Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“NEGARA HUKUM”

DISUSUN OLEH KELOMPOK IX

NAMA :1.CUT SAFRIDA RISKA(4182131003)

2.DESY ISTANTI SIMBOLON (4183131047)

3.NANCY DAVICI TAMBA (4183331040)

KELAS : KIMIA DIK A 2018

DOSEN PENGAMPU : NELLY ARMAYANTI,Sp.,M.Sp.

MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
penulis rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga bisa menyusun dan menyelesaikan tugas
Critical Journal Review ini. Penulisan CJR, ini penulis sajikan secara ringkas dan sederhana
sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki, dan tugas ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas penulisan Critical Journal Report dalam Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam penyusunan CJR ini, penulis mendapat bimbingan dari berbagai pihak untuk
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakannya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan CJR
ini terutama kepada Ibu Nelly Armayanti, Sp.,M,Sp yang telah membimbing serta
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Penulis berharap dengan adanya CJR ini dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya bagi pembaca untuk memperluas wawasan dan juga pengetahuan mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan dan Negara Hukum.

Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,kritik yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan agar dapat memperbaikinya dan menjadi bekal untuk penulisan CJR yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang..

Medan, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Identitas Jurnal

a. Jurnal Pertama
1. Judul Jurnal : PENERAPAN PRINSIP NEGARA HUKUM DIINDONESIA
2. Penulis : Haposan Siallagan.
3. Jenis Jurnal : Sosiohumaniora.
4. Tahun terbit : 2016.
5. Volume, No : Volume. 18, No.2

b. Jurnal Kedua
1. Judul Jurnal : NEGARA HUKUM INDONESIA KEBALIKAN
NACHTWACHTERSTAAT.
2. Penulis : Zulkarnain Ridlwan.
3. Jenis Jurnal : Jurnal Ilmu Hukum.
4. ISSN : 1978-5186.
5. Tahun terbit : 2012
6. Volume, No : Volume. 5, No.2

c. Jurnal Ketiga
 Judul Jurnal : Demokrasi dan Negara Hukum.
 Penulis : Muntoha.
 Jenis Jurnal : jurnal Hukum
 Tahun terbit : 2009
 Volume, No : 3, No 16
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

