruh hasil dari
aktivita, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Wujud ke tiga ini bersifat
paling kongkret diantara wujud sebelumnya. Semua kegiatan manusia serta apapun benda yang
dapat digunakan manusia, itu termasuk di dalam kebudayaan fisik.

II. Apakah sistem nilai-budaya?

Menurut Koentjaraningrat, sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman


tertinggi bagi prilaku manusia. Konsep nilai budaya juga banyak dipakai dalam ilmu-ilmu
sosial yang fokus kepada kebudayaan dan kemasyarakatan. Sikap mental dan sikap mentalitas
juga saling terkait dengan sistem nilai budaya. Sikap mental biasanya digunakan dalam ilmu
psikologi yang focus pada keadaan mental di dalam jiwa seseorang. Lalu mentalitas yaitu
keseluruhan dari isi serta serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa dalama hal menanggapi
lingkugannya.
Contoh dari suatu sikap yang ada di dalam setiap manusia yaitu misalkan sikap congkak
dalam bertindak. Seseorang tersebut ingin mendapatkan pelayanan dari orang lain karena orang
tersebut merasa lebih tinggi jabatannya. Seharusnya dalam bermasyarakat yang baik, apapun
jabatan seseorang, harus tetap berprilaku baik.
Menurut kerangka Kluckhohn, semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di
dunia itu, sebenarnya mengenai lima masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima
masalha pokok itu adalah :
1. Masalah hidup manusia.
Masalah hidup manusia pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan,
karena pendapat itulah harus dihindari. Tetapi manusia dapat mengusahakannya untuk
menjadikan hidup adalah suatu hal yang baik dan membahagiakan.

2. Masalah karya manusia.

Kebudayaan-kebudayaan yang memandang bahwa karya manusia pada hakekatnya


bertujuan untuk memungkannya hidup. Lalu kebudayan lain menganggap bahwa karya
manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
3. Masalah kedudukan manusia dalam ruang waktu.
Kebudayaan-kebudayaan manusia yang memandang bahwa waktu pada masa yang
lampau. Beberapa masyarakat mempunyai pandangan mengenai waktu lampau, waktu
sekarang dan masa yang akan datang. Jadi, tiap-tiap masyarakat memiliki pandangan yang
berbeda tentang waktu.

4. Masalah hubungan manusia dengan alam.


Masyarakat lain menggangap bahwa alam itu suatu hal yang dahsyat sehingga manusia
tersebut sersikap menyerah saja dan tidak berusaha apapun. Namun masyarakat lain
menganggap alam itu bisa dilawan sehingga manusia tersebut dapat menaklukkan alam.

5. Masalah hubungan manusia dengan sesamanya.


Manusia di dalam pola pikirannya berpedoman kepada tokoh-tokoh pemimpin, orang-
orang senior atau orang-orang atasan. Dalam masyarakat lain, berpendapat bahwa manusia
tidak bisa hidup sendiri.

III. Apakah mentalitas pembangunan ?


Sikap mental orang Indonesia umumnya belum siap untuk pembangunan. Namun
pandangan tersebut tidak semuanya benar. Karena seharusnya memerlukan banyangan ke
depan mengenai bentuk masyarakat seperti apa yang ingin kita capai dengan pembangunan
kita. Untuk mendapatkan suatu keadaan yang lebih makmur perlu usaha yang besar.
Suatu nilai budaya yang perlu dimiliki oleh manusia Indonesia dari semua lapisan
masyarakat ialah nilai-budaya yang berorientas pada masa depan. Usaha seperti itu akan
mendorong manusia untuk melihat dan merencakan masa depannya dengan lebih seksama dan
teliti. Suatu nilai-budaya lain juga berpendapat bahwa memiliki hasrat untuk mengeksplorasi
lingkungan alam dan kekuatan alam.
Kemajuan teknologi juga dapat menunjang pembangunan yang ada di Indonesia. Kita
bisa memanfaatkan teknologi yang sudah ada di negara lain, kita sebagai orang Indonesia bisa
membelinya dan diterapkan ke Indonesia guna pembangunan Indonesia yang lebih baik.

