Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Sosiologi Sastra

Analisis Sosiologi Sastra Dalam Novel “Gadis Kretek”

Karya Ratih Kumala

Disusun oleh :

1. Ludianto (BI822065)

2. Mualif Fikri Yoga Pratama (BI822125)

3. Mustaman (BI822074)

4. Rifqi Atik Aufa (BI822

5. Wahyu Hidayat (Bi822068)

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MA'ARIF NAHDLATUL ULAMA


2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahhirrahmanirrahim

Alhamdulillah, terucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat,taufik serta hidayahNya pada kita, karena atas perkenannya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan makalah ini di
maksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi sastra dengan judul
“Analisis sosiologi sastra dalam novel gadis kretek karya ratih kumala”. Kami
selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yth.Prisilia prahesta waningyun, M.Pd. selaku dosen mata kuliah sosiologi


sastra.

2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menulis makalah ini.

Harapan peyusun, semoga dengan adanya penulisan makalah ini dapat


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca pada umumnya dan
untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik.

Kebumen, 26 November 2023

Penyusun
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Latar Belakang Pengarang......................................................................


1. status sosial pengarang...................................................................
2. ideologi sosial pengarang...............................................................
3. latar belakang sosial budaya pengarang.........................................
4. posisi sosial pengarang dalam masyarakat....................................
5. masyarakat pembaca yang dituju...................................................
6. mata penceharian dan profesionalisme dalam kepengarangan......
B. Latar Belakang Sosial Karya Sastra........................................................
1. kemiskinan.....................................................................................
2. kejahatan........................................................................................
3. disorganisasi keluarga....................................................................
4. masalah generasi muda dalam masyarakat....................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
C. Latar belakang masalah
Sosiologi sastra adalah studi ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam
masyarakat, studi mengenai lembaga dan proses sosial. Sosiologi memiliki
berbagai macam pendekatan, salah satunya pendekatan menurut Wellek dan
Warren. Menurut kritikus literasi asal Amerika Wellek dan Warren, sosiologi
sastra dapat diklasifikasikan masalah-masalahnya ke dalam tiga hal, seperti
yang dikutip dari buku Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Pertama,
sosiologi pengarang yang mempersoalkan status sosial, ideologi sosial, dan
hal lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua,
sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri; sehingga
yang menjadi pokok penelaahan adalah hal yang tersirat dan tujuannya dalam
karya sastra. Ketiga, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan
pengaruh sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra
dianggap sebagai pendekatan ekstrinsik dengan pengertian yang cukup
negatif.
Gadis Kretek adalah sebuah novel karangan Ratih Kumala yang
diterbitkan pada tahun 2012 oleh Gramedia Pustaka Utama. Novel ini masuk
dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun
2012. Gadis Kretek lebih banyak menggunakan narasi dibandingkan dengan
dialog dan mengangkat budaya Jawa khususnya mengenai pergerakan pabrik
kretek pada masa awal berdirinya di Indonesia.
D. Rumusan Masalah
1. apa saja latar belakang pengarang novel gadis kretek
2. apa saja latar belakang sosial karya sastra gadis kretek
E. Tujuan Pembahasan
1. mengetahui tentang latar belakang pengarang
2. mengwtahui latar belakang sosial karya sastra
BAB II

PEMBAHASAN
A. Latar belakang pengarang

1. Status sosial pengarang

Status sosial seorang pengarang dapat dipengaruhi oleh sejumlah


faktor, termasuk popularitas karya-karyanya, pengakuan dalam dunia
sastra, dan interaksi dengan komunitas penulis. Selain itu, partisipasi
dalam kegiatan sastra, konferensi, atau penghargaan juga dapat
memainkan peran dalam menentukan status sosial seorang pengarang.

Status sosial sering kali disebut sebagai kedudukan atau posisi,


peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Status dengan status
sosial sering diartikan sendiri-sendiri. Status diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Status sosial adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-
orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak
serta kewajibannya. Namun supaya mudah, soerjono soekanto (1970:239)
menganggap keduanya memiliki arti yang sama yaitu status saja.

Ratih kumala (lahir 4 juni 1980) adalah seorang penulis asal


indonesia. Ia mengenyam pendidikan di fakultas sastra inggris universitas
sebelas maret, surakarta. Selain sebagai penulis novel dan cerita pendek, ia
juga merupakan penulis skenario. Ia pernah bergabung dalam tim penulis
program jalan sesama, yang merupakan adaptasi dari program sesame
street untuk televisi indonesia, serta bekerja sebagai editor naskah drama
di sebuah televisi swasta.

2. Ideologi sosial pengarang

Ideologi memiliki pengertian sebagai himpunan dari nilai, ide,


norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap
kejadian atau problem yang mereka hadapi. Dalam kaitannya dengan
kajian sastra, pengertian ideologi ini seringkali disamakan dengan
pandangan dunia (world view) yaitu kompleks yang menyeluruh dari
gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan perasaan-perasaan yang
menghubungkan secara bersamasama anggota suatu kelompok sosial
tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial lainnya
(goldmann, 1977:17). Karena ideologi ini dimiliki oleh suatu kelompok
sosial, maka sering disebut juga sebagai ideologi sosial.

Dalam pandangan sosiologi pengarang, ideologi sosial yang dianut


seorang pengarang akan mempengaruhi bagaimana dia memahami dan
mengevaluasi masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. Gadis kretek
adalah karyanya yang ke-5, jika kronik betawi ide dasarny di ambil dari
akar keluarga almarhum papahnya, maka gadis kretek diambil dari akar
keluarga mamahnya karena akar keluarga mamahnya penuh dengan
konflik sosial dalam dunia bisnis yang menjadikan ide dasar untuk
menciptakan novel gadis kretek versi ratih kumala. Hal itu cukup terlefeksi
dalam novel ratih kumala yang berjudul gadis kretek.

Ratih kumala juga sempat menjelaskan jika ia menulis untuk diri


sendiri, namun ketika lama kelamaan tulisan tersebut mulai diterima
banyak orang, akhirnya ratih kumala mulai menyeriuskan niatnya untuk
jadi seorang penulis.

"awalnya saya menulis untuk diri sendiri, karena pada saat awal-
awal saya menulis saya memiliki banyak kegelisahan didalam diri saya,
tetapi semakin tulisan saya banyak dibaca orang, saya baru sadar kalau
tulisan itu bisa hidup, dan sekarang saya tidak hanya menulis untuk diri
saya sendiri tetapi juga untuk orang yang mau membacanya," ungkapnya.

3. Latar belakang sosial budaya pengarang

Latar belakang sosial budaya merujuk pada konteks historis, nilai-


nilai, norma-norma, dan praktik-praktik budaya yang membentuk
masyarakat tertentu. Ini mencakup sejarah, tradisi, agama, bahasa, serta
interaksi antarindividu dalam suatu kelompok atau komunitas. Latar
belakang sosial budaya sangat memengaruhi cara orang berpikir,
bertindak, dan berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

Latar belakang sosial budaya pengarang adalah masyarakat dan


kondisi sosial budaya dari mana pengarang dilahirkan, tinggal, dan
berkarya. Latar belakang tersebut, secara langsung maupun tidak langsung
akan memiliki hubungan dengan karya sastra yang dihasilkannya. Sebagai
manusia dan makhluk sosial, pengarang akan dibentuk oleh
masyarakatnya. Dia akan belajar dari apa yang ada di sekitarnya.

Hubungan antara ratih kumala dengan latar belakang sosial yang di


tulisnya misalnya dalam karyanya seperti gadis kretek. Ratih kumala yang
berasal dari keluarga budaya jawa dari akar keluarga mamahnya
mengekspresikan kejawaannya dalam karya-karyanya tersebut. Dalam
novel tersebut digambarkan bagaimana para tokoh yang hidup dalam
masyarakat dengan konteks budaya jawa menghayati dirinya sebagai
manusia yang tidak terlepas dari persoalan stratifikasi sosial masyarakat
jawa yang mengenai golongan priyayi dan wong cilik, yang berpengaruh
dalam tata sosial dan pergaulan dalam masyarakat pada masa penjajahan.

4. Posisi sosial pengarang dalam masyarakat

Posisi dan kedudukan sastrawan yang cukup penting dalam


masyarakat, di samping memiliki pengaruh terhadap isi karya sastranya,
juga memiliki pengaruh terhadap keberterimaan karya-karya yang
dihasilkannya bagi masyarakat, karena karya karya sastra itulah yang
berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermat cermatnya.
Pandangan sosial sastrawan harus dipertimbangkan apabila sastra akan
dinilai sebagai cerminan masyarakat.

Lebih lanjut ratih kumala menjelaskan, jika dirinya sebagai


seorang penulis terbelah menjadi dua. "saya kadang merasa diri saya
sebagai penulis terbelah menjadi dua, yang satu adalah sisi penulis
industri, satu lagi adalah sisi penulis idealis, karen ketika saya berada
dilingkungan industri saya dituntut deadline, namun disatu sisi saya juga
harus memberi makan jiwa saya agar tidak kering," tambahnya. Ratih juga
mengungkapkan jika ia termotivasi oleh beberapa penulis baik dari
indonesia maupun di luar indonesia."kalau di indonesia saya suka
pramoedya, terus kalau di luar indonesia saya suka dengan salah satu
penulis dari jepang yaitu hikaru okuizumi," tutupnya.

5. Masyarakat pembaca yang di tuju

Agar karyanya dapat diterima masyarakat, maka sastrawan harus


mempertimbangkan isi dan bahasa yang dipakai. Memang dalam berkarya
sastrawan tidak tergantung sepenuhnya atau menuruti secara pasif selera
pelindung (patron) atau publiknya, tetapi ada kemngkinan justru
sastrawanlah yang menciptakan publiknya (wellek dan warren, 1994).
Sering kali, bahkan seorang pengarang telah menentukan siapakah calon
pembaca yang dituju.

"gadis kretek" adalah novel yang ditulis oleh ratih kumala. Novel
ini dapat menarik berbagai kalangan pembaca, terutama mereka yang
tertarik pada cerita yang menggali kehidupan sehari-hari, sejarah, dan
budaya indonesia. Kalangan pembaca yang dituju mungkin melibatkan:
 Peminat sastra indonesia: orang yang menikmati sastra indonesia
dan cerita yang menggambarkan kehidupan lokal.

 Penggemar cerita sejarah: novel ini mencakup periode sejarah


tertentu, dan orang-orang yang menyukai kisah yang terkait dengan
sejarah mungkin menemukan daya tarik di dalamnya.

 Pembaca yang tertarik pada budaya lokal: bagi mereka yang ingin
mendalami aspek-aspek budaya indonesia, termasuk tradisi dan
kebiasaan sehari-hari.

 Penggemar fiksi realistis: novel ini mungkin menarik bagi pembaca


yang suka dengan fiksi realistis yang mencerminkan kehidupan
nyata.

Pembaca dengan ketertarikan pada isu perempuan: jika novel ini


menyoroti isu-isu perempuan atau memiliki tokoh perempuan yang kuat,
itu bisa menarik pembaca yang tertarik pada tema-tema semacam itu.

6. Mata pencaharian dan profesionalisme dalam kepengarangan

Ratih kumala adalah seorang penulis dan juga terlibat dalam dunia
perfilman. Sebagai penulis, mata pencahariannya didapatkan melalui
royalti dari penjualan bukunya. Selain itu, keterlibatannya dalam penulisan
skenario film juga bisa menjadi sumber pendapatan.

B. Latar belakang sosial karya sastra

1. Kemiskinan

Cerita novel gadis kretek mengambil latar sosial budaya


masyarakat jawa tengah. Tokoh yang dihadirkan datang dari berbagai
kelas sosial. Tokoh idroes moeria sebelum berhasil hidupnya datang dari
keluarga tidak mampu, yaitu keluarga buruh tani yang pernah bekerja
sebagai plinting klobot dapat dilihat dari kutipan berikut:

"pemuda itu tahu, bakal menjadi tulang punggung keluarga setelah


bapaknya meninggal dunia saat ia berusia tiga belas tahun, meski ibu- nya
juga bekerja sebagai babu di rumah tetangga mereka yang jauh lebih
mapan. Awalnya, idroes moeria ikut paktrisno sebagai pelinting klobot,
dan kini ia dipercaya untuk mengepak, kadang pak trisno menyuruhnya
untuk meng- antarkan pesanan klobot ke pasar atau ke toko obat."
(kumala, 2012 ; 49-50)
Dari kutipan diatas bahwa aspek kemiskinan terjadi pada pemuda
yang bernama idroes moeria yang menyebabkan pemuda tersebut bekerja
keras untuk menghidupi keluarganya untuk menggantikan peran ayah
sebagai tulang punggung keluarga. Dan idroes moeria mulai usaha nya
untuk menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai buruh klobot di
tempat pak trisno sebagai pelinting klobot, indroes moeria mempunyai
cita-cita menjadi pengusaha klobot sendiri. Dapat dilihat dari kutipan
berikut:

"idroes moeria pernah mendengar ramalan itu dari kyai lyang dia temui di
langgar; bahwa djojobojo telah mera- malkan indonesia akan menderita
selama tiga setengah abad di bawah pemerintahan orang kulit putih. "ya
londo iku sing gawe sengsoro!" demikian ucap kyai. Ramalan itu, tak
berhenti di situ, ada lanjutannya: dan akan dimerdekakan oleh saudara tua
yang berkulit kuning. Diam-diam, idroes moeria mengingat-ingat ramalan
itu dan menghitung. Jika hitungannya tidak salah, maka tahun depan
adalah waktu- nya belanda hengkang dari indonesia. Setelah itu, ia ya- kin
akan bisa meraih masa depan yang lebih baik. Idroes moeria ingin
menaikkan derajatnya, dari sekadar buruh menjadi pemilik usaha kecil.
Meskipun ibunya senantiasa berkata, "jangan mimpi ketinggian, le!" idroes
moeria memang hanya tinggal bersama simboknya." (kumala, 2012 ; 49)

Sedangkan tokoh soedjagad--sebelum menjadi pengusaha rokok


kretek merek djagad rajayang masa kecilnya bernama uripno adalah anak
seorang buruh tani. Gambaran kemiskinan keluarga soedjagad atau uripno
tersebut dapat dilihat lewat kutipan di bawah ini .

“mbah djagad pun tidak serta merta terlahir dengan nama soedjagad. Soe
berarti ‘sumber’, djagad berarti ‘dunia’. Nama yang besar bukan? Nama
yang berat. Senyatanya ia lahir dengan nama yang sederhana, sesederhana
doa: uripno. Dalam bahasa jawa, urip berarti ‘hidup’ sedang tambahan –
no berarti ‘kan’. Uripno berarti hidupkan. Dia terlahir sebagai bayi yang
nyaris mati kurang gisi (kumala, 2012: 190).

2. Kejahatan

Cerita kejahatan dalam novel gadis kretek terjadi pada masa


penjajahan jepang yang berkedok menyelamatkan bumi indonesia dari
penjajahan belanda masyarakat setempat sangat bahagia dan menganggap
jepang adalah sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan bumi
indonesia dari penjajahan belanda. Dapat dilihat dari kutipan berikut:
"ketika idroes moeria mendengar kabar bahwa belanda sudah pergi, dan
saudara tua yang disebut orang sebagai jepang datang, idroes moeria sujud
syukur. Ini adalah awal dari visi dan misinya yang telah lama
direncanakan, pikirnya. Bahkan, belanda pun telah menyerahkan kota
soerabaia pada jepang. Demikian kuatnya saudara tua itu, hingga dalam
waktu singkat bisa mengusir belanda dari bumi indonesia. Meskipun
idroes moeria belum pernah melihat seperti apa orang jepang itu, tetapi dia
sangat ber- terimakasih pada mereka." (kumala, 2012 ; 52-53)

Dari kutipan diatas dapat di jelaskan awal mula jepang mulai


melakukan penjajahan seperti meminta hasil kebun ataupun barang
dagangan masyarakat setempat untuk dijadikan hak milik jepang seorang.
Berikut kutipannya:

"industri tembakau juga sedang jatuh, sebab banyak yang diambil oleh
jepang langsung di perkebunannya. Pak trisno minta maaf, tak bisa
membayar upah minggu terakhir buruh bekerja. Dia sama sekali tak punya
uang, sebab semua miliknya juga telah diambil jepang untuk modal
perang. Buruh pun bubar dengan hati cemas dan kecewa. Nampaknya
saudara tua yang digadang-gadang telah menjadi kakak tiri yang jahat.
Sore harinya, idroes moeria dan beberapa teman" (kumala, 2012 ; 57-58)

Adapun bentuk kejahatan non-realistis dengan tindakan


mengkambinghitamkan pesaingnya, yang dialami oleh tokoh soedjagad
kepada idroes ditunjukkan pada data berikut.

"menurut cerita mbah djagad dulu, roemaisa menghampirinya yang


terkapar di tanah, di tengah pasar. Mencoba membantunya menghentikan
darah yang mengalir dari hidung akibat dihantam tonjokan idroes. Tapi,
lelaki itu dengan semena-mena menarik roemaisa, seperti kurawa yang

memenangkan drupadi dari yudhistira. Hati djagad hancur." (kumala, 2012


; 196)

Berdasarkan data tersebut, dari sudut pandang soedjagad sewaktu


kejadian ketika idroes yang berusaha mempertahankan haknya sebagai
suami dari jeng yah. Soedjagad mengatakan bahwa jeng yah berada di
pihak nya yang berusaha membantu pada saat kejadian tersebut, namun di
cegah oleh idroes. Soedjagad melebih-lebihkan dan
mengkambinghitamkan idroes dalam ceritanya tersebut kepada cucunya
sehingga idroes lah sebagai pihak yang mengecewakan.
3. Disorganisasi keluarga

Disorganisasi dalam keluarga dalam novel gadis kretek


digambarkan pada keluarga pak soerojo yang mana membuat istrinya
cemburu buta dengan masa lalu pak soerojo yang telah lama hilang di
kehidupan keluarga tersebut namun tanpa disadari pak soerojo
mengingatkan kembali dengan menyebut nama seseorang di depan
istrinya. Berikut kutipan untuk menggambarkannya:

"romo sekarat. Berhari-hari dia mengigau-igau sebuah nama: jeng yah.


Nama itu kontan membangunkan hantu masa lalu yang aku tak pernah
tahu pernah ada. Hantu yang dikubur rapat- rapat oleh ibuku bertahun-
tahun silam. Satu sisi kepribadian ibu yang tak pernah kutahu sebelumnya
tiba-tiba muncul ke permukaan wajahnya: ibuku bisa cemburu. Ya,
perempuan yang usianya tak lagi muda itu, seraya cemburu buta. Dan
betapa menakutkannya ibu kala dia sedang cemburu, se- olah-olah ia
mampu menerkam apa pun, siapa pun, di mana pun, kapan pun. Seolah-
olah ia bisa menelan bulat-bulat segala hal yang membuatnya kesal. "aku
yang memelihara dia sakit, perempuan itu yang dipanggil-panggil!" omel
ibu, mulutnya miring-miring dan monyong-monyong saking kesalnya."
(kumala, 2012 ; 1)

Konflik dari disorganisasi keluarga juga dapat tercipta dari suatu


ikatan atau hubungan. Berikut ini data yang menggambarkan rasa kecewa
yang dialami antara kakak beradik tokoh lebas dan tegar. Seperti yang
ditunjukkan pada kutipan berikut.

"mas tegar menyingkirkan tanganku, tak tertarik sama sekali. "jangan


ganggu, aku lagi konsentrasi nyetir!" "buset deh... Gitu aja." gerutuku, aku
mengisap kretek globe makin dalam, seolah menelan kekesalanku pada
mas tegar. Tapi, yah... Seperti yang aku bilang tadi, sudah bagus kami bisa
tiba di kudus tanpa pakai acara bunuh-bunuhan." (kumala, 2012 ; 160)

Pada novel gadis kretek karya ratih kumala yang dituangkan pada
data berikut. Keluarga soeraja menyadari rahasia dari kesuksesan pabrik
kretek mereka, pada data berikut.

"ya allah... Berarti selama ini perusahaan kita...!" mas karim tiba-tiba
pucat. Dia duduk, menata perasaannya. "kita sudah makan barang haram,
mas. Barang curian." (kumala, 2012 ; 269)

Pada data tersebut, anak-anak dari soeraja menyadari bahwa yang


dilakukan oleh ayahnya dahulu adalah hal yang salah. Ayahnya telah
mencuri resep rahasia milik keluarga idroes, kemudian memproduksinya
tanpa sepengetahuan mereka.

4. Masalah generasi muda dalam masyarakat

Dalam novel gadis kretek masalah yang di alami oleh para generasi
muda yakni sudah biasa mengkonsumsi kretek di usianya yang masih
muda bahkan yang lebih bahaya lagi yaitu mengkonsumsi ganja. Berikut
kutipannya:

Ketika sampai, ia mendapati lebas belum mandi dan bertampang kucel,


tertidur di kasur tahu sumedang di pojok studio. Tegar mengendus tubuh
lebas. "kamu ngerokok ya?" tegar mirip polisi yang sedang
menginterogasi. "lah, aku kan memang merokok." "maksudku, kamu
ngisep ganja ya?" lebas diam saja. Bagi kakaknya, itu berarti mengiyakan.
"mandi! Ganti baju! Sekarang juga kita ke kudus." (kumala, 2012 ; 31)

Terlebih lagi pada masa mudanya idroes moeria generasinya yang


cukup memprihatinkan dikarenakan kurangnya pendidikan bahkan untuk
membac dan menulispun tidak bisa, berikut kutipannya:

Idroes moeria masih takjub dengan keajaiban yang baru saja terjadi. Tuhan
memang mahabaik, pikirnya. Hari yang berawan tiba-tiba menjadi cerah
kembali. Digenjotnya sepeda dengan laju. Malamnya, ia berpikir arti
ucapan roemaisa: belajar membaca. Kata-kata itu seperti meresap dalam
dirinya. Belajar membaca. Belajar membaca. Belajar membaca. Belajar
membaca. Pasti yang dimaksud roemaisa belajar membaca huruf abjad.
(kumala, 2012 ; 56)

Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa idroes moeria tidak bisa membaca
dan menulis maka roemaisa memberi isyarat untuk belajar membaca
dikarenakan itulah yang syarat dari ayah roemaisa jika ingin
mempersunting putrinya.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Menurut kritikus literasi asal Amerika Wellek dan Warren, sosiologi sastra
dapat diklasifikasikan masalah-masalahnya ke dalam tiga hal, seperti yang dikutip
dari buku Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas. Pertama, sosiologi
pengarang yang mempersoalkan status sosial, ideologi sosial, dan hal lain yang
menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. Kedua, sosiologi karya sastra
yang memasalahkan karya sastra itu sendiri; sehingga yang menjadi pokok
penelaahan adalah hal yang tersirat dan tujuannya dalam karya sastra. Ketiga,
sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra dianggap sebagai pendekatan
ekstrinsik dengan pengertian yang cukup negatif.

`Gadis Kretek adalah sebuah novel karangan Ratih Kumala yang


diterbitkan pada tahun 2012 oleh Gramedia Pustaka Utama. Novel ini masuk
dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun
2012. Gadis Kretek lebih banyak menggunakan narasi dibandingkan dengan
dialog dan mengangkat budaya Jawa khususnya mengenai pergerakan pabrik
kretek pada masa awal berdirinya di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kumala, Ratih. 2012. Gadis Kretek. Jakarta:Pt Gramedia Pustaka


Utama

https://id.wikipedia.org/wiki/Gadis_Kretek

https://tirto.id/mengenal-definisi-sosiologi-sastra-menurut-wellek-dan-warren-
gigy

Https://id.m.wikipedia.org/wiki/ratih_kumala

Https://www.google.com/amp/s/www.inforedaksi.com/wanita/amp/pr-
1213878726/mengenal-sosok-ratih-kumala-sang-penulis-novel-gadis-
kretek

https://wandimashum.blogspot.com/2017/04/sosiologi-pengarang.html?m=1

Https://ilmubahasajawa.wordpress.com/2014/01/05/sosiologi-pengarang-
karya-sastra-dan-pembaca/

Anda mungkin juga menyukai