Anda di halaman 1dari 34

CRITICAL BOOKS REVIEW (CBR)

Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Kelompok 3
Nama Mahasiswa : Mita Ramadhani (4213151017)
: Laila Sapni (4213151018)
: Annisa Akhwani (4212451003)
Sofian

Dosen Pengampu : Aryeni, M. Pd.


Mata Kuliah : Keanekaragaman Makhluk Hidup

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt karena telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah tugas Critical Book Report (CBR) ini. Atas rahmat dan
kuasanyalah kami dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report mengenai materi “
Keanekaragaman Ekosistem” dengan tepat waktu.

Makalah Critical Book Report ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Aryeni M,Pd
pada mata kuliah keanekaragaman makhluk hidup di Universitas Negeri Medan. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
keanekaragaman makhluk hidup.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Nurliana


Marpaung selaku dosen mata kuliah keanekaragaman makhluk hidup. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami terhadap keanekaragaman
makhluk hidup.

Kami menyadari makalah Critical Book Report ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Oktober 2021

Penulis

2

Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR .......................................................................................... 5
B. Tuj uan P enuli sa n CBR ............................................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan CBR: .................................................................................................. 5
D. Identitas Buku Utama ........................................................................................................ 6
E. Identitas Buku Pembanding ............................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
RINGKASAN ISI BUKU.......................................................................................................... 7
1. Ringkasan Isi Buku Utama ............................................................................................. 7
2. Ringkasan Isi Buku Pembanding ................. Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB III .................................................................................................................................... 15
Kelebihan Buku ....................................................................................................................... 15
A. Keterkaitan Antar Bab .................................................................................................. 15
1. Buku Utama............................................................................................................... 15
2. Buku Pembanding ..................................................................................................... 15
B. Kemuktahiran Isi Buku ................................................................................................. 15
1. Buku Utama............................................................................................................... 15
2. Buku Pembanding ..................................................................................................... 15
BAB IV .................................................................................................................................... 31
Kekurangan Buku .................................................................................................................... 31
A. Keterkaitan Antar Bab ................................................................................................. 31
BAB V ..................................................................................................................................... 32
IMPLIKASI ............................................................................................................................. 32
A. Teori .............................................................................................................................. 32
B. Program Pembangunan di Indonesia ............................................................................ 32
C. Analisis Mahasiswa ...................................................................................................... 32
BAB VI .................................................................................................................................... 33
PENUTUP ............................................................................................................................... 33

3

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 33
B. Saran ............................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 34

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan
dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta biasanya
membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain namun disini
kami hanya melakukan analisis pada satu buku saja, mengenal dan memberi
nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis.
Melakukan Critical Book Report pada suatu buku, dari kegiatan ini
lah kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu buku. Dari
mengkritik inilah kita jadi mendapatkan informasi yang kompeten dengan
cara menggabungkan informasi dari buku. Hal ini adalah salah satu upaya
KKNI untuk benar benar menjadikan mahasiswa yang unggul dalam segala
hal, salah satu nya yaitu mengkritik buku
B. Tuj uan P enuli sa n CBR
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mengetahui informasi sebuah buku.
3. Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada
disetiap buku.
4. Melatih mahasiswa untuk teliti meriview buku dalam dua bahasa .
5. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kepemimpinan

C. Manfaat Penulisan CBR:


1. Menambah wawasan mengenai materi yang dikaji
2. Meningkatkan daya analisis dengan memahami informasi pada sebuah
buku dan membandingkannya dengan buku lain
3. Melatih kemampuan berpikir kritis

5

D. Identitas Buku Utama
Nama Buku : PULAU WAWONI (keanekaragaman Ekosistem, Flora, Dan Fauna
Pengarang : Rugayah, Mulyati Rahayu, Mulyadi, dan Joeni Setijo Rahajoe
Penerbit : LIPI Press
Tahun Terbit : 2019
Kota Terbit : Jakarta
Jumlah Halaman : 245 Halaman
ISBN : 978-979-799-988-9

E. Identitas Buku Pembanding


Judul : Ekologi, Populitas, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan kampus hijau
Asri, Islami dan Ilmiah
Pengarang : Djohar Maknun, S.Si., M.Si
Penerbit : Nurjati Press
Kota Terbit : Cirebon
Tahun Terbit : 2017
Jumlah Halaman : 232
ISBN : 978-602-9074-59-8

6

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
1. Ringkasan Isi Buku Utama
A.Latar Belakang
Menurut pendapat masyarakat setempat, Wawonii adalah pulau yang dikeramatkan sehingga
tidak banyak manusia yang berani menjelajahi pulau ini. Waworete, lokasi tertinggi yang
berada persis di tengah-tengah pulau, adalah lokasi yang paling dikeramatkan. Waworete
berasal dari kata wawo yang berarti di atas atau gunung dan rete yang berarti rata. Lokasi
puncak Pulau Wawonii merupakan daratan yang rata, tidak seorang pun berani menjelajahi
puncak pulau ini sebelum Tim LIPI berhasil mendakinya pada 2005.

Fisiognomi alam Pulau Wawonii dari pantai sampai perbukitan (atau disebut gunung oleh
penduduk lokal) memiliki ketinggian 0-850 mdpl. Ekosistemnya terbagi dalam beberapa tipe,
yaitu hutan pantai di pinggiran pulau; hutan mangrove yang dijumpai di sisi barat daya dan
barat laut; dataran rendah serta dataran tinggi yang terletak di bagian tengah pulau yang
merupakan hutan lindung. Bagian tersebut dapat dikategorikan sebagai hutan primer, ditandai
dengan penemuan jenis-jenis pohon yang berdiameter besar, dengan lantai hutan bersih.
Beberapa bagian dari lokasi ini, seperti di Gunung Wawouai-Rambiowola, Wungkolo,
memiliki pemandangan alam menarik yang layak dijadikan objek ekoturisme. Meskipun
ketinggian pulau ini hanya 800-850 mdpl, pada puncaknya dijumpai jenis-jenis tumbuhan
penyusun vegetasi hutan pegunungan, seperti jenis-jenis Podocarpaceae yang tertutupi jenis-
jenis lumut yang tebal.

Vegetasi hutan lindung di tengah-tengah pulau ini masih dapat dikategorikan sebagai hutan
primer karena masih ditemukan jenis jenis pohon berdiameter besar. Namun, pembukaan
ladang dan penebangan kayu secara liar sering dijumpai di hutan tersebut. Penangkapan
serangga, terutama jenis kupu-kupu, juga telah dilakukan oleh penduduk lokal untuk
diperdagangkan ke Pulau Bali untuk diekspor ke Jepang.
Sumber utama mata pencaharian mayoritas penduduk Wawonii adalah bertani dengan sistem
ladang berpindah, berkebun, atau memanen hasil hutan yang ada (seperti buah, rotan, madu,
dan kayu), atau sebagai nelayan (terutama etnis Bajo). Namun, banyak juga di antara mereka
yang berprofesi ganda sebagai petani dan nelayan.

7

BAB II
KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR DAN TUMBUHAN BERPEMBULUH
Tumbuhan maupun jamur merupakan makhluk hidup penyusun vegetasi pada suatu
ekosistem/ruang di alam. Tiap-tiap mahluk mempunyai tugas dan fungsi yang membuat alam
ini menjadi serasi. Jamur diketahui memegang peranan penting dalam keseimbangan
ekosistem. Banyak jamur yang melakukan simbiosis dengan tum buhan tinggi ataupun jamur-
jamur yang bermanfaat bagi manusia yang biasa dikonsumsi ataupun jamur yang dapat
berfungsi sebagai obat.

Dengan luas sekitar 867.58 km², Pulau Wawonii dihuni lebih dari 1.000 jenis tumbuhan
berpembuluh serta jamur. Jumlah ini belum mencakup tumbuhan di bagian tengah pulau.
Apabilabagian tengah pulau tersebut sudah terjelajahi, besar kemungkinan akan ditemukan
jenis tumbuhan baru lagi. Vegetasi penyusun dari ketinggian 0-850 mdpl adalah ekosistem
mangrove, pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi bawah atau perbukitan.
Keanekaragaman jenis yang paling tinggi terdapat di dataran rendah. Meskipun suku suku
yang umumnya lebih kaya dijumpai di dataran rendah, seperti Annonaceae, di pulau ini
relatif sedikit (hanya terkoleksi 10 jenis). Pada ketinggian 600-850 mdpl terdapat jenis-jenis
Podocarpaceae yang umumnya dijumpai pada vegetasi dengan ketinggian >15.000 mdpl.
Lampeapi memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi di antara delapan lokasi yang
dijelajahi (Wawolaa, Lampeapi, Wungkolo, Bobolio, Lansilowo, Munse, Waworete, dan
Dompo-Dompo Jaya).
KEANEKARAGAMAN EKOSISTEM
Wawonii merupakan pulau karang yang di dalamnya terdapat beberapa tipe ekosistem alami,
diantaranya hutan mangrove, hutan batuan ultrabasa pama, hutan pamah/dataran rendah dan
hutan pantai (Subbalai Konservasi Sumber Daya Alam 1999). Bagian pedalaman pulau masih
tertutup hutan, 45% di antaranya atau seluas 18.216 ha dan 9.275 ha ditetapkan sebagai hutan
lindung pada tahun 1995. Kawasan hutan primer umumnya terletak jauh dari daerah
permukiman dan berfungsi untuk melindungi daerah aliran sungai (DAS) yang diperlukan
oleh penduduk setempat. Sebagian hutan yang dekat dengan permukiman adalah hutan
sekunder yang termasuk dalam hutan kemasyarakatan (8.758 ha).

Berdasarkan inventarisasi dan eksplorasi pada tahun 2003-2006, dapat diketahui adanya
gradasi perubahan tipe ekosistem dari pantai ke arah pedalaman pulau. Secara umum, di

8

bagian pinggir pulau dapat dijumpai ekosistem hutan pantai; ekosistem hutan mangrove di
pantai daerah Lampeapi dan Wungkolo (sisi barat daya dan barat laut pulau); dan ekosistem
hutan pamah di daerah Lampeapi, Munse, dan Wungkolo.

Ekosistem mangrove di daerah ini termasuk tipe hutan mangrove karena pengaruh air sungai
lebih dominan daripada air laut serta berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari
muara. Ekosistem hutan pamah pada ketinggian 50-850 mdpl tergolong dalam hutan batuan
ultrabasa, tetapi pada bagian di atas pada ketinggian 500 mdpl telah dijumpai jenis-jenis
Gymnospermae dari marga Dacrydium dan Podocarpus. Pada ketinggian ini juga banyak
dijumpai lumut tebal yang menutupi pohon besar meskipun dijumpai jenis-jenis umum hutan
pamah, seperti anggota suku Burseraceae,Euphorbiaceae, Elacocarpaceae. dan Myrtaceae.
Formasi vegetasi Euphorbiaceae, Elaeocarpaceae, dan Myrtaceae. Formasi vegetasi semacam
itu digolongkan ke dalam tipe hutan pegunungan bawah (Kartawinata 2013).

A. EKOSISTEM HUTAN MANGROVE


Hutan mangrove terletak di Wungkolo, Tumbu-Tumbu, dan Lampeapi. Sebagian wilayahnya
merupakan kawasan hutan lindung alami dan termasuk tipe hutan mangrove yang
berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara (Suhardjono 2012). Hutan
mangrove tersebut mempunyai lebar antara 50-400 m, lebih banyak yang lebarnya di bawah
100 meter, terutama yang berbatasan langsung dengan laut, sedangkan yang terdapat di
daerah tepian sungai relatif lebih luas.

Kondisi hutan mangrove yang dekat dengan permukiman banyak mengalami kerusakan
akibat penebangan pohon untuk kayu bakar dan alih fungsi untuk pembuatan
empang/tambak. Namun, jika diperhatikan, regenerasi alaminya masih cukup baik.
Semai/anakan pohon masih cukup banyak dan diperkirakan akan kembali pulih secara alami
apabila penebangan pohon dihentikan atau dikelola dengan memperhatikan asas pemanfaatan
yang berkelanjutan. Perlu diterapkan aturan larangan penebangan dengan menggunakan
mesin kecuali dengan alat tradisional dan tidak pada wilayah yang tetap.

Keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove di Tumbu-Tumbu mencapai 39 jenis, didominasi


Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, dan R. mucronata (Tabel 2.1).
Keanekaragaman jenis tumbuhan mangrove di Lampeapi merupakan yang tertinggi tercatat
sebanyak 48 jenis (Tabel 2.1). Jenis-jenis yang melimpah di daerah ini adalah Sonneratia

9

alba, Rhizophora mucronata, R. apiculata, dan Bruguiera gymnorhiza, sedangkan jenis
Bruguiera parviflora ditemukan dalam jumlah sedikit. Formasi di belakang hutan mangrove
adalah hutan sagu dan perkebunan rakyat yang menandakan adanya pergeseran lahan
pemukiman, yaitu Lampeapi yang dulunya terletak di dekat pantai dan saat ini berada jauh ke
darat.
EKOSISTEM HUTAN PANTAI
Ekosistem hutan pantai terdapat pada tanah berpasir atau berbatu dan terletak di atas garis
pasang tertinggi. Daerah seperti ini pada umumnya jarang tergenang oleh air laut, tetapi
sering terjadi atau terkena angin kencang dengan embusan uap garam sehingga tidak semua
jenis mampu bertahan hidup.

Jenis-jenis pohon yang umumnya mampu bertahan dalam ekosistem hutan pantai antara lain
adalah Barringtonia asiatica, Terminalia catappa, Calophyllum inophyllum, Hibiscus
tiliaceus, Casuarina equisetifolia, dan Pisonia grandis. Selain itu, pohon Hernandia peltata,
Manilkara kauki, dan Sterculia foetida terkadang juga mampu bertahan dalam kondisi seperti
itu.

Daerah pantai berpasir umumnya ditumbuhi jenis-jenis cemara laut (Casuarina equisetifolia),
Scaevola sericea, Sophora tomentosa, Spinifex littoreus, dan Tournerfortia argentea. Pantai
berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap untuk melekatnya organisme ka rena aksi
gelombang secara terus-menerus menggerakkan partikel substrat. Indikator jenis terpenting
dari komunitas hutan pantai adalah nyamplung (Calophyllum inophyllum), waru laut
(Hibiscus tiliaceus), ketapang (Terminalia catappa), dan Thespesia populnea. Jenis tumbuhan
pantai yang ada adalah Colubrina asiatica, Parsonsia alboflavescens, Derris indica, Pongamia
pinnata, Tacca leonto petaloides, Ximenia americana vat, americana, dan Vigna marina.
C. EKOSISTEM HUTAN PAMAH
Hutan pamah di Pulau Wawonii tersebar di daerah Lampeapi, Munse, dan Wungkolo yang
umumnya terletak tidak jauh dari pantai dan dekat dengan permukiman. Desa Lampeapi
merupakan daerah perbukitan, dengan ketinggian bervariasi antara 50 sampai 290 mdpl.
Sementara itu, dua desa lainnya, Desa Munse dan Wungkolo, berada pada punggungan bukit,
tetapi relatif agak datar. Di kedua lokasi terakhir umumnya dijumpai kawasan hutan yang
telah terjadi penebangan untuk dijadikan ladang oleh masyarakat sekitar.

10

Berdasarkan pembagian hutan, pengelompokan jenis tumbuhan di ekosistem hutan pamah ini
dapat dibagi menjadi tiga tipe komu nitas. Pertama, komunitas A. elasticus dan C. buruana
yang domi nan hingga pada ketinggian 170 mdpl. Kedua, komunitas Vatica um bonata dan C.
buruana atau V. umbonata dan A. integer yang berada di punggung perbukitan Puungkikima
yang mendominasi bagian puncak perbukitan ke arah lembah menuju tepi Sungai Lampeapi.
Komunitas ketiga adalah C. javanica dan Homalium foetidum yang berada di seberang
Sungai Lampeapi.
Seperti halnya di Lampeapi dan Munse, desa ini dibagi menjadi tiga tipe komunitas
Komunitas pertama atau jenis yang sering dijum pai adalah Planchonella nitida. Terdapat
beberapa kombinasi komu nitas, yaitu Xanthostemon confertiflorus dan Stemorarus
secundiflorus Komunitas kedua, terdiri dari jenis jenis Antidesma stipulare. Kriema cinerea,
S secundiflorus, dan C. balsamiferum Komunitas ketiga didominasi oleh C balsamiferum dan
C. acuminatissima.

D. EKOSISTEM HUTAN PERBUKITAN/PEGUNUNGAN BAWAH


Hutan pegunungan Waworete termasuk dalam kawasan hutan lin dung yang terletak di
tengah-tengah pulau dan merupakan areal tertinggi di Pulau Wawonii. Istilah waworete
berasal dari kata wawo yang berarti di atas atau diartikan sebagai gunung dan rete berarti rata.
Jadi, Waworete diartikan sebagai gunung yang puncaknya rata. Hutan ini memiliki topografi
bergelombang sampai bergunung dan relatif masih utuh karena dikeramatkan oleh
masyarakatnya sehingga tidak banyak masyarakat yang berani mencapai kawasan ini.
Keanekaragaman jenis pada ketinggian 850 mdpl tercatat lebih rendah (21 jenis), sedangkan
pada ketinggian 500 mdpl tercatat 71 jenis. Suku Myrtaceae tercatat sebagai suku yang paling
banyak anggota jenisnya (sembilan jenis), disusul Clusiaceae (enam je nis), Euphorbiaceae
dan Lauraceae masing-masing lima jenis serta Rubiaceae (empat jenis). Jenis yang tergolong
dengan jumlah individu terbanyak dari suku Myrtaceae adalah Syzygium sp., sedangkan dari
suku Clusiaceae adalah Garcinia celebica, dan Calophyllum sp. dari suku Calophyllaceae.

Tipe hutan pada ketinggian 850 mdpl terlihat tumbuhan lumut yang sangat melimpah. Jenis
pohon yang dijumpai cukup menonjol adalah Podocarpus neriifolius dengan kerapatan 242
pohon/ha. Beberapa jenis lain yang tergolong dominan adalah Syzygium sp.. Diospyros sp.
Calophyllum soulattri, Dacrydium nidulum, dan Cryptocarya sp. Pada ketinggian 500 mdpl,
terlihat jenis-jenis utama yang mendominasi daerah tersebut tampak berbeda. Di lokasi ini,

11

jenis-jenis yang dominannya adalah Pouteria firma, Prunus wallaceana, Gordonia excelsa,
Garcinia celebica, Myristica sp., dan Artocarpus cf. clasticus.
BAB III
KEANEKARAGAMAN JENIS JAMUR DAN TUMBUHAN BERPEMBULUH
Tumbuhan maupun jamur merupakan makhluk hidup penyusun vegetasi pada suatu
ekosistem/ruang di alam. Tiap-tiap mahluk mempunyai tugas dan fungsi yang membuat alam
ini menjadi serasi. Jamur diketahui memegang peranan penting dalam keseimbangan
ekosistem. Banyak jamur yang melakukan simbiosis dengan tum buhan tinggi ataupun jamur-
jamur yang bermanfaat bagi manusia yang biasa dikonsumsi ataupun jamur yang dapat
berfungsi sebagai obat.

Dengan luas sekitar 867.58 km², Pulau Wawonii dihuni lebih dari 1.000 jenis tumbuhan
berpembuluh serta jamur. Jumlah ini belum mencakup tumbuhan di bagian tengah pulau.
Apabilabagian tengah pulau tersebut sudah terjelajahi, besar kemungkinan akan ditemukan
jenis tumbuhan baru lagi. Vegetasi penyusun dari ketinggian 0-850 mdpl adalah ekosistem
mangrove, pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi bawah atau perbukitan.
Keanekaragaman jenis yang paling tinggi terdapat di dataran rendah. Meskipun suku suku
yang umumnya lebih kaya dijumpai di dataran rendah, seperti Annonaceae, di pulau ini
relatif sedikit (hanya terkoleksi 10 jenis). Pada ketinggian 600-850 mdpl terdapat jenis-jenis
Podocarpaceae yang umumnya dijumpai pada vegetasi dengan ketinggian >15.000 mdpl.
Lampeapi memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi di antara delapan lokasi yang
dijelajahi (Wawolaa, Lampeapi, Wungkolo, Bobolio, Lansilowo, Munse, Waworete, dan
Dompo-Dompo Jaya).
A. KEANEKARAGAMAN JAMUR
Keberadaan jamur di dalam ekosistem hutan tidak dapat diabaikan begitu saja. Selain
berperan sebagai salah satu organisme pengurai bersama dengan mikrofauna dan bakteri,
beberapa jamur diketahui melakukan simbiosis dengan tumbuhan tinggi ataupun berasosiasi
dengan serangga. Banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi, tetapi informasi potensi dari
keanekaragaman jenisnya masih jarang dikemukakan. Di antara 127 nomor spesimen jamur
(97 nomor spesimen jamur makro dan 30 nomor spesimen jamur mikro) hanya teridentifikasi
sekitar 43 jenis jamur makro dan 8 jamur mikro.

Jamur-jamur makro yang dijumpai sebagian besar termasuk ke dalam ordo Agaricales dan
Aphyllophorales, tetapi ada pula be berapa jamur yang termasuk ke dalam kelas

12

Gasteromycetidae, Heterobasidiomycetes, dan yang lainnya. Jamur-jamur tersebut tumbuh
menghiasi bagian dasar hutan dengan warna yang beraneka ragam dan mencolok di antara
tebalnya serasah yang menutupi lantai.
Kelompok paku-pakuan tercatat sekitar 87 jenis dan tergolong dalam 27 suku. Kelompok
Gimnosperma diwakili oleh enam jenis yang tergolong dalam tiga suku (Cycadaceae,
Gnetaceae, dan Podo carpaceae). Sementara itu, kelompok Monokotil diwakili oleh sekitar 16
suku. Kelompok Dikotil tercatat sekitar 96 suku dan merupakan anggota terbanyak yang
dijumpai di Pulau Wawonii.
Pola persebaran menunjukkan bahwa sekitar 3% jenis-jenis tersebut tersebar luas dan
umumnya dijumpai di semua lokasi. Selain itu, lebih dari 50% jenis-jenis tersebut memiliki
daerah persebaran yang sempit dan terkonsentrasi di lokasi tertentu. Jenis yang terdapat di
sebelah barat Pulau Wawonii (Lampeapi, Wungkolo) cenderung memiliki kesamaan dengan
jenis yang ada di Kalimantan, Sumatra dan Jawa. Sementara itu, jenis yang berasal dari lokasi
bagian timur (Waworete, Lansilowo, Munse) cenderung sama dengan jenis yang ada di
Maluku.

