Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS NOVEL WEDDING AGREEMENT KARYA MIA CHUZ DITINJAU DARI

REFRESENTASI MAKNA PERNIKAHAN DALAM ISLAM

PROPOSAL

Diajukan untuk Menyelesaikan Studi dan Memenuhi


Salah satu Syarat dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

WILDA UTARI
NIM 16240610573

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH LABUHANBATU
RANTAUPRAPAT 2021
2

‫الرحيم‬
ِ ‫بسم هللا الرحمن‬

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan
kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Adapun judul
proposal ini adalah Analisis Novel Wedding Agreement Karya Mia Chuz dan
Novel Critical Eleven Karya Ika Natassa dengan Pendekatan Sosiologi Sastra.
Dalam penulisan proposal ini, penulis dibantu pihak-pihak yang mendukung,
khususnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Basyarul Ulya, SH., MM. selaku Rektor Universitas Al Washliyah


Labuhanbatu.
2. Bapak Muhammad Rusli,SS. M.S. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Al Washliyah Labuhanbatu.
3. Ibu Saprida, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
4. Bapak Muhammad Rusli,SS.M.S. selaku dosen pembimbing I yang telah
sabar membimbing dalam penulisan proposal ini.
5. Ibu Yuannisah Aini Nst, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan semangat dalam proposal ini.
6. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah menuangkan keilmuan tentang bahasa Indonesia.
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.

Proposal skripsi ini masih banyak kekurangannya, diharapkan kepada


pembaca untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan proposal ini.

Rantauprapat, Februari 2021

Wilda Utari
16240610573
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI…………………………………………..…………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Fokus Masalah .................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoretis ………………………………………………….... 8
2.1.1 Pengertian Karya Sastra ............................................................. 8
2.1.2 Ciri-ciri Sastra ............................................................................ 10
2.1.3 Pengertian Novel ........................................................................ 12
2.1.4 Unsur-unsur Membangun Novel ................................................ 13
2.1.4.1 Unsur Intrinsik .................................................................... 14
2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik ................................................................. 16
2.2 Pengertian Sastra ................................................................. 17
2.3 Kerangka Konseptual ........................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 21
3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................... 21
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 22
3.4 Teknik Analisi Data ............................................................................. 24
3.5 Teknik Pengabsahan Data .................................................................... 26
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………… 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam kehidupan ini selalu berhadapan dengan berbagai masalah

yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungannya. Adakalanya masalah itu

dapat diatasi dengan solusi yang tepat menjadi sebuah pengalaman. Namun,

sering kali masalah itu tidak dapat diatasi, sehingga manusia jadi terancam di

tengah-tengah lingkungan sosialnya. Mengatasi masalah itu, dapat dilakukan

dengan membaca dan memahami karya sastra melalui renungan makna yang

terkandung dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra dapat dijadikan sebagai pedoman hidup bagi pembaca, jika

pembaca dapat memahami pesan yang disampaikan oleh pengarang. Pembaca

akan digiring ke arah dunia khayalan yang menceritakan suatu realitas yang

kompleks. Sastra lahir dari masyarakat, untuk dinikmati, dipahami, dan

dimanfaatkan oleh masyarakat. Pengarang menggunakan bahasa sebagai media

untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Sastra yang sering dibaca oleh

pembaca adalah novel, yaitu karya sastra yang bersifat imajiner yang menawarkan

berbagai permasalahan kehidupan secara nyata.

Tentunya pembaca menjadi bagian masyarakat yang terikat oleh status

sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antara masyarakat

dengan seorang, antar manusia, dan antar peristiwa yang terjadi dalam batin

seseorang. Sastra mempunyai fungsi sosial, yaitu memberikan bahan renungan

kepada masyarakat pembaca dalam memahami masalah kehidupan secara nyata.

1
2

Masalah sosial dapat berupa masalah tradisi masyarakat yang menjadi

kesepakatan dalam masyarakat sering dijadikan pengarang untuk mengungkapkan

gagasan.

Novel sangat populer di kalangan masayarakat dengan menampilkan unsur-

unsur sosial yang mengilustrasikan kehidupan nyata yang dipoles oleh pengarang.

Novel menampilkan unsur-unsur cerita yang paling lengkap, memiliki media yang

paling luas, menyajikan masalah-masalah kemasyarakatan yang paling luas, dan

cenderung menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Pengarang

mendayagunakan pikiran, perasaan, dan daya khayalnya dalam bentuk tulisan.

Perasaan dan daya khayal menghadirkan nilai-nilai yang bermanfaat untuk

kehidupan sosial.

Kehadiran karya sastra dengan berbagai manfaat tentu saja melalui proses

kreativitas pengarang yang menjadikan manusia sebagai objek kajiannya.

Pengarang melukiskan perenungan tentang realitas kehidupan dalam karya sastra

melalui analisis yang tajam terhadap persoalan manusia dan kehidupannya.

Kehadiran karya sastra kemudian menjadi jalan dan pedoman bagi pembaca untuk

mengatasi masalah hidup. Hal ini berarti karya sastra telah berperan sebagai

pedoman bagi pembaca untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Masalah sosial yang dihadapi seseorang tidaklah sama antara yang satu

dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan tingkat

kebudayaan dan keadaan lingkungan hidup serta tujuan hidup yang ingin dicapai.

Pada hakekatnya, masalah sosial merupakan pemikiran yang secara masuk akal
3

dapat dipertanggungjawabkan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah

manusia agar menjadi manusia yang produktif.

Dalam ilmu sastra, masyarakat menjadi objek kajiannya yang mengkaji

interaksi-interaksi sosial, sehingga mengonstruksikan teori-teori sosiologi tentang

masyarakat. Novel termasuk salah satu bagian fiksi yang memungkinkan pembaca

yang menghadirkan tafsiran melalui pendekatan yang diinginkan. Bagaimanapun

proses penciptaan dan sumber penciptaan yang dimanfaatkan pengarang untuk

novelnya, tetap saja usaha untuk mengupas, menelaah, mencari dan mengukuhkan

aspek-aspek sosial dari tokoh yang ada dalam novel berdasarkan teks-teks yang

ada. Dalam novel, dapat ditemukan hal-hal mengenai aspek-aspek sosial,

kelompok sosial, lembaga sosial, lapisan sosial dan lain sebagainya. Teks karya

sastra itu sendiri merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar dan mampu

membuatnya menjadi struktur yang berarti.

Karya sastra tidak hanya sebuah karya seni belaka yang menyimpan

keindahan semata bagi para pembaca maupun pengarangnya sendiri. Namun, di

dalam karya sastra terdapat pesan-pesan, antara lain pesan sosial, yang akan

berpengaruh bagi masyarakat, karena masyarakat yang mengonsumsi suatu karya

sastra. Oleh karena itu, apa yang terkandung di dalam suatu novel sedikit banyak

mempunyai dampak bagi pembacanya.

Bertolak dari pendapat sebelumnya, bahwa karya satra, khususnya novel,

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi persoalan kehidupan, usaha untuk

memahami novel dari sudut pandang aspek sosiologi menarik dilakukan. Hal
4

inilah yang memotifasi penulis untuk menganalisis sebuah novel dari sudut

pandang sosial.

Salah satu novel yang perlu di analisis dan dipahami nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya adalah novel ‘Wedding Agreement’ karya Mia Chuz.

novel ini merupakan inspirasi tentang bagaimana seseorang harus

mempertahankan impiannya masing-masing yang tergelincing dalam dunia hitam

dan putih. Konflik yang terjadipun sangat nyata bisa terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Setiap kata yang terangkai bisa membuat pembaca menjadi semangat

yang tinggi, pantang menyerah tidak mudah putus asa, pemberani, ikut tersenyum.

Itulah kekuatan sebuah cerita yang ditulis dengan hati dan perasaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik melakukan

penelitian mengenai “Tinjauan sosiologi dalam novel ‘Wedding Agreement’

karya Mia Chuz”.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

konsep-konsep dasar sosiologi yang terdapat dalam novel ‘Wedding Agreement’

karya Mia Chuz terdiri atas perubahan sosial, kelompok sosial, dan interaksi

sosial. Novel ‘Wedding Agreement’ karya Mia Chuz menceritakan pernikahan

yang terpaksa oleh orangtua, tidak berlandaskan cinta. Tokoh utamanya, Byan

dijodohkan oleh mama dengan puteri sahabatnya yang bernama Tari. Sarah adalah

pacar dari Byan yang dilandaskan dengan cinta, tetapi mama Byan tidak merestui.
5

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah dari

penelitian ini adalah

1. bagaimanakah makna pernikahan dalam novel Wedding Agreement’

karya Mia Chuz ditinjau dari kajian dalam refresentasi makna

pernikahan dalam islam?

2. Bagaimanakah indeks dan simbol dalam novel Wedding Agreement

karya mia Chuz ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah 1.

1. mendeskripsikan tingkatan makna pernikahan dalam islam

dalam novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz ditinjau dari

Refresentasi makna pernikahan dalam islam.

2. Mendeskripsikan indeks dan simbol dalam novel wedding

Agreement.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat pada pembaca karya sastra,

khsususnya dalam pembelajaran sastra. Manfaat ini dibagi atas dua bagian, yaitu

secara teoretis dan secara praktis. Berikut penjelasannya.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang sastra

dan pembelajaran sastra, khususnya di Program Studi Pendidikan Bahasa dan


6

Sastra Indonesia, Universitas Al Washliyah Labuhanbatu. Di samping itu, juga

diharapkan bermanfaat kepada mahasiswa yang menyukai atau penikmat sastra,

khususnya novel. Penelitian sastra novel dapat memberikan dampak kepada

pembaca mahasiswa sebagai bahan refleksi dalam perkuliahan teori sastra dan

kritik sastra.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat nyata bagi pengembangan

pembelajaran sastra di sekolah menengah. Semakin banyak mahasiswa dan siswa

memahami arti pentingnya sastra dalam kehidupan sehari-hari, maka sastra akan

disukai untuk dipelajari. Selain mahasiswa atau siswa, penelitian juga diharapkan

bermanfaat kepada guru-guru bahasa Indonesia yang mengajar di sekolah

menengah atas dan menengah dapat menerapkan pembelajaran sastra di dalam

kelas. Wujud membelajarkan sastra dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat

semakin banyaknya siswa membaca dan membahas novel tersebut.

Sastra novel juga sudah menjadi kebutuhan sekunder dalam kehidupan

sehari-hari disebabkan novel sudah banyak yang diflimkan secara layar televisi

membuat masyarakat dapat menikmati secara langsung. Akan tetapi, dampak

novel yang diteliti lebih mengena dibandingkan hanya menonton televisi. Hal

inilah penelitian novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz dapat bermanfaat

secara praktis.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoretis

2.1.1 Pengertian Karya Sastra

Teeuw (Hasniyati, 2018:227) menyatakan bahwa kata sastra dalam bahasa

Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta yang merupakan gabungan dari kata sas,

berarti mengarahkan, mengajarkan, dan memberi petunjuk. Dengan kata tra yang

biasanya digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Karena itu, sastra berarti

alat untuk mengajar, buku petunjuk atau pengajaran.

Karya sastra adalah hasil karya manusia dengan mendayungkan imajinasi

yang terdapat dalam diri pengarangnya (Yanti, 2015:1). Membaca karya sastra

bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat memberikan pencerahan jiwa.

Dengan kata lain, karya sastra dapat memberikan hiburan dan manfaat. Sastra

menghibur dengan cara menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap

kehidupan. Proses penciptaan karya sastra pada hakikatnya adalah proses

berimajinasi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Kamhar (2017:65) mengemukakan

bahwa sastra merupakan karya imajinatif dengan menggambarkan kehidupan

bermasyarakat yang dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan kalangan

masyarakat. Hasil imajinasi yang dilakukan pengarang akan dituangkan ke dalam

bentuk karya sastra. Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk menimbulkan

8
8

rasa khusus yang mengandung nilai estetik, selain sebagai sarana komunikasi,

yang mampu menyampaikan informasi yang bermacam-macam kepada

penikmatnya atau pembacanya (Istiqomah dan Sumartini, 2014:1).

Bentuk karya sastra terdiri atas drama, cerpen, puisi, dan novel. Penciptaan

karya sastra bukan hanya melalui imajinasi yang dilakukan oleh pengarang, tetapi

dapat juga dari pengalaman batin pengarang. Pengalaman batin pengarang berupa

peristiwa atau problem dunia yang menarik, sehingga muncul gagasan dan

imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Damono (Hasniyati, 2018:227) mengatakan bahwa sastra bisa dipahami

sebagai lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium yang

merupakan ciptaan sosial dan menampilkan gambaran kehidupan sebagai gejala

sosial. Karya-karya sastra berfungsi menampilkan kembali realitas kehidupan

manusia agar manusia dapat mengidentifikasikan dirinya dalam menciptakan

kehidupan yang lebih bermakna. Selanjutnya, sastra memiliki unsur-unsur berupa

pikiran, pengalaman, ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi

atau ungkapan, bentuk dan bahasa.

Diperjelas Putra (2017:108) bahwa karya sastra merupakan luapan spontan

dari perasaan yang kuat, cermin emosi yang mendalam, yang kemudian direduksi

dalam penciptaan melalui pemikiran. Dalam kehidupan masyarakat terdapat

berbagai macam permasalahan sosial yang biasanya memberikan pengaruh dan

tercermin di dalam karya sastra. Intinya, karya sastra merupakan cerminan

kehidupan nyata.
9

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

sastra adalah suatu keindahan dan hasil kerja manusia yang kreatif atau alat untuk

mengajar dan pengajar dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dalam

sastra juga terdapat peristiwa dan tokoh yang fiktif dan tidak diamati di dunia

nyata. Sastra juga berupa sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan

kepada sejumlah hasil seni tertentu (bahasa) dalam suatu lingkungan kebudayaan.

Kekuatan pengarang menulis sastra seolah-olah cerita atau kisah dalam sastra itu

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas dan imajinasi si pengarang

mampu mengolah bahasa sebagai mediumnya membuat sastra memiliki kekuatan

nayata, padahal kemampuan pengarang yang mampu membawa sastra itu

memiliki kekuatan.

2.1.2 Ciri-ciri Sastra

Bahasa dalam karya sastra menjadi alat untuk menimbulkan rasa khusus

yang mengandung nilai estetik, selain sebagai sarana komunikasi, yang mampu

menyampaikan informasi yang bermacam-macam kepada penikmatnya atau

pembacanya. Aspek-aspek keindahan dalam karya sastra dapat ditinjau dari dua

segi yang berbeda, yaitu segi bahasa dan keindahan itu sendiri. Dalam bidang

sastra, aspek pertamalah yang memperoleh perhatian karena bahasa merupakan

medium utama karya sastra, sedangkan dalam karya sastra itu sendiri sudah

terkandung berbagai masalah (Istiqomah dan Sumartini, 2014:1).

Ditinjau dari segi ragam bahasa, Faqihuddin, dkk (2017:77) menyatakan

bahwa bahasa merupakan alat utama bagi pengarang untuk mengekspresikan

pengamatannya terhadap kehidupan dalam bentuk karya seni (sastra). Ragam


10

bahasa yang digunakan pengarang itu memerlukan proses panjang. Untuk

merealisasikan gagasan, pikiran, dan perasaannya bahasa diolah dan disajikannya

sedemikian rupa melalui proses kreatif hingga tercipta karya sastra yang imajinatif

dengan unsur estetis yang dominan.

Ragam bahasa dalam karya sastra tidak dapat disamakan dengan ragam

bahasa nonkarya sastra, seperti bahasa dalam karya ilmiah, surat kabar, atau

perundang-undangan. Ragam bahasa dalam karya sastra dikenal penuh dengan

asosiasi, irasional, dan ekspresif untuk menunjukkan sikap pengarangnya

sehingga menimbulkan efek tetentu bagi pembaca, seperti memengaruhi,

membujuk, dan mengubah sikap pembacanya. Sebuah karya sastra haruslah

mengandung nilai-nilai luhur sosial yang dapat dijadikan oleh manusia sebagai

acuan dan pedoman dalam kehidupan nyata (Putra, 2017:108).

Selanjutnya, Kamhar (2017:66) mengemukakan bahwa sastra yang telah

dilahirkan oleh para pengarang diharapkan dapat memberikan kepuasan estetik

dan intelektual bagi masyarakat penikmat sastra. Sebaliknya, sering terjadi suatu

karya yang tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar

masyarakat pembaca. Hal ini dikarenakan karya sastra adalah seni, di mana

banyak unsur kemanusiaan yang masuk di dalamnya, khususnya perasaan, ide,

semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran hidup, yang dapat

membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan dalam bentuk tulisan,

sehingga diperlukan pengetahuan tentang sastra.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, ciri-ciri sastra dapat disimpulkan bahwa

sastra dapat dikategorikan komunikasi secara tidak langsung yang mampu


11

mengubah kepribadian seseorang. Dapat dibuktikan melalui nilai-nilai yang

terkandung dalam sastra itu. Sastra jelas merupakan hasil kreativtas pengarang,

tidak ada cerita yang dituliskan pengarang itu tanpa hasil kretaivitas atau olahan

bahasanya. Sastra juga bersifat imajinasi si pengarang, daya khayal si pengarang

mampu memberikan dampak nyata bagi si pembaca. Sastra bersifat otonom,

keunggulan dan kelemahan sastra itu terletak pada si pengarang itu. Cerita yang

ada dalam sastra itu selalu berkaitan dengan alur pikiran si pengarang sastra itu.

2.1.3 Pengertian Novel

Novel merupakan salah satu karya sastra fiksi. Kata novel berasal dari

bahasa Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”

Tarigan (Hasniyati, 2018:228). Dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan

jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, jenis novel ini muncul

kemudian. Dalam sastra Indonesia, pada angkatan 45 dan seterusnya, jenis prosa

fiksi yang disebut roman lazim dinyatakan sebagai novel.

Pengertian lain dikemukakan Abraham (2017:55) bahwa novel adalah

sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia; dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, yaitu dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang yang

kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif.

Sementara Faqihuddin, dkk (2017:77) menyatakan bahwa novel adalah

salah satu hasil karya sastra yang terlengkap. Novel bukan hanya khayalan

pengarang tetapi juga hasil perenungan dan kreativitas yang berawal dari

pengalaman, baik pengalaman lahir maupun batin. Pengalaman ini disusun secara
12

kreatif, imajinatif, sistematis, dan estetis dengan menggunakan bahasa sebagai

medianya. Hal yang sama dijelaskan Abraham (2017:55) bahwa novel adalah

sebuah karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia; dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, yaitu dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, dan sudut pandang yang

kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi novel dalam

penelitian ini adalah salah satu jenis karya sastra berupa prosa/cerita yang cukup

panjang dengan memberikan serangkaian kejadian yang cukup luar biasa

mengenai tokoh-tokoh dan memiliki unsur pembangun yang lengkap seperti alur,

amanat, sudut pandang dan lain-lain.

2.1.4 Unsur-unsur Pembangun Novel

Sebuah karya sastra, baik fiksi mapun nonfiksi dibangun oleh unsur

pembangunnya. Nurgiyantoro (Hasniyati, 2018:229) mengemukakan bahwa novel

dan cerpen merupakan karya fiksi mempunyai persamaan keduanya yang

dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Unsur intrinsik tersebut adalah tema, alur, tokoh, penokohan, dan latar.

Akan tetapi, tidak sampai pada fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik.

Dipilihnya unsur tersebut karena merupakan unsur isi dari sebuah karya sastra

yang dapat membangun sebuah cerita yang menarik. Sehubungan dengan hal di
13

atas, diharapkan dengan menganalisis unsur tersebut dapat membantu men-

gungkapkan eksistensi tokoh dalam novel.

Selanjutnya, Kamhar (2017:65) menyatakan bahwa novel sebagai karya

fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan,

dunia imajiner yang dibangun melalui berbagai unsurnya. Semua unsur tersebut

sengaja oleh pengarang dibuat mirip, diimitasikan dengan dunia nyata lengkap

dengan peristiwa-peristiwa dan latarnya, sehingga sering cerita yang ada dalam

novel tersebut dianggap sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi dan dialami

oleh pengarang itu sendiri.

2.1.4.1 Unsur Instrinsik Novel

Unsur instrinsik novel terdiri atas tema, tokoh/penokohan, latar, gaya

bahasa, dan alur. Berikut dijelaskan unsur instrinsik novel. Pertama, istilah tema

berasal dari bahasa Latin yang berarti ’tempat meletakkan suatu perangkat’. Tema

adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal

tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Penyikapan

terhadap tema yang diberikan pengarangnya dengan pembaca umumnya terbalik.

Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum

melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat

memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang

menjadi media pemapar tema tersebut (Hasniyati, 2018:229).

Kedua, tokoh dan penokohan. Istilah penokohan mempunyai pengertian

yang lebih luas daripada “tokoh” dan “perwatakan”. Hal ini dikarenakan

penokohan cakupan masalahnya sampai pada tokoh cerita, perwatakan, dan


14

penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Di dalam cerita rekaan

keberadaan tokoh merupakan hal yang penting karena pada hakikatnya sebuah

cerita rekaan merupakan serangkaian peristiwa yang dialami oleh seseorang atau

suatu hal yang menjadi pelaku cerita (Hasniyati, 2018:229).

Tokoh dan penokohan merupakan orang-orang yang diperankan oleh pen-

garang dalam menggerakkan peristiwa cerita (Kadir, 2011:115). Biasanya

peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap

terhadap diri tokoh atau perubahan pandangan kita sebagai pembaca terhadap

tokoh tersebut.

Ketiga, latar. Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa

dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

berlangsung, Stanton (Hasniyati, 2018:229). Latar atau setting disebut juga

sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar

memberi pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan

kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah

sungguh-sungguh ada dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah

untuk menggunakan daya imajinasinya. Di samping itu, juga memungkinkan

untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan pengetahuannya tentang

latar.

Keempat, gaya bahasa. Gaya berkaitan dengan pemilihan berbagai aspek

kebahasaan yang dipergunakan dalam sebuah teks kesusastraan, manakala nada


15

adalah sesuatu yang terbangkitkan oleh pemilihan berbagai bentuk komponen

gaya tersebut. Jadi, nada pada hakikatnya merupakan sesuatu yang terbentuk,

terbangkitkan atau sebagai konsekuensi terhadap pemilihan gaya bahasa.

Kelima, alur. Alur dalam cerpen atau pada karya sastra pada umumnya

adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Istilah

alur dalam hal ini sama dengan istilah plot maupun struktur cerita. Tahapan

peristiwa yang menjalin suatu cerita dapat berbentuk dalam rangkaian peristiwa

yang berbagai macam Aminuddin (Hasniyati, 2018:230). Keenam, amanat.

Amanat (pesan moral) adalah gagasan yang mendasari karya sastra. Pesan yang

ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar terdapat di dalam

karya sastra. Amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada

umumnya amanat tersurat.

2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik Novel

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu,

tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya

sastra Nurgiyantoro dalam (Yanti, 2015:3). Unsur-unsur ekstrinsik ini antara lain

adalah keadaan subjektivitas individu pengarang yang mempunyai sikap,

keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya akan mempengaruhi karya sastra

yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik sebuah karya sastra bergantung pada pengarang

menceritakan karya itu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-

unsur sastra instrinsik sastra terdiri atas (a) tema, (b) latar, (c) alur, (d) penokohan,
16

(e) gaya bahasa, dan (f) amanat. Unsur-unsur dalam sastra yang lebih luas

cakupannya bahwa sastra dapat memberikan dampak positif kepada si pembaca

dalam perubahan pandangan, wawasan, dan kepribadian.

2.1.5 Pengertian Refresentasi Sastra

refresentasii dan sastra pada hakikatnya mempunyai pokok permasalahan

yang sama, seperti halnya , sastra juga berurusan dengan manusia dalam

masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk

mengubah masyarakat (Hidayat, 2017:93). Sosiologi dapat memberi penjelasan

yang bermanfaat tentang sastra, bahkan dapat dikatakan bahwa tanpa ,

pemahaman tentang sastra belum sempurna.

Dalam berbagai buku sejarah selalu dikatakan bahwa ilmu tersebut

ditemukan dan dibangun untuk pertama kalinya oleh Auguste Comte pada

pertengahan abad XIX. Sebagaiamana yang sudah diketahui secara umum, pada

masa comte yang berkembang pesat adalah ilmu-ilmu alam yang terus- menerus

berusaha dan menemukan berbagai keteraturan atau hukum-hukum universal yang

bersifat tetap yang mengatur segala gejala alamaiah yang tampaknya berubah-

ubah. Dibawah pengaruh ilmu-ilmu alam tersebut sosiologi cenderung berusaha

menemukan hukum-hukum yang umum dan abstrak mengenai objeknya

(Faruk,2016:15),

Kajian sosiologi sastra cenderung untuk tidak melihat karya sastra sebagai

suatu keseluruhan, tetapi hanya tertarik kepada unsur-unsur sosial budaya yang

ada di dalam karya sastra. Pendekatan ini ada kecenderungan melihat hubungan
17

langsung antara unsur karya sastra dengan unsur dalam masyarakat yang

digambarkan dalam karya itu Swingewood dalam (Handayani, 2017:226). Sebagai

dokumen sosial, sastra dapat dipakai untuk menguraikan ikhtisar sejarah sosial.

Karya sastra dapat digunakan sebagai dokumen budaya yang mengungkap realita

dari masa tertentu, akan tetapi bukan menjadi keharusan bahwa karya sastra yang

tercipta merupakan pencerminan situasi kondisi pada saat karya sastra ditulis.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi

sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik,

terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang

akan lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dan hal

bahwa semuanya berusaha dengan hubungan sastra dengan masyarakat. Dengan

kata lain, sosiologi sastra adalah pembicaraanya dimulai dengan lingkungan sosial

untuk memasukkan kedalam karya sastra, dan menghubungkan struktur karya

sastra dan genre dan struktur masyarakat. Faktor sosial yang menghasilkan karya

sastra pada suatu masa tertentu. juga membicarakan tentang penerimaan suatu

masyarakat terhadap karya sastra.

2.2 Kerangka Konseptual

Masalah dalam sebuah sastra atau novel dilatarbelakangi masalah

kehidupan nyata. Kemampuan pengarang menggunakan bahasa sebagai media

dalam menyampaikan ide dengan baik. Karya sastra menjadi sarana komunikasi

berbentuk tulisan dalam bahasa yang indah yang berdasarkan kekuatan imajinasi

dan kreativitas oleh pengarang. Karya sastra sangat berbeda dengan karya tulis

ilmiah, terletak pada imajinasi dan daya khayal pengarang.


18

Selain itu, faktor yang mempengaruhi dalam karya sastra juga termasuk

bahasa yang digunakan oleh pengarang. Salah satu bentuk karya sastra itu yang

sering digunakan masyarakat sebagai bahan pedoman hidup adalah novel yang

menceritakan kehidupan nyata. Novel termasuk karya yang bersifat belaka atau

karya yang kebenarannya hanya terdapat imajinasi pengarang. Hal tersebut sesuai

dengan hakikat karya sastra yang bersifat imajinatif. Namun, penciptaan karya

sastra akan lebih baik diarahkan kepada sosiologi. Agar mewujudkan manusia

sebagai makhluk sosial yang bertanggung jawab dalam kedudukannya dalam

bermasyarakat.

Penciptaan sastra atau novel bagian dari refleksi lingkungan sosial antar

pengarang dan situasi sosial yang membentuk karya sastra itu sendiri. Karya

sastra terbentuk oleh lingkungan dalam tingkatan social yang telah menjadi

kesepakatan bersama. Dengan kata lain, nilai kehidupan sosial akan memantul ke

dalam karya sastra. Kejadian-kejadian yang nyata dapat dipoles menjadi sebuah

cerita yang menarik di baca oleh pembaca. Begitu juga kejadian-kejadian yang

tidak pernah nyata dalam kehidupan, bisa di poles pengarang menjadi sebuah

cerita seolah-olah benar terjadi.

Sosial dapat menjelaskan mengenai peristiwa yang terjadi dalam

bermasyarakat dan segala sikap tokoh akibat dari kondisi bersosialisasi di dalam

masyarakat. Kehidupan masyarakat dapat diilustrasikan dalam sebuah novel,

semakin banyak masalah dan dinamika yang ada di dalam novel, ini membuktikan

tingkat kemampuan pengarang mampu melihat dalam kehidupan nyata. Bentuk


19

tingkat sosial dapat dilihat dalam sebuah novel melalui perubahan sosial,

kelompok sosial, dan interaksi sosial.

Pendekatan sastra lebih cenderung melihat hubungan langsung antara

unsur karya sastra dengan unsur dalam masyarakat. Kebermaknaan sastra dalam

masyarakat untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Seberapa besar pengarang

mampu melukiskan dan mengembangkan cerita kenyataan menjadi khayalan yang

memberikan nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Karya Sastra

Novel Wedding Agreement’


karya Mia Chuz

Representasi Makna Pernikahan Dalam islam

Nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam


Masyarakat
Bagan 1. Kerangka Konseptual
20

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian

(novel, drama, cerita pendek, dan puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, yaitu penelitian yang bertitik tolak pada instrumen penelitian, yakni

peneliti itu sendiri.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan didukung

oleh pendekatan deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan data penelitian

yang disajikan dalam bentuk paparan data kutipan kalimat dalam satu satuan

cerita yang sesuai dengan tujuan penelitian yang diamati. Sejalan dengan pendapat

Moleong (2011:4) bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati. Sumber data penelitian adalah novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz .

3.2 Prosedur Penelitian

Sesuai dengan ruang lingkup masalah, maka prosedur penelitian dimulai

dengan sumber data tertulis diperoleh dari buku-buku, maupun dokumen hasil

21
21

penelitian yang tersedia diperpustakaan. Sumber data terbagi menjadi dua jenis

yaitu sumber data primer dan sumber data skunder.

Sumber data primer penelitian ini adalah novel Wedding Agreement’

karya Mia Chuz, sedangkan sumber data skunder yang menjadi landasan untuk

mengkaji ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah buku-buku teks dan

karya-karya ilmiah, artikel-artikel, jurnal penelitian yang diperoleh dari internet.

Dalam penelitian kualitatif tampak jelas bahwa sumber data dalam penelitian

tidak hanya merujuk pada manusia, tetapi juga mencakup semua ruang lingkup

kehidupan, jauh berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Data penelitian ini bersumber pada sebuah teks novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz dalam bentuk verbal, yaitu berwujud kata, frasa atau

kalimat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan

yang berkaitan dengan struktur sosiologi sastra (masuarakat). Sumber data dalam

penelitian ini bersumber dari novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz .

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini merupakan langkah yang paling

penting dalam penelitian karena tujuan utama dalam penelitian adalah untuk

memperoleh data. Untuk memperoleh data tersebut diperlukan teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah analisis

tekstual, yaitu kajian yang membahas isi dan makna perwatakan dalam kaitannya

dengan struktur alur secara keseluruhan Endraswara dalam (Abraham, 2017:58).

Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui tahapan (1)

membaca keseluruhan teks novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz secara
22

berulang-ulang agar benar-benar memahami isi novel tersebut, (2) observasi

terhadap isi dan cerita dari novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz yang

berkaitan dengan struktur sosiologi sastra, (3) peneliti mengklasifikasi data sesuai

dengan permasalahan, yaitu data yang berkaitan dengan struktur sosiologi sastra,

(4) membaca dan memahami buku-buku referensi yang dianggap relevan.

Data dalam pengumpulan ini dikumpulkan dari novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz dengan teknik, yaitu membaca dan memahami isi

novel, melakukan identifikasi dan pencatatan terhadap data yang berkaitan dengan

tinjauan sosial yang ada dalam cerita, dan menganalisis data dengan pendekatan

objektif.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama proses

pengumpulan data adalah (a) membaca novel novel Wedding Agreement’ karya

Mia Chuz secara berulang-ulang, (b) mengidentifikasi perubahan sosial,

kelompok sosial, dan interaksi sosial dalam novel Wedding Agreement’ karya

Mia Chuz , (c) mengklasifikasikan perubahan sosial, kelompok sosial, dan

interaksi sosial novel Wedding Agreement’ karya Mia Chuz berdasarkan teori

yang dijasikan sebagai landasan /dasar dalam pengelompokan tersebut, (d)

peneliti/penulis membuat pengkodean atau pemberian kode pada setiap unit

kalimat atau paragraf yang memuat deskripsi.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menginterpretasikan data

psikologis dalam teks novel. Interpretasi adalah proses membaca dan menjelaskan

teks yang lebih sistematis dan lengkap. Interpretasi sering juga disebut dengan
23

penafsiran secara mendalam terhadap karya sastra. Interpretasi memerlukan

indikator dan data yang jelas, data yang dimaksudkan di sini adalah fakta-fakta

psikologis dan fakta-fakta ini ditafsirkan secara sosiologis, sehingga membentuk

keutuhan makna.

Peneliti menganalisis dan mengembangkan data-data yang telah

dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi, karena

dari pengertiannya, analisis isi berkaitan dengan komunikasi atau isi komunikasi.

Dalam penelitian kualitatif, analisis isi digunakan dengan maksud agar simbol-

simbol yang ada pada komunikasi dapat terbaca dalam interaksi sosial. Selain itu,

analisis isi juga menekankan bagaimana peneliti dapat membaca dan menganalisis

simbol-simbol itu.

Analisis isi adalah teknik atau upaya yang dilakukan untuk

mengklasifikasikan lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi sehingga

pesan atau isi yang terdapat dalam komunikasi itu dapat dipahami oleh pengguna

bahasa. Proses analisis data pada penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan

secara berkesinambungan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan, dan setelah selesai dari lapangan. Dari ulasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

teknik analisis isi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan model analisis mengalir, meliputi tiga komponen, yaitu (1) reduksi

data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan.

Pertama, reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan informasi data yang muncul dari


24

catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data merupakan tindak lanjut dari

proses reduksi data. Kedua, penyajian data merupakan proses penyusunan secara

sistematis data-data yang telah direduksi. Kegiatan analisis yang ketiga adalah

menarik kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini, kesimpulan yang diperoleh

didasarkan pada kedua tahap sebelumnya. Kesimpulan yang diperoleh dalam

penelititan bermula dari proses pemilihan, pengorganisasian, dan penjabaran data

secara terperinci yang dilakukan peneliti pada tahap sebelumnya.

Model analisis mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin

dengan baik, yaitu sebelum, selama, dan setelah pelaksanaan pengumpulan data.

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode content analysis

atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang

menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode

content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu

dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dimulai tahap reduksi data. Pada

langkah ini data yang diperolah dicatat dalam uraian yang terperinci. Dari data-

data yang sudah dicatat tersebut, kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-

data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis,

dalam hal ini tentang gaya bahasa yang terdapat di dalam novel Wedding

Agreement’ karya Mia Chuz . Informasi-informasi yang pengacu pada

permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.


25

Langkah kedua, menyajikan data. Pada langkah ini, data-data yang sudah

ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami.

Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang

tinjauan sosiologi sastra yang digunakan dan kejelasan makna dari sosiologi sastra

tersebut. Langkah terakhir, penarikan simpulan atau verifikasi. Pada tahap ini

dibuat kesimpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian.

Kesimpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali tentang

kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid.

Penelitian kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang

dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi

untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami

permasalahan yang diteliti walaupun masih permasalahan bersifat sementara. Oleh

karena itu, landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati tetapi

bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan Grounded

Research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh dilapangan

atau situasi sosial (Sugiyono,2017:296).

3.5 Teknik Pengabsahan Data

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik pengabsahan data

dilakukan dengan (1) identifikasi data sesuai dengan rumusan masalah; (2) data

diklasifikasikan sesuai dengan kelompok yang sejenis berdasarkan indikator

permasalahan dan tujuan penelitian; (3) data yang sudah siap diinterpretasikan

dengan memberikan makna; (4) mendeskripsikan hasil analisis; dan 5) menarik

kesimpulan dan mengujinya (Istiqomah dan Sumartini, 2014:4).


26

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, peneliti membuat

pembagian kerja yang terdiri atas (1) melakukan pemilihan dan pemantapan judul;

(2) menentukan rumusan masalah dan tujuan masalah; (3) membaca secara

berulang novel yang dikaji; (4) mengumpulkan data sesuai dengan aspek masalah

dan memberikan kode; (5) menyeleksi data dengan melakukan klasifikasi data

sesuai dengan kelompok; (6) melakukan interpretasi data, yaitu memberi makna

terhadap data yang telah dikumpulkan sesuai aspek data secara deskripsi; (7)

menyimpulkan hasil analisis data; dan (8) melaporkan dalam bentuk tertulis.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menganalisis data dokumen dari

sebuah Novel berjudul Wedding Agreement Karya Mia Chuz Berkaitan

dengan hal itu, penelitian ini tidak memiliki tempat yang spesifik. Waktu

penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2020 sampai dengan Februari

2021. Adapun perincian waktu penelitian sebagai berikut :

Jenis Tahun 2020/2021

NO. Kegiatan Bulan

Agu Sep Okt Nov Des Jan

1. Pengajuan

Judul

2. Persetujuan

Judul

3. Penyusuna
n
27

Proposal

4. Bimbingan
Proposal

5. Perbaikan

Proposal

6. Seminar

Proposal
28

Anda mungkin juga menyukai