IV. Apakah gotong royong itu sebenarnya ?


Konsep gotong royong merupakan suatu konsep yang erat dengan kehidupan rakyat
yang pekerjaannya sebagai petani dalam masyarakat agraris. Dalam kehidupan masyarakat di
Jawa, gotong royong merupakan suatu sistem pengerahan tenaga untuk bercocok tanam di
sawah.
Dengan terjadinya gotong royong, munculnya pendapatan. Karena setelah seseorang
melalukan bercocok taman, seseorang tersebut akan mendapatkan penghasilan. Tolong
menolong dalam kehidupan bermasyarakat juga termasuk di dalam gotong royong, misalnya
menolong tetangga yang tempat tinggalnya berdekatan seperti menolong untuk memperbaiki
sumur atau memperbaiki saluran air.
Dalam kegiatan gotong royong ada istilah tertentu yaitu seperti sambatan, guyuban dan
tetulung layat. Sambatan yaitu dilakukan dengan tidak spontan, melainkan akan mendapatkan
imbalan tertentu. Guyuban berarti bahwa menolong seseorang dengan spontan dan tanpa
pamrih. Lalu tetulung layat yaitu menolong orang lain pada peristiwa kematian dan bencana.
BAB 3
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU
3.1 Buku 1
3.1.1. Kelebihan
Adapun kelebihan dari buku “Ilmu Sosial Budaya Dasar” adalah buku tersebut
menjelaskan materinya dengan bagus dalam artian keterkaitan dari bab-bab yang terdapat pada
buku ini saling berkaitan yang membuat setiap bab dalam buku ini terpadu. Pada setiap bab
juga diberikan, standart kompetensi, kompetensi dasar, dan juga indikator, sehingga
memudahkan pembaca untuk mengetahui arah, tujuan, dan maksud yang akan disampaiukan
oleh buku ini. Penguunaan bahasanya yang mudah dipahami juga menjadi salah satu kelebihan
buku ini, karena akan memudahkan masyarakat awam untuk memaknai setiap kalimatnya.
3.1.2. kekurangan
Adapun kekurangan yang saya jumpai dalam buku “Ilmu Sosial Budaya Dasar” adalah
kualitas tinta percetakan yang kurang bagus dalam arti masih agak kabur-kabur yang dapat
membuat minat baca seseorang berkurang.

3.2. Buku 2
3.2.1.kelbihan
Adapun kelebihan buku “Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan” adalah pertama
buku ini ditulis oleh seorang begawan antropologi Kontjaraningrat. Kedua buku ini
menjelaskan secara sederhana pengertian tentang budaya, adat, mentalitas, modernisasi dan
pembangunan, walaupun singkat namun menyangkut inti pembahasannya. Ketiga, buku ini
menjelaskan tentang sikap mental yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran
pembangunan indonesia, menjelaskan tentang kondisi mentalitas indonesia pada saat buku ini
diterbitkan ( sekitar 15 tahun lalu), dan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan mentalitas
bangsa kita.
3.2.2 kekurangan
Sama halnyta dengan buku pertanma di atas, kekurangan pada buku ini juga terletak
pada kualitas percetakan yang kurang cerah, membuat minat membaca berkurang.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebudayaan dalam arti sempit ialah kesenian, dalam arti luas yaitu seluruh total
pemikiran, karya manusia yang tidak berakar pada nalurinya dan dapat dicetuskan sesudah
manusia melalui proses belajar. Kebudayaan juga mempunyai wujud yaitu wujud kebudayaan
yang bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, di sentuh maupu di raba. Wujud ini terletak di dalam
kepala manusia sebagai pikiran. Lalu wujud ke dua yaitu tata kelakuan atau pedoman hidup
masyarakat. Dan wujud ke tiga yaitu kebudayaan fisik, wujud ini memerlukan keterangan yang
banyak karena wujud kebudayaan fisik adalah wujud yang paling konkret.
Budaya juga memiliki sistem nilai yang terdiri dari alam pikiran masyarakat itu sendiri.
Sistem budaya biasanya sebagai sistem pedoman tertinggi bagi prilaku manusia. Sistem tata
kelakuan manusia, hukum dan norma-norma juga berpedoman dalam sistem budaya.
Kehidupan yang dijalani sehari-hari sangat membutuhkan pedoman hidup, agar hidup yang
dijalani tidak sia-sia.
Mentalitas pembangunan merupakan usaha adaptasi dengan adanya perubahan di
dalam lingkungan. Manusia juga perlu bereksplorasi guna meningkatkan pembangunan demi
mencapai suatu kesuksesan. Untuk membangun mentalitas pembangunan, sikap tidak percaya
diri harus dihindari. Untuk melancarkan mentalitas pembangunan, dibutuhkan masyarakat
yang turut serta mendukung pembangunan tersebut.
4.2 Saran
Kedua buku di atas menjelaskan materinya dengan bagus, jadi baik digunakan sebagi
referensi untuk siswa, mahasiswa, dosen, dan masyarakat umum juga.
Akan lebih menarik jika kualitas percetakannya lebih diperhatikan karena akan berpengaruh
terhadap minat baca seseorang.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat.(2004).KEBUDAYAAN, MENTALITAS dan PEMBANGUNAN.Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Tim Dosen.(2015).ILMU SOSIAL dan BUDAYA DASAR.Medan:UNIMED PRESS

Anda mungkin juga menyukai