PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“NEGARA HUKUM”
JURUSAN KIMIA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
penulis rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
Critical Journal Review ini. Penulisan CJR, ini penulis sajikan secara ringkas dan sederhana
sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas penulisan Critical Journal Report dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam penyusunan CJR ini, penulis mendapat bimbingan dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakannya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan CJR
ini terutama kepada Ibu Nelly Armayanti, Sp.,M,Sp yang telah membimbing serta
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis berharap dengan adanya CJR ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya bagi pembaca untuk memperluas wawasan dan juga pengetahuan mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan dan Negara Hukum.
Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,kritik yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan agar dapat memperbaikinya dan menjadi bekal untuk penulisan CJR yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang..
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Identitas Jurnal
a. Jurnal Pertama
1. Judul Jurnal : PENERAPAN PRINSIP NEGARA HUKUM DIINDONESIA
2. Penulis : Haposan Siallagan.
3. Jenis Jurnal : Sosiohumaniora.
4. Tahun terbit : 2016.
5. Volume, No : Volume. 18, No.2
b. Jurnal Kedua
1. Judul Jurnal : NEGARA HUKUM INDONESIA KEBALIKAN
NACHTWACHTERSTAAT.
2. Penulis : Zulkarnain Ridlwan.
3. Jenis Jurnal : Jurnal Ilmu Hukum.
4. ISSN : 1978-5186.
5. Tahun terbit : 2012
6. Volume, No : Volume. 5, No.2
c. Jurnal Ketiga
Judul Jurnal : Demokrasi dan Negara Hukum.
Penulis : Muntoha.
Jenis Jurnal : jurnal Hukum
Tahun terbit : 2009
Volume, No : 3, No 16
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
a. jurnal Pertama
1. Pendahuluan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Adapun penelitian yang bersifat
deskriptif analitis adalah penelitian yang bertujuan atau dimaksudkan untuk menguraikan atau
mendeskripsikan atau memberikan gambaran secara sistematis, faktual serta akurat mengenai
suatu populasi atau daerah tertentu terkait dengan sifat-sifat atau faktor-faktor tertentu.
4. Kesimpulan.
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia tidak merujuk secara langsung terhadap dua
aliran negara hukum, yaitu rechtsstaat maupun rule of law, namun dijalankan berdasarkan
prinsip negara hukum dengan ciri tersendiri melalui elaborasi prinsip negara hukum pada
umumnya, yaitu adanya perlindungan hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya penyelenggaraan pemerintahan
yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan adanya peradilan
administrasi negara. Dalam rangka memaksimalkan penerapan prinsip negara hukum
Indonesia, maka kiranya dalam setiap pelaksanaannya dapat dijalankan secara konsisten.
b. Jurnal Kedua
1. Pendahuluan
Ide negara hukum telah lama dikembangkan oleh para filsuf dari zaman Yunani Kuno.
Plato, pada awalnya dalam “the Republic” berpendapat bahwa adalah mungkin mewujudkan
negara ideal untuk mencapai kebaikan, yang berintikan kebaikan. Jadi, sebagai sebuah konsep
bernegara, negara hukum bukanlah sesuatu yang baru dalam pembicaraan mengenai
bagaimana negara dijalankan dan dikelola. Pada abad 19 muncul gagasan tentang pembatasan
kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, selanjutnya diketahui tertuang dalam apa yang disebut konstitusi. Konstitusi tersebut
memuat batasbatas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat, serta
prinsip check and balances antar kekuasaan yang ada. Pembatasan konstitusi atas kekuasaan
negara ini selanjutnya dikenal dengan istilah konstitusionalisme. Konstitusionalisme
kemudian memunculkan konsep rechstaat (dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental) atau
rule of law (dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon) yang di Indonesia diterjemahkan dengan
Negara Hukum. Negara yang memiliki peran terbatas tersebut juga acap kali dijuluki sebagai
nachtwachterstaat (negara penjaga malam).
2. Pembahasan
Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu pertama)
Adapun mengenai ketentuan bernegara Indonesia yang berdasarkan hukum, UUD 1945
(kurun waktu pertama) tidak menyebutkannya dalam PasalPasal.10 Aturan mengenai hal ini
diatur dalam Penjelasan Otentik UUD 1945 yang berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas
Hoekoem (Rechstaat), tidak berdasarkan atas kekoesaan belaka (Machstaat).11 Ketentuan
dalam Penjelasan tersebut bersifat perbandingan, bahwa penyelenggaraan negara Indonesia
yang dicita-citakan para founding fathers adalah rechstaat bukan machstaat. Dengan
demikian, cita negara hukum sudah terkonsepkan dalam Konstitusi Pertama yang berlaku di
Indonesia, meski letak substansinya hanya ada dalam Penjelasan Otentik. Hal ini menjelaskan
bahwa pemikiran awal pembentukan pemerintahan negara Indonesia diarahkan kepada
penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan hukum sebagai panglima, agar tidak
terjebak pada dominasi otoritas pemerintah sebagai ribadi yang menjalankan kekuasaan
bernegara tanpa mendasarkan pada hukum. Dengan demikian, harapan terwujudnya
supremasi hukum diatas yang realitas sosial yang lain menjadi ruh perdana yang disematkan
pada penyelenggara pemerintahan Negara Republik Indonesia.
Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum, dapat dilihat
bekerjanya tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di
hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law). Juga ditemukan bahwa, pada setiap negara
hukum akan terlihat ciri-ciri adanya : 1) Jaminan perlindungan HAM; 2) Kekuasaan
kehakiman atau peradilan yang merdeka; 3) Legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik
pemerintah/negara maupun warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui
hukum. Adapun konsep negara hukum Indonesia memiliki ciri tersendiri. Ciri tersebut sejalan
dengan tujuan berdirinya negara Indonesia, yang mencakup : 1. Perlindungan terhadap
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2. Pemajuan kesejahteraan
umum; 3. Pencerdasan kehidupan bangsa; dan 4. Keikutsertaan dalam memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Disamping itu,
konsep negara hukum Indonesia juga dipengaruhi oleh Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai
dasar yang diakui bersama bangsa Indonesia, dan menjadi landasan praktek kedaulatan rakyat,
yakni Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan; serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, negara hukum Indonesia yang dijalankan haruslah senantiasa memperhatikan aspek
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan. Penegasan konsep negara
hukum Indonesia menjadi penting agar ciri khas yang dimiliki bangsa ini tetap terpelihara.
3. Kesimpulan
Konsep negara hukum yang dianut dalam UUD 1945 adalah negara hukum yang
aktif/dinamis. Model negara hukum seperti ini menjadikan negara sebagai pihak yang aktif
berorientasi pada pemenuhan dan perwujudan kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip
welvaarstaat¸yang merupakan kebalikan konsp dan prinsip dari nachtwachternstaat atau
negara penjaga malam. Sebab ciri yang melekat pada negara hukum Indonesia sejalan dengan
tujuan berdirinya negara Indonesia, yaitu Perlindungan terhadap segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia; Pemajuan kesejahteraan umum; Pencerdasan kehidupan
bangsa; dan Keikutsertaan dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
c. Jurnal Kegita
1. Pengantar
Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu
sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan
dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada
sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu
negara bukanlah manusia, tetapi hukum.
2. Konsepsi Demokrasi
Konsepsi demokrasi selalu menempatkan rakyat pada posisi yang sangat strategis dalam
sistem ketatanegaraan, walaupun pada tataran implementasinya terjadi perbedaan antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Karena berbagai varian implementasi demokrasi
tersebut, maka di dalam literatur kenegaraan dikenal beberapa istilah demokrasi yaitu
demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila,
demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
demokrasi sebagai suatu gagasan politik di dalamnya terkandung 5 (lima) kriteria, yaitu:8 (1)
persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat; (2) partisipasi
efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan
keputusan secara kolektif, (3) pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi
setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan
secara logis, (4) kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi
masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui
proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga
yang mewakili masyarakat, dan (5) pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup
semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.
Secara historis, gagasan tentang konsepsi negara hukum terus bergulir sejalan dengan arus
perkembangan sejarah. Mulai dari konsepsi negara hukum liberal (nachwachter staat/negara
sebagai penjaga malam) ke negara hukum formal (formele rechtsstaat) kemudian menjadi
negara hukum materiil (materiele rechtsstaat) hingga pada ide negara kemakmuran
(welvarstaat) atau negara yang mengabdi kepada kepentingan umum (social service state atau
sociale verzorgingsstaat). Dalam negara hukum liberal ini terdapat jaminan bahwa setiap
warga negara mempunyai kedudukan hukum yang sama dan tidak boleh diperlakukan
sewenang-wenang oleh penguasa. Maka, untuk mencapai tujuan ini, negara harus
mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama
tinggi dan sama rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan satu
sama lain sehingga untuk dapat disebut sebagai negara hukum dalam tipe ini harus memiliki 2
(dua) unsur pokok, yaitu:18 (1) Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; dan (2)
Pemisahan kekuasaan dalam negara.
Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17 Agustus
1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai negara hukum. Hal ini terindikasikan dari adanya
suatu ciri negara hukum yang prinsip-prinsipnya dapat dilihat pada Konstitusi Negara R. I.
(sebelum dilakukan perubahan), yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh (non
Pasal-pasal tentang HAM). Pembukaan maupun Batang Tubuh UUD 1945 dan secara
eksplisit dimuat di dalam Penjelasan UUD 1945, penempatan rumusan negara hukum
Indonesia telah bergeser kedalam Batang Tubuh UUD 1945 yang secara tegas dinyatakan di
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Jika dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana uraian pada pembahasan di
atas, maka dapat ditemukan pengaturan unsur-unsur negara hukum dalam Batang Tubuh
UUD 1945 sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM); 2.
Pemisahan / pembagian kekuasaan; 3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan 4.
Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum itu
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak
kemerdekaan. Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide negara hukum
itu tidak dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia
menganut ide ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’. Sementara dalam Konstitusi RIS Tahun
1949, ide negara hukum itu bahkan tegas dicantumkan, demikian pula dalam UUDS 1950,
kembali rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas. Bahkan
dalam Perubahan Ketiga pada tahun 2001 terhadap UUD Negara RI Tahun 1945, ketentuan
mengenai negara hukum ini kembali dicantumkan secara tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Oleh karena itu, secara teoritis gagasan
kenegaraan Indonesia telah memenuhi persyaratan sebagai negara hukum modern, yaitu
negara hukum yang demokratis dan bahkan menganut pula paham negara kesejahteraan
(welfare-state).
5. Penutup
Negara hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi karena terdapat korelasi yang
jelas antara negara hukum yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang
dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat merupakan
esensi dari sistem ini. Akan tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan
bentuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Negara hukum
yang demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.
Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan “tangan besi”.
BAB III
PEMBAHASAN
4. Kelengkapan jurnal
Pada jurnal pertama tidak terdapat saran , pada jurnal kedua sudah lengkap namun
pada jurnal ketiga terdapat penutup sehingga tidak jelas itu merupakan kesimpulan
atau saran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Semoga makalah Critical Jurnal Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan digunakan
sebaik-baiknya, perlu adanya dukungan yang positif dari pembaca agar pembuatan makalah
selanjutnya lebih baik lagi.