a. jurnal Pertama

1. Pendahuluan.

Perkembangan sistem ketatanegaraan sejumlah negara belakangan ini menunjukkan


bahwa begitu banyak negara yang kemudian menjadikan konsepsi tentang negara hukum
sebagai konsep ideal dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu
menunjukkan bahwa betapa sentralnya posisi dan kedudukan hukum dalam perjalanan
kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam rangka mengatur kehidupan suatu
negara menjadi lebih baik. Hukum menjadi sesuatu yang sangat urgen untuk menata
kehidupan manusia.
Sebagaimana dikemukakan Janpatar Simamora (2014:549), bahwa pada umumnya
konsepsi tentang negara hukum selalu berkiblat pada dua tradisi hukum yang berbeda, yaitu
common law system dan civil law system. Kedua sistem hukum tersebut menggunakan istilah
yang berbeda pula, yaitu rechtsstaat dan the rule of law. Rechtsstaat diketaui muncul sebagai
upaya menentang absolutism raja atau penguasa, yang sifatnya revolusioner dan bertumpu
pada sistem hukum kontinental yang disebut civil law system. Sedangkan the rule of law
dapat dikatakan berkembang secara evolusioner yang kemudian bertumpu atas sistem hukum
commn law system. Rechtsstaat misalnya, pada prinsipnya mengandung sejumlah ciri pokok
di antaranya adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya pemisahan atau
pembagian kekuasaan lembaga negara dalam rangka menjamin pelaksanaan kekuasaan negara
itu sendiri, serta adanya peradilan administrasi. Adapun the rule of law pada prinsipnya
mengandung ciri pokok seperti adanya supremasi hukum, adanya persamaan kedudukan di
hadapan hukum (equility before the law) serta adanya jaminan perlindungan hak asasi
manusia. Dilihat dari sejumlah ciri khas dimaksud, tampak dengan jelas adanya perbedaan di
antara kedua sistem hukum dimaksud. Dalam negara hukum yang menganut rechtsstaat,
terlihat dengan jelas bagaimana pentingnya peradilan administrasi sebagai salah satu alat
pembeda dengan sistem hukum lainnya. Sementara dalam negara hukum yang menganut the
rule of law, menempatkan pentingnya persamaan di hadapan hukum. namun demikian,
kendati misalnya rechtsstaat tidak menegaskan adanya prinsip persamaan di hadapan hukum,
bukan berarti bahwa hal tersebut dapat dimaknai bahwa negara hukum rechtsstaat tidak
mengakui konsep persamaan di hadapan hukum.
Dalam catatan historis ketatanegaraan Indonesia, konsep negara hukum selalu ditegaskan
dalam konstitusi. Kendati sejumlah konstitusi maupun UUD telah pernah mengalami
pergantian maupun perubahan di tanah air, namun penegasan tentang negara Indonesia
sebagai negara hukum selalu dilakukan dalam konstitusi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia sendiri memandang betapa pentingnya konsep negara hukum dalam
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik dalam UUD 1945 sebelum perubahan,
Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 hingga berlakunya kembali UUD 1945 sampai dengan
UUD 1945 hasil perubahan, konsep negara hukum selalu mendapat penekanan tersendiri
dalam konstitusi. Hanya saja, jika dilihat dari substansi pengaturannya, pemaknaan konsepsi
negara hukum Indonesia saat ini kurang jelas seiring dengan tidak adanya penegasan akan
negara hukum yang dianut Indonesia. Dalam UUD 1945 konsep negara hukum ditegaskan
melalui Bagian Penjelasan, tepatnya pada Bagian Sistem Pemerintahan Negara. Menurut
ketentuan tersebut ditegaskan bahwa sistem pemerintahan negara yang ditegaskan dalam
Undang-Undang Dasar adalah Indonesia merupakan negara yang berdasar atas hukum
(rechtsstaat). Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan
kekuasaan belaka (machtsstaat).
2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Adapun penelitian yang bersifat
deskriptif analitis adalah penelitian yang bertujuan atau dimaksudkan untuk menguraikan atau
mendeskripsikan atau memberikan gambaran secara sistematis, faktual serta akurat mengenai
suatu populasi atau daerah tertentu terkait dengan sifat-sifat atau faktor-faktor tertentu.

3. Hasil Dan Pembahasan.

 Istilah Negara Hukum.


Selain istilah rechtsstaat, istilah lain yang juga sangat populer di Indonesia adalah the rule
of law, yang juga digunakan untuk maksud negara hukum. Notohamidjojo (1970:27)
menggunakan kata-kata ”…maka timbul juga istilah negara hukum atau rechtsstaat”.
Kemudian, Djokosoetono mengatakan bahwa negara hukum yang demokratis sesungguhnya
istilah ini adalah salah, sebab kalau kita hilangkan democratische rechtsstaat, yang penting
dan primair adalah rechtsstaat (Padmo Wahyono, 1984:67). Muhammad Yamin (1982:72)
menggunakan kata negara hukum sama dengan rechtsstaat atau government of law. Jelasnya
Yamin menyatakan bahwa: “Republik Indonesia ialah negara hukum (rechtsstaat, government
of law ) tempat keadilan yang tertulis berlaku, bukanlah negara polisi atau negara militer,
tempat polisi dan prajurit memegang pemerintah dan keadilan, bukanlah pula negara
kekuasaan (macthtsstaat) tempat tenaga senjata dan kekuatan badan melakukan
sewenangwenang.” ( kursif penulis).” Dengan demikian dalam kepustakaan Indonesia selain
istilah rechtsstaat juga dikenal istilah the rule of law, yang artinya juga negara hukum. Sejalan
dengan hal itu, Mauro Capelletti (1971:42) menggunakan istilah rechtsstaat sama dengan the
rule of law, dalam kata-katanya sebagai berikut: “…it has since come to be consident by
many as essential to the rule of law (rechtsstaat) anywhere.” Demikian pula Sunaryati Hatono
(1976:35), menggunakan istilah negara hukum yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat
yang bersangkutan, penegakan the rule of law itu harus dalam arti materiil.” Moh. Kusnardi
dan Harmaily Ibrahim (1988:161) dengan tegas menyatakan bahwa di Inggris sebutan untuk
negara hukum (rechtsstaat) adalah the rule of law, sedangkan di Amerika Serikat disebut
sebagai “government of law, but no man”. Kendati begitu banyak peristilahan yang
mengemuka terkait negara hukum, namun sesungguhnya seluruh istilah dimaksud mengarah
pada dua istilah pokok, yaitu rechtsstaat dan the rule of law.

 Konsep Eropa Kontinental tentang Negara Hukum (Rechtsstaat).

Pemikiran tentang negara hukum di Eropa Kontinental merupakan reaksi terhadap


absolutisme yang hampir menyeluruh pada pemerintahan raja-raja di Benua Eropa. Paham
rechtsstaat mulai populer sejak abad XIX, yang lahir dari suatu perjuangan terhadap
absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, yang bertumpu pada suatu sistem hukum
kontinental yang disebut civil law. Ciri negara hukum pada masa itu dilukiskan sebagai
negara penjaga malam (nachtwakersstaat), (Muntoha, 2009:384) tugas pemerintah dibatasi
pada mempertahankan ketertiban umum dan keamanan (de openbare orde en veiligheid) (P.de
Haan, Th.G Druksteen, R. Fernhout, 1986:8) Kemudian, Immanuel Kant, seorang yang
berkebangsaan Jerman dikenal sebagai pemikir negara hukum yang sangat dominan di Eropa
Kontinental. Dalam perkembangannya kemudian, dapat diketahui bahwa ciri-ciri negara
hukum abad XIX, yaitu: adanya UUD atau konstitusi yang memuat ketentuan tertulis yang
mengikat tentang hubungan antara pemerintah dan rakyat, adanya pemisahan kekuasaan, dan
tindakan pemerintah harus berdasarkan atas undang-undang dan terjaminnya hak dasar atau
hak-hak kebebasan rakyat. Dari ciri-ciri di atas menunjukkan secara jelas bahwa dalam
sebuah negara hukum, adanya UUD harus dapat memberikan jaminan konstitusional terhadap
kebebasan dan persamaan. Pentingnya pemisahan kekuasaan supaya terhindar dari
penumpukan kekuasaan dalam satu tangan, yang sering kali cenderung kepada
penyalahgunaan kekuasaan dan kesewenang-wenangan. Dengan adanya pemisahan kekuasaan
berarti juga sebagai jaminan terhadap terciptanya kekuasaan kehakiman yang merdeka
terhadap kekuasaan lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada abad XX, paham rechtsstaat mengalami
penyempurnaan, dengan mendapat perhatian para pemikir dari benua Eropa, di antaranya Paul
Scholten yang membedakan tingkatan antara asas dan aspek negara hukum. Unsur yang
dianggap penting dinamakannya dengan asas dan unsur yang merupakan turunannya disebut
aspek. Asas negara hukum menurut paham Scholten adalah (a) ada hak warga terhadap
negara, yang mengandung dua aspek: pertama, hak individu pada prinsipnya berada di luar
wewenang negara; kedua, pembatasan terhadap hak tersebut hanyalah dengan ketentuan
undang-undang, berupa peraturan yang berlaku umum; (b) adanya pemisahan kekuasaan.
Scholten, dengan mengikuti Montesquieu mengemukakan tiga kekuasaan negara yang harus
dipisah satu sama lain, yaitu kekuasaan pembentuk undang-undang, kekuasaan melaksanakan
undang-undang dan kekuasaan mengadili.
Menurut A.V.Dicey, setidaknya terdapat tiga unsur utama dalam paham the rule of law.
Ketiga unsur utama dimaksud, yaitu: supremasi aturan-aturan hukum atau dengan kata lain
keunggulan mutlak hukum, kedudukan yang sama di muka hukum atau sering juga disebut
dengan istilah persamaan di hadapan hukum, dan terjaminnya hak asasi manusia dalam
konstitusi serta oleh lembaga peradilan. Dalam paham the rule of law, hukum konstitusi
bukanlah sumber, tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan dan
ditegaskan oleh pengadilan.
 Negara Hukum Indonesia
Istilah negara hukum Indonesia sering dipadankan dengan rechtsstaat dan juga istilah the
rule of law. Jika dilihat dari sejumlah konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, dapat
dikatakan bahwa semua konstitusi dimaksud selalu menegaskan bangsa Indonesia sebagai
negara hukum. Terkait dengan hal itu, istilah yang digunakan dalam UUD 1945 sebelum
perubahan adalah “Negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)”. Di samping itu juga,
dalam rangka menunjukkan ciri khas bangsa Indonesia, juga dikenal istilah negara hukum
dengan menambah atribut Pancasila sehingga atas dasar itu, maka kemudian sering disebut
sebagai negara hukum Pancasila. Selanjutnya, dalam Konstitusi RIS 1949, istilah negara
hukum disebutkan secara tegas, baik dalam Mukadimah maupun di dalam Batang Tubuhnya.
Dalam alinea ke 4 Mukadimah Konstitusi RIS, ditegaskan bahwa “Untuk mewujudkan
kebahagiaan kesejahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara
hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna”. Dalam Pasal 1 ayat (1) dipertegas lagi
bahwa “Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum
yang demokrasi dan berbentuk federasi.” Hal itu menunjukkan bahwa konsepsi negara hukum
selalu dijadikan dasar dalam membangun kehidupan suatu negara.
Kini, dalam UUD 1945 setelah perubahan, penegasan negara hukum bagi Indonesia
dilakukan melalui Pasal 1 ayat (3) UUD 1945. Namun demikian, tidak ditemukan penjelasan
terkait dengan negara hukum mana sesungguhnya yang bangsa Indonesia saat ini. Apakah
negara hukum dalam arti rechtsstaat atau negara hukum dalam arti the rule of law atau justru
merupakan negara hukum dengan ciri khas tersendiri. Sebagaimana diketahui bahwa secara
umum, lazimnya konsep negara hukum selalu merujuk pada dua aliran utama, yaitu negara
hukum dalam arti rechtsstaat dan negara hukum dalam arti the rule of law. Namun dalam
UUD 1945 setelah perubahan, penegasan konsep negara hukum bagi Indonesia tidak
dibarengi dengan penjelasan lanjutan terkait dengan paham negara hukum yang dianut. Hal
demikian pada prinsipnya mengakibatkan paham negara hukum yang dianut Indonesia
menjadi kurang mengandung kejelasan serta kepastian. Belum lagi ditambah dengan apa yang
dikemukakan Dayanto (2013:498) bahwa pembangunan hukum pasca reformasi terkesan
tambal sulam. Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia dapat dikatakan dijalankan tanpa
berpatokan secara langsung pada prinsip rechtsstaat atau rule of law. Janpatar Simamora
(2016:26) mengemukakan bahwa terwujudnya negara hukum sebagaimana yang dicita-
citakan dalam UUD 1945 akan dapat direalisasikan bila seluruh proses penyelenggaraan
pemerintahan atau negara benar-benar didasarkan pada kaidah-kaidah yang tertuang dalam
konstitusi itu sendiri.

4. Kesimpulan.

Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia tidak merujuk secara langsung terhadap dua
aliran negara hukum, yaitu rechtsstaat maupun rule of law, namun dijalankan berdasarkan
prinsip negara hukum dengan ciri tersendiri melalui elaborasi prinsip negara hukum pada
umumnya, yaitu adanya perlindungan hak asasi manusia, adanya pemisahan atau pembagian
kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya penyelenggaraan pemerintahan
yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan adanya peradilan
administrasi negara. Dalam rangka memaksimalkan penerapan prinsip negara hukum
Indonesia, maka kiranya dalam setiap pelaksanaannya dapat dijalankan secara konsisten.

b. Jurnal Kedua

1. Pendahuluan

Ide negara hukum telah lama dikembangkan oleh para filsuf dari zaman Yunani Kuno.
Plato, pada awalnya dalam “the Republic” berpendapat bahwa adalah mungkin mewujudkan
negara ideal untuk mencapai kebaikan, yang berintikan kebaikan. Jadi, sebagai sebuah konsep
bernegara, negara hukum bukanlah sesuatu yang baru dalam pembicaraan mengenai
bagaimana negara dijalankan dan dikelola. Pada abad 19 muncul gagasan tentang pembatasan
kekuasaan pemerintah melalui pembuatan konstitusi, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, selanjutnya diketahui tertuang dalam apa yang disebut konstitusi. Konstitusi tersebut
memuat batasbatas kekuasaan pemerintah dan jaminan atas hak-hak politik rakyat, serta
prinsip check and balances antar kekuasaan yang ada. Pembatasan konstitusi atas kekuasaan
negara ini selanjutnya dikenal dengan istilah konstitusionalisme. Konstitusionalisme
kemudian memunculkan konsep rechstaat (dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental) atau
rule of law (dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon) yang di Indonesia diterjemahkan dengan
Negara Hukum. Negara yang memiliki peran terbatas tersebut juga acap kali dijuluki sebagai
nachtwachterstaat (negara penjaga malam).

2. Pembahasan

Dikatakan bahwa ada 6 (enam) syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah


yang demokratis dibawah Rule of Law, yaitu Perlindungan Konstitusional, Peradilan atau
badanbadan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, Pemilihan Umum yang bebas,
Kebebasan menyatakan pendapat, Kebebasan berserikat/ berorganisasi dan beroposisi, dan
Pendidikan kewarganegaraan.4 Undang-Undang Dasar negara kita menyebutkan bahwa
Negara Republik Indonesia itu adalah Negara Hukum yang demokrasi (democratische
rechtstaat) dan sekaligus adalah Negara Demokrasi yang berdasarkan atau hukum
(constitutional democracy) yang tidak terpisahkan satu sama lain.5 Sebagaimana disebutkan
dalam naskah perubahan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa paham negara hukum
sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (3) berkaitan erat dengan paham negara
kesejahteraan (welfare state) atau paham negara hukum materiil sesuai dengan bunyi alenia
keempat Pembukaan dan Ketentuan Pasal 34 UUD 1945. Pelaksanaan paham negara hukum
materiil akan mendukung dan mempercepat terwujudnya negara kesejahteraan di Indonesia.
Konsep Negara Hukum, selain bermakna bukan Negara Kekuasaan (Machtstaat) juga
mengandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi,
dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang
diatur dalam undang-undang dasar, adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam
undang-undang dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang
menjamin persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi setiap
orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.
Hubungan antara demokrasi dan negara hukum dapat tercermin dalam penjabaran bahwa
yang dapat menjamin secara konstitusional terselenggaranya pemerintah yang demokratis
adalah adanya hukum yang menaunginya. Dengan kata lain demokrasi yang berada dibawah
Rule of Law. Sedangkan syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang
demokratis di bawah Rule of Law ialah: 1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa
konstitusi, selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara procedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin. 2. Badan kehakiman yang bebas dan
tidak memihak (independent and impartial tribunals). 3. Pemilihan umum yang bebas. 4.
Kebebasan untuk menyatakan pendapat. 5. Kebebasan untuk berserikat/ berorganisasi dan
beroposisi. 6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education). Jika merujuk pada ke enam
hal tersebut dengan mengidentifikasi keberadaan dan prakteknya dalam negara Indonesia,
maka dapat dikatakan bahwa Indonesia telah memenuhi syarat sebagai negara hukum yang
melaksanakan demokrasi yang berdasarkan konstitusi.

 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 (kurun waktu pertama)

Adapun mengenai ketentuan bernegara Indonesia yang berdasarkan hukum, UUD 1945
(kurun waktu pertama) tidak menyebutkannya dalam PasalPasal.10 Aturan mengenai hal ini
diatur dalam Penjelasan Otentik UUD 1945 yang berbunyi: “Negara Indonesia berdasar atas
Hoekoem (Rechstaat), tidak berdasarkan atas kekoesaan belaka (Machstaat).11 Ketentuan
dalam Penjelasan tersebut bersifat perbandingan, bahwa penyelenggaraan negara Indonesia
yang dicita-citakan para founding fathers adalah rechstaat bukan machstaat. Dengan
demikian, cita negara hukum sudah terkonsepkan dalam Konstitusi Pertama yang berlaku di
Indonesia, meski letak substansinya hanya ada dalam Penjelasan Otentik. Hal ini menjelaskan
bahwa pemikiran awal pembentukan pemerintahan negara Indonesia diarahkan kepada
penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan hukum sebagai panglima, agar tidak
terjebak pada dominasi otoritas pemerintah sebagai ribadi yang menjalankan kekuasaan
bernegara tanpa mendasarkan pada hukum. Dengan demikian, harapan terwujudnya
supremasi hukum diatas yang realitas sosial yang lain menjadi ruh perdana yang disematkan
pada penyelenggara pemerintahan Negara Republik Indonesia.

 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam KRIS 1945

Dalam konsepsi negara Republik Indonesia Serikatpun, penyelenggaraan negara


diarahkan pada cita negara hukum dengan klausa “...Untuk mewujudkan ... negara hukum
Indonesia Merdeka jang berdaulat sempurna”. Klausa tersebut selanjutnya ditegaskan dalam
penjabaran mengenai Bentuk Negara dan Kedaulatan, pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi:
“Republik Indonesia Serikat jang merdeka dan berdaulat jalah suatu negara-hukum jang
demokrasi dan berbentuk federasi.” Pasal ini menjelaskan bahwa bentuk negara hukum yang
dicita-citakan pada masa berlakunya KRIS adalah negara hukum yang menganut dan
mempraktekkan demokrasi sebagai pilihan penyelenggaraan negara. Dengan kata lain, konsep
negara hukum pada masa ini adalah Negara Hukum Demokratis.

 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1950


Pada Mukaddimah UUDS 1950 yang ditetapkan oleh Presiden Soekarno pada 15 Agustus
1950 memuat Paragraf yang mengatur konsep bernegara hukum yang berbunyi: “Maka demi
ini kami menjusun kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam Negara jang berbentuk
republik-kesatuan, berdasarkan ke-Tuhanan Jang Maha Esa, peri-kemanusiaan, kebangsaan,
kerakjatan dan keadilan sosial, untuk mewudjudkan kebahagiaan, kesedjahteraan, perdamaian
dan kemerdekaan dalam masjarakat dan negara-hukum Indonesia Merdeka jang berdaulat
sempurna”. Kesamaan yang dimiliki ketentuan dalam KRIS 1949 dan UUDS 1950 yaitu
bahwa meski memiliki kesamaan cita untuk membentuk negara hukum yang demokratis,
namun dalam pengaturan konsepsi implementasinya masih menunjuk kepatuhan yang
dilakukan oleh ‘setiap orang dalam Negara Indonesia’ disamping kepada Undang-Undang –
sebagai suatu produk hukum-, juga kepada penguasa, dalam hal ini pemerintah. Sehingga
dapat diartikan bahwa meski Undang-Undang tidak dapat dikatakan mewakili hukum sebagai
ruh cita mewujudkan negara hukum, namun kepatuhan terhadapnya menjadi salah satu tolok
ukur perwujudan semangat negara hukum.

 Konsep Negara Hukum Indonesia dalam UUD 1945 Pasca Perubahan.

Secara umum, dalam setiap negara yang menganut paham negara hukum, dapat dilihat
bekerjanya tiga prinsip dasar, yaitu supremasi hukum (supremacy of law), kesetaraan di
hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan hukum dengan cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law). Juga ditemukan bahwa, pada setiap negara
hukum akan terlihat ciri-ciri adanya : 1) Jaminan perlindungan HAM; 2) Kekuasaan
kehakiman atau peradilan yang merdeka; 3) Legalitas dalam arti hukum, yaitu bahwa baik
pemerintah/negara maupun warga negara dalam bertindak harus berdasar atas dan melalui
hukum. Adapun konsep negara hukum Indonesia memiliki ciri tersendiri. Ciri tersebut sejalan
dengan tujuan berdirinya negara Indonesia, yang mencakup : 1. Perlindungan terhadap
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 2. Pemajuan kesejahteraan
umum; 3. Pencerdasan kehidupan bangsa; dan 4. Keikutsertaan dalam memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Disamping itu,
konsep negara hukum Indonesia juga dipengaruhi oleh Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai
dasar yang diakui bersama bangsa Indonesia, dan menjadi landasan praktek kedaulatan rakyat,
yakni Ketuhanan Yang Maha Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab; Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan; serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, negara hukum Indonesia yang dijalankan haruslah senantiasa memperhatikan aspek
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan. Penegasan konsep negara
hukum Indonesia menjadi penting agar ciri khas yang dimiliki bangsa ini tetap terpelihara.

3. Kesimpulan
Konsep negara hukum yang dianut dalam UUD 1945 adalah negara hukum yang
aktif/dinamis. Model negara hukum seperti ini menjadikan negara sebagai pihak yang aktif
berorientasi pada pemenuhan dan perwujudan kesejahteraan rakyat sesuai dengan prinsip
welvaarstaat¸yang merupakan kebalikan konsp dan prinsip dari nachtwachternstaat atau
negara penjaga malam. Sebab ciri yang melekat pada negara hukum Indonesia sejalan dengan
tujuan berdirinya negara Indonesia, yaitu Perlindungan terhadap segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia; Pemajuan kesejahteraan umum; Pencerdasan kehidupan
bangsa; dan Keikutsertaan dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

c. Jurnal Kegita
1. Pengantar

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu
sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan
dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada
sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu
negara bukanlah manusia, tetapi hukum.

2. Konsepsi Demokrasi

Konsepsi demokrasi selalu menempatkan rakyat pada posisi yang sangat strategis dalam
sistem ketatanegaraan, walaupun pada tataran implementasinya terjadi perbedaan antara
negara yang satu dengan negara yang lain. Karena berbagai varian implementasi demokrasi
tersebut, maka di dalam literatur kenegaraan dikenal beberapa istilah demokrasi yaitu
demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila,
demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
demokrasi sebagai suatu gagasan politik di dalamnya terkandung 5 (lima) kriteria, yaitu:8 (1)
persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat; (2) partisipasi
efektif, yaitu kesempatan yang sama bagi semua warga negara dalam proses pembuatan
keputusan secara kolektif, (3) pembeberan kebenaran, yaitu adanya peluang yang sama bagi
setiap orang untuk memberikan penilaian terhadap jalannya proses politik dan pemerintahan
secara logis, (4) kontrol terakhir terhadap agenda, yaitu adanya keputusan eksklusif bagi
masyarakat untuk menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui
proses pemerintahan, termasuk mendelegasikan kekuasaan itu pada orang lain atau lembaga
yang mewakili masyarakat, dan (5) pencakupan, yaitu terliputnya masyarakat mencakup
semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.

3. Konsepsi Negara Hukum

Secara historis, gagasan tentang konsepsi negara hukum terus bergulir sejalan dengan arus
perkembangan sejarah. Mulai dari konsepsi negara hukum liberal (nachwachter staat/negara
sebagai penjaga malam) ke negara hukum formal (formele rechtsstaat) kemudian menjadi
negara hukum materiil (materiele rechtsstaat) hingga pada ide negara kemakmuran
(welvarstaat) atau negara yang mengabdi kepada kepentingan umum (social service state atau
sociale verzorgingsstaat). Dalam negara hukum liberal ini terdapat jaminan bahwa setiap
warga negara mempunyai kedudukan hukum yang sama dan tidak boleh diperlakukan
sewenang-wenang oleh penguasa. Maka, untuk mencapai tujuan ini, negara harus
mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama
tinggi dan sama rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan satu
sama lain sehingga untuk dapat disebut sebagai negara hukum dalam tipe ini harus memiliki 2
(dua) unsur pokok, yaitu:18 (1) Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; dan (2)
Pemisahan kekuasaan dalam negara.

4. Negara Hukum “Indonesia” yang Demokratis

Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17 Agustus
1945 juga “mengklaim” dirinya sebagai negara hukum. Hal ini terindikasikan dari adanya
suatu ciri negara hukum yang prinsip-prinsipnya dapat dilihat pada Konstitusi Negara R. I.
(sebelum dilakukan perubahan), yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh (non
Pasal-pasal tentang HAM). Pembukaan maupun Batang Tubuh UUD 1945 dan secara
eksplisit dimuat di dalam Penjelasan UUD 1945, penempatan rumusan negara hukum
Indonesia telah bergeser kedalam Batang Tubuh UUD 1945 yang secara tegas dinyatakan di
dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Jika dikaitkan dengan unsur-unsur negara hukum sebagaimana uraian pada pembahasan di
atas, maka dapat ditemukan pengaturan unsur-unsur negara hukum dalam Batang Tubuh
UUD 1945 sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM); 2.
Pemisahan / pembagian kekuasaan; 3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang, dan 4.
Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum itu
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak
kemerdekaan. Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide negara hukum
itu tidak dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia
menganut ide ‘rechtsstaat’, bukan ‘machtsstaat’. Sementara dalam Konstitusi RIS Tahun
1949, ide negara hukum itu bahkan tegas dicantumkan, demikian pula dalam UUDS 1950,
kembali rumusan bahwa Indonesia adalah negara hukum dicantumkan dengan tegas. Bahkan
dalam Perubahan Ketiga pada tahun 2001 terhadap UUD Negara RI Tahun 1945, ketentuan
mengenai negara hukum ini kembali dicantumkan secara tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang
berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Oleh karena itu, secara teoritis gagasan
kenegaraan Indonesia telah memenuhi persyaratan sebagai negara hukum modern, yaitu
negara hukum yang demokratis dan bahkan menganut pula paham negara kesejahteraan
(welfare-state).

