Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU: Drs. Liber Siagian, M.Si.

Kelompok VII
SURYANDI (7172141006)
NURLAILY AMALIA (7171141019)
DINDA NOVITA SARI (7173341013)
ABIM RATUNGGA (7171141001)
NADIYAH LADY ASTARI (7153341025)

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas CBR Pendidikan
Kewarganegaraan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telaberkontribusi sehingga CBR ini telah
disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan tuga sini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susuanan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca agar dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata penulis berharap semoga CBR tentang pendidikan kewarganegaraan ini dapat
memberikan sediki tilmu terhadap pembaca.

Medan, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................

Bab I Pendahuluan................................................................................................

A. RasionalisasiPentingnya CBR......................................................................
B. TujuanPenulisan.....................................................................................
C. Manfaat................................................................................................
D. IdentitasBuku.......................................................................................

Bab II Ringkasan Isi Buku..................................................................................

A. Buku Utama.........................................................................................
B. BukuPembanding...................................................................................

BAB III Pembahasan......................................................................................

A. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku..............................................................

BAB IV Penutup...............................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Untuk mempermudah pembaca dalam pemilihan buku sebagai referensi. Dapat
membantu pembaca untuk megetahui kelebihan dan kekurangan isi buku tersebut. Misalnya
dari segi analisis penggunaan bahasa untuk lebih mudah dipahami dan dimengerti tentang
pendidikan kewarganegaraan.

B. TUJUAN PENULISAN

Mengkritisi/membandingkan tiap materi mata kuliah penddikan kewarganegaraan dari


dua buku yang berbeda. Menambah wawasan tentang kewarganegaraa nuntuk tingkat
peguruan tinggi, Menguatkan pemahaman mahasiswa tentang ilmu kewarganegaraan Untuk
memenuhi tugas KKNI mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

C. MANFAAT
a. Untuk menambah wawasan tentang pendidikan kewarganegaraan.
b. Mengetahui materi tentang Negara Hukum di mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan untuk perguruan tinggi.

D. IDENTITAS BUKU
a. BukuUtama
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
2. Pengarang :ApiekGandamana
3. Penerbit : HarapanCerdas
4. Kota terbit : Medan
5. TahunTerbit : 2019
6. ISBN : 978-602-5799-42-6
b. BukuPembanding
1. Judul : Pendidikan kewarganegaraan (Panduan Untuk
Mahasiswa, Pendidik Dan Masyarakat SecaraUmum)
2. Pengarang : IbnuHurri, H., S.Sos., M.Pd.
AsepMunajat, M.Pd.
3. Penerbit : CV. Nurani, Jalan Angsana II Blok B 12 / 20 Pondok
Pekayon Indah, Kota Bekasi.
4. Kota terbit : PondokPekayon, Indah, Kota Bekasi.
5. TahunTerbit : 2016
6. ISBN : 978-602-7920-47-7
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Buku Utama
Negara Hukum
1. Pendahuluan
Cita-cita bernegara yang diwariskan oleh “The Founding Father” kepada generasi
kita adalah cita negara hokum Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945.
Indonesia adalah salah satu negara yang merupakan negara hokum. Kedudukan Indonesia
sebagai sebuah negara hukum, membawa implikasi yang sangat luas pada berbagai bidang
lain.
Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelengaraan
pemerintahanan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan
didasarkan atas kekuasaan belaka. Menurut Arumanadi (1990:1-2) bahwa negara hukum
Indonesia lahir bukan sebagai manifestasi dari tuntutan kebebasan lawan absolitisme, akan
tetapi terdorong oleh keinginan baik menuju terwujudnyacita-citanasional yang telah
disepakati bersama.
2. Pengertian Negara Hukum
Thomas Hobbes dalam bukunya leviathan pernah mengatakan “Homo homini lupus”
,artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Manusia memiliki keinginan nafsu
yang berbeda-beda antara manusia yang satu dan yang lainnya. Nafsu yang dimiliki manusia
,ada nafsu yang baik dan nafsu yang tidak baik. Cicero pernah menyatakan“
Ubisocietasibiius” artinya dimana ada masyarakat, disana ada hukum. Dengan kata lain saat
ini hokum masih diperlukan bahkan kedudukannya semakin penting (Nurwardani,
2016:181).
Ada beberapa istilah yang sering dipakai dalam arti yang sama dengan negara hukum. Di
Amerika Serikat, digunakan istilah “Government under law”. Di Jerman dikenal
dengan“der Rechsstaat” dan di Prancis digunakan istilah “le Principe de la Legalite”.
Sedangkan paham Anglo Saxon menggunakan istilah “Rule Of Law”, yang ternyata istilah
ini kemudian menjadi lebih popular dikalangan negara-negara di dunia ini.
Negara hokum menurut F.R bothlingk adalah “De taatwaarin de wilsvrijheid van
gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht” (negara, dimana kebebasan kehendak
pemegang kekuasaan dibatasi oleh suatu kehendak hukum). Dalam rabgja merealisasikan
pembatasan pemegang kekuasaan tersebut maka diwujudkan dengan cara, “Enerzijds in een
binding van rechter administatieaan de wet. Aderjizds in enbegrenzing van de
bevoegdheden van de wetgever” (disatu sisi keterikatan hakim dan pemerintah terhadap
undang-undang, dan disisi lain pembatasan kewenangan oleh pembuat undang-undang)
(Ridwan HR, 2014:9).
Negara hukumadalah negara yang berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan
bagi seluruh warga negara. Untuk mendasari keadilan tersebut kepada setiap warga negara
perlu diajarkan norma-norma Susila agar mereka menjadi warga negara yang baik.
Ketentuan pasal 1 ayat (3) dari penjelasan UUD NKRI 1945 yang diangkat kedalam
UUD NKRI 1945. Negara hokum adalah neara yang menegakkan supremasi hokum untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak
dipertanggungjawabkan.
Mustafa Kamal (2003), dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Dasar yudiris bagi negara Indonesia sebagai negara hokum tertera pada pasal 1 ayat (3)
UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia adalah negarahukum”.
Konsep negara hokum mengarah pada tujuan terciptanya kehidupan demokratis, dan
terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan yang berkeadilan.
Ada emoatakasab mengapa negara mengatur dan menjalankan tugasnya berdasarkan
hukum :
1. Demi kepastian hukum.
2. Tuntutan perlakuan yang sama.
3. Legitimasi demokrasi.
4. Tuntutan akalbudi.
Hukum negara berarti alat bagi negara-negara untuk menggunakan kekuatannya
hanya di bawah hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan oleh hukum yang
berlaku dan dengan cara yang ditentukan oleh hukum. Dalam negara hukum, tujuan dari
kasus ini adalah untuk memastiakan kebenaran, maka semua pihak berhak untuk pertahanan
atau bantuan hukum.
Dapat disimpulkan bahwa negara hokum adalah negara yang berdasarkan hukum,
kekuasaan negara berdasar atas hukum, bukan negara yang berdasarkan hukum, kekuasaan
negara berdasarkan atas hukum, bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara
berdasarkan pada konstitusi yang berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit
disebut sebagai negara hukum. Supremasi hokum harus mencapaai tiga ide dasar hukum,
yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Karena itu di Negara hukum, hokum harus tidak
boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
3. Konsep Negara Hukum
Pada abadke 19 dan 20, muncul gagasan mengenai perlunya pembatasan perumusan
yudiris/hukum. Ahli hokum Eropa Barat Kontimenta lseperti Immanuel Kant dan Friedrich
Julius Stahl memakai istilah“ Rechistaat” sedangkan para ahli hukm Anglo Saxon seperti
A.V Dicey memakai istilah“Rule Of Law”.Menurut Stahl ada 4 arti klasik yaitu
1. Hak-hakmanusia.
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan-kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
(triaspolitica).
3. Pemerintahberdasarkanperaturan-peraturan.
4. Peradilanadminsitrasidalamperselisihan.
Konsep negara hukum yang berkembang pada abad 19 mengarah kekonsep hukum
formal, yaitu pengertian negara hokum dalam arti sempit, dalam konsep ini negara hokum
diposisikan kedalam ruang gerak dan peran yang kecil atau sempit.
Dalam decade abad 20 konsep negara hokum mengarah pada pengembangan negara
hokum dalam arti milenial. Arah tujuanya memperluas peran pemerintah terkait dengan
tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Konsep negara hukum material yang
dikembangkan pada abad ini memiliki sejumlah ciri yang melekat pada negara hokum atau
rechtsstaat yaitu:
1. Ham terjamin oleh undang-undang.
2. Supremasihukum.
3. Kesamaan kedudukan di depan hukum.
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
5. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi.
6. Pemilihan umum yang bebas.
7. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
Unsur“rule of law” dalam arti yang klasik, sebagaimana ditentukan A.V Dicey
dalam Introduction to the law of the Connstitution mencakup tiga hal, yaitu:
1. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law) tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang, dalam arti seseorang boleh dihukum apabila melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hokum (equality before the law)
Ketentuan ini berlaku untuk orang biasa, maupun pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan
pengadilan (Wade and G Godfrey Phillips, dalam Budiarjo,1982:58)
Budiarjo (Tukiran Taniredja et al,2017:139) menjelaskan, pada tahun 1965
International omission of Jurist (organisasi ahli hokum konsep rule of law. Ditemukan
bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis dibawah
rule of law adalah:
1. Perlindungan konstitusional, dalam artibahwa konstitusi, selain menjamin hak-hak
individu, harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan
atas hak-hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat, berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)
Perkembangan berikutnya adalah gagasan Henry B. Mayo, bahwa demokrasi harus
menerapkan beberapa nilai, yaitu:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Konsep Negara Hokum (Eropa Kontinental)
Tukiran taniredja et al (2017:140-141) menjelaskan mengenai konsep Negara hukum
aliran eropa continental dan anglo saxon, sebagai berikut :
N Teori Penjelasan
o
1 Imann Teori Negara hukumnya dikenal Negara hukum liberal, karena konsep
uel Immanuel kan bernafaskan paham liberalisme ,yang menentang kekuasaan
Kant raja yang absolut pada masanya, di sebut juga Negara hokum dalam arti
sempit karena pemerintah dengan hukumnya hanya bertugas untuk
menjamin kepentingan golongan kaum borjuis liberal. Teorinya juga sering
disebut “nachtwachterstaat”. Konsep Negara hokum kant mengandung dua
unsure penting yaitu (1) perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia dan
(2) pemisahan kekuasaan (Busroh dan Busroh, 1985;111)
2 F.J Konsep Negara hukum sthal sering disebut juga Negara hokum dalam arti
Stahl formal. Stahl berpendapat ,bahwa Negara hokum haruslah memenuhi
empat unsure penting . yaitu (1) adanya perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia (2) pemisahan kekuasaan (3) setiap tindakan pemerintahan
harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan , dan (4) adanya
peradilan administrasi yang berdiri sendiri (Kusnardi dan Ibrahim,
1983:156).
3 Paul Dalam bukunya “ over den Rechtstaat” ia menyebutkan adanya dua ciri
scholte Negara hukum . Ciri yang utama adalah “er is rechttegenover den staat “,
n maksudnya kawula Negara itu mempunyai hak terhadap Negara, individu
mempunyai hak terhadap masyarakat. Menurut notohamidjojo, (1970: 25-
26) asas ini meliputi dua segi, yaitu 1) manusia mempunyai suasana
tersendiri, yang pada asanya terletak diluar wewenang Negara, dan 2)
pembatasan suasana manusia itu hanya dapat dilakukan dengan ketentuan
undang-undang dengan peraturan-peraturan umum. Kedua aspek tersebut
merupakan cirri yang hakiki dari konstitusi di Negara Negara barat ,yaitu
menyeb kanhak hakasasi manusia dan badan peundang-undangan Ciri
kedua near hokum adalah “er is scheiding van macthen” yang artinya
bahwa dalam Negara hokum ada pemisahan kekuasaan dengan pemisahan
kekuasaan ada satu hal yang penting untuk diperhatikan yaitu bahwa rakyat
ingin turut mengambil bagian dalam perundang-undangan.
5. Konsep Negara Hukum ( Anglo Saxon )
Konsep ini dikenal dengan “the rule of law” yang menurut A.V Dhey konsep Negara
hukum haruslah mengandung tiga unsur, yaitu :
1. Supremacy of law ,bahwa dalam suatu Negara hukum, hukum mempunyai
kedudukan tertinggi , agar pelaksanaan kekuasaan (pemerintah) tidak menyimpang
dari undang undang. Kekuasaan akan tunduk pada hukum bukan sebalik nya.
2. Equality before the law, bahwa dalam Negara hukum, kedudukan warga Negara,
termasuk pejabat pemerintah, adalah sama dan tidak ada bedanya dimuka bumi.
Apabila tidak ada persamaan di muka hukum, maka memungkinkan orang yang
mempunyai kekuasaan, akan tebal hukum, dan lazisnya akan menindas yang lemah.
3. Human rights, yang utama ada tiga yaitu A) the right to personal freedom
(merupakan hak kemerdekaan pribadi ), berupa hak-hak untuk melakukan yang di
anggap baik bagi dirinya tanpa merugikan orang lain atau menimbulkan gangguan
terhahap masyarakat sekelilingnya . B) the right to freedom of discussion (hak
kemerdekaan berdiskusi ) yaitu hak untuk melahirkan pendapat dan kritik , dengan
ketentuan harus pula bersedia mendengar kritik orang lain. C) the right to public
meeting (hak kemerdekaan berapat ) hak ini juga dibatasi jangan sampai
menyebabkan atau menyebarkan kekacauan sehingga perdamaian menjadi rusak .

6. Konsep Negara hukum (perumusan para jurist/Hakim asia tenggara dan pasifik)
Rumusan konsep Negara hukum menurut perumusan para jurist asia tenggara dan
pasifik (15-19 februari 1965) sebagaimana tercantum dalam buku “The dynamics Aspects of
the rule of law in the modern age” bahwa syarat rule of law adalah:
1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak-hak
individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan
hak-hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (Independent and impartial
tribunals).
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan (civil education)
Dalam sebuah symposium Negara hukum dijakarta pada tahun 1966 antara lain
diputuskan bahwa sifat Negara hukum adalah alat perlengkapannya hanya dapat bertindak
menurut dan terikat kepada aturan aturan yang telah ditentuka terlebih dahulu oleh alat alat
perlengkapan yang di kuasakan untuk mengadakan aturan itu, atau singkatnya disebut “rule
of law”.
7. Makna Indonesia Negara Hukum
Negara hukum adalah Negara yang menegakkan supremasi hukum untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung
jawabkan. masuknya rumusan ini kedalam UUD NRI 1945, merupakan salah satu contoh
pelaksanaan kesepakatan untuk memasuki hal hal normative yang ada di dalam penjelasan
ke dalam pasal yang dimaksud kan untuk memperteguh paham bahwa Indonesia adalah
Negara hukum, baik dalam majelis penyelengaraan Negara maupun kehidupan berbangsa
dan bernegara (majelis permusyawaratan rakyat republic Indonesia, 2012:67-68)

8. Implementasi Hukum Di Indonesia Sebagai Negara Hukum


Gustav Radbruch, seorang ahli filsafat jerman (sudikno mertokusumo 1986;130),
menyatakan untuk menegakkan hukum ada tiga unsur yaitu :
1. Keadilan
Keadilan merupakan unsure yang harus diperhatikan dalam menegakkan hukum artinya
bahwa dalam pelaksanaan hukum para aparat penegak hukum garus bersikap adil.
2. Kemanfaatan
Para aparatur penegak hukum dalam menjalan kan tugas nya harus mempertimbangkan
agar proses penegakkan hukum dan pengambilan keputusan memiliki manfaat bagi
masyarakat.
3. Kepastian hukum
Artinya penegakkan hukum pada hakikatnya adalah perlindungan terhadap tindakan
sewenang wenang .adanya kepastian hukum memungkinkan seseorang akan dapat
memperoleh sesuatu yang diharapkan (Nurwardani et al, 2016:190)

Ada dua pembagian besar hukum , yaitu:

1. Hukum Private
Hukum yang mengatur hubungan antar manusia (individu) yang menyangkut kepentingan
pribadi (missal nya masalah jual beli, sewa menyewa, pembagian warisan)
2. Hukum public
Hukum yang mengatur hubungan antar Negara dengan organ Negara atau hubungan
Negara dengan perseorangan yang menyangkut kepentingan umum. Dalam rangka
menegakkan hukum ,aparatur penegak hukum harus menunaikan tugas sesuai dengan
sumber yang ada dalam hukum .sumber hukum di golongkan menjadi 2 (dua) yaitu
 Hukum Material
 Hukum formal atau disebut juga hukum acara

3. Hukum Material
Hukum Material yang membuat peraturan – peraturan yang mengatur kepentingan –
kepentingan dan hubungan – hubungan yang berupa perinta – perinta dan larangan-
larangan . contohnya : untuk hukum pidana terdapat dalam kitap Undang – Undang Hukum
pidana ( KUHP)
Untuk Hukum perdata pada Kitap Undang – Undang Hukum Perdata .
 Hukum Formal atau disebut juga Hukum Acara
Peraturan hukum yang mengatur tentang acara bagaimana mempertahankan dan
menjalankan peraturan hukum material.
Contohnya : hukum pidana yang diatur dalam Kitap Undang – Undang Hukum acara pidana
( KUHAP) dan hukum acara perdata.
B. BukuPembanding
NEGARA HUKUM
1. Pengertian Negara Hukum
Negara adalah sebuah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan yang
tertinggi dan ditaati oleh rakyat, atau sekelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif,
dan mempunyai kesatuan politik, yang berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya.
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi yang dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintahan, dalam hokum terdapat peraturan undang-
undang yang bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat yang mengenai segala
peristiwa apa yang telah terjadi sehingga keputusan atau pertimbangan ditetapkan oleh
hakim.
Negara Hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hokum bagi warga
negaranya berdasarkan atas keadilan.
Menurut Wirdjono Prodjodikoro, Negara hokum dapat diartikan sebagai suatu negara
yang di dalam wilayahnya adalah:
1. Semua alat-alat perlengkapandari negara, khususnya perlengkapan dari pemerintah
dalam tindakannya baikterhadap warga Negara maupun dalam saling berhubungan
masing-masing, tidak boleh sewenang-wenang melainkan harus memperhatikan
peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
2. Semua orang (penduduk) dalam hubungan masyarakat harus tunduk pada peraturan-
peraturan hukum yang berlaku.

2. Negara Hukum Eropa Kontinental


Tokoh yang pertama kali merumuskan ide Negara hukum dalam bentuk teori di
belahan negara-negara Eropa Kontinental (Perancis, Jerman dan Belanda) adalah Imanuel
Kant. Dengan ide itu Imanuel Kant merumuskan dalam teorinya bahwa suatu negara baru
dikatakan sebagai negara hokum adalah apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya perlindungan terhadap hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara tersebut.
Dalam kaitannya dengan penentangan terhadap kekuasaan absolutism raja, maka
menurut Kant, harus ada pemisahan kekuasaan. Adanya pemisahan kekuasaan tersebut
tujuannya adalah untuk perlingan hak-hak individu dalam masyarakat. Dengan demikian
kekuasaan Negara baru bertindak apabila terdapat perselisihan atau sengketa antar individu
dalam masyarakat. Dengan rumusan Imanuel Kant ini, lahirlah yang disebutkonsep “Negara
hokum penjaga malam” (natwachterstaat) atau “negara polisi” (l’etatgendrme).
Pada perkembangan berikutnya Negara hokum Eropa Kontinental banyak
dipengaruhi oleh faham liberal yang menjunjung faham Negara kesejahteraan (warfare
state), sehingga konsep negara hokum Eropa Kontinental bergeser kearah bentuk Negara
hokum kesejahteraan yang mengupayakan terciptanya kesejahteraan rakyat. Adapun tokoh
yang telah merumuskan bagaimana cirri bentuk dari negara hokum kesejahteraan ini adalah
oleh Friedch Julius Stahl dalam teorinya sebagai berikut:
1. Adanya jaminan terhadap perlindungan hak asasi manusia;
2. Adanya pemisahan kekuasaan;
3. Adanya pemerintahan berdasarkan pada undang-undang;
4. Adanya peradilan administrasi.
Dalam system Eropa Kontinental, mengetahui peraturan perundang-undangan adalah
primer. Sedangkan pengetahuan akan yurisprudensial dalah sekunder. Peranan peraturan
perundang-undangan dalam system ini sangat determinan. Sumber hukum yang lain baru
mendapat tempat manakala peraturan perundang-undangannya bungkam (tidak
mengaturnya).
Hakim-hakim di negara yang menganut system Eropa Kontinental menggunakan
metode berpikir secara deduktif. Suatu metode berpikir dari yang umum (dari peraturan
perundang-undangan) kemudian diterapkan pada peristiwa khusus (konkret).
Menurut Stahl, negara hokum bertujuan melindungi hakasasi warganegaranya
dengan cara membatasi dan mengawasi gerak langkah dan kekuasaan Negara dengan
undang-undang. Sementara dalam hal apabila terdapat perselisihan antara pemerintah
dengan rakyat maka dapat diselesaikan melalui sarana peradilan yang disebut sebagai
pengadilan administrasi.
3. Negara Hukum Anglo Saxon
Sistem hukum Anglo Saxon ialah sitem hukum yang didasarkan pada yuris pudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hokum kebiasaan,
hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Pembentukan hokum
melalui lembaga peradilan dengan system juris prudensi dianggap lebih baik agar hokum
selalu sejalan dengan rasa keadilan dan kemanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat secara
nyata.
Konsep negara hukum Anglo Saxon iniberkembang di Inggris dan Amerika Serikat yang
dikenal dengan sebutan rule of law. Menurut A.V. Dicey, di negara penganut konsep rule of
law memiliki cirri tertentu dalam bentuk asas-asas sebagai berikut:
1. Supremasi hukum/kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum (supremasi of
law);
2. Kesamaan didalam hukum (equality before the law); dan
3. Perlindungan terhadap HAM.
Persamaannya dengan konsep rechtstaat yakni terletak pada adanya keinginan untuk
memberikan perlindungan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia, sementara
perbedaannnya jika pada negara-negara Anglo Saxon lebih menekankan kepada prinsip
persamaan di dalam hokum sehingga persamaan antara rakyat dengan pejabat negara, harus
juga tercermin dalam lapangan peradilan, dan oleh karena itu dipandang tidak perlu
menyediakan sebuah peradilan khusus untuk pejabat negara. Berbeda dengan Negara Eropa
Kontinental yang mengusulkan unsure peradilan administrasi sebagai salah satu unsure
rechtstaat, yang maksudnya untuk memberikan perlindungan hokum bagi masyarakat
terhadap sikap tindak pemerintah yang melanggar hakasasi dalam lapangan administrasi
negara.
4. Bentuk-Bentuk Negara Hukum
1. Negara Hukum Negara Eropa Kontinental Rechtstaat
 Adanya jaminan terhadap perlindungan HAM.
 Adanya pemisahan kekuasaan.
 Adanya pemerintahan berdasarkanUndang- undang.
 Adanya peradilan Administrasi.

2. Negara Hukum Anglo Saxon Rule of law


 Adanya supremasi hukum.
 Adanya kesamaan di hadapan hukum.
 Adanya perlindungan HAM.

5. Negara Hukum Indonesia


Penegasan Indonesia sebagai negara hokum sudahbegitujelastampak pada pasal 1
ayat (3) Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebut bahwa, “Negara
Indonesia adalah Negara Hukum”. Jadi dapat dipahami bahwa segala sikap tindak yang
dilakukan ataupun diputuskan oleh alat negara dan masyarakat haruslah berdasarkan kepada
hukum. Hal ini telah menunjukkan adanya supremasi hokum atau kekuasa antertinggi dalam
negara hukum.
Sementara untuk pemisahan kekuasaan di negara kita adalah tidak menganut system
pemisahan kekuasaan secara murni, akan tetapi dengan menggunakan system perimbangan
kekuasaan (chek and balences), di mana khusus untuk kekuasaan membuat undang-undang
masih terdapat kerja sama antara eksekutif dan legislatif. Adapun bentuk pemisahan dengan
menggunakan system perimbangan kekuasaannnya dibagikan kepada alat-alat kelengkapan
organisasi yang terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat yang memiliki kekuasaan
untuk menetapkan Undang-Undang Dasar, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
Perwakilan Daerah yang memiliki kekuasaan membuat undang-undang, Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi yang memiliki kekuasaan dalam bidang peradilan, dan Badan
Pemeriksa Keuangan yang memiliki kekuasaan dalam bidang pengawasan keuangan.
Bagi Indonesia terhadap adanya penganut atas pemerintahan berdasarkan undang-
undang dapat dibuktikan pada pasal 4 ayat 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang merumuskan bahwa, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”. Perintah pasal ini jelas menunjukan makna
bahwa Presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala pemerintahan haruslah
konstitusional atau harus sesuai dengan segala yang telah ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Begitupun yang terdapat dalam penggalan isi
sumpah Presiden dan Wakil Presiden yang terumus pada pasal 9 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan, “...memegang
teguhUndang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang-Undang dan peraturannya
dengan selurus-lurusnya....” Dari penggalan kalimat sumpah Presiden dan wakil Presiden itu
jelas menunjukan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dalam setiap keputusannya
memimpin pemerintahan Republik Indonesia ini haruslah berpijak kepada Undang-Undang
Negra Republik Indonesia Tahun 1945 tanpa ada kecualinya dan tidak boleh menyimpan
gdari isi yang sudah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tersebut. Selain itu dalam fungsinya sebagai kepala eksekutif Indonesia sesuai
dengan mekanisme yang telah ditentukan dalam segenap peraturan perundang-undangan
tersebut.
Untuk prinsip kesamaan di hadapan hukum (equility before the law) dalam konsep negara
hukum juga telah dianuti oleh Indonesia sebagaimana bukti yang dinyatakan oleh pasal 27
ayat (1) bahwa, “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.” Dari bunyi pasal tersebut dapat diterjemahkan bahwa dalam negara Republik
Indonesia dijamin adanya kesamaan di hadapan hukum (equility before the law), dan juga
ditegaskan bahwa yang berstatus warga negara Indonesia harus mendukung keberadaan dari
hukum Indonesia itu sendiri dan pemerintahan yang sedang menjalankan hukum Indonesia
tersebut.
Terhadap prinsip adanya peradilan administrasi pada konsep negara hokum Rechtstaat,
juga dianuti oleh Indonesia untuk mendorong agar diciptakannya kedaulatan hukum dan
kedaulatan rakyat agar berjalan seiring dan bergandeng tangan, bagaikan dua pilar yang
saling menopang. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan terhadap penggunaan
kekuasaan yang tidak berdasarkan kepada hukum, selain itu untuk memberikan
perlindungan hokum bagi warga masyarakat terhadap sikap tindak pemerintah yang
melanggar hak asasi dalam lapangan administrasi negara dapat dilakukan oleh kekuasaan
yudikatif melalui badan peradilan khusus, seperti peradilan tata usaha negara.
Dasar peradilan khusus dalam bentuk peradilan administrasi ini dapat ditemukan
dalam Pasal 24 ayat (2) Amandemen ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, “Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”. Kemudian badan-
badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman ini diatur dalam undang-
undang. Sebagai pelaksanaan Pasal 24 UUD 1945 ini pengaturannya terdapat pada Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
dan Undang-UndangNomor 4 Tahun 2004 tentangRevisi UU No. 14 Tahun 1970.
DalamPasal 10 ayat (1) disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan
dalam lingkungan:
1. PeradilanUmum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Pengakuan untuk Indonesia sebagai negara hokum dengan cirri memberikan jaminan
terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia secara utuh dapat terlihat dengan telah semakin
kompleksnya aspek HAM yang dimuat dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, sebagaimana diatur pada Pasal 27, Pasal 28, Pasal 28A sampai 28J, Pasal 29 Ayat (2),
Pasal 30 Ayat (1), Pasal 33, dan Pasal 34 Ayat (1). Adapun aspek-aspek HAM yang
diberikan jaminannya oleh negara dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
meliputi:
1. Jaminan terhadap perlindungan HAM untuk hidup;
2. Jaminan terhadap perlindungan HAM untuk membentuk keluarga;
3. Jaminan terhadap perlindungan HAM untuk memperoleh pekerjaan;
4. Jaminanterhadapperlindungan HAM mengenaikebebasanberagama dan
meyakinikepercayaan.
5. Jaminanterhadapperlindungan HAM dalamkebebasanbersikap, berpendapat, dan
berserikat;
6. Jaminanterhadap HAM untukmemperolehinformasi dan komunikasi;
7. Jaminanterhadapperlindungan HAM atas rasa aman dan perlindungandariperlakuan
yang merendahkanderajat dan martabatmanusia;
8. Jaminanterhadapperlindungan HAM ataskesejahteraansosial;
9. HAM yang berkewajibanmenghargaihak orang lain dan pihaklain.
Negara Hukum Indonesia

Adanya Supremasi Hukum (Pasal 1 ayat (3) UUD 1945)

Adanya Pemisahan Kekuasaan (Pasal 2 s/d Pasal 24 UUD


1945)

Adanya Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang (Pasal 4


ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) UUD 1945)

Adanya Kesamaan Dihadapan Hukum (Pasal 27 ayat (1) UUD


1945)

Adanya Peradilan Administrasi (Pasal 24 ayat (2) UUD 1945)

Adanya Jaminan Perlindungan Terhadap HAM (Pasal 28 A s/d


Pasal 28J UUD 1945)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku

Kelebihan :
1. Buku utama banyak istilah-istilah yang menggunakan Bahasa asing, dan diperjelas
dengan artinya dalam Bahasa Indonesia .
2. Setiap materi yang terdapat dibuku utama mudah dimengerti pembaca.
3. Materi dibuku pembanding dapat dipahami pembaca dengan mudah.
4. Pada akhir bab diberikan sebuah diagram table bagaimana Negara Hukum Indonesia.
5. Materi negara hokum dibuktikan dengan perundang undangan pada UUD 1945.

Kekurangan :
1. Buku utama tidak memaparkan bentuk-bentuk negara hukum ,sementara dibuku
pembanding terdapat bentuk-bentuk negara hukum.
2. Buku pembanding tidak terdapat soal-soal, sementara buku utama terdapat soal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara adalah sebuah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
yang tertinggi dan ditaati oleh rakyat, atau sekelompok sosial yang menduduki wilayah atau
daerah tertentu yang diorganisasi di bawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif,
dan mempunyai kesatuan politik, yang berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan
nasionalnya.
Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi yang dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintahan, dalam hokum terdapat peraturan undang-
undang yang bertujuan untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat yang mengenai segala
peristiwa apa yang telah terjadi sehingga keputusan atau pertimbangan ditetapkan oleh
hakim.
Negara Hukum adalah Negara yang memberikan perlindungan hokum bagi
warganegaranya berdasarkan atas keadilan / Negara hokum adalah negara yang berdiri
diatas hukum yang menjamin keadilan bagi seluru warga negara. Untuk mendasari keadilan
tersebut kepada setiap warga negara perlu diajarkan norma-norma Susila agar mereka
menjadi warga negara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Gandamana, Apiek. 2019. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Medan:


Harapan Cerdas.
Hurrih, Ibnu dan Asep Munajat. 2016. 1.Pendidikan kewarganegaraan (Panduan Untuk
Mahasiswa, Pendidik Dan Masyarakat Secara Umum). Bekasi: CV.Nurani

Anda mungkin juga menyukai