Dari hasil evaluasi persebaran jenis-jenis yang telah diketahui, sekitar 63 jenis merupakan
rekaman baru, enam jenis merupakan endemik di Sulawesi (Hippeophyllum celebicum,
Oberonia exaltata, Thrixspermum celebicum, Alpinia eremochlamys, A. melichroa, dan
Glochidion moluccanum), dan 13 jenis (Begonia sp., Dracaena sp., Hydriastele sp., Monoon
sp., Mucuna sp., dua jenis Osmoxylon sp.. Pandanus sp., Pternandra sp.. Rothmannia sp.
Sauropus sp., dan dua jenis Syzygium sp.) masih memerlukan penelaahan lebih lanjut untuk
menentukan status taksonominya.

BAB IV
KEANEKARAGAMAN JENIS FAUNA
Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dengan 18.110
pulau yang tersebar di sepanjang 108.920,40 km garis pantai. Sebagian besar wilayahnya
berupa pulau-pulau kecil dengan sumber daya alam yang sangat terbatas dan rentan akan
kerusakan, di antaranya Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Biota penghuni pulau ini
merupakan jenis biota peralihan antara kawasan Asia dan Australia/Nugini dengan tingkat
keanekaragaman, keunikan, keindahan, dan endemisitas yang tinggi Sejarah geologi masa
lalu membuktikan bahwa sejak jutaan tahun silam laut dalam di sekitar Sulawesi tidak pernah

13

mengalami kekeringan, memungkinkan biota laut dapat berevolusi secara berkesinambungan.
Selain itu, terse dianya variasi ekosistem yang sangat kompleks dan faktor luar yang
mendukung memungkinkan biota untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Hal ini
menjadikan wilayah Sulawesi dan pulau pulau kecil di sekitarnya memiliki keanekaragaman
jenis biota yang sangat tinggi (megabiodiversity) dan menjadi salah satu tempat asal usul
berbagai jenis biota di dunia yang ada saat ini.

Namun, data tentang kekayaan biota yang terkandung di dalamnya masih sangat terbatas.
Begitu pula keragaman biota akuatik penghuni ekosistem sungai, estuaria, dan pantai belum
banyak yang teridentifikasi. Di sisi lain, meningkatnya perkembangan penduduk dan
pembuangan limbah telah menimbulkan kerusakan dan kepunahan sumber daya hayati
akuatik serta ekosistemnya.
KEANEKARAGAMAN JENIS FAUNA
*Keanekaragaman Kopepoda
*Keanekaragaman Serangga: Kupu-kupu
*Keanekaragaman Ikan Air Tawar
*Keanekaragaman Reptil dan Amfibi
* Keanekaragaman Avifauna
*Keanekaragaman Mamalia Kecil

14

BAB III
Kelebihan Buku

A. Keterkaitan Antar Bab

1. Buku Utama
Buku yang berjudul PULAU WAWONI (keanekaragaman Ekosistem, Flora, Dan
Fauna) ini terdiri dari 7 bab. Awal bab dimulai dengan penjelasan tentang
Keanekaragaman Ekosistem mangrove,pantai, pamah ,perbukitan gunung bawah ,
keankaragaman jenis jamur , keanekaragaman jenis fauna ,peran keanekaragaman hayati
bagi manusia .antar bab nya berkaitan yaitu membahas keanekaragaman ekosistem yang
ada.

2. Buku Pembanding

Buku yang berjudul Ekologi, Populitas, Komunitas, Ekosistem Mewujudkan kampus hijau
Asri, Islami dan Ilmiah ini terdiri dari 12 bab. Awal bab dimulai dengan penjelasan tentang
konsep populasi, konsep komunitas, konsep ekosistem, daur biogekimia, ekologi air twar,
ekologi daratan, ekologi astuaria, ekologi laut, ekologi kampus Penjelasan antar sub-judul
tersebut dijelaskan secara sistematis dan logis.

B. Kemuktahiran Isi Buku

1. Buku Utama
Buku ini dicetak pada tahun 2014. Jika dilihat dari tahun terbit buku ini berarti
konsep teori atau permasalahan yang terdapat dalam pembahasan buku tersebut masih
menyangkut dengan permasalahan yang sekarang ini sedang terjadi. Di dalam buku ini
menyangkut bagian-bagian keanekaragaman hayati di Indonesia dimana juga
menjelaskan tentang keanekaragaman ekosistem. Untuk kemutakhiran buku ini
sebenarnya masih berlaku sampai sekarang tetapi hanya saja masih sangat sederhana
dimana belum menganalisis pada bagian yang lebih kompleks lagi.

2. Buku Pembanding
Dalam buku ini memilki peran yang sangat membangun dalam memberikan
wawasan tentang keanekaraman hayati dan orkestrasi konservasi tumbuhan hutan kepada
para pembaca khususnya kepada saya dan mahasiswa pendidikan IPA di manapun

15

berada. Buku ini merupakan terbitan yang belum lama dari mulai tahun 2016. Jika dilihat
dari tahun terbit buku ini berarti konsep teori atau permasalahan yang terdapat dalam
pembahasan buku tersebut masih menyangkut dengan permasalahan yang sekarang ini
sedangterjadi.

BUKU PEMBANDING
BAB 1
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP EKOLOGI
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah
ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Ekologi berasal dari
kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/ pengetahuan. Jadi,
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik (interaksi) antara
organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya. Ruang lingkup ekologi meliputi
populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer.
Adapun pembagian ekologi sebagai berikut:
1).Berdasarkan keilmuan: - Sinekologi : mempelajari hubungan satu spesies
organismedengan alam sekitarnya - Outekologi : mempelajari hubungan sekelompok
spesies organismedengan alam sekitarnya
2).Berdasarkan taksonomi: • Ekologi manusia • Ekologi tumbuhan • Ekologi hewan
• Ekologi mikrobia
3).Berdasarkan keperluan praktis: • Ekologi air tawar • Ekologi laut • Ekologi
daratan
BAB II
PENGERTIAN DAN KONSEP-KONSEP POPULASI
Populasi adalah sekelompok organisme satu spesies yang mendiami suatu tempat,
memiliki ciri atau sifat khusus populasi/kelompok dan bukan ciri individu. Ciri-ciri
tersebut antara lain: kerapatan, natalis (angka kelahiran), mortalitas (angka kematian),
penyebaran umur, potensi biotik, dispersi, pertumbuhan danperkembangan. Pada
ekosistem dengan keanekaragaman rendah dan sedang mengalami tekanan fisik
cenderung bergantung kepada komponen fisik misalnya cuaca, arus, pencemar,
dansebagainya. Sedangkan pada ekosistem dengan keanekaragaman tinggi atau tidak
mengalami tekanan fisik maka populasinya cenderung dikendalikan secara biologik.

16

Pada semua ekosistem terdapat kecenderungan yang kuat di mana populasi akan
berkembang melalui seleksi alam dan menuju pengendalian diri.
Populasi mempunyai pola pertumbuhan yang khas, disebut bentuk pertumbuhan
populasi. Ada dua pola dasar pertumbuhan berdasar pada kurva pertumbuhan yaitu : 1.
Kurva pertumbuhan bentuk J. 2. Kurva pertumbuhan bentuk Satau sigmoid. Penyebaran
populasi ialah pindahnya individu atau keturunan (biji, spora, larva) keluar dari populasi
atau daerah populasi. Ada tiga pola penyebaran populasi : a. Emigrasi : gerakan keluar
satu arah b. Immigrasi : gerakan masuk satu arah c. Migrasi :perpindahan keluar-masuk
secara periodic
Apabila populasi dalam keadaan seimbang dengan faktor lingkungannya, maka
migrasi atau emigrasi yang moderat hanya berpengaruh kecil terhadap populasi, akan
tetapi apabila populasi berada di atas atau di bawah daya dukung penyebaran akan
berpengaruh lebih nyata misalnya emigrasi akan mempercepat pertumbuhan populasi
atau sebaliknya emigrasi akan mempercepat pemusnahan.
BAB III
PENGERTIAN DAN KONSEP-KONSEP KOMUNITAS
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas
memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu
dan populasi. Terdapat beberapa asas-asas yang berperan dalam organsasi pada taraf
komunitas. Komunitas biotik merupakan kumpulan populasi yang menempati suatu
habitat dan terorganisasi sedemikian rupa sehingga memperlihatkan sifat tambahan dari
sifat individu dan populasi sebagai suatu kesatuan misalnya struktur jenjang makanan
dan arus energi.
Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat
dibagidalam dua bagianyaitu:
1. Komunitas akuatik, Komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di
sungai, di parit atau di kolam.
2. Komunitas terrestrial, Yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan , di
hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.
Tidak semua organisme dalam komunitas sama pentingnya dalam menentukan
keadaan alamiah dan fungsi dari seluruh komunitas. Dari ratusan/ribuan jenis organisme
yang terdapat dalam komunitas hanya beberapa jenis species yang berperan penting

17

sebagai pengendali komunitas berdasarkan atas jumlah, ukuran, produksi, atau
aktivitasnya.
Beberapa indeks yang penting dalam komunitas adalah :
1. Indeks kelimpahan (dominansi indeks)
2. Indeks Keanekaragaman (deversity indeks)
3. Indeks Kesamaan
Beberapa macam pola diversitas dalam komunitas :
a. Pola stratifikasi (lapisan tegak/vertical)
b. Pola zonasi (pemisahan horizontal)
c. Pola aktivasi (periodisitas)
d. Pola jala makanan ( food web)
e. Pola reproduksi
f. Pola sosial (kelompok dan kawanan)
g. Pola ko-aktif ( hasil kompetisi, antibiosis, dan lain-lain
Interaksi antarkomponen ekologi dapat merupakan interaksi antarorganisme,
antarpopulasi, dan antarkomunitas.
BAB IV
PENGERTIAN DAN KONSEP-KONSEP EKOSISTEM
Secara singkat ekosistem berarti sistem yang berlangsung dalam suatu lingkungan.
Di dalam lingkungan terdapat komponen-komponen, baik komponen fisik (benda
hidup/biotik dan benda mati/abiotik) maupun komponen nonfisik berupa hubungan
manfaat suatu benda terhadap benda lainnya (trofik).
pengertian ekosistem secara luas adalah hubungan mahluk hidup dengan
lingkungannya (biotik dan abiotik), masing-masing bersifat saling mempengaruhi dan
diperlukan keberadaannya untuk memelihara kehidupan yang seimbang, selaras dan
harmonis. Menurut Undang-undang Lingkungan hidup (UULH, 1982) ekosistem adalah
tatanama kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi
Menurut lokasinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi ekosistem daratan,
ekosistem air tawar dan ekosistem laut/pantai. Masing-masing ekosistem memiliki
perbedaan hanya dalam hal jenis, struktur, karakteristik dan kualitas komponen-
komponen yang terlibat. Ekosistem-ekosistem digolongkan ke dalam kategori lebih besar
yaitu biom yang umumnya diidentifikasikan dari vegetasi yang mencirikannya. Hutan

18

tropis, gurun, padang rumput, merupakan contoh biom. Biom merupakan unit ekologis
terbesar di dalambiosfer
BAB V
PENGERTIAN DAN KONSEP ENERGI DALAM EKOSISTEM
Energi adalah segala sesuatu yang dapat melakukan pekerjaan (energi panas, energi
potensial, energi kimia). Energi merupakan daya yang digunakan untuk melakukan
aktivitas sumber energi utama: Sinar Matahari. Matahari dimanfaatkan langsung oleh
tumbuhan hijau dalam bentuk elektromagnetik untuk proses fotosintesis. Energi yang
masuk dalam ekosistem berupa energi radiasi matahari atau energi cahaya tapi tidak
semuanya dapat dimanfaatkan. Energi yang di simpan berupa materi tumbuhan dapat
dialirkan melalui rantai makanan dan jaring makanan dari produsen sampai dengan
konsumen sampai dengan decomposer
Efisiensi ekologik adalah perbandingan arus energi pada berbagai titik sepanjang
rantai makanan dalam persen. Dalam menghitung efisiensi dimensi harus sama, artinya
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam unit yang sama, misalnya mengukur efisiensi
makanan ayam, maka daging dan makanan harus di ukur dalam keadaan kering
(jam/Kg). Paling baik jika pengukuran dalam % kalori.
Struktur trofik pada ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3
jenis piramida ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
BAB VI
PENGERTIAN DAN KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA
Biogeokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara
komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Dalam suatu ekosistem, materi pada
setiap tinkatan trofik tak hilang. Materi berupa unsur-unsur penyusun bahan organik di
daur ulang. Unsur-unsur tersebut masuk ke dalam komponenbiotikmelalui udara, tanah,
dan air. Daur ulang materi tersebut melibatkan mahluk hidup dan batuan (geofisik)
sehingga disebut daur biogeokimia. Fungsi daur biogeokimia adalah sebagai silkus
materi yang melibatkan semua unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di
bumi baik komponen biotik maupun abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi tetap
terjaga.
BAB VII
SPESIES DAN INDIVIDU DALAM EKOSISTEM
Beberapa komponen keanekaragaman spesies menentukan efek dalam ekosistem
yang sebenarnya. Ini termasuk jumlah spesies, mereka kelimpahan relatif, spesies

19

tertentu sekarang, interaksi di antara spesies, dan variasi spasial dan temporal.Saat ini
pengetahuan tentang konsekuensi dari keanekaragaman hayati kerugian dalam ekosistem
sebenarnya terbatas, terutama ketika mempertimbangkan besar perubahan ekosistem dan
keanekaragaman hayati. Organisme yang mendalami tempat yan sama atau relung
ekologi yang sama pada daerah geografi yang brlainan disebut ekuivalen ekologi .
Spesies dengan relung ekuivalen cenderung mempunyai kekerabatan secara taksonomik
apabila terdapat pada tempat yang berdekatan tetapi sering tidak mempunyai kekerabatan
taksonomi apabila terdapat pada tempat yang terpisahjauh satu sama lain. Komposisi
spesies komunitas sangat berbeda pada berbagai daerah geografi tetapi ekosistem yang
serupa dapat berkembang dimanapun asalkan habitat fisiknya serupa, tidak peduli
dengan letak geografisnya. Relung ekuivalen ekologi yang terdiri dari
kelompokkelompok biologi membentuk flora dan fauna dari daerah-daerah tersebut.Tipe
ekosistem pada padang rumput akan berkembang dimana terdapat iklim padang rumput,
tidak peduli dengan daerah geografinya, tetapi spesies rumput-rumput dan pemakan
rumput dapat berbeda apalagi jika tempatnya terpisah jauh.
BAB VIII
SUKSESI
Dengan perkembangannya tingkat suksesi maka varietas spesies makin banyak
tetapi dominansinya satu spesies terhadap lainnya makin menurun. Makin besar ukuran
organisme, makin panjang umumnya dan makin komplek daur hidupnya mengakibatkan
bertambah besarnya kompetisi interspesifik akan menyebabkan kecenderungan
menurunnya jumlah spesies yang dapat mendiami suatu daerah. Pada tahapan bloom
populasi ukuran organisme cenderung kecil dan daur hidup sederhana serta
perkembangannya cepat. Kenaikan macam spesies dalam suksesi dipengaruhi oleh
kenaikan biomassa dan kenaikan kompetensi. Menurut Margalef (1963) jumlah spesies
naik sampai pada pertengahansuksesi dan kemudian menurun sampai pada klimak.
Diversitas genetik mencakup variasi dalam material genetik, seperti gen dan khromosom.
Diversitas spesies (taksonomi) kebanyakan diintepretasikan sebagai variasi di antara dan
di dalam spesies (termasuk spesies manusia), mencakup variasi satuan taksonomi seperti
filum, famili, genus dsb. Diversitas ekosistem atau bahkan dinamakan diversitas
biogeografik berkaitan dengan variasi di dalam wilayah (region) biogeografik, bentang
alam (landscape) dan habitat. Kita harus menyadari bahwa biodiversitas selalu peduli
dengan variabilitas makhluk hidup dalam area atau wilayah yang spesifik.

20

BAB IX
FAKTOR PEMBATAS DAN FAKTOR FISIK LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan kompleks faktor-faktor dan suasana di suatu tempat
merupakan hasil kerjasama antara faktor-faktor tersebut. Secara garis besar, faktor-faktor
tersebut dibagi dua yaitu: faktor biotik - abiotik tetapi secara terperinci faktor-faktor
tersebut dibagi menjadi 7 bagian ialah: tanah, air, suhu, cahaya, atmosfir, api, dan biotik.
Meskipun lingkungan merupakan sistem yang komplek dan sangat besar peranannya
dalam kehidupan tetapi kehidupan itu tidak sepenuhnya menggantungkan pada
lingkungan hidupnya, antara lain karena banyak kehidupan yang mampu memodifikasi
lingkungan sehingga cocok untuk hidupnya atau organisme itu berusaha sedemikian rupa
menyesuaikan diri dengan lingkungan itu. Lingkungan di suatu tempat bersifat dinamis,
biasanya semakin menjauhi daerah tropika (semakin dekat ke kutub) dinamika
lingkungan semakin besar. Untuk mengatasi lingkungan yang tidak menguntungkan pada
tumbuhan antara lain ada beberapa cara : adaptasi, modifikasi, mutasi, dan evolusi.
Akhirnya semua proses tersebut menyebabkan adanya hubungan yang spesifik sehingga
sering ditemukan organisme yang khas di lingkungan tertentu, yang kemudian disebut
Ekotipe. Jadi lingkungan dan organisme mempunyai hubungan timbal balik. Cahaya,
temperatur, dan air secara ekologis merupakan faktor lingkungan yang penting untuk
daratan sedangkan cahaya, temperatur, dan kadar garam merupakan tiga besar faktor
untuk lautan. Semua faktor fisik alami tidak hanya merupakan faktor pembatas dalam
arti yang merugikan akan tetapi juga merupakan faktor pengatur dalam arti yang
menguntungkan sehingga komunitas selalu dalam keadaan homeostatis.
BAB X
EKOLOGI AIR TAWAR
Ekosistem air tawar merupakan ekosistem akuatik,ciri-ciri ekosistem air tawar: •
Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari kadar garam
protoplasma organisme akuatik. • Variasi suhu sangat rendah. • Penetrasi cahaya
matahari kurang. • Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. • Macam tumbuhan yang
terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji • Hampir semua
filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup diair tawar pada umumnya
telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut : a. Adaptasi
tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya
kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum
dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai(Nymphaea

21

gigantea),mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup
di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkunganatau
isotonis. b. Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan
hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi
yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya
melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara
habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan
aliran energi dan kebiasaan hidup. Klasifikasi organisme air tawar, anatara lain :
1. Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan
fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau
organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
2. Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. a. Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang(bergerak pasif)
mengikuti gerak aliran air. b. Nekton;hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya
ikan. c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. d. Perifiton; merupakan tumbuhan
atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. e.
Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat
sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing danremis. Ekosistem air tawar
digolongkan menjadi air tenang (lentik) dan air mengalir (lotik). Termasuk ekosistem air
tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
Pada ekosistem air tawar terdapat faktor-faktor pembatas yang memungkinkan
mekanisme yang berlangsung dalam ekosistem berjalan secara mantap. Faktor-faktor
pembatas tersebut berkaitan dengan kondisi habitat ait tawar (lingkungan aquatik), yaitu:
1. Temperatur 2. Transpirasi 3. Turbiditas/kekeruhan 4. Arus 5. Gas terlarus dalam air 6.
Oksigen terlarut (Dissolved Oksigen/DO) 7. Karbondioksida terlarut, 8. Garam biogenik
dalam air 9. Na dan K 10. Kalsium dan Magnesium 11. Fosfor 12. Konveksi air
BABXI
EKOLOGI DARATAN
Perbedaan antara habitat daratan dan air adalah sebagai berikut:
1. Di daratan, kelembaban merupakan faktor pembatas, organisme daratan selalu
dihadapkan pada masalah kekeringan. Evaporasi dan transpirasi merupakan proses yang
unik dari kehilangan energi pada lingkungan daratan.

22

2. Variasi suhu dan suhu ekstrim lebih banyak di udara daripada media air.
3. Sirkulasi udara yang cepat di permukaan bumi akan menghasilkan isi-campuran
O2dan CO2yang tetap.
4. Meskipun tanah merupakan penyangga yang padat bukan udara, kerangka yang
kuat telah berkembang di tanah yaitu tanaman dan binatang yang akhir-akhir ini
mempunyai arti khusus bagi perkembangan.
5. Tanah tidak seperti lautan yang selalu berhubungan di mana tanah sebagai barier
geografi terpenting dalam gerak bebasnya.
6. Sebagai substrat alam, meskipun yang terpenting adalah di air, namun yang paling
khusus adalah dalam lingkungan daratan. Tanah adalah sumber terbesar dari bermacam-
macam nutrisi (nitrat, posfor dan sebagainya) yang merupakan perkembangan besar dari
subsistem ekologi). Secara ringkas, iklim yang terdiri dari temperatur, kelembaban,
cahaya, dan sebagainya, dengan substrat yang terdiri dari fisiografi, tanah, dan lain-lain
adalah merupakan dua kelompok faktor yang saling berinteraksi dengan populasi dalam
menentukan komunitas daratan dan ekosistem di alam.
BAB XII
EKOLOGI ESTUARIA
Estuaria merupakan ekosistem khas yang pada umumnya terdiri atas hutan
mangrove, gambut, rawa payau dan daratan Lumpur. Ekosistem ini mempunyai fungsi
yang sangat penting untuk mendukung berbagai kehidupan. Wilayah estuaria merupakan
habitat yang penting bagi sejumlah besar ikan dan udang untuk memijah dan
membesarkan anak-anaknya. Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut lepas juga
bermigrasi ke wilayah estuaria pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai
wilayah perairan peralihan (ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat laut yang
sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan karakter lokasinya serta morfologisnya yang
landai. Wilayah estuaria sangat rentang terhadap kerusakan dan perubahan alami atau
buatan. Pembuangan limbah, penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan, serta
berubahnya sistem daerah aliran sungai, merupakan sebagian dari penyebab degradasi
kualitas ekosistem estuaria.
Estuaria merupakan salah satu bentuk dari ekosistem lahan basah, dimana lahan
basah di Indonesia luasnya = 38 juta ha (Wibowo et al., 1996). Kawasan lahan basah
termasuk estuaria ini mengalami kerusakan yang sangat serius karena pertumbuhan
populasi manusia dan pembangunan, yang antara lain berakibat terhadap menyusutnya
hutan mangrove, hutan rawa dan hutan gambut beserta keanekaragaman spesies flora dan

23

fauna di dalamnya, pencemaran air karena penggunaan pupuk dan racun hama dan
penyakit serta berbagai industri dan kegiatan pertambangan. Termasuk masalah
pelumpuran, karena kegiatan pertanian pada daerah atasnya yang tidak memperhatikan
teknik-teknik konservasi tanah dan air. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan
adanya pengelolaan wilayah esruaria yang berkelanjutan. habitat yang penting bagi
sejumlah besar ikan dan udang untuk memijah dan membesarkan anak-anaknya.
Beberapa larva ikan yang dipijahkan di laut lepas juga bermigrasi ke wilayah estuaria
pada fase larvanya. Wilayah ini dapat dianggap sebagai wilayah perairan peralihan
(ekoton) antara habitat air tawar dengan habitat laut yang sangat dipengaruhi oleh pasang
surut dan karakter lokasinya serta morfologisnya yang landai. Wilayah estuaria sangat
rentang terhadap kerusakan dan perubahan alami atau buatan. Pembuangan limbah,
penggunaan perairan sebagai sarana pengangkutan, serta berubahnya sistem daerah aliran
sungai, merupakan sebagian dari penyebab degradasi kualitas ekosistem estuaria.

Tipe-tipe estuaria tersebut, yaitu (Nybakken, 1988):


1. Estuaria daratan pesisir (coastal plain estuary). Pembentukannya terjadi akibat
penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai
(Tiwow, 2003). Contoh estuaria daratan pesisir, yaitu di Teluk Chesapeake, Maryland
dan Charleston, Carolina Selatan (ONR, tanpa tahun). 2. Estuariatektonik.Terbentuk
akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung berapi) yang mengakibatkan
turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang
(Tiwow, 2003). Contohnya Teluk San Fransisco di California (ONR, tanpatahun). 3.
Gobah atau teluk semi tertutup. Terbentuk oleh adanya beting pasir yang terletak sejajar
dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung dan terbuka dengan
perairan laut (Tiwow, 2003). Contohnya di sepanjang pantai Texas dan pantai Teluk
Florida. 4. Fjord merupakansuatu teluk sempit (inlet) di antara tebing-tebing atau lahan
terjal. Biasa djumpai di Norwegia, Alaska, Selandia Baru, dll. Sebelumnya fjord ini
merupakan sungai gletser yang terbentuk di wilayah pegunungan di kawasan pantai. Saat
suhu menjadi hangat, sungai gletser ini mencair, akibatnya permukaan air laut naik dan
membanjiri lembah di sela-sela pegunungan tersebut.
Jumlah organisme yang mendiami estuariajauh lebih sedikit jika dibandingkan
dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Sedikitnya jumlah spesies ini
terutama disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang
memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain miskin

24

dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin akan flora. Keruhnya perairan estuaria
menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi. Secara fisik
dan biologis, estuaria merupakan ekosistem produktif yang setaraf dengan hutan hujan
tropik dan terumbu karang.
BAB XIII
EKOLOGI LAUT
1. Ekosistem Laut
Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya
secara horizontal. Adapun ciri-ciri dari habitat laut, yaitu: • Variasi temperatureatau suhu
bervariasi; • Kadar garam atau salinitas atau tingkat keasinan tinggi; • Penetrasi daeri
cahaya matahari tinggi; • Ekosistem tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca alam sekitar;
• Aliran atau aus laut terus bergerak karena perbedaan iklim, temperature dan rotasi
bumi; • Habitat di laut saling berhubungan atau berkaitan satu sama lain; dan •
Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen, zooplankton dan decomposer.
a. Menurutkedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut. • Litoral
merupakan daerah yang berbatasan dengan darat. • Neretikmerupakan daerah yang masih
dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter. •
Batialmerupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 2002500 m • Abisalmerupakan
daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).
b. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut
semakin ketengah, laut dibedakan sebagai berikut : • Epipelagik merupakan daerah
antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m. • Mesopelagik merupakan daerah
dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu. •
Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan
yang hidup di daerah ini misalnya gurita. • Abisalpelagik merupakan daerah dengan
kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini. • Hadalpelagik merupakan bagian laut
terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut
dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah
bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.Berikut ini adalah jenis orgnisme yang
hidup di laut: • Organisme yang terdapat di zona Pelagic laut : Chaetoceros; Biddulphia;
Nitzchia; Gymnodinium; Tallassiosira; ceratium;
Coccolithophoorids;Favella;Globigerina;Protocystis;Clione;Calanus; Pelagia;
Tomopteris; Saggita; Euphausia; Balaenoptera; Physeter; Apherusa;Cylocsalpa. • Ikan-

25

ikan yang terdapat di kedalaman laut: Argyropelecus; Bthypterois; Linophryne;
(Lasiognatus; Malacostus; Edriolynchus; Gigantactis;Macropharynx • Binatang bentik
yang terdapat di laut dalam : Eremicaster; Ophiura;
Odostomia;Diastylis;Ischnomesus;Storthyngura;Neotanais. • Organisme yang terdapat di
zona neritik laut.Ulva;Ectocarpus;Alaria; Sargassumalga
cokelat;Rhodimenia;Polyshiphonia;Podon;Phtisicia; Thia larva; Branacle nauplius;
Acartia; Phyllosoma larva dari lobster; Plathynereis; Ostrea;SnailLarva;
LarvaBrittleBintang;Gadus;Solea.
2. Ekosistem Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerahpasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat
di substrat keras. Sebagai daerah perbatasan antara ekosistem laut dan ekosistem darat
hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan
ke arah darat. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah
ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi
bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan
pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan
kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan
kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni
oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Berdasarkan susunan vegetasinya,
ekosistem hutan pantai dapat dibedakan menjadi dua, yaitu formasi Pres-Caprae dan
formasi Baringtonia.
3. Ekosistem Terumbu Karang
Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang
apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut
digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu,
karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu
komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenisjenis karang
batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti
jenisjenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta
biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton
dan jenis-jenis nekton.

26

4. Ekosistem estuaria
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering
dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga
dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai
memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa
garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang
menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang terdapat di hilir sungai dan masih
berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran air laut dan
air tawar dari sungai atau Drainase yang berasal dari muara sungai, teluk, rawa pasang
surut. Pada ekosistem estuaria dikenal 3 (tiga ) tipe rantai makanan yang didefinisikan
berdasarkan bentuk makanan atau bagaimana makanan tersebut dikonsumsi : grazing,
detritus dan osmotik. Fauna diestuaria, seperti udang, kepiting, kerang, ikan, dan
berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai dan jaring
makanan yang kompleks .
5. Ekosistem Tumbuhan Lamun
Padang lamun menyebar hampir di seluruh kawasan perairan pantai. Anda
akansangat mudah mengenali tumbuhan ini. Padang lamun biasanya sangat mirip dan
bahkan menyerupai padang rumput di daratan dan hidup pada kedalaman yang relative
dangkal (1-10 meter) kecuali beberapa jenis seperti Halodule sp., Syringodium sp. dan
Thalassodendrum sp., yang juga di temukan pada kedalaman sampai dengan 20 meter
dengan penetrasi cahaya yang relative rendah. Malah pernah dilaporkan jenis Halophila
yang di temukan pada kedalaman 90 meter oleh Taylor (1928) yang ditulis dalam Den
Hartog (1970)
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan rantai
yang dasarnya berupa Lumpur, pasir, krikil, dan patahan karang mati, dengan kedalaman
4 meter dalam perairan yang sangat jernih. Beberapa jenis lamun bahkan ditemukan
tumbuh sampai 8-15 meter dan 40 meter. Tempat yang banyak ditumbuhi lamun
membentuk suatu ekosistem yang dinamakan padang lamun. Padang lamun adalah suatu
hamparan ekosistem yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan lamun dan dihuni oleh

27

berbagai jenis biota laut seperti Bintang Laut, teripang, rumput laut (ganggang laut), dan
berbagai jenis ikan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin lebat padang
lamun, maka keanekaragaman dan kelimpahan spesies ikan akan meningkat, padang
lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang tersusun atas satu jenis lamun yang
membentuk padang lebat (monospesifik)dan dapat juga membentuk vegetasi campuran.
Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai
perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga
sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis
polichaeta dan hewan– hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun.
Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan
fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar
bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.

28

BAB III
Kelebihan Buku

A. Keterkaitan Antar Bab

1. Buku Utama
Buku yang berjudul “Kekinian Keanekaragaman Hayati Indonesia” ini terdiri dari
10 bab. Awal bab dimulai dengan penjelasan tentang keanekaragaman ekosistem alami
dan ekosistem buatan, keanekaragaman jenis biota laut dan biota terrestrial, koleksi
referensi nasional keanekaragaman hayati, keanekaragaman genetika, peran
keanekaragaman hayati, jenis asing invasive, indicator biologi, kehilangan
keanekaragaman hayati, perlindungan dan penyelamatan keanekragaman hayati. Secara
keseluruhan antar bab dan bab lainnya saling berkaitan dan pembahasannya memiliki
topik yang sama.

2. Buku Pembanding
Buku yang berjudul “Dilema Pemilikan Keanekaragaman Hayati Dan Orkestrasi
Konservasi Tumbuhan Hutan” ini terdiri dari 9 bab. Awal bab dimulai dengan
penjelasan tentang definisi ruang lingkup konservasi, status keanekaragaman hayati di
hutan Indonesia, konservasi dalam kebijakan internasional, kebutuhan dan konservasi
tumbuhan (flora) Indonesia, upaya konservasi tumbuhan hutan, tinjauan pencapaian
kebijakan konservasi, koordinasi dalam konservasi jenis tumbuhan, implikasi kebijakan
konservasi tumbuhan hutan ke depan. Penjelasan antar sub-judul tersebut dijelaskan
secara sistematis dan logis.

B. Kemuktahiran Isi Buku

1. Buku Utama
Buku ini dicetak pada tahun 2019. Jika dilihat dari tahun terbit buku ini berarti
konsep teori atau permasalahan yang terdapat dalam pembahasan buku tersebut masih
menyangkut dengan permasalahan yang sekarang ini sedang terjadi. Di dalam buku ini
menyangkut bagian-bagian keanekaragaman hayati di Indonesia dimana juga
menjelaskan tentang keanekaragaman ekosistem. Untuk kemutakhiran buku ini
sebenarnya masih berlaku sampai sekarang tetapi hanya saja masih sangat sederhana
dimana belum menganalisis pada bagian yang lebih kompleks lagi.

29

2. Buku Pembanding
Dalam buku ini memilki peran yang sangat membangun dalam memberikan
wawasan tentang keanekaraman hayati dan orkestrasi konservasi tumbuhan hutan kepada
para pembaca khususnya kepada saya dan mahasiswa pendidikan IPA di manapun
berada. Buku ini merupakan terbitan yang belum lama dari mulai tahun 2017. Jika dilihat
dari tahun terbit buku ini berarti konsep teori atau permasalahan yang terdapat dalam
pembahasan buku tersebut masih menyangkut dengan permasalahan yang sekarang ini
sedang terjadi.
Pada buku ini terlihat jelas antar sub-sub pembahasan saling berkaitan satu sama lain
dan apa yang dipaparkan dalam buku sudah lengkap karena membahas satu persatu
tentang semua masalah yang berhubungan dengan keanekaragaman ekosistem. Buku ini
juga membahas satu persatu sehingga pembaca dapat memilah-milah dari materi
tersebut. Apa yang dipaparkan dalam buku ini sangat jelas karena terletak pada materi
yang cukup lengkap terlihat pada sub sub judul yang lengkap dan menyeluruh. Dalam
buku ini, setiap baab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan dan materinya masih
memiliki hubungan satu sama lainnya.

30

BAB IV
Kekurangan Buku

A. Keterkaitan Antar Bab
1. Buku Pertama
Kelemahan Buku

a. Kemutakhiran isi buku


Tidak ada yang perlu dikritik karena selain penjelasan yang jelas buku juga berisikan
gambar dan data yang jelas tentang penjelasan perbab , dan akan lebih menarik karena
terdapat gambar yang disajikan.

2. Buku Kedua

Kelemahan Buku

a. Kemutakhiran isi buku

Walaupun kemutakhiran buku ini memiliki keunggulan, akan tetapi masih ada kelemahannya juga,
seperti pemaparan materi yang kurang mencantumkan sumber-sumber dan gambarsehingga
menimbulkan kesan yang monoton dan kurang menarik untuk dibaca.

31

BAB V
IMPLIKASI

A. Teori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implikasi adalah keterlibatan atau
keadaan terlibat manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa
manfaat dan kepentingannya; yang termasuk atau tersimpul; yang disugestikan, tetapi

tidak ditanyakan.

B. Program Pembangunan di Indonesia


Sebagai manusia kita diberikan keistimewaan hak dan wewenang untuk
memanfaatkan flora dan fauna di sekitar kita. Kita harus bisa memanfaatkan dan
menjaga keanekaragaman ekosistem yang ada demi terus berlangsungnya kehidupan

yang seimbang, Akan tetapi jika kita tidak memanfaatkannya dengan bijak tidak
mementingkan kelestarian dari keberagaman flora dan fauna maka akan menimbulkan
kerusakan ekosistem, kerusakan lingkungan, dan kepunahan.

C. Analisis Mahasiswa
Sebagai mahasiswa kita sudah seharusnya paham akan menfaat dan bagaimana
menjaga keanekaragaman ekosistem yang ada , agar terciptanya kehidupan yang
seimbang dan dapat bertahan untuk generasi generasi selanjutnya, bukan hanya
mahasiswa tetapi merupakan kewajiban seluruh masyarakat untuk menjaga
keseimbangan dan kelestarian keanekaragaman ekosistem yang ada.

32

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Tipe ekosistem di Indonesia lebih
kompleks dan saling berhubungan serta saling bergantung antara satu dan yang

lainnya. Ekosistem ini fungsinya bergantung langsung kepada matahari sebagai


sumber energi. Berdasarkan media kehidupan yang umum seperti air, tanah dan udara.
Ekosistem alami dibedakan menjadi Ekosistem Marine, Ekosistem Limnik, Ekosistem
Semi Terrestrial, Ekosistem Terrestrial. Contoh ekosistem buatan adalah Hutan

tanaman (seperti jati dan pinus), Tegalan, Pekarangan, Sawah, Perkebunan,


Agroekosistem. Ekosistem adalah interaksi antara komponen biotik dan dan
komponen abiotik. Ekosistem ada dua jenis yaitu ekosistem secara alami dan
ekosistem buatan. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah

dan tempat tinggal dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa ekosistem merupakan kesatuan fungsional antara makhluk hidup
dengan lingkungannya yang di dalamnya terdapat hubungan dan interaksi sangat erat

dan saling memengaruhi.

B. Saran
Berdasarkan hasil CBR yang sudah direview, penulis menyarankan agar
Keanekaragaman Ekosistem dipelajari dan dipahami serta menambah wawasan
tentang berbagai kebragaman ekosistem, pentingnya, manfaat, dan pelestarian

keanekaragaman ekosistem yang ada semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi peserta didik dalam berbagai hal
kehidupan.

33

DAFTAR PUSTAKA

Rugayah,Mulyati Rahayu, dkk. 2019. PULAU WAWONI (Keanekaragaman


ekosistem , flora, dan fauna). Jakarta. LIPI Press.
Djohar Maknun, S.Si., M.Si. 2017.Ekologi,Populitas, Komunitas, Ekosistem
Mewujudkan kampus hijau Asri Alami,Indah. Cirebon: Nurjati Press

34

Anda mungkin juga menyukai