5. Penutup

Negara hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi karena terdapat korelasi yang
jelas antara negara hukum yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang
dijalankan melalui sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi partisipasi rakyat merupakan
esensi dari sistem ini. Akan tetapi, demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan
bentuk dan arah, sementara hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna. Negara hukum
yang demokratis, hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi.
Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan “tangan besi”.
BAB III
PEMBAHASAN

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

1. Dari segi bahasa


Pada ketiga jurnal bahasa yang digunakan mudah dipahami dan dimengerti karena
dalam menjelaskannya seperti bercerita.
2. Dari kelengkapan isi (materi) jurnal
Pada jurnal pertama dalam memaparkan materi tentang negara hukum sangat detail
yaitu dalam jurnal tersebut mengenalakn terlebih dahulu perkembangan zaman
kemudia mengkaitkannya dengan hukum setelah itu menjelaskan negara hukum. Dan
didalam jurnal pertama juga banyak terdapat para ahli tentang negara hukum yang
memudahkan saya untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan negara hukum.
Dan didalam menjelaskan perkembangan cakupan negara hukum dalam UUD 1945
sangat detail.
Pada jurnal kedua dalam memaparkan tentang negara hukum sudah cukup jelas namun
hanya sedikit penjelasan tentang negara hukum menurut para ahli dan dalam
menjelaskan konsep negara hukum Indonesia hanya menjelaskan maksudnya saja
tetapi tidak begitu jelas yang membuat saya sedikit bingung.
Pada jurnal ketiga dalam menjelaskan tentang negara hukum tidak begitu jelas karena
hanya menjelaskan secara garis besar. Dan didalam jurnal ini abstracknya dalam
bahasa inggris sehingga menyulitkan pembaca yang tidak terlalu paham dengan
bahasa inggris.

3. Dari tata penulisan jurnal


Pada jurnal pertama sudah bagus karena terlihat yang mana judul dengan penjelasan
yaitu perbedaan ukuran fontnya. Dan tertata rapi sehingga pembaca tertarik untuk
membacanya. Namun pada jurnal ini tidak memiliki catatan kaki.
Pada jurnal kedua cukup bagus dalam tata penulisan jurnal namun ada beberapa
paragraf spasi antara kata terlalu besar sehingga tidak terlihat rapi. Pada jurnal ini
terdapat catatan kaki.
Pada jurnal ketiga dalam tata penulisannya kurang rapi karena ukuran fontnya tidak
sama, sulit dibedakan yang mana catatan kaki dengan pemaparan materi.

4. Kelengkapan jurnal
Pada jurnal pertama tidak terdapat saran , pada jurnal kedua sudah lengkap namun
pada jurnal ketiga terdapat penutup sehingga tidak jelas itu merupakan kesimpulan
atau saran.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap jurnal pasti memiliki kelebihan maupun kelemahan masing-masing. Namun


kami lebih suka pada jurnal pertama karena tata penulisannya dan kelengkapanmaterinya juga
rapi sehingga bagi saya yang tidak tahu tentang negara hukum sekarang lebih mengerti
tentang negara hukum namun bukan berarti pada jurnal kedua dan ketiga tidak memiliki
informasi melainkan kurang lengkap dan dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan untuk
lebih paham lagi tentang negara hukum.
Dari ketiga jurnal yang telah kai review dapat kami simpulkan bahwa Konsep negara
hukum yang dianut dalam UUD 1945 adalah negara hukum yang aktif/dinamis. Negara
hukum itu harus ditopang dengan sistem demokrasi karena terdapat korelasi yang jelas antara
negara hukum yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan rakyat yang dijalankan
melalui sistem demokrasi.

B. SARAN

Semoga makalah Critical Jurnal Review ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan digunakan
sebaik-baiknya, perlu adanya dukungan yang positif dari pembaca agar pembuatan makalah
selanjutnya lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai