Anda di halaman 1dari 24

CRITICAL BOOK REVIEW

PENEGAKAN HUKUM DAN NEGARA HUKUM

OLEH DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :

1. ANGGITA LEONTIN SITORUS (4193210007)


2. CINDY AGNESIA (4193210018)
3. ELFRIDA SIREGAR (4192510011)
4. NURUL ARISTA (4193210008)
5. RIKO ARONTA TARIGAN (4193210003)

KELAS/PRODI : KIMIA NK 19A

MATA KULIAH :PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

DOSEN PENGAMPU : JAMALUDIN S.Pd M.Pd

KIMIA NK A 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya
sehingga Critical Book Report ini berhasil diselesaikan. Critical Book Report ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas wajib pada mata Pendidikan Kewarganegaraan pada semester ini
mengenai “Penegakan Hukum dan Negara Hukum”.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dosen Pengampu, Jamaludin S.Pd


M.Pd yang telah banyak memberikan arahan,bimbingan dan saran selama penulis melaksanakan
Critical Book Report ini.Selanjutnya ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-
teman Kimia Nk A 2019 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian Critical Book Report ini.Semoga budi baiknya mendapat imbalan
dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,oleh karena itu kritik
dan saran sangat diharapkan.Demikian Critical Book Review ini disusun semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Oktober 2020

Hormat Kami

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kenyataan manusia tidak hidup sediri melainkan manusia hidup berdampingan, bahkan
berkelompok-kelompok dan sering mengadakan hubungan antar sesamanya. Hubungan itu
terjadi berkenaan dengan kebutuhan hidupnya yang tidak mungkin selalu dapat dipenuhi
sendiri. Kebutuhan hidup manusia bermacam-macam. Pemenuhan kebutuhan hidup
tergantung dari hasil yang diperoleh melalui usaha yang dilakukan. Setiap saat manusia ingin
memenuhi kebutuhannnya dengan baik. Jika dalam saat yang bersamaan da dua manusia yang
ingin memenuhi kebutuhan yang sama dengan hanya satu objek kebutuhan, sedangkan
keduanya tidak mau mengalah, maka bentrokan dapat terjadi.Hal-hal semacam itu sebenarnya
merupakan akibat dari tingkah laku manusia yang ingin bebas. Suatu kebebasan dalam
bertingkah laku tidak selamanya akan menghasilkan sesuatu yang baik. Apalagi kalau
kebebasan tingkah laku seseorang tidak dapat diterima oleh kelompok sosialnya. Oleh karena
itu, untuk menciptakan keteraturan dalam suatu kelompok sosial, baik dalam situasi
kebersamaan maupun dalam situasi sosial diperlukan ketentuan-ketentuan. Ketentuan itu
untuk membatasi kebebasan tingkah laku itu. Ketentuan-ketentuan yang diperlukan adalah
ketentuan yang timbul dari dalam pergaulan hidup atas dasar kesadaran dan biasanya
dinamakan hukum. Jadi, hukum adalah ketentuan-ketentuan yang timbul dari pergaulan hidup
manusia. Hal tersebut timbul berdasarkan rasa kesadaran manusia itu sendiri sebagai gejala-
gejala sosial. Gejala-gejala sosial itu merupakan hasil pengukuran, baik dari tingkah laku
manusia dalam pergaulan hidupnya. Peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok
sosial ketentuannya tidak terpisah-pisah dan tidak tersebar bebas, melainkan ada satu kesatuan
yang masing-masing berlaku sendiri. Setiap satu kesatuan yang merupakan keseluruhan
aturan terdiri dari bagian- bagian. Satu sama lain yang berkaitan disusun secara teratur dengan
tatanan tertentu merupakan suatu sistem yang disebut sistem hukum. Indonesia merupakan
negara hukum yang menganut sistem hukum tertentu untuk memelihara tata tertib demi
keadilan bernegara.
1.2 Rumusan Masalahah

1). Apakah pengertian penegakan hukum?


2). Apa upaya dari penegakan hukum?
3). Apa saja lembaga aparat penegak hukum?
4).Apa pengaruh atau fungsi penegakan hukum ?
5). Apakah pengertian Negara hukum?
6). Konsep-konsep Negara hukum?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam pembahasan ini adalah interpretasi terhadap rumusan permasalahan ini yaitu :
1).untuk mengetahui pengertian penegakan hukum
2). untuk mengetahui upaya penegakan hukum
3).untuk mengetahui lembaga yang menjadi aparat penegak hukum
4). untuk mengetahui pengaruh kesadaran atau fungsi penegakan hukum
5). Untuk mengetahui pengertian Negara hukum
6). Untuk mengetahui Konsep-konsep Negara hukum
BAB II
PEMBAHASAN

Identitas Buku Utama :

Judul Buku : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk Perguruan Tinggi

Penulis : Intan Ahmad

Penerbit : Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Tahun : 2016

Jumlah Halaman : 326 + 2 cover

PENEGAKAN HUKUM DAN NEGARA HUKUM

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum

Pengertian penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggarakan hukum oleh petugas
penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan
kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku. Penegakan hukum pidana
merupakan satu kesatuan proses diawali dengan penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan
terdakwa dan diakhiri dengan pemasyarakatan terpidana. Menurut Soerjono Soekanto,
penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan dalam
kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir. untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Dengan demikian,
penegakan hukum merupakan suatu sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai dengan
kaidah serta prilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau
patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau sikap
tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan kedamaian. Menurut
Moeljatno menguraikan berdasarkan dari pengertian istilah hukum pidana adalah bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan unsur-unsur dan aturan-
aturan, antara lain yaitu :
a. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh di lakukan dengan di sertai ancaman atau
sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar laranganlarangan itu dapat
dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila orang
yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut.

2.1.2 Upaya Dari Penegakan Hukum

Upaya penegakan hukum di suatu negara, sangat erat kaitannya dengan tujuan negara.
Menurut Kranenburg dan Tk.B. Sabaroedin (1975) kehidupan manusia tidak cukup hidup
dengan aman, teratur dan tertib, manusia perlu sejahtera. Apabila tujuan negara hanya
menjaga ketertiban maka tujuan negara itu terlalu sempit. Tujuan negara yang lebih luas
adalah agar setiap manusia terjamin kesejahteraannya di samping keamanannya. Dengan
kata lain, negara yang memiliki kewenangan mengatur masyarakat, perlu ikut
menyejahterakan masyarakat. Teori Kranenburg tentang negara hukum ini dikenal luas
dengan nama teori negara kesejahteraan. Teori negara hukum dari Kranenburg ini banyak
dianut oleh negara-negara modern.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum. Artinya negara
yang bukan didasarkan pada kekuasaan belaka melainkan negara yang berdasarkan atas
hukum, artinya semua persoalan kemasyarakatan, kewarganegaraan, pemerintahan atau
kenegaraan harus didasarkan atas hukum.

Dari bunyi alinea ke-4 Pembukaan UUD NRI 1945 ini dapat diidentifikasi bahwa
Upaya yang didasarkan dari tujuan Negara Republik Indonesia memiliki indikator yang
sama sebagaimana yang dinyatakan Kranenburg, yakni:

1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2) memajukan kesejahteraan umum

3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan


4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

2.1.3 Lembaga Aparat Penegak Hukum

Aparat penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat atau
orangnya( penegak hukum). Untuk menjalankan hukum sebagaimana mestinya, maka dibentuk
beberapa lembaga aparat penegak hukum, yaitu antara lain: Kepolisian yang berfungsi utama sebagai
lembaga penyidik; Kejaksaan yang fungsi utamanya sebagai lembaga penuntut; Kehakiman yang
berfungsi sebagai lembaga pemutus/pengadilan; dan lembaga Penasehat atau memberi bantuan
hukum.
a. Kepolisian
Kepolisian negara ialah alat negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban di dalam negeri. Dalam kaitannya dengan hukum, khususnya
Hukum Acara Pidana, Kepolisian negara bertindak sebagai penyelidik dan penyidik.
Menurut Pasal 4 UU nomor 8 tahun 1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara RI. Penyelidik mempunyai
wewenang:

1) menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak Pidana;

2) mencari keterangan dan barang bukti;

3) menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri;

4) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

Atas perintah penyidik, penyelidik dapat melakukan tindakan berupa:

a) penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan;

b) pemeriksaan dan penyitaan surat;

c) mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

d) membawa dan menghadapkan seseorang pada penyidik.


Setelah itu, penyelidik berwewenang membuat dan menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tindakan tersebut di atas kepada penyidik. Selain selaku penyelidik, polisi
bertindak pula sebagai penyidik. Menurut Pasal 6 UU No.8/1981 yang bertindak sebagai
penyidik yaitu:

1) pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;

2) pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

Penyidik, karena kewajibannya mempunyai wewenang sebagai berikut:

1) menerima laporan dan pengaduan dari seorang tentang adanya tindak Pidana;

2) melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.

b. Kejaksaan

Dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia Pasal 1
dinyatakan bahwa “Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.” Jadi,
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan. Sedangkan yang dimaksud penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk
melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Hukum Acara Pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim
di sidang Pengadilan. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Jaksa (penuntut umum)
berwewenang antara lain untuk: a) menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan; b)
membuat surat dakwaan; c) melimpahkan perkara ke Pengadilan Negeri sesuai dengan
peraturan yang berlaku; d) menuntut pelaku perbuatan melanggar hukum (tersangka) dengan
hukuman tertentu; e) melaksanakan penetapan hakim, dan lain-lain. Yang dimaksud penetapan
hakim adalah hal-hal yang telah ditetapkan baik oleh hakim tunggal maupun tidak tunggal
(majelis hakim) dalam suatu putusan pengadilan. Putusan tersebut dapat berbentuk penjatuhan
pidana, pembebasan dari segala tuntutan, atau pembebasan bersyarat. Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan atau penegakan hukum, Kejaksaan berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan
yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Berdasarkan Pasal 4 UU No. 16
tahun 2004 tentang "Kejaksaan Republik Indonesia" pelaksanaan kekuasaan negara di bidang
penuntutan tersebut diselenggarakan oleh: 1) Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota
negara Republik Indonesia dan daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Republik
Indonesia. 2) Kejaksaan Tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. 3) Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota yang
daerah hukumnya meliputi daerah kabupaten/kota. Tugas dan wewenang Kejaksaan bukan
hanya dalam bidang Pidana, tetapi juga di bidang Perdata dan Tata usaha negara, di bidang
ketertiban dan kepentingan umum, serta dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada instansi pemerintah lainnya. Dalam Pasal 30 UU No. 16 tahun 2004 tentang "Kejaksaan
Republik Indonesia" dinyatakan bahwa di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan
wewenang : (a) Melakukan penuntutan; (b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; (c) Melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas
bersyarat; (d) Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang; (e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan
dengan penyidik.

Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut meyelenggarakan kegiatan:
(a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

(b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum;

(c) Pengawasan peredaran barang cetakan;

(d) Pengawasan kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

(e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;


(f) Penelitian dan pengembangan hukum serta statik kriminal.

c. Kehakiman

Kehakiman merupakan suatu lembaga yang diberi kekuasaan untuk mengadili. Adapun Hakim
adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
Menurut Pasal 1 UU Nomor 8 tahun1981 tentang Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang tersebut. Dalam upaya
menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan. Artinya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan
lain dalam memutuskan perkara. Apabila hakim mendapat pengaruh dari pihak lain dalam
memutuskan perkara, maka cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang pada akhirnya akan
meresahkan masyarakat dan wibawa hukum dan hakim akan pudar.

2.1.4 Pengaruh Kesadaran atau fungsi Hukum Penegakan Hukum

Hukum merupakan aturan untuk mengatur masyarakat, karena itu hukum harus dapat mengikuti
irama pekembangan masyarakat,bahkan hukum harus dapat mengarahkan dan mendorong
berkembangnya masyarakat secara lebih tepat dan terkendali. Tidak dapat diabaikan salah satu faktor
yang mempengaruhi penegakan hukum dalam masyarakat adalah kesadaran hukum masyarakat itu
sendiri. Faktor kesadaran hukum ini sangat memainkan peran penting dalampenegakan hukum.
artinya semakin lemah tingkat kesadaran masyarakat,semakin lemah pula kepatuhan hukumnya
sebaliknya semakin kuat kesadaran hukumnya semakin kuat pula faktor kepatuhan
hukum.Berbagai pelanggaran hukum yang tejadi merupakan dampak darilemahnya kesadaran
hukum dalam masyarakat. Sehingga proses perkembangan dan efektivitas hukum dapat
dirasakan langsung olehmasyarakat itu sendiri. Kesadaran hukum masyarakat sangat
berpengaruh terhadap kepatuhan hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
masyarakat maju orang yang patuh pada hukum karena memang jiawanya sadar bahwa mereka
membutuhkan hukum dan hukum itu bertujuan baik untuk mengatur masyarakat secara baik,
benar dan adil. Sebaliknya dalam masyarakat tradisional kesadaran hukum masyarakat
berpengaruh secara tidak langsung pada kepatuhan hukum. Dalam hal ini mereka patuh pada
hukum bukan karena keyakinannya secara langsung bahwa hukum itu baik atau karena mereka
memang membutuhkan hokum melainkan mereka patuh pada hukum lebih karena dimintakan,
bahkan dipaksakan oleh para pemimpinnya.

2.1.5 Pengertian Negara Hukum


Indonesia adalah negara hukum, artinya negara yang semua penyelenggaraan pemerintahan
dan kenegaraan serta kemasyarakatannya berdasarkan atas hukum, bukan didasarkan atas
kekuasaan belaka. Istilah ngara hukum terdapat dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 3, yaitu “Negara
Indonesia adalah Negara hukum”. Akan tetapi, pengertian atau asas Negara hukum dapat
ditemukan secara tegas dalam penjelasan UUD 19545. Dalam bagian penjelasan UUD 1945
ditetgaskan tentang hal – hal sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka (machsstaat).
2. Pemerintah berdasarkan sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
( kekuasaan yang tak terbatas).
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan fungsinya,
kekuasaan pemerintah berdasarkan dan dibatasi oleh hukum dasar. Negara hukum berarti negara
dalam menjalakan tindakannya didasarkan pada aturan aturan hukum yang ada. Dengan
demikian, tugas negara adalah menjalankan kesadaran hukum dalam bentuk peraturan- peraturan
hukum yang berlaku dan harus ditaati oleh setiap negaranya.
Pengertian negara hukum atau maksud dari negara hukum juga terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat. Dalam anelia itu disebutkan: “maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia”. Jadi, negara Indonesia
adalah negara hukum. Negara hukum yang dimaksud bukanlah sekedar negara hukum daam arti
formal(sempit)., melainkan pengertian negara hukum dalam arti materiil (arti luas). Negara
hukum dalam arti fomal adalah nehara hanya menjaga keamanan dan ketertiban. Adapun dalam
arti materil adalah selain menjaga keamanan dan ketertiban, juga untuk menyejahterakan rakyat.
Negara tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
tetapi juga harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa,serta
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Dengan landasan dan semangat negara hukum dalam arti materil, maka setiap
tindakan negara harus mempertimbangan dua alasan, yaitu landasan kegunaan dan landasan
hukum. Landasan kegunaan dimaksudkan bahwa setiap tindakan negara atau pemerintah harus
memperhitungkan faktor kegunaan atau manfaat dari tindakan itu bagi rakyat.

Identitas Buku Pembanding :

Judul Buku : Negara Hukum Dalam Kerangka NKRI

Penulis : Piatur Pangaribuan & Arie Purnomosidi

Penerbit : CAKRAWALA MEDIA

Tahun : 2012

Jumlah Halaman : 429 + 2 cover

PENEGAKAN HUKUM DAN NEGARA HUKUM

2.2.1 Pengertian Penegakan Hukum


Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan beberapa istilah di luar penegakan hukum
tersebut, seperti “ penerapan hukum”. Tetapi tampaknya istilah penegakan hukum adalah
yang paling sering digunakan dan dengan demikian pada waktu-waktu mendatang, istilah
tersebut akan makin mapan atau merupakan istilah yang dijadikan (coined). Di dalam
struktur kenegaraan modern, maka tugas penegakan hukum itu dijalankan oleh komponen
eksekurif dan dilakasakan oleh birokrasi dari eksekutif tersebut, sehingga sering disebut
juga birokrasi pengakan hukum. Sejak Negara itu mencampuri banyak bidang kegiatan dan
pelayanan dalam masyarakat, maka meemang campur tangan hukum juga makin intesif,
seperti dalam bidang bidang kesehatan, perumahan,produksi dan pendidikan. Sedangkan
menurut Jimly Asshiddqie penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsi norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam lalu lintas atau hubungan – hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Dalam arti luas, proses penegakkan hukum itu melibatkan semua semua subjek
hukum dalam setiap hubungan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu
untuk mejamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
mestinya. Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinnjau dari sudut objektinya, yaitu
dari segi hukumnya, dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan
sempit.
Secara konsepsional, maka inti dari arti penegakan hukum menurut Soerjono
Soekanto adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-niai yang terjabarkan didalam
kaedah-kaedah yang mantap dan sikap tidak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir
untuk menciptakan, memelihara dn mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Konsepsi yang mempunyai dasar filsofis tersebut , memerlukan penjelasan yang kongret.
2.2.2 Upaya Dari Penegakan Hukum
Tujuan penegakan hukum untuk mencapai keadilan dalam teori hukum dikenal sebagai
teori etis. Menurut para penganut teori etis, hakikat keadilan terletak pada penilaian terhadap
suatu perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini, ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak yang
memperlakukan dan pihak yang diperlakukan.12 Teori etis ini dipelopori oleh Aristoteles.
Dalam memandang keadilan, Aristoteles membedakannya menjadi dua macam, yaitu justisia
distributiva dan justisia comutativa. Dalam justisia distributiva dikehendaki bahwa setiap
orang mendapat apa yang menjadi haknya yang harus diterima. Dalam justisia comutativa
atau keadilan yang menyamakan dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima hak yang
sama banyaknya seperti orang lain. Selain tujuan hukum ditinjau dari teori etis, ada juga
tujuan hukum dari teori utilitas.
Teori ini diperkenalkan oleh Jeremy Bentham. Tujuan utilitas dimaksudkan untuk
menghasilkan sebesar-besarnya kebahagiaan dan kesenangan bagi sebanyakbanyaknya
orang. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Jeremy Bentham yang menyatakan bahwa tujuan
hukum adalah the greatest good of the greatest number (kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebesar-besarnya). Artinya, menurut teori ini, masyarakat yang
ideal adalah masyarakat yang mencoba memperbesar kebahagiaan dan memperkecil
ketidakbahagiaan, atau masyarakat yang mencoba memberi kebahagiaan yang sebesar
mungkin kepada rakyat pada umumnya agar ketidakbahagiaan diusahakan sesedikit
mungkin dirasakan oleh rakyat pada umumnya.13 Selain kedua teori tujuan hukum di atas
juga dikenal tujuan hukum campuran.
Tujuan hukum campuran dianggap sebagai tujuan hukum jalan tengah bagi tujuan etis
dan tujuan utilitas. Dalam teori tujuan hukum campuran, tujuan hukum adalah untuk
mencapai ketertiban. Pada intinya, tujuan hukum campuran adalah untuk mengatur
pergaulan dan kedamaian hidup manusia yang meliputi ketertiban pribadi internal maupun
pribadi eksternal masyakarat secara damai.

2.2.3 Lembaga Aparat Penegak Hukum

negara telah memberikan tugas dan wewenang kepada aparat penegak hukum untuk menjalankan
penegakan hukum pidana melalui beberapa aturan hukum di antaranya berupa Undang-Undang
RI No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana atau yang sering disebut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana dan disingkat KUHAP, Undang-Undang No RI No 13 Tahun 2006
Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. adapun penegak hukum tersebut adalah :

1. Penyelidik dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang
melakukan penyelidikan.
2. Penyidik termasuk penyidik pembantu dari lembaga negara bernama Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) yang melakukan penyidikan.
3. Jaksa penuntut umum dari lembaga negara bernama Kejaksaan Republik Indonesia.
4. Hakim dan Pengadilan. Dari lembaga negara bernama Mahkamah Agung Republik
Indonesia yang bertugas mengadili perkara
5. Petugas pembina narapidan. Dari lembaga negara bernama Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS)
6. Selain itu, ada juga aparat penegak hukum yang bekerja sebagai Penasihat Hukum, yakni
Advokat atau Pengacara yang berasal dari kantor-kantor advokat atau lembaga bantuan
hukum.
7. LPSK, lembaga yang memberikan perlindungan kepada saksi dan korban

2.2.4 Pengaruh Kesadaran atau fungsi Penegakan Hukum


Fungsi hukum tidak hanya sebagai kontrol masyarakat, tetapi juga lebih dari itu. Hal ini
sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar Siahaan yang melihat fungsi hukum dari sudut
pandang sosiologi hukum. Iskandar Siahaan dalam bukunya yang berjudul Hukum dan
Kecongkakan Kekuasaan mengatakan bahwa: hukum selain mempunyai fungsi sebagai
social control, juga berfungsi sebagai alat perubahan sosial (social engineering), fungsi
tersebut akan tidak tercipta dan akan menghambat terciptanya keadilan ekonomi maupun
keadilan politik apabila hukum tidak digunakan dengan penggunaan kekuasaan tidak
sesuai dengan hakikat sebab kalau hukum sudah tidak benar penggunaannya maka
kekuasaan pun cenderung digunakan secara tidak benar.22 Menurut Sidharta, hukum
mengemban dua fungsi. Pertama, fungsi ekspresif, yakni mengungkapkan pandangan
hidup, nilainilai budaya, dan keadilan. Kedua, fungsi instrumental, yakni sarana untuk
menciptakan dan memelihara ketertiban, stabilitas, dan prediktabilitas; sarana untuk
melestarikan nilai-nilai budaya dan mewujudkan keadilan; sarana pendidikan serta
pengabdian masyarakat; dan sarana pembaharuan masyarakat (mendorong,
mengkanalisasi, dan mengarahkan perubahan masyarakat).
Menurut Hoebel, hukum mempunyai empat fungsi dasar, yaitu:
1. menetapkan hubungan-hubungan antaranggota masyarakat dengan menunjukkan jenis-
jenis tingkah laku yang diperkenankan dan yang dilarang;
2. menentukan pembagian kekuasaan dan memerinci siapa saja yang boleh melakukan
paksaan serta siapakah yang harus menaatinya dan sekaligus memilihkan sanksi-sanksinya
yang tepat dan efektif;
3. menyelesaikan sengketa; dan
4. memelihara kemampuan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi
kehidupan yang berubah dengan cara merumuskan kembali hubungan esensial
antaranggota masyarakat. Ditinjau dari segi penegakan hukum, hukum mempunyai lima
fungsi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sjahran Basah dan Mukhsin, kelima fungsi hukum
tersebut sebagai berikut.
1.Direktif, sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat yang
hendak dicapai dengan tujuan kehidupan bernegara.
2. Integratif, sebagai pembina persatuan bangsa.
3. Stabilitatif, sebagai pemelihara dan menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
4. Perfektif, sebagai penyempurna terhadap sikap tindakan administratif negara maupun
sikap tindakan warga negara apabila terjadi pertentangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
5. Korektif, sebagai pengoreksi atas sikap tindakan administrasi negara maupun warga
negara apabila terjadi pertentangan antara hak dan kewajiban untuk mendapatkan keadilan.
Keseluruhan fungsi hukum yang sudah dikemukakan di atas pada intinya adalah
hukum itu berfungsi untuk melakukan pencegahan terhadap konflik kepentingan yang
terjadi di masyarakat.

2.2.5 Pengertian Negara Hukum


Beberapa definisi negara hukum dari beberapa pendapat ahli berikut.
1. Joeniarto Asas the rule of law

mempunyai arti dalam penyelenggaraan negara tindakan-tindakan penguasanya harus


didasarkan hukum, bukan berdasarkan kekuasaan dan kemauan penguasa dan
bertujuan melindungi kepentingan masyarakatnya, yaitu perlindungan terhadap hak-
hak asasi anggota masyarakatnya dari tindakan-tindakan yang sewenang-wenang.

2. Sudargo Gautama
Negara hukum adalah suatu negara dengan perseorangan mempunyai hak terhadap
negara, HAM diakui oleh undangundang, dan untuk merealisasikan perlindungan hak-
hak ini kekuasaan negara dipisah-pisahkan sehingga badan penyelenggara, badan
pembuat undang-undang, dan badan peradilan berada pada pelbagai tangan dan dengan
susunan badan peradilan yang bebas kedudukannya untuk dapat memberi perlindungan
semestinya kepada setiap orang yang merasa hakhaknya dirugikan walaupun andaikata
hal ini dilakukan oleh alat negara sendiri.
3. Burkens
Burkens sebagaimana dikutip oleh Hamid S. Attamimi mendefinisikan negara hukum
(rechtsstaat) secara sederhana adalah negara yang menempatkan hukum sebagai dasar
kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaan tersebut dalam segala bentuknya
dilakukan di bawah kekuasaan hukum.
4. Munir Fuady
Dalam bukunya yang berjudul Teori Negara Hukum Modern (Rechtsstaat), Fuady
mendefinisikan negara hukum sebagai: suatu sistem kenegaraan yang diatur
berdasarkan hukum yang berlaku yang berkeadilan yang tersusun dalam suatu
konstitusi, di mana semua orang dalam negara tersebut, baik yang diperintah maupun
yang memerintah harus tunduk pada hukum yang sama, sehingga setiap orang yang
sama diperlakukan sama dan setiap orang berbeda diperlakukan berbeda dengan dasar
perbedaan yang rasional, tanpa memandang perbedaan warna kulit, ras, gender,
agama, daerah, dan kepercayaan, dan kewenangan pemerintah dibatasi berdasarkan
suatu prinsip distribusi kekuasaan, sehingga pemerintah tidak bertindak sewenang-
wenang dan tidak melanggar hak-hak rakyat, karenanya kepada rakyat diberikan peran
sesuai kemampuan dan peranannya secara demokratis.
5. O. Notohamidjojo
Negara hukum diartikan sebagai negara yang pemerintah dan semua pejabat-pejabat
hukum mulai dari presiden, para menteri, kepala-kepala lembaga pemerintahan
lainnya, pegawai, hakim, jaksa, dan anggota-anggota legislatif dalam menjalankan
tugasnya di dalam dan di luar jam kantornya taat kepada hukum.

2.2.6 Konsep-konsep Negara hukum


Dalam perkembangannya, konsep negara hukum merupakan konsep yang genus begrip.
Oleh karena itu, secara umum dikenal empat konsep besar mengenai negara hukum,
sebagai berikut.
1. Konsep negara hukum berdasarkan sistem hukum civil law yang berkembang dan dianut
di negara-negara eropa kontinental seperti Jerman dan Belanda. Konsep negara hukum
berdasarkan sistem hukum civil law disebut dengan rechtsstaat.
2. Konsep negara hukum berdasarkan sistem hukum common law yang berkembang dan
dianut oleh negara-negara anglo saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat. Konsep negara
hukum berdasarkan sistem hukum common law disebut dengan rule of law.
3. Konsep negara hukum berdasarkan sistem hukum socialist law yang berkembang di
negara-negara sosialis, terutama di Uni Sovyet. Konsep negara hukumnya disebut dengan
socialist legality.
4. Konsep negara hukum berdasarkan sistem hukum Islamic law yang berkembang dan
dianut di negara-negara Islam. Konsep negara hukumnya disebut dengan nomokrasi Islam
atau siyasah diniyah.
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

3.1 Kelebihan
 Pada buku utama,penjelasan definisi sangat rinci dan jelas.Sementara pada buku
pembanding penjelasan defenisi kurang rinci dan terbelit-belit sehingga pembaca
kesulitan untuk memahami buku tersebut dengan cepat.
 Pada buku pertama covernya lebih menarik dilengkapi corak bendera yang membuat
pembaca lebih menarik membacanya. Sementara cover buku kedua kurang menarik
karena cover buku kedua tidak bewarna sehingga kurang menarik.
 Pada buku pertama diberi kesimpulan penjelasan dari topik - topik yang melibatkan
pendapat beberapa tokoh, seperti pada topik “Upaya Dari Penegakan Hukum”, yang
mana terdapat pendapat kranenburg dan T.K.B Sabaroedin (1975) dalam topik tersebut
dan diakhir pendapat tersebut dberi ulasan secara menyeluruhnya( kesimpulannya).
Sementara pada buku kedua kurang diberi kesimpulan penjelasan dari topik - topik yang
melibatkan pendapat beberapa tokoh. Seperti, pada topik “ pengertian Negara hukum”
tersebut, yang mana pada topik tersebut terdapat pendapat dari beberapa tokoh akan
tetapi tidak mengulas atau menyimpulkan secara umum atau menyeluruh mengenai
pengertian Negara hukum.
 Pada buku utama bahasa yang digunakan mudah dipahami Sehingga pembaca dapat
dengan mudah mengerti maksud atau pembahasan dari pembahasan-pembahasan topik
yang dicakup dalam buku tersebut.Sedangkan pada buku pembanding,bahasa yang
digunakan kurang mudah dipahami sehingga pembaca kurang menguasai materi terhadap
buku tersebut.
 Pada buku pertama dicantumkan sebuah tantangan atau pertanyaan,salah satunya seperti
meminta pendapat dari pembahasan atau penjelasan materi-materi yang dicakup,
sehingga meningkatkan rasa keingintahuan pembaca terhadap topik-topik tersebut.
Sementara pada buku dua tidak dicantumkan pertanyaan-pertanyaan mengenai topik atau
pembahasan yang telah diuraikan, dan hal tersebut membuat kurangnya minat pembaca.
3.2 Kekurangan
 Pada buku pertama tidak terlalu memuat pendapat dari beberapa tokoh, hanya pada topik-
topik tertentu saja. Sementara pada buku kedua hampir disetiap topik atau pembahasan
mencakup beberapa pendapat beberapa tokoh, sehingga menambah pengetahuan lebih luas
bagi pembaca.
 Pada buku pertama,keteraturan letak penyusunan dan judul subbab kurang tepat, sehingga
pembaca agak sulit dalam mencari topik yang ingin dicari. Sedangkan pada buku
pembanding keteraturan letak penyusunan dan judul subbab sudah tepat sehingga pembaca
sulit dalam mencari materi subbab.
 Pada buku pertama penjelasan mengenai topik “Negara hukum “ kurang diulas atau kurang
luas dalam buku tersebut,sehingga para pembaca kurang memahami mengenai materi atau
topik “Negara Hukum”. Sedangkan pada buku kedua penjelasan atau pembahasan
mengenai topik “Negara Hukum” sangat luas, sehingga dapat memberikan pengetahuan
secara luas mengenai Negara hukum bagi pembaca.
 Pada buku pertama tidak ada dilampirkan atau tidak dicakupkan mengenai kepanjangan dari
pemakaian-pemakaian singkatan pada uraian-uraian materi, sehingga pembaca kurang
memahami singkatan-singkatan yang jarang didengar oleh pembaca. Sementara pada buku
kedua dilampirkan atau dicantumkan pemakaian-pemakaian singkatan pada uraian-uraian
materi, Sehingga pembaca dapat memahami memahami singkatan-singkatan yang jarang
didengar oleh pembaca.

 
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan
Penegakan hukum dapat juga diartikan penyelenggarakan hukum oleh petugas penegak
hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku. Penegakan hukum pidana merupakan satu
kesatuan proses diawali dengan penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan terdakwa dan
diakhiri dengan pemasyarakatan terpidana.
Penegakkan hukum melibatkan semua semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum.
Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya
aparatur penegakan hukum tertentu untuk mejamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan sebagaimana mestinya. Pengertian penegakan hukum itu dapat pula ditinnjau dari sudut
objektinya, yaitu dari segi hukumnya, dalam hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang
luas dan sempit.
Upaya penegakan hukum di suatu negara, sangat erat kaitannya dengan tujuan negara.
Menurut Kranenburg dan Tk.B. Sabaroedin (1975) kehidupan manusia tidak cukup hidup dengan
aman, teratur dan tertib, manusia perlu sejahtera. Tujuan penegakan hukum untuk mencapai
keadilan dalam teori hukum dikenal sebagai teori etis. Menurut para penganut teori etis, hakikat
keadilan terletak pada penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan.
Negara hukum berarti negara dalam menjalakan tindakannya didasarkan pada aturan aturan
hukum yang ada. Dengan demikian, tugas negara adalah menjalankan kesadaran hukum dalam
bentuk peraturan- peraturan hukum yang berlaku dan harus ditaati oleh setiap negaranya.

5.2 Saran
Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam Critical Book Review, segala kekurangan
yangada dalam makalah ini mungkin karena kelalaian atau ketidaktahuan kami
dalam penyusunannya. Segala hal yang tidak relefan, kekurangan dalam pengetikan atau bahkan
ketidakjelasan dalam Critical Book Review ini merupakan proses kami dalam mempelajari mata
kuliah ini dan diharapkan kami yang menulis ataupun bagi pembaca dapat mengambil manfaat
dari Critical Book Review ini.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,I. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi

Pangaribuan,P & Purnomosidi, A. 2012. Negara Hukum Dalam Kerangka NKRI. Surakarta :

CAKRAWALA MEDIA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai