Anda di halaman 1dari 2

Bab 1 Pengantar

A. Latar Belakang

Sejak dulu hingga saat ini umat manusia di berbagai belahan dunia telah mengenal
istilah penyakit lepra atau dibeberapa daerah lebih dikenal dengan istilah kusta. Penyakit ini
telah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad lalu tepatnya 300 SM pada masa
peradapan Mesir Kuno dan India. Di Nusantara lepra telah menyerang berbagai daerah di
Pulau Jawa, Sumatra,Kalimantan,Sulawesi,Maluku hingga poso. Khusus di Tanah Karo lepra
menjadi endemik pada pengunjung abad ke 18. Pada tahun 1906 diperkirakan setidaknya dua
permil dari 12.000 jiwa masyarakat Karo telah mengidap penyakit lepra yakni berkisar 0,2 %
dengan jumlah 120 orang.

Endemisitas lepra yang terjadi di Tanah Karo disebabkan faktor kondisi alam di Tanah
Karo. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tempat
tinggal diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebab wabah lepra berkembang luas.
Masyarakat Karo memiliki kebiasaan buruk,yaitu suka bermalas-malasan di halaman depan
rumah,tanpa menghiraukan kotoran ternak yang berserakan. Kondisi rumah yang di rancang
tanpa memakai jamban dan kebiasaan meminum air minum mentah yang disimpan dalam
bambu mendorong wabah ini berkembang semakin cepat.

Serangan wabah lepra kemudian menimbulkan berbagai masalah yang sangat


kompleks. Selain telah menimbulkan berbagai masalah sosial baru,wabah lepra juga
menyebabkan perekonomian masyarakat setempat menurun drastis. Kondisi ini kemudian
mendorong Pemerintah Kolonial Belanda melakukan penanggulangan guna mengurangi
tingkat endemisitas yang lebih parah.

Pemerintah Kolonial kemudian menjalin kerja sama dengan lembaga Nederlands


Zendings Genoostchap (NZG) untuk mendirikan sebuah pemukiman yang khusus
menampung para penderita lepra. Bagi para penderita lepra,Pemukiman dan Rumah Sakit
Lepra lalu Simomo adalah rumah baru mereka. Di pemukiman ini para penderita lepra
mendapat kembali hak-hak hidup mereka yang selama ini dirampas dari mereka hingga
lambat laun kepercayaan diri para penderita lepra mulai tumbuh kembali.

B. Tentang Buku Ini

Buku ini merupakan penelitian sejarah sosial lokal masyarakat di Tanah Karo yang
membahas pengaruh penanggulangan wabah lepra terhadap perubahan sosial masyarakat di
Tanah Karo. Buku ini bertujuan, pertama, untuk menjelaskan pengaruh penanggulangan
suatu wabah penyakit terhadap perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat di suatu
daerah. Kedua, untuk menjelaskan pengaruh interaksi antara kebijakan polotik pemerintahan
dengan kegiatan keagamaan, dalam hal ini ialah lembaga NZG dan para zending. Selain dua
tujuan utama di atas, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengaruh
kegiatan keagamaan dalam hal ini adalah greja terhadap kehidupan masyarakat di dataran
tinggi Tanah Karo dan menunjukkan perubahan-perubahan.
C. Historiografi dan Konseptualisasi

Sepierti diketahui bahwa manusia dan penyakit adalah ibarat dua sisi mata uang yang
tak terpisahkan. Penyakit dapat menyerang siapa saja dan dimana saja dan dimana saja. Studi
ekologi telah menunjukkan bagaimana munculnya suatu penyakit yang berawal dari kondisi
lingkungan yang buruk akibat perilaku negatif manusia. Salah satunya adalah biasaaan
masyarakat yang kurang menjaga keberhasilan diri dan lingkungan tempat tinggal mereka.

Kondisi lingkungan sosial dan lingkungan alam yang kotor menjadikan lepra
berkembang luas. Masyarakat yang berisiko tinggi atau rentan terkena lepra adalah
masyarakat atau individu yang tinggi di daerah endemik dengan kondisi lingkungan yang
buruk,seperti tempat tidur yang tidak memadai,air yang tidak bersih dan disertai penyakit lain
seperti HIV yang dapat menekan sistem imun (kekebalan tubuh). Penyakit akan muncul
apabila terdapat faktor-faktor yang mendorong antara,agn,lingkungan,dan penjamu.

Epidemi atau wabah dapat juga diartikan sebagai penyakit yang terdapat di Suatu
wilayah geografis terttentu atau kelompok populasi tertenru dengan prevalensi yang relatif
tinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Guna mengurangi tingkat
endemisitas agar tidak memakan korban dalam jumblah yang lebih banyak lagi,pemerintah
kolonial kemudian melakukan penanggulangan terhadap wabah lepra dengan cara mendirikan
sebuah pemukiaman khususunya bagi penderiata lepra khususnya yang berada di Desa Lau
Simomo.

Perubahan sosial adalah hasil akhir dari wabah lepra yang berekembang luas pada
masyarakat di Tanah Karo kurun waktu 1906 hingga 1930-an. Sejak awal istilah perubahan
sosial merupakan istilah yang taksa(ambiguous). Kadang kala istilah ini digunakan untuk
dalam arti yang sempit yakni hanya memicu kepada perubahan-perubahan struktur
sosial,misalnya saja kesetimbangan di antara berbagai kelas sosial. Dari berbagai konsep
perubahan sosisal yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa perubahan mencangkup
empat variabel yakni: lembaga struktur,struktur sosial,fungsi sosisl dan sistem sosial.

Anda mungkin juga